BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH Kontaminasi produk baik itu membahayakan konsumen dengan cara kontak langsung, maupun tidak membahayakan konsumen (contoh cacat pada kemasan) tetap harus di dilakukan analisa dan perbaikan guna tidak terjadi di kemudian hari, perbaikan yang terus menerus harus menjadi budaya dalam sebuah perusahaan
guna
memenuhimkepuasan
pelanggan,
tuntutan
pengetahuan
pelanggan yang semakin tinggi dengan kepedulian akan kualitas yang terus semakin meningkat. Total Productive Maintenance (TPM) di PT Unilever Indonesia Tbk menjadi sarana untuk terus menerus melakukan perbaikan (improvement continuously), dengan tools TPM yang telah tersedia untuk mengatur saat melakukan analisa dan pemecahan masalah maka lebih terarah. Quality Maintenance menjadi salah satu tools untuk pemecahan masalah dalam kasus ini. Pada kasus ini diketahui bahwa masalah terberat foreign matter yaitu adanya logam berupa ring yang berasal dari cam follower masuk ke dalam produk. Hal ini menjadi perhatian besar perusahaan. Tahap awal yang harus di analisa dengan baik yaitu proses produksi dari awal sampai akhir yang mendetail, apakah dalam proses itu ada potensi kontaminasi logam, tahap mana saja yang memiliki potensi kontaminasi logam, dengan begitu dapat lebih jelas dan spesifik bagian mana yang akan dilakukan perbaikan, tahapan mana yang kritikal akan kontaminasi, sehingga dalam perbaikannya tidak melebar.
79
80
5.1
Kegiatan Proses Produksi Perusahaan Kegiatan proses produksi pembuatan bumbu penyedap makanan meliputi
penerimaan material, penyimpanan material, pengiriman material ke produksi, peracikan material, mixing, hastap, hopper, dan filling. Setiap alur kegiatan proses produksi ini memiliki potensi kontaminasi, baik itu kontaminasi dari material, mesin, manusia, metode serta lingkungan. Jenis kontaminasi yang dilakukan analisa yaitu berdasarkan pareto pada Bab IV. Pemahaman mendalam mengenai proses produksi akan mempermudah dalam menganalisa masalah, sumber masalah dapat diketahui dengan jelas dan detail. Hal ini akan sangat berguna, apabila di dalam tahapan ini ada hal yang sederhana akan tetapi ternyata memiliki potensi yang besar. Pengecekan dilakukan dengan team produksi dan team Quality, hal ini guna meningkatkan kepedulian bersama, bahwasannya dalam menjaga kualitas produk adalah milik bersama tidak hanya team Quality.
Team produksi akan lebih paham setiap
tahapan proses produksi dan team Quality akan menjelaskan dari segi potensi dan bahaya yang akan berpotensi pada kualitas. Hasil yang diperoleh dari pengecekan langsung ke lapangan adalah bahwasannya team produksi sangat peduli akan kualitas akan tetapi konsistensi dan pengetahuan yang harus semakin ditingkatkan. Analisa di lapangan menunjukkan bahwa tidak setiap tahapan memiliki potensi kontaminasi pada produk. Adapun dalam suatu tahapan sudah ada checklist pengecekan dan dilakukan pembersihan, hal ini mengurangi kontaminasi ke tahap selanjutnya. Implementasi HACCP (Hazard Analyze Critical Control Point) dan GMP (Good Manufacturing Practice) sudah diterapkan dengan baik, sehingga dengan adanya kedua hal tersebut sudah banyak mengurangi potensi kontaminasi. Pengecekan CCP (Critical Control Point) sudah diterapkan dengan adanya sebuah checklist yang rutin dilaksanakan. Adanya CCP ini merupakan suatu tahapan yang sangat baik dalam suatu proses makanan guna meminimalisir bahkan menghilangkan potensi berbahaya yang masuk ke dalam suatu produk. Matrix proses produksi dengan jenis cacat dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi Jenis Cacat
Proses
Alat Blackspot
Pengecekan Dokumen - Pengecekan Surat Jalan - Pengecekan CoA (>50%) - Pengecekan LoAS (Halal Sertifikat) Unloading dan Labeling - Pengecekan Pest - Unloading Material - Penyimpanan Material di Pallet Kayu - Labeling Storage Material Penyimpanan Material berdasarkan Kelompok - Ambient - Coldstorage - Chiller Pengebonan Material - Penurunan Material dari Rak atau Ruangan
Kutu
Logam
Plastik
Ballpoint
Benang
Kayu
Jamur
Karet
Kawat
Kertas
Karung
Manual Manual Manual
Manual Palletizer
v v
v
Palletizer
v
Manual
Palletizer
Palletizer
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
81
Nylon
Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi (Lanjutan) Jenis Cacat
Proses
Alat Blackspot
- Pemindahan Pallet dari Pallet Kayu ke Pallet Plastik - Pengiriman Material ke Produksi Pengiriman Material ke Produksi - Pengiriman Material ke Lantai 3 - Penarikan Material di Lantai 3 untuk Keperluan Racik dan Mixing Peracikan Material - Penyobekan Kemasan Material - Penimbangan Material - Penyimpanan Material di Rak - Pengambilan Hasil Peracikan Sesuai Kebutuhan Untuk Proses Mixing
Kutu
Logam
Plastik
Ballpoint
Benang
Kayu
Jamur
Karet
Kawat
Kertas
Karung
Nylon
v
v
Manual Palletizer
Palletizer
Hand Pallet
Gunting
v
v
Timbangan Manual
Manual
82
Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi (Lanjutan) Jenis Cacat
Proses
Alat Blackspot
- Pencampuran Racikan ke dalam Morton Proses Mixing - Penyiapan Material di Pallet - Pembukaan Benang pada Karung dan Penyobekan Kemasan Material - Persiapan Bin - Pencampuran Material ke Bin - Pemasukan Hasil Proses Mixing ke dalam Morton Proses Hastap - Racikan Material di aduk di dalam Mixer - Racikan Melewati Magnet Bar - Racikan Material Melewati Vibrosiefer 12 mesh
Manual
Kutu
Logam
Plastik
Ballpoint
Benang
Kayu
Jamur
Karet
Kawat
Kertas
Karung
Nylon
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Manual
Pisau Manual Manual Manual
Mesin Mesin Mesin
v
83
Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi (Lanjutan) Jenis Cacat
Proses
Alat Blackspot
- Proses Hastap (Memasukan Bumbu ke dalam Plastik) - Penyimpanan Bumbu di Pallet Proses Hopper - Pemasukan Bumbu ke dalam Hopper - Pengayakan Bumbu di Hopper - Penyaringan Bumbu dengan Saringan Mesh 8 - Material Turun ke dalam Mesin untuk di Filling
Kutu
Logam
Plastik
Ballpoint
v
v
Benang
Kayu
Jamur
Karet
Kawat
Kertas
Karung
Manual Manual
Manual Mesin Mesin
v
Mesin
Proses Filling - Masuk ke dalam Hopper Bawah/Hopper Mesin
Mesin
v
84
Nylon
Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi (Lanjutan) Jenis Cacat
Proses
Alat Blackspot
- Masuk ke dalam mesin Filling - Sealing Vertical - Sealing Horizontal - Perporasi - Cutting - Masuk ke dalam kardus - Simpan di pallet
Kutu
Logam
Plastik
Ballpoint
Benang
Kayu
Jamur
Karet
Kawat
Kertas
Karung
Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin dan Manual Manual
85
Nylon
86
Berdasarkan data pada Tabel 5.1 menunjukkan hubungan korelasi antara kontaminasi dengan proses produksi, sehingga setiap kontaminasi dalam rangka upaya pemecahan masalah dapat dilakukan dengan tepat dan tidak bercabang, cukup berfokus pada area berdasarkan matrix di atas. Matrix ini diperoleh selain berdasarkan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, juga diperoleh dengan studi ke lapangan, sehingga dapat dilihat potensi kontaminasi lebih nyata pada saat proses produksi berjalan. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa kontaminasi logam terjadi pada proses filling. Area ini akan menjadi focus perbaikan dan analisa lebih mendalam. Kontaminasi memiliki potensi dari berbagai sumber, baik itu metode, material, mesin, manusia, maupun lingkungan. Tabel 5.2 menjelaskan potensi dari kemasan material yang digunakan dan menunjukkan bahwa masih terdapat potensi yang akan terjadi apabila tidak dilakukan pengawasan yang baik. Kontaminasi ini bisa terjadi apabila man power tidak melakukan langkah-langkah dengan baik saat produksi berlangsung, contohnya yaitu pada saat penyobekan kemasan garam. Hal yang harus di amati yaitu apabila cutter yang digunakan tumpul, maka akan ada potongan karung yang masuk kedalam premix, sehingga pointnya yaitu metode penyobekan dan alat yang digunakan. Tabel 5.2 ini merupakan salah satu langkah awal dalam membuat Matrix Proses Produksi dengan Jenis Kontaminasi.
87
Tabel 5.2 Daftar Kemasan Material untuk Pembuatan Bumbu Penyedap Makanan Material Kemasan BLACK PEPPER POWDER Outer dan Plastik transparan BEEF/CHICKEN POWDER BBEP Outer dan Plastik transparan BEEF/CHICKEN POWDER Outer dan Plastik transparan CARAMEL POWDER Outer dan Plastik transparan MERICA HALUS Outer dan Plastik transparan TURMERIC POWDER Outer dan Plastik transparan RIBOTIDE / I&G (CJTIDE) Outer dan Plastik transparan FLV BEEF/CHICKEN IFF Outer dan Plastik transparan GARAM ROYCO Sak putih dan Plastik transparan MSG/MONOSODIUM GLUTAMATE Sak cokelat dan Plastik transparan DEXTRINE Sak cokelat dan Plastik transparan SILICA-VERY HIGH DBP Sak putih dua lapisan OIL RBD PO / FOODS RM FLR CORNFLOUR Sak putih dan Plastik transparan Potensi kontaminasi pula berpengaruh besar dari mesin. Kondisi mesin yang tidak terkontrol akan berpotensi adanya kontaminasi pada produk yang diperoleh, sehingga perlu adanya kontrol yang baik dari operator maupun team leadernya. Pengecekan atau set-up yang berkala harus dilakukan pada setiap area mesin, hal ini untuk mengetahui secara dini kondisi mesin sebelum dilakukan produksi. Pengecekan berkala ini dapat dilakukan baik saat mesin berjalan maupun saat mesin sedang tidak berproduksi. Pengecekan ini disebut Autonomous Maintenance (AM) atau biasa dikenal dengan pengecekan mandiri yang dilakukan oleh operator atau oleh teknisi. Dapat dilihat pada laporan AM konsistensi dari operator untuk melakukan pengecekan, sehingga apabila terjadi gangguan, maka dapat dengan mudah untuk dilakukan tracebility pada mesin.
88
Gambar 5.1 Contoh Autonomous Maintenance Mesin U Berdasarkan gambar 5.1 dapat diketahui bahwa pada dasarnya semua bagian pada mesin telah tercantum dalam sebuah checklist yang harus dilakukan pengeceka, mulai dari item check, tool yang digunakan, metode pengecekan, standar dari hasil pengecekan, waktu yang diperlukan, frekuensi pengecekan, shift mana saja yang harus melakukan sampai dengan hari dan minggu pengecekan. Jadi, pada dasarnya semua telah tercantum, maka apabila implementasi pengecekan dilakukan dengan konsisten, maka akan berlangsung dengan baik.
89
5.2
Analisa Penyebab Foreign Matter Tabel 5.3 Matrix Jenis Cacat dengan 4M Jenis Cacat
Black Spot
Kutu
Penyebab dari Kondisi Bahan Baku Defect berasal dari material supplier Berasal dari material supplier yang tidak tercontrol
Berasal dari material supplier yang tidak tercontrol
Penyebab dari Manusia
Alat (pisau) yang digunakan tumpul
Balpoint
Pengecekan yang kurang teliti Kemasan material sobek akibat terkena sodokan palletizer Karyawan membawa balpoint ke area racik dengan tidak hatihati
Benang
Cara penyobekan yang kurang tepat
Kayu
1. Cara penyimpanan yang kurang hati-hati 2. Tertusuk oleh pallet pada saat penyimpanan di pallet kayu
Jamur
Tidak memahami cara penyimpanan yang baik
Karet
Kawat
Penyebab dari Metode
Cara penyimpanan yang kurang tepat Ada kontaminasi dari mesin, seperti ada part yang jatuh atau lepas
Logam
Plastik
Penyebab dari Kondisi Mesin
Belum tercantum ada high risk area Cara penyobekan yang kurang tepat
Penyobekan masih ada yang dilakukan di dalam BIN
Cara penyimpanan yang kurang tepat
Berasal dari material supplier yang tidak tercontrol Kontaminasi dari mesin, seperti dari saringan rusak yang tidak terkontrol
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa produk dengan cacat logam dapat disebabkan oleh 3M yaitu, Mesin, Manusia dan Metode. Matrix pada Tabel 5.3 merupakan rangkuman dari potensi cacat yang diperoleh dengan menghubungkan antara cacat dan factor 4M sehingga dapat diketahui potensi cacat berasal. Matrix ini
90
merupakan salah satu rangkungan dari WWA yang telah dibuat. Untuk mencapai zero defect harus ada dukungan dari line management, komitmen yang kuat akan sangat membantu pada pencapaian tersebut. WWA ini harus diimplementasikan di lapangan, sehingga kedepannya tidak akan terjadi kejadian sama yang berulang. Apabila WWA yag telah dibuat diimplementasikan di lapangan, dipastikan kejadian yang sama tidak akan berulang terkecuali ada hal yang tidak dijalankan dengan baik.
Tabel 5.4 Why-Why Analisis Penemuan Ring dalam Finish Produk Check Problem Ditemukan ring dalam finish produk
Check
Why 1 1. Mesin Ring tersebut berasal dari unit cam follower yang lepas
2. Manusia Operator tidak menyadari ada ring per yang terjatuh dan masuk ke sachet 3. Metode Tidak ada perhitungan jumlah awal dari ring dalam mesin U (bagian high risk area)
G/NG Actual
Standard
Cam follower saat itu dipasang menggunakan satu buah ring. Ukuran ring M6, sama dengan ukuran cam follower
Part mesin tidak boleh terlepas saat mesin running
Why 2
G/NG Actual
NG
Operator menyadari setelah ada temuan di sachet rework
Menyadari saat ada bagian part mesin yang kecil
NG
Tidak ada perhitungan jumlah awal dari ring dalam mesin U (bagian high risk area)
Ada perhitungan jumlah awal ring dalam mesin U (bagian high risk area)
NG
Standard
1.1 Ikatan pengikat cam follower perlahan terlepas saat mesin running
Cam follower terlepas
Cam follower tidak terlepas
NG
1.2 Terdapat celah pada cover sehingga ring dapat masuk ke dalam sachet
Masih terdapat celah pada cover sprocket dan meja mesin U
NG
Tidak ada pengecekan rutin atau inspeksi rutin pada kekencangan mur ring cam follower 3.1 Belum ada penetapan high risk area pada mesin U
Unit cam follower tidak ada dalam checklist S3
Tidak ada celah atau cover benarbenar menutupi N/A
Belum ada penetapan high risk area pada mesin U
N/A
NG
3.2 Tidak ada perhitungan jumlah awal ring pada mesin (terutama yang berpotensi jatuh ke dalam produk)
Pengecekan ring tidak ada dalam checklist
N/A
NG
NG
91
Why-Why Analisis Penemuan Ring dalam Finish Produk (Lanjutan) Check Problem Ditemukan ring dalam finish produk
Why 3
G/NG
Action
PIC
Actual
Standard
1.1.1 Type cam follower tersebut menggunakan satu mur, tidak ada drat (untuk mengikat pada sprocket)
Type cam follower tersebut menggunakan satu mur, tidak ada drat (untuk mengikat pada sprocket), sehingga mudah kendor
Ada berbagai type cam follower, menggunakan type drat +1 mur (tidak menggunakan ring)
NG
1. Mur cam follower menggunakan type drat dan mengganti mur menggunakan lock nut
TL dan Enginering
1.2.1 Arah putaran cam follower tidak searah dengan pengencangan mur
Arah putaran cam follower tidak searah dengan pengencangan mur, sehingga dalam waktu beberapa lama dapat mengakibatkan mur kendor dan terlepas Pemasangan dilakukan tanpa membongkar hopper, sehingga space sempit dan cukup sulit
Putaran cam searah dengan arah putaran pengencangan mur
NG
2. Putaran cam searang dengan arah putaran pengencangan mur dengan mengubah putaran motor
TL
Pemasangan cam follower dilakukan dengan membongkar hopper terlebih dahulu sehingga space leluasa
NG
3. Setiap pemasangan cam follower dilakukan dengan membongkah hopper terlebih dahulu agar lebih leluasa 4. Membuat cover tambahan pada bagian bawah corong dan area chain sprocket motor agitator 5. Lakukan mapping bautbaut yang berpotensi terjatuh dan masukan item dalam checklist S3 mesin U 6. Lakukan penetapan high risk area pada mesin U (potensi kontaminasi pada produk) 7. Melakukan perhitungan jumlah ring dan baut pada high risk area mesin U dan masukan dalam checklist mesin U
TL
1.2.2 Space pemasangan cam follower sempit
TL dan QM Fac
TL dan QM Fac
TL, QM Fac dan Quality
TL dan QM Fac
Target
92
Why-Why
Analisis
(WWA)
merupakan
tools
sistematik
untuk
mendapatkan hubungan sebab-akibat suatu masalah dengan menanyakan why (kenapa) berulang kali hingga akar masalah dapat diketahui (MED ULI, 2010). Menurut Peter S. Pande (2002), diagram sebab akibat pada umumnya terdapat lima kategori penyebab yaitu Material, Metode dan Pengukuran, Mesin, Manusia, dan Lingkungan. Berdasarkan data WWA di atas diketahui bahwa kontaminasi ring pada produk diakibatkan oleh beberapa Faktor yaitu : 1. Faktor Mesin
: Type cam follower menggunakan satu mur, tidak
ada drat (untuk mengikat pada sprocket), arah putaran cam follower tidak searah dengan pengencangan mur, space pemasangan cam follower sempit dan terdapat celah pada cover sehingga ring dapat masuk ke dalam sachet.
Gambar 5.2 Jenis Cam Follower yang digunakan saat ini 2. Faktor Manusia
: Operator tidak menyadari ada ring per yang
terjatuh dan masuk ke sachet dan tidak ada pengecekan rutin atau inspeksi rutin pada kekencangan mur ring cam follower.
93
3. Faktor Metode
: Belum ada penetapan high risk area pada mesin
dan tidak ada perhitungan jumlah awal ring pada mesin (terutama yang berpotensi jatuh ke dalam produk). 5.3
Implementasi Perbaikan Setelah menganalisa penyebab terjadinya foreign matter maka langkah
selanjutnya adalah memastikan bahwa semua penyebab tersebut dilakukan perbaikan dengan membuat rencana implementasi perbaikan. Hasil pengumpulan dan klasifikasi kemungkinan penyebab foreign matter pada produk dapat dilihat pada tabel berikut ini. Semua data tersebut merupakan rangkuman dari analisa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Tabel 5.5 Rangkuman Potensi Penyebab Foreign Matter pada Produk beserta Tindakan Perbaikan Faktor Kemungkinan Penyebab Tindakan perbaikan Mesin Type cam follower Mur cam follower menggunakan menggunakan satu mur, tidak type drat dan mengganti mur ada drat (untuk mengikat pada menggunakan lock nut sprocket) Arah putaran cam follower Putaran cam searah dengan arah tidak searah dengan putaran pengencangan mur dengan pengencangan mur mengubah putaran motor Space pemasangan cam Setiap pemasangan cam follower follower sempit dilakukan dengan membongkah hopper terlebih dahulu agar lebih leluasa Terdapat celah pada cover Membuat cover tambahan pada sehingga ring dapat masuk ke bagian bawah corong dan area chain dalam sachet sprocket motor agitator Manusia Tidak ada pengecekan rutin Lakukan mapping baut-baut yang atau inspeksi rutin pada berpotensi terjatuh dan masukan kekencangan mur ring cam item dalam checklist S3 mesin U follower Metode Belum ada penetapan high Lakukan penetapan high risk area risk area pada mesin pada mesin U (potensi kontaminasi pada produk) Tidak ada perhitungan jumlah Melakukan perhitungan jumlah ring awal ring pada mesin dan baut pada high risk area mesin (terutama yang berpotensi U dan masukan dalam checklist jatuh ke dalam produk) mesin U
94
Dapat disimpulkan bahwa untuk faktor mesin penyebab utamanya dikarenakan penggunaan ring pada cam follower yang kurang tepat, sehingga harus ada penggantian cam follower serta perubahan arah putaran motor, sehingga cam follower yang dipasang lebih kencang dan tidak mudah jatuh. Selain itu ditemukan celah yang sangat berpotensi akan terjadi kontaminasi, sehingga celah ini harus ditutup untuk menghindari ring dan baut pada cam follower yang berada pada area tersebut jatuh dan langsung masuk ke dalam produk.
Gambar 5.3 Jenis Cam follower yang diusulkan Rekomendasi yang diajukan adalah dengan menggunakan cover, cover yang digunakan yaitu material dengan bahan Teflon yang merupakan nama merk dari sebuah compound polimer. Teflon adalah nama dagang terdaftar dari bahan plastik yang sangat berguna yaitu Poly Tetra Fluoro Ethylene (PTFE). PTFE adalah salah satu kelas dari plastik yang dikenal sebagai fluoropolymers. Teflon adalah bahan sintetik yang sangat kuat, umumnya berwarna putih. Teflon tahan terhadap panas sampai kira-kira 250°C. Di atas 250°C teflon mulai melunak, di dalam api akan meleleh dan sulit menjadi arang.
95
Gambar 5.4 Contoh Cover untuk Implementasi Perbaikan di Mesin U Faktor manusia dalam hal ini disebabkan karena tidak ada pengecekan rutin pada cam follower, kegiatan ini sangatlah penting mengingat kondisi dan keberadaan cam follower berpotensi jatuh dan masuk ke dalam produk. Mapping dalam hal ini sangat diperlukan, dikarenakan penempatan baik itu cam follower dan baut sendiri tidak ada standar, oleh karenanya penetapan pemasangan harus dilakukan standar, penempatan yang baik yaitu dilakukan di tulang mesin, sehingga potensi jatuh dan lepas lebih sedikit serta potensi langsung jatuh ke sachet tidak akan terjadi. Faktor metode dalam hal ini sangat berperan penting, operator bekerja sesuai dengan standar operasional, sehingga harus ada beberapa yang harus ditambahkan yaitu seperti menentukan high risk area. Mesin memiliki banyak bagian, akan tetapi dalam hal ini kontaminasi yang dianalisa yaitu kontaminasi baut, mur dan ring yang berpotensi jatuh langsung ke produk, sehingga harus dilakukan penentuan high risk area (area resiko tinggi) kontaminasi, agar lebih terkonsentrasi pada bagian tersebut. Pada mesin U, high risk area berada pada filling unit, pada bagian ini potensi lebih besar dikarenakan area ini merupakan area yang langsung kontak dengan sachet, pada area ini pula banyak bagian yang terbuka. Setelah dilakukan penentuan high risk area, tahap selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah ring dan baut yang ada pada high risk area, fungsi kegiatan ini untuk mengetahui jumlah awal baut dan ring, apabila suatu saat ada yang berkurang maka dapat dicari penyebab hilangnya.
96
Tabel 5.6 Analisa Masalah dengan 5W+1H 5W 1H WHAT
ITEM SURVEY Apakah ada perbedaan jenis mesin
WHEN
Kapan terjadinya problem tersebut, misal : •Di semua shift (pagi/siang/malam) •Awal/tengah/akhir shift •Random (Terjadi sewaktu-waktu) •After CO/After stop dkk Dibagian (proses/mesin/part dkk) mana terjadinya problem tersebut
WHERE
WHO
WHICH
HOW
HASIL Tidak terjadi hanya di mesin U dan hanya pada bagian yang tidak tercover
Random (terjadi sewaktu-waktu)
Di bagian mesin
Apakah ada perbedaan skill antar individu/operator/fitter
Operator tidak mempunyai skill yg sama dalam mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian
Apakah ada ciri khas terjadinya problem tersebut & bagaimana trend-nya (apakah cenderung meningkat/menurun/tetap)
Pada bagian yang memiliki ring -> yang tidak tercover -> Penentuan high risk area
Bagaimana gejala/fenomena terjadinya problem tersebut (terus menerus atau tidak menentu/sesekali/kadang-kadang)
Fenomena terjadi tidak menentu
Analisa masalah 5W+1H merupakan tools untuk mengetahui terjadinya kondisi cacat produk, dengan analisa ini diketahui sumber masalah, interval dan gejala kejadian cacat. Pada tabel dijelaskan bahwa foreign matter ring dari cam follower tidak hanya terjadi di mesin U, akan tetapi potensi terjadi dapat di mesin lainnya, kapan waktu terjadi defect dapat diketahui bahwa defect ini random (acak) atau bukan rutinitas, tempat kejadian kontaminasi ring atau baut ini terjadi di area mesin dan operator tidak mempunyai skill yang sama dalam mengidentifikasi ketika adanya ketidaksesuaian, sehingga harus dilakukan refreshment cara analisa masalah di area sekitar, seperti potensi terjadi cacat, macam-macam cacat yang berpotensi terjadi di area kerja dll. Berdasarkan tabel diketahui pula tentang ciri khas kejadian, yaitu terjadi pada area yang tidak tercover, sehingga harus ditentukan high risk area, serta kontaminasi ini merupakan fenomena yang terjadi dengan tidak menentu.
97
5.4
Penentuan High risk area pada Mesin Penentuan high risk area bertujuan untuk mencari bagian yang paling
berpotensi menyebabkan kontaminasi terhadap produk, sehingga dapat lebih fokus pada bagian itu. Dalam hal ini kontaminasi yang dimaksud adalah kontaminasi yang diakibatkan oleh mesin itu sendiri yaitu seperti baut, ring dan mur. Pada mesin U, terbagi menjadi 4 bagian yaitu SS, Filling Unit, FU dan AU. Filling unit merupakan high risk area untuk kontaminasi pada produk, hal ini dikarenakan pada bagian ini merupakan bagian yang kontak langsung dengan produk, banyak bagian-bagian yang terbuka sehingga apabila ada hal yang jatuh akan langsung masuk ke produk dan banyak part-part kecil seperti mur, baut dan ring.
Gambar 5.5 Bagian-Bagian Mesin U Pada filling unit, aktualnya ditemukan kondisi yang sangat berpotensi kontaminasi, pada bagian ini tidak tercover dan pemasangan baut tidak terstandar, sehingga dibutuhkan perbaikan secara berkelanjutan, seperti pembuatan cover, standarisasi pemasangan baut, penggantian baut dan re-layout pemasangan baut. Hal ini perlu dilakukan untuk seluruh mesin, baik itu mesin baru dan mesin lama.
98
Untuk mesin baru harus dilakukan standarisasi dari mesin lama, sehingga kejadian di mesin lama potensi terjadi di mesin baru lebih sedikit.
Gambar 5.6 Bagian Filling Unit Mesin U Filling Unit merupakan salah satu unit dari mesin yang berfungsi untuk mentransfer material atau racikan produk ke dalam sachet. Filling unit memiliki komponen-komponen penyusun yang memiliki fungsi berbeda-beda (Gambar 5.6). Filling unit ini terdiri dari banyak komponen dan komponen ini terdiri dari komponen kecil yang apabila tidak diperhatikan dengan baik dapat berfungsi tidak sesuai dengan fungsinya, mengakibatkan mesin stop bahkan dapat terjadi kontaminasi pada produk. Sehingga checklist AM sangat penting untuk menjaga kondisi mesin. Di dalam AM step dijelaskan bagian-bagian yang harus di cek dengan interval yang telah disesuaikan, hal ini harus terkontrol dengan baik untuk mencegah kondisi yang dapat mempercepat terjadinya penurunan kondisi komponen-komponen mesin dan peralatan (MED ULI, 2010).
99
Tabel 5.7 Jenis-Jenis Baut dalam Filling Unit No.
1
2
3
Cek Item
Baut support corong hopper
Gambar
Metode
Check kekencangan & kelengkapan baut
Baut Cam follower arm agitator
Check kekencangan baut
Mur pengunci cover acrylic
Check kekencangan & kelengkapan baut
Baut hopper filling
Check kekencangan & kelengkapan baut
5
Baut base valve filling
Check kekencangan & kelengkapan baut
6
Baut support valve filling
Check kekencangan & kelengkapan baut
7
Baut pengikat top plate
Check kekencangan & kelengkapan baut
4
Standar Tipe : Allen M6 Jumlah : 2 pcs Torsi : 5.8 Nm Baut kencang & lengkap Tipe : Hex M6 Jumlah : 1 pcs Torsi : 5.8 Nm Baut kencang
Mur kencang & lengkap Jumlah : 3set
Baut kencang & lengkap (M8, 6 pcs)
Tipe : Allen M8 Jumlah : 2 pcs Torsi : 14 Nm Baut kencang & lengkap Tipe : Allen M8 Jumlah : 2 pcs Torsi : 14 Nm Baut kencang & lengkap Tipe : Allen M6 Jumlah : 10 pcs Torsi : 5.8 Nm Baut kencang & lengkap
Know Why (Apa yang terjadi bila tidak diinspeksi)
Baut kendor baut lepas baut masuk ke product mesin stop Baut kendor baut lepas resiko jatuh ke product agitator tidak berputar mesin stop Mur kendor mur lepas resiko jatuh ke product Baut kendor baut lepas resiko masuk ke product hoper goyang product tailing Baut kendor baut lepas baut masuk ke product mesin stop Baut kendor baut lepas baut masuk ke product mesin stop Baut kendor baut lepas baut masuk ke product mesin stop
Analisa masalah dari zero defect ini yaitu untuk menghilangkan kontaminasi logam seperti baut, mur dan ring. High risk area dalam hal ini yaitu Filling Unit, dengan komponen penyusunnya yaitu salah satunya terdiri dari baut, ring dan mur, sehingga hal ini harus diketahui dengan baik, mulai dari tipe,
100
jumlah, dan torsi, dengan standar dalam mesin yaitu kencang dan lengkap. Sesuai dengan tujuan impelementasi perbaikan yaitu dengan cara menghitung jumlah awal baut, ring dan mur dalam filling unit, dengan cara ini operator dapat mengetahui apabila ada ketidaksesuain jumlah saat dilakukan perhitungan.
Tabel 5. 8 QM Matrix
Memasang cover filling
Tercover dengan baik
Tercover dengan baik
Baut support corong hopper
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Baut Cam follower arm agitator
Mur pengunci cover acrylic
FILLING UNIT
Cover Filling
101
Nylon
Karung
Kertas
1S 1X
Kawat
2
Karet
1M 1X
Jamur
2
Kayu
1S 1X
Benang
2
Ballpoint
1M 1X
Plastik
2
Logam
1S 1X
Kutu
2
Blackspot
Action
Defect Quality Operator
Standar Penentuan
PIC Engineering
Cara Inspeksi
Frekwensi
Lokasi Inspeksi
Critical Part
Time
Inspection Cycle
Item Check
QM Matrix (Lanjutan)
Baut hopper filling
Baut support valve filling
Baut pengikat top plate
FILLING UNIT
Baut base valve filling
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
Periksa kelengkapan baut, kondisi kepala baut & kekencangan baut serta menentukan jumlah baut dan mur
Baut lengkap, kepala baut tidak rusak & tanda pengencangan tidak berubah, serta cek jumlah baut dan mur
Kondisi baik dan jumlah lengkap
2
1S 1X
2
1M 1X
102
Nylon
1M 1X
Karung
2
Kertas
1S 1X
Kawat
2
Karet
1M 1X
Jamur
2
Kayu
1S 1X
Benang
2
Ballpoint
1M 1X
Plastik
2
Logam
1S 1X
Kutu
2
Defect Quality Blackspot
Action
Operator
Standar Penentuan
PIC Engineering
Cara Inspeksi
Frekwensi
Lokasi Inspeksi
Critical Part
Time
Inspection Cycle
Item Check
103
Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian dan Quality Maintenance ini yaitu terbentuk suatu QM Matrix, QM Matrix ini berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan baik itu kepada mesin maupun pada proses Produksi, dalam hal ini lebih ke arah perbaikan langkah-langkah pengecekan kondisi mesin seperti baut, ring, dan baut yang akan dilaksanakan sesuai dengan interval pengecekan yang secara berkala. Pengisisan dan perbaikan dilakukan oleh team engineering dan team Operator sesuai dengan tugasnya yang telah tercantum pada QM Matrix.
5.5
Hubungan Foreign Matter dengan 7 Waste Foreign matter ring, mur atau baut merupakan suatu defect atau cacat pada
suatu produk dengan kategori fisik. Ketika cacat produk terjadi dalam sebuah perusahaan, maka perusahaan ini telah menghasilkan waste. Oleh karena itu foreign matter harus dihilangkan, selain dikarenakan berbahaya untuk konsumen juga mengurangi performance perusahaan yang diakibatkan terjadinya waste. Sesuai dengan teori Hines dan Taylor, 2000, bahwa ada tujuh macam waste yang didefiniskan menurut Shiego Singo, yaitu overproduction, defect, unnecessary inventory,
Inappropriate
processing,
Excessive
transportation,
Waiting,
Unneccessary motion. Dalam penelitian ini, akibat yang ditimbulkan oleh foreign matter ini sangat berkaitan dengan 7 waste, yaitu defect dan unnecessary inventor. Defect merupakan waste yang dapat berupa kesalahan yang terjadi saat proses pengerjaan, permasalahan pada kualitas produk yang dihasilkan, dan perfomansi pengiriman yang buruk sedangkan unnecessary inventory merupakan waste yang berupa penyimpanan barang yang berlebih yang sebenarnya tidak perlu terjadi, serta delay informasi produk atau material yang mengakibatkan peningkatan biaya dan penurunan kualitas pelayanan terhadap customer. Akibat dari permasalahan ini yaitu inventory yang menumpuk, produk tidak langsung terjual, sehingga menambah biaya simpan dan yang paling berbahaya customer kecewa dan memilih produk yang lain. Oleh karena itu, kontaminasi ini mesti dihilangkan untuk menjaga performance perusahaan.
104
5.6
Prosedur Penanganan Produk Cacat Semua standar telah dibuat dan dijaga untuk tetap di level yang paling
optimal. Maka untuk mempermudah operator menangani jika produk cacat terjadi lagi dibuatlah suatu prosedur atau langkah-langkah untuk mengatasi produk cacat jika terjadi lagi. Prosedur dibuat untuk jenis cacat produk apabila terkontaminasi benda asing berupa logam. Bentuk dari prosedur produk cacat berupa flow chart bagaimana operator harus bertindak jika terjadi produk cacat.
Ditemukan Ring/Baut/Mur
Released Blocked Produk
Deblocking note Cek Checklist
OK Buat WWA
Cek Kimia, Mikro dan Fisika
Kumpulkan produk yang berpotensi kontaminasi
Filling ulang
NG
Deblocking note
OK Lewatkan ke X-Ray
Cek per sachet
OK Deblocking Note
NG Reject
Released
Gambar 5.7 Flow Chart Penanganan Produk Cacat