PIMNAS ke-29, UNAIR Unggul Bidang Presentasi UNAIR NEWS – Prestasi Universitas Airlangga pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun ini terbilang unggul dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dengan sejumlah 21 tim yang lolos, UNAIR mendapatkan perolehan juara III, menyusul Universitas Brawijaya pada juara I, dan Universitas Gadjah Mada pada juara II. Direktur Kemahasiswaan UNAIR Dr. M. Hadi Subhan, SH., MH., CN., mengatakan, pembinaan terhadap tim PKM memang dilakukan cukup lama. Berbagai persiapan dan fasilitas diberikan jauhjauh hari demi menunjang keikutsertaan PIMNAS. “Setelah dinyatakan didanai sejumlah 167 tim, kita lakukan monitoring dan pembinanan secara intensif. Setelah dinyatakan lolos finalis, selama lebih dari setengah bulan dilakukan penggemblengan, baik materi, presentasi, maupun poster,” ujar Hadi. Berikut perolehan medali tiga besar juara umum PIMNAS kategori presentasi: Medali
Juara Umum
Perguruan Tinggi
Emas
1
UB
6
4
2
2
UGM
5
2
3
3
UNAIR
5
3
0
Perak Perunggu
Jumlah tersebut meningkat dari perolehan medali pada tahun 2015. Pada kategori presentasi, tim UNAIR mendapatkan 2 medali emas, dan 1 perak. Ayu Tarantika Indreswari dari tim KUMAK “Kit Uji Merkuri dalam
Air dan Kosmetik” memperoleh dua medali emas, yaitu untuk kategori presentasi serta pameran produk dan poster. Ia mengatakan, UNAIR mendukung penuh semua fasilitas yang dibutuhkan tim PKM yang lolos PIMNAS, sejak baru didanai hingga hari H pelaksanaan PIMNAS. “Kami diberi beberapa materi dasar dan dibekali bagaimana mempersiapkan materi presentasi, finishing laporan akhir, poster, dan artikel ilmiah, dan dikoordinasi dengan proses uploading. Dan tiga hari terakhir kami melakukan pleno atau presentasi secara bersama-sama serta evaluasi,” ujar Ayu. Penghargaan bagi finalis PIMNAS Hadi mengatakan, pihaknya kini sedang meminta arahan rektor untuk memberikan afirmasi terhadap mahasiswa yang lolos PIMNAS. Ada rencana untuk mahasiswa yang lolos PIMNAS, bebas dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan skripsi. “Misal, kalau dapat medali PIMNAS bidang penelitian bisa dibebaskan dari skripsi. Kalau bidang pengmas bisa bebas dari KKN,” katanya. Hadi mengatakan, cara ini akan menjadi stimulus mahasiswa untuk lebih aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Selain itu, ke depan, diharapkan fakultas bisa lebih memantau iklim akademik mahasiswa. “Agar fakultas juga ikut memantau dan memberikan iklim akademik yang kondusif terhadap penelitian-penelitian bidang PKM. Karena sekarang ada yang kurang kondusif. Mengajukan skripsi tema sama dengan PKM, ditolak. Yang seperti ini akan diminimalisir. Mau dibuat regulasi, ada aturan mainnya, sehingga fakultas tinggal menjalankan. Nanti bagaimana formulasinya ini yang akan kita kaji,” terangnya. Dengan perolehan juara III PIMNAS tahun 2016 ini, Hadi berharap UNAIR bisa lebih maksimal lagi di tahun depan. Pihaknya juga menginginkan agar bidang sosial humaniora lebih
dikuatkan lagi. Karena sebagai lembaga pendidikan berbentuk universitas, UNAIR memiliki sumber daya yang mumpuni dibandingkan perguruan tinggi non-universitas. “Kita lemah di bidang sosial humaniora, padahal universitas adalah lumbungnya bidang ini. Ke depan, kita akan lebih memberi perhatian bidang soshum, agar UNAIR leading dibidang tersebut,” pungkasnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
UNAIR Diharap Konsisten dan Menambah Program World Class University UNAIR NEWS – Ada dua perihal penting yang menjadi catatan tim evaluasi terhadap program World Class University yang diimplementasikan oleh sivitas akademika Universitas Airlangga. Kedua hal itu dalam kriteria lembaga pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking (WUR) disebut sebagai reputasi akademik (30%), dan reputasi alumni yang bekerja (10%). Dalam bidang reputasi akademik, UNAIR diharap konsisten dengan program-program yang telah dibuat dalam skema WCU. Prof. Hermawan, tim evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk program WCU, mengatakan UNAIR sudah memiliki programprogram menarik. Hanya saja, kuantitas dan kualitas program tersebut perlu ditingkatkan. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Hermawan usai kegiatan
evaluasi kinerja program WCU, Jumat (12/8). Pelaksanaan evaluasi dilakukan di Ruang Sidang Pleno dan dihadiri oleh Rektor UNAIR beserta jajarannya, serta unit kerja yang berkaitan dengan program WCU. Program-program menarik yang telah dibuat UNAIR dalam skema WCU diantaranya adalah Attracting Global Talent, serta konferensi dan seminar internasional. Prof. Hermawan mengakui bahwa UNAIR memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Namun, potensi itu perlu digarap dengan serius agar suatu saat UNAIR bisa sejajar dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia yang lebih unggul, seperti Universitas Indonesia. Prof. Hermawan mengakui bahwa UNAIR kalah mencuri langkah awal dibandingkan kampus lain. “UNAIR ini memiliki potensi luar biasa, sehingga suatu saat nanti, saya berharap UNAIR bisa sejajar dengan Universitas Indonesia. Karena memang UI sudah memulai program WCU sejak sepuluh tahun yang lalu. Dan yang lainnya memang sedikit terlambat dalam memberikan perhatian. Tapi potensinya sama persis sehingga menurut saya UNAIR bisa mewakili Indonesia di kancah dunia,” tutur Prof. Hermawan. Ia menyarankan agar UNAIR terus menggali potensi-potensi sivitas akademika yang bisa digarap dan ditingkatkan. Misalnya saja, melipatgandakan jumlah profesor dari kampus luar negeri yang melakukan penelitian di UNAIR. Bisa pula dilihat dari penyelenggaraan konferensi internasional. “Terus saja digali hal-hal yang dianggap kecil dan terlewat. Bisa digali dari segi angka-angka, misalnya berapa jumlah international conference, apakah bisa didobelkan (dilipatgandakan, red). Berapa banyak profesor, apakah itu bisa didobelkan. Angka-angka itu diharapkan bisa mengikuti skornya dalam perankingan dunia,” imbuh Prof. Hermawan. Di bidang penelitian, Prof. Hermawan mengakui bahwa produktivitas peneliti bidang sosial humaniora masih cukup
rendah. Kondisi tersebut terjadi di kampus-kampus Indonesia. Padahal, target jumlah penelitian itu sudah disesuaikan dengan situasi akademik peneliti masing-masing fakultas. Apabila jumlah target yang ditentukan tidak tercapai, kondisi itu akan membebani bidang lainnya yang sudah maju. Pada tahun-tahun berikutnya, Dikti akan mengangkat peneliti dari ilmu sosial agar lebih produktif. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Dikti Evaluasi Program World Class University UNAIR NEWS – Untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program pencapaian predikat perguruan tinggi kelas dunia (World Class University – WCU), pimpinan Universitas Airlangga menyelenggarakan pertemuan dengan tim evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang Sidang Pleno, Jumat (12/8). Delegasi Dikti yang hadir adalah Prof. Hermawan dan Prof. Wawan dari Institut Teknologi Bandung. Sedang dari UNAIR, pertemuan dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Nasih, Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Badri Munir Sukoco, dan pimpinan lainnya. Dalam sambutannya Prof. Hermawan mengatakan, monitoring ini dilakukan untuk melihat kinerja UNAIR dalam penggunaan anggaran WCU sebesar 10 miliar per tahun. “Kami ingin mendapatkan kepastian bahwa anggaran benar terserap. Agar kalau ke depan ada permintaan kenaikan anggaran, bisa dikabulkan,” tutur Prof. Hermawan.
Prof. Hermawan mengatakan, UNAIR merupakan salah satu kampus di Indonesia yang digadang-gadang bisa mencapai perguruan tinggi kelas dunia selain Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Prof. Hermawan juga menambahkan, selama ini UNAIR memiliki potensi besar menjadi kampus kelas dunia. Hanya saja, UNAIR belum begitu terekspose atas karya yang sudah dicapainya. Ia pun berharap, sivitas akademika UNAIR bisa menjadi lokomotif sekaligus brand image kampus-kampus Indonesia di mata dunia. Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Ketua BPP. Dalam pemaparannya, demi meningkatkan kualitas dan peringkat UNAIR, program-program sudah didelegasikan kepada unit-unit kerja terkait. Misalnya, untuk meningkatkan keterbacaan informasi UNAIR di internet, tanggung jawab dibebankan pada Pusat Infomasi dan Humas UNAIR. Sedangkan, untuk mendigitalisasi salinan cetak, kini Perpustakaan UNAIR sudah memiliki laman repositori. Sedangkan, untuk meningkatkan publikasi penelitian yang terindeks Scopus, Pusat Pengembangan dan Publikasi Jurnal Ilmiah secara rutin melaksanakan lokakarya penulisan jurnal dan pendampingan terhadap peneliti untuk memublikasi jurnal. Badri pun menambahkan, demi meningkatkan internasionalisasi, UNAIR memiliki program Airlangga Global Talent untuk menarik minat praktisi kelas dunia dari organisasi non-pemerintah. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
kalangan
pemerintah,