76
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian I 1. Pengkajian Data Kegiatan pengumpulan data dimulai pada saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin yaitu dari pasien atau keluarga pasien. Teknik pengumpulan data yaitu berupa observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik (Mufdillah, 2012: 112). Menurut Rukiyah, Yulianti (2010: 200) pemerikasaan fisik pada kasus atersia ani biasanya dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah rektum. Dilahan dilakukan pengkajian data baik data subjektif maupun objektif. Pengkajian data subjektif dengan hasil bayi Ny. S umur 2 hari, jenis kelamin laki-laki, ibu mengatakan bayinya tidak BAB selama 2 hari, dan bayinya bila disusui muntah. Pada data objektif dilakukan pemeriksaan umum yaitu meliputi keadaan umum dan vital sign. Untuk pemeriksaan khusus
77
pada abdomen dilakukan palpasi yaitu perut besar dan tegang, kemudian pada pemeriksaan anus dilakukan dengan cara memasukan termometer rektal dengan hasil ada hambatan seperti ada sekat. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan hemoglobin, Hematokrit, lekosit serta dilakukan pemeriksaan rontgen untuk mengetahui tingkat atresia ani. Pada pengkajian data baik subjektif maupun objektif maka dapat diambil kesimpulan bahwa antara teori dengan lahan tidak ada kesenjangan. 2. Interpretasi Data Langkah
ini
melakukan
interpretasi
data
untuk
mengidentifikasi diagnosa atau masalah. Berdasarkan interpretasi data yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan (Tresnawati, 2013: 182). Menurut Yongky, dkk (2012: 164) masalah yang timbul pada kasus atresia ani yaitu mekonium tidak keluar selama 24-48 jam pertama disertai perut mengembung. Pada pengkajian data subjektif dan objektif maka dapat diambil diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu bayi Ny. S umur 2 hari dengan atresia ani. Masalah yang muncul mekonium tidak keluar selama 24-48 jam pertama disertai dengan perut menggembung. Kebutuhan yang dibutuhkan yaitu segera dilakukan pembedahan untuk dilakukan operasi colostomi.
78
Pada interpretasidata diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan maka dapat disimpulkan bahwa antara teori dengan dilahan tidak terdapat kesenjangan. 3. Diagnosa Potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan (Mufdillah, 2012: 116). Menurut Sudarti, Fauziah (2012: 118) komplikasi yang timbul pada kasus atresia ani yaitu tersumbatnya saluran pencernaan dan terjadi konstipasi. Berdasarkan diagnosa yang sudah ada pada pasien bayi Ny. S dengan atresia ani, sedangkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah konstipasi dan perut membuncit dan mengeras karena apabila tidak dilakukan pembedahan. Namun diagnosa potensial tersebut tidak terjadi dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan dilahan. 4. Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien (Purwoastuti, Walyani, 2014: 137).
79
Menurut Sudarti, Fauziah (2012: 118) tindakan segera pada kasus atresia ani yaitu dilakukan foto roentgen dan kolaborasi dengan dokter anak untuk dilakukan pembedahan. Berdasarkan data dan diagnosa, maka kebutuhan tindakan segera yang diperlukan oleh pasien yaitu dilakukan foto roentgen dan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan dilahan. 5. Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan pentalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifiksi atau diantisipasi (Purwandari, 2008: 81). Setelah diketahui diagnosa yang dialami oleh Bayi Ny. S maka perencanaan dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut: a. Beritahu tentang kondisi bayinya. b. Beritahu ibu tentang colostomi. c. Memberikan
inform
consen
kepada
ibu
dan
keluarga
untukpersetujuan pembedahan colostomi. d. Kolaborasi dengan dokter anak khusus bedah dan bedah anestesi untuk dilakukan pembedahan colostomi. e. Puasakan bayi sebelum operasi. f. Observasi KU dan TTV bayi.
80
g. Beri oksigen sesuai kebutuhan bayi h. Pemenuhan nutrisi lewat infus. i.
Jaga kehangatan bayi Pada langkah perencanaan ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan paraiktik dilahan. 6. Pelaksanaan Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Penelitian melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat (Tresnawati, 2013: 182). Pada pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada bayi Ny. S adalah sebagaiberikut: a. Memberitahu ibu tentang kondisi bayinya, bahwa bayinya mengalami atresia ani yaitu tidak mempunyai lubang anus. b. Memberitahu ibu tentang tindakan colostomi yaitu pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses. c. Memberikan inform consen kepada ibu dan keluarga untuk persetujuan pembedahan colostomi. d. Kolaborasi dengan dokter anak khusus bedah dan bedah anestesi untuk dilakukan pembedahan colostomi. e. Puasakan bayi sebelum tindakan colostomi.
81
f. Mengoservasi KU dan TTV bayi meliputi dengut jantung, pernafasan, dan suhu. g. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan bayi yaitu 5 L/menit. h. Infus D4 8 tpm. i.
Bayi sudah dalam inkubator. Pada kasus ini pelaksanaan telah dilakukan sesuai
pelaksanaan yang dibuat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara teori dengan lahan praktik tidak ada kesenjangan. 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Purwoastuti, Walyani, 2014: 139). Hasil evaluasi dari pelaksanan yang dilakukan pada bayi Ny. S umur 2 hari dengan atresia ani adalah kadaan umum bayi kurang baik, tidak terjadi konstipasi maupun fistula, sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan dilahan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan atresia ani yaitu dengan menggunakan 7 langkah varney, mulai dari pertama pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi maka dapat
82
dimbil kesimpulan bahwa dari pengkajian sampai evaluasi tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan dilahan.