UNAIR Akselerasi Penelitian di bidang Ilmu Sosial UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kedatangan dua tamu dari lembaga pemeringkatan perguruan tinggi dunia Quacquarelli Symonds (QS), Senin (6/3). Mereka adalah CEO QS Asia’s University Ranking (AUR) Mandy Mok, dan senior konsultan QS AUR Samuel Wong. Kedatangan mereka sejalan dengan target yang ditetapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada UNAIR untuk menjadi 500 top perguruan tinggi dunia pada tahun 2020. Untuk menunjang sinergi, pertemuan ini juga mengundang pimpinan seluruh fakultas, unit, badan, dan lembaga di lingkungan UNAIR. Tahun 2016 lalu, ada indikator penilaian yang bertambah dari tahun-tahun sebelumnya, yakni persentase dosen bergelar doktor sebanyak lima persen. “Untuk itu, kita coba tingkatkan proporsi jumlah dosen yang S-3, termasuk sitasi,” ujar Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) sekaligus koordinator program WCU UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D. Dalam presentasinya, Samuel Wong mengatakan, UNAIR memiliki nilai plus di bidang ilmu kedokteran dan ilmu hayati. Wong berpendapat, UNAIR perlu mengakselerasi publikasi dan penelitian di bidang ilmu sosial. Melihat kondisi tersebut, Badri mengatakan bahwa BPP sudah menjalani kontrak kinerja dengan masing-masing dekan di fakultas. “Kita juga sudah standarisasi. Jadi kalau semua dosen S-3, minimal 50 persen sudah ada publikasi. Sebelumnya gak ada aturan begitu. Sehingga para dekan juga akan mencoba mendorong teman-teman masing-masing fakultas, khususnya sosial sciences,” tambahnya. Sementara itu, dalam kesempatan wawancara, Mandy Mok berharap
agar sivitas akademika UNAIR lebih banyak muncul di kancah internasional. Caranya, adalah memperbanyak publikasi di jurnal bereputasi dan aktif mengikuti konferensi internasional. “Untuk menuju WCU, harus berusaha untuk muncul dan didengar di kancah internasional, memperbanyak publikasi, menyelenggarakan lebih banyak kegiatan tentang riset dan publikasi internasional, lebih kreatif, dan mengikuti perkembangan,” ujarnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
UKM Pramuka, Berkemah dan Menyelami Kehidupan Wirausaha UNAIR NEWS – Pramuka biasanya identik dengan perkemahan yang dilakukan pada hari Jumat dan Sabtu (Perjusa/Perkemahan JumatSabtu), atau Sabtu dan Minggu (Persami/Perkemahan SabtuMinggu). Namun, tidak bagi mahasiswa Universitas Airlangga yang bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka. Selama empat hari, Kamis malam (29/9) sampai Minggu sore (2/10), anggota UKM Pramuka menyelenggarakan acara Basic Scout Camp (BSC) di dua tempat. Basis perkemahan ditempatkan di lingkungan kampus C UNAIR dan Desa Spande, Candi, Sidoarjo. Perkemahan ini memang berbeda dari yang biasanya. Selain melakukan camp, mereka melaksanakan kegiatan berkemah, pelatihan kepenulisan, dan belajar wirausaha bersama masyarakat. “Pada kegiatan BSC, ini kami sengaja memadukan
berkemah dan bermasyarakat. Jadi, kami secara langsung mengikuti kegiatan masyarakat,” tutur Khoirul Anam sebagai ketua pelaksana BSC. Pada akhir pekan, rombongan UKM Pramuka melakukan kunjungan ke tempat workshop pembuatan tempe dan tahu milik pengusaha di sana. “Selain itu, para peserta langsung ditempatkan di pekarangan milik Prof. Budi. Di pekarangan itu ada sapi dan kambing sehingga para peserta dapat secara mengetahui dan angon sapi serta kambing,” pangkas Anam. Salah satu peserta yang mengikuti BSC itu adalah Eka Titik. Mahasiswa Psikologi yang menjabat sebagai Ketua UKM Pramuka itu mengatakan kegiatan BSC cukup asyik untuk diikuti. Bagian yang paling menarik menurut Eka adalah ketika dirinya bisa langsung mengetahui proses pembuatan tahu dan tempe secara langsung. “Materinya asyik dan acara kunjungannya juga seru. Saya bisa tahu secara langsung pengolahan tempe dan tahu, tidak melalui buku atau televisi,” ujarnya. Begitu pula dengan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ahmad Nur Hadi. Kegiatan BSC itu juga telah menambah pengalaman dan pengetahuannya khususnya di bidang kepenulisan ekonomi. “Untuk materi menulis dan praktik, kegiatan tersebut cukup memotivasi saya untuk menulis non fiksi. Pas kunjungan, wawasan ekonomi saya juga bertambah,” ungkap Hadi yang juga sebagai wakil Ketua UKM Pramuka ini. Selain mereka berdua, ada pula mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Reny Rachmalia yang juga mendapatkan pengalaman baru melalui kegiatan BSC. “Ini baru pertama kalinya aku tidur di kandang, dan praktik menulis minimal 500 kata. Akhirnya, saya juga cukup termotivasi untuk sering menulis,” cerita Reny. Penulis: Akhmad Janni
Editor: Defrina Sukma S
Terinspirasi Oleh Ayah, Ini Cerita Revy Mengenai Karirnya Menjadi Peselam UNAIR NEWS – Ungkapan ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’, nampaknya sangat tepat ditujukan pada Grananda Revy Pratama, peselam asal Fakultas Hukum, Universitas Ailangga. Beragam prestasi dari dunia selam telah ia torehkan, salah satunya adalah meraih 4 medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (Porprov) tahun 2015. Beragam prestasi yang ia dapatkan tak lepas dari profesi sang ayah yang merupakan seorang pelatih renang. Sejak kecil, Revy terbiasa melihat sang ayah melatih atlet-atlet dan pergi ke luar kota ketika ada lomba renang. “Dulu saya sering melihat bapak dan murid-muridnya, yang kebanyakan adalah atlet, berlatih di kolam renang. Waktu kecil kalau lihat bapak sedang melatih, aku jadi ingin ikut renang,” ujar Revy, sapaan karibnya. Bermula dari hal itu, tumbuh keinginan Revy untuk ikut-ikutan berlatih renang. Ia mulai mengenal olahraga renang sejak usia empat tahun. “Saya sempat iri ketika melihat bapak dan atletnya yang mengikuti lomba renang, bisa sekalian liburan. Jadi seolah tumbuh keinginan dari dalam hati untuk menjadi atlet. Awalnya sih seperti itu,” ungkap laki-laki kelahiran 13 Oktober 1997 ini.
Setelah memiliki basic, pada usia 15 tahun Revy memutuskan fokus pada olahraga selam, cabang olahraga yang tidak jauh berbeda dengan renang. Beragam kompetisi pernah diikuti oleh Revy, seperti Kejuaraan Daerah (Kejurda) Selam Jatim sejak tahun 2011 hingga 2016, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Selam di Jakarta sejak tahun 2012 hingga 2015. Revy juga berpartisipasi pada Porprov Jatim tahun 2013 dan 2015. Dari berbagai kompetisi yang diikuti Revy itu, tak jarang ia mengatongi juara. Revy konsisten dengan karir selamnya dengan melakukan latihan rutin yang terjadwal setiap hari Jumat dan Sabtu. Sedangkan hari aktif pada Senin hingga Jumat, ia gunakan untuk berfokus kegiatan akademik di kampus. Namun beberapa waktu terakhir, jadwal latihan laki-laki yang memiliki tinggi badan 176 cm ini semakin padat. Secara rutin setiap Senin hingga Sabtu, karena bertepatan dengan libur perkuliahan, ia melakukan latihan rutin. Meski kegiatan dalam bidang non akademik cukup pendidikan tetap menjadi prioritas Revy. “Saya
padat, selalu
mengingat pesan kedua orang tua, bahwa pendidikan tetap yang utama,” ujar laki-laki yang tergabung dalam sebuah club bernama Pas Aquatic sejak tahun 2011 ini. Alhasil, karena Revy mampu membuktikan bahwa ia tidak pernah mengesampingkan pendidikan, ia selalu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
Tiga Guru Diskusikan Demokrasi
Besar UNAIR Keadilan dan
UNAIR NEWS – UNAIR kembali menghelat acara Gelar Inovasi Guru Besar. Kali ini, Rabu (19/10), di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen UNAIR, acara sumbang intelektual dari Gubes UNAIR tersebut bertajuk “Demokrasi dan Keadilan : Mimpi yang Harus Direalisasikan”. “Melalui forum ini, kita gandakan pemikiran-pemikiran para Guru Besar UNAIR untuk masyarakat Indonesia,” ujar Drs. Suko Widodo, M.Si, Ketua Pusat Informasi dan Humas UNAIR saat memberikan sambutan. Gelar Inovasi tersebut menghadirkan tiga Gubes, yaitu Guru Besar FISIP Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D, Guru Besar FEB Prof. Dr. Djoko Mursinto, S.E., M.Ec, dan Guru Besar FISIP Prof. Dr. Hotman Siahaan, Drs. Acara yang dimoderatori oleh Dr. Suparto Wijoyo, SH., M.Hum tersebut dihadiri oleh kurang lebih 150 peserta dari berbagai kalangan. Mulai dari sivitas akademika, hingga perwakilan dari instansi pemerintah. Kondisi Demokrasi Indonesia Dalam pembahasan Gelar Inovasi tersebut, Prof. Hotman menyatakan bahwa di Indonesia banyak perlakuan diskriminasi namun mengatasnamakan demokrasi, hal tersebut terjadi karena voting yang selalu mengesahkan suara mayoritas. “Dulu di Aceh, punya laksamana laut perempuan terhebat di masanya, Laksamana Malahayati. Nah sekarang, perempuan naik motor pakai celana jeans saja dilarang oleh sebuah peraturan,” jelas Prof. Hotman memberikan contoh.
Dekan FISIP Periode 2001-2007 tersebut menyatakan bahwa demokrasi di Indonesia sudah terlampau inflasi. “Partai politik yang menggagas demokrasi saja sudah tidak demokrasi. Mana mungkin pemimpin parpol digantikan oleh anggota parpol yang lainnya, ini kan sudah tidak demokrasi, wong mereka yang mbandani,” jelasnya. Senada dengan Prof. Hotman, Prof. Ramlan Surbakti menambahkan, bahwa kesenjangan sosial tidak selalu buruk. Sesuai survei di Amerika, Prof. Ramlan mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial itulah yang mampu memotivasi manusia untuk saling bersaing. Kendati demikian, pemerintah selayaknya tetap melakukan kewajibannya untuk menentukan dan memiliki arah terkait apa yang harus diurus oleh sebuah negara. “Harus jelas bentuk dan arahnya, apa yang benar-benar harus diurus oleh negara, supaya demokrasi ini mampu memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Percuma demokrasi tapi gak sejahtera, mending otoriter, tapi rakyatnya sejahtera,” jelas Prof. Ramlan. Mengenai carut marut demokrasi di Indonesia, Prof. Djoko Mursinto menilai bahwa demokrasi dapat dimulai dari pedesaan. Sebagai Guru Besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Djoko menyatakan bahwa pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan akan lebih berhasil bila di desa tersebut berdiri BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Faridah Hari
Tangani
Leptospirosis,
Magister Keperawatan Pengmas di Sampang
Gelar
UNAIR NEWS – Dampak dari datangnya musibah banjir semakin beragam, mulai penyakit demam berdarah, diare, iritasi kulit, hingga leptospirosis. Penyakit leptospirosis sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri tersebut. Salah satu hewan yang mudah terinfeksi bakteri tersebut adalah tikus. Guna menanggulangi hal tersebut, sebagai bagian dari insan akademisi yang peduli dengan kehidupan masyarakat, Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR menggelar pengabdian masyarakat di Kelurahan Dalpenang, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura pada Sabtu, (10/12). Pengabdian Masyarakat yang dihelat di Balai Kelurahan tersebut mengangkat tema “Kenali dan Cegah Leptospirosis”. Dalam sambutannya, Ketua Panitia Pengmas M. Saleh S.Kp. Ners, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi dari bencana banjir yang sering terjadi di daerah Sampang. Selain itu, meningkatnya kasus penyakit yang diderita masyarakat pasca banjir, seperti leptospirosis perlu segera ditangani, salah satunya dengan memberikan pengenalan dan cara pencegahannya. “Sebagai akademisi kami bertanggung jawab untuk mengatasi hal ini. Kami berkewajiban untuk mewujudkan masyarakat sehat,” papar mahasiswa asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Di hadapan kader kesehatan, karang taruna, dan berbagai elemen masyarakat, H. Wakil, S.E, yang mewakili Lurah Dalpenang menuturkan bahwa penyakit yang diderita warganya pasca banjir semakin beragam. Ia menuturkan jika dulu umumnya hanya diare, kini sebagian warganya juga menderita leptospirosis. “Kecamatan Sampang ini memang kecamatan yang selalu terdampak.
Bahkan bisa 60 kelurahan kena. Di tahun 2016 saja, khususnya di kelurahan Dalpenang ini, sudah 19 kali terjadi banjir. Makanya pengmas ini sangat penting, terlebih dengan ini masyarakat lebih kenal dan bisa jadi bekal untuk pencegahan,” tuturnya.
Antusias: Mahasiswa Magister Keperawatan UNAIR Saat Memberikan Penyuluhan Kepada Masyarakat Kelurahan Dalpenang. (Foto: UNAIR NEWS) Ditemui di lokasi pengmas, Wakil Dekan I FKp UNAIR Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes, menjelaskan bahwa pengmas yang dilakukan oleh mahasiswanya ini merupakan bagian dari pengamalan tri dharma. Selain itu, bagi Kusnanto, pengmas menjadi bentuk dari aplikasi ilmu yang dipelajari oleh semua mahasiswanya di dalam kelas. ia juga menambahkan, bahwa pengmas di Kelurahan Dalpenang tersebut merupakan bagian project based learning dari mata kuliah yang didapat mahasiswa. “Jadi apa yang sudah dipelajari di kampus dapat terus diaplikasikan di masyarakat,” tegasnya.
Berbekal berbagai pengalaman melakukan pengmas di berbagai lokasi, Kusnanto tidak ingin jika pengmas dengan dana swadaya tersebut berjalan asal-asalan. Kusnanto terus berupaya memberikan terobosan kepada anak didiknya agar pengmas yang diadakan bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal itu terbukti dengan cara pemberian materi secara paralel yang dibagi di tiap pos kecil dengan berbagai ragam materi yang berbeda. “Saya memang tidak mau kalau sekedar penyuluhan biasa, karena dampaknya kurang mengena. Oleh karena itu, kami buat paralel tiap pos dengan beragam materi, kalau demikian kan mahasiswa semua terlibat dan warga pun sangat antusias dan pemahamannya lebih mendalam,” jelasnya.(*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Bantu Tekan Angka Penderita, UNAIR Perpanjang Kerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat adalah salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satu bentuk pengamalan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh sivitas akademika Universitas Airlangga adalah turut menanggulangi penyakit kanker di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, bersama pengurus Yayasan Kanker Indonesia cabang Jatim yang diketuai
Nina Soekarwo telah memperpanjang masa kerja sama dengan melakukan penandatanganan naskah kesepahaman (MoU) antara keduanya, Rabu (23/11). Masa kerja sama ini berlaku sampai tahun 2021, setelah sebelumnya dilaksanakan pada tahun 2011 hingga 2016. Acara penandatanganan naskah kerja sama dilangsungkan di Aula Hayam Wuruk, Kantor Gubernur Jatim, Surabaya. Dalam rangkaian acara itu, dilantik pula pengurus baru YKI cabang Jatim. Beberapa tokoh penting yang turut hadir dalam acara itu antara lain Gubernur Jatim, Sekretaris Daerah Pemprov Jatim, serta Konsulat Jenderal Jepang dan Amerika. Sebagai organisasi nirlaba, YKI telah memiliki 96 cabang dari Sabang hingga Merauke. YKI bekerjasama dengan beberapa pihak dalam melakukan tindakan penanganan terhadap penyakit kanker, yakni Pemprov Jatim, BPJS Kesehatan Divisi Regional, dan sivitas akademika UNAIR. Dalam sambutannya, Nina mengatakan bahwa penyakit kanker bisa berdampak kurang baik pada penderita maupun keluarga. Dampak yang dimaksud adalah gangguan psikologis dan kecemasan yang dialami penderita maupun keluarga. “Selama ini penanganan penyakit kanker terkenal dengan biaya yang mahal. Belum lagi dengan gangguan psikologis dan kecemasan yang dialami oleh penderita maupun keluarga. Oleh karena itu, YKI berpartisipasi agar masyarakat dapat melakukan pencegahan,” ujar Nina. Dalam kesepakatan tersebut, ada empat poin yang tercantum dalam naskah kerja sama. Pertama, pemberdayaan dan peningkatan aktivitas jejaring penanganan kanker di Jatim. Kedua, pengembangan sumber daya manusia melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan magang di cabang-cabang YKI. Ketiga, mengembangkan sistem rujukan untuk pembuatan dan pengelolaan data pasien kanker di Jatim. Keempat, pengembangan penelitian kanker di Jatim.
Kiprah UNAIR dalam membantu penanggulangan penyakit kanker bersama YKI tak diragukan. Menurut Prof. Nasih, banyak akademisi dari UNAIR yang menjadi relawan, tenaga medis, tenaga sosial, maupun tenaga psikologis untuk membantu meringankan beban penderita. Melalui perpanjangan masa kerja sama, Rektor UNAIR berharap, keterlibatan UNAIR dalam kegiatan YKI mampu menekan angka penderita kanker di Indonesia, khususnya di Jatim. “Harapannya, kita bisa berkontribusi lebih baik lagi sesuai bidang yang kita miliki. Kita memiliki ilmu, pengalaman, dan pengetahuan. Di sana, kita bisa mendarmabaktikan ke masyarakat. Tentu itu adalah bagian kecil saja dari kebutuhan yang diperlukan YKI,” ujar Rektor. Gubernur Jatim mengapresiasi atas dilantiknya pengurus baru serta perpanjangan kerjasama YKI dengan beberapa pihak. Mengingat, kesehatan adalah faktor penting dalam pembangunan peradaban bangsa. “Kesejahteraan masyarakat bisa diukur kalau kesehatan dan pendidikannya baik. Pendidikan yang baik berbanding lurus dengan kesehatan yang sejahtera. Sehingga Jatim, menempatkan pendidikan dan kesehatan sebagai priotitas dalam pembangunan,” kata Soekarwo. Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor III UNAIR, Direktur Sarana dan Prasarana Lingkungan, Ketua I YKI, relawan YKI, dan pihak terkait. Acara dilanjutkan dengan seminar berkaitan dengan penanggulangan kanker. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Dosen UNAIR
UI
Studi
Banding
ke
UNAIR NEWS – Perwakilan rombongan Badan Pertimbangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (BPF FKM UI) menyampaikan apresiasinya kepada BPF FKM Universitas Airlangga terkait pemilihan ketua BPF. Pasalnya, pemilihan ketua BPF di UNAIR dipilih berdasarkan pelaksanaan musyawarah/mufakat. Itulah yang disampaikan oleh Prof. Hadi Pratomo dalam kunjungan kerja ke Senat Akademik dan BPF KM UNAIR, Kamis (3/11). Acara kunjungan kerja dilaksanakan di Aula Kahuripan 301, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Dalam acara itu, sebanyak sembilan orang dari UI diterima oleh 12 pihak Senat Akademik, dan BPF KM UNAIR. Dalam acara kunjungan kerja itu, dibahas empat isu diskusi yang meliputi proses penyusunan norma akademik di tingkat universitas dan impementasi di fakultas, proses pengawasan penjaminan mutu akademik, sistem remunerasi sebagai bagian dari proses akademik, dan siklus penetapan anggaran. Terkait dengan pemilihan ketua BPF, Dekan FKM UNAIR Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., mengatakan pihaknya lebih mengutamakan musyawarah di FKM. “Kami mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat karena lebih cepat,” tutur Prof. Tri. Senada dengan Dekan FKM UNAIR, Ketua Senat Akademik Prof. Dr. M. Amin, dr., Sp.P (K) turut menimpali pernyataan Prof. Tri. “Di Fakultas Kedokteran (FK) juga seperti itu,” tutur Prof. Amin yang juga Guru Besar FK UNAIR itu. Selain soal pemilihan ketua, mereka juga sempat menyinggung soal remunerasi. Setiap dosen di UNAIR yang memiliki jabatan struktural seperti kepala departemen, lembaga, atau unit kerja
lainnya, akan mendapat insentif prestasi kerja yang telah diatur oleh universitas. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
’Man Jadda Wajada’ Motivasi Adhi Widhianto Lulus Terbaik FEB UNAIR NEWS – Aktivitas pekerjaan memang seringkali menjadi momok bagi mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Pasalnya, seringkali mahasiswa merasa kesulitan untuk mengatur waktu antara keduanya. Namun, hal tersebut tak menghalangi Adhi Widhianto, MA untuk meraih predikat wisudawan terbaik S-2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, periode September 2016. Terkait penelitiannya, wisudawan dari Program Studi Akuntansi ini mengangkat judul “Institusionalisasi Penganggaran Berbasis Kinerja: Studi Kasus Penataan Penyusunan Anggaran Pada Kementerian Keuangan”. Adhi menggali informasi untuk mengetahui dorongan sesungguhnya yang dialami Kementerian Keuangan pada saat melembagakan penataan struktur kinerja penganggaran berbasis logic model. “Apakah dorongan tersebut muncul karena adanya suatu paksaan/coercive isomorphism, adanya proses peniruan/mimetic isomorphism, adanya profesialism/normative isomorphism, atau kombinasi dari ketiganya,” kata wisudawan peraih IPK 3,93 ini. Sebagai seorang PNS di Kementerian Keuangan, Adhi mengaku
pernah dihadapkan dengan situasi sulit. Bermula pada hari ketiga mengikuti matrikulasi perkuliahan, ia menerima telepon dari kantor yang memberitahukan bahwa ia harus mengikuti pelantikan promosi jabatan. “Jadi saya harus kembali ke Jakarta untuk mengikuti pelantikan esok harinya. Dalam situasi pilihan yang membingungkan itu, esok hari setelah pelantikan, saya diberitahu oleh pimpinan akan dibebas tugaskan dari jabatan dan tetap bisa melaksanakan tugas belajar di UNAIR. Alhamdulillah,” kenang laki-laki kelahiran Blora, 8 November 1981 ini. Adhi membagikan kiatnya untuk menjadi wisudawan terbaik. Motivasinya “Man Jadda Wajada”: barang siapa bersungguhsungguh maka ia akan mendapatkan. Ia lalu mengikuti perkuliahan dengan baik, jujur dalam mengerjakan tugas, dan menyeimbangkan dengan kehidupan keluarga, seperti refreshing. ”Dukungan materiil, moral, dan doa dari keluarga, ibu bapak, istri, dan anak juga secara tidak langsung menjadi motivasi untuk melangkah dengan berusaha sebaik-baiknya,” tandasnya. Setelah dikukuhkan menjadi wisudawan terbaik, Adhi akan kembali ke instansi pemerintahan untuk menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara. Ia berharap, ilmu yang ia dapatkan ini dapat diaplikasikan dalam pekerjaannya seharihari. “Mudah-mudahan selalu dalam lindungan-Nya agar dapat menjaga amanah ilmu yang telah diberikan kepada saya, supaya menjadi ilmu yang bermanfaat,” serunya. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Quryatul Masruroh.
Mahasiswa Pecinta Alam Adakan Konservasi Penyu Hijau di Meru Betiri UNAIR NEWS – Sebanyak 12 mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga ikut serta dalam kegiatan konservasi penyu hijau di Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur. Kegiatan tersebut berlangsung selama delapan hari pada tanggal 1 sampai 8 Maret 2017. Dalam kegiatan konservasi bertajuk “Studi Pelestarian Penyu Hijau dan Identifikasi Hutan Pantai di TN Meru Betiri”, peserta dari WANALA bekerja sama dengan Kepolisian Resor Sukamade. Sekadar informasi, Pantai Sukamade adalah salah satu tempat pendaratan penyu hijau. Dalam kegiatan konservasi penyu hijau, mereka menggunakan prinsip kerja 3P yakni pengolahan dan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan. “Kami dari WANALA berangkat dengan membawa misi untuk belajar bagaimana cara melestarikan penyu. Menurut data, status keberadaan penyu hijau saat ini hampir punah,” tutur Citra Nurul Ariadi, salah satu peserta konservasi. Pada saat konservasi dilakukan, peserta dari WANALA didampingi oleh polisi hutan. Tim WANALA yang berasal dari berbagai program studi dibagi menjadi dua tim. Mereka akan menganalisis vegetasi dan mengamati penyu. Tim analisis vegetasi bertugas mengumpulkan data tumbuhan di kawasan “rumah penyu” atau bibir pantai, sedangkan tim pengamatan penyu bertugas mengobservasi pola perilaku penyu yang mendarat untuk bertelur.
Inisiatif kegiatan tahunan UKM WANALA yang befokus untuk menyelematkan lingkungan hidup tersebut mendapat respon positif dari berbagai pihak. Pihak kepolisian setempat merasa terbantu dengan adanya kegiatan itu. “Saya harap ada penelitipeneliti dari UNAIR yang mau mampir kesini untuk membantu memberi solusi,” kata Polres Sukamade. Selama ini, konservasi penyu hijau memiliki sejumlah permasalahan. Tumbuhan waru dan pandan yang berada di area bibir pantai tak dapat beradaptasi sehingga jumlahnya berkurang. Selain itu, tumbuh-tumbuhan di wilayah Meru Betiri juga mengalami kerusakan akibat ulah penyu, babi hutan, serta kondisi cuaca. Selain itu, penyu hijau sensitif terhadap cahaya sehingga petugas mengupayakan pantai terbebas dari adanya cahaya. Cahaya tersebut datang dari perahu nelayan yang menangkap benur di malam hari. Dari hasil kegiatan konservasi yang dilakukan, tim WANALA akan mendokumentasikan kegiatan menjadi buku yang berisi catatan perjalanan serta data-data sebagai wujud sumbangsih pembelajaran lingkungan hidup. Harapannya, buku-buku tersebut dapat menambah wawasan pembaca terkait konservasi sekaligus menumbuhkan kecintaan dan keinginan untuk melestarikan penyu di Indonesia. Penulis: Citra Nurul Ariadi (anggota UKM WANALA) Editor: Defrina Sukma S
Ajang Pencarian Bakat dan Diskusi oleh PT Telkom di UNAIR UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Direktorat Sistem Informasi (DSI) bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Kali ini, Kamis (8/12), UNAIR bersama dengan salah satu BUMN PERAIH penghargaan Top Companies to Work for in Asia dalam ajang Asia Corporate Excellence & Sustainability Awards 2016 (ACES) tersebut menggelar Talkshow & Scout Talent di Ruang Sidang Pleno, Gedung Manajemen Kampus C. Narasumber dalam acara tersebut adalah Direktur Human Capital Management (HCM) Telkom sekaligus penulis dari buku “Strongest by Best People”, Herdy Harman, SH., MBA., LLM. Acara tersebut dibuka langsung oleh Direktur Sistem Informasi dan Komunikasi, Drs. Eko Supeno, M.Si. Di awal pembicaraannya, Herdy memaparkan beragam prestasi yang telah diraih oleh Telkom. Selain penghargaan Top Companies to Work for in Asia dalam ajang Asia Corporate Excellence & Sustainability Awards 2016 (ACES), Telkom juga berhasil menggenggam predikat Best Employer dan Best of The Best Employers dalam ajang AON Best Employer 2016. “Untuk mencapai misi menjadi the king of digital, faktor terpenting yang menjadi nilai competitiveness dari sebuah organisasi adalah budaya dari organisasi tersebut,” jelasnya. Dalam kesempatan tersebut, Herdy juga menyempatkan untuk memberikan motivasi-motivasi bagi para peserta talkshow. “Dapatkan esensinya dalam melakukan sesuatu, sebagai anak muda jika ingin melakukan sesuatu, lakukanlah dengan keren, efektif dan efisien,” ucap Herdy.
Dalam beberapa kesempatan, Herdy juga menekankan bahwa nilai kebangsaan adalah sesuatu yang penting untuk membangun sebuah bangsa. “Kita sadar bahwa kita bangsa Indonesia itu berbedabeda, bahasa kita beda, agama kita berbeda-beda, suku kita beda-beda tapi kita harus satu bangun satu bangsa, one mission, Indonesia,” tegas Herdy. Selain itu, Herdy juga menjelaskan mengenai kriteria dari anak-anak muda yang diharapkan, yaitu anak muda yang memiliki karakter yang kuat, digital leadership competencies, professional competencies, collaborative, dan social awareness. “Kita mencari para anak-anak muda yang aktif, bukan anak muda yang terlalu fokus belajar tetapi tidak aktif bersosialisasi di masyarakat. Anak muda seharusnya mampu menyeimbangkan antara akademik dengan sosialnya, jadi otak kanan dan kiri juga harus seimbang,” pungkas Herdy. Selain membagikan ilmu kepada para peserta, Herdy juga memberikan beberapa penjelasan mengenai profil dari Telkom kepada para peserta yang masuk dalam proses seleksi yang akhirnya akan menjadi bagian dari Telkom. “Saya berharap bahwa dengan adanya acara ini dapat memberikan jalan kepada para mahasiswa dan alumni UNAIR untuk dapat memberikan kontribusinya pada Telkom,” ujar Ketua DSI UNAIR, Eko Supeno.(*) Penulis : Alifian Sukma Editor : Dilan Salsabila