BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit tebu dalam bentuk stek dengan satu mata tunas, polybag ukuran diameter 40 cm, puradan, pupuk kandang, pasir dan tanah. Varietas tebu yang digunakan adalah jenis PA 117 dari PG. Rajawali II, Subang. Pupuk yang digunakan adalah ZA, SP-36 dan KCl. Alat-alat yang digunakan meliputi timbangan, penggaris atau meteran, jangka sorong dan alat standar lainnya.
Metode Penelitian Percobaan ini akan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor yaitu faktor pertama perlakuan Asal Bibit (T) dengan dua taraf yaitu bibit dari Kebun Bibit Datar (1) dan Kebun Tebu Giling (2) sebagai petak utama dan faktor kedua yaitu Penggunaan Posisi Batang (B) dengan tiga taraf yaitu Batang Bawah (1), Batang Tengah (2) dan Batang Atas (3) sebagai Anak Petak. Terdapat 18 satuan percobaan dan setiap satu satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 54 tanaman percobaan. Model aditif dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + αi + βj+ δij + τk + (ατ)ik + єijk Y ijk
= Respon pengamatan
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2)
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
δij
= Galat I
τk
= Pengaruh perlakuan posisi mata tunas ke-k (k = 1,2,3)
(ατ)ik = Pengaruh interaksi antara faktor perlakuan asal bibit dan posisi mata єijk
= Pengaruh galat percobaan perlakuan asal bibit dan posisi mata tunas
Bila hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan berbeda nyata, maka uji statistik selanjutnya adalah uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Persiapan media diawali dengan pencampuran bahan antara pasir, tanah (top soil) dan pupuk kandang, dengan komposisi perbandingan 1:2:1 atau 150 kg pasir, 300 kg tanah dan 150 kg pupuk kandang. Ketiganya diaduk secara merata menggunakan cangkul, kemudian dimasukkan ke dalam polybag (10 kg/polybag) berukuran diameter 40 cm dan dipadatkan.
Persiapan Bibit Persiapan bibit yang dilakukan meliputi pembagian bibit tebu berdasarkan asal kebun bibit dan posisi mata tunasnya. Bibit tebu yang digunakan berasal dari dua kebun bibit yaitu bibit dari kebun bibit datar (KBD) dan bibit dari kebun tebu giling (KTG). Bibit dari KBD yang digunakan bibit yang berumur 7 bulan, sedangkan bibit dari KTG yang digunakan yaitu bibit yang diambil dari tanaman tebu yang siap untuk memasuki proses penggilingan. Proses pembagian posisi mata tunas (batang atas, tengah dan bawah) menggunakan dua metode pemilihan. Metode pertama, batang tebu yang sudah dipisahkan berdasarkan asal kebun bibitnya tersebut, dibagi tiga porsi sama panjang. Metode yang kedua, dilakukan dengan cara melihat keragaan warna batang dari bibit tersebut, dimana untuk mata tunas dengan posisi batang bawah, warna batangnya terlihat hijau tua dengan tekstur batang keras, pada posisi batang bagian tengah, warna batang terlihat kuning, sedangkan untuk bagian atas, warna batang tebu terlihat hijau muda dan segar. Bibit yang telah terbagi tersebut dipotong pada setiap ujungnya dengan kemiringan sekitar 450, bibit kemudian dipotong dengan ukuran stek 10 cm per satu mata tunas. 10 cm
Gambar 2. Stek Tebu dengan Satu Mata Tunas.
Gambar 3. Pembagian Posisi Mata Tunas Tebu.
Penanaman Bibit tebu yang ditanam berupa stek batang dengan panjang sekitar 10 cm dengan satu mata tunas. Bibit ditanam dalam polybag berdiameter 40 cm dengan mata tunas menghadap ke samping kemudian bibit ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. Tanaman dipupuk dengan ZA dosis 600 kg/ ha (10 g/polybag), SP-36 dosis 300 kg/ha (5g/polybag) dan KCl dosis 300 kg/ha (5g/polybag). Pemupukan ZA dan KCl dilakukan 2 kali aplikasi yaitu pada saat awal tanam dan 1 bulan setelah tanam (1 BST), sedangkan pemupukan SP -36 hanya dilakukan pada awal tanam saja
Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengendalian gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman selain mengandalkan kondisi hujan, juga dilakukan dengan beberapa cara yaitu penyiraman satu kali setelah tanam, satu minggu dua kali hingga 6 MST dan satu bulan sekali hingga 16 MST. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang muncul dipermukaan sampai ke akar-akarnya pada area polybag pertanaman tebu. Kegiatan pemeliharaan gulma di area sekitar polybag atau lahan dilakukan pemeliharaan seminggu sekali untuk menghindari persaingan dan tempat serangga
dan penyakit bersarang. Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan membuang berbagai jenis serangga yang ada pada tanaman seperti serangga jenis belalang, ulat dan yang lainnya, sedangkan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida (Curacon) dengan konsentrasi 1 ml/liter, untuk menghindari tingkat penyebaran yang lebih tinggi lagi. Pengendalian penyakit dilakukan secara manual dengan melakukan sanitasi pada tanaman tebu yang terjangkit dengan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit.
Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : 1. Kecepatan tumbuh mata tunas. Penghitungan kecepatan tumbuh mata tunas dilakukan setiap hari sampai hari ke- 7, ditandai sampai dengan mata tunas “melentis” artinya mata tunas pada bibit telah tumbuh dan muncul sebuah taji hingga ke permukaan tanah. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus (Sadjad, 1993): 7 d Kecepatan tumbuh = ∑ 100 % 1 bt Keterangan : d = Jumlah tunas yang tumbuh pada hari tertentu b = Jumlah bibit yang ditanam t = Waktu tumbuh tunas (hari).
2. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada seluruh tanaman dalam satuan perlakuan yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan dua minggu sekali. Pengamatan dilakukan mulai 2 MST sampai 16 MST. 3. Jumlah daun per tanaman Daun yang dihitung adalah daun hidup yang telah terbuka secara sempurna, ditandai dengan cincin daun yang telah terlihat. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali mulai dari 2 MST sampai 16 MST.
4. Jumlah anakan Penghitungan dilakukan terhadap jumlah anakan yang hidup dan tumbuh di atas permukaan tanah. Penghitungan dilakukan pada akhir percobaan (16 MST). 5. Diameter batang Pengukuran diameter batang dilakukan pada ruas yang ke-2 dari bawah pada akhir percobaan (16 MST) dengan menggunakan jangka sorong.