BAB IV PEMBAHASAN KASUS
4.1 Industri Penginapan Kota Medan Krisis global telah menerpa hampir semua sektor usaha di Indonesia. Satu per satu perusahaan jatuh-bangun dan ribuan karyawan terancam PHK (pemutusan hubungan kerja). Termasuk di dalamnya sektor konveksi, meubel, kerajinan dan industri pengolahan yang berorientasi ekspor. Tapi berbeda dengan bisnis perhotelan. Meski krisis global mendera hampir semua pelaku bisnis, namun tingkat hunian kamar hotel hotel berbintang maupun hotel kelas menengah kebawah, tetap saja melimpah. Bisnis ini bagai tak mengenal kata ‘krisis.’ Lihat saja di kota Medan, bangunan hotel-hotel baru kini bermunculan. Baik sekelas lokal, nasional maupun internasional, percepatan pertumbuhan bisnis hotel bagai tak terkendali. Begitupun, menurut data PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Sumatera Utara, Jumlah kamar hotel bintang di daerah ini masih kurang sekitar 2.000 kamar, dari jumlah yang telah ada mencapai 6.000 kamar. Seperti tak mau kalah, hotel-hotel kelas menengah seperti wisma juga tumbuh subur di pusat dan sudut kota. Biasanya, Wisma seperti ini memang telah memiliki pasar-pasarnya sendiri, berbeda dengan hotel hotel berbintang.
45
46 Menyimak fenomena yang belakangan terjadi bahwa hotel justru banyak bermunculan di saat krisis keuangan dunia, ini bisa jadi sebagai indikator bahwa bisnis perhotelan nyaris tidak tersentuh dimensi krisis. Lihat saja, Hotel JW Marriot Medan, Jalan Putri Hijau, justru hadir di saat pemerintah negara asalnya sendiri yaitu Amerika Serikat, tengah dalam keadaan lesu ekonomi. Lihat juga hotel asing lainnya: Swiss-Bellhotel, Jalan S. Parman Medan, dan Hotel Grand Antares, Jalan Sisingamangaraja, Medan, yang hadir nyaris dalam waktu bersamaan. Dan untuk investor lokal, kita mengenal Madani Hotel yang juga hadir di saat iklim ekonomi belum begitu kondusif. Untuk kelas menengah dapat kita lihat tumbuhnya banyak penginapan sekelas wisma, terutama didaerah pusat kota, dapat kita lihat seperti Wisma Hari Kita, Wisma Graha petula, Wisma cherry pink, Red, dll. Kondisi ini menunjukkan bahwa bisnis perhotelan tidak ciut oleh krisis, Meskipun kalangan pelaku bisnis perhotelan tanah air sudah memperkirakan, tingkat hunian Hotel akan turun dari 65 persen pada 2008 menjadi 60 persen pada 2009. Tapi yang pasti, data PHRI menyebutkan tahun 2007 industri perhotelan di tanah air bakal kedatangan 40 hotel berbintang baru maupun banyak sekali penginapan kelas menengah.sehingga bisa dipastikan jumlah hotel-hotel dan kamar hotel bakal terus bertambah tahun ini. Persaingan di bisnis perhotelan memang akan semakin sengit. Tapi para pelaku bisnis perhotelan tak akan diam begitu saja. Mereka sudah memiliki strategi masing-masing untuk mempertahankan pelanggan setianya.
47
Gambar 4.1 Kontribusi tiga sektor utama di Sumatera Utara (Sumber: Koran Waspada)
NB : Primer
= Pertambangan, pertanian, dan perikanan
Sekunder = Manufaktur Tersier
= Sektor jasa, perhotelan, restoran
Dari data diatas kita dapat lihat, bahwa sektor Tersier, yang terdiri dari industri jasa, perhotelan, dan restoran, memberikan sumbangan terbesar untuk pertumbuhan industri di Sumatera Utara, khususnya kota Medan sebagai Ibukota SUMUT.
4.2 Latar Belakang Wisma Duta Harapan Wisma Duta harapan merupakan Sebuah penginapan Non-Bintang, yaitu khususnya penginapan berskala menengah dengan tipe residensial, atau sering dikenal dengan istilah penginapan longstay yang berada di Pusat kota Medan, yaitu Medan Baru. Posisi Wisma ini sangat strategis dan dapat menjangkau seluruh pusat
48 kota dalam waktu yang singkat. Wisma ini Terdiri dari 40 kamar, yang terdiri dari kamar AC dan kamar NON-AC. Wisma Duta Harapan mempunyai fasilitas laundry, sarapan untuk kamar AC, room cleaning setiap hari, TV, area parkir untuk 20-25 mobil, room service, dll. Harga yang ditawarkan adalah 2 juta rupiah per-bulan dan 125 ribu rupiah per-hari untuk jenis kamar AC, sedangkan untuk kamar Non-AC dibandrol dengan harga 1,1 juta rupiah per-bulan dengan tarif harian 85 ribu rupiah. Wisma Duta Harapan dimiliki oleh seorang insinyur teknik sipil yang merupakan lulusan salah satu perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Beliau bernama Bapak Sanjaya. Pada awal didirikannya, Wisma Duta Harapan bernama Penginapan Duta, yang dikhususkan untuk mahasiswa/i, baik yang berasal dari dalam maupun luar kota medan yang sedang menuntut ilmu di Kota medan, namun pada tahun 1990, penginapan Duta dibangun dan dikembangkan menjadi Wisma Duta Harapan dikarenakan demand yang meningkat pada saat itu. Dimana tamunya kian berkembang bukan saja mahasiwa, namun mulai dari individu–individu sampai dengan pekerja. Sampai Dengan akhir tahun 90an, Wisma Duta Harapan menikmati kejayaannya, dimana Wisma Duta Harapan selalu banyak kedatangan tamu dan ratarata kamarnya hampir selalu penuh. Namun pada awal tahun 2000an, mulai muncul satu persatu wisma-wisma yang baru menjadi pesaing Wisma Duta Harapan, dapat dikatakan jumlahnya lumayan, sekitar 5 sampai dengan 6 wisma. Wisma-wisma baru ini mempunyai konsep yang baru, dan menawarkan fasilitas yang lebih unggul, namun dengan harga yang sangat kompetitif. Sehingga Tamu–tamu Wisma duta harapan perlahan-lahan diserap oleh Wisma-wisma baru disekitarnya yang menawarkan harga kompetitif, sekaligus dengan image Wisma baru dan lebih
49 lengkap secara fasilitas. Hal ini menyebakan tingkat penghunian, atau yang sering dikenal dengan istilah Occupancy Rate Wisma Duta Harapan menurun dengan tajam. Dibawah ini terdapat gambar yang dapat menggambarkan tingkat penghunian ratarata kamar Wisma Duta Harapan dalam jangka waktu 10 tahun, yaitu mulai dari tahun 1997 -2007:
Gambar 4.2 Occupancy Rate Wisma Duta Harapan mulai dari tahun 1997-2007