BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) 1.
Pengkajian Pengkajian
pada
bayi
dengan
ikterik
dilakukan
dengan
pengumpulan data dasar, mulai dari anamnesa, data subyektif, data obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). Menurut Marmi (2012), gejala dari ikterus ditandai dengan pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Penentuan kadar bilirubin secara klinis dapat dilakukan dengan cara kramer, apabila semakin bertambah luas ikterus maka kadar bilirubin semakin tinggi (Prawirohardjo, 2010). Berdasarkan kasus di atas pada pengkajian pertama ibu bayi mengatakan bahwa bayinya berangsur-angsur berwarna kuning, tidur terus dan tidak mau menyusu. Data obyektef pada bayi S berdasarkan hasil pengkajian warna kuning terlihat pada muka, mata, hidung, leher, badan bagian atas maupun bawah, lengan hingga punggung bayi, dengan reflek hisap kurang dan gerakan kurang aktif, vital sign pada bayi,
61
62
keadaan bayi : lemah, kesadaran : composmentis, Suhu : 36,8 ÂșC, Nadi : 148 x/menit, Pernafasan : 54 x/menit. Pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin total : 10,67 mg%, bilirubin direk : 1,59 mg%, bilirubin indirek : 9,08 mg%. 2. Interpretasi Data Pada kasus ini langkah interpretasi data dilakukan dengan mengidentifikasi diagnosa kebidanan, masalah serta kebutuhan pasien (varney, 2007). Menurut Maryunani (2009), tanda dan gejala ikterik yaitu, sklera, puncak hidung, mulut, dada, perut dan ekstermitas berwarna kuning, kemampuan menghisap turun, tidak mau minum ASI, reflek moro lemah atau tidak ada sama sekali, fases berwarna seperti dempul. Pada kasus bayi S tidak mau menyusu sehingga kebutuhan cairan kurang serta terdapat warna kuning pada muka, mata, hidung, leher, badan bagian atas maupun bawah, lengan hingga punggung bayi, sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosa pada bayi S umur 6 hari adalah ikterik dengan kremer III yang disertai dengan masalah kekurangan cairan. Kebutuhan yang diberikan pada pasien adalah dengan pemenuhan cairan yang kuat dengan memberikan ASI/PASI. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemberian ASI/PASI yaitu tidak boleh menggunakan botol/dot, karena dapat menyebabkan bingung puting. Berikan pada bayi dengan gelas atau sendok, sehingga saat ibu menyusui langsung, bayi tidak bingung puting.
63
Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada kasus bayi S dimana saat pemberian ASI/PASI menggunakan kapas maupun gelas, sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada, karena pemberian asupan cairan lebih dominan menggunakan kapas daripada menggunakan gelas. 3. Diagnosa Potensial Bayi dalam keadaan kuning, lemah dan asupan cairan kurang. Sehingga diagnosa potensial yang dapat terjadi yaitu ikterik fisiologi atas dasar kremer derajad III. Pada kasus bayi S telah dilakukan observasi keadaan umum dan penanganan segera dengan terapi sinar pada sehingga diagnosa potensial bayi tidak muncul. 4. Antisipasi Antisipasi
yang
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
kegawatdaruratan adalah dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dan dengan cara pemberian ASI eksklusif yang dimaksudkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan cairan (Bobak, 2005). Pada kasus bayi S dengan ikterik dilakukan kolaborasi dengan dokter SPA dengan melakukan terapi sinar dan memenuhi kebutuhan cairan pada bayi dengan memberikan ASI/PASI secara terus menerus, serta melakukan observasi BAB untuk melihat intake dan output. Menurut Maryunani (2009), prosedur pelaksanaan fototerapi yaitu dengan membaringkan bayi dibawah fototerapi dengan jarak 35-50 cm, dengan mengubah posisi bayi setiap 3 jam, serta tercukupinya kebutuhan
64
nutrisi bayi. Pada kasus bayi S saat dilakukan fototerapi, sinar pada lampu fototerapi tidak langsung mengenai bayi namun melalui pantulan pada tutup incubator bayi, posisi bayi juga tidak di ubah setiap 3 jam, serta penutup mata bayi tidak dibuka saat bayi menetek pada ibu. 5. Perencanaan Perencanaan dibuat berdasarkan diagnosa, masalah dan kebutuhan bayi. Rencana asuhan pada bayi S dengan ikterik antara lain, pada observasi keadaan umum bertujuan untuk mengetahui keadaan bayi serta terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak serta melakukan observasi BAB dan BAK dan berat badan bayi untuk menilai intake dan output serta menjaga agar lingkungan di sekitar bayi tetap bersih dan hangat (Wildan, 2008). Pada kasus ini, perencanaan pada asuhan terhadap bayi dengan ikterik antara lain dengan memenuhi kebutuhan cairan, melakukan observasi BAB dab BAK, berat badan tetap sehingga bayi harus diperbanyak untuk pemberian ASI serta mengobservasi keadaan umum pada bayi, melakukan pemeriksaan laboratorium serta melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan melakukan fototerapi. Pada tahap ini tidak ditemukan adanya ketidaksesuaian antara teori dan praktek.
65
6. Pelaksanaan Pada kasus bayi S dilakukan tindakan foto terapi, memenuhi kebutuhan cairan bayi, menjaga kenyamanan dan kehangatan bayi, serta melakukan observasi keadaan umum bayi dan cek kadar bilirubin. 7. Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Menurut Varney (2007), tujuan dari dilakukannya evaluasi adalah warna kuning pada bayi sudah tidak terlihat, keadaan umum pada bayi baik, kebutuhan bayi akan cairan terpenuhi, reflek hisap baik. Pada kasus bayi S dengan ikterik didapatkan hasil keadaan umum bayi lemah , kesadaran composmentis, warna kuning pada kepala, leher, badan bagian atas maupun bawah, lengan dan punggung, kenyamanan dan kehangatan bayi tetap terjaga dalam incubator, serta kebutuhan nutrisi tercukupi. B.
PENGKAJIAN KEDUA (12 JUNI 2014) 1. Subyektif Pada kasus bayi S ibu bayi masih merasa cemas dengan keadaan bayinya karena bayinya masih berwarna kuning, walaupun sudah berkurang. 2. Obyektif Dari hasil pemeriksaan fisik pada bayi S didapatkan data obyektif berupa keadaan umum bayi yang masih baik, reflek menghisap dan menelan bayi sudah mulai kuat, warna kuning pada bayi nampak pada
66
daerah kepala, leher, badan bagian atas, lengan serta punggung. Pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin total 21,2 mg%, bilirubin direk 2,3 mg%, bilirubin indirek 18,9 mg% sehingga bayi masih mendapatkan fototerapi. 3. Assassement Setelah dilakukan pengkajian dan pengumpulan data dapat disimpulkan diagnosa kebidanan By. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterik hari kedua. 4. Planning Berdasarkan data yang didapatkan oleh pengkaji maka pasien membutuhkan asuhan kebidanan yang direncanakan yaitu : memeriksa keadaan umum dan tanda vital bayi, memberikan nutrisi yang adekuat yaitu ASI dan susu formula, mengambil sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin bayi, menjaga kehangatan bayi. C.
PENGKAJIAN KETIGA (13 JUNI 2014) 1. Subyektif Pengkajian data subyektif pada kasus By. S diperoleh data berupa ibu mengatakan bahwa bayinya masih dirawat di dalan incubator, ibu juga mengatakan bahwa bayinya masih malas menyusui walaupun ASI ibu sudah keluar lancar.
67
2. Obyektif Pada pengumpulan data obyektif berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan data obyektif berupa keadaan umum bayi baik, reflek menghisap dan menelan sudah baik, warna kuning nampak pada muka dan leher bayi. Hal ini juga didukung dengan terjadinya penurunan kadar bilirubin total menjadi 20,3 mg%, bilirubin direk 2 mg%, bilirubin indirek 18,3 mg%. 3. Assesment Setelah dilakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif dapat disimpulkan diagnosa kebidanan yaitu By. S umur 8 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterik hari ketiga. 4. Planning Perencanaan asuhan yang diberikan pengkaji berdasarkan keadaan pasien berupa : memeriksa keadaan umum dan tanda vital bayi, memberikan nutrisi yang adekuat yaitu ASI dan susu formula, menjaga kehangatan bayi. D.
PENGKAJIAN KEEMPAT (14 JUNI 2014) 1. Subyektif Data subyektif yang dapat diperoleh pada kasus By. S yaitu ibu bayi merasa senang karena bayinya sudah sehat, ibu juga mengatakan bahwa bayinya masih dirawat di dalam incubator.
68
2. Obyektif Pada pemeriksaan fisik terhadap pasien dapat diperoleh data obyektif berupa keadaan umum bayi baik, reflek menghisap dan menelan cukup baik, sudah tidak ditemukan warna kuning pada tubuh bayi, pemberian fototerapi sudah dihentikan sesuai dengan advis dokter spesialis anak, bayi sudah nampak sehat dan aktif. 3. Assesment Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan bayi maka dapat disimpulkan diagnosa kebidanan yaitu By. S umur 9 hari jenis kelamin perempuan, sehat, hari keempat. 4. Planning Perencanaan asuhan kebidanan yang sesuai pada pasien yaitu memeriksa keadaan umum bayi, mempertahankan lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih, nyaman dan hangat, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, memberitahu ibu tentang manfaat ASI dan imunisasi, menyiapkan bayi untuk pulang sesuai dengan advis dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang telah dilakukan pada By. S dapat disimpulkan bahwa pasien setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan selama empat hari dirumah sakit kondisi bayi mulai membaik, hal ini dapat dilihat dari hilangnya warna kuning pada tubuh bayi serta didukung dengan penurunan kadar bilirubin pada bayi. Berdasarkan pada keadaan bayi yang sudah sehat bayi S diperbolehkan untuk pulang, bayi juga dianjurkan untuk kontrol ulang
69
1-2 minggu setelah pulang, memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya Asi eksklusif maupun imunisasi, menganjurkan pada ibu untuk menjemur bayinya dipagi hari selama 30 menit, serta untuk menyusui bayinya sesering mungkin. E.
PENGKAJIAN KELIMA (17 JUNI 2014) 1. Subyektif Pada data subyektif pada kasus By. S pada tanggal 17 juni 2014 diperoleh berupa ibu bayi mengatakan bahwa bayinya sering tidur dan malas menyusu disertai dengan warna kuning pada wajah bayi. 2. Obyektif Hasil pemeriksaan fisik pada bayi diperoleh hasil bahwa keadaan umum baik, tanda-tanda vital bayi dalam batas normal, nampak warna kuning pada muka bayi. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil, kadar bilirubin total : 9,9 mg%, bilirubin direk : 2,4 mg%, bilirubin indirek : 7,5 mg%. 3. Assesment Setelah dilakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif maka dapat disimpulkan untuk diagnosa kebidanannya adalah By. S umur 12 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterik. 4. Planning Perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan untuk pasien yaitu, dengan memberi tahu ibu keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,
70
menganjurkan pada ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari, serta menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin. F.
PENGKAJIAN KEENAM ( 25 JUNI 2014) 1. Subyektif Pengumpulan data subyektif pada By. S diperoleh hasil, ibu bayi mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan menyusui secara aktif 2. Obyektif Hasil pemeriksaan fisik pada By. S yaitu bayi dalam keadaan baik, sudah tidak ada warna kuning pada tubuh bayi, reflek menghisap dan menelan bayi baik. Pada hasil pemeriksaan laboratorium pada bayi diperoleh hasil : kadar bilirubin total : 8,2 mg%, bilirubin direk : 1.1 mg%, bilirubin indirek : 7,1 mg%. 3. Assesment Setelah dilakukan pengkajian pada bayi maka dapat disimpulkan diagnosa kebidanan By. S umur 19 hari jenis kelamin perempuan sehat. 4. Planning Perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan untuk pasien yaitu, dengan memberi tahu ibu keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi, menganjurkan pada ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari, serta menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.