BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani terletak antara 116°21’30” – 116°34’15” Bujur Timur dan 8°18’18” – 8°32’19” Lintang Selatan. Secara administratif kawasan ini termasuk dalam wilayah tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tabel 1 memperlihatkan wilayah administrasi kawasan taman nasional, termasuk jumlah kecamatan serta desa sekitar yang berdampingan secara fisik. Tabel 1 Keadaan administratif wilayah TNGR No. 1. 2. 3.
Kabupaten Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur
Jumlah Kecamatan 2 2 8
Jumlah Desa 16 5 16
Luas Areal TNGR (Ha) 12.360 6.824 22.146
12
37
41.330
Jumlah
Adapun batas kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dengan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut: Di sebelah utara
:
Kec. Bayan, Kayangan atau Laut Jawa
Di sebelah selatan
:
Kec. Aikmel, Sikur, Kopang, Batukliang Utara dan Montong Gading.
Di sebelah timur
:
Kec. Sembalun, Swela, Wanasaba atau Selat Alas
Di sebelah barat
:
Kec. Bayan dan Gangga
Gambar 1 Peta pulau Lombok dengan TNGR dan lokasi obyek wisatanya. 4.2 Aksesibilitas Untuk mencapai kawasan TNGR dapat ditempuh dengan mudah dan lancar. Dari Jakarta – Mataram dapat ditempuh dengan pesawat udara atau jalan darat. Dengan pesawat udara diperlukan waktu ± 2 jam, sedangkan dengan jalan darat diperlukan waktu ± 32 jam perjalanan termasuk naik Ferry. Dari Mataram ke desa-desa terdekat dengan kawasan taman nasional dapat dicapai dengan kendaraan umum atau roda empat dengan kondisi jalan beraspal.
Dari desa terdekat menuju lokasi dapat ditempuh dengan jalan kaki melalui jalan trail yang cukup baik dan memadai. Route perjalanan dari kota Mataram menuju lokasi adalah sebagai berikut: Tabel 2 Aksesibitas ke lokasi-lokasi di kawasan TNGR No 1.
Route
Mataram – Aikmel – Desa Sembalun Lawang
± 90 Km
Desa Sembalun lawang – Pelawangan Sembalun Pelawangan Sembalun – Puncak Gn. Rinjani Pelawangan Sembalun – Danau Segara anak Mataram – Bayan – Senaru
± 18 Km
2.
3.
4
Jarak
Jenis Sarana Perhubungan
Keadaan/Kondisi
Waktu Tempuh
Kendaraan umum roda empat / roda dua Jalan kaki
Jalan beraspal cukup baik
± 2,5 Jam
Jalan setapak/ jalan trail
± 11 Jam
±7 Km
Jalan kaki
Jalan setapak/ jalan trail
± 5 Jam
±7 Km
Jalan kaki
Jalan setapak/ jalan trail
± 4 Jam
± 82 Km
Kendaraan umum roda 4 / roda 2 Jalan kaki
Jalan beraspal, cukup baik
± 2,5 Jam
Jalan setapak/ jalantrail Jalan setapak/ jalan trail
± 10 Jam
Desa Senaru – Danau Segara anak Danau Segara anak – Puncak Gn. Rinjani
± 25 Km ± 10 Km
Mataram – Masbagik – Kotaraja – Kembang kuning Kembang kuning – Air terjun jeruk manis Mataram – Otak kokok
± 60 Km
± 1,8 Km 45 Km
Jalan kaki
Kendaraan Jalan beraspal, umum roda cukup baik empat / roda 2 Jalan kaki Jalan setapak/ jalan trail Kendaraan Jalan beraspal. umum roda 4 cukup baik / roda 2
16 Jam
± 1,5 Jam
± 30 Menit ± 1,5 Jam
4.3 Topografi dan Iklim Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl, sedangkan kelerengannya mulai dari sedang (0 < 25%), berat (25-40%) dan berat sekali (> 40%). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678 ha, 15.882 ha dan 7.645 ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan dan
timur laut TNGR terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki G. Rinjani. Puncak ketinggian terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl) merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia. Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan Gunung Rinjani adalah: Gunung Baru (2.376 m), Gunung Sangkareang (2.914 m), Gunung Buan mangge (2.895 m), Gunung Kondo dan Gunung Manik. Diantara gunung-gunung tersebut dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang terjal dan berbatu. Di lembah sebelah barat Gunung Rinjani terdapat danau Segara Anak (2.100 m dpl) yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari yang dingin, sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri karena gunung tersebut seakanakan muncul dari tengah-tengah danau Segara Anak. Gunung ini masih aktif dan letusan terakhir terjadi tahun 1994. Secara umum daerah kawasan TNGR mempunyai iklim tropis. Curah hujan dominan berkisar antara 1750-2000 mm di bagian barat laut, utara, timur laut dan tenggara kawasan serta di bagian utara hingga barat daya danau Segara Anak dengan curah hujan berkisar antara 2000-2500 mm dan sebagian kecil dengan curah hujan 1500-1750 mm. Curah hujan tersebut bervariasi menurut ketinggian dan letak geografis. Kecenderungannya adalah semakin tinggi letak dari permukaan laut maka semakin besar curah hujannya, dan daerah pantai utara serta timur relatif lebih kering dibanding daerah pantai barat dan selatan. Perbedaan curah hujan antara satu tempat dengan tempat lainnya bisa sangat tinggi, yaitu dari 700 mm di daerah timur yang paling kering sampai melebihi 3500 mm di daerah sekitar Gunung Rinjani. Menurut Schmidth dan Ferguson TNGR termasuk tipe iklim C dan D di sebelah barat dan tenggara dan tipe iklim E di sebelah timur laut, sedangkan menurut Oldeman TNGR ini termasuk tipe iklim D3 dan D4. D3 dengan 3-4 bulan basah, 4-6 bulan kering. Untuk disebelah barat daya tipe iklim D4 dengan tipe 3-4 bulan basah dan 6 bulan kering terjadi di bagian utara dan timur. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember sampai dengan Maret (musim muson barat laut). Suhu rata-rata di Lombok (Mataram) 22°C dengan variasi 30°C-32°C (maksimum) dan 20°C-24°C (minimum). Kelembaban nisbi antara 75%-85%.
Jika tiap kenaikan 100 m diikuti dengan penurunan suhu terbesar 0.5° C, maka temperatur di puncak Gunung Rinjani berkisar antara 1°C-11°C terutama jika musim kemarau dan bertiup angin yang kencang. 4.4 Tanah dan Hidrologi Berdasarkan Peta Tanah provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 1993 skala 1 : 1.000.000, dari Pusat Penelitian Tanah Bogor dan Agroklimat, di Taman Nasional Gunung Rinjani terdiri dari jenis tanah regosol, litosol, andosol dan mediteran dengan bentuk wilayah volkan. Jenis tanah regosol kelabu dan litosol menyebar luas di bagian puncak dan sekitar danau Segara Anak. Pada bagian kaki Gunung Rinjani dikelilingi oleh jenis tanah “Brown Forest Soil” (andosol) dan regosol cokelat yang menyebar dari kecamatan Kopang hingga Kecamatan Aikmel, sedangkan di Kecamatan Swela ditemui jenis tanah mediteran cokelat. Bahan induk tanah-tanah tersebut adalah abu dan pasir volkan yang sangat mudah (sensitif) tererosi. Hal ini dengan mudah dilihat pada sepanjang jalan pendakian yang banyak mengalami erosi parit (gully) dengan kedalaman ≥ 50 cm. Demikian juga erosi dan longsor yang terlihat pada puncak Gunung Rinjani. Secara ekologi komposisi vegetasi pada kawasan TNGR dan hutan sekitarnya mempunyai arti yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan tata air di pulau Lombok hal ini dimungkinkan karena kelompok hutan Gunung Rinjani mencakup wilayah yang sangat luas dan merupakan daerah resapan air bagi wilayah-wilayah di sekitarnya tercatat lebih dari 85 mata air berasal dari Gunung Rinjani. Komplek Gunung Rinjani merupakan daerah tangkapan air yang potensial bagi daerah sekitarnya sehingga kawasan tersebut mempunyai fungsi hidro-orologi yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Sekitar 90% sungai di pulau Lombok berhulu di Taman Nasional Gunung Rinjani. Danau segara anak juga salah satu sumber air, penting bagi daerah sekitar komplek Gunung Rinjani. Salah satu daerah yang mengalirkan airnya adalah sungai putih yang mengalir ke arah utara. Air dari sungai ini berwarna putih yang disebabkan oleh pertemuan air panas yang mengandung belerang dan air yang mengalir dari danau. Sumber-sumber air panas dimaksud berada di sebelah utara danau (± 100 meter). Sungai-sungai lainnya : Amoramor, Lekok Reak, Jurit, Perla, kayangan yang bermuara ke laut Jawa. Sedangkan sungai-sungai yang
bermuara ke Samudera Hindia antara lain: Lenek, Teratak dan Marongge. Sungai Jaga, Sungai Kokok Belek, Sungai Terutuk, dan Sungai Gerengengan bermuara ke Selat Alas. Mata air panas yang terdapat di TNGR antara lain: Goa Susu, Goa Taman, Goa Payung, Hulu Kali Putih, Sebau dan ada mata air di kaki Gunung Baru Jari yang dipercayai oleh masyarakat setempat dapat digunakan untuk menguji senjata pusaka. Di kaki Gunung Rinjani banyak terdapat mata air dan air terjun seperti Otak Kokok, Kembang Kuning (Jeruk manis), Aikmel, Sindang Gile, Tiu Teja (Santong). Tabel 3 Luas DAS dan Sub DAS yang tercakup dalam kawasan TNGR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
DAS dan Sub DAS DAS Jurit DAS Putih *) DAS Lekok reak DAS Lekok Kayangan DAS Lekok Perla DAS Amoramor DAS Teratak Sub DAS Gererengan Sub DAS Segara Anak Sub DAS Anak Marongge Sub DAS Lenek (DAS Dodokan) *) Sub DAS Teratak (DAS Dodokan) *) Sub DAS Kokok Belek Sub DAS Jaga Jumlah
Luas (Ha) 3.545 2.842 4.344 2.419 2.484 2.002 3.478 2.889 3.221 3.379 1.023 3.867 2.168 3.669 41.330
Sumber: Hasil pengukuran pada Peta Rupa Bumi Indonesia Keterangan *) DAS Prioritas di Pulau Lombok
4.5 Vegetasi dan Fauna Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan hutan hujan tropis yang memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi, yang meliputi berbagai tipe vegetasi hutan, antara lain vegetasi hutan savana, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki keaneka ragaman flora dan fauna dan obyek wisata. Beberapa potensi tersebut antara lain: 1. Flora Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilaksanakan oleh FAO (1981) dalam (BPK Kupang, 1997) sekitar 50% hutan di Taman Nasional Gunung
Rinjani merupakan hutan primer sedangkan selebihnya merupakan kawasan hutan savana (40%) dan hutan tanaman (20%). Vegetasi hutan primer didominasi Bajur (Pterospermum javanicum), Kukun (Schrutenia ovata), Rerau (Podocarpus imbricatus), Lelayang Mekar (Podocarpus neriifolius), Cemara gunung (Casuariana junghuhniana), Garu (Disoxylum spp), Rajumas/Benuang laki (Duabanga molluccana), Beringin (Ficus superba), Suren (Toona sureni). keberadaan berbagai jenis anggrek, Beberapa jenis anggrek endemik Nusa Tenggara Barat yang kemungkinan masih terdapat di kawasan ini Peristylus lombokensis dan Peristylus lobokensis. Di lereng-lereng Gunung Rinjani ketinggian di atas 2.100 m dpl. Hampir seluruhnya tertutup oleh jenis Casuarina, dengan Liken usnea yang terdapat di cabang-cabang pohon sampai pada ketinggian kawah (2.700 m dpl.) (Monk. K.A. 1997). Kawasan gunung rinjani pada ketinggian 2.700-3000 m dpl. banyak terdapat semak-semak dan rerumputan dengan kombinasi Casuarina yang terpencar-pencar. Semak Mirica javanica (Myrc.) mendominasi lereng-lereng punggung gunung pada ketinggian 2.900 m dpl. di dua pelawangan yang tumbuh bersama-sama dengan Rodedendron zollingeri, Dodonaea fiscose (Sapindaceae). Carex (Cyperaceae) dan beberapa Vaccinium. Edelweis (Anaphalis viscida) ditemukan melimpah, khususnya dalam bentuk rumpun dekat pinggiran kawah. Dari ketinggian 3.300-3.400 m dpl. punggung bukitnya ke arah puncak gunung rinjani yang berbatu ditutupi oleh lumut, rerumputan, perdu dan beberapa tumbuhan paku. Dari pengamatan dan analisa yang dilakukan WWF Indonesia Program Nusa Tenggara pada tahun 2004 dengan jumlah plot pengamatan sebanyak 3.615 plot contoh diperoleh hasil analisa vegetasi sebagai berikut: a. 91 famili (447 spesies) yang termasuk dalam kelompok tumbuhan tingkat tinggi (pohon) b. 1 famili (13 spesies), kelompok Beringin c. 5 famili (28 spesies), kelompok Liana d. 11 famili (59 spesies), kelompok Paku-pakuan e. 22 famili (138 spesies), kelompok Rumput-rumputan f. 2 famili (53 spesies), kelomok Anggrek
g. 1 famili (6 spesies), kelompok Rotan h. 2 famili (6 spesies), kelompok Palm i. 3 famili (4 spesies), kelompok Lumut j. 2 famili (3 spesies), kelompok Pisang 2.
Fauna Berdasarkan zoogeografik, wilayah Nusa Tanggara termasuk zona
Australesia, sub zona Wallacea dimana pulau Lombok merupakan perbatasannya. Dikenal adanya garis wallacea yang membatasi kedua wilayah pokok (Oriental dan Australesia) yang memanjang dari utara ke selatan antara Kalimantan dan Sulawesi Utara serta antara Bali dan Lombok. Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki keanekaragaman hayati, baik flora dan fauna khas yang cukup tinggi, diantaranya adalah pulau Lombok, dari jenis mamalia diperkirakan sebesar 38,46% untuk nusa tenggara termasuk dalam kategori Endemik sub spesies pulau yaitu: Acerodon mackloti prajae, Pteropus vampyrus kopangi, Pipistrellus tenuis swelanus, Tylonicterys pachypus bhaktii, Paradoxurus hermaprhoditus rindjanicus dan sebesar 36% tergolong sub spesies mamalia yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara, antara lain: Acerodon macklotii, Acerodon macklotii prajae, Cynopetrus nusatenggara, pteropus lombokensis,
Pteropus vampyrus kopangi, Pipistrellus
tenuis swelanus,
Tylonycteris pachypus bhaktii, Paradoxurus hermaprhoditus rindjanicus dan Cervus timorensis florensis. Untuk jenis reptilia sebesar 21,05% dari wilayah nusa tenggara tergolong dalam kategori spesies endemik pulau diantaranya: Cnemaspis gordongekkoi sp., Lepidodactylus lombokeknsis, Cryptoblepharus cursor, dan Spenamorphus (Carlia) sembalunica dan sebesar 19,35% termasuk dalam kategori species yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara yaitu:Cnemaspis gordongekkoi sp, Nov, Lepidodactylus droco volans, Emoia simeles dan Boiga cynodon, Jenis ampibhia, diketahui 16,67% termasuk dalam jenis yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara yaitu: Limnonectes damermani, Rana (Papurana) florensis dan Oerphryne jeffersoniana. Jenis-jenis mamalia di dalam kawasan TNGR cukup beragam mulai dari suku Chiroptera (kerabat Kelelawar), Rodentia (kerabat Tikus) Carnivora (jenis
pemangsa) Artiodactyla
(kerabat Rusa), Polidota
(kerabat Trenggiling) dan
kerabat primata dan jenis-jenis endemik pulau Lombok hampir sebagian besar ditemukan di dalam kawasan TNGR. Jenis-jenis mamalia yang penting diperhatikan antara lain: Viverricula indica, Paradoxurus hermophroditus rinjanicus, Felis bengalensis, Sus scrofa, Cervus timorensis florensis dan Manis javanica. Viverricula indica (Little Civet, garangan kecil) merupakan jenis mamalia yang hidup di pinggir hutan yang berdekatan dengan perkampungan. Felis bengalensis (Leopard Cat, Meong Congkok) yang ada di dalam kawasan ternyata merupakan anak jenis yang sama dengan di Jawa dan Bali yaitu F.b. javanensis. Tempat hidupnya cukup luas, mulai dari savana hingga hutan pegunungan, meskipun sering dijumpai di dekat perkampungan. Manis javanica (Trenggiling) termasuk salah satu jenis endemik lain yang dapat ditemukan di dalam kawasan. Rusa (Cervus timorensis florensis), Babi hutan (Sus Scrofa), Kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Kera hitam (Tracyphitecus auratus cristatus) juga merupakan jenis-jenis mamalia lain yang sering dijumpai di dalam kawasan. Disamping itu terdapat berbagai jenis burung antara lain Burung Gosong (Megapodius reinwardtii), Kakatua Putih Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea parvulla), Koakiau (Philemon bucceroides negluctus) dan Perkeci Dada Merah (Trichoglossus haematodus mitchelli) dan Ayam Hutan (Gallus varius dan Gallus gallus). Selain itu juga terdapat Burung Madu Lombok (Lichmera lombokia), Punglor (Zoothera interpres) dan banyak sekali dijumpai burungburung kecil sebangsa Pipit terutama di hutan dan semak belukar. Rusa dan Kakatua Jambul Kuning sebagai satwa yang dilindungi sudah sangat jarang ditemui karena populasinya sudah sangat berkurang akibat perburuan liar oleh masyarakat. Menurut informasi dari bebera masyarakat yang ditemui, Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea parvulla) masih terlihat di daerah hutan Santong, Senaru. Sedangkan penyebaran rusa kemungkinannya masih terdapat di hutan primer sekitar Santong sampai ke daerah Srijata dimana kawasan TNGR berbatasan dengan hutan lindung, meskipun populasinya tidak dapat diketahui secara pasti.
Monyet Ekor Panjang (Macca fascicularis) hampir menyebar merata diseluruh kawasan, pengunjung dapat dengan mudah melihat monyet dalam kelompok besar ± 10 ekor di daerah dimana pengunjung sering beristirahat seperti di Plawangan Sembalun, Segara Anak, Pos 3 dan 2 jalur pendakian Senaru. Daerah penyebaran Kera Hitam (Tracyphitecus auratus cristatus) tidak merata di TNGR hanya terdapat di daerah Srijata, Aikmel, Kembang Kuning, Banok, Pesugulan, Santong, Senaru, Sebau dan Torean. Babi Hutan banyak hidup di hutan primer dan hutan sekunder yang berbatasan dengan daerah pertanian masyarakat seperti di hutan kecamatan Kopang sampai kecamatan Aikmel. Di hutan menuju mata air Sebau dan sekitar jalan pendakian Senaru dapat dengan mudah dilihat dan didengar suaranya sepanjang jalur jalan setapak tersebut. Rusa dan Kakatua Jambul Kuning sebagai satwa yang dilindungi sudah sangat jarang ditemui karena populasinya sangat kurang akibat perburuan liar oleh masyarakat. Menurut informasi Polisi Kehutanan dan beberapa masyarakat yang ditemui, kakatua jambul kuning masih terlihat di daerah hutan Santong, Senaru. Sedangkan penyebaran Rusa kemungkinannya masih terdapat di hutan primer sekitar Santong, Senaru sampai ke daerah Srijata dimana kawasan TNGR berbatasan dengan hutan lindung. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) hampir menyebar merata diseluruh kawasan, pengunjung dapat dengan mudah melihat monyet di daerah dimana pengunjung sering beristirahat seperti di Plawangan Sembalun, Segara Anak, Pos 3 dan 2 jalur pendakian Senaru. Monyet-monyet tersebut hidup dalam kelompok besar ± 10 ekor dan sudah terbiasa mencari sisa-sisa makanan pengunjung sehingga cenderung bersifat agresif untuk merebut makanan dan menjadi masalah jika monyet-monyet tersebut mengambil makanan dari tenda atau mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang
diambil dari bak
sampah. 3. Pariwisata Alam Pulau Lombok sebagai pintu gerbang arus wisata dari pulau Jawa dan atau pulau Bali menuju Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang mempunyai aneka ragam potensi wisata. Potensi wisata tersebut dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu: wisata pantai, wisata alam, wisata budaya dan wisata kota. Primadona wisata alam di pulau Lombok adalah Gunung Rinjani di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Beberapa lokasi yang menjadi daya tarik utama untuk pengembangan wisata pegunungan yaitu: danau Segara anak yang dapat ditempuh melalui jalur pendakian: Sembalun lawang, Senaru dan daerah pengembangan di jalur Banok dan Torean, tentunya jalur-jalur tersebut perlu diidentifikasi lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan titik-titik menarik yang bisa ditawarkan kepada pengunjung. Potensi objek wisata alam yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain: a.
Danau Segara Anak
b.
Goa-Goa, terdiri dari: Goa Payung, Goa Susu, Goa Manik
c.
Pemandian Air Panas, terdiri dari: Pengkreman Aik Kalak, Sebau
d.
Air Terjun, terdiri dari: Air Terjun Jeruk Manis
e.
Budaya, terdiri dari: Air awet muda Joben, Upacara adat Waton Telu (umat Islam Bayan), Upacara adat Pancaka (umat Hindu).