Tekad Masuk Tiga Besar PIMNAS UNAIR NEWS – Senin (22/2), secara resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) mengeluarkan pengumuman penerima hibah Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2016. Sebanyak 167 judul PKM mahasiswa UNAIR didanai oleh DIKTI. PKM yang didanai meliputi 64 PKM-Penelitian, 33 PKM-Pengabdian Pengabdian Masyarakat, 43 PKM-Kewirausahaan, 3 PKM-Teknologi, dan 24 PKMKarsa Cipta. “Tahun kemarin peringkat enam, sekarang kita peringkat enam juga. Tahun kemarin ada 277 tim yang didanai. Universitas lain juga memang rata-rata turun,” tutur Nurul Tri Wahyudi, Ketua Badan Semi Otonom (BSO) Garuda Sakti, badan koordinasi keilmuan lintas fakultas di UNAIR yang salah satunya menaungi masalah PKM. Dengan 167 judul PKM didanai, UNAIR berada di posisi keenam setelah UGM (285), ITS (270), UB (264), UNDIP (229), dan IPB (205). Meskipun demikian, UNAIR bertekad untuk tetap bisa masuk tiga besar dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) nanti. Apalagi selama ini UNAIR dikenal di PIMNAS sebagai tim dengan kontingen yang tidak gemuk namun mampu menyabet banyak medali. Salah satu Tim Pendamping Kemahasiswaan (TPK) UNAIR, Dr. Eduardus Bimo Aksono H, drh., MKes., K menegaskan hal tersebut. Ia dan tim akan melibatkan semua pihak agar harapan UNAIR masuk tiga besar PIMNAS dapat tercapai. Sebagai langkah awal, Bimo menjelaskan bahwa semua elemen yang terlibat akan diundang untuk menyamakan visi terkait harapan UNAIR masuk 3 besar PIMNAS tahun ini. “Di awal ini kita akan kumpulkan semua ketua PKM, kita undang semua dosen pembimbing, dan teman-teman mahasiswa yang akan jadi pendamping. Kita akan berikan persepsi yang sama sehingga PIMNAS ke depan akan lancar,” tuturnya.
Pria yang juga sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR tersebut menambahkan bahwa ia juga akan berkoordinasi dengan Keilmuan BEM, UKM Penalaran, para mahasiswa yang tergabung dalam Garuda Sakti, Ikatan Alumni PIMNAS, hingga dosen yang sudah di-training of trainer (TOT) demi membawa harum nama UNAIR dalam forum ilmiah mahasiswa terbesar di Indonesia tersebut. Terkait dengan masalah pendanaan, seperti tahun-tahun sebelumnya UNAIR akan memberikan talangan jika dana dari DIKTI belum cair sepenuhnya. Sebagai komitmen dan bentuk perhatian UNAIR terhadap PKM ini, tim dan dosen pembimbing yang bisa meraih medali di PIMNAS nantinya juga akan diberikan reward tertentu. Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Yeano Andhika
Olah Jasmani dan Rohani di Lingkungan Kampus UNAIR NEWS – Untuk menunjang kinerja, karyawan maupun pimpinan perlu memiliki jiwa dan raga yang fit. Oleh karena itu, pegawai perlu ‘menggerakkan’ tubuhnya untuk berolahraga dan melakukan salat berjamaah sebagaimana waktu yang ditentukan. Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga, Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum, telah mengimbau melalui surat edaran yang telah ia rilis sejak awal Februari 2016. Purnawan mengimbau kepada pimpinan, dan pegawai di lingkungan Kantor Manajemen UNAIR, fakultas, dan unit penunjang untuk melakukan senam pagi tiap Jumat, dan salat berjamaah di masjid atau musala di UNAIR.
“Saya berharap semua pegawai bisa berolahraga untuk menjaga kesehatan jasmani. Ketika keadaan jasmani sehat, maka diharapkan kinerja juga maksimal. Tentunya, kesehatan jasmani harus diimbangi dengan rohani. Nah, kalau yang rohani, bagi yang beragama Islam, saya mengimbau untuk melakukan salat berjamaah. Kalau yang non-Islam, silakan beribadah sesuai keyakinan masing-masing,” tutur Purnawan. Berolahraga Tiap Jumat pagi, di lingkungan UNAIR, termasuk rektorat, ada banyak karyawan dan pimpinan dengan senyum tersungging dan peluh yang menetes di halaman parkir mobil. Mereka menggerakkan tubuh mengikuti irama musik up beat dipandu dengan gerakan aerobik oleh instruktur senam. Mereka memiliki kesamaan, yaitu berwajah riang dan sesekali memekakkan katakata penyemangat. Lama waktu senam berkisar antara 25-30 menit cukup membuat peserta senam terlihat mengusap peluh. Apalagi, beberapa diantara mereka, sebelum mengikuti senam, mereka melakukan pemanasan dengan berlari-lari mengelilingi area kampus C UNAIR. Di lapangan futsal kampus C UNAIR, terlihat karyawan yang didominasi laki-laki itu memainkan futsal. Sebagian dari mereka mengenakan kaos jersey bernomor punggung pemain sepakbola klub favorit. Usai melakukan olahraga pagi, ada kudapan dan makanan berat yang telah disediakan oleh panitia penanggung jawab. Menu kudapan dan makanan yang disediakan silih berganti. Terkadang panitia senam menyediakan segelas air mineral, susu kedelai, dan nasi bungkus. Untuk meramaikan suasana sekaligus motivasi, biasanya panitia atau instruktur memberikan bingkisan kepada peserta yang paling bersemangat.
Senam pagi di RS UNAIR. (Foto: UNAIR NEWS) Apabila di lingkungan rektorat kegiatan senam dan futsal dimulai pukul 07.00, di fakultas dan unit penunjang seperti RS UNAIR, senam biasanya dimulai sekitar pukul 06.00 – 06.30. Di Fakultas Kedokteran, misalnya, kegiatan senam yang berlangsung di depan gedung NIAS, dimulai sekitar pukul 06.00 dan diikuti oleh karyawan dan dosen. Di RS UNAIR, senam dilakukan di area indoor (auditorium lantai 8 RS UNAIR). Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, selaku Direktur Utama RS UNAIR, kegiatan senam ini berguna untuk membangun kebersamaan antarkaryawan. “Ini justru sifatnya sukarela dan itu sangat bagus. Selain itu, senam diharapkan bisa mengendorkan saraf dari hiruk-pikuk pekerjaan, meningkatkan daya pikir karyawan agar lebih cerdas dan cermat dalam bekerja,” terang Prof. Nasron. Salah satu karyawan Poli Rawat Jalan RS UNAIR, Purwanti, merasa senang dengan kegiatan senam rutin tiap hari Jumat. Menurut Purwanti, kegiatan senam memang perlu untuk membangun kebersamaan para karyawan dan pimpinan. “Sekalian sarana refreshing dan mengenal antar karyawan dari unit yang berbeda,” kata Purwanti. (*)
Penulis: Okky Putri Rahayu dan Defrina Sukma S.
Selain Go International GaraGara Font, Adien Lihai Menulis Buku Aksara Jawa UNAIR NEWS – Mahasiswa Departemen Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Adien Guntara ternyata tidak hanya piawai membuat desain model huruf. Pemuda yang sudah go international berkat font tersebut juga lihai menulis dengan aksara jawa. Buktinya, sudah sebuah buku kumpuan cerpen yang full ditulis dengan aksara jawa dibuat olehnya. Judulnya, Kiambang. “Cerpen-cerpen itu pernah diterbitkan di koran lokal. Tapi, tentu waktu itu pakai huruf latin biasa. Nah, saya lalu mengubahnya menjadi aksara jawa dan menerbitkannya,” urai pemuda asal Probolinggo tersebut. Lelaki yang juga pernah menulis buku berjudul Cara Mudah Membuat Font Dengan Corel Draw merilis Kiambang melalui penerbit Jogjakarta Indie Book Corner pada 2015 lalu. Sejauh ini, peminatnya cukup banyak. Saat ditanya, mengapa ada ide untuk meluncurkan karya itu, Adien menjawab gamblang. Bahwa, dia melihat kegemaran dan kepedulian masyarakat terkait aksara jawa pelahan pudar. Banyak anak sekolah yang sejatinya sudah belajar tentang ini, namun hilang begitu saja ketika beranjak dewasa. Apa yang dia lakukan salah satunya bertujuan untuk menggelorakan kembali minat terhadap aksara jawa. Sebab, bila bukan dilestarikan oleh orang jawa sendiri, siapa yang akan
melestarikannya?! Apakah tidak takut dibilang tradisional dan tidak modern? “Justru kita harus cinta dengan tradisi dan budaya bangsa,” jelas dia. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Peduli Lingkungan, UNAIR Bisa Berperan dalam Mengolah Sampah Plastik UNAIR NEWS – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia beberapa hari lalu mulai menerapkan kebijakan plastik berbayar. Kebijakan ini menuai banyak respon dari beragam kalangan, salah satunya Ucu Martanto, S.IP., MA, selaku staf pengajar pada Departemen Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Ucu Martanto “Kebijakan plastik berbayar tergolong terlambat diberlakukan. Plastik ini telah menjadi problem besar sejak lama,” ujar Ucu ketika diwawancarai di kantor ‘Centre of Security and Welfare’ Departemen Politik FISIP UNAIR. Walaupun terlambat, Ucu menilai, bahwa kebijakan ini bisa
mempersuasi publik untuk tidak menggunakan kantong plastik, dan beralih menggunakan tas belanja non-plastik. Akan tetapi, untuk membuat kebijakan ini berhasil, pemerintah perlu didukung oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM). “Untuk mengubah gaya hidup masyarakat, LSM perlu melakukan edukasi langsung kepada masyarakat. Untuk aksi (mengurangi plastik), tidak selamanya harus bergantung pada pemerintah. Masyarakat harus ikut andil,” imbuh pakar politik lingkungan. Peran sivitas akademika Sivitas akademika juga memiliki peran untuk mengurangi penggunaan plastik. Tak jarang, dalam berbagai aktivitas, kantong plastik digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Akibatnya, sampah menumpuk dalam jumlah yang besar. Lulusan program master di University for Peace di Kostarika ini berharap agar UNAIR merespon kebijakan plastik berbayar melalui ide-ide kreatif. Ucu mengatakan bahwa UNAIR sebaiknya memiliki program skema yang berisi indikator-indikator kampus berkelanjutan. Program itu memiliki tiga aspek penting, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam aspek lingkungan, misalnya, indikator itu digunakan menilai kebijakan pengolahan sampah, penggunaan air, listrik, kertas, dan lain-lain. Dalam aspek sosial, program kampus berkelanjutan itu merupakan sebuah langkah kecil agar sivitas akademika peduli lingkungan yang kemudian bisa berdampak pada masyarakat sekitar. Sedangkan, dalam aspek ekonomi, program ini bisa dijadikan sebagai bisnis yang bermanfaat bagi UNAIR. “Untuk itu, UNAIR perlu membuat grand framework yang memungkinkan ketiga aspek di atas dikelola. Sebagai world class university, UNAIR perlu merespon kebijakan ini melalui program yang berkaitan dengan lingkungan,” tambah Ucu. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Defrina Sukma S
Mahasiswa Depkom Go Global, Font Dipakai Film Hollywood UNAIR NEWS – Adien Gunarta, namanya. Mahasiswa Departemen Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi ini tercatat sebagai salah satu mahasiswa UNAIR yang go global. Kebolehannya membuat desain font telah diakui di dunia internasional. Salah satu font kreasi Adien yang diberinya nama Ceria Lebaran sukses tampil di salah satu film Hollywood. Yakni, Despicable Me. Ceria Lebaran dipakai sebagai font untuk tulisan yang berbunyi Eagle Hair Club. Tulisan tersebut muncul di salah satu scene film untuk menjelaskan tempat penjualan rambut palsu. “Tim film tersebut menghubungi saya via email dan mengkonfirmasi kalau font saya dipakai,” kata Adien saat diwawancara pekan lalu. Bangga. Demikianlah perasaan Adien. Terlebih, selama ini kreasi font yang dia buat memang kerap berseliweran di kancah internasional. Misalnya, dalam katalog Klingspor Museum Jerman, Macgill University, dan masuk Fonstruct Nominee, kompetisi dunia bagi pembuat font. Putra pasangan Sri Hartati dan Muhammad Gun Abdul Rasyid ini sudah suka membuat font sejak di bangku SMP. Dia menduga, darah seni itu turun dari kakeknya, Hadianto, yang merupakan seorang kaligrafer.
Adien saat dijumpai di gedung Fisip (Foto: UNAIR NEWS) Sejauh ini, setidaknya ada 103 kreasi font yang dia ciptakan dan bisa diunduh bebas di laman dafont.com. Nama-nama font tersebut khas Indonesia. Misalnya, Buka Puasa Bersama, Aceh Darusalam, Nur Kholis, dan lain-lain. Adien membeberkan, sejumlah waralaba supermarket, makanan, dan restoran di Indonesia pernah memakai font ciptaannya. Meski memang, tidak semua melakukan konfirmasi. Adien sendiri, tidak mewajibkan pemakai melakukan konfirmasi terlebih dahulu. “Di laman dafont.com, saya hanya menyarankan agar user menghubungi saya bila mau memakai. Tapi, karena ini laman berbagi yang gampang diakses siapa saja, tidak semua orang mau memberitahu,” ujar dia. Ditanya soal penghasilan dari mereka yang mengunduh dan menggunakan font tersebut, Adien menyatakan tidak semua membayar. Sebab, bentuknya semacam donasi atau seikhlasnya. Bukan royalti. Hal itu juga berlaku saat Ceria Lebaran dipakai film Hollywood tersebut. “Saya dapat uang. Tidak banyak. Tapi, lumayan,” kata pembuat buku kumpulan cerpen bahasa Jawa berjudul Kiambang tersebut. (*)
Penulis: Rio F. Rachman
Gabung di UKM Paduan Suara UNAIR Yuk! UNAIR NEWS – Bagi mahasiswa Universitas Airlangga yang suka unjuk kebolehan vokal atau sekadar suka bernyanyi, tak perlu ragu untuk bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara (UKM PSUA). UKM PSUA tengah membuka audisi bagi mahasiswa UNAIR yang suka bernyanyi untuk bergabung menjadi anggota. Aditya Bagaskara, Ketua UKM PSUA, mengatakan bahwa organisasi minat dan bakat yang tengah dipimpinnya kini tengah membutuhkan regenerasi penyanyi. “Kami ingin mewadahi minat mahasiswa UNAIR dalam hal bermusik, khususnya di bidang paduan suara,” tutur Adit. Dalam seleksi yang diadakan UKM PSUA kali ini, pihaknya tidak menentukan jumlah porsi laki-laki dan perempuan. Tiap peserta yang mendaftar audisi, diseleksi berdasarkan standar nilai yang dijadikan patokan. Lalu, siapa yang menjadi juri dalam seleksi anggota? “Ada dua rangkaian seleksi, yaitu wawancara dan musikalitas. Kalau seleksi wawancara, tiap peserta diseleksi oleh kalangan internal UKM PSUA yang bergabung dengan kepengurusan selama dua tahun berjalan. Sedangkan, tes musikalitas akan diuji oleh anggota UKM PSUA yang mempunyai kredibilitas untuk menyeleksi dari sisi musikalitas,” imbuh Ketua UKM PSUA. Seleksi akan dilaksanakan di panggung Student Center, Kampus C UNAIR, pada tanggal 4-6 Maret 2016 sesuai waktu yang
ditentukan. Bagi mahasiswa UNAIR yang ingin mendaftar, kirim saja nama, fakultas, dan pilihan tanggal seleksi ke narahubung Zeva UKM PSUA ke 083831528274 atau via LINE (id: zevawetik). Sederet prestasi yang telah ditorehkan anggota UKM PSUA antara lain juara IV kategori mixed choir, juara III kategori early music, dan juara I kategori folksong choir di kompetisi ‘The 14 th International Choir Festival Tallinn (ICFT) 2015’ di Tallinn, Estonia, pada 23-25 April 2015. Selain itu PSUA juga menyabet dua gelar juara pada ajang ”8th International Warsaw Choir Festival Varsovia Cantat” di Warsawa, Polandia. Pada ajang tersebut PSUA membawa pulang gelar pada kategori Mixed Choirs Adults dan Equal Voices Choirs. Di level nasional, anggota UKM PSUA berhasil meraih penghargaan kategori Best Interpretation Compulsory Song, Champion of Mixed Adult , Champion of Folk, dan Grand Champion th
of 5 pada ajang Satya Dharma Gita Choir Festival tahun 2015 di Semarang. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, gabung UKM PSUA! (*)
Penulis: Defrina Sukma S
Menyalakan Harapan UNAIR Lewat Kunjungan
Masuk
UNAIR NEWS – UNAIR berkeyakinan bahwa siswa SMA dari berbagai pelosok daerah memiliki hak yang sama dengan siswa SMA di kota-kota besar untuk mendapatkan pendidikan berkualitas yang ditawarkan oleh UNAIR. Hal ini terlihat salah satunya dari begitu terbukanya UNAIR dalam menerima kunjungan SMA dari berbagai daerah akhir-akhir ini dalam rangka memberikan akses informasi yang seluas-luasnya tentang UNAIR. Kali ini dua sekolah dari ujung barat dan ujung timur Jawa Timur mengunjungi UNAIR secara bersamaan, Rabu (24/2). Kedua sekolah tersebut adalah MA Tarbiyatul Islam, Tuban dan SMA Negeri Balung, Jember. Sekitar 300-an siswa dan sejumlah guru pendamping dari kedua sekolah tersebut diterima oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. “Selamat datang di UNAIR. Saat ini rekan-rekan berada di Aula Garuda Mukti, sebuah ruangan sakral tempat dikukuhkannya para guru besar UNAIR,” ujar Wayan Putra, staf PIH yang dalam kesempatan tersebut menjelaskan berbagai hal tentang selukbeluk UNAIR. Para guru pendamping dari kedua sekolah nampak senang dengan sambutan yang mereka terima di UNAIR. “Kami ingin bahwa anak-anak kami nanti tidak hanya melanjutkan studi di Jember saja. Kami ingin juga ada yang di Surabaya, khususnya di UNAIR yang merupakan kampus unggulan,” ujar salah
seorang perwakilan guru dari SMA Negeri Balung. Asadullah Khoiri, guru dari MA Tarbiyatul Islam mengucapkan rasa terima kasihnya atas penerimaan dari UNAIR, apalagi setelah mengetahui bahwa mereka diterima di Aula Garuda Mukti yang merupakan ruang sakral bagi sivitas akademika UNAIR. “Kami dari sekolah kecil dan terpencil di daerah Tuban. Kami sangat tersanjung diterima di ruangan sakral ini. Terima kasih atas kesempatannya,” ujarnya. Ia lantas menceritakan bahwa belum ada sama sekali alumni dari sekolahnya yang diterima di UNAIR, oleh sebab itu ia berharap melalui kunjungan seperti ini anak-anak didiknya akan berjuang agar nantinya bisa diterima di UNAIR. Sama seperti biasanya ketika ada kunjungan dari SMA, PPMB juga menyampaikan berbagai informasi tentang penerimaan mahasiswa baru UNAIR. “Adik-adik harus semangat untuk terus belajar. Walaupun berasal dari sekolah kecil, asal sungguh-sungguh pasti bisa diterima di UNAIR,” pungkas Imam Siswanto, staf PPMB. (*) Penulis : Yeano Andhika
Mahasiswa Sastra Jepang Terbantu Native Speaker yang Jadi Asisten Dosen UNAIR NEWS – Sudah delapan tahun ini, Jurusan Sastra Jepang menjalin kerjasama dengan Ashinaga Foundation. Salah satu bentuknya, yayasan dari Jepang itu mengirimkan dua orang native speaker untuk menjadi asisten dosen. Menariknya, usia
mereka relatif sama dengan para mahasiswa. Umumnya, mereka adalah mahasiswa semester enam atau tujuh di kampus masingmasing. Tahun ini, dua asisten dosen dari Jepang itu adalah Seira Oie dan Kenya Yoshida. Seira merupakan mahasiswi semester tujuh dari Universitas Kuansei Gakuin. Sementara Kenya merupakan mahasiswa semester tujuh Universitas Tenri. “Mereka membaur dengan para mahasiswa. Para mahasiswa biasa jalan-jalan bareng dengan mereka. Bahkan, ke luar kota,” kata Ghulam Bintang Syahrial, salah satu mahasiswa Sastra Jepang. Dia mengatakan, kehadiran native sangat membantu proses perkuliahan. Para mahasiswa bisa langsung mempraktekkan ilmu dan kemampuan bahasa Jepang pada orang asli negeri Sakura. Bahkan, dua orang itu juga mengajar kaligrafi huruf kanji. Baik Seira maupun Kenya merasa senang sudah bisa berkenalan dengan mahasiswa Indonesia. Mereka mendapat banyak pengalaman menarik. Sayangnya, per tanggal 1 Maret 2016, dua mahasiswa asal Nippon itu bakal pulang ke kampung halaman. “Saya akan sangat merindukan teman-teman di sini,” kata Seira saat ditemui di gedung Fakultas Ilmu Budaya Selasa (23/2) lalu. “Kehangatan kawan-kawan tidak akan mungkin bisa kami lupakan,” tambah Kenya. Para native dari Ashinaga Foundation biasanya datang ke Indonesia sejak April tiap tahun. Lantas, berakhir pada Februari tahun berikutnya. Selain mengirimkan mahasiswa Jepang untuk berbagi ilmu di Indonesia, yayasan ini juga memberi peluang summer course untuk para mahasiswa. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Pacu Spirit Berwirausaha
Mahasiswa
UNAIR NEWS – Kesempatan kerja bukan hanya datang dari perusahaan negeri maupun swasta. Di jaman yang semakin berkembang dan lapangan kerja yang semakin beragam ini, mahasiswa juga dituntut untuk bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Sejatinya, mahasiswa memiliki banyak jejaring dan pengalaman yang memungkinkan untuk menciptakan bisnisnya sendiri, sebagai pemikir dan pencipta lapangan kerja. Hal itulah salah satunya yang mendasari Endeavor, sebuah organisasi global yang turut menangani kisah sukses wiraswasta di negara-negara berkembang. Endeavor bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) UNAIR, menggelar acara bertajuk “The Power of Entrepreneurship”. Acara itu digelar di Aula Garuda Mukti, Rektorat UNAIR, pada Kamis (18/2) dihadiri oleh sekitar 430 mahasiswa dari 31 perguruan tinggi. Dalam acara tersebut, mahasiswa peserta mendapatkan wawasan tentang kewirausahaan yang diberikan langsung oleh Odi Anindito (pendiri Coffee Toffee), Aaron Fishman (pendiri East Bali Cashew), Jodi Lee Cooper (desainer produk Jodi Lee), dan dr. Grace Judio (dokter pemerhati gaya hidup dan pendiri klinik gangguan makan pertama di Indonesia). Pada talkshow tersebut, para pembicara berbagi tentang pengalaman bisnisnya, misalnya bagaimana jatuh bangun memulai bisnis, hingga kemudian berhasil dan dikenal kalangan masyarakat. “Salah satu tujuannya adalah agar mereka para mahasiswa yang datang punya semangat menjadi entrepreneur. Mereka juga dapat belajar bagaimana berbisnis melalui sharing session. Memberikan kesan untuk teman-teman mahasiswa dan mahasiswa fresh graduate, apa yang harus mereka lakukan untuk
kedepannya,” tutur Reza Caropeboka, selaku Communication and Outreach Manager Endeavor. Reza juga ingin mengenalkan kepada para peserta, bahwa Indonesia punya pengusaha-pengusaha hebat yang tidak kalah dengan pengusaha asing. “Biasanya kita selalu bekerjasama dengan perusahaan yang telah sukses. Tapi kali ini kita malah ke mahasiswa. Karena kita mau sharing. Kita punya entrepreneur yang nggak kalah dengan entrepreneur di luar negeri,” paparnya. Selain sharing session, para pembicara juga membagi tips-tips kepada mahasiswa dan lulusan baru untuk memulai berbisnis. Para pembicara memberi wawasan kepada peserta tentang model bisnis yang banyak dilirik para investor. Sebab, investor berpengaruh dalam mengatasi masalah pendanaan pada pemula bisnis. Selain talkshow, ada pula bursa kerja yang bisa didatangi oleh peserta. Bursa kerja itu digelar oleh kru East Bali Cashew, Coffee Toffee, Kebab Turki, dan Lighthouse. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Dari Dekat dan Jauh, Informasi di Airlangga
Gali
UNAIR NEWS – Kunjungan siswa-siswi SMA yang datang ke Universitas Airlangga rutin dilakukan dan terus berdatangan. Seiring dengan semakin dekatnya pendaftaran untuk masuk ke perguruan tinggi, baik melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, maupun
jalur mandiri, serta perubahan berbagai aturan seleksi membuat guru merasa perlu membekali anak didiknya sedari dini. Kali ini, Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR menerima kunjungan dari SMAN 4 Sidoarjo. Rombongan mereka berjumlah sekitar 160 siswa yang berasal dari kelas XII baik IPA maupun IPS, ditambah para guru dan pendamping. Rombongan diterima di Aula Kahuripan, Gedung Manajemen, Kampus C UNAIR pada Senin (22/2). Setelah sambutan dari PIH dan perwakilan dari SMAN 4 Sidoarjo, selanjutnya disampaikan materi tentang ke-UNAIR an oleh PIH, dan tentang penerimaan mahasiswa baru di UNAIR oleh Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB). “Kunjungan ini yang jelas untuk menambah pengalaman anak-anak biar lebih luas tentang UNAIR, menambah semangat anak-anak untuk bisa masuk UNAIR, dan yang yang terpenting bisa masuk UNAIR,” papar Muji selaku wakil ketua Humas SMAN 4 Sidoarjo. Muji juga berharap kepada siswa-siswinya agar semakin terinspirasi untuk melanjutkan studi ke UNAIR. ia juga menambahkan agar alumni SMAN 4 Sidoarjo semakin banyak yang diterima studi di UNAIR. “Dari tahun ke tahun, ini adalah kunjungan perdana ke UNAIR. Mudah-mudahan nanti ada keberlanjutan dan semakin banyak alumni yang diterima di UNAIR,” lanjutnya. Rama Adzalik, salah satu siswa dari jurusan IPA, menyatakan keinginannya untuk bisa melanjutkan studi di UNAIR. Siswa berkacamata terlihat antusias karena ini adalah kali pertama ia berkunjung ke UNAIR. “Saya Ingin masuk Pendidikan Dokter UNAIR, karena saya ingin berkecimpung di bidang kesehatan. Saya ingin menjadi seorang dokter,” tutur Rama. Setelah menerima kunjungan dari SMAN 4 Sidoarjo, PIH menerima kunjungan kembali dari SMAN 2 Cibinong Bogor Jawa Barat, pada Selasa (23/2). Titin selaku wakil kepala sekolah bidang humas
menuturkan, kedatangannya dari jauh-jauh ke UNAIR tidak lain untuk memberikan bekal kepada anak didiknya mengenai dunia kampus. “Kami datang dengan 317 siswa dan 20 guru pendamping ke UNAIR ini harapannya untuk mendapat informasi lebih jelas, selain itu hal ini memang merupakan agenda tahunan di sekolah kami,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan