III. 3.1.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas
Riau untuk kegiatan ekstraksi. Sedangkan aplikasi lapangan dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Lahan penelitian berada pada ketinggian 10 meter di atas permukaan laut dan merupakan lahan bekas penanaman jagung. Waktu penelitian selama 3 bulan, mulai dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2006. 3.2.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol 70 %, air, tuber
dan batang Cypenis rotundus L (diperoleh dari daerah Arengka Pekanbaru). Alat yang digunakan dalam penelitian ini alat tulis, rapia, saringan plastik, gelas ukur 1000 ml, blender manual, rotary evaporator, sprayer Solo 425 kapasitas 15 liter dengan nozel polijet wama biru, oven, meteran, timbangan, parang, jerigen 20 liter dan cangkul. 3.3.
Metode Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan 9 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. EiFi
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 15 %, Frekuensi pemberian 1 kali
E1F2
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 15 %, Frekuensi pemberian 2 kali
13
E2F,
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 15 %, Frekuensi pemberian 3 kali : Ekstrak Cyperus rotundus L. 25 %, Frekuensi pemberian 1 kali
E2F2
: Ekstrak Cyperus rotundus L. 25 %, Frekuensi pemberian 2 kali
E2F,
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 25 %, Frekuensi pemberian 3 kali
E3F,
: Ekstrak Cyperus rotundus L. 35 %, Frekuensi pemberian 1 kali
E3F2
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 35 %, Frekuensi pemberian 2 kali
E3F3
: Ekstrak Cypenis rotundus L. 35 %, Frekuensi pemberian 3 kali
E,F3
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dari penelitian berupa kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, perbandingan nilai penting (SDR), dan gulma yang tumbuh pasca perlakuan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan data berat biomassa dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut: Yij== |i + 6i + Sijk Dimana: Yij
= hasil pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j.
V5i
= nilai tengah umum atau rata-rata hitung. = pengaruh perlakuan ke-i.
Sijk = pengaruh eror dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. Hasil sidik ragam dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.
14 3.4. 3.4.1.
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Plot Percobaan Pembuatan plot diawali dengan cara menghitung terlebih dahulu total luasan
lahan yang akan digunakan kemudian ditebas lebih kurang 1 cm dari permukaan tanah dan gulma hasil tebasan dibuang keluar dari lahan yang dipergunakan untuk plot. Langkah selanjutnya adalah membuat plot dengan menggunakan tali rapia yang dibentangkan dengan bantuan ajir. Plot percobaan dibuat dengan ukuran 1 m^ dengan jarak antar plot 0.5 m sebanyak 27 plot dan dibiarkan selama 2 minggu sebelum aplikasi Cyperus rotundus L. diberikan. 3.4.2.
Identifikasi Gulma Identifikasi terhadap sebaran gulma dilakukan pada pra dan pasca
pemberian perlakuan, dengan cara menghitung dan mencatat total setiap jenis yang ada dalam tiap plot seluas 1 m^ yang kemudian dicocokkan dengan buku literatur {Weed Control Hand Book, Ekologi Gulma, Gulma dan Teknik Pengendalian, Pengelolaan Gulma di Perkebunan) Identifikasi gulma pra perlakuan dilakukan sehari sebelum perlakuan sedangkan identifikasi pasca perlakuan dilakukan pada hari ke-30 setelah pemberian perlakuan. Hasil identifikasi gulma selanjutnya dihitung koefisien komunitasnya (C) untuk menentukan layak atau tidaknya plot digunakan sebagai tempat memperbandingkan pengaruh perlakuan. Jika nilai C di atas 75 % maka plot dapat digunakan sebagai tempat memperbandingkan perlakuan.
15 3.4-3. Pembuatan Ekstrak Cyperus rotundus L. Organ Cypenis rotundus L. berupa tuber dan batangnya sepanjang lebih kurang 10 cm dari pangkal batang dibersihkan dan dipotong kecil kemudian diblender. Hasil blenderan yang telah halus kemudian dimasukkan ke dalam 2 buah jerigen bervolume 20 liter dan dibiarkan (direndam dalam larutan metanol) selama 3 hari, selanjutnya dilakukan penyaringan menggunakan saringan plastik untuk memisahkan ampas dengan ekstrak kasamya. Larutan ekstrak kasar kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator (Lampiran 9) pada suhu 40" C hingga didapat larutan ekstrak kasar sebanyak 6.750 ml yang akan digunakan sebagai stok bahan perlakuan. Konsentrasi 15 % diperoleh dengan pencampuran ekstrak Cypenis rotundus L sebanyak 1350 ml dengan air sebanyak 9000 ml. Konsentrasi 25 %, didapat dengan pencampuran 2250 ml ekstrak Cypenis rotundus L dengan air sebanyak 9000 ml. Sedangkan untuk membuat konsentrasi 35 %, diperoleh dengan pencampuran ekstrak Cyperus rotundus L. 3150 ml dengan air sebanyak 9000 ml. 3.4.4 Kalibrasi Kalibrasi dilakukan dengan cara mengisi sprayer solo 425 dengan air dan disemprotkan pada gulma dalam plot percobaan EiFi, E 2 F 2 dan E 3 F 3 sampai daun gulma basah merata. Pemberian perlakuan pertama pada perlakuan Ei (ekstrak 15 %), terdapat 9 plot yang akan diaplikasikan dengan konsentrasi yang sama (EjFi, E1F2, E1F3) yang masing-masing terdiri dari 3 ulangan. Kalibrasi dilakukan dengan mengisi tangki sprayer sebanyak 5 liter air dan dilakukan penyemprotan merata pada
16 seluruh permukaan gulma. Setelah dilakukan penyemprotan terhadap 9 plot percobaan terdapat sisa air dalam sprayer sebanyak 1 liter, sehingga volume semprot yang digunakan untuk pemberian perlakuan adalah sebesar 0,44 1/plot untuk pemberian perlakuan pertama. Begitu juga halnya untuk mendapatkan volume semprot pada perlakuan-perlakuan lainnya Setelah selesai penyemprotan dihitung jumlah air yang tersisa sehingga dapat ditentukan jumlah air yang digunakan dengan rumus: Volume semprot = Vol I - Vol II. Dimana volume I adalah volume awal dalam sprayer, sedangkan volume II adalah volume sisa dalam tangki setelah penyemprotan. 3.4.5. Pemberian Perlakuan Sebelum perlakuan diberikan, diawali dengan pembuatan volume semprot dengan cara mencampurkan air dengan ekstrak Cyperus rotundus L. Perlakuan diberikan pada plot percobaan dengan cara menyemprotkan volume semprot menggunakan sprayer hingga gulma basah merata. Penyemprotan dilakukan pukul 10.00 WIB dengan jarak nozel ke permukaan gulma lebih kurang 30 cm.. 3.5.
Pengamatan Pengamatan gulma pasca pemberian perlakuan meliputi vegetasi gulma
(kerapatan nisbi, frekuensi nisbi. Summed Dominance Ratio, pertumbuhan gulma pasca perlakuan), dan berat biomassa. Kegiatan pengamatan vegetasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi terhadap distribusi/ sebaran gulma. Pengamatan
17 vegetasi dan berat biomassa ini dilakukan pada hari ke-30 pasca pemberian perlakuan. 3.5.1. Kerapatan Nisbi (%) Kerapatan nisbi menunjukkan jumlah individu dari suatu jenis pada setiap plot. Tujuan pengamatan untuk mengetahui jenis dan jumlah individu yang tumbuh pada setiap plot. Untuk menentukan nilai kerapatan nisbi ini digunakan rumus: mutlak suatu jenis xl00% Kerapatan Nisbi = ^ Kerapatan kerapatan mutlak semua jenis (Sumher: Tjitrosoedirdjo, 1984) Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah individu dari suatu jenis vegetasi pada tiap plot, dilakukan dengan menghitung setiap jenis gulma yang ada. Untuk menentukan nilai kerapatan mutlak dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Kerapatan mutlak suatu jenis = Jumlah individu satu jenis dalam plot 3.5.2. Frekuensi Nisbi (%) Frekuensi nisbi menunjukkan nilai perbandingan jumlah plot yang terdapat suatu jenis gulma dari sejumlah plot. Tujuan pengamatan untuk mengetahui penyebaran dari masing-masing jenis gulma yang ada. Untuk menentukan nilai frekuensi nisbi digunakan rumus: frekuensi mutlak suatu jenis x l O O % Frekuensi Nisbi = ^ Nilai nilai frekuensi mutlak semua jenis
18 Frekuensi mutlak suatu jenis adalah berapa jumlah plot yang terdapat jenis tersebut dari sejumlah plot sampel. Untuk menentukan nilai frekuensi mutlak digunakan rumus sebagai berikut: Frekuensi Mutlak Suatu Jenis =
3.5.3.
y
plot yang berisi jenis gulma itu — xlOO% Semua plot sampel
Perbandingan Nilai Penting {Summed Dominance Ratio) (%) Perbandingan nilai penting (SDR) menunjukkan jumlah nilai penting dibagi
jumlah besaran. Perbandingan nilai penting dipakai bila jumlahnya tidak pernah melebihi 100 %, sehingga mudah diinterpretasi. Tujuan pengamatan untuk mengetahui besamya komposisi dan dominasi gulma yang ada pada tiap plot. _ Jems , = Kerapatan nisbi + Frekuensi nisbi SDR Suatu
3.5.4.
Gulma yang Tumbuh Pasca Perlakuan (Frekuensi) Pengamatan ini dilakukan untuk melihat adanya pertumbuhan gulma pasca
perlakuan baik dari jenis gulma yang telah ada maupun gulma yang belum ada sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh vegetasi yang ada dalam plot percobaan dan dilakukan pada hari ke-30. 3.5.5.
Berat Biomassa (gram) Pengamatan berat biomassa dilakukan pada akhir penelitian dan dilakukan
setelah kegiatan identifikasi vegetasi gulma. Gulma yang ada dalam plot seluruhnya dicabut, dibersihkan dan dicuci dengan air. Selanjutnya gulma ini
19 dipotong-potong dan dimasukkan dalam amplop kertas dan selanjutnya dimasukkan ke dalam oven selama 48 jam pada suhu 70 °C. Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik.