UNAIR Persiapkan Kolaborasi Penelitian dengan Australia UNAIR NEWS – Universitas Airlangga tengah menyiapkan penelitipeneliti terbaiknya untuk bisa melakukan kolaborsai riset dan publikasi internasional dengan beberapa universitas terkemuka di Australia. Universitas tersebut tergabung dalam IndonesiaAustralia Centre (AIC) dan termasuk dalam Top Five University di Australia. Senin (31/10) lalu, diadakan pertemuan antara pihak AIC dan UNAIR untuk membahas persiapan penelitian yang akan dilakukan kedua negara tersebut. AIC diwakili Richard Price selaku Research Director dan Meghan Power selaku manager Projects and Programs. Kedatangan mereka disambut oleh pimpinan UNAIR, meliputi Direktur Pendidikan Prof. Tri Nyoman Pusparini, Ketua Deputi International Office and Partnership (IOP) Margaretha S.Psi., M.Sc, Koordinator Peneliti UNAIR untuk AIC Dr. Achmad Chusnu Romdhoni., dr., SP,THT-KL(K), dan beberapa perwakilan peneliti dari Institute of Tropical Disease UNAIR. Kedatangan delegasi AIC ke UNAIR merupakan tindak lanjut dari pertemuan peneliti antar kedua negara yang bertajuk “Indonesia-Australia Research Summit” yang diadakan pada Agustus lalu. Richard Price dan Meghan Power mengatakan bahwa UNAIR termasuk universitas yang memiliki kualitas tinggi. Maka dari itu, diharapkan adanya kontribusi dan partisipasi UNAIR dalam riset di AIC. Margaretha mengatakan, kolaborasi riset yang dicanangkan AIC ini memiliki sistem funding atau mendanai penelitian yang sudah terseleksi. Diawal, beberapa universitas di Indonesia menyerahkan proposal penelitian yang sudah ada, dan dikirim ke sekretariat AIC pusat untuk direview. Proposal yang sudah masuk kualifikasi akan dipasangkan dengan research partner yang sudah ditunjuk dari salah satu universitas di Australia.
Setelah itu, barulah kedua perguruan tinggi bisa melakukan penelitian bersama. Margaretha menambahkan, ini merupakan kolaborasi yang eksklusif. Sebab, UNAIR mempunyai peluang besar untuk bisa melakukan kolaborasi riset bersama Top Five University di Australia. “Maka dari itu IOP bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI) UNAIR mempersiapkan proposal penelitian dari peneliti-peneliti yang ada di UNAIR agar bisa terlibat dalam program kolaborasi riset AIC ini. Kalau berhasil membuat suatu kerjasama dalam bidang riset, maknanya akan kuat untuk meningkatkan kapasistas peneliti yang ada di UNAIR dan memungkinkan adanya publikasi internasional,” Ujar Margaretha. “Sebisa mungkin dalam dua minggu ke depan kita sudah mendapatkan proposal penelitian yang bisa langsung dikirimkan ke sekretariat AIC. Kita juga berharap kontribusi peneliti di UNAIR untuk membuat proposal yang kompetitif agar bisa terjalin kerjasama dengan Australia. Ini merupakan kesempatan besar bagi kita. Jadi sayang untuk dilewatkan,” tambah Margaretha. Margaretha berharap, peneliti di UNAIR mempersiapkan proposal penelitian yang siap untuk diikutkan dalam kerjasama internasional lainnya. Karena setelah ini, akan ada program pendanaan penelitian dari ASEAN COST, sebuah komite di ASEAN yang mengembangkan riset dalam pengembangan keilmuan dan teknologi. Pertahunnya, dana yang bisa digelontorkan mencapai USD1.000.000. Sementara itu Richard Price menegaskan, ia yakin dengan kekuatan yang UNAIR miliki bisa menambah cluster dalam penelitian yang ada. Diharapkan, penelitian yang akan dikaji dapat mengangkat masalah-masalah global terbaru yang sedang dihadapi Indonesia dan Australia. Selain topik seputar kesehatan, bisa juga masalah infrastruktur, pengelolaan air,
ketahanan pangan, dan topik lainnya. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Belasan Universitas dan Perusahaan Akan Meriahkan IRIEX 2016 di UNAIR UNAIR NEWS – Technical Meeting (TM) pelaksanaan Indonesia Research and Innovation Expo (IRIEX) 2016, diikuti hampir seratusan calon pesertanya. TM itu dilaksanakan di ruang sidang LPPA-HKI, Gedung Kahuripan Lt-2 Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Rabu (2/11). Pertemuan yang dipimpin Ketua Panitia Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si., membahas tatatertib dan aturan berkenaan dengan kegiatan tahunan, yang tahun ini dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-62 UNAIR. Indonesia Research and Innovation Expo (IRIEX) 2016 yang diselenggarakan UNAIR ini akan dihelat selama tiga hari pada tanggal 10-12 November 2016. Tempatnya di gedung Airlangga Convention Center (ACC) kampus C UNAIR Jl. Dr. Ir. Soekarno, Mulyorejo, Kota Surabaya. TM kemarin juga dihadiri Ketua Panitia Dies Natalis UNAIR ke-62 Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS. Dari 70-an booth (stand) yang disediakan sudah terambil semua. Terdapat 18 perguruan tinggi yang ikut berpartisipasi, enam diantaranya asal luar Jawa Timur yaitu Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Jambi, Universitas Mataram, Universitas Tadulako, dan Universitas Negeri Gorontalo.
Perguruan tinggi Jatim yang berpartisipasi adalah Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Negeri Jember, Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Dr. Soetomo, Universitas Narotama, UPN “Veteran” Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Narotama. Sedangkan tuan rumah UNAIR menerjunkan semua fakultas dan beberapa lembaganya untuk ikut memeriahkan gebyar IRIEX 2016 ini. Dari kalangan non-perguruan tinggi telah terdaftar 16 instansi, antara lain dari perusahaan-perusahaan farmasi, perusahaan kecantikan, perusahaan media, pemerintah daerah, dan UKMK Jawa Timur. Diantara unsur pemda yang ambil bagian antara lain Dinas Pertanian Banyuwangi, Disperindag Sidoarjo, Disperindag Probolinggo, Dinas Peternakan Tingkat I Jatim, serta Pemkab Banyuwangi. ”Universitas Negeri Jember dan Pemkab Banyuwangi bahkan minta disediakan tiga booth (stand) pameran, yang lain rata-rata satu sampai dua booth,” kata seorang panitia. Dijelaskan oleh Prof. Suwarno, peserta pameran diharapkan sudah memasukkan barang tanggal 8 November 2016, dengan seijin pihak penyelenggara. Peserta dilarang membawa barang-barang yang membahayakan, misalnya senjata api, senjata tajam, api, dan alat peledak, atau yang berbau dan bisa mengganggu sekitarnya. Panitia juga berhak mengeluarkan atau menyita barang-barang yang dianggap dapat berbahaya atau mengganggu pihak lain. ”Peserta disediakan konsumsi makan siang, masing-masing stand mendapat jatah sebanyak dua orang. Dan seluruh area dinyatakan bebas dari rokok,” tegas Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR itu. Disela pelaksanaan IRIEX juga akan diselenggarakan kegiatan lain, seperti seminar, hiburan-hiburan, dan lomba. Misalnya Animal Science Paper Competition (Kompetisi Paper Ilmiah
Veteriner) Mahasiswa D3 dan S1 PTN-PTS se-Indonesia. Tahun ini temanya “Kontribusi Penelitian Terhadap Inovasi Kesehatan Hewan dan Animal Welfare dalam Menghadapi Free Trade Area of the Asia Pasific (FTA-AP) 2020”. Kemudian ada Pameran Ternak, Ikan, dan pameran herbal hasil inovasi Universitas Airlangga, khususnya ternak silang kambing perah SAFERA, produksi susu pasteurisasi, youghurt. Juga dipamerkan, kambing pedaging “Burcang” (dengan diversifikasi produk daging). Pameran ikan dan produk herbal diharapkan dari para stakeholder atau binaan UNAIR. (*) Penulis: Bambang Bes
Peneliti se-Indonesia Ikuti Seminar Biologi Molekuler di FKH UNAIR NEWS – Sel punca atau yang lebih dikenal dengan stem cell, menjadi salah satu pemain utama dalam terapi pengobatan saat ini. Dalam tubuh hewan dan manusia normal, sel punca bisa menyambung organ dan jaringan. Sedangkan, dalam tubuh hewan dan manusia yang sakit, sel punca dapat digunakan sebagai terapi untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, DVM., dalam “International Seminar: Molecular Biology in Veterinary Medicine”. Acara seminar internasional itu diselenggarakan di Ruang Tandjung Adiwinata, FKH UNAIR, Rabu (2/11). Prof.
Fedik
menjelaskan
tentang
peran
sel
punca
dalam
comparative medicine. Comparative medicine itu sendiri merupakan suatu istilah untuk penerapan metode medis yang dipelajari untuk kedokteran manusia kepada spesies hewan. Menurut Prof. Fedik, peranan sel punca itu sendiri cukup penting untuk memperbaiki sel maupun jaringan manusia yang rusak. Sebelum sel punca itu diaplikasikan kepada manusia, maka sel punca itu terlebih dahulu ditanamkan pada hewan. Selain Prof. Fedik, ada pula Prof. Fatchiah dari FKH Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Wolfgang Nellen dari Universitas Kassel, Jerman, Prof. Dr. Yung-Chan Lin dari Universitas Nasional Chung Hsin, Taiwan, dan Prof. Bambang Sektiari dari FKH UNAIR yang menjadi pemateri dalam sesi diskusi tersebut. Acara dihadiri oleh lebih dari seratus sivitas akademika FKH, baik dari kalangan mahasiswa, alumni, dosen, maupun peneliti. “Kita ini sedang mengarah ke level internasional dengan basis molekuler, untuk buat vaksin, kit diagnostik, itu berbasis molekuler. Dengan adanya seminar ini, kita ingin mengakselerasi ide untuk membuat sesuatu yang baru,” tutur Prof. Fedik. Selain
acara
seminar,
ada
juga
30
poster
ilmiah
yang
dipamerkan. Sejumlah poster yang dipamerkan itu di antaranya “Bacterial Isolation and Molecular Identification of Avibacterium paragallinarum of Chickens Derived from Kupang Regency” dari Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, “Review: Molecular Epidemiology of Newcastle Disease in Wild Waterfowl in North Queensland, Australia” dari FKH Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, dan “The Impact Strength of PostFracture Femur in White Rat (Rattus norvegicus) Ovariectomize with Extract Cissus quadrangularis” dari FKH UNAIR. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Peringati Dies Natalis, UNAIR Adakan Operasi Katarak Gratis Bagi Pasien Kurang Mampu UNAIR NEWS – Dies Natalis UNAIR ke-62 begitu berwarna. Ragam kegiatan telah dipersiapkan dengan matang. Salah satu di antara kegiatannya adalah operasi katarak gratis untuk 30 pasien kurang mampu. Acara tersebut rencananya akan dilaksanakan Sabtu, 5 November 2016. Operasi katarak gratis merupakan salah satu rangkaian acara bakti sosial dalam Dies Natalis UNAIR. Selain operasi katarak gratis, bakti sosial akan dilengkapi dengan seminar deteksi dini kanker, seminar gigi sehat, dan donor darah. Koordinator operasi katarak gratis, dr. Maitri Anindita, Sp.M mengatakan, selain memperingati Dies Natalis UNAIR, operasi katarak gratis ini juga memberitahukan kepada masyarakat, bahwa Rumah Sakit UNAIR juga melayani operasi katarak. “Kita buka operasi katarak ini baru empat atau lima bulan yang lalu, karena mesinnya seperti mikroskop dan lainnya, baru datang,” ujarnya. “Sebelumnya, bagi pasien yang terindikasi katarak kita arahkan ke dr. Soetomo (Rumah Sakit, Red),” imbuh salah satu dokter spesialis mata RS UNAIR tersebut. dr. Maitri mengatakan, sebenarnya pendaftaran operasi katarak gratis ditutup pada tanggal 21 Oktober. Namun, karena banyak pendaftar yang terkendala oleh persyaratan, pendaftaran diperpanjang hingga Kamis, (03/11). Dalam hal ini masyarakat bisa mendaftar tanpa syarat, asal memang terindikasi katarak. “Sebenarnya, persyaratan dari sponsor kita itu harus menyertai
SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu, Red), tapi banyak yang terkendala dengan itu, karena ngurusnya itu rumit. Jadi akan kita perpanjang sampai besok (Kamis, 03/11, Red). Setelah tanggal 21 itu, kita dapat sponsor, dan tanpa syarat SKTM, yang penting dia terindikasi katarak,” jelas dr. Maitri. Setelah dibebaskan dari syarat, sampai saat ini (Rabu, 02/11) sudah puluhan jumlah pasien yang mendaftar operasi katarak gratis. Namun, pendaftar akan diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa dia adalah penderita katarak. “Tidak semua penurunan tajam penglihatan itu katarak. Maka dari itu, untuk operasi katarak kita ada pemeriksaan awal untuk memastikan. Takutnya, pas hari-H kita lakukan screening, ternyata bukan katarak, kan kasihan juga,” terangnya. Dr. Maitri menjelaskan bahwa seorang pasien menderita katarak karena adanya kekeruhan pada lensa mata, sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Hal tersebut yang membedakan indikasi katarak, dengan penyebab penurunan tajam penglihatan lainnya. “Semua
orang
berisiko
menderita
katarak,
karena
proses
penuaan,” jelas dr. Maitri. Rencananya, operasi katarak gratis akan dilakukan hanya dalam sehari di kamar operasi lantai 7 RS UNAIR. “Kalau lancar, operasi katarak untuk satu pasien biasanya cuma butuh maksimal satu jam, paling setengah jam,” jelas dr. Maitri. Dr. Maitri mengungkapkan, untuk saat ini, timnya masih akan menggunakan operasi secara manual. Karena timnya masih belum memiliki Alat Phaco (alat operasi tanpa jahitan, -red). “Saat ini, kita akan operasi secara manual, karena masih belum punya Phaco. Kalau sudah punya, pasien yang menderita katarak setengah matang pun bisa kita tangani,” ungkapnya. Operasi katarak gratis ini diharapkan bisa membantu masyarakat yang tidak memiliki BPJS dan menderita kebutaan, sehingga
dapat meningkatkan tajam penglihatannya. “Kalau sudah demikian, otomatis kualitas hidupnya juga meningkat, dia tidak tergantung dengan orang lain, bisa mengerjakan sesuatu dengan mandiri,” harap dr. Maitri. “Selain itu, operasi katarak gratis ini sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat luas, bahwa kita juga mampu menangani operasi katarak, dan kita gak kalah sama RS Swasta lain. Sekalian mereka juga biar tahu bahwa di sini adalah rumah BPJS,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
Nominasi Tak Biasa dalam “Cangkrukan” Hima Budidaya Perikanan UNAIR Banyuwangi UNAIR NEWS – Cangkrukan (Jawa-red) atau lebih dikenal dengan nongkrong bareng, sering dijadikan sebagai sarana untuk saling mengakrabkan antar-sesama. Namun kali ini, Prodi Budidaya Perikanan PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi memodifikasi kegiatan “Cangkrukan” sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi mahasiswa, yang dihelat pada Jumat (28/10) kemarin. Menurut Alfian Handiyanto Putra (21), ketua pelaksana, bahwa “Cangkrukan” ini sudah menjadi agenda rutin prodi ini selama dua tahun berturut-turut. Tujuannya untuk meningkatkan semangat mahasiswa sekaligus menyambut kehadiran mahasiswa baru angkatan 2016. “Ini program kerja divisi PSDM Hima BP (Budidaya Perikanan)
dengan mengusung tema sharing santai pengalaman dan motivasi dengan melibatkan jajaran dosen dan seluruh mahasiswa prodi perikanan dan kelautan yang ada di PDD Banyuwangi,” tambah Alfian. Menurut Hapsari Kenconojati, S.Si., M.Si., dosen Pembina Hima BP, dalam kegiatan ini juga dipaparkan lebih mendalam terkait visi dan misi prodi budidaya perikanan, tantangan kedepan, juga terkait sasaran pasca-kampusnya. Tujuannya agar mahasiswa lebih mengenal prodinya dan lebih mencintai pilihannya ini. Bagi Eva Wahyuni Pratiwi (20), Staff PSDM, keunikan kegiatan ini yaitu adanya pemberian hadiah kepada mahasiswa yang terpilih dengan nominasi-nominasi yang tidak biasa. Tujuannya untuk menumbuhkan budaya malu dan mau berubah. Nominasi yang tidak biasa ini meliputi mahasiswa KULTUR (Kuliah Tidur) yaitu nominasi bagi mahasiswa yang sering tidur saat ada kuliah di kelas. Kemudian mahasiswa KUWI (Kuliah Wi-fi) yaitu nominasi bagi mahasiswa yang kerjanya hanya cari Wi-fi gratis di kampus. Kemudian nominasi mahasiswa TELADAN (Telat Datang) yaitu bagi mahasiswa yang sering datang telat. Nominasi mahasiswa KUPU (Kuliah Pulang) yaitu bagi yang jarang mau terlibat kegiatan kepanitiaan maupun organisasi, dan terakhir yaitu mahasiswa IWAK RAME yaitu nominasi bagi mahasiswa prodi perikanan yang sering gaduh saat dikelas. “Harapan kami setelah diadakan kegiatan ini mahasiswa prodi BP bisa lebih dekat dengan dosen, juga dengan sesama prodi BP. Tidak hanya itu, saya juga berharap teman-teman mau berubah setelah mendapat nominasi yang tidak biasa ini,” kata Dani Taufik, ketua Hima BP 2016 sambil tertawa. Yang pasti, bagi Yunus Yovia R (18) dan Santika Dwi L (17), peserta cangkrukan, kegiatan ini sangat menarik, karena dapat meningkatkan motivasi agar lebih bersemangat dalam belajar. Nominasi-nominasi yang diberikan juga sangat unik, selain itu
juga sebagai pengalaman baru yang tak terlupakan. Mereka berharap kegiatan ini bisa sering diadakan, tidak hanya sekali setahun saja, tapi bisa dua kali dalam satu semester. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor: Bambang Bes
62 Tahun UNAIR Dibanjiri Sholawat
Bakal
UNAIR NEWS – Dies Natalis Universitas Airlangga ke-62 kali ini bakal dimeriahkan dengan beragam kegiatan. Selain kegiatan yang bernuansa akademik dan budaya, kegiatan yang bernuansa religi juga akan mewarnai Dies Natalis kampus yang berdiri pada tanggal 10 November 1954 ini. Setelah kegiatan Khataman Al-quran pada tanggal 3 – 4 November, Tabligh Akbar yang dikemas dengan tajuk “UNAIR Bersholawat” digelar dipelataran Masjid Ulul Azmi Kampus C UNAIR, Sabtu malam (5/10). Acara yang menghadirkan Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf dan tim Ahbabul Mustafa tersebut diprediksi akan dihadiri lebih dari 15.000 orang. Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Religi (UKMSR) UNAIR Sandi Machmudin menjelaskan, antusias masyarakat penggemar sholawat yang dipandu oleh Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf (Syekhermania, -red) memang sangat tinggi. “Untuk jumlah peserta, kami memang tidak menargetkan, tapi biasanya jamaah dan masyarakat yang hadir memang bisa mencapai angka puluhan ribu,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi jumlah peserta yang membeludak, Sandi mengatakan bahwa pihaknya tengah menjalin kerjasama dengan berbagai UKM di UNAIR, seperti berbagai UKM bela diri, UKMKSR, UKM Menwa, dan UKM Wanala. “Kami melibatkan teman-teman UKM lain, ya tujuannya untuk membantu proses keberlangsungan acara,” imbuhnya. UNAIR Bersholawat merupakan acara kerja sama dari pihak Direktorat Kemahasiswaan dan UKMSR UNAIR. Rencananya, acara tersebut akan dimulai selepas Salat Isya hingga mendekati tengah malam. Staf Kemahasiswaan UNAIR Afri Andiarto, S.M., menambahkan, rencananya, acara tersebut bakal di hadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, M. Nuh dan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir. “Insya Allah acara akan dimulai habis Isya hingga pukul sebelasan malam. Insya Allah juga akan datang Pak Nuh dan Menristek Dikti,” terang Afri. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Pengmas UNAIR Tumbuhkan Sumber Baru Ekonomi Rakyat Korban Merapi dan Obyek Pendidikan UNAIR NEWS – Keberlanjutan (sustainbility) pengabdian masyarakat sivitas Universitas Airlangga untuk masyarakat
korban erupsi Gunung Merapi, yang dilakukan sejak tahun 2011 di Dusun Tanjung, Kelurahan Wukirsari, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman, DIY, berhasil menumbuhkan sumber ekonomi baru masyarakat dan obyek pembelajaran di dunia pendidikan. Demikian pengakuan Siti Asiyah (50), perempuan satu-satunya di Dusun Tanjung yang pasca-erupsi 2011 itu memberanikan diri menerima bantuan kandang (shelter) dan bimbingan ternak sapi perah yang ditawarkan sivitas UNAIR, yaitu LPPM UNAIR bersama IKA-UNAIR. Hal itu diterangkan ketika menerima Tim Pengmas UNAIR yang melakukan kunjungan “tahunan” setiap menjelang Dies Natalis UNAIR di obyek pengmas di Cangkringan. Selain disini juga meninjau Ponpes Al-Qodir. Tim Pengmas ini dipimpin Dr. Ir. Sri Hidanah, MS., Sekretaris Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNAIR, diikuti Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si (mantan Ketua LPPM, kini Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan UNAIR), Prof. Romziah Sidik, drh., Ph.D (mantan Dekan FKH/perintis pengmas Yogya), Drs. Ec. Mashariono, MBA (IKAUA/perintis), Dra. Widarmami (IKA-UA), Drh. Trilas Sardjito, MS (dosen FKH/pakar ternak domba) dan staf LP4M. Sikap menolak bantuan warga dusun itu bisa dimaklumi, sebab disana belum pernah ada warga beternak sapi perah, alasannya lebih ribet/sulit. Tetapi lima tahun kemudian, saat ini, belasan warga Dusun Tanjung, mengikuti jejak Siti Asiyah, menjadi produsen susu sapi. Otomatis juga menjadi anggota Koperasi Sarana Makmur yang menampung susu sapi hasil ternaknya. Dari sisi pendidikan, sukses bangunan sumber ekonomi baru bagi warga dengan ternak sapi perah sebagai budaya baru ini, menjadi obyek penelitian dan pendidikan klinik (Co-Ass) bagi mahasiswa. Disebutkan Siti misalnya mahasiswa FKH UGM, termasuk dua kali mahasiswa asal Malaysia (beda orang) yang melakukan Co-Ass. Mahasiswa UGM yang lain meneliti air kencing
dan kotoran sapi untuk pupuk cair organik. Kemudian mahasiswa Universitas Islam Indonesia, KKN mahasiswa Universitas Sanata Darma, dan PKL mahasiswa Kebidanan Jakarta yang meneliti kolostrom susu sapi sebagai bahan perawatan kecantikan.
DIANTARA 14 ekor sapi perah yang dikelola Siti Asiyah dan keluarganya. Bermula dari dua ekor saja. (Foto: Bambang Bes) ”Ada lagi mahasiswa Sospol UGM untuk karya ilmiah tentang ternak sapi perah dan lingkungan, malah kami juga disyuting video, diminta bergerak,” tambah Siti Asiyah. Termasuk disini tempat terbentuknya Posyanduwan (Pos Pelayanan Terpadu Hewan) yang melakukan pertemuan tiap empat bulan diikuti para peternak sapi perah disana. Dikisahkan Siti, seminggu sebelum shelter diresmikan (2011), dua ekor sapi jenis FH (Friesian Holstein) dari UNAIR datang. Sementara diurus tetangganya, Ngudiono. Tetapi setelah berhari-hari menawarkan kepada penduduk, tak satu pun mau menerima bantuan itu. akhirnya dengan agak terpaksa Siti dan adiknya, Moh Soleh, menerima bantuan itu.
“Kami sampai berpikir ’Mungkinkah ini rejeki dan petunjuk Allah yang harus kami terima?’ Jadi atas pertimbangan adik saya itu, akhirnya suatu hari menjelang Magrib kami baru berani memutuskan menerima bantuan itu,” kisah isteri Nur Rochmat ini. Dari bermula dua ekor tadi, sekarang berkembang menjadi 14 ekor. Sekarang setiap hari, dari dua ekor sapi perah bisa setor (menjual) 15 liter susu sapi segar ke koperasi. Hasil penjualan susu sebagai biaya operasional beternak dan ekonomi keluarga. Bahkan atas pembinaan dari FKH UNAIR, penduduk sudah diajarkan pula bagaimana membuat yogurt, penganekaragaman produk susu sapi. Manfaat lain, warga dusun bebas mengambil kotoran sapi tersebut sebagai pupuk organik untuk pertaniannya. (*) Penulis: Bambang bes