58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah TVRI Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi pertama yang lahir di Indonesia. TVRI mulai mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara Jakarta. Siarannya ini masih berupa hitam putih. TVRI kemudian meliput Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta.1 Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T). Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal sebagai berikut: 1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang). 2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter. 1
Wikipedia, “Televisi Republik Indonesia”, http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_Republik_Indonesia, diakses tanggal: 10 Juni 2013.
58
59
3. Mempersiapkan software (program dan tenaga). Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt. Kemudian pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno. Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI. Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan Samarinda.
1.1.2 Lokasi TVRI Pusat Alamat
: Jl. Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta – 10270
Telp.
: (021) 5733146, 5704720/40 ext. 2520
Fax
: (021) 5734485
Web
: www.tvri-digital.net
1.1.3 Visi TVRI Visi dari TVRI adalah terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu Bangsa.
60
Maksud dari visi ini adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor utama penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan dalam merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa.
1.1.4 Misi TVRI 1. Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral, berimbang, sehat, dan beretika untuk membangun budaya bangsa dan mengembangkan persamaan dalam keberagaman. 2. Menyelenggarakan layanan siaran multiplatfrom yang berkualitas dan berdaya saing. 3. Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan dan akuntabel. 4. Menyelenggarakan pengembangan dan usaha yang sejalan dengan tugas pelayanan publik. 5. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya proaktif dan andal guna meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan pegawai.
1.1.5 Galeri Logo TVRI Logo pertama TVRI (24 Agustus 1962-24 Agustus 1974). Logo kedua TVRI (24 Agustus 1974-24 Agustus 1982).
61
Logo ketiga TVRI (24 Agustus 1982-23 Agustus 1999).
Logo keempat TVRI (24 Agustus 1999-31 Juli 2001). Logo kelima TVRI (1 Agustus 2001-1 Agustus 2003). Logo keenam TVRI (1 Agustus 2003-30 Maret 2007). Logo ketujuh TVRI (sejak 1 April 2007).
1.1.6 Makna Logo Baru Secara simbolis bentuk logo menggambarkan Layanan Publik yang informatif, komunikatif, elegan dan dinamis dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV publik yaitu media yang mempunyai fungsi kontrol dan perekat sosial untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk elips yang berawal dari huruf T dan berakhir huruf I dari TVRI membentuk huruf P yang mengandung 5 (lima) makna layanan informasi dan komunikasi menyeluruh: 1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti, memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
62
2. P sebagai awal dari kata PERUBAHAN yang berarti membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna. 3. P sebagai awal dari kata PERINTIS yang berarti merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisisan Indonesia. 4. P sebagai awal dari kata PEMERSATU yang berarti merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di bumi nusantara yang luas dan terdiri atas ribuan pulau. 5. P sebagai awal dari kata PILIHAN yang berarti menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat. Bentuk elips dengan tarikan garis runcing yang dinamis , melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakan gerakan perubahan yang cepat dan terencana menuju Televisi Publik yang lebih sempurna. Bentuk Tipografi TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat.
Warna biru mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih sempurna.
63
1.1.7 Stasiun TVRI di Seluruh Indonesia Sejak berdirinya 50 tahun lalu TVRI kini memiliki 28 Stasiun Penyiaran Daerah di seluruh Indonesia, ke 28 Stasiun Penyiaran Daerah tersebut adalah:2
4.2
1. DKI Jakarta
11. Lampung
21. Sulawesi Tengah
2. Jawa Barat
12. Bengkulu
22. Maluku
3. Jawa Tengah
13. Sumatera Selatan
23. Papua
4. D.I Yogyakarta
14. Bali
24. NTT
5. Jawa Timur
15. Kalimantan Timur
25. Sulawesi Tenggara
6. D.I NAD
16. Kalimantan Tengah
26. Gorontalo
7. Sumatera Utara
17. Kalimantan Selatan
27. NTB
8. Sumatera Barat
18. Kalimantan Barat
28. Sulawesi Barat
9. Jambi
19. Sulawesi Selatan
10. Riau
20. Sulawesi Utara
Hasil Penelitian Pada Bab IV ini akan dijabarkan hasil penelitian mengenai strategi
manajemen yang dilakukan oleh LPP TVRI. Untuk mengerucutkan fokus penelitian, peneliti akan mengambil studi kasus tentang bagaimana strategi manajemen baru yang diterapkan TVRI memasuki masa transformasi sesuai dengan kebijakan LPP TVRI periode tahun 2011-2016 yang sudah dijalankan sampai di pertengahan tahun 2013.
2
Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012, hlm. 2.
64
Peneliti melakukan penelitian di dalam lingkungan TVRI Pusat atau TVRI Stasiun DKI Jakarta. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan dua key informan. Dalam menggali data dan informasi dari key informan, peneliti melakukan wawancara mendalam sekaligus menganalisa dokumen-dokumen yang dipegang oleh key informan (Arief Rachman Hakim), terutama dokumen buku kebijakan LPP TVRI Tahun 2011-2016. Key informan dalam penelitian ini adalah Arief Rachman Hakim selaku Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data tambahan dari narasumber sekunder yaitu, Purnama Suwardi selaku Kepala Pusat Diklat LPP TVRI dan juga sebagai pengamat dunia pertelevisian. Selain mendapatkan data dari narasumber, hasil penelitian juga didapatkan dari beberapa dokumen tertulis yang didapatkan peneliti dari LPP TVRI, antara lain berupa Company Profile TVRI, buku cetak biru ”Transformasi TVRI“ atau kebijakan TVRI tahun 2011-2016, buku ”50 tahun TVRI mengawal Persatuan“ dan beberapa majalah intern TVRI ”MONITOR“. Dokumen lainnya, berupa dokumen foto yang diperoleh peneliti saat melakukan kegiatan pengamatan langsung di stasiun TVRI Pusat.
4.2.1 Perumusan Strategi Perumusan strategi manajemen yang disusun TVRI adalah sebagai berikut: a.
Analisis perkembangan stasiun TV di Indonesia Berdasarkan hasil wawancara dengan Purnama Suwardi selaku Kepala Pusat
Diklat LPP TVRI dan pengamat dunia pertelevisian Indonesia, perkembangan
65
stasiun TV yang ada di Indonesia saat ini menurutnya cukup pesat. Semenjak dibukanya peluang bagi pihak swasta untuk mendirikan televisi, persaingan itu terus tumbuh dan berkembang dengan melihat kenyataan bahwa saat ini sudah ada 11 stasiun TV siaran nasional di Indonesia serta tidak terhitung juga banyaknya televisi berjaringan lokal dan berlangganan. Menurut Purnama, karena semakin banyak dan bermunculan televisi-televisi baru di tengah masyarakat, maka industri penyiaran saat ini berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian pemirsa dan para pengiklan agar dapat tetap bertahan. Persaingan ini disebutnya sebagai Bloody Competition. “Terjadi bloody competition sebenarnya di dalam industri penyiaran di mana orang harus berupaya keras menarik pemirsa.”3 Pernyataannya tersebut juga didukung dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan dari sebuah buku yang salah satunya turut ditulis juga oleh Bapak Purnama berjudul “50 Tahun TVRI Mengawal Persatuan”. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa persentase belanja iklan dari media massa semakin tahun semakin meningkat. Dari catatan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), perkembangan belanja iklan di media massa sejak 15 tahun terakhir memang didominasi oleh televisi. Tahun 1998, belanja iklan untuk media televisi tercatat 58,9%, persentase ini terus meningkat, dan pada tahun 2011 tercatat mencapai 67 persen.
3
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
66
Tabel 3.4 Belanja Iklan di Media Massa 2006-2011 (dalam Triliun rupiah) 2006 Media
2007 Rp
2008 %
Rp
2009
Rp
%
%
Total
30,2
100
35,08
100
41,70
100
TV
20,61
68,65
23,05
65,70
26,24
62,92
Rp
2010
2011
%
Rp
%
Rp
%
48,57
100
60
100
80,2
100
29,88
61,51
36
63,1
53,74
67
Sumber: PPPI Namun menurut Purnama, salah satu hal yang menjadi kendala adalah persaingan industri pertelevisian di Indonesia melonjak di saat tradisi baca masyarakat yang masih rendah. Menurutnya hal tersebut akan berpengaruh pada pilihan tayangan yang tidak dipilih dengan benar oleh masyarakat. Jika tradisi baca rendah, maka pengetahuan dan pendidikan juga menjadi rendah. Menurutnya tayangan-tayangan televisi di Indonesia saat ini kebanyakan memperlihatkan halhal yang tidak baik dan mendidik. Banyak sekali tayangan yang tidak bermutu sengaja dan tetap dipertahankan oleh sebuah stasiun televisi, hanya untuk mempertahankan eksistensinya. “Siaran di republik kita ini sebetulnya adalah siaran yang rata-rata mengedepankan 4 hal. Satu, hal-hal yang sifatnya sensasional; yang kedua adalah hal-hal yang dekat dengan pornografi; yang ketiga adalah crime and violence, atau berita tentang kejahatan dan kekerasan; lalu yang keempat, yang menjadi khas dari Indonesia adalah mistik, perdukunan dan segala macam. Empat jenis tontonan ini berdasarkan penelitian memang sangat diminati oleh masyarakat-masyarakat negara terbelakang, yang tingkat pendidikannya belum maju, yang tradisi bacanya rendah.”5 Karena
hal
itulah,
Bapak
Purnama
juga
merasa
kuatir
dengan
mambayangkan dampak dari hal-hal tersebut di masa yang akan datang. 4
Roy Guritno Wicaksono, Laporan PPPI Bali dalam Purnama Suwardi – Nono Suharsono, TVRI 50 Tahun Mengawal Persatuan, hlm. 4. 5 Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
67
Menurutnya jika tayangan-tayangan yang tidak bermanfaat tersebut tetap ditayangkan dalam persaingan industri penyiaran ini, maka nasib pendidikan moral bagi generasi selanjutnya akan semakin buruk. Menurutnya, masyarakat akan bersikap permisif akan hal-hal yang sebenarnya dianggap tabu, dan bisa juga berkembang menjadi adaptif atau sikap meniru hal-hal yang buruk dari tayangantayangan tersebut, Tetapi dari semua dampak buruk yang ada dalam persaingan industri penyiaran tersebut, Beliau juga meyakini ada hal-hal yang baik yang terjadi lewat berkembangnya industri penyiaran televisi saat ini. Melalui perkembangan media televisi, maka diversifikasi informasi juga semakin beragam sehingga dapat memperluas pengetahuan kita akan hal-hal yang sebelumnya belum pernah kita ketahui. Menurut Purnama Suwardi, dari sekilas gambaran tentang persaingan industri pertelevisian itu, TVRI berada di luar itu semua. Menurutnya TVRI adalah TV yang didirikan oleh negara dan sekarang sudah menjadi TV publik, maka tayangan-tayangannya juga sangat berbeda dari tayangan-tayangan yang bisa ditemui dalam TV swasta. Siaran TVRI tidak mungkin menyiarkan keempat hal buruk tersebut seperti yang dilakukan oleh TV swasta, karena TVRI bukanlah TV yang bersifat komersial dan segala tayangannya juga diatur sedemikian rupa agar tetap menegakkan nilai idealisme serta mencerdaskan bangsa. “TVRI dimana posisinya? Di luar itu semua, karena TVRI adalah lembaga penyiaran publik. Tugas utamanya adalah menyelenggarakan programprogram penyiaran pelayanan umum yang bermutu dari sisi, isi dan
68
substansi tampilannya dengan mengedepankan dan menghargai hak-hak publik sekaligus melindunginya.”6 Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Arief Rachman Hakim selaku Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, menurutnya ditengah persaingan industri pertelevisian yang semakin pesat saat ini, TVRI juga berada di luar itu semua. Menurut Arief, memang TVRI semakin mendapatkan banyak kompetitor di saat perkembangan industri pertelevisian yang semakin pesat, namun nilai dasarnya tetap berbeda dengan prinsip yang dipegang oleh TV swasta. Karena itu, persaingan industri pertelevisian di Indonesia saat ini, mambawa dampak TVRI semakin tidak diminati pemirsa, namun itu semua karena TVRI tidak bisa bebas menyiarkan tayangan dan bebas mencari pendapatan seperti yang dapat dilakukan oleh TV swasta. “Kalau TV swasta itu kan bagaimana mendapatkan keuntungan komersial financial yang sebesar-basarnya. Beda dengan TVRI, TVRI itu sendiri adalah TV pemerintah, TV Publik, yang dibiayai oleh rakyat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau APBN. Beda dengan TV swasta. TV swasta, TV yang dimiliki oleh investor-investor. Termasuk dalam kontennya kita juga dibatasi oleh undang-undang penyiaran,”7 “TV ini adalah milik rakyat dan TV ini harus bisa mencerdaskan kehidupan rakyat, bukan membodohi rakyat dengan tontonan-tontonan yang tidak berkualitas”8 b.
Evaluasi kinerja yang sudah dicapai TVRI Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Arief Rachman Hakim untuk
mengetahui perjalanan dan perkembangan stasiun TVRI dari saat berdiri sampai dengan saat ini, menurutnya TVRI terus berkembang. Tetapi yang membuat 6
Ibid. Hasil Wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013. 8 Ibid. 7
69
mengapa TVRI tidak begitu terlihat maju dibanding dengan kompetitor
TV
swasta adalah karena pendapatan TVRI yang sangat bergantung dari APBN. Jika APBN kurang mencukupi biaya yang seharusnya dimiliki oleh sebuah stasiun TV per tahunnya, maka TVRI juga tidak bisa berbuat banyak untuk mengembangkan program-programnya. Selain itu Arief juga menuturkan bahwa TVRI juga sangat diatur dengan ketat oleh undang-undang dan diawasi juga oleh KPI, karena itu TVRI tidak bisa menyiarkan sembarangan program. Program-program TVRI haruslah program yang mendidik dan yang mencerdaskan. TVRI tidak bisa begitu saja mengadaptasi program-program yang sedang trend di pasaran. Dari beberapa faktor itulah, yang menurutnya menjadi penyebab mengapa TVRI sering dianggap tidak berkembang oleh pandangan masyarakat. “kita seringkali, mau mengadakan program-program yang hampir sama dengan TV swasta tapi itu tadi, bila isi dari cerita misalnya sinetron itu sangat tidak mendidik, ya langsung kita cut. apapun yang akan kita siarkan selalu dipantau dan hati-hati sekali. Jadi bisa dikatakan, kalau orang itu bilang TVRI itu kok tidak ditonton oleh pemirsanya, ya itu adalah jawaban yang harusnya semua orang bisa jawab sendiri.”9 Menurut penuturan Arief Rachman Hakim, saat ini TVRI sudah cukup maksimal dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai TV publik. Terlepas dari berbagai kendala yang ada, TVRI tetap berusaha untuk menjalankan perannya dengan baik walaupun kelihatannya belum semaksimal yang diharapkan. “Jadi cukup. Kalau dibilang maksimal belum, karena kita dari tahun ke tahun selalu melihat perbaikan-perbaikan yang menjadi kendala TVRI dan kekurangan TVRI. Itu selalu kita evaluasi dari tahun ke tahun.”10
9
Ibid. Ibid.
10
70
Sedangkan melalui hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, Beliau mengatakan bahwa perjalanan TVRI dari awal sampai dengan saat ini harus dibagi dengan beberapa periode. Periode pertama saat TVRI berada di bawah pak Karno atau di bawah pemerintahan orde lama, ini merupakan masa perintisan industri televisi di Indonesia. Periode kedua disaat TVRI ada di jaman pak Harto selama 32 tahun, pada saat itu TVRI praktis digunakan sebagai alat propaganda untuk melanggengkan kekuasaan pak Harto, TVRI juga tidak boleh sembarangan mengkritik pemerintah. Lalu periode berikutnya adalah pada masa reformasi dan setelah TVRI akhirnya resmi menjadi TV publik, saat itu TVRI sudah lebih matang, dapat lebih kritis terhadap pemerintah, dan dari segi konten juga mengalami banyak perbaikan. Namun dari hasil penuturan Purnama Suwardi yang juga mendukung penuturan dari Arief Rachman Hakim, salah satu kendalanya adalah asupan dana yang masih kurang bagi TVRI. “Yang menjadi persoalannya, asupan dana atau gizi dari pemerintah untuk menghidupi lembaga ini kurang, nggak pernah dipenuhi sesuai apa yang kita minta.”11 Selain dari kendala tersebut dari hasil wawancara, Purnama Suwardi juga meyakini, TVRI juga belum sepenuhnya maksimal dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai TV Publik. “Kalau TVRI sebagai TV publik kan baru dimulai di tahun 2006, jadi kirakira sudah berjalan 7 tahun. Kalau dibilang sudah maksimal selama tujuh tahun, ya belum dong. Masih banyak perbaharuan.”12
11 12
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. Ibid.
71
Menurut Beliau, jika diukur dan dinilai dari isi tayangan TVRI dan substansinya sudah sepenuhnya bersifat public oriented. Namun jika dinilai dari kemasannya memang masih perlu banyak perbaikan, karena fasilitas, dan teknologinya yang belum mendukung sepenuhnya. Tetapi itu semua merupakan proses yang sedang diusahakan oleh TVRI, untuk memaksimalkan kinerjanya.
c.
Pengembangan Visi dan Misi TVRI Berdasarkan dokumen foto yang peneliti dapatkan dari buku kebijakan LPP
TVRI, visi dan misi TVRI tahun 2006-2011 adalah sebagai berikut:13
Visi : Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional. Misi : 1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis. 2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama. 3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. 4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia Internasional. 13
Dokumentasi foto, Buku Kebijakan LPP TVRI, 3 Juli 2013
72
Sedangkan berdasarkan Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 2011-2016, Visi dan Misi TVRI adalah sebagai berikut:14 Visi: Terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu Bangsa. Adapun maksud dari visi ini adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor utama penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan dalam merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa.
Misi: 1. Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral, berimbang, sehat dan beretika untuk membangun budaya bangsa dan mengembangkan persamaan dalam keberagaman; 2. Menyelenggarakan layanan siaran multiplatform yang berkualitas dan berdaya saing; 3. Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan dan akuntabel; 4. Menyelenggarakan pengembangan dan usaha yang sejalan dengan tugas pelayanan publik; dan 5. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya proaktif dan andal guna meningkatkan pelayanan publik dan kesejateraan pegawai. Berdasarkan informasi dari dokumen visi misi TVRI di atas, terlihat bahwa TVRI turut melakukan pengembangan visi dan misi. Hal tersebut bisa dilihat dari perbedaan-perbedaan yang ada dalam visi misi yang lama dan yang baru. Visi TVRI yang lama menginginkan TVRI menjadi media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional. Sedangkan visi TVRI yang baru, insan TVRI berharap bahwa TVRI dapat menjadi media utama penggerak pemersatu bangsa, tidak lagi menjadi media pilihan tetapi menjadi yang terutama dalam hal penggerak pemersatu bangsa.
14
Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016.
73
Begitu juga dengan misi dari TVRI. misi yang lama hanya terdapat 4 poin, sedangkan misi yang baru mulai dikembangkan menjadi 5 poin. Dari isinya juga terlihat pada misi TVRI yang lama cenderung diawali dengan menggunakan kata mengembangkan dan memberdayakan, sedangkan pada misi TVRI yang baru cenderung diawali dengan kata menyelenggarakan. Dari awalan kata tersebut, bisa diketahui bahwa pada misi TVRI yang lama, terlihat TVRI sedang dalam masa transisi awal dari pembentukannya menjadi TV publik, karena itu misi TVRI saat itu juga lebih tertuju pada pengembangan dan pemberdayaan TVRI untuk menjadi perekat sosial bangsa, media edukasi bangsa dan citra bangsa di dunia Internasional. Sedangkan pada misi TVRI yang baru lebih tertuju pada penyelenggaraan fungsi dan peran TVRI sebagai TV publik secara utuh.
d.
Identifikasi Peluang dan Ancaman Lingkungan Luar Berdasarkan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan dari buku “50 Tahun
TVRI Mengawal Persatuan Bangsa”, dijelaskan bahwa ada beberapa peluang yang dapat dicapai TVRI ke depan mengingat TVRI merupakan stasiun TV yang pertama kali memulai sistem digital di tahun 2008. Setelah melakukan siaran uji coba di tahun 2008, akhirnya presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan siaran digital TVRI di wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Batam pada 21 Desember 2010. Sistem penyiaran analog menuju siaran digital yang ditargetkan akan diselesaikan di tahun 2018, akan mendatangkan banyak manfaat. Paling tidak dengan digitalisasi memungkinkan terdapatnya lebih banyak pilihan dalam kanal dan layanan bagi masyarakat, serta meningkatnya manfaat industri karena perubahan model bisnis dan terbukanya peluang pendapatan atau revenue baru.15 Peluang potensial yang dapat 15
Purnama Suwardi – Nono Suharsono, TVRI 50 Tahun Mengawal Persatuan, hlm. 17.
74
dikembangkan TVRI di era konvergensi saat ini antara lain dapat memperluas layanan siaran dan pendukungnya baik dalam skala nasional maupun global.16 Peluang yang bisa didapatkan TVRI dalam era konvergensi media dan sebagai televisi yang memulai untuk mempelopori siaran digital, gambaran jelasnya diterangkan dalam skema gambar, sebagai berikut: Gambar. 417 PELUANG TVRI DI ERA KONVERGENSI ICT I. LAYANAN SIARAN 1. Dalam Negeri - Siaran Televisi - Webcast 2. Luar Negeri - Siaran Televisi (Pengembangan) - Webcast
DIVISI TELEVISI DIVISI LAYANAN PRODUK ELEKTRONIK LAINNYA
TVRI
DIVISI WEBCAST
II. LAYANAN PENDUKUNG SIARAN 1. e-Learning 2. Data 3. TV On-Demands 4. e-Promotions 5. e-Shopping 6. dan lain-lain Layanan pendukung siaran baik untuk dalam negeri, maupun luar negeri. KONVERGENSI LAYANAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
DIVISI RADIO
DIVISI TV
LPP
DIVISI LAYANAN PRODUK ELEKTRONIK LAINNYA
DIVISI WEBCAST
PELUANG BARU DENGAN ATURAN MAIN YANG BARU
16 17
Ibid, hlm. 20. Ibid, hlm. 21.
Bahan dasar penyusunan: 1. Sistem jaringan 2. Pengembangan Peralatan Tehnik 3. Struktur Aset dan Modal 4. Struktur Organisasi dan Kelembagaan 5. Jenis-jenis Layanan 6. Pengembangan SDM
75
Gambaran tentang konvergensi teknologi tersebut, menunjukkan bahwa ada tiga hal utama menyangkut infrastruktur yang harus dibenahi TVRI, di antaranya adalah
melaksanakan
konvergensi
jaringan,
konvergensi
peralatan,
dan
konvergensi kelembagaan. Semua itu harus direncanakan dengan matang seiring dengan pengembangan bisnis model layanan penyiaran di era digital yang mengacu pada prinsip-prinsip manajemen modern. Jika itu semua dibenahi TVRI akan banyak mendapatkan banyak keuntungan dan peluang di masa yang akan datang. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Arief Rachman hakim, peluang yang bisa didapatkan TVRI ke depan adalah TVRI bisa merebut pasar dari segala segmentasi audience. Dengan segala potensi yang ada pada TVRI, Bapak Arief meyakini TVRI ke depan bisa bersaing dengan TV swasta. “bisa merebut pasar dari segmen yang muda, segmen anak-anak, sampai segmen yang tua. Dengan seluruh umur, kita ingin merebut pasar itu. Dan bisa juga nanti pemasukan melalui non APBN bisa meningkat, dari mitramitra yang ingin bekerja sama dengan TVRI, dari stakeholder yang dari luar yang ingin bekerja sama dengan TVRI.”18 Selain peluang yang bisa didapatkan TVRI, tentunya juga ada ancaman dari pihak eksternal. Menurut Arief, ancaman yang dari kompetitor TVRI, tidak harus dijadikan sebagai penghalang. TVRI sadar akan segala kekurangan yang masih dimiliki antara lain dalam keuangan dan SDM, tetapi ancaman dari TV lainnya yang semakin maju justru akan dijadikan sebagai pemacu TVRI untuk terus berusaha berkembang dengan memanfaatkan dan memaksimalkan segala daya yang dimilikinya. 18
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013.
76
“Ancaman itu, sesuatu yang tidak menakutkan ya sebenarnya, karena dia sebagai pemacu kita untuk jauh lebih baik.”19
e.
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan TVRI Berdasarkan hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim, kekuatan yang
dimiliki oleh TVRI adalah TVRI merupakan TV publik satu-satunya yang ada di Indonesia, selain itu TVRI adalah TV yang dimiliki oleh rakyat, dibiayai dari rakyat, dan tujuannya juga untuk kepentingan rakyat. Karena ciri khas dan perbedaan-perbedaan itulah, yang menjadikan kekuatan bagi TVRI yang tidak mungkin dimiliki oleh TV lainnya. Menurut Arief, tayangan TVRI haruslah tayangan yang mencerdaskan rakyat dan segala tayangannya juga dibatasi oleh peraturan-peraturan, sehingga tayangan TVRI tetap membawa nilai idealisme di tengah persaingan industri pertelevisian saat ini dan terlihat berbeda dengan tayangan TV swasta yang tidak mementingkan nilai kebenaran. Salah satu contohnya, misalnya tayangan demo dalam berita, jika sampai terjadi perkelahian dan sampai ada yang terluka, tidak akan di-shoot atau diambil gambarnya oleh TVRI, kalaupun ada pasti gambarnya di-blur. “Kekuatan TVRI adalah kita ini sadar, bahwa kita ini adalah TV publik. Apa yang ditayangkan TVRI adalah sesuatu yang harus berkualitas, tidak membuat orang itu menjadi tidak bermoral dan tidak anarkis.“20 Contoh lainnya, jika dalam acara pertunjukkan musik, para penyanyi yang tampil di TVRI juga harus berbusana sopan, jika ada yang melanggar pastinya akan ditegur oleh pihak TVRI. 19 20
Ibid. Ibid.
77
Selain kekuatan, tentunya ada kekurangan yang masih dimiliki oleh TVRI. menurut Arief kekurangan dari TVRI adalah dalam segi Sumber Daya Manusia. Menurutnya, karena pegawai TVRI adalah pegawai negeri sipil, maka tidak bisa sembarang memecat atau mengeluarkan orang, tetapi TVRI harus memikirkan bagaimana caranya agar orang-orang atau SDM yang masih kurang kompeten, harus dilatih dan dididik secara berkala, agar dapat meningkatkan kinerjanya. “Kekurangannya mungkin dari segi sumber daya manusianya. Bukan kekurangan ya sebenarnya, tapi belum optimal,”21 f.
Tujuan Jangka Panjang TVRI Berdasarkan hasil wawancara dengan Arief Rahman Hakim, menurutnya
tujuan jangka panjang dari TVRI adalah menjadikan TVRI sebagai TV publik bertaraf internasional dan menjadi televisi yang membanggakan Indonesia dengan menunjukan citra bangsa. “Jangka panjangnya bertaraf internasional. Jadi kita seperti kayak KBS Korea, trus dari CNN America, NBC, TV-TV luar negeri yang luar biasa bagusnya. jangka panjang menjadi TV yang berkualitas Internasional. Atau pertelevisian yang bertaraf Internasional. Kalau bisa dikatakan sekarang masih nasional, tetapi memang sudah menjangkau keluar, tetapi kualitasnnya nanti akan ditingkatkan bertahap demi bertahap, itu nantinya akan menjadi televisi yang menjadi kebanggaan Indonesia”22 Selain dari hasil wawancara, peneliti juga mendapatkan data tujuan TVRI dari Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. Dari buku tersebut dinyatakan tujuan TVRI adalah sebagai berikut:23
21
Ibid. Ibid. 23 Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 22
78
Tujuan: 1. Terselenggaranya penyiaran program/materi siaran informasi, pendidikan dan hiburan yang berbasis ke-Bhineka Tunggal Ika-an; 2. Tersediannya layanan siaran TVRI yang berkualitas; 3. Terlaksanannya transformasi TVRI yang merujuk pada Program Reformasi Birokrasi; 4. Meningkatnya kapasitas pendanaan baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maupun di luar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Non-APBN); dan 5. Berkembangnya kapasitas kelembagaan dan sumber daya TVRI (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan aset, data & informasi, budaya kerja, jejaring kerja, dan citra lembaga). Dari data yang didapatkan dari buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI atau Buku Kebijkan LPP TVRI tahun 2011-2016, dapat diketahui bahwa tujuan dari TVRI adalah lebih memfokuskan TVRI dapat menjadi media yang dapat merepresentasikan persatuan bangsa Indonesia dan mencerdaskan bangsa, serta yang diikuti juga dengan dukungan dana dan teknologi yang memadai.
g.
Sasaran Strategi TVRI Berdasarkan hasil dokumentasi dari buku buku (Cetak Biru) kebijakan LPP
TVRI Tahun 2011-2016, peneliti mendapatkan data beberapa sasaran strategi TVRI. Dari buku itu dituliskan bahwa sasaran stategi TVRI ditentukan dari acuan setiap poin tujuan dari TVRI yang sudah ditetapkan. Masing-masing poin dari tujuan tersebut ditetapkan langkah atau sasaran strateginya, seperti berikut:24 Tujuan poin 1: Terselenggaranya penyiaran program/materi siaran informasi, pendidikan dan hiburan yang berbasis ke-Bhineka Tunggal Ika-an Sasaran strategis: 1. Tersedianya program siaran yang informatif berbasis kewilayahan; 24
Ibid.
79
2. 3. 4. 5.
Tersedianya program siaran berbasis nilai-nilai agama, pendidikan dan kearifan lokal; Tersedianya program siaran hiburan dan sarana control sosial; Tersedianya program siaran yang dapat meningkatkan optimisme dan citra bangsa; dan Tersediannya program siaran yang dapat meningkatkan literasi media yang sehat.
Berdasarkan tujuan TVRI di poin pertama, yaitu ingin menyelenggarakan program siaran yang berbasis ke-bhineka tunggal ika-an, maka sasaran strategis yang ingin dilaksanakan TVRI adalah menyiapkan program-program acara yang mengandung nilai budaya Indonesia. Tujuan poin 2: Meningkatnya kualitas dan akses layanan siaran TVRI Sasaran strategis: 1. Terselenggaranya proses migrasi dari analog ke televisi digital dengan cara simulcast, untuk mengantarkan tercapainya analog switch off (ASO) pada tahun 2018 berdasarkan Road Map Infrastruktur Televisi Digital Nasional; 2. Tersediannya infrastruktur teknik produksi dan transmisi yang dapat menghasilkan program siaran berkualitas; 3. Terbukanya akses siaran TVRI dari berbagai daerah di wilayah Indonesia dan Internasional melalui transmisi multiplatform; terrestrial, satelit, kabel dan internet; dan 4. Tersedianya akses informasi di wilayah non-komersial termasuk wilayah perbatasan negara. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh TVRI dalam poin yang kedua, yaitu untuk meningkatkan kualitas dan akses siaran, maka sasaran strategisnya intinya adalah tersedianya segala fasilitas yang dapat menunjang segala kegiatan siaran. Tujuan poin 3: Terlaksanannya transformasi TVRI yang merujuk pada Program Reformasi Birokrasi Sasaran strategis:
1. Terinternalisasinya manajemen perubahan;
80
2. Tertatanya peraturan dan kebijakan; 3. Penataan dan penguatan organisasi; 4. Penguatan peran kepemimpinan di tiap jenjang organisasi; 5. Tertatanya sistem manajemen SDM; 6. Menguatnya fungsi satuan pengawasan intern; 7. Meningkatnya transparasi dan akuntabilitas lembaga; 8. Meningkatnya kualitas pelayanan melalui sistem manajemen mutu; 9. Terlaksananya transparasi, akuntabiitas dan standarisasi proses; dan 10. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi. Berdasarkan tujuan poin ketiga, dimana TVRI menginginkan terlaksananya transformasi TVRI yang merujuk pada program reformasi birokrasi, maka sasaran strategisnya adalah terjadi pembenahan manajemen, kebijakan dan juga keuangan.
Tujuan poin 4: Meningkatnya kapasitas pendanaan baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maupun di luar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (NonAPBN) Sasaran strategis: 1. Meningkatnya kualitas pelayanan kepada mitra usaha; 2. Meningkatnya kepercayaan mitra usaha kepada TVRI; 3. Bertambahnya jumlah mitra kerjasama dan pengembangan usaha yang berdampak pada meningkatnya penerimaan dana dari jasa siaran dan jasa pendukung siaran; dan 4. Bertambahnya penerimaan dana dari pemanfaatan (optimalisasi) aset.
Berdasarkan tujuan poin keempat yang menyebutkan bahwa TVRI mengiginkan meningkatnya kapasitas pendanaan, maka inti sasaran strategisnya TVRI ingin meningkatkan berbagai usaha untuk mendapatkan dana lebih. Tujuan poin 5: Meningkatnya kapasitas sumber daya TVRI (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan & asset, data dan informasi, budaya kerja, jejaring kerja, citra lembaga). Sasaran strategis: 1. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan proaktif melalui program revitalisasi dan pemberdayaan (empowering) kepegawaian LPP TVRI secara terpadu dan menyeluruh; 2. Tersediannya sarana dan prasarana pendukung yang menunjang aktivitas penyiaran dan aktivitas non-penyiaran yang bersifat umum;
81
3. Terkelolanya keuangan dan asset (tangible dan intangible) secara ekonomis, efisien, dan efektif serta transparan, dan akuntabel; 4. Terkelolanya data dan informasi untuk fungsi penyiaran (main function) sesuai perkembangan penyiaran digital, fungsi pendukung (support function) dan pemenuhan amanah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 5. Terwujudnya budaya kerja yaitu profesional, integritas, dan antusias dalam rangka penyediaan layanan berkualitas; 6. Terkelolanya jejaring kerja (networking) dalam rangka kerjasama dan sinergi dengan para pemangku kepentingan; dan 7. Meningkatnya citra positif TVRI sebagai televisi publik.
Berdasarkan tujuan poin kelima yang menyebutkan bahwa TVRI ingin meningkatkan kapasitas sumber dayanya, maka inti sasaran strategisnya adalah melakukan penyediaan dan pengelolaan segala sumber daya yang memadai untuk mendukung kinerja TVRI baik dari SDM, keuangan, data, budaya kerja, aset, dan lainnya.
4.2.2 Penerapan Strategi a.
Penetapan kebijakan TVRI Berdasarkan keterangan dari dokumentasi buku cetak biru “Transformasi
TVRI” Kebijakan LPP TVRI Tahun 2011-2016, dapat diketahui bahwa TVRI sudah melakukan penetapan kebijakan untuk menerapkan strategi manajemennya. Berikut adalah gambar dari buku cetak biru LPP TVRI yang didapatkan peneliti dari hasil dokumentasi foto:25
25
Hasil Dokumentasi Foto, Buku Cetak Biru”Transformasi TVRI” Kebijakan LPP TVRI Tahun 2011-2016, 21 Juni 2013.
82
Di dalam buku Cetak Biru Kebijakan LPP TVRI tersebut, terdapat beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh TVRI selama periode 2011-2016 berlangsung. Kebijakan tersebut di antaranya berisi tentang latar belakang TVRI, Dasar Hukum, Maksud & Tujuan, Sistematika, Kebijakan Umum (yang terdiri dari: visi, misi, nilai dasar, budaya kerja, tujuan dan sasaran strategis), Kebijakan Penyiaran (yang terdiri dari: kerangka filosofis & arah penyiaran, penyelenggaraan penyiaran, etika siaran dan rincian kebijakan siaran), Kebijakan Pengembangan Kelembagaan & Sumber Daya (yang terdiri dari: pengembangan kelembangaan dan pengembangan sumber daya) dan penutup. Dalam hal ini, TVRI telah berhasil menerapkan sasaran strategis untuk tujuan yang ketiga (Terlaksananya transformasi yang mengacu pada program reformasi birokrasi) di poin nomor 1 dan 2 yaitu, terinternalisasinya manajemen perubahan dan
tertatanya peraturan & kebijakan.26
b.
Struktur Organisasi TVRI
Berdasarkan hasil wawancara Purnama Suwardi, Beliau menyatakan bahwa saat ini TVRI tidak melakukan perubahan struktur organisasi. Menurutnya untuk merubah struktur organisasi sangat tidak mudah, ada banyak proses yang harus 26
Hasil Dokumentasi, Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012.
83
dilalui. Menurut Purnama Suwardi perubahan yang terjadi hanya sebatas kinerja manajemen, karena menurutnya kinerja sebuah organisasi itu harus terukur. “Dewan direksi yang baru dibentuk oleh dewan pengawas di tahun 2012, memang sudah berganti, tetapi kan strukturnya lama. Itu kan struktur dari tahun 2006, Kalau strukturnya di ubah-ubah, kewenangan untuk mengubahnya itu, kita mengusulkan kepada kantor MENPAN, dikaji oleh BKN, oleh LAN dan segala macam. Lalu nanti kantor MENPAN liat, dilakukan uji petik misalnya. Jadi nggak semudah itu. Tidak ada organisasi yang setiap tahun, mengubah-ubah struktur organisasinya.“27 Berdasarkan penuturan Purnama Suwardi dapat ditarik kesimpulan bahwa TVRI tidak melakukan perubahan pola struktur manajemennya, tetapi hanya menggantikan jabatan-jabatannya dengan orang-orang yang baru setiap lima tahun sekali, sesudah habisnya masa jabatan direksi yang lama. Berikut adalah daftar Dewan pengawas dan Dewan direksi TVRI dengan masa jabatan baru, serta seluruh direktorat maupun divisi yang ada dalam LPP TVRI Pusat, yang didapatkan peneliti dari website TVRI:28 DEWAN PENGAWAS LPP TVRI PERIODE 2011-2016 Ketua Dewan Pengawas
:
Elprisdat
Dewan Pengawas Bidang Program Berita,
:
Bambang Soeprijanto, SH,
dan Teknik Dewan Pengawas Bidang Program Berita
MSc. :
Dra. Immas Sunarya, MM.
:
Akhmad Sofyan, S.Sos.
:
Indrawadi Tamin, Ph.D.
dan Keuangan Dewan Pengawas Bidang Program Berita , Umum dan Sumber Daya Manusia Dewan Pengawas Bidang Program Berita dan Bidang Pengembangan Usaha 27
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. TVRI: Struktur Organisasi, http://www.tvri.co.id/index.php/perihaltvri/struktur, diakses pada: 16 Agustus 2013. 28
84
DEWAN DIREKSI LPP TVRI PERIODE 2012-2017 Direktur Utama
: DR. Farhat Syukri, SE.,M.Si.
Direktur Teknik
: Ir. Erina HC. Tobing M.Sc.
Direktur Keuangan
: Drs. Eddy Machmudi Effendi MA.
Direktur Program dan Berita
: Irwan Hendarmin, S.Kom.
Direktur Umum
: Drs. Tribowo Kriswinarno
Direktur Pengembangan dan Usaha
: Erwin Aryanantha, S., SE., MM.
DIREKTORAT PROGRAM DAN BERITA LPP TVRI Direktur Program dan Berita
: Irwan Hendarmin, S.Kom. : Irfan S.Sos MMSI Mgr. Programming : Donny Putra, Drs. Mgr. Operasional Siaran : Suratno, Drs. Mgr. Akuisisi : Ade Wandina Siregar, SE. Mgr. Produksi Program : Firman Kresna Sinulingga, SE GM. Penunjang Program dan Berita : Nyoman Yuyun Wahyuni, S.S. M GM. Program
Mgr. Promosi Acara Mgr. Kerjasama Produksi dan Siaran Luar Negeri Mgr. Dokumentasi dan Perpustakaan Mgr. Kreativitas dan Pemandu Bakat GM. Berita Mgr. Siaran Berita Mgr. Current Affairs Mgr. Siaran Olahraga Mgr. Produksi Berita
: Ade Rosmeilina, Dra. : Yurika, S.S. : Abuddin : Bambang Siswanto, S.Sos. : Irianto, SS. : Husein Azhari, S.Sos. : Hendrajit Aryaputra, S.Sos. : Ebi Rukbi, Drs., M.Si : Endah Tri Handayani, S.Sos.
DIREKTORAT KEUANGAN LPP TVRI Direktur Keuangan Kepala Bagian Perencanaan, Evaluasi Keuangan dan Kinerja Kepala Subbagian Perencanaan Keuangan dan Kinerja Kepala Subbagian Evaluasi Keuangan dan Kinerja
: Eddy Machmudi Effendy : Aji H. Erawan, SE., MM.
: Revida Dalimi, SE. : Herman Sapari, S.Sos.
85
Kepala Subbagian Pengelolaan dan Evaluasi Hutang/Piutang Kepala Bagian Anggaran Kepala Subbagian Penerimaan Kepala Subbagian Pengeluaran Kepala Subbagian Perbendaharaan dan Verifikasi Kepala Bagian Akutansi dan Perpajakan Kepala Subbagian Akutansi Keuangan Kepala Subbagian Akutansi Manajemen Kepala Subbagian Perpajakan
: Martha Tarigan,SE.,MM. : Zuhri, SE., MM. : Martha Tarigan, SE., MM. : Jakariadi, SE.,MM. : Yulkasmir,SE.,MM. : Gentur Eko Christianto, S.Sos. : Erry Kusniawati,SE. : Bambang Ruswandi, S.SOS. : Pelipus Bangun, Drs.
DIREKTORAT TEKNIK LPP TVRI Direktorat Teknik LPP TVRI Direktur Teknik GM. Transmisi Mgr. Teknologi Transmisi Mgr. Jaringan Transmisi Mgr. Pengendalian Mutu dan Standarisasi Transmisi GM. Teknik Produksi dan Penyiaran Mgr. Teknologi Peralatan Studio dan Penyiaran Mgr. Teknologi Peralatan Luar Studio Mgr. Pengendalian Mutu dan Standarisasi Produksi dan Penyiaran GM. Teknologi Informatika dan Kerjasama Teknik Mgr. Teknologi Informatika Mgr. Kerjasama Teknik Mgr. Fasilitasi Teknik
: Erina H.Ch. Tobing, Ir., M.Sc. : Suyatno, SE. MAP. : Edy Mahdiar, SP.
: Ika Yulianda : Juyanto : Jailani, ST. : Hadi Purwanto
: Yuni Sutrisno : Syahru Zohir Firdaus, SE.
: Drs. Karia Sembiring MM. MAP. : Hari Setiya, S.AB. : Muhammad Ikhsan, ST. : Nuku Damarsari, ST.
DIREKTORAT UMUM LPP TVRI Direktur Umum Kepala Bagian Pengadaan
: Drs. Tribowo Kriswinarno : Dedi Permadi, S.Sos., M.Si.
86
dan Inventarisasi Kepala Subbagian Pengadaan Barang Umum dan Jasa Kepala Subbagian Pengadaan Barang Teknik dan Program Kepala Subbagian Inventarisasi, asset dan Distribusi Kepala Bagian Sarana dan Prasarana Kepala Subbagian Gedung, Kantor, dan Lingkungan Kepala Subbagian Mekanikal dan Elektrikal Kepala Subbagian Rumah Tangga, Transportasi dan Pengamanan Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Kepala Subbagian Data, Evaluasi dan Pengembangan SDM Kepala Subbagian Mutasi Kepala Subbagian Kesejateraan Kepala Bagian Kesekretariatan dan Kelembagaan Kepala Subbagian Sekretariatan Dewas Kepala Subbagian Sekretariat Direksi Kepala Subbagian Kelembagaan, Hukum dan Humas
: Johan Setiawan, S.Sos. : Jati Setyowahyu, ST. : Ali Udin Danariadi, S.Sos : Sjamsurridjal Irooth, Drs., MH. : Sudarmoko, SE. : Suwinta : Kodi Darmawan,SE.
: Sri Retno Cahyani, SH., MM. : Heriyanto,S.SOS.,M.SI. : Dira Karlina, S.Sos. : Musim, S.Sos. MM. : Estriyani, SH : Fajriati, ST. : Allen Usi Karundeng, SS., S.Sos. : Wiwen Srie Soendari S.Sos
DIREKTORAT PENGEMBANGAN DAN USAHA LPP TVRI Direktur Pengembangan dan Usaha GM. Penjualan, Pemasaran Siaran dan Lalu Lintas Usaha Mgr. Penjualan dan Pemasaran Siaran Mgr. Lalu Lintas Usaha (Traffic) GM. Penjualan & Pemasaran Teknik dan Non Teknik Mgr. Penjualan dan Pemasaran Teknik Mgr. Penjualan & Pemasaran Non Teknik
: Netti Herlina S.Sos.,M.Si : Rajab, Drs. MM. :: Syaiful, BA. : Rini Padmirehatta, Dra., MM. : Tri Suharnoko, Ir., MM : Dharma Bakti, S.Sos., MM.
87
GM. Strategi Pengembangan Usaha dan Evaluasi Mgr. Pengembagan Siaran dan Non Siaran Mgr. Pengembangan Produk dan Brand/Website Mgr. Evaluasi dan Pelaporan
: Nono Suharsono, Drs. M.Si. : Wirnawathy, Dra., MBA. : Suratna,S.SOS.,MM. : Kudo Wiyono SH.
SATUAN PENGAWAS INTERN LPP TVRI Kepala Satuan Pengawasan Intern GM. Pengawasan Keuangan GM. Pengawasan Operasional GM. Pengawasan Umum dan SDM
: Udi Winarno Drs., MM. : Tri Widiarto, SE., MM. : Taufansyah, SE.Ak. : Andi Mansyur Baddu, Ir., MM.
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LPP TVRI Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan GM. Pengkajian Program dan Berita GM. Pengakajian Teknologi GM. Pengkajian Kelembagaan GM. Pengkajian Pengembangan Usaha
: Sitti Solvia Basri, Dra. : Drs.Singal L.Tobing : Ir. Lizferina Boestami SE. M.SI : Erwin Hendrawan SE. M.SI. : Drs. Triyono MM.
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN LPP TVRI Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan GM. Perencanaan Program dan Evaluasi Mgr. Penyususnan Program dan Kurikulum Mgr. Evaluasi dan Pelaporan GM. Penyelenggaraan Diklat Mgr. Pengelolaan Pelaksanaan Diklat Mgr. Kerjasama Diklat GM. Fasilitas dan Sarana Diklat Mgr. Operasional Peralatan Mgr. Pemeliharaan Peralatan Mgr. Administrasi dan Rumah Tangga Diklat
: Purnama Suwardi, SE. : Sukirman, Drs. : Cosmalinda, BA. : Isti Dinari Soeparto, Dra. : Daniela W. Pattipawae, Ir., M.Si., DR. : Siswantoro, S.Kom. : Agung Prawoto Drs., MM. : Meggy TH Rares, Dra., M.Si. : Jamroni, ST. MT : Drs.Mas A. Rudi Murdikari : Drs. Lukman, M.SI.
88
Dalam hal ini, TVRI telah berhasil menerapkan sasaran strategis untuk tujuan ketiga (terlaksanannya transformasi TVRI yang merujuk pada Program Reformasi
Birokrasi) di poin nomor 3 dan 4 yaitu, penataan & penguatan organisasi, dan penguatan peran kepemimpinan di tiap jenjang organisasi.29
c.
Penyusunan Program Acara TVRI Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapatkan peneliti dari naskah
Company Profile TVRI Tahun 2012, dinyatakan bahwa TVRI turut melakukan pembenahan dalam hal kinerja layar. Berikut adalah beberapa perubahan yang sudah dibuat oleh TVRI:30 1. Jam siaran TVRI pusat meningkat dari 19 jam per hari, hingga tahun ini menjadi 22 jam per hari. 2. Jam siaran Stasiun Daerah meningkat dari 2 jam per hari menjadi 4-5 jam per hari atau total seluruh 27 Stasiun Daerah menyiarkan 108 jam siaran lokal per hari. 3. Dilihat dari produksi, materi siaran re-run setiap tahun mengalami penurunan. Sebaliknya, materi siaran produksi baru setiap tahun mengalami peningkatan. 4. Tahun 2009 terjadi penurunan materi siaran re-run yaitu sebesar 350%. Sehingga hampir 100% materi siaran adalah siaran produksi baru. Selain perubahan kinerja layar dalam rangka menyusun program, TVRI juga menentukan komposisi konten program. Hal tersebut dinyatakan dalam naskah company profile TVRI sebagai berikut:31 Tahun 2006 TVRI dari PT (persero) menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Komposisi konten program siaran TVRI hampir merata untuk semua katagori, yaitu 34%, edukasi 33% dan hiburan 33%.
29
Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 30 Hasil Dokumentasi, Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012. 31 Ibid.
89
Tahun 2009 sampai dengan saat ini, komposisi konten program pun disesuaikan, yaitu informasi 45%, pendidikan 41%, dan hiburan 14%. Jam siaran TVRI setiap hari juga mengalami perubahan yaitu: 1. Siaran Nasional tahun 2006 selama 19 jam per hari menjadi 21,5 jam per hari pada tahun ini. 2. Siaran TVRI Stasiun Daerah, tahun 2006 rata-rata 2 jam per hari meningkat menjadi 3 jam, tahun 2008 menjadi 4-5 jam sampai tahun ini. Rata-rata jam siaran TVRI per hari juga turut mengalami perubahan, yaitu: 1. Jam siaran Nasional 2006 selama 19 jam per hari menjadi 21,5 jam jam pada tahun ini. 2. Jam Siaran Daerah tahun 2006 rata-rata 2 jam per hari yang waktu itu hanya 48 jam per hari, tahun ini rata-rata 5 jam per hari dengan 28 stasiun Penyiaran Daerah, sehingga menjadi 140 jam per hari atau mengalami kenaikan 234 persen. Dilihat dari produksi, materi siaran re-run setiap tahun mengalami penurunan. Sebaliknya, materi siaran produksi baru setiap tahun mengalami peningkatan.
Berkaitan dengan karakteristik produksi sebagaimana juga dijelaskan dalam naskah Company Profile tahun 2012 bahwa hingga tahun 2009 produksi live TVRI juga mengalami peningkatan dan persentasenya mencapai 48% hampir seimbang dengan produksi rekaman/tapping yang mencapai 52%. Sedangkan untuk tahun ini produksi live mencapai (50,47%), lebih besar dibandingkan produksi tapping. Selain program hiburan variety show, penyelenggaraaan live cross dengan stasiun daerah pada sejumlah program yang dimulai sejak tahun 2008 hingga tahun ini terus meningkat, terutama dari sisi kualitas.32 Selain mendapatkan data dari Company Profile TVRI Tahun 2012, peneliti juga mendapatkan data dari hasil wawancara dengan narasumber. Berdasarkan hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim, dapat diketahui bahwa dalam memasuki usianya yang ke-50 tahun di 2012 yang lalu TVRI melakukan 32
Ibid,
90
perubahan dalam bentuk kemasannya atau tampilan layarnya. Menurut keterangan dari Arief, kemasan program TVRI sudah menunjukan banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari beberapa program baru yang sebelumnya belum pernah ada seperti Liga Italia dan program lama yang dahulu sempat booming lalu ditampilkan kembali dengan desain yang lebih moden, seperti program „Berpacu Dalam Melodi‟. “Kemasan dari siaran program atau program-program acara yang disiarkan oleh TVRI itu kemasannya sudah mulai terlihat perubahannya. Yang dulunya tidak ada yang namanya liga Italia, tidak ada acara yang dulunya booming di TVRI, trus sekarang dibuat lagi atau dikembalikan lagi. Agar penonton juga sebagai nostalgia, bahwa ternyata TVRI juga membuat acara yang dulu tetapi dikemas dengan lebih modern.“33 Masih ada banyak lagi program-program menarik yang ditayangkan oleh TVRI antara lain seperti, program acara musik remaja yang diselenggarakan di outdoor atau yang dikenal dengan acara “KEREN”, program info kesehatan “Yuk Hidup Sehat”, program diskusi politik “Quo Vadis Indonesia”, “Jelajah Negeri”, “Musik Malam Keroncong”, “Berantas Korupsi”, “Rumah Perubahan”, “Aku Cinta Negeriku”, “Pelangi Nusantara”, “Jendela Dunia”, “Selidik”, “Suara Parlemen”, “Galeri Tenun”, “Musik Islami-Tausiyah” dan lainnya. Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan sasaran strategis untuk tujuan yang pertama (meningkatnya kualitas dan akses layanan siaran TVRI), di poin nomor 1 sampai dengan 5, yaitu: tersedianya program siaran yang informatif berbasis kewilayahan; tersedianya program siaran berbasis nilai-nilai agama, pendidikan dan kearifan lokal; tersedianya program siaran hiburan dan sarana
33
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013.
91
kontrol sosial; tersedianya program siaran yang dapat meningkatkan optimisme dan citra bangsa; dan tersedianya program siaran yang dapat meningkatkan literasi media yang sehat.34 Selain dari pernyataan yang diberikan oleh Arief Rachman Hakim, keterangan tersebut juga dibenarkan oleh Purnama Suwardi melalui hasil wawancara peneliti dengan Beliau. Menurutnya, saat ini variant acara atau jenis acara di TVRI sudah lebih beragam dengan hadirnya berbagai program-program baru. “Tampilan layar. Anda lihat, layar TVRI dan acaranya jauh lebih bagus penerimaan di rumah dan segala macam pun jauh lebih bagus dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dan variant acaranya juga banyak.”35 Keterangan yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim dan Purnama Suwardi juga didukung dengan data yang didapatkan peneliti dari majalah “MONITOR” TVRI. Berdasarkan penuturan majalah “MONITOR” TVRI No. 43 Edisi Agustus 2012, terdapat beberapa perubahan yang dilakukan oleh TVRI dalam membentuk konsep-konsep program acaranya yang baru. Sejak tanggal 4 Juni 2012, layar TVRI sudah mulai menampakkan perubahan. Setidaknnya itu dapat dilihat melalui siaran Berita TVRI yang telah berubah judul dari “Warta” menjadi “Indonesia Pagi”, “Indonesia Siang”, “Indonesia Malam” dan “Indonesia Terkini”. Tampilan program berita TVRI juga sudah terlihat elegan dengan menggunakan design background-nya yang baru dan menggunakan LED 2-3 meter.36
34
Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 35 Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. 36 Hasil Dokumentasi, Majalah “MONITOR” Edisi Agustus 2012 No.43, hlm. 9.
92
Penuturan tersebut juga ditegaskan dengan hasil observasi langsung peneliti yang
melihat
langsung
keadaan
studio
berita
TVRI
pusat
sembari
mengabadikannya dengan mengambil dokumentasi foto:37
Berdasarkan hasil dokumentasi dari majalah “MONITOR” edisi Agustus 2012 No.43, dinyatakan bahwa TVRI sudah menyajikan berbagai program baru, salah satunya adalah konsep program berita yang dikemas secara berbeda dengan design studio yang lebih modern. Hal tersebut juga didukung oleh hasil dokumentasi foto yang diambil oleh peneliti langsung dalam studio berita TVRI pusat. Dari dokumentasi foto tersebut, terlihat bahwa design studionya lebih modern dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih, salah satu diantaranya adalah LED TV yang digunakan sebagai background studio.
37
Hasil Dokumentasi Foto, Ruang Studio Berita TVRI, 21 Juni 2013.
93
Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan strategi manajemen pada tujuan ke-5 (meningkatnya kapasitas sumber daya TVRI: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan asset, data dan informasi, budaya kerja, jejaraing kerja, citra lembaga) di poin nomor 2 yaitu tentang tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang menunjang aktivitas penyiaran dan aktivitas nonpenyiaran yang bersifat umum.
d.
Pengalokasian Sumber Daya TVRI Sumber daya dalam lembaga pertelevisian ada dua macam, yaitu sumber
daya produksi dan sumber daya manusia. Kedua hal tersebut sangat penting atau sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas produksi siaran TVRI. Sumber daya produksi adalah segala bentuk peralatan, fasilitas, infrastruktur, teknologi penyiaran, keuangan, aset, data dan informasi yang digunakan untuk memperlancar kegiatan produksi siaran. Sedangkan sumber daya manusia TVRI adalah setiap orang yang mengabdikan diri mereka untuk bekerja dan menjadi pegawai TVRI. Selain dari program-program yang sudah mulai diperbaharui TVRI, kualitas gambar juga mulai diperhatikan. Semua hal tersebut dilakukan dan diupayakan oleh TVRI untuk mewujudkan motto barunya yaitu menjadikan „Layar Sebagai Panglima‟. Hal tersebut dinyatakan oleh Arief Rachman Hakim dari hasil wawancara yang membenarkan bahwa TVRI juga turut membenahi kinerja kualitas layar. “Jadi menurut kami bahwa kemasan di TVRI bisa dilihat sendiri hasilnya, bisa dilihat dari program-program acaranya yang jauh lebih baik
94
dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Jadi ada namanya langkah-langkah untuk kemasan TVRI itu menjadi lebih baik, misalkan dari yang dulunya mungkin di layar kelihatan semut-semut, tidak begitu jernih, sekarang kita perbaiki dari sistem tehniknya. Jadi semua hal, semua aspek, semua lini di TVRI itu harus selalu mendukung. Bila satu segi yang tidak mendukung, itu nanti akan berdampak pada hasil di layar. Makanya TVRI mempunyai slogan yang bagus “layar adalah panglima”, jadi hasil akhirnya kan sebenarnya layar, bila bisa dikatakan orang gak mau tahu di dalamnya seperti apa, yang penting siarannya bagus, hasilnya bagus.”38 Berkaitan dengan sumber daya produksi untuk memperbaiki kualitas tampilan layar, TVRI melakukan beberapa perubahan khususnya dalam hal tehnik. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari naskah Company Profile TVRI tahun 2012, tertulis bahwa TVRI juga turut melakukan pembenahan dalam kinerja tehnik, antara lain adalah:39 Dari 376 satuan transmisi TVRI telah diperbaiki sebanyak 70 satuan transmisi, 30 lokasi dari proyek ITTS dan 40 lokasi dari anggaran DIPA TVRI. Jangkauan Siaran (Coverage Area) dari 31% tahun 2009, ditambah 1 satuan transmisi pada tahun ini. Pengembangan bandwidth VPN-IP dari 2 Mbps pada tahun 2009 menjadi 4 Mbps pada tahun ini untuk keperluan video streaming. Pengadaan peralatan produksi dan penyiaran Kantor Pusat dan Stasiun daerah (Kamera, NLE,Video Mixer, dan lain-lain). Percobaan siaran digital di Jakarta dan Bandung pada tahun 2009, dan pada tahun ini yaitu tahun 2010 telah diresmikan pemancar digital di DKI Jakarta, Surabaya dan Batam. Peresmiannnya telah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir Desember 2010. Jangkauan cakupan area atau coverage area TVRI makin tahun semakin meningkat. Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan sasaran strategisnya pada tujuan yang kedua (meningkatnya kualitas dan akses layanan siaran TVRI) di poin
38
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013. 39 Hasil Dokumentasi, Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012.
95
nomor 3 yaitu, tersediannya infrastruktur teknik produksi dan transmisi yang dapat menghasilkan program siaran berkualitas.40 Selain daripada itu, di dalam naskah Company Profile TVRI juga menyebutkan bahwa jangkauan siaran atau coverage area TVRI tahun 2006 mencapai 26,12% dan hingga tahun ini mencapai 35%. Coverage population (Reaches) TVRI tahun 2006 hanya 32,93% sampai tahun ini mencapai 62%. Pencapaian ini, diharapkan tahun ini akan meningkat lagi seiring berfungsinya beberapa pemancar ITTS baru di daerah, termasuk pemancar di Joglo.41 Merespon perkembangan teknologi pertelevisian yang mengarah pada convergency, TVRI telah me-launching siaran digital sejak pertengahan 2007. Secara bertahap TVRI melakukan migrasi dari siaran analog ke digital di beberapa wilayah:42 1. 2. 3. 4. 5. 6.
DKI Jakarta (Jabodetabek) Jawa Barat Jawa Timut Batam Sulawesi Selatan DI-Yogyakarta
7. Jawa Tengah 8. Bali 9. Batam 10. Sumatera Selatan 11. Sulawesi Utara
Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan sasaran strategis pada tujuan kedua (meningkatnya kualitas dan akses layanan siaran TVRI), di poin nomor 1 dan 3 yaitu, terselenggaranya proses migrasi dari analog ke televisi digital dengan cara simulcast, untuk mengantarkan tercapainya analog switch off (ASO) pada tahun 2018 berdasarkan Road Map Infrastruktur Televisi Digital Nasional dan terbukanya akses siaran TVRI dari berbagai daerah di wilayah 40
Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 41 Loc.cit., 42 Ibid.
96
Indonesia dan Internasional melalui transmisi multiplatform; terrestrial, satelit, kabel dan internet.43 Selain memperbaiki pengalokasian sumber daya produksi, TVRI juga turut membenahi pengalokasian sumber daya manusia. Di dalam TVRI terdapat divisi Pusat Pendidikan dan Pelatihan atau yang biasa disebut dengan Pusdiklat. Tugas dari Pusdiklat TVRI adalah mendidik, melatih karyawan TVRI dan menempatkan mereka sesuai dengan bidang kemampuannya, seperti yang dijelaskan oleh Purnama Suwardi selaku kepala Pusdiklat LPP TVRI dalam hasil wawancara sebagai berikut, “Saya kan di Pusdiklat. Saya menentukannya adalah begini mereka membutuhkannya apa, diberi tahu perkembangan-perkembangannya; dari situ saya akan lihat, SDMnya ada nggak? Sudah terdidik belum? Kalau anda mau buat ini, tunggu dulu nanti sembarangan buatnya. Saya carikan dulu orangnya mengenai itu. Artinya saya didik dulu orangnya, kasih sekian orangnya ke sini, lalu kita didik. Supaya itu semua berkaidah dan bisa diukur.”44 Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan sasaran strategisnya pada tujuan ketiga (terlaksanannya transformasi TVRI yang merujuk pada Program Reformasi Birokrasi) di poin nomor 5 yaitu tertatanya sistem manajemen SDM dan juga menerapkan tujuan kelima (meningkatnya kapasitas sumber daya TVRI: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan asset, data dan informasi, budaya kerja, jejaraing kerja, citra lembaga) di poin nomor 1 yaitu tersediannya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan proaktif melalui
43
Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 44 Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
97
program revitalisasi dan pemberdayaan (empowering) kepegawaian LPP TVRI secara terpadu dan menyeluruh.45 Dalam strategi manajemen baru yang berlangsung, Pusdiklat TVRI juga turut melakukan perubahan dan pembenahan, untuk semakin meningkatkan kinerja sumber daya menusianya. Pernyataan tersebut juga didukung dengan penuturan dari Purnama Suwadi, sebagai berikut: “Diklat TVRI sekarang berbeda dengan Diklat tahun 2000, tahun 1990, bahkan tahun 2011 saja berbeda dengan sekarang. Perbedaannya silabusnya sudah modern. Kurikulumnya sudah kita ikutkan ke perkembangan trend, perkembangan teknologi dan manajemen broadcasting dunia. Nggak bisa lagi kita mengajarkan sistem analog, karena kita sudah masuk ke era digitalisasi dan ke era konvergensi teknologi.”46 Selain membenahi pengalokasian SDM melalui pendidikan Pusdiklat, TVRI juga turut melakukan perbaikan SDM melalui rekrutmen tenaga kerja baru yang lebih muda dan kreatif. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Arief Rachman Hakim melalui hasil wawancara dengan peneliti sebagai berikut, “Kita sudah merekrut banyak sekali untuk tenaga-tenaga yang potensial yang muda itu yang dibutuhkan TVRI. Sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Caranya kita membuka rekrutmen di sini langsung, waktu kemarin tesnya ada yang di Binus, Universitas Indonesia. Yang dari pusat, di Jakarta itu ada hampir ratusan orang, ratusan pemuda-pemudi Indonesia, direkrut dari Sabang sampai Merauke untuk bergabung di manajemen TVRI. Baik yang ditempatkan di pusat maupun yang ditempatkan di daerah. Bisa dilihat di website, ada di website. Ada juga di running text kalau sering nonton TVRI. Itu dibuat baru di tahun 2013 ini, bulan Januari. Jadi sudah ada rekrutmen untuk tenaga-tenaga muda, karena yang tenaga-tenaga tua kan sudah banyak yang pensiun, jadi perlu ada namanya penyegaran, perlu ada namanya perbaikan manajemen TVRI dimulai dari sumber daya manusianya.”47
45
Loc.cit., Loc.cit., 47 Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013. 46
98
Selain itu TVRI juga melakukan beberapa strategi untuk memaksimalkan kinerja SDM-nya, hal tersebut juga diungkapkan oleh Arief sebagai berikut, “kita bisa dikatakan saling tukar ilmu, tukar pendapat dengan TV-TV swasta, trus kita juga memanggil pakar-pakar dari TV-TV luar negeri, kerja sama antar TV korea dengan TV Indonesia, TV Australia dengan TV Indonesia. Jadi kita saling tukar menukar tenaga ahli. Jadi ada juga program seperti seminar dan workshop. Kita harus panggil pakarnya sebagai narasumber. Kita minta pendapat beliau dari TV-TV Asia, dari TVTV Eropa, dari TV-TV Amerika. Strategi lainnya, kita juga mengirimkan tenaga ahli kita keluar negeri untuk disekolahkan, dibeasiswakan oleh TVRI dan kita juga belajar dari pakarnya pertelevisian di sana yaitu, para ahli broadcasting di luar negeri. Setelah mereka menguasai, lalu mereka bisa kembali lagi ke TVRI untuk memberikan ilmu yang sudah dia dapat.”48 Dalam
hal
tersebut,
TVRI
sudah
berhasil
menerapkan
strategi
manajemennya pada tujuan kelima (meningkatnya kapasitas sumber daya TVRI: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan asset, data dan informasi, budaya kerja, jejaring kerja, citra lembaga) di poin nomor 6 yaitu, terkelolanya jejaring kerja (networking) dalam rangka kerjasama dan sinergi dengan para pemangku kepentingan. Pernyataan dari Arief juga didukung oleh Purnama Suwardi melalui hasil wawancara dengan peneliti. Menurutnya, manajemen SDM TVRI sudah banyak mengalami perubahan. Selain langkah peningkatan mutu pendidikan Pusdiklat bagi pegawai TVRI dan juga rekrutmen pegawai baru, semua itu dilakukan untuk menunjukan kinerja SDM TVRI yang semakin profesional. “Jadi gini, prinsip pembaharuan yang diberlakukan cuma gini, kita menggunakan, mengadop public servant yang dilakukan di Inggris. Itu dikenal dengan nama Westminster Style, artinya bahwa aku PNS loh,
48
Ibid.
99
bajuku PNS, tapi kinerjaku tidak lagi kinerja PNS. Kinerjaku, kinerja professional, kinerja orang-orang swasta. Contohnya, anak buah saya, ada di sini seorang Doktor. Dia menjadi dosen S2 Mercubuana. Itu merupakan suatu kinerja buat Diklat ini tidak? Ini kan pusdiklat. Bahwa instruktur di Pusdiklat, orang-orang di Pusdiklat, di luar, di Mercubuana juga bisa pakai. Artinya apa? Bahwa kompetensi atau kinerja di dalam juga bagus.”49 Dalam hal ini, TVRI juga sudah menerapkan strategi manajemennya pada tujuan kelima (meningkatnya kapasitas sumber daya TVRI: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan dan asset, data dan informasi, budaya kerja, jejaraing kerja, citra lembaga), di poin nomor 5 yaitu terwujudnya budaya kerja yaitu profesional, integritas, dan antusias dalam rangka penyediaan layanan berkualitas.
e.
Upaya Pemasaran TVRI Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Arief Rachman Hakim,
dinyatakan bahwa upaya pemasaran yang dilakukan oleh TVRI adalah melalui usaha promosi. Upaya promosi yang dilakukan antara lain dengan membuat spanduk, banner, melalui iklan program yang disiarkan langsung dalam siaran TVRI dan juga melalui majalah intern TVRI “MONITOR”. “Majalah MONITOR yang kita punya juga disebar ke seluruh stasiun televisi republik Indonesia. Jadi orang bisa membaca dari MONITOR dan juga menyaksikan lewat tayangan atau spanduk-spanduk yang dipasang oleh TVRI.”50
49 50
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. Loc.cit.,
100
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, peneliti mendapat keterangan bahwa upaya pemasaran yang dilakukan TVRI melalui banner dan spanduk yang dipasang di jalan-jalan kurang begitu efektif. Upaya pemasaran lainnya yang lebih efektif yang dilakukan oleh TVRI adalah melalui pembentukan komunitas-komunitas pencinta TVRI, selain itu dengan membuat kantor TVRI, baik di pusat maupun di daerah, sebagai pusat keramaian. Salah satu contoh konkrit yang dapat dilakukan untuk menjadikan kantor TVRI sebagai pusat keramaian antara lain adalah dengan membuat panggung-panggung terbuka atau program acara musik yang diselenggarakan di depan halaman kantor TVRI dan mengundang orang-orang sekitar untuk menyaksikannya. “Kalau memasang banner ada juga, saya pikir di Jakarta ini beberapa ada. Tapi kan banner itu juga tidak pernah efektif. Yang diperlukan dalam kasus TVRI ini adalah pencerahan dan penyadaran masyarakat, bahwa ini loh yang membedakan kami dengan tetangga sebelah. Kenapa siaran kami kayak begitu? Kami tidak ingin anak-anak anda mendapat tontonan yang tidak mendidik.”51 Upaya
pemasaran
dengan
mengadakan
panggung
terbuka
sudah
dilaksanakan di kantor pusat TVRI di Jakarta dengan membangun dua panggung terbuka atau outdoor untuk program musik TVRI. Hal tersebut didapatkan peneliti melalui hasil observasi langsung di halaman depan kantor pusat TVRI Jakarta dengan mengambil dokumentasi foto:52
51 52
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. Hasil Dokumentasi Foto, Panggung Terbuka Program Musik TVRI Pusat, jakarta, 21 Juni 2013.
101
f.
Upaya Penganggaran TVRI Sumber penganggaran atau pembiayaan TVRI berdasarkan hasil wawancara
dengan Arief Rachman Hakim, berasal dari APBN dan Non-APBN. APBN adalah anggaran yang diberikan oleh pemerintah, sedangkan anggaran Non-APBN berasal dari sponsor dan iklan. Namun sumber pembiayaan dari iklan dan sponsor juga sangat dibatasi kapasitasnya dalam undang-undang, sehingga TVRI tidak bisa berbuat lebih selain mengharapkan dana utama dari APBN. “APBN dan Non-APBN. APBN dari pemerintah. Kalau Non-APBN dari iklan, sponsor. Sama saja dengan TV swasta, Cuma kita dibatasi oleh syarat berapa persen untuk memasukkan iklan tersebut. Jadi kita benarbenar sangat terbatas, andaikan kita tidak dibatasi, kita bisa menggila seperti TV swasta. Cuma takutnya kalau kita komersial, takutnya malah tidak independen lagi.”53 Menurut Arief sumber pembiayaan lain dari TVRI yang juga diperbolehkan dan diatur dalam undang-undang adalah iuran masyarakat. Namun menurutnya iuran masyarakat yang dahulu sempat diterapkan, tidak akan efektif jika diterapkan kembali pada saat ini kepada masyarakat. Menurutnya, masyarakat
53
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013.
102
tidak akan mungkin mau membayar iuran untuk TVRI karena saat ini sudah semakin banyak stasiun televisi siaran nasional yang kualitas program acaranya juga lebih menarik dari TVRI. Menurut Arief, ada kemungkinan di tahun-tahun mendatang iuran akan kembali diterapkan setelah TVRI melakukan transformasi atau beberapa perubahan yang diminati masyarakat. Jika sudah terjadi, kemungkinan masyarakat akan kembali mau membayar iuran ataupun memberikan sumbangan bagi TVRI. “Jadi kalau iuran masyarakat mungkin bisa kembali lagi diterapkan, tapi tidak akan mungkin berjalan dengan lancar dan baik, karena pasti balik lagi masyarakat akan bilang mereka tidak menonton TVRI buat apa membayar iuran untuk TVRI.”54 Penuturan dari Bapak Arief juga dibenarkan oleh Purnama Suwardi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, menurutnya sumber pembiayaan TVRI berasal dari APBN dan Non-APBN. Di tahun 2013 ini, TVRI mendapatkan anggaran 846 miliar. Sedangkan di tahun depan, tahun 2014, menurut Bapak Purnama anggaran untuk TVRI turun 100 miliar menjadi 746 miliar. Hal tersebut dikarenakan dampak dari pemilu presiden yang akan diselenggarakan di tahun 2014. Menurut Beliau, sewajarnya TVRI mendapatkan dana APBN 1,6 Triliun setiap tahunnya untuk dapat memaksimalkan kinerjanya. Namun sampai dengan saat ini, TVRI hanya bisa mendapatkan 50 persen dari jumlah yang diharapkan tersebut.
54
Ibid.
103
“Tahun ini, 864 miliar. Tahun depan turun 100 miliar, jadi 764 miliar. Dipotongin karena mau ada pemilu. Padahal kebutuhan real kita di dalam satu tahunnya itu kira-kira 1,5 Triliun.”55 Purnama Suwardi menyatakan sumber pembiayaan dari Non-APBN yang dapat diandalkan hanyalah dari iklan, sponsor dan beberapa sumbangan masyarakat dari kelompok komunitas pencinta TVRI. Selain dari hasil wawancara, peneliti juga mendapatkan data dari naskah Company Profile TVRI tentang penerimaan dana Non-APBN sebagai berikut:56 Penerimaan Non-APBN dari hasil usaha jasa siaran dan kerjasamakerjasama lainnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 Penerimaan Non-APBN misalnya, hanya sebesar Rp 60 Milyar, meningkat menjadi Rp 80 Milyar di tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebesar Rp 198 Milyar, sementara di tahun 2009 senilai Rp 209 Milyar. Penerimaan Non-APBN digunakan untuk meningkatkan program, biaya operasional, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dari peningkatan jumlah penerimaan dana Non-APBN dari tahun ke tahun, artinya TVRI sudah cukup berhasil memenuhi sasaran strategi pada tujuan keempat (meningkatnya kapasitas pendanaan baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maupun di luar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Non-APBN)) di poin ke-2 dan ke-4 yaitu, meningkatnya kepercayaan mitra usaha kepada TVRI dan bertambahnya penerimaan dana dari pemanfaatan (optimalisasi) aset.
55 56
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013. Hasil Dokumentasi, Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012.
104
g.
Kompensasi Kesejahteraan Karyawan Berdasarkan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan dari naskah
Company Profile TVRI Tahun 2012, dinyatakan bahwa TVRI turut melakukan peningkatan pelayanan kesejahteraaan pegawai. Maka, sejak tahun 2006 hingga tahun 2013 telah dilakukan pemberian tunjangan, antara lain:57 o Pemberian tunjangan operasional besarnya Rp 200.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,o Pemberian penghargaaan dan uang ucapan terima kasih kepada Pegawai Negri Sipil (PNS) TVRI yang pensiun atau jika ada keluarganya yang meninggal dunia, besarnya sampai dengan Rp. 10.000.000,o Tunjangan sosial kesehatan
4.2.3 Penilaian Strategi a.
Evaluasi Pengukuran Kinerja Strategi Manajemen Baru TVRI Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Arief Rachman Hakim,
menurutnya saat ini TVRI masih memerlukan banyak pembenahan. Walaupun sudah dilakukan beberapa upaya untuk merubah tampilan dan kinerja TVRI, namun itu semua masih bertahap. Menurut Arief, strategi manajemen yang sudah berlangsung sudah efektif, tetapi masih memerlukan proses. “Pembenahan itu mesti dan pasti bertahap. Karena kita ini adalah dunia Pegawai Negeri Sipil atau pemerintah yang semuanya harus prosedural dan tidak seperti swasta. Jadi mau nggak mau kita harus perlu yang namanya ijin dari aparatur-aparatur negara mengenai SDMnya lalu keuangan dari pemegang keuangan. 57
Hasil Dokumentasi, Naskah Company Profile TVRI Tahun 2012.
105
Jadi bisa dikatakan efektif tapi masih perlu proses. Karena ini adalah dunia birokrasi di TVRI, bukan dunia yang seperti TV swasta. Tidak bisa terjang out of the box.”58 Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, menurutnya TVRI berlangganan hasil rating dari AC Nielsen dan itu tertulis dalam RKAP. Menurut Beliau, ada beberapa program baru di TVRI yang saat ini mengalami kenaikan share di atas 20%. “Ada beberapa acara unggulan yang sharenya itu di atas 20%. Apa saja? Quo Vadis Indonesia, orang nonton itu dan orang yang nonton pasti orang yang terdidik; Keren; Film Kartun Anak; Yuk Sekolah di TVRI, itu tinggi sharenya.”59 Dari hasil tersebut, Purnama Suwardi meyakini bahwa hasil kinerja strategi manajemen baru yang selama ini sudah berlangsung, cukup berhasil. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan share pada beberapa program unggulan TVRI.
b.
Kendala yang masih diperjuangkan TVRI Selain evaluasi strategi manajemen yang sudah dipaparkan, Arief Rachman
Hakim juga menyampaikan beberapa kendala yang masih diperjuangkan oleh TVRI sampai dengan saat ini. Menurutnya kendala yang masih diperjuangkan adalah masalah dana dan birokrasi. “Kendalanya adalah dana dan birokrasi. Di manapun itu yang namanya birokrasi tidak bisa cepat, harus lewat prosedur. Dan prosedur itu harus sesuai dengan yang diatur oleh undang-undang. Jadi perlu ada kesabaran untuk itu. Kalau swasta kan tidak seperti itu. Jadi kita memang sulitnya di
58
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013. 59 Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
106
situ, sistem birokrasi dan berikutnya adalah pendanaan yang dari APBN dan itu harus dipertanggungjawabkan.“60 Selain itu, peneliti juga mendapatkan keterangan lain dari Purnama Suwardi. Berdasarkan hasil wawancara, menurutnya masih banyak yang harus dibenahi selama strategi manajemen yang baru berlangsung. Menurutnya, kendala yang masih harus dibenahi oleh TVRI adalah masalah kinerja SDM. “Budaya kerja harus ditumbuhkan secara optimal. Disiplin kerja dan etos kerja itu harus tetao ditingkatkan. Kapasitas, kapabilitas dan kompetensi tiap individu harus ditingkatkan. Di TVRI ini kan hanya berdiri pada tiga kaki yaitu SDM, Teknik dan keuangannya. Kalau tekniknya mau diperbaharui misalnya, peralatannya diganti menjadi digital tetapi SDMnya belum siap bagaimana? Kapasitas, kapabilitas dan kompetensinya tidak memenuhi itu semua bagaimana? Rusak semua itu alat. Lalu kalau dananya nggak ada, apa yang mau dilakukan?”61
c.
Langkah pengawasan Berdasarkan buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI
Tahun 2011-2016, langkah pengawasan yang diterapkan oleh TVRI adalah:62
1)
2)
3) 4)
60
Penguatan Pengawasan: Mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah; Sistem pengendalian intern yang dimaksud mencakup lingkungan pengendalian intern, pengelolaan risiko (risk management), aktivitas pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, serta monitoring; Meningkatkan peran aparat pengawasan intern sebagai konsultan dan penjamin mutu; dan Merintis dan mengimplementasikan standar buku mutu pengawasan teknologi serta layanan penyiaran televisi publik sesuai standar internasional.
Loc.cit., Loc.cit., 62 Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 61
107
Berdasarkan hasil dokumentasi dari buku Cetak Biru kebijakan LPP TVRI tahun 2011-2016 dinyatakan bahwa langkah pengawasan yang dilakukan TVRI mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah serta standar buku mutu pengawasan teknologi serta layanan penyiaran televisi publik sesuai standar internasional.
Selain langkah pengawasan yang sudah dibuat TVRI dalam bentuk kebijakan tertulis yang dicatat dalam buku Cetak Biru kebijakan TVRI, pada prakteknya TVRI juga sudah melakukan langkah pengawasan dengan baik. Hal tersebut bisa dinilai dari pembentukan Dewan Pengawas TVRI selaku jabatan tertinggi yang ada dalam struktur organisasi TVRI yang mengawasi kinerja TVRI dengan amanat langsung dari DPR-RI.63 Selain pembentukan Dewan Pengawas, dalam struktur organisasi TVRI juga turut membuat divisi satuan pengawas intern LPP TVRI. Dalam divisi tersebut ada beberapa orang yang bertugas untuk mengawasi keuangan, operasional, kenerja umum dan juga SDM TVRI.64 Dalam hal ini, TVRI sudah berhasil menerapkan strategi manajemen pada tujuan ketiga (terlaksanannya transformasi TVRI yang merujuk pada Program Reformasi Birokrasi) di poin nomor 6 dan 10 yaitu, Menguatnya fungsi satuan pengawasan intern dan terlaksananya pemantauan & evaluasi.65
63
Lihat: Hal 84. Lihat: Hal 87. 65 Hasil Dokumentasi, Buku (Cetak Biru) Transformasi TVRI – Kebijakan LPP TVRI Tahun 20112016. 64
108
d.
Langkah Korektif dan Harapan TVRI bagi pemerintah & masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim, menurutnya
cara yang paling efektif untuk membenahi kendala-kendala di TVRI adalah dengan mencari Sumber Daya Manusia yang bermutu dan berkualitas. “Jadi kita di sini memang harus kreatif juga, kita harus cari Sumber Daya Manusia yang bermutu dan yang berkualitas dengan spesifikasi atau standart yang dibutuhkan. Tetapi tidak bisa juga kita menggaji mereka dengan nilai yang tinggi. Mungkin kita bisa bekerjasama dengan barter atau bertukar tenaga ahli dengan TV swasta di dalam negeri atau luar negeri. Melalui itu, kita bisa barter ilmu atau tenaga ahli.misalnya, di sini ada yang jago tehnik, di sana jago yang lain, tinggal bertukar aja, saling menguntungkan.”66 Sedangkan menurut Purnama Suwardi, solusi terbaik untuk TVRI adalah meningkatkan kesadaran publik dan pemangku kepentingan negara ini, terhadap arti penting Lembaga Penyiaran Publik. “Ditingkatkan kesadaran publik dan pemangku kepentingan negara ini, terhadap arti penting Lembaga Penyiaran Publik sebagai satu lembaga strategis untuk membangsa, untuk menjadi Indonesia. Sebab ini satusatunya stasiun televisi yang berjaringan di Indonesia. Kemudian ini satusatunya lembaga strategis kebudayaan di bidang penyiaran. Di sini bisa dilihar siaran wayang, ketoprak, lagu-lagu keroncong, tapi pengiklan tidak mau membiayai acara-acara kayak begitu, karena di kita ada jadi costing itu. Tapi kita tetap siarkan, supaya kebudayaan kita tidak hilang untuk menjaga nilai-nilai asli Indonesia, baik adat, hukum dan sosial kita, itu semua dijaga oleh TVRI.“67 Selain langkah korektif yang sudah dipaparkan oleh Arief Rachman Hakim, Beliau juga turut menyatakan harapan untuk TVRI ke depan. Menurutnya harapan TVRI bagi masyarakat adalah terus mendorong masyarakat untuk tetap menonton program dan tayangan TVRI. Menurut Arief, tayangan-tayangan TVRI adalah
66
Hasil wawancara Arief Rachman Hakim, Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, 24 Juni 2013. 67 Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
109
tayangan yang mencerdaskan dan tidak akan membodohi masyarakat, untuk itu Arief sangat mengharapkan masyarakat untuk tetap menonton TVRI. “Buat masyarakat, ya tonton TVRI. TVRI adalah TV publik, TV yang mencerdaskan. Kalau bukan kita, siapa lagi. Karena ini adalah TV yang dibiayai oleh anda semua, uangnya dari anda, dari rakyat. Kalau anda tidak nonton, mubazir. Karena anda sudah membayar kami, walaupun acaranya mungkin belum sempurna, tapi hargailah.”68 Sedangkan harapan TVRI bagi pemerintah menurut dari hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim adalah TVRI sangat berharap pemerintah dapat mendukung TVRI dari segi pendanaan. TVRI menginginkan adanya kenaikan dana APBN, sehingga setiap kinerja TVRI dapat diselenggarakan dengan baik, berkat bantuan dana yang sudah disiapkan oleh pemerintah. TVRI hanya meminta kepada pemerintah dana yang cukup bagi pengelolaan sebuah stasiun TV setiap tahunnya. Jika dana yang diberikan oleh pemerintah terlalu banyak dari yang diharapkan, pihak TVRI juga tidak akan sungkan untuk mengembalikan sisa uangnya. Selain itu, Arief juga menyatakan TVRI berharap pemerintah selalu dapat bekerjasama dengan baik dengan TVRI, dengan menjadikan TVRI sebagai media yang „menjembatani‟ informasi antara pemerintah dengan masyarakat. TVRI berharap pemerintah dapat memanfaatkan TVRI sebagai TV Publik dengan maksimal dan tidak harus bergantung pada TV swasta. “Misalkan idealnya untuk stasiun TV itu 2 triliun, ya tolong berikan kami segitu. Karena kami pastinya kan akan bertanggungjawab akan apa yang pemerintah berikan kepada kami. Karena ini uang rakyat, jadi kita tidak mau main-main dengan uang rakyat. Kalau memang itu sisa, ya ujungujungnya uang yang sisa yang sudah diberkan oleh negara dan rakyat, akan 68
Loc.cit.,
110
kita balikan lagi. Kalau itu sisa. Jadi untuk DPR dan presiden, dukung kami dari segi pendanaan yang ideal saja, tidak lebih dan jangan kurang. Intinya niat kami TVRI, tidak akan menyelewengkan uang rakyat. Kita ingin bekerja setulus hati, untuk memberikan yang terbaik kepada rakyat, jadi seharusnya pendanaan kita juga bisa dibantu. Kalau tidak ada TV publik, semua yang disosialisasikan oleh pemerintah akan mahal bila ditayangkan oleh TV swasta. Tapi kalau ditayangkan oleh TVRI, harusnya dapat diberikan dengan gratis, karena ini dari rakyat dan informasinya juga untuk rakyat. Jadi seharusnya pemerintah tidak usah rugi, karena ada TV publik.”69 Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, kesimpulannya sama dengan yang sudah dipaparkan oleh Arief Rachman Hakim yaitu TVRI berharap masyarakat dapat menonton dan menyaksikan tayangantayangan TVRI dan mengambil manfaat dari berbagai tayangan yang disajikan TVRI. Selain itu, Purnama Suwardi juga berharap generasi muda bisa lebih peka dalam memilih tayangan televisi. Lewat generasi muda yang cerdas memilih tayangan yang bermanfaat dan berguna, Beliau yakin masa depan bangsa akan menjadi lebih baik dan itu semua hanya bisa dicapai dengan mendukung satusatunya televisi publik yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa. “Jadi intinya TVRI harus didukung. Siapa pertama-tama yang harus mendukung? Yah intelektual muda. Omongan saya ini, saya akan sangat bersyukur kalau ada teman anda yang berbicara tentang TVRI, jelaskanlah seperti yang saya jelaskan. Supaya mereka paham. Coba kalian bayangkan kalau kita setiap hari nonton berita, tayangan dan film kekerasan setiap hari, apa nggak keras nanti hidup kita ke depan. Adik-adik kita, dan cucucucu kita nanti bisa dikit-dikit tusuk dan pukul orang. Ini imperialisme budaya untuk menggeser tata nilai, untuk menjadikan Republik ini adalah
69
Ibid.
111
pasar produk-produk mereka. Kita cuma manusia konsumtif yang direpresi tanpa sadar.”70
4.3
Pembahasan Semakin meningkat dan berkembangnya jumlah stasiun televisi yang ada di
Indonesia menandakan bahwa persaingan industri pertelevisian saat ini cukup ketat. Salah satu tandanya adalah jumlah belanja iklan di media massa, terutama media televisi, yang setiap tahun semakin meningkat. Setiap stasiun televisi berlomba untuk menarik perhatian sponsor iklan, agar kinerja dan operasional televisinya tetap berjalan dengan lancar. Pihak sponsor iklan juga tidak ingin sembarang memasukkan iklan produknya dalam suatu stasiun TV; biasanya untuk perusahaan produk-produk besar dan terkenal, selalu melakukan riset terlebih dahulu di masyarakat untuk mengetahui tayangan di televisi mana yang paling digemari dan sering disaksikan oleh masyarakat. Tayangan-tayangan yang mendapat rating tinggi dan paling digemari masyarakat itulah, yang biasanya dibanjiri oleh para sponsor iklan. Akibat dari persaingan untuk mendapatkan perhatian pihak iklan, stasiun televisi harus mencari strategi atau cara terbaik agar program-programnya dapat diminati masyarakat. Masyarakat Indonesia dengan rata-rata keadaan ekonomi yang kurang dan jumlah tradisi baca yang rendah, sangat mudah dipengaruhi oleh tayangan-tayangan yang kurang bermanfaat dan tidak mendidik. Maka itu tidak heran jika tayangan yang berhubungan dengan sensasi, pornografi, kekerasan dan mistis menjadi tayangan yang paling disukai oleh masyarakat Indonesia. Karena 70
Hasil wawancara Purnama Suwardi, Kepala Pusat Diklat LPP TVRI, 3 Juli 2013.
112
kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya juga literasi media, maka semakin berkembang pula tayangan-tayangan seperti itu di banyak televisi. Pihak televisi sudah tidak lagi mementingkan nilai edukasi bagi masyarakat, yang terpenting bagi mereka adalah mencari keuntungan dan mencari cara untuk tetap bertahan di dalam industri penyiaran Indonesia. Nilai komersil atau mencari keuntungan adalah salah satu sifat dari stasiun penyiaran swasta, maka dari itu hampir semua stasiun televisi di Indonesia yang mayoritas dimiliki oleh pihak swasta saling bersaing untuk mencari keuntungan. Namun tidak semua televisi di Indonesia didirikan oleh pihak swasta. Sejarah berdirinya stasiun televisi di Indonesia dipelopori oleh Televisi Republik Indonesia atau yang biasa disebut dengan TVRI. TVRI bukan termasuk TV swasta. Sejak awal, TVRI sudah didirikan dan dibentuk oleh negara, hingga sampai dengan saat ini akhirnya TVRI resmi menjadi TV Publik. TV publik adalah TV yang bersifat tidak komersil, netral dan bertugas untuk melayani kepentingan publik. TVRI sebagai satu-satunya TV Publik yang ada di Indonesia, harus manunjukan perbedaan sifat-sifat tersebut dari TV lainnya. Salah satu contohnya dari segi sumber pendanaan. Sumber pendanaan TVRI berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan Non-APBN (iklan, sponsor, sumbangan masyarakat dan usaha pencarian dana lainnya) yang jumlah kapasitasnya juga dibatasi oleh undang-undang. Dari segi pendanaan saja sudah terlihat sangat berbeda dengan TV swasta. Jika TV swasta sangat mementingkan dan bergantung dari pendanaan yang diberikan oleh pihak sponsor iklan, namun
113
TVRI sebagai TV Publik pendanaannya sangat bergantung dari anggaran yang diberikan oleh negara. Selain dari segi pendanaan, karakteristik isi tayangan TVRI juga berbeda dengan TV swasta. Jika TV swasta isi tayangannya dimayoritasi oleh program hiburan dan tayangan yang berhubungan dengan sensasi, lain halnya dengan TVRI; segala isi tayangan TVRI harus memuat nilai edukasi dan pendidikan budaya Indonesia. Selama 51 tahun (hingga saat ini di tahun 2013) dari tahun 1962, berada dalam industri penyiaran Indonesia, ada banyak kendala yang dialami oleh TVRI. Semakin banyak lahirnya stasiun televisi yang baru di tengah masyarakat dengan program-programnya yang variatif, TVRI semakin ditinggal dan tidak dilirik kembali oleh pemirsanya. Sempat di mana banyak masyarakat dan para pengamat media mengatakan bahwa TVRI terlihat kalah saing dengan TV swasta. Ada banyak faktor yang menyebabkan TVRI kalah bersaing, antara lain adalah program-program acaranya yang tidak banyak mengalami perubahan dan inovasi, penerimaan tayangannya dibeberapa daerah yang tidak baik akibat banyak transmisi yang rusak, kualitas isi tayangannya yang terlihat monoton serta hal lainnya. Menanggapi hal tersebut, TVRI segera membenahi diri. Saat pergantian masa jabatan dewan pengawas pada tahun 2011 dan dewan direksi di tahun 2012, TVRI membuat kebijakan dan strategi baru. Kebijakan baru LPP TVRI untuk periode tahun 2011 sampai 2016, disusun berdasarkan manajemen strategi umum
114
dengan melihat latar belakang peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh TVRI. Setelah adanya kebijakan dan strategi baru, TVRI sudah menunjukan beberapa perubahan dan kemajuan baik dalam segi tayangan, tehnik dan juga SDM-nya. Menurut teori dari Fred R. David, strategi manajemen dibagi menjadi tiga langkah, yaitu perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian strategi. Teori itulah yang dipakai peneliti untuk mengetahui dan mengulas strategi apa yang digunakan oleh TVRI. Dalam tahap perumusan strategi, TVRI melakukan identifikasi dari lingkungan eksternal dengan menganalisa peluang dan ancaman yang bisa dihadapi TVRI ke depan. Untuk peluang TVRI yakin dengan menjadi pelopor teknologi TV digital di tahun 2008 serta dalam menghadapi era konvergensi teknologi, TVRI yakin ke depan bisa lebih menguasai pasar dengan mengembangkan divisi siaran, webcast dan layanan pendukung siaran lainnya. Sedangkan ancamannya, TVRI sadar akan kompetitor TV swasta yang semakin banyak bermunculan, namun ancaman tersebut dijadikan TVRI sebagai pemicu semangat agar dapat bekerja lebih baik lagi. Selain identifikasi lingkungan eksternal, TVRI juga melakukan identifikasi lingkungan internal dengan menganalisa kekuatan dan kelemahan TVRI sendiri. Dalam menganalisa kekuatan, TVRI sadar kekuatannya adalah TVRI menjadi satu-satunya TV Publik yang memiliki isi tayangan mendidik masyarakat dan satu-satunya TV di Indonesia yang mempunyai banyak transmisi yang tersebar di
115
seluruh daerah Indonesia. Sedangkan kelemahannya, TVRI masih mengupayakan untuk dapat memaksimalkan kinerja Sumber Daya Manusianya (SDM). SDM TVRI masih memerlukan banyak pelatihan, karena dinilai masih kurang kompeten dan tingkat kapabilitasnya masih memerlukan peningkatan. Sebelum menentukan strategi yang akan dipakai, TVRI juga melakukan pengembangan visi dan misi. Pada visi TVRI yang baru, TVRI berharap bahwa TVRI dapat menjadi media utama penggerak pemersatu bangsa. Sedangkan pada misi TVRI yang baru, TVRI berharap dapat menyelenggarakan fungsinya sebagai TV Publik secara maksimal. Setelah melakukan analisa dan pengembangan visi dan misi, maka disusunlah beberapa tujuan TVRI. Tujuan TVRI yang secara resmi tertulis dalam buku kebijakan LPP TVRI tahun 2011-2016, terdapat lima poin. Tujuan TVRI tersebut antara lain adalah terselenggarannya siaran program yang berdasarkan nilai Bhineka Tunggal Ika, tersedianya siaran yang berkualitas, terlaksananya transformasi
TVRI
yang merujuk pada Program
Reformasi
Birokrasi,
meningkatnya kapasitas APBN dan berkembangnya kapasitas kelembagaan dan sumber daya TVRI. Berdasarkan tujuan yang sudah disusun secara rapih dalam buku kebijakan TVRI tahun 2011-2016 tersebut, maka disusunlah rancanganrancangan strategis TVRI berdasarkan pada poin-poin tujuan yang sudah ditentukan. Jadi, di dalam setiap tujuan, ditentukan rancangan-rancangan strategis atau cara-cara yang diyakini TVRI jitu untuk mencapai tujuan-tujuannya.71
71
Lihat: hal. 86-88
116
Selama menjalani strategi manajemen yang baru di tahun 2012, TVRI sudah melakukan beberapa perubahan dan pembenahan. Perubahan yang sudah mulai dilakukan oleh TVRI tersebut, termasuk dalam tahap penerapan strategi. Di dalam tahap penerapan strategi, ada beberapa hal yang dilakukan oleh TVRI, di antaranya membuat kebijakan-kebijakan, menetapkan struktur organisasi yang efektif, menyusun program acara dan siaran, pengalokasian sumber daya, upaya pemasaran, upaya penganggaran dan kompensasi karyawan. Dalam tahap membuat kebijakan, dewan pengawas dan para pemangku kepentingan TVRI menentukan beberapa kebijakan diantaranya kebijakan umum, kebijakan penyiaran serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya. Kebijakan-kebijakan tersebut dirangkum secara tertulis dalam buku kebijakan LPP TVRI (Cetak Biru) tahun 2011-2016. Setelah itu langkah penerapan strategi berikutnya adalah penetapan struktur organisasi. Dalam hal ini, TVRI tetap menggunakan pola struktur organisasi yang lama, atau tidak merubah pola strukturnya. Hanya jabatan-jabatan yang ada di dalam struktur tesebut digantikan dengan orang-orang yang baru, terutama dewan pengawas dan dewan direksi yang selalu berganti masa periode jabatan setiap lima tahun sekali. Langkah penerapan selanjutnya adalah penyusunan program. TVRI juga melakukan perubahan dan pembenahan dalam hal tayangan program. Disaat merayakan ulang tahunnya yang ke-50 di tahun 2012, TVRI mengeluarkan beberapa program acara menarik dengan mengusung tema "Kemasan Baru di Tahun Emas“. Program acara hiburan mulai diperbanyak tetapi tetap dengan
117
konsep yang mendidik, program yang sempat hits di jaman dahulu juga kembali ditayangkan dengan konsep yang berbeda, selain itu program beritanya juga dikemas dengan lebih modern. Tidak hanya isi programnya yang diperbaiki, jam siaran TVRI juga semakin diperpanjang. Jam siaran Nasional 2006 selama 19 jam per hari menjadi 21,5 jam jam, Jam Siaran Daerah tahun 2006 rata-rata 2 jam per hari yang waktu itu hanya 48 jam per hari, tahun ini rata-rata 5 jam per hari dengan 28 stasiun Penyiaran Daerah, selain itu materi siaran re-run setiap tahun mengalami penurunan dan sebaliknya, materi siaran produksi baru setiap tahun mengalami peningkatan. Selanjutnya dalam tahap pengalokasian sumber daya, TVRI juga turut memperbaharui sarana tehniknya. TVRI melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki kualitas gambar dan pengembangan jangkauan area. TVRI telah memperbaiki 70 satuan transmisinya di berbagai daerah, TVRI juga melakukan penambahan 1 transmisi di tahun 2012 untuk memperluas jangkauan, TVRI juga melakukan penambahan bandwidth VPN-IP dari 2 Mbps pada tahun 2009 menjadi 4 Mbps pada tahun 2012 untuk keperluan video streaming, Pengadaan peralatan produksi dan penyiaran, percobaan siaran digital di daerah Jakarta dan Bandung serta peresmian pemancar digital di daerah Jakarta, Surabaya dan Batam. Dalam tahap pengalokasian sumber daya, SDM TVRI juga turut dikembangkan. Berdasarkan keterangan wawancara yang peneliti dapatkan dari Arief Rachman Hakim selaku Staf Sekretariat Dewan Direksi LPP TVRI, di awal tahun 2013 lalu, TVRI membuka rekrutmen karyawan baru dari seluruh daerah di Indonesia yang rata-rata diikuti oleh banyak pemuda-pemudi atau generasi muda
118
Indonesia. Dengan tenaga-tenaga baru yang muda dan kreatif, TVRI yakin akan semakin meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Selain membuka rekrutmen karyawan baru, TVRI juga menambah usaha pelatihan dan pengembangan pendidikan bagi seluruh karyawannya lewat pertukaran tenaga ahli maupun workshop dan seminar, sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Purnama Suwardi selaku Kepala Pusdiklat LPP TVRI dari hasil wawancara dengan peneliti. Tahap penerapan selanjutnya adalah upaya pemasaran. TVRI juga melakukan upaya-upaya pemasaran dan promosi agar masyarakat Indonesia dapat kembali menyaksikan tayangannya. Upaya pemasaran yang dilakukan TVRI antara lain adalah melalui iklan program-program baru yang ditayangkan di TVRI, melalui majalah intern TVRI yang biasa dikenal dengan majalah “Monitor”, lalu melalui spanduk dan banner yang dipasang di jalan dan juga dengan membuat pangung-panggung musik terbuka yang mengundang para warga sekitar untuk menyaksikannya. Bagi TVRI melalui upaya pemasaran tersebut, masyarakat akan semakin disadarkan untuk kembali menyaksikan TVRI dan disadarkan pula bahwa sudah banyak upaya perubahan yang dilakukan oleh TVRI. Selanjutnya adalah tahap penganggaran. Dalam tahap penerapan strategi, TVRI tetap menggantungkan harapan terbesar dari dana APBN yang diberikan negara. Namun, dengan semakin meningkatnya kinerja manajemen TVRI juga sudah cukup berhasil menarik perhatian para pihak sponsor dan mitra lainnya, sehingga dana dari Non-APBN bisa meningkat dari tahun ke tahun.
119
Tahap penerapan strategi yang terakhir adalah kompensasi bagi karyawan. Dalam hal ini, TVRI juga sudah cukup berhasil menyejahterakan para karyawannya. Hal tersebut bisa dinilai dari pemberian beberapa tunjangan, dana pensiun dan penghargaan yang diberikan kepada karyawan TVRI. Dari semua upaya pembenahan yang sudah dilakukan oleh TVRI, terlihat bahwa TVRI sudah cukup berhasil mewujudkan visi dan misinya selama strategi manajemen baru ini telah berlangsung selama 2-3 tahun. Hal yang paling mudah untuk dinilai adalah hasil layar yang disiarkan TVRI. Saat ini, penerimaan gambar sudah lebih bagus dan jernih, selain itu ada juga program-program baru yang menarik untuk ditonton. Di dalam tahap manajemen strategi, masih ada satu tahap terakhir setelah penerapan strategi dilakukan yaitu tahap penilaian strategi. Dalam tahap ini, TVRI harus melakukan evaluasi dari hasil kerja yang selama ini sudah dicapai. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber, yaitu Arief Rachman Hakim dan narasumber sekunder, Purnama Suwardi, keduanya mengatakan bahwa strategi manajemen yang sudah berlangsung selama ini cukup baik dan mampu menunjukan perubahan ke arah yang labih baik. Namun, narasumber juga mengatakan bahwa masih memerlukan beberapa pembenahan dan perbaikan, karena untuk mencapai hasil yang sempurna tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun dari hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, dikatakan bahwa sudah ada peningkatan share pada beberapa program unggulan TVRI. Maka dari itu, bisa dinilai bahwa TVRI sudah cukup berhasil menerapkan strateginya dengan baik.
120
Namun yang perlu juga diperhatikan dalam tahap penilaian strategi adalah analisis kendala. Menurut kedua narasumber ada beberapa kendala yang masih terus diperjuangkan oleh TVRI yaitu masalah pendanaan, kinerja SDM, dan juga birokrasi. Pendanaan TVRI sangat bergantung dari APBN, karena sebagian besar persentase pemasukan TVRI adalah dari APBN. Namun yang menjadi masalah adalah dana APBN yang diberikan oleh pemerintah belum mencukupi standar operasional sebuah stasiun televisi per tahunnya. Pada tahun ini (2013), TVRI mendapatkan dana 846 miliar dari pemerintah. Menurut narasumber, jumlah ideal pendanaan yang harus dimiliki sebuah stasiun televisi per tahunnya adalah sekitar 1,5 triliun sampai dengan 2 triliun. Belum lagi, TVRI juga mengkhawatirkan isu penurunan dana anggaran di tahun 2014 mendatang karena adanya pemilu presiden, di mana anggarannya diturunkan 100 miliar sehingga TVRI hanya bisa mendapatkan 764 miliar. Anggaran yang saat ini saja terbilang kurang dari cukup, membuat TVRI semakin khawatir dengan kendala penurunan anggaran di tahun depan. Selain itu, TVRI juga mngkhawatirkan kendala kinerja SDM. Menurut Purnama Suwardi selaku Kepala Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan) LPP TVRI, kinerja SDM TVRI perlu ditingkatkan. Peneliti juga menilai SDM TVRI kurang bisa memacu semangat kerjanya untuk menjadi sama seperti kinerja karyawan TV swasta. Karyawan TV swasta setiap hari harus belomba-lomba mencari cara untuk menyiarkan program terbaik agar mendapat pemasukan iklan. Pendanaan TVRI yang setiap tahunnya selalu tersedia dari pemerintah, dapat mempengaruhi kinerja karyawannya; mereka tidak begitu mementingkan inovasi
121
atau pembaharuan program, karena mereka sudah terbisa dengan zona nyaman tersebut bahwa setiap tahunnya pasti sudah tersedia dana, walaupun dana tersebut sebenarnya juga belum sepenuhnya ideal. Namun dari hasil wawancara dengan Purnama Suwardi, Beliau meyatakan bahwa upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja TVRI sudah dilakukan. Menurutnya, sudah ada sedikit kemajuan pada SDM TVRI. Harapan dari Beliau ke depan adalah walaupun menjabat status sebagai Pegawai Negeri Sipil, tetapi cara kerja pegawai TVRI harus tetap profesional dan kapabilitasnya juga harus tetap bisa bersaing dengan SDM dari pihak swasta. Selain masalah pendanaan dan kinerja SDM, TVRI juga memiliki kendala dalam hal birokrasinya. Salah satu contohnya, dari hasil wawancara dengan Purnama Suwardi dikatakan bahwa jika TVRI ingin merubah struktur organisasi, harus melewati banyak sekali prosedur. TVRI tidak bisa sembarang berbuat sesuai keinginan sendiri atau keputusan atasan, karena segala kebijakannya telah diatur di dalam undang-undang yang diatur oleh negara.72 Tidak hanya masalah perubahan struktur organisasi, tetapi semua hal yang ingin dilakukan oleh TVRI harus berdasarkan pada kebijakan yang telah dibuat. Karena masalah birokrasi yang terlalu ketat tersebut, mengakibatkan TVRI tidak bisa berbuat banyak hal di luar kebijakan yang sudah ada. TVRI juga memiliki dewan pengawas yang dipilih oleh pemerintah, untuk mengawasi kinerja TVRI. Maka itu, jika ada gagasan atau ide bagus yang ingin dibuat oleh TVRI, TVRI harus terlebih dahulu mengajukan proposalnya secara tertulis kepada
72
Lihat: hal. 94
122
komisi 1 DPR RI. Jika permohonannya sudah sesuai dengan kebijakan dan kondisi yang sedang berlangsung, baru dapat disetujui dan diselenggarakan. Dari evaluasi strategi manajemen yang sudah berlangsung maupun juga paparan mengenai kendala yang masih harus diperjuangkan, TVRI juga melakukan langkah pengawasan dan kontrol. Dalam hal ini, TVRI berupaya untuk terus mengawasi kinerja manajemennya dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang „Sistem Pengendalian Internal Pemerintah‟ dan standar buku mutu pengawasan teknologi serta layanan penyiaran televisi publik sesuai standar internasional. Selain itu, TVRI juga sudah membentuk Dewan Pengawas untuk mengawasi kinerja TVRI secara umum dan menjembatani TVRI dengan pemerintah, juga membentuk satuan pengawas intern sabagai pengawas kinerja setiap divisi di dalam TVRI. Tahap penilaian yang terakhir adalah langkah korektif dan harapan dari TVRI ke depan. Menurut hasil wawancara dengan Arief Rachman Hakim, langkah korektif untuk TVRI adalah memperbaiki SDM-nya dengan mencari tenaga-tenaga yang berkualitas sehingga TVRI ke depan bisa semakin maju. Sedangkan menurut Purnama Suwardi, langkah korektif yang tepat adalah meningkatkan kesadaran publik akan arti penting Lembaga Penyiaran Publik, karena jika publik sudah menyadari akan pentingnya LPP TVRI untuk mendidik generasi muda, maka publik juga akan semakin tergerak untuk bisa mendukung TVRI dalam segi materil maupun moril. Selain itu, TVRI mempunyai harapan khusus bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kedua
123
narasumber yang mewakili seluruh insan TVRI, mereka berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan keadaan TVRI yang sangat membutuhkan dukungan dana lebih sehingga segala harapan dan visi-misinya dapat tercapai dengan baik. Selain dari itu, TVRI juga sangat berharap untuk mendapat dukungan kembali dari masyarakat Indonesia. Dengan segala upaya perbaikan dan pembenahan tampilan layar, TVRI berharap masyarakat dapat kembali menyaksikan tayangan TVRI. Dalam semua tahap strategi manajemen yang dilakukan TVRI berdasarkan analisa peneliti dengan menggunakan teori strategi manajemen yang dikemukakan oleh Fred. R. David, TVRI telah melewati semua tahapnya dengan baik, lengkap dan teratur. Permasalahannya, TVRI harus benar-benar memperhatikan penerapan strateginya agar dapat berjalan dengan baik, sehingga hasil penilaian strateginya juga tidak mengecewakan. Strategi merupakan sebuah cara yang dilakukan sebuah instansi atau kelompok untuk bisa memenangkan sebuah kompetisi atau bertahan dalam sebuah persaingan yang ada. Strategi manajemen yang sudah dilakukan oleh TVRI seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, juga menandakan keinginan besar TVRI untuk bisa tetap bertahan dan bersaing dalam persaingan Industri pertelevisian di Indonesia.