37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Gorontalo SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 4404/B/III tanggal 31 agustus 1955 diubah menjadi SMK Negeri 1 Gorontalo. SMK Negeri 1 Gorontalo adalah sekolah menengah kejuruan tertua dan terbesar di kota Gorontalo, sejak berdirinya SMK Negeri 1 Gorontalo telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Adapun Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMK Negeri 1 Gorontalo adalah sebagai berikut: Urif Tjitrosuwarno (1954 – 1955), A Monoarfa (1955 – 1955), Soepono (1955 – 1958), Djamal B (1958 – 1962), Husain Hamidun (1962 – 1967), Muchsin Bouto (1962 – 1967), Drs. B Mudjrab (1980 – 1992), R.M Rauf, BA (1992 – 2000), Drs Samir Badu, M.Pd (2000 – 2008), Suryadi, S.Pd (2008 – 2009) dan Drs. Rustam Umalu, M.Si yang menjabat dari tahun 2009 samapi dengan sekarang. Hingga mencapai usia emasnya (50 tahun) sekolah ini tetap menunjukkan eksistensinya sebagai sekolah menengah kejuruan yang berkembang dinamis, produktif, kreatif, dan inovatif, sehingga makin memperoleh kepercayaan dari dunia usaha dan industri maupun
38
masyarakat luas. Dari tahun ke tahun animo (minat) masyarakat untuk mendaftar di SMK Negeri 1 Gorontalo semakin meningkat, hal ini antara lain disebabkan keterserapan lulusan SMK Negeri 1 Gorontalo di dunia kerja, prestasi bidang akademik (intrakurikuler) dan ekstra kurikuler melalui terobosan produktif, kreatif dan inovatif, sebagai pusat ICT dan ECT di Provinsi Gorontalo, serta telah ditetapkan menjadi salah satu sekolah daro 90 sekolah SMK berstandar Internasional, berdasarkan SK. Dirjen
Pendidikan Dasar dan
Menengah
Departemen Pendidikan
Nasioanal No. 10/C/KEP/MN/2009 tentang penetapan 90 (sembilan puluh) SMK sebagai target sasaran pengembangan SMK-SBI melalui proyek Indonesia Vocational Educational Sterghthening (INVEST). Pada tahun 2006 ini SMK Negeri 1 Gorontalo menetapkan komitmen untuk mencapai predikat sebagai SMK bersertifikat ISO, yaitu sertifikat pengakuan dari organisasi dunia tentang jaminan mutu atas pelaksanaan pelatihan dan pembelajaran yang saat ini beranggotakan lebih daro 50 negara.
4.1.2 Keadaan Guru SMK Negeri 1 Gorontalo Perkembangan jumlah guru di SMK Negeri 1 Gorontalo pertahun selalu mengalami beberapa peningkatan, dimana untuk tahun ini guru SMK Negeri 1 gorontalo secara keseluruhan berjumlah 132 orang yang terdiri dari guru laki-laki berjumlah 40 orang dan guru perempuan berjumlah 92 orang. Selanjutnya, keadaan guru SMK Negeri 1 Gorontalo diuraikan pada tabel 1.7 berikut ini:
39
Tabel 1.6: Keadaan Guru Menurut Status Sosial Guru PNS Jlh Guru Non PNS Jlh No 1
L
P
35
84
119
L
P
5
8
13
Tabel 1.7: Keadaan Guru Menurut Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan No Jumlah Formal 1 S3 2 S2 17 3 S1 113 4 D3 2 5 D2 6 D1 Total 132
4.1.3 Keadaan Siswa SMK Negeri 1 Gorontalo Jumlah siswa SMK Negeri 1 Gorontalo pertahun ajaran selalu mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Salah satu motivasi siswa untuk masuk Sekolah ini karena Sekolah memiliki predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional. Saat ini jumlah keseluruhan siswa SMK Negeri 1 Gorontalo adalah 2479 orang yang terbagi dalam
beberapa kelas. Jumlah keseluruhan
siswa laki-laki , yakni 1046 orang dan perempuan, yakni 1433 orang. Selanjutnya, keadaan siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo diuraikan dalam tabel 1.8 berikut ini: Tabel 1.8: Keadaan Siswa SMK Negeri 1 Gorontalo No Kelas L P Jlh 1 X 391 492 883 2 XI 332 524 856 3 XII 323 417 740 Total 1046 1433 2479
40
4.1.4 Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Gorontalo No.424/DISDI/SMK/601 Komite Sekolah
....................
Kepala Sekolah
.............
Majelis Sekolah
Kepala Sub. TU
Wakasek Kurikulum
Wakasek WMM
Kaprog Akuntansi
Kaprog ANKIM
Kaprog ADM
Kord. perpustakaan
Kord. Keagamaan
Wakasek Kesiswaan
Wakasek HKI
Kaprog Pemasaran
Kaprog TKJ
Kaprog TP3R
Kaprog Multimedia
Kaprog RPL
Koord. Unit Produksi
Kord. PIK/KRR
Wakasek Lingk.
Kaprog UPW
Koord. BP/BK
Kord. UKS
Wakasek Sarana
Kord. Kerumah Tanggaan
Kelompok Jabatan fungsional Guru
Koord. Normatif/Adaptif
Kord. Penataran Prog DIKLAT
Kord. Kesenian & Pengembangan Budaya
41
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini menyajikan tentang data yang diolah dengan statistik deskriptif, seperti perhitungan distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik berupa histogram, perhitungan nilai median, modus, rata-rata dan simpangan baku. Deskripsi data masing-masing untuk kompetensi pedagogik guru (X) dan motivasi belajar siswa (Y) adalah sebagai berikut:
4.2.1 Deskripsi Data Kompetensi Pedagogik Guru (Variabel X) Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data melalui penyebaran angket kepada responden di SMK Negeri 1 Gorontalo, maka dapat diketahui distribusi data hasil pengamatan variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) adalah sebagai berikut: harga median sebesar 44,83, modus sebesar 45,61, harga mean atau nilai rata-rata sebesar 44,5 dan harga standar deviasi / simpangan baku sebesar 4,8 (lihat lampiran 4). Selanjutnya, deskripsi tentang frekuensi skor data kompetensi pedagogik guru (variabel X) dapat dilihat pada tabel 1 di lampiran 4. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa lebih banyak responden menjawab 44,5 sampai 47,5 dengan frekuensi 9, terbanyak kedua yaitu responden menjawab 41,5 sampai 44,5 dengan frekuensi 6, terbanyak ketiga yaitu responden menjawab 38,5 sampai 41,5 dengan frekuensi 5, terbanyak keempat yaitu responden yang menjawab 47,5 sampai 50,5 dengan frekuensi 4, kemudian yang paling rendah yaitu responden yang menjawab 35,5 sampai 38,5 dan 50,5 sampai 53,5 dengan frekuensi 3.
42
Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi pengamatan dapat dilihat melalui grafik di bawah ini. F 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 35,5 38,5
41,3
44,5 47,5 50,5 53,5 Batas Bawah Kelas Interval Gambar 1.2: Histogram Data Kompetensi Pedagogik Guru
4.2.2 Deskripsi Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) Berdasarkan
analisis
pengolahan
data
variabel
Y
melalui
penyebaran angket kepada responden di SMK Negeri 1 Gorontalo, maka dapat diketahui distribusi data hasil pengamatan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) adalah sebagai berikut: harga median sebesar 46,4, modus sebesar 47,21, harga mean atau nilai rata-rata sebesar 45,9 dan harga standar deviasi / simpangan baku sebesar 3,8, (lihat lampiran 4). Selanjutnya, deskripsi tentang frekuensi skor data motivasi belajar siswa
43
(variabel Y) dapat dilihat pada tabel 1 di lampiran 4. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa lebih banyak responden menjawab 45,5 sampai 48,5 dengan frekuensi 10, terbanyak kedua yaitu responden menjawab 48,5 sampai 51,5 dengan frekuensi 7, terbanyak ketiga yaitu responden menjawab 42,5 sampai 45,5 dengan frekuensi 6, terbanyak keempat yaitu responden yang menjawab 39,5 sampai 42,5 dengan frekuensi 4, kemudian yang kelima yaitu responden yang menjawab 36,5 sampai 39,5 dengan frekuensi 2 dan yang paling rendah yaitu responden yang menjawab 51,5 sampai 54,5 dengan frekuensi 1. Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi pengamatan dapat dilihat melalui grafik di bawah ini. F 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 36,5 39,5
42,3
45,5 48,5 51,5 54,5 Batas Bawah Kelas Interval Gambar 1.3: Histogram Data Motivasi Belajar Siswa
44
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Untuk kepentingan pengujian normalitas data digunakan uji ChiKuadrat pada taraf nyata ά = 0,01 atau ά = 0,05. Dengan hipotesis bahwa skor variabel X (kompetensi pedagogik guru) dan variabel Y (motivasi belajar siswa) berdistribusi normal. 4.3.1 Uji Normalitas Data Variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) Hasil pengujian normalitas data untuk variabel X (kompetensi guru) menunjukan skor χ2hitung = 1,374. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ2daftar = 11,070. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ2hitung ≤ χ2daftar (1,374 ≤ 11,070). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian untuk variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5). 4.3.2 Uji Normalitas Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) Hasil pengujian normalitas data untuk variabel Y (motivasi belajar siswa) menunjukan skor χ2hitung = 5,15. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ2daftar = 11,070. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ2hitung ≤ χ2daftar (5,15 ≤ 11,070). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian untuk variabel Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5).
45
4.4 Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap persamaan regresi linier sederhana, uji linieritas dan keberartian persamaan regresi, pengujian koefisien korelasi linier sederhana, dan keberartian koefisien korelasi. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut. 4.4.1 Mencari Persamaan Regresi Sederhana Untuk mencari persamaan regresi digunakan rumus Ŷ = a + bX, sehingga dari hasil penelitian (lampiran 6) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 14,91 + 0,69X. Hal ini berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit pada variabel X (kompetensi pedagogik guru), maka akan diikuti oleh perubahan (penurunan atau peningkatan) rata-rata sebesar 0,69 unit variabel Y (motivasi belajar siswa) dan ini berarti setiap terjadi perubahan pada indikator kompetensi pedagogik guru, maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata indikator motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo. 4.4.2 Uji Linieritas dan Keberartian Persamaan Regresi Untuk kepentingan pengujian linieritas dan keberartian persamaan regresi digunakan taraf nyata ά = 0,01 atau ά = 0,05. Berdasarkan kriteria pengujian untuk uji linieritas yang telah ditetapkan di atas bahwa Fdaftar diperoleh dari F ≤ F(1-α) (k-2, n-k) atau F ≤ F(0,95) (15, 13) = Ternyata harga Fhitung lebih kecil dari Fdaftar (0,85 ≤ 2,44), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 14,91 + 0,69X berbentuk linier.
46
Selanjutnya, untuk uji keberartian telah ditetapkan kriteria pengujian bahwa Fdaftar dapat diperoleh dari F ≥ F(1-α) nyata α = 0,05 maka F ≥ F(1-0,05)
(1, 30-2)
(1, n-2).
F ≥ F(0,95)
Jika digunakan taraf (1, 28)
= 3,95 Ternyata
harga Fhitung lebih besar dari Fdaftar (53,63 ≥ 4,20), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier tersebut di atas benar-benar signifikan (berarti). 4.4.3 Pengujian Koefisien Korelasi Linier Sederhana Pengujian korelasi dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kekuatan atau derajat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan terutama untuk data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi (r). Sedang penentu derajat hubungan antara variabel dinamakan koefisien determinasi (r2). Hasil pengujian koefisien korelasi dan determinasi, selanjutnya dapat diuji tingkat signifikansi atau keberartiannya. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 6 diperoleh harga r = 0,81 dan harga r2 = 0,6561 (65,61%). Hal ini berarti bahwa derajat hubungan antara variabel X (kompetensi pedagogik guru) dan variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 65,61%. Dalam arti bahwa variabel kompetensi guru memberikan konstribusi terhadap variabel motivasi belajar siswa sebesar 65,61% dan sisanya 34,39% ditentukan oleh variabel lain. Untuk uji signifikan diperoleh nilai thitung = 7,38. Pada taraf ά = 0,05 dan n = 31 uji satu pihak; dk = n - 2 = 30 – 2 = 28 sehingga diperoleh tdaftar
47
= 1,701. Ternyata thitung ≥ tdaftar (7,38 ≥ 1,701), maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa. 4.5 PEMBAHASAN Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya, serta rumusan hipotesis yang berbunyi “Terdapat Pengaruh Positif Antara Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Perlu ditentukan statistika uji yang digunakan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu : Ŷ = 14,91 + 0,69X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (kompetensi pedagogik guru), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,69. Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana, maka diperoleh harga r = 0,81 dengan koefisien determinasi sebesar r2 = 0,6561 atau 65,61%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 65,61 % variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru, sedangkan 34,39% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah disiplin guru dalam mengajar, kreativitas mengajar dikelas, penggunaan variasi model pembelajaran, keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, sekolah dan lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya.
48
Kemudian hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa thitung = 7,38 sedangkan tdaftar = 1,701. Dengan kriteria pengujian terima H0, jika t(1 - ½ά) < thitung < t(1 - ½ά) dengan taraf kenyataan ά = 0,05, dan dk = n – 2. Dengan demikian bahwa thitung lebih besar dari tdaftar atau harga thitung telah berada di luar penerimaan H0, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa pada mata Produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dinyatakan “diterima”. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa setiap butir indikator variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) memiliki pengaruh terhadap setiap butir indikator variabel Y (Motivasi Belajar Siswa). Menurut BSNP (2008: 30-31), bahwa indikator kompetensi pedagogik guru yang meliputi; pemahaman peserta didik, pengembangan Kurikulum/Silabus, perancangan Pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi Hasil Belajar dan pengembangan peserta didik. Sedangkan menurut Sopyan dan Uno (2004: 17) bahwa indikator motivasi belajar siswa adalah hasrat dan Keinginan, dorongan Dan Kebutuhan dan penghargaan.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kontribusi indikator
kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar, maka di ikuti oleh semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, begitupun sebaliknya.