90
BAB5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan basil penelitian dan pembahasan mengenai analisis penyelesaian
tindak lanjut basil audit terhadap kinerja Auditee, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melaksanakan fungsi pengawasan intern pemerintah harus mampu merespon secara signifikan berbagai macam permasalahan dan perubahan yang teljadi, baik politik, ekonomi maupun sosial melalui suatu program dan kegiatan yang ditetapkan dalam suatu kebijakan pengawasan yang menyeluruh. Pengawasan dan pembinaan dilakukan seiring dengan dasar bahwa prestasi kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Agama tidak hanya diuk:ur dari banyaknya temuan dan penyimpangan pada saat audit, akan tetapi sejauh mana akuntabilitas kinerja telah
dijalankan oleh para Auditee, peran sebagai konsultan dan katalis dapat
diterapkan secara konsekuen dan berbanding lurus dengan kineija serta dapat memberikan nilai lebih bagi Inspektorat Jenderal dalam mengawal tata kelola kepemerintahan yang baik di Kementerian Agama. 2.
Pelaksanaan penyelesaian tindak lanjut temuan audit pada ltjen Kemenag secara umum dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini tercipta karena adanya komitmen yang tinggi dari Auditee untuk segera menyelesaikan tindak lanjut temuan audit disamping itu pula auditor juga hams terns aktif memantau perkembangan dan kemajuan tindak lanjut dari temuan-temuan yang ada sehingga dapat meningkatk:an kinerja Auditee secara menyeluruh.
Adanya kendala-kendala dalam proses
91
pengawasan antara lain: auditi yang sulit dijangkau karena kondisi geografis, adanya daerah pemekaran yang belum terakses dan jumlah auditi yang tidak sebanding dengan jumlah SDM pengawasan secara umum tentunya membutuhkan penyelesaian ataupun alternatif-alternatif agar kendala tersebut tidak membuat kineija aparatUJ. di Kementerian Agama menjadi berkurang. Alternatifmelalui optimalisasi laporan pengaduan masyarakat (DUMAS), pemberian
reward dan punishment, serta pola pengawasan pendekatan agama (PPA) yang berkesinambungan diharapkan mampu meningkatkan kinerja Auditee dengan seluruh potensi yang dimiliki (SDM, finansial dan sarana prasarana) dalam perspektif penyelesaian tindak lanjut. 3.
Penyelesaian tindak lanjut temuan audit
sangat diperlukan dalam rangka
memperbaiki manajemen pemerintah antara lain: aspek ketatalaksaan dan sumber daya manusia Aparatur, aspek kelembagaan serta dasar penilaian kineija pimpinan unit kerja. Penyelesaian saran tindak Ianjut akan semakin sempurna_ bila didukung percepatan TLHA oleh auditi. Percepatan TLHA yang sesuai dengan harapan Auditor menunjukkan kinerja yang baik dari auditee khususnya dan akan merupak:an catatan pula bagi Auditor bahwa Auditan benar-benar serius dan berniat untuk lebih baik lagi di masa mendatang dengan pembinaan dari Tim Audit. Khususnya
bagi
Pimpinan/Atasan
langsung
auditee,
jika
temuan
segera
ditindaklanjuti dan tepat waktu artinya auditee mengerti dan paham akan tugas-tugas yang dibebankan pimpinan/atasan. Disamping itu, penyelesaian tindak lanjut ak:an
dapat beijalan efektif bagi peningkatan kinerja auditee apabila terjadi pelanggaran maka pelak:sanaan penjatuhan hukuman disiplin pegawai hams dilaksanakan saat itu juga, jangan sampai pegawai tersebut sudah beralih status, mutasi, atau pensiun, sedangkan tindakan belum dilaksanakan.
92
4.
Penyelesaian tindak Ianjut hasil audit dapat dijadikan motivator sekaligus indikator kinerja Auditee dengan harapan temuan yang sama tidak terulang kembali. Salah satu cara yang paling tepat yaitu dengan memasukkan unsur penyelesaian tindak lanjut basil audit bagi Auditee sebagai salah satu dasar penilaian h.epemimpinan (DP3) serta dasar penilaian kinerja pimpinan unit kerja juga sebagai bahan pertimbangan dalam promosi jabatan. Adanya unsur penilaian kinerja dalam penyelesaian tindak lanjut temuan audit akan memberikan motivasi bagi auditee dalam penyelesaian tindak lanjut sehingga penyelesaian tindak lanjut temuan audit dapat meningkat atau bisa zero temuan. Untuk masa mendatang setiap Auditor dan juga auditee khususnya hams dapat seoptimal mungkin berupaya untuk mensinergikan antara peningkatan mutu STL dan TLHA disatu sisi dengan upaya percepatan STL dan TLHA disisi lainnya agar kinerja auditor maupun Auditee lebih meningkat.
5.2
Implikasi Upaya percepatan tindak lanjut basil pengawasan diselenggarakan dalam rangka
melaksanakan salah satu tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, yaitu menyelenggarakan pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Agama berdasarkan kebijakan Menteri dan peraturan perundangan. Pengawasan dilakukan secara e:fektif dan hasilnya ditindaklanjuti secara cepat dan tepat sehingga memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja Auditee yaitu: l.
Tercapainya penyelesaian tindak lanjut temuan audit secara signifikan baik temuan dari pengawasan fungsional maupun pengaduan masyarakat. Adanya upaya
percepatan penyelesaiaan tindak lanjut diharapkan menjadi salah satu penilaian peningkatan kinerja auditee.
93
2.
Terakomodasinya masukan dan saran dari daerah, baik: dalam penyelesaian tindak lanjut maupun dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama akan memberikan manfaat dalam menciptakan dan Mendorong akselarasi penyelesaian tindak lanjut basil pengawasan.
3.
Tercapainya kesamaan persepsi dan langkah dalam upaya penyelesaian tindak lanjut temuan yang sama dan serupa. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam penyelesaian
tindak lanjut basil pengawasan tersebut diharapkan mampu
memperbaiki citra Kementerian Agama ke arab yang lebih positif~ 4.
Pelaksanaan tindak lanjut basil pengawasan harus bisa membawa dampak terhadap perbaik:an manajemen pemerintah antara lain pada aspek ketatalaksanaan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, perlu adanya kematangan dalam penyampaian basil pengawasan yang memenuhi syarat relevan, kompeten, materiil dan bukti yang cukup~
5.
Pengawasan yang berbasis pada pendekatan pembinaan, dapat diindikasikan bahwa
pihak yang diawasi (Auditee) merasa terbantu sehingga dapat mencapai visi dan misi Kementerian
Agama~
menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan partisipatif;
menimbulkan suasana saling mempercayai didalam
lingkungan organisasi;
meningkatkan kelancaran tugas organisasi serta mendorong terwujudnya good governance dan clean governance.
5 ..3
Keterbatasan
Analisis atas penelitian ini hams mempertimbangkan beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi basil penelitian ini: L
Penelitian ini dilakukan antara bulan Mei s/d Desember 2011 yang mana pada saat
itu sedang berlangsungnya proses pengawasan ltjen untuk anggaran 2010. Hal ini menyebabkan banyak sekali auditor Itjen khususnya auditor Inspektur Wilayah I
94
dengan wilayah kerja Jawa Timur sering tidak ada ditempat karena mereka sedang turon ke satker sehingga data yang ada lebih banyak dari Bagian pengolahan
basil
pengawasan.
2:.
Sedangkan cara kedua dengan memberikan kJesioner juga dilakukan penulis, akan tetapi banyak sekali kuesioner yang tidak dijawab. Dari kuesioner yang diberikan untuk auditor tersebut banyak sekali yang tidak dijawab, alasannya sama dengan diatas karena mereka sedang turun melakukan pengawasan di satker masing-masing. ยท Peneliti sebenamya kurang percaya pada dengan alasan tersebut sehingga penulis mencoba ke ruang kerja Inspektur Wilayah I untuk memastikan alasan diatas dan memang rata-rata semua auditor sedang tugas ke daerah sedang melakukan pengawasan.
3.
Ternpat penelitian yang jauh yaitu berada di Jakarta membuat penulis juga mengalami kesulitan jika memerlukan data-data tambahan, sedangkan jika melalui email maupun via telephon kecenderungan respon dari responden kurang memuaskan.