BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan Standar Pedoman Kerja Pemberian Bantuan Teknis Bank Indonesia, terdapat delapan tahapan dalam kegiatan pengembangan klaster akan tetapi pada penanganan dilapangan yang dilakukan penulis terdapat beberapa perbedaan yaitu beberapa tahap prosedur tersebut masuk dalam tahap lain yaitu 1) Tahapan pemilihan klaster komoditas unggulan pada pelaksanaan digabungkan dengan tahapan pemilihan klaster 2) Tahapan laporan awal klaster pada pelaksanaan digabungkan dengan tahapan identifikasi masalah 3) Tahapan laporan akhir klaster pada pelaksanaan digabungkan dengan tahapan Monitoring dan evaluasi. Maka pada pembahasan prosedur pemberian bantuan teknis Bank Indonesia kepada klaster berbasis komoditas unggulan akan diuraikan menjadi lima tahap yaitu :
A. Pemilihan Klaster Pedoman kerja pemberian bantuan teknis menyebutkan pada tahap ini terdapat beberapa proses yang perlu dilewati dan indikator yang harus diperhatikan, proses tersebut diuraikan berikut : a. Menyeleksi beberapa klaster berbasis komoditas unggulan yang didukung oleh stakeholders (pemerintah, swasta, universitas, dan atau lembaga lain sejenis) Tahap pertama ini akan diseleksi daerah yang akan dikembangkan oleh KPw BI Solo, dilakukan dengan cara pengumpulan data primer (statistik, hasil survey yang sudah ada). Seleksi ini memakai beberapa macam data seperti data yang diperoleh dari database Badan Pusat Statistik (BPS), data Bank Indonesia, berita di media cetak maupun online, dan data dari internet mengenai informasi terkait. Data tersebut akan dikerucutkan menjadi 2 atau lebih daerah yang terpilih untuk dikembangkan. Daerah yang terpilih akan didiskusikan secara
39
40
internal oleh Unit Akses Keuangan dan UMKM (UAKU), dalam tahap pemilihan klaster indikator yang diperhatikan meliputi : 1) Menjadi program/prioritas Pemerintah Daerah (Pemda) yang tertuang dalam Rencana Kerja Program Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RKPJMD); dan atau lembaga internasional untuk dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan klaster untuk pengembangan UMKM bekerjasama dengan instansi/lembaga yang sudah mengembangkan klaster tersebut. 2) Keberadaan
UMKM
yang
menjadi
local
champion
perubahan/mempunyai jiwa kewirausahaan yang kuat) dan atau
(pelopor leding
Company (perusahaan yang pelopor perubahan) Setelah terpilih satu daerah yang akan dikembangkan maka akan dicari potensi komoditas mana yang akan dikembangkan karena dimungkinkan terdapat beberapa komoditas unggulan yang ditemukan untuk dikembangkan. Pemilihan juga tergantung pada Indikator Kinerja Unit (IKU) yang dibuat oleh Bank Indonesia pusat yang berisi komoditas mana yang ditargetkan untuk dikembangkan, IKU ini berubah tergantung keadaan di Indonesia. Tahap pemilihan komoditas unggulan terdapat beberapa indikator yang harus diperhatikan yaitu : 1) Komoditas
unggulan
wilayah
yang
bersangkutan
(dapat
meliputi
kecamatan/kabupaten atau provinsi) 2) Komoditas unggulan dengan kriteria : a) Sudah dalam bentuk klaster semi aktif (sudah ada tapi belum berkembang) b) Menjadi sumber pendapatan utama masyarakat wilayah klaster c) Menyerap sebagian besar tenaga kerja dari wilayah klaster d) Produk
yang
dihasilkan
potensial
ekspor
atau
sebagai
bahan
baku/setengah jadi industri lanjutan atau sebagai produk impor subtitutif e) Mendukung pengendalian inflasi dan atau pengembangan ekonomi daerah
41
3) Informasi komoditas unggulan dapat diperoleh dari hasil penelitian Baseline Economic Survey komoditas unggulan yang dilakukan oleh Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia, dinas terkait, lembaga penelitian (universitas,dll), atau lembaga pengembangan klaster (lembaga donor,dll. Komoditas yang dimaksud dikelompokkan menjadi sub sektor beberapa diantaranya sub sektor tanaman pangan (jagung, padi lokal, padi organik,dll), sub sektor holtikultura (bawang merah, bawang putih, cabai,dll), sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, sub sektor perkebunan, dll. Selain dari hal tersebut, terdapat critical points yang khusus diberlakukan bagi komoditas sektor holtikultura yaitu Tabel 4.1 critical points komoditas holtikultura No 1
Aspek
Keterangan
Aspek
Pada sektor pertanian produk dihasilkan tidak
produksi
setiap hari karena membutuhkan proses untuk tumbuh dan menghasilkan. Paling krusial dalam proses tersebut ditentukan oleh faktor input dan output a. Input : benih, pupuk, obat-obatan (sering menghilang dipasaran dan atau harganya melambung saat masa tanam b. Output
:
produk
yang
dihasilkan
melimpah (sering kali harga menjadi jatuh sangat rendah) Perlu diperhatikan dengan baik rantai nilai berikut : penawaran dan permintaan seimbang agar tidak terjadi anjloknya harga. Analisa penawaran dan permintaan harus dilakukan dengan memperhatikan pola tanam, pola hama, pola penyakit 2
Sifat produk
Cenderung bersifat mudah busuk, sehingga
42
perlu diperhatikan penanganan pasca panen dan penyediaan infrastruktur pendukung pasca panen 3
Aspek
Produk pertanian merupakan produk yang
pemasaran
selalu dibutuhkan masyarakat . kondisi ini menyebabkan
kekurangan
produk
akan
membuat harga naik dan juga sebaliknya. Kondisi ini harus diperhatikan karena dapat berpotensi
menggagalkan
pengembangan
klaster. Perlu
juga
dipertimbangkan
alternatif
pengolahan produk pertanian untuk value added dan memperpanjang masa penggunaan produk. 4
Kesediaan
Utamanya untuk Pulau Jawa yang luas
lahan
kepemilikan
lahannya
relatif
minim
dan
munculnya tuan-tuan tanah. Perlu diperhatikan pendekatan kepada petani jangan sampai upaya peningkatan pendapatan petani hanya dapat dinikmati pemilik lahan. Sumber : Bank Indonesia,2011
b. Mencari data sekunder terkait dengan klaster-klaster tersebut. Pengambilan data sekunder (wawancara, diskusi, dll) pada klaster dilakukan dengan berkoordinasi bersama pemerintah daerah setempat. Pada tahap ini pihak KPw BI Solo mulai melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dengan membandingkan data yang dimiliki KPw BI Solo dengan data dari daerah setempat dengan mempertimbangkan indikator yang sudah ditentukan. Pada tahap ini juga diperdengarkan pendapat dari otoritas setempat atau sumber informasi yang ada mengenai klaster-klaster yang
43
dipertimbangkan untuk dipilih hal ini didasarkan pada wawancara dengan Ibu Sholichah selaku konsultan UAKU yang menyebutkan “pada tahap ini pihak KPw akan mendatangi pemerintah setempat untuk melakukan koordinasi dan membandingkan data karena pemerintah setempat pasti lebih tahu keadaan aslinya” Sumber informasi dapat dirinci melalui tabel berikut: Tabel 4.2 Matriks Sumber Informasi No 1
Sumber Informasi
Tujuan
Pelaku
Pelaku klaster yang mewakili Untuk mengetahui
klaster
buruh sampai pemilik, skala dinamika usaha
yang
mikro/rumah tumbuh
dan
tangga/informal/kecil/menengah. berkembang dalam Skala merujuk pada kondisi klaster. Identifikasi wilayah di klaster. Informasi local
champions
mengenai pelaku yang mendapat yang tumbuh dalam kredit dari bank (umum dan atau klaster BPRS) akan sangat mendukung 2
Pelaku pada Skala mikro-besar yang mampu Untuk mengetahui jalur
bahan menyediakan
baku
maupun
bahan jalur
Informasi
dari
mendapat
kredit
baku ketersediaan
dan
distribusi. dinamika pelaku dari
yang penyediaan
bahan
bank baku (kendala dan
(umum dan atau BPRS) akan solusi) identifikasi sangat mendukung
local
champions
yang tumbuh dalam klaster 3
Pelaku pada Pedagang eceran, pengumpul, Untuk mengetahui jalur
pedagang besar, eksportir dari kapasitas
pemasaran
skala
kecil
sampai
Informasi
dari
mendapat
kredit
pelaku dari
besar. potensi
dan pasar
yang produk/jasa. bank Identifikasi
local
44
(umum dan atau BPRS) akan champions sangat mendukung
yang
tumbuh
dalam
klaster 4
Lembaga
Lembaga keuangan yang ada Untuk mengetahui
keuangan
diwilayah klaster termasuk yang persepsi perbankan sifatnya
informal
(semacam terhadap
asosiasi atau perkumpulan di yang lokasi klaster) 5
usaha
ada
dalam
klaster.
Dinas/suku
Arah pengembangan usaha yang Untuk mengetahui
dinas
ada dalam klaster, pembinaan sumber daya yang yang sudah, sedang dan akan sudah dilakukan
termasuk
pembiayaan condition),
dan
akan
bantuan demobilisasi
guna
(term kriteria
and mengoptimalkan penerima pengembangan
bantuan, kinerja pembiayaan
klaster
dan
menghindari terjadinya tumpang tindih kegiatan atau penerima
manfaat
(pelaku klaster) 6
Kemitraan
Jenis kemitraan yang tumbuh Untuk inventarisasi dan
berkembang
didalam sumber-sumber
klaster, kapasitas, dinamikanya. kemitraan Skala kecil menengah besar Informasi
dari
mendapat
kredit
pelaku dari
dapat
yang
dimobilisasi
yang untuk bank mengembangkan
(umum dan atau BPRS) akan klaster sangat mendukung 7
Universitas,
Dukungan yang sudah, sedang, Untuk inventarisasi
lembaga
dan
akan
diberikan
kepada sumber-sumber
45
penelitian, dll klaster
bersangkutan.
Potensi daya
yang
dapat
sumber daya universitas dan dimobilisasi
dan
sejenisnya yang dapat digunakan disinergikan dalam klaster dimasa mendatang
mengembangkan klaster
Sumber : Bank Indonesia, 2011
c. Melakukan kunjungan lapangan, untuk memetakan gambaran klaster secara deskriptif sekaligus melengkapi data untuk penilaian yang tidak ada data sekundernya. Tahap selanjutnya merupakan kegiatan kunjungan ke klaster-klaster yang telah ditentukan. Klaster-klaster yang akan dilakukan kajian untuk menentukan klaster yang dipilih akan didatangi, selain untuk mengetahui keadaan dilapangan hal ini juga dilakukan untuk mencari data-data lain yang belum terlengkapi. Dalam kunjungan ini akan diadakan wawancara serta diskusi terhadap pelaku-pelaku klaster. Hal ini dilakukan juga untuk menjadi bahan dari laporan awal klaster.
d. Membuat
kajian
profil
klaster-klaster
yang
potensial
untuk
dikembangkan. Tahap membuat kajian profil klaster ini dilakukan setelah data yang diperoleh lengkap sesuai indikator yang ada dan potensi pengembangan baik dari sisi penyediaan bahan baku, pengembangan produk/jasa, maupun pasar. Kajian ini akan menjadi bahan dalam menyusun laporan awal klaster. Hal-hal yang perlu dikaji dalam profil klaster pada kondisi awal : 1) Aspek sumber daya manusia a) Jenis pekerjaan/kegiatan, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam klaster bersangkutan b) Jam kerja/hari kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan
46
c) Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan d) Sumber tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan klaster 2) Aspek pasar dan informasi pasar a) Wilayah pemasaran produk (domestik/tingkat provinsi dan atau berorientasi ekspor) b) Jalur pemasaran produk c) Pelaku pada jalur pemasaran dan kapasitas yang dimiliki (misal modal, daya beli, gudang, dll) d) Menggambarkan bagaimana informasi pasar diperoleh apakah dari pedagang (pengumpul/pemasok), media dan atau ekspor. 3) Aspek produksi a) Bahan baku: menggambarkan tentang sumber bahan baku apakah ketersediaannya dapat berkelanjutan (sebagai contoh bibit tanaman merupakan bahan baku impor, sepanjang bibit dapat berkelanjutan maka usaha tersebut mengindikasikan dapat berkelanjutan), bagaimana karakter bahan baku tersebut (tahan lama atau tidak, cara penyimpanan), sumber bahan baku yang digunakan sebagian besar (75%) terdapat di dalam negeri (wilayah lokal yaitu kecamatan dan kabupaten dalam satu provinsi). Misalnya : bambu atau rotan sebagai bahan baku industri kerajinan dan cara memperoleh bahan baku melalui perantara atau langsung memebeli dari sumber bahan baku. b) Penggunaan teknologi (mesin atau manual) c) Kapasitas produksi per satuan waktu(jam, hari, minggu, bulan, dll) d) Kualitas produk yang dihasilkan (jika ada standar SNI dapat sebagai pembanding) e) Harga jual produk jika ada dibedakan ditingkat konsumen (pengecer), grosir, distributor, dll f) Jenis industri klaster (padat karya atau padat modal) g) Jalur produksi yang terdapat pada klaster yang bersangkutan h) Profil produk (bentuk, ukuran, kemasan, dsb) menggambarkan tentang kondisi/keberadaan produk antara lain tentang bentuk produk (apakah
47
produk yang dihasilkan merupakan produk Turkana atau hasil rekayasa/produk baru), produksi (apakah produk diproduksi berdasarkan pesanan) atau menciptakan produk sendiri, perkembangan produk (apakah produk berkembang mengikuti pasar atau atas dasar kebiasaan), manfaat produk (apakah produk yang dihasilkan memenuhi kriteria dengan permintaan dan kualifikasi untuk industri lanjutan. 4) Aspek modal sosial a) Hubungan kemitraan antar pelaku klaster (dengan perusahaan inti, produsen, pemasok, dan pembeli serta pelaku lain yang memiliki kedekatan geografis, model hubungan yang terjadi apakah dagang biasa, inti plasma, dll) b) Persaingan harga antar pelaku dalam klaster c) Tingkat kepercayaan antar pelaku UMKM dalam klaster. Hal ini dapat tarlihat dari keterbukaan terhadap pesanan, sumber bahan baku, harga, dll d) Kelembagaan baik formal (misal koperasi/asosiasi) maupun informal (kelompok) terkait dengan keikutsertaan dan keaktifannya dalam lembaga tersebut
e. Melakukan pemilihan dari klaster-klaster berbasis komoditas unggulan dan Menetapkan sebuah klaster berbasis komoditas unggulan Pemilihan dilakukan dengan merujuk pada data dan informasi yang sudah diperoleh dan diolah menjadi laporan. Pemilihan dilakukan dengan diskusi dan pelaporan terlebih dahulu dengan pimpinan di KPw BI solo. Sampai tahap pemilihan akhir serta pembuatan perjanjian bersama pemerintah setempat ini dilakukan pada triwulan pertama awal tahun. Pada tahap akhir pemilihan klaster ini akan dipilih satu klaster yang akan dikembangkan. Klaster yang dipilih didasarkan atas data dan informasi yang ada serta kesepakatan bersama (Bank Indonesia, pemerintah setempat, ahli) akan dilakukan penyusunan rencana aksi yang merupakan tindak lanjut selanjutnya. Kendala pada tahap ini adalah perbedaan pendapat antara KPw BI Solo dengan pemerintah setempat. Pada tahap ini pula akan diadakan
48
penggalangan komitmen dengan stakeholders, penggalangan komitmen diuraikan sebagai berikut: 1) Mengingat kegiatan pengembangan sektor rill melalui pendekatan klaster dilakukan secara multiyears dan membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit maka proses sosialisasi dilakukan untuk menggalang dukungan penuh dari seluruh stakeholders terkait. Rekomendasi yang relatif moderat adalah 3 tahun untuk mengukur indikator yang diharapkan. Pertimbangan tahun pertama untuk persiapan, tahun kedua dan ketiga implementasi rencana pengembangan. Kendala utama dalam pengembangan multiyears adalah komitmen dari pihak-pihak pemegang keputusan: a) Bank Indonesia, kebijakan dukungan terhadap sektor riil sangat dipengaruhi oleh kondisi politik, dengan demikian untuk menjaga kesinambungan kegiatan sektor Bill khususnya klaster. Sangat membantu jika komitmen awal dari sisi pembiayaan paling tidak untuk tiga tahun ke depan (misal 2011 – 2013) b) Pemerintah Daerah, pimpinan daerah baik itu Gubernur dan atau Bupati mempunyai masa tugas tertentu. Pergantian pimpinan dapat memicu perubahan komitmen terhadap pengembangan klaster. Mengantisipasi hal ini disarankan untuk memilih klaster dengan pergantian pimpinan masih baru c) Dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen pengembangan yang dituangkan secara tertulis dalam nota kesepahaman dan atau perjanjian kerja sama d) Bentuk
dukungan
dapat
berupa
kebijakan,
dana/permodalan,
program/kegiatan, sarana dan prasarana, pendampingan, dan dukungan lainnya yang relevan untuk pengembangan klaster.
49
B. Identifikasi Masalah Tahap ini bertujuan untuk mengetahui secara rinci kendala yang dihadapi klaster baik intern maupun ekstern. Identifikasi masalah melalui beberapa tahap kegiatan yaitu : a. Sosialisasi kepada pelaku klaster Sosialisasi ini merupakan pertemuan resmi pertama yang mulai mengarah pada penyusunan draf proker (program kerja) yang dilakukan oleh UAKU dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat serta dinas terkait. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pelaku klaster mengenai program yang akan dijalankan serta menggalang komitmen pelaku klaster dalam partisipasi dengan program tersebut. b. Melakukan analisis kondisi klaster dengan analisis SWOT, analisis value Chain atau rantai , dan diamond model dari Porter Untuk menyusun rencana strategi pengembangan klaster yang komprehensif maka dilakukan analisis kondisi klaster. Analsis SWOT telah dilakukan pada tahap pertama laporan awal klaster sedangkan analisis rantai nilai dan diamond model akan diuraikan sebagai berikut:
50
Tabel 4.3 Gabungan analisis rantai nilai dan diamond model Faktor dan Definisi
Informasi yang digali
Rantai Nilai
Koordinasi klaster sejenis
Faktor Input (factor/input condition)
Sumber daya manusia, modal, Semakin tinggi kualitas faktor Apakah
menggunakan
Variabel-variabel yang sudah dimiliki infrastruktur fisik, infrastruktur input ini, maka semakin besar input sejenis ? oleh satu Klaster industri
informasi, infrastruktur ilmu peluang pengetahuan
dan
Identifikasi
pelanggan
produktivitas lokal Semakin
maju
Tingkat permintaan pelanggan lokal dan dan ekspor (jika ada), gender, masyarakat atau ekspor
untuk Apakah terjadi kelebihan
teknologi, meningkatkan daya saing dan atau kekurangan input ?
infrastruktur administrasi Kondisi Permintaan (demam condition)
industri
tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggi
dan
tingkat
suatu Apakah semakin dilokal
permintaan terbatas
atau
permintaan berlebihan ?
peran dalam konsumsi atau pelanggan dalam negeri maka Apakah ada permintaan pelaku
jalur
spesifikasi
pemasaran, industri
produk
akan
yang meningkatkan
berupaya diluar wilayah klaster ? kualitas Apakah ada pergeseran
diminati, kapasitas pembelian, produk
atau
melakukan referensi
konsumen
cara
guna
memenuhi terhadap
produk/jasa
pembayaran,
pembelian
(konstan
siklus inovasi sebagai keinginan
bahan makanan atau fluktuatif) Industri Pendukung dan terkait (related Identifikasi
pohon
pelanggan
lokal yang dihasilkan klaster?
yang tinggi
industri Industri
pendukung
dan Apak
membutuhkan
51
and supporting Industries)
dimana
semakin
Adanya industri pendukung dan terkait cabang
maka
banyak terkait
akan
mendorong bahan baku yang sama
makin terciptanya daya saing dan atau lanjutan dari produk
akan meningkatkan efisiensi dan sinergi berpeluang untuk dihubungkan produktivitas meningkat
klaster ?
dalam Klaster. Sinergi dan efisiensi akan dengan industri terkait (produk
Jenis teknologi dan atau
tercipta
informasi
terutama
dalam
transaction olahan lanjutan)
yang
perlu
Coast, sharing teknologi, maupun skill
disediakan
untuk
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh
mengembangkan klaster
industri atau perusahaan lainnya. Strategi perusahaan dan pesaing (context Identifikasi kejenuhan pasar Persaingan for firma And strategy)
yang
menjadi
Strategi perusahaan dan pesaing dalam persaingan
pasar,
juga penting karena kondisi ini akan yang digunakan
indikasi perusahaan teknologi strategi
yang selalu
sehat, Jumlah dan jenis pesaing mencari yang
baru
berkembang
untuk diwilayah klaster sejenis
meningkatkan efisiensi
Apakah
bisa
memotivasi perusahaan atau industri
dikembangkan
untuk
kualitas
knowledge (pesaing di
produk yang dihasilkan selalu mencari
satu tempat bisa menjadi
inovasi baru.
mitra dari tempat lain)
selalu
Modal sosial
meningkatkan
Identifikasi adanya kelompok Pembentukan dan konsolidasi
transfer
52
Merupakan aset tak terwujud seperti formal/informal dalam klaster, modal sosial menjadi unsurt kepercayaan
yang
terbentuk
seperti bagaimana fungsinya, kendala inti dalam penguat klaster.
kepercayaan antar anggota internal dan yang dihadapi, apakah ada Modal jejaring antar mitra
kelompok,
apa menjembatani
penyebabnya,
identifikasi hubungan
tokoh-tokoh
masyarakat, eksternal
leding champion,
company,
local
peran
serta
kapasitasnya dalam klaster , politik : Bank Indonesia, 2011
klaster
ini
pelaku klaster yang tidak ikut sebagai ikatan internal akan Adam
Sumber
sosial
dengan
dalam pihak
53
Perolehan data untuk analisis dilakukan dengan cara : 1) Wawancara Wawancara dilakukan kepada pelaku klaster dan sumber informasi lain dalam suasana santai dan nyaman guna memperoleh informasi yang lebih akurat 2) Rapid Rural Appraisal Mengingat analisis ini perlu adanya kerja sama dengan pelaku akademisi maka tahap ini bekerja sama dengan akademisi atau pihak lain yang mampu melakukan analisis ini deNGAN tetap koordinasi dengan konsultan UAKU 3) Focus Group Discussion Diskusi Dilakukan dalam forum informal maupun formal dengan memepertimbangkan kenyamanan. 4) Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dapat berupa buku atau gambar yang relevan yang mendukung analisis rantai nilai Sebagai gambaran akan dicontohkan hasil analisis rantai nilai dari klaster yang dikembangkan KPw BI Solo di Klaten (lampiran 1). Analisis rantai nilai akan menggambarkan detail dari pelaku sampai proses produksi sehingga pada akhirnya akan diketahui masalah atau kendala yang dihadapi klaster. Kendala ini digunakan untuk penyesuaian bantuan teknis yang akan diberikan. Analsis rantai nilai akan digabungkan dengan analsis diamond model yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada analis SWOT secara otomatis akan terdeteksi pada kajian klaster. Maka dari gabungan analisis tersebut akan nampak kebutuhan teknis yang diperlukan klaster, setelah selesai analisis maka akan disusun laporan awal klaster sesuai klaster yang telah ditetapkan.
54
C. Identifikasi Kebutuhan Teknis Identifikasi kebutuhan teknis terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu pelaksanaan identifikasi kebutuhan teknis, penyusunan rencana aksi,dan pengadaan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan teknis pengembangan klaster yang bersangkutan, yaitu : 1) Merumuskan area/poin dimana masih terbuka kesempatan bagi klaster untuk bekerjasama dalam meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki lingkungan kerja 2) Melakukan inventarisasi sumber daya baik yang berasal dari dalam maupun dari luar 3) Membuat skala prioritas area-area yang akan ditingkatkan dalam upaya memberi nilai tambah terhadap pelaku dalam klaster
D. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Teknis Skala prioritas dijadikan dasar atas perencanaan kegiatan yang umumnya di KPw BI Solo adalah tiga tahun yang di bagian atas tiap triwulan dimana triwulan pertama merupakan batas pemilihan dan penandatanganan kesepakatan bersama dengan pemerintah setempat serta triwulan elanjutnya merupakan pelaksanaan tahap selanjutnya. Pemberian bantuan teknis Bank Indonesia dapat diberikan sebagian atau keseluruhan dengan pengaturan sebagai berikut: a. klasikal (pelatihan dalam kelas) 1) Materi Materi klasikal meliputi aspek keunagn dan nun-keuangan (produksi, pemasaran,
pembentukan
kelompok,
motivasi,
kewirausahaan,
manajemen, legalitas) 2) Perlengkapan Keperluan kelengkapan untuk aspek non-keuangan dapat dilakukan dengan cara : a) Menyediakan (membeli/menyewa) perlengkapan yang diperlukan dalam rangka pelatihan
55
b) Nilai perlengkapan dan ATK yang diperlukan maksimal 40% dari total biaya pelatihan dalam satu kali penyelenggaraan 3) Pelaksana Klasikal dapat dilaksanakan bekerjasama dengan pihak ketiga baik perorangan atau lembaga. 4) Pembiayaan Biaya yang timbul dari kegiatan klasikal meliputi biaya untuk UMKM peserta
pelatihan/seminar/workshop
dan
pihak
ketiga,
yaitu
narasumber perorangan/tenaga ahli dan atau narasumber lembaga. Adapun komponen biaya tersebut meliputi: a) Untuk UMKM peserta (1) Bantuan transportasi dari dan ke tempat pelatihan (2) Akomodasi
(hotel
dan
sejenisnya),jika
penyelenggaraan
kegiatan menginap dan lebih dari satu hari dengan maksimum enam hari termasuk pulang pergi (3) Konsumsi dan/atau (4) Biaya ATK dan perlengkapan pelatihan sesuai dengan kebutuhan klasikal b) Untuk narasumber perorangan/lembaga (1) Honor (2) Bantuan transportasi dari dan ke tempat pelatihan (3) Konsumsi dan/atau (4) Biaya ATK (5) Pajak penghasilan (PPh) (6) Pajak pertambahan nilai (PPN) untuk fasilitator lembaga jika ada (7) Manajemen fee untuk fasilitator lembaga Jika tidak menginap UMKM peserta dan narasumber memperoleh semua komponen biaya kecuali akomodasi
56
b. Pendampingan 1) Tujuan Pendampingan
bertujuan
untuk
memonitor
dan
mengarahkan
pengembangan klaster 2) Bentuk pendampingan Pendampingan dapat berupa konsultasi, diskusi, dan fasilitas. 3) Pelaksana a) Pendampingan dilakukan oleh pihak ketiga, baik oleh perorangan atau lembaga b) Dalam hal fasilitator merupakan pihak ketiga, maka penunjukannya mengacu ketentuan yang berlaku 4) Pembiayaan Biaya yang timbul dari kegitan pendampingan adalah biaya untuk pendampingan klaster (perorangan atau lembaga). Adapun komponen biaya meliputi : a) Honor b) Bantuan transportasi dari dan ke tempat pelatihan c) Biaya ATK d) Pajak penghasilan (PPh) e) Pajak pertambahan nilai (PPN) untuk fasilitator lembaga jika ada f) Manajemen fee untuk fasilitator lembaga
c. Studi banding 1) Tujuan Studi banding bertujuan untuk memberi kesempatan bagi Ulm melalui praktek kerja di perusahaan yang mempunyai usaha sejenis yang lebih maju sebgai acuan dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan 2) Pelaksanaan a) Pelaksanaan studi banding diutamakan ke klaster atau UMKM terdeket diwilayah klaster tersebut dalam negeri
57
b) Studi banding hanya dapat dilakukan sekali selama periode pemberian bantuan teknis kepada klaster yang bersangkutan 3) Pembiayaan Komponen biaya studi banding meliputi : a) UMKM peserta (1) Bantuan transportasi dari dan ke tempat pelatihan (2) Akomodasi
(hotel
dan sejenisnya),jika penyelenggaraan
kegiatan menginap dan lebih dari satu hari dengan maksimum enam hari termasuk pulang pergi (3) Konsumsi b) Narasumber perusahaan mendapat honor
d. Magang 1) Tujuan Kegiatan magang bertujuan untuk memberi kesempatan belajar bagi klaster melalui praktisi kerja di perusahaan yang memiliki jenis usaha yang sejenis 2) Pelaksanaan a) Pelaksanaan magang diutamakan ke perusahaan yang mempunyai usaha sejenis terdekat dalam wilayah klaster tersebut dalam negeri b) Magang hanya dapat dilakukan sekali selama periode pemberian bantuan teknis kepada klaster yang bersangkutan 3) Pembiayaan Komponen biaya UMKM peserta magang meliputi : a)
Bantuan transportasi dari dan ke tempat pelatihan
b) Akomodasi (hotel dan sejenisnya),jika penyelenggaraan kegiatan menginap dan lebih dari satu hari dengan maksimum enam hari termasuk pulang pergi c)
Konsumsi
58
e. Pameran produksi/ bazar intermediasi perbankan 1) Kegiatan pameran produksi/bazar intermediasi perbankan dapat berupa a) Membantu keikutsertaan UMKM sebagai peserta pameran produksi; atau b) Membantu
UMKM
menghadiri
pameran
produksi/bazar
intermediasi perbankan dalam rangka memperluas wawasan yang terkait dengan pengembangan usaha 2) Pembiayaan Biaya yang timbul dari Pameran produksi/bazar intermediasi perbankan meliputi : a) Jika Bank Indonesia sebagai penyelenggara, komponen biaya yang dapat diberikan meliputi : (1) Bantuan transportasi dari dan ke tempat pameran/bazar baik untuk peserta maupun untuk menghadiri dalam rangka menambah Wawan terkait pengembanagn usaha (2) Biaya penggantian booth/stand yang dibutuhkan untuk pameran (termasuk brosur atau leaflet jika dibutuhkan) b) Jika bukan Bank Indonesia sebagai penyelenggara, komponen biaya yang dapat diberikan adalah penggantian booth/stand yang dibutuhkan untuk pameran (termasuk brosur atau leaflet jika dibutuhkan) Pada hasil pengamatan dilapangan Penulis menemukan masalah pada proses pelaksanaan adalah pada peserta program yang didominasi orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun. Hal ini menimbulkan masalah pada proses pemberian materi yang kurang dapat diserap karena faktor usia serta materi yang diberikan meliputi akuntansi sampai pembukuan cukup sulit untuk diserap para peserta. Laporan untuk setiap kegiatan bantuan teknis dilakukan secara nasional, Kantor Perwakilan Bank Indonesia menyampaikan pelaksanaan
59
bantuan teknis dalam rangka pengembangan klaster sesuai format (lampiran 2). Laporan disampaikan setiap semester kepada tim bantuan teknis pengembangan LKM-Biro pengembangan UMKM pusat
E. Monitoring dan Evaluasi a) Pelaksanaan Monitoring dapat dilakukan dengan cara kunjungan lapangan dan wawancara b) lingkup Monitoring dan evaluasi meliputi pelaksanaan Bantuan Teknis atau pengadaan sarana dan prasarana, pencapaian indikator, dan hal-hal lainnya yang dapat mendukung pengembangan klaster seperti dukungan kebijakan dan atau keterlibatan tenaga donor sesuai format c) Laporan perkembangan terkait dengan pencapaian indikator (kinerja) klaster disusun dengan mempertimbangkan siklus usaha klaster bersangkutan (lampiran 3). Indikator dalam perkembangan klaster, diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Indikator perkembangan klaster No 1
Indikator
Keterangan
Peningkatan
Kondisi awal – Perkembangan – Kondisi akhir
pendapatan
Jumlah pendapatan kotor rata-rata perbulan; sumber-
peserta klaster
sumber
pendapatan
dikapitalisasikan);
(jika
jumlah
bentuk
tanggungan;
barang jumlah
pencari nafkah; pendapatan kotor klaster; tingkat inflasi didaerah setempat 2
Peningkatan
Kondisi awal – Perkembangan – Kondisi akhir
penjualan
Biaya produksi per siklus; komponen-komponen biaya
produksi;
biaya
transportasi;
kapasitas
penjuala per siklus produksi; siklus produksi tahunan; perubahan nilai tukar; kenaikan biaya produksi; kenaikan biaya transportasi 3
Peningkatan
Kondisi awal – Perkembangan – Kondisi akhir
60
penyerapan
Biaya tenaga kerja; standar upah minimum setempat;
tenaga kerja
jemlah tenaga kerja; jam kerja; perhitungan upah; kapasitas tenaga kerja dalam melakukan proses produksi; fasilitas
kenaikan yang
upah
diberikan
minimum oleh
setempat;
tenaga
kerja
(konsumsi,asuransi kecelakaan kerja,dll) 4
Peningkatan akses Kondisi awal – Perkembangan – Kondisi akhir kredit/pembiayaan Jumlah peserta
modal
yang
diperlukan
keseluruhan;
klaster kebutuhan modal untuk pengembangan; sumber
terhadap
modal; jenis kredit yang dibutuhkan; pemanfaatan
kredit/pembiayaan kredit; jumlah bank yang dituju; jumlah proposal perbankan
kredit yang diterima bank; jumlah kredit yang disetujui bank; jumlah pencairan proposal; term and condition kredit; kendala yang dihadapi dalam pengajuan kredit (dari proposal sampai pencairan)
Sumber : Bank Indonesia, 2011 Laporan akhir klaster dapat diuraikan sebagai berikut a) Ringkasan eksekutif Menguraikan
tentang
hal-hal
penting
terkait
jenis
kegiatan
pengembangan klaster, keterlibatan stakeholders, pencapaian kondisi akhir klaster,. Tidak perlu menampilkan banyak data kuantitatif. Utamakan pada penampilan pencapaian kinerja, implikasinya terhadap pengembanagan/keberlanjutan
klaster
dimasa
depan
paskah
pendampingan dari Bank Indonesia dan lesson learned yang diperoleh dalam pengebanagn klaster bersangkutan b) Profil klaster Menguraikan tentang kondisi klaster dari hulu ke hilir dengan analisis rantai nilai, profil ekonomi wilayah sekitar klaster.
61
c) Proses pengembangan klaster Menguraikan tentang desain pengembangan klaster, proses persiapan dan
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan
klaster,
keterlibatan
stakeholders, membangun jaringan usaha melalui kerjasamapada pelaku di hulu-hilir, termasuk kendala-kendala yang dihadapi, upaya yang dilakukan d) Pencapaian kinerja Menguraikan
tentang
indikator
yang
dicapai
selama
proses
pengembangan klaster dan implikasinya terhadap berkelanjutan klaster dimasa mendatang. Disampaikan pula tantangan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja e) Kesimpulan dan rekomendasi Menguraikan tentang kesimpulan dengan merujuk dari tujuan pengembangan klaster (berhasil atau tidak, kendala utama yang dihadapi critical points), kekuatan dan kelemahan klaster setelah proses pengembangan dilakukan. Rekomendasi menguraikan lesson learneed dan atau usulan untuk pengembangan klaster yang berhasil Pada tahap ini pula pertimbangan exit phase atau tahap penyapihan yaitu tahap dimana diputuskan apakah KPw BI solo akan mengakhiri program atau tetap menjalin pendampingan setelah masa program berakhir. Tahap penyapihan dilakukan dengan pertimbangan kondisi paling tidak satu dari dua kriteria yang sudah ditentukan yaitu: a) Terbangunnya akses pasar, misal: terjalinnya kemitraan antara peserta klaster yang usahanya berskala Micro kecil (UMK) dengan usaha skala menengah dan atau besar yang menjamin membeli produk UMK dan atau sekaligus melakukan pembinaan dan kontrol kualitas dan bentuk kerja sama akses pasar lainnya b) Terbangunnya akses bahan baku, misal: terjalinnya kemitraan antara peserta klaster yang usahanya berskala mikro kecil (UMK) dengan usaha skala menengah dan atau besar dan atau kelompok petani yang menguasai bahan baku
62
Kriteria tersebut dapat diukur dari keberadaan perjanjian tertulis yang didalamnya menyatakan pasal penjualan (produk) dan atau pembelian (bahan baku) atau bentuk perjanjian lain. Klaster yang sudah dikembangkan (lampiran 4) akan dibuat laporan secara terperinci sesuai format. Hasil dari program ini dapat dilihat pada laporan tiap triwulan yang dibuat oleh Bank Indonesia dimana laporan data terakhir yaitu pada triwulan IV tahun 2014 yang menunjukkan kredit UMKM ke perbankan mencapai Rp. 830,7 triliun yang menunjukkan peningkatan 8,2 % dibanding triwulan sebelumnya (lampiran 5)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada program bantuan teknis Bank Indonesia kepada klaster berbasis komoditas unggulan ini, Bank Indonesia menggerakkan pada sisi supply atau penawaran
dikarenakan
melihat
dari
penelitian
yang
telah
dilakukan
memperlihatkannya rendahnya modal membuat UMKM kesulitan meningkatkan kemampuan produksi sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, utamanya program ini bertujuan untuk meningkatkan akses kredit perbankan terhadap klaster. Meski terdapat beberapa tahapan yang digabung pada umumnya prosedur dilapangan sudah sesuai dengan standar operasional yang ada meski masih terdapat beberapa kendala. Prosedur pemberian bantuan teknis Bank Indonesia kepada klaster berbasis komoditas unggulan meliputi 1) Pemilihan klaster Pada tahap ini dilakukan pemilihan dengan mengumpulkan data primer berupa hasil survei yang sudah ada dan data lain yang terkait serta data sekunder berupa wawancara dan diskusi. Pemilihan dimulai dari pemilihan a atau lebih klaster serta komoditas unggulan sesuai indikator yang ada. Pemilihan dilanjutkan dengan membuat kajian untuk setiap klaster yang ditentukan serta membuat daftar peringkat klaster yang paling potensial. Tahap akhir adalah penetapan klaster yang akan dikembangkan yang dilakukan dengan berdiskusi dengan pemerintah setempat. 2) Identifikasi masalah Identifikasi masalah dimulai dari sosialisasi kegiatan dan program bantuan teknis Bank Indonesia untuk menggalang komitmen pelaku klaster dalam berpartisipasi dengan program. Tahap ini dilanjutkan dengan analisa dapat dilakukan dengan menggandeng ahli dalam bidang klaster bersangkutan. Analisis menggunakan analisis rantai nilai, diamond model, dan SWOT
63
64
3) Identifikasi kebutuhan teknis Identifikasi kebutuhan teknis terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu pelaksanaan identifikasi kebutuhan teknis, penyusunan rencana aksi,dan pengadaan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan teknis pengembangan klaster yang bersangkutan. Pada tahap ini akan disusun skala prioritas kebutuhan teknis yang akan dilaksanakan tiap tahap. 4) Pelaksanaan pemberian bantuan teknis pelaksanaan pemberian teknis yang diberikan berupa klasikal, magang, studi banding, pendampingan, pameran produksi/bazar intermediasi perbankan. Bantuan dapat diberikan seluruhnya ataupun sebagian dengan ketentuan yang sudah ditentukan juga pembiayaan setiap kebutuhan teknis yang diberikan. 5) Monitoring dan evaluasi Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana akan ditentukan apakah Bank Indonesia akan memutuskan hubungan atau tetap memantau perkembangan klaster kedepannya setelah masa perjanjian berakhir dengan pertimbangan apakah akses pasar atau bahan baku sudah terbentuk. Laporan akhir klaster juga dilaporkan pada tahap ini
B. Saran 1) Hendaknya kantor perwakilan Bank Indonesia Solo meningkatkan koordinasi dengan pemerintah setempat dengan meningkatkan koordinasi dan komunikasi diharapkan dalam pemilihan klaster tidak terjadi perbedaan pendapat sehingga mengulur waktu pemilihan klaster. 2) Hendaknya dalam mengisi pelatihan kepada peserta yang sudah berusia 40 tahun ke atas menggunakan praktek langsung yang diharapkan dapat lebih mudah dipahami. 3) Hendaknya ada penggerak agar anak-anak muda dapat ikut dalam klaster yang diharapkan akan lebih cepat berkembang dengan ide-ide kreatif kalangan muda.