BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan kuesioner data demografi dan skala nyeri terhadap 67 responden pasien post operasi di ruangan bedah (G2 atas) RSUD Prof Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.1 Karakteristik Demografi Responden Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik demografi responden yaitu proporsi karakteristik pasien post operasi (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan) di ruangan bedah (G2 atas) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Pasien Post Operasi (n=67) Frekuensi (n)
Persentase (%)
a. Umur 17-25 tahun 26-40 tahun 41-55 tahun >56 tahun
20 16 18 13
29.9 23.9 26.9 19.4
b. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
31 36
46.3 53.7
c. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA DIII S1
15 14 28 3 7
22.4 20.9 41.8 4.5 10.4
d. Pekerjaan Siswa Mahasiswa IRT Tani Nelayan Wiraswasta PNS Peg. Kantor Tdk Bekerja
6 5 19 5 2 19 3 4 4
9.0 7.5 28.4 7.5 3.0 28.4 4.5 6.0 6.0
Karakteristik Demografi Responden
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh hasil tentang karakterisitik pasien post operasi. Karakteristik pasien post operasi yaitu usia terbanyak berada pada rentang 17-25 tahun sebanyak 20 responden (29.9%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 36 responden (53.7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 28 responden (41.8%) berpendidikan SMA. Berdasarkan pekerjaan yaitu sebanyak 19 responden (28.4%) adalah IRT dan wiraswasta.
Berdasarkan diagnosa medis, sebanyak 15 responden (22.4%) adalah pasien post operasi gangren diabetic. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Nyeri Berdasarkan Jenis Operasi (n=67) Diagnosa Medis
Nyeri Ringan (1-4) (n) (%) 8 88.9 3 42.9 1 33.3 2 66.7 6 75 2 66.7 1 50
Appendisitis Hernia Hematuria Vesikolitiasis Ca. Mamae Ca. Colly T. belakang tulang Iga Fraktur 2 Combutio 1 STT 1 Gangren 6 diabetic Limfangioma 3 V. Ictum 2 BPH 1 Sumber : Data Primer
Nyeri Sedang (5-7) (n) (%) 1 11.1 44 57.1 2 66.7 1 33.3 2 25 1 33.3 1 50
Nyeri Berat (8-10) (n) (%) -
Total (n) 9 7 3 3 8 3 2
(%) 100 100 100 100 100 100 100
50 50 50 40
2 1 1 9
50 50 50 60
-
-
4 2 2 15
100 100 100 100
60 100 50
2 1
40 50
-
-
5 2 2
100 100 100
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa yang mengalami nyeri ringan terbanyak pada jenis operasi APP (Appendisitis) sebanyak (88.9%) dan yang mengalami nyeri sedang terdapat pada jenis operasi Hematuria sebanyak (66.7%). 4.1.2 Karakteristik Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Berdasarkan hasil penjumlahan tingkat nyeri yang diobservasi maka didapat hasil mengenai tingkat nyeri pada pasien post operasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi (n=67) Tingkat Nyeri Ringan (1-4) Sedang (5-7) Berat (8-10) Total Sumber: Data Primer
Frekuensi (n) 39 28 67
Persentase (%) 58.2 41.8 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diperoleh hasil tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi yaitu yang mengalami nyeri ringan sebanyak 39 responden (58.2%). Sedangkan yang mengalami nyeri sedang sebanyak 28 responden (41.8%). 4.2 Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan mengenai gambaran tingkat nyeri pada pasien post operasi di ruangan bedah (G2 atas) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Banyak faktor pendukung lainnya seperti usia, jenis kelamin, dan jenis operasi yang dilakukan juga berpengaruh terhadap intensitas nyeri yang dirasakan responden. Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Menurut Potter dan Perry (2011) usia adalah variable penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri sedangkan orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri: 2008), dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan usia terbanyak pada rentang 17-25 tahun (29.9%) yang termasuk kelompok usia dewasa.
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam persepsi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria, dan berdasarkan hasil penelitian lebih banyak perempuan atau sebanyak (53.7%). Jenis operasi adalah klasifikasi tindakan medis bedah berdasarkan waktu, alat, jenis anestesi dan resiko yang dialami, meliputi operasi kecil, sedang, besar, dan khusus (Dep. Kes: 1997). Jenis operasi yang dilakukan juga berpengaruh terhadap intensitas nyeri, misalnya dalam hasil penelitian pada tabel 4.2 dimana untuk skala nyeri ringan dapat dilihat pada responden dengan jenis operasi APP (Appendisitis) dengan skala nyeri ringan (88.9%) dimana jenis operasi tersebut tergolong jenis operasi ringan karena sifat nyerinya adalah nyeri akut yang akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak, sedangkan untuk skala nyeri sedang dapat didapatkan pada jenis operasi Hematuria (66.7%). 4.2.1 Karakteristik Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil dimana pasien post operasi sebagian besar mengalami nyeri dengan skala ringan atau sebanyak (58.2%). Salah satu yang berpengaruh dalam intensitas nyeri adalah pengalaman. Individu yang mempunyai pengalaman multivel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Individu dengan pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan nyeri dan pengobatannya yang tidak adekuat.
Pasien yang sudah mempunyai pengalaman tentang nyeri akan lebih siap menerima perasaan nyeri, sehingga dia merasakan nyeri lebih ringan daripada pengalaman pertamanya. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat banyaknya kejadian nyeri selama rentang kehidupannya dan ini dapat kita lihat pada pasien yang pernah memiliki riwayat nyeri post operasi sebelumnya. Selain itu ditunjang dengan penggunaan farmakologis seperti pemberian cefotaxime, ranitidine, trumadol, ketorolac yang menekan rangsang nyeri sehingga menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung-ujung syaraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera (Tamsuri : 2007). Sedangkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien post operasi dalam kategori/skala nyeri sedang yaitu sebanyak (41.8%). Hal ini sangat berkaitan dengan kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Hubungan antara nyeri dan ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Didukung oleh teori yang menyatakan bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian system limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Carpenito: 2000). Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling: 2004).
Dari beberapa pengertian diatas semua dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak aman dan kuatir yang dapat merupakan respon terhadap ancaman yang sumbernya tidak jelas.