Tugas Akhir
90
BAB V ANALISA HASIL
5.1
Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke Dalam perancangan sistem pokayoke di tempat kerja, peran serta dari semua
pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil penerapan, karena pokayoke disini adalah alat bantu kerja, yang terpenting adalah dengan tetap mengedepankan standar kerja yang ada, harus tetap pada prosedur dan proses kerja yang telah distandarisasikan. Dari dua alternatif sistem pokayoke yang akan digunakan untuk fitting dan tightening bolt modul airbag pada proses shower test Final Inspection 4W, dari 2 alternatif yang ditawarkan, dengan menggunakan automatis tipe torque, namun sesuai penjelasan pada bab empat bahwa kriteria target dari penerapan sistem pokayoke ini adalah : 1. Saat terjadi masalah maka line produksi akan stop dan memberitahu bahwa terjadi masalah.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
91
2. Hasil produksi akan bagus secara konstan jika terjadi pergantian operator 3. Mencegah kekeliruan yang ditimbulkan / dilakukan oleh operator dengan tanda atau signal saat terjadinya kekeliruan maka akan lebih mendapatkan perhatian dari operator sesuai dengan target penjabaran diatas maka alternatif pokayoke yang menjawab permasalahan yang ada adalah pokayoke alternatif 1. 5.2
Perancangan Sistem Pokayoke Alternatif 1 Langkah perancangan pokayoke alternatif 1, dimulai dengan pembahasan
dengan bagian yang terkait, yaitu sect. Final Inspection 4W, IT dan ME/Engineering, untuk membuat schedule instalasi pokayoke bolt modul assy airbag.
Gambar 5.1. Schedule instalasi pokayoke modul assy Airbag
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
92
Gambar 5.2. Skema diagram sistem pokayoke Alternatif 1
Berikut daftar list material yang diperlukan untuk perancangan sistem pokayoke alternatif 1 ini : Tabel 5.1. Daftar list material yang diperlukan
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
93
Elemen-elemen utama perangkat keras dari sistem ini yaitu : 1. Torque wrench with transmitter type T-FH256MC, merk TOHNICHI, sebenarnya ada bermacam type torque yang bisa digunakan salah satunya produk dari Atlas Copco, namun demikian produk Atlas Copco masih menggunakan conecting dengan cable belum ada yang tanpa cable Wireless, sedangkan dari TOHNICHI sudah mengadopsi sistem wireless. Dengan wireless memungkinkan proses kerja lebih efisien, sehingga operator dapat bergerak lebih bebas.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
94
Gambar 5.3. Limit torque dengan transmitter FH256
Tohnichi torque wrench dapat mengirimkan sinyal tightening secara lengkap melalui gelombang radio, yang mempunyai kemampuan kerja atau keakuratan yang tinggi. 2. Receiver, receiver yang digunakan adalah FH256, alat ini berfungsi menerima sinyal dari transmitter, oleh reseiver output dari sinyal tightening akan dilanjutkan dikirimkan ke PC ( Portable Computer ) melalui kabel serial RS232. Dengan teknologi peralatan radio seperti Bluetooth, sinyal radio yang diterima atau dikirimkan dengan kecepatan frekuensi yang tinggi. Ketika noise atau interference dengan gelombang radio peralatan lain terjadi, frekuensi automatis diaktifkan untuk memungkinkan dapat diandalkan menerima sinyal secara lengkap.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
95
Gambar 5.4. Receiver FH256
3. Kabel serial RS232, RS-232 ( Recommended standard-232 ) adalah standar interface yang disetujui oleh Electronic Industries Association ( EIA ) untuk connecting serial device. Serial ini digunakan untuk menghubungkan Receiver dengan PC dan PC dengan Microcontroller.
Gambar 5.5. Conecting cable serial RS-232
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
96
4. Microcontroller, Microcontroller adalah piranti elektronik berupa IC (Integrated Circuit) yang memiliki kemampuan manipulasi data (informasi) berdasarkan suatu urutan instruksi (program) yang dibuat oleh programmer. Microcontroller merupakan contoh suatu sistem komputer sederhana yang masuk dalam kategori embedded komputer. Pada perancangan pokayoke ini, microcontroller berfungsi menerima input contact dari limit switch dan meneruskannya ke software pokayoke melalui serial RS-232 dan software pokayoke melalui microcontroller dan control relay akan memerintahkan PLC conveyor untuk menghentikan conveyor.
Gambar 5.6. Contoh Microcontroller dengan terminal RS-232
5. PLC, Programmable Logic Control, Peralatan / device yang penggunaanya dapat diprogram untuk menghasilkan serentetan atau urutan dari sebuah event atau kejadian, event ini diperoleh dari sebuah triger (input ON atau OFF) yang di terima oleh PLC, dalam sistem pokayoke ini PLC menerima input dari control relay, PLC bertugas menghentikan dan menjalankan lagi Conveyor shower test.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
97
Gambar 5.7. Contoh PLC dengan terminal RS-232
7. Limit switch, Limit Switch adalah sensor peraba yang bersifat mekanis dan mendeteksi sesuatu setelah terjadi kontak fisik. Penggunaan sensor ini biasanya digunakan untuk membatasi gerakan maksimum sebuah mekanik. Contohnya pada penggerak lengan dimana limit switch akan aktif dan memberikan masukan pada CPU untuk menghentikan gerak motor di saat lengan sudah ditarik maksimum. Sensor ini juga seringkali digunakan untuk sensor cadangan bilamana sensor yang lain tidak berfungsi. Contohnya pada bagian pinggir dari sebuah robot, pada saat sensor infrared gagal berfungsi untuk mendeteksi adanya halangan, maka limit switch akan mendeteksi dan memerintahkan motor untuk berhenti saat terjadi kontak fisik. Pada sistem pokayoke ini limit switch yang dihubungkan dengan jougle/pitch pada conveyor akan memberikan data kontak setiap jougle menyentuh limit switch.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
98
Gambar 5.8. Limit switch & Jougle Conveyor
7. Control Relay adalah sebuah alat ectromechanical yang digerakkan oleh satu atau lebih kontak/switch, yang bergantung pada arus yang melalui kumparan, dimana arus yang melalui coil tidak terhubung ke switch. Inti dari relay adalah electromagnet. Ketika arus listrik mengalir melalui kumparan/coil, tercipta kutub magnet utara dan selatan diseluruh bagian antara coil dan armature. Relay digerakan atau terkunci ketika arus yang mengalir melalui kumparan terjadi kemagnetan pada inti dan armature sehingga menarik melawan tekanan dari pegas. Relay tetap terkunci/konek selama arus dengan nilai tertentu mengalir tetap dan dapat lebih rendah dari pada saat awal megalir melalui coil. Ketika arus yang
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
99
melalui kumparan berkurang di bawah nilai tertentu , daya tarik magnet dinamo menjadi terlalu lemah untuk bergerak menahan tekanan pegas sehingga switch bergerak lepas mengikuti tekanan pegas. Pada system pokayoke ini control relay menerima input dari microcontroller yang selanjutnya akan digunakan sebagai trigger oleh PLC conveyor.
Gambar 5.9. Contoh control Relay.
8. PC , didalam sistem pokayoke ini PC dengan perangkat kerasnya, dan dengan perangkat lunaknya, (operating systemnya), berfungsi sebagai penyimpan data part dan unit yang harus di Torque (database acces), sebagai tempat untuk install software pokayoke (sebagai pengatur sistem kerja Pokayoke, atau sebagai terminal server untuk pengendali sistem pokayoke ini.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
100
Gambar 5.10. Contoh PC 9. Display monitor, Display monitor disini berfungsi untuk menampilkan perintah, identitas unit, jumlah torque yang harus dilakukan juga sebagai monitor, karena display akan menampilkan layar warna merah, jika tightening kurang dan tidak dilakukan dan akan menampilkan tanda OK jika proses benar, atau sebagai alat kontrol visual.
Gambar 5.11. Tampilan display ketika tightening tidak dilakukan. Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
101
10. Data base oracle, Data base Oracle adalah database sentral yang menyimpan semua identitas unit yang diproduksi. Data base Oracle yang di gunakan di PT. SIM salah satunya adalah database untuk unit produksi atau menu production transaction.(Contoh data identitas unit dari database oracle, lampiran). 11. Data base acces, data base acces adalah data base local, yang berisi type unit yang menggunakan airbag dan jumlah bolt yang harus kekencangkan.
Gambar 5.12 Contoh tampilan data base access
12. Sofware pokayoke tightening bolt modul Airbag (visual basic), software pokayoke ini merupakan hasil pengembangan oleh Sect. ME, PT. SIM. Untuk software conection atau transfer data dari transmitter pada torque ke receiver dan yang diteruskan ke PC oleh RS-232 merupakan pengembangan software dari microsoft. (lampiran vb term) dan tampilan display pada saat pengiriman data dari transmitter ke receiver adalah seperti gambar dibawah. Setiap kali tightening dilakukan sampai dengan bunyi klik maka lampu receive akan menyala berkedip warna hijau, kode RE.002 adalah kode penerimaan untuk setting identitas torque no.2 dan RE.004 berarti kode penerimaan untuk identitas torque no.4, hal ini berarti aplikasi ini dapat digunakan untuk lebih dari satu torque. Data base access digunakan sebagai data base local untuk menyimpan Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
102
Gambar 5.13. Contoh code pengiriman data dari transmitter pada Torque ke Receiver, yang diujicoba ditampilkan di monitor.
kode unit kendaraan yang memakai Airbag, id torque, nama part dan jumlah tightening yang harus dilakukan. Software pokayoke yang berfungsi menjalankan sistem ini, dibuat dengan program visual basic (source code terlampir) untuk mengendalikan sistem pokayoke bolt modul Airbag ini.
5.3.
Cara Kerja Konsep Sistem Pokayoke Alternatif 1 Saat start awal jam kerja operator produksi station Appearance setelah
pemeriksaan unit selesai maka melakukan scan barcode identitas unit dalam identitas unit tersebut terdapat no sequence(urutan) pada lembar fundoshi (lembar control check/check sheet).
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
103
Gambar 5.14. Id kendaraan pada Check sheet & fundoshi dan computer untuk proses scan unit distation Appearance. Proses scan barcode identitas unit yang sudah dicheck dan input no sequence ( urutan) pada data base (Quality Gate System) yang terkoneksi ke Oracle system sebagai data base utama, pada proses scaning data ini
sekaligus digunakan
sebagai Input setting sequence unit disimpan pada database oracle sebagai urutan unit yang masuk kedalam conveyor Shower test. Proses input sequence secara manual ini hanya dilakukan pertama kali saja pada saat awal bekerja, untuk sequence selanjutnya operator Shower test hanya melakukan scan barcode id unit (seperti yang sudah dijelaskan pada Bab IV). Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
104
Gambar 5.15. Display input sequence
5.3.1. Pada saat kondisi normal (unit dengan airbag) tightening dilakukan. Sebuah limit switch yang terpasang pada titik/operasi pemasangan bolt modul air bag akan digunakan sebagai pemicu. Ketika limit switch (terjadi contact) saat limit switch tersentuh jougle/pitch conveyor, maka limit switch mengirimkan signal yang diterima microcontroller maka lewat microcontroller data tersebut dikirim ke PC melalui kabel RS232, oleh software pokayoke, akan
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
105
digunakan sebagai triger untuk memanggil data Oracle, (ketika unit current sudah dilakukan) dan oracle akan memberikan data identitas unit oleh “software pokayoke” data tersebut digunakan untuk memanggil data base acess ( yang berisi data unit yang memakai airbag dan jumlah bolt/tightening yang harus dilakukan) yang akan ditampilkan di display pada shower test dan jumlah tightening yang harus dilakukan operator. (seperti gambar dibawah).
Gambar 5.16. Tampilan display id unit pada monitor
Pada saat operator melakukan tightening bolt modul Airbag maka transmitter pada torque akan mengirimkan signal setiap kali tightening ke receiver (bunyi klik dari torque, syarat klik disetting pada torque dengan range standard untuk bolt modul airbag antara 6,5 ~ 11,5 Nm untuk setting actual diset pada 9 Nm)dari receiver data dikirimkan ke PC “dengan sofware pokayoke”, jumlah angka pada display akan berkurang, dan setelah angkanya nol/kosong ( jumlah tightening yg harus dilakukan sudah dikerjakan operator ). Maka display akan menampilkan “OK”. Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
106
Gambar 5.18. Tampilan display ketika proses tightening sudah dilakukan.
5.3.2. Kondisi NG (unit dengan airbag) tightening tidak dilakukan. Ketika tightening tidak dilakukan, dan limit switch on karena terjadi contact karena unit dibelakangnya sudah masuk, maka limit switch akan mengirimkan data melalui microcontroller ke PC (software pokayoke) melalui kabel RS-232. Kemudian software pokayoke akan memerintahkan conveyor stop melalui control relay yang terhubung ke PLC conveyor dan buzzer peringatan pada panel conveyor akan berbunyi, ketika hal ini terjadi maka display monitor pokayoke pada shower test akan berkedip, berwarna merah. Setelah tightening bolt dilakukan maka transmitter pada torque akan mengirimkan sinyal ke receiver, dari receiver data dikirimkan ke PC “dengan sofware pokayoke”, jumlah angka pada display akan berkurang, dan setelah angkanya nol/kosong ( jumlah tightening yg harus dilakukan sudah dikerjakan operator ). Maka display akan menampilkan “OK”.
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
107
Gambar 5.19. Tampilan display ketika proses tightening tidak dilakukan.
5.3.3. Kondisi unit tanpa airbag Ketika unit tanpa airbag masuk maka data dari oracle akan mengirimkan id unit ke PC melalui kabel RS232 kemudian sofware pokayoke yang terkoneksi ke database acces, karena di database acess id unit tersebut tidak ada maka display monitor akan menampilkan “NOT FOUND”.
5.4. Prediksi setelah Penerapan Sistem Pokayoke Alternatif 1 Dengan penerapan error proofing (pokayoke) maka diprediksi kemampuan deteksinya meningkat dan rangking Detection nya turun hal ini dapat (dilihat pada tabel detection),
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
108
Sumber: Quality improvement in haemodialysis process using FMEA.,A.D. Oolkalkar( ASQC & AIAG ;2001).
karena dengan penerapan sistem pokayoke konsep alterbatif 1 maka detectionnya sangat tinggi, pengecheckan/proses pasti dapat mendeteksi kesalahan, dan proses yang salah/menyimpang tidak dapat terjadi karena dibuatkan error proof / Pokayoke. Sehingga prediksi form PFMEA nya nilai RPN nya menjadi turun. Setelah penerapan error proof (pokayoke) ranking : Severity
: 10
Occurence
:1
Detection
:1
Sehingga nilai RPN nya menjadi (10x1x1) = 10
Universitas Mercubuana
Tugas Akhir
Sumber: FMEA from Theory to Execution, 2 nd ed., D.H. Stamatis (Omdhal; ASQC 1983)
Gambar 5.20. Prediksi RPN pada PFMEA setelah penerapan pokayoke
Universitas Mercubuana
109