37
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Alur Proses Perbaikan Plate Heat Exchanger Start
Preventive Maintenance
Kelainan Temperatur
Penggantian Equipment baru
N
Pembongkaran PHE Y Perbaikan Pencucian Pemasangan kembali komponen PHE Finish
Gambar 4.1 Alur proses perbaikan plate heat exchanger Alur proses tersebut merupakan alur terjadinya perbaikan pada plate heat exchanger di PT.PJB UP Muara Karang Blok 2, dimana pada proses tersebut perbaikan yang dilakukan
yaitu
dengan
cara
pencucian
terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
plate
heat
exchanger.
38
1.3
Pembahasan Proses Perbaikan Terhadap Penurunan Efisiensi Plate Heat
Exchanger Pada Steam Turbine PLTGU Blok 2 PT. PJB UP Muara Karang Pada tanggal 20 September 2016 berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh pihak operasi dengan terbitnya WO64385, dimana ditemukan kelainan yaitu terjadinya peningkatan temperatur CCW supply 41,9 oC. Peningkatan temperatur dari CCW tersebut mengindikasikan bahwa plate heat exchanger kotor. Kelainan ini berdampak pada pendinginan lube oil ST tidak maksimal, artinya plate heat exchanger harus segera di bersihkan agar temperatur CCW berada pada temperatur normal yang diizinkan. Kondisi plate heat exchanger saat terjadinya peningkatan temperatur yaitu sebagai berikut :
Air pendingin (CCW) Quantity, Qc (m3/h) = 1,890 Inlet temperature, Ti (oC) = 42.8 Outlet temperature, To (oC) = 41.9
Air Laut Quantity, Qc (m3/h) = 2,100 Inlet temperature, Ti (oC) = 31.4 Outlet temperature, To (oC) = 32.3 Dari data tersebut dapat diketahui laju perpindahan panas akibat fouling yaitu
sebesar 14.8 % sehingga dapat disimpulkan bahwa plate heat exchanger kotor akibat fouling, sehingga perlu tindakan pencucian terhadap plate heat exchanger. Sebagai metode perumusan penemuan masalah kemungkinan yang terjadi, dibuatlah suatu diagram fishbone untuk mempermudah pembacaan dan pemaparan akar masalah penyebab kotornya plate heat exchanger sehingga menyebabkan turunnya efisiensi laju perpindahan panas plate heat exchanger yang tersaji pada gambar 4.2 .
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Gambar 4.2 Diagram fishbone Berikut adalah tabel pembahasan dari diagram fishbone diatas sehingga dapat di kerucutkan pemasalahan terjadinya penurunan efisiensi plate heat exchanger. Tabel 4.1 Pembahasan diagram fishbone Root Cause
Discussion
Keterangan
Material Lifetime
Equipment digunakan sejak tahun
Bukan penyebab
tahun 2008, tetapi masih bagus kondisinya secara fisik.
Metode Pengoperasian tidak sesuai
Ada manual book sebagai panduan Bukan penyebab
Perawatan tidak terjadwal
Kegiatan preventive maintenance
dalam mengoperasikan equipment. Bukan penyebab
dan corrective maintenance secara rutin dilakukan. Manusia Pencucian salah
Aktifitas pencucian sebelumnya sudah mengikuti prosedur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bukan penyebab
40
Operator tidak
Operator yang mengoperasikan
berkompetensi
sudah berkompetensi
Bukan penyebab
Mesin Hypochlorite plant tidak
Konsentrasi chlorine yang
maksimal
dihasilkan saat ini tidak dapat
Penyebab
mencapai standar yang dibutuhkan sehingga masih adanya biota laut yang hidup Penyaringan strainer tidak
Masih lolosnya biota laut yang
maksimal
masuk ke PHE
4.2.1
Penyebab
Analisa Penyebab Turunnya Efisiensi Plate Heat Exchanger
Dari pemaparan diagram fishbone dan juga diagram banyak kemumgkinan – kemungkinan yang terjadi penyebab dari turunnya efisiensi plate heat exchanger. Penyebab bisa dilihat dari proses pencucian plate heat exchanger, berikut adalah langkah pencucian plate heat exchanger meliputi: 1. Mengunci atau menutup arah aliran pada control valve agar air laut tidak mengalir selama proses pembersihan dilakukan. 2. Membuka manhole dilakukan dengan menggunakan kunci pas dan ring dengan membuka baut dan murnya.
Gambar 4.3 Membuka manhole
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3. Setelah manhole dibuka, kemudian plate heat exchanger dikuras dan dibersihkan bagian strainer dengan menggunakan sikat plastik. Penyikatan dengan sikat plastik dilakukan karena banyaknya pasir, kijing, tritip, dll yang menempel di dinding plate heat exchanger
Gambar 4.4 Plate heat exchanger di kuras dan dibersihkan dengan menggunakan sikat plastik 4. Setelah plate heat exchanger sudah bersih, manhole dipasang kembali dengan mengunci lagi setiap baut dan murnya, kemudian kembalikan arah aliran pada control valve seperti semula.
Gambar 4.5 Menutup manhole
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Dari hasil pencucian plate heat exchanger ditemukan banyak biota laut seperti kijing dan tritip (biofouling) yang menempel pada dinding – dinding plate heat exchanger sehingga menutupi bidang pertukaran panas plate heat exchanger. Hal tersebut membuat laju perpidahan panas dari closed cooling water tidak efisien.
Gambar 4.6 Biofouling (Sumber: dokumentasi perusahaan,2016) Hidupnya biota laut seperti kijing dan tritip disebabkan oleh konsentrasi chlorine yang diinjeksikan saat ini tidak dapat mencapai standar yang dibutuhkan, sehingga pada saat clorine di injeksikan di bar screen tidak semua biota laut mati. Kurangnya konsentrasi clorine tersebut diakibatkan oleh kurang maksimalnya hypochlorite plant dalam memproduksi clorine. Maka hasil analisa penyebab menurunnya efisiensi plate heat exchanger akibat kotornya plate oleh biofouling disebabkan oleh faktor mesin yaitu hypoclorite plant yang kurang maksimal dalam memproduksi clorine, sehingga konsentrasi clorine yang dihasilkan belum memenuhi standar. Konsentrasi clorine yang kurang tersebut mengakibatkan kurang maksimalnya clorine dalam membunuh biota laut yang masuk ke water intake. Sehingga biota laut tersebut bisa tumbuh di dinding plate heat exchanger yang mengakibatkan laju perpindahan panas berkurang atau tidak efisien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/