BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Secara objektif PAUD Menara Laut didirikan pada tahun 2008 berlokasi di Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Di bawah pimpinan Yulpyn Rahman, serta para tutornya Ismiyati Rahman, Lisnawaty Pakaya, dan Hapniwati Chamaru, PAUD Menara Laut Desa Olele ini telah mengalami berkembangan terutama dari segi prasarana pendidikan serta kualitas output nya. Dengan aktivitas pembelajaran sebanyak 24 jam seminggu yang dikemas dalam 6 hari efektif sekolah, maka sistem pembelajaran yang ada di PAUD Menara Laut Desa Olele ini telah mampu mengantar anak-anak binaannya memiliki beberapa keterampilan hidup (live skill) sebagai pondasi untuk menata paradigma kehidupan yang lebih baik pada usia dan perkembangan berikutnya. Selanjutnya untuk memperkaya khasanah dalam penelitian ini, maka berikut ini penulis akan deskripsikan data-data pendukung lainnya berupa struktur organisasi PAUD Menara Laut Desa Olele, keadaan anak, jenis permainan pembelajaran yang digunakan, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap ketiga
50
51
data pendukung tersebut, maka penulis akan sajikan dalam bentuk tabel sebagaimana berikut ini: Struktur Organisasi PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun Pelajaran 2011/2012 Pembina Kepala Cabang Dinas pendidikan Kec. Kabila Bone Penanggung Jawab Program Ketua Tim Penggerak PKK Kec. Kabila Bone
Penanggung Jawab Teknis Penilik PLS Kec. Kabila Bone
Ketua pengelola PAUD Yulpyn Rahman
Tutor Ismiyati Rahman
Tutor Lisnawaty Pakaya
Tutor Hapniwati Chamaru
Anak PAUD
Berdasarkan struktur tersebut menunjukkan bahwa dalam upaya memperlancar dan lebih menertibkan kegiatan pembelajaran di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango disusunlah personil pelaksana kegiatan yang bertumpu pada Pembina PAUD, dan selanjutnya terjadi garis komando dengan Ketua Pengelola PAUD, para tutor, dan anak PAUD.
52
Tabel: 4.1 Keadaan Anak PAUD PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun Pelajaran 2011/2012 JUMLAH KELOMPOK JUMLAH TOTAL NO BELAJAR Laki-Laki Perempuan 1
A
15
10
25
2
B
18
7
25
Jumlah
33
17
50
Sumber: Profil, PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango 2012. Berdasarkan gambaran pada tabel 3 tentang jumlah anak PAUD PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango
2011/2012
menunjukkan
bahwa
kesadaran
orangtua
untuk
menyekolahkan putra-putri mereka di PAUD mulai nampak, meskipun diketahui bahwa jumlah tersebut masih relatif sedikit dari jumlah anak PAUD yang ada di PAUD lainnya. Hanya saja perlu diketahui, anak yang seusia dini di lokasi PAUD ini sangat sedikit, di samping itu tersedia pula satu buah TK yang sistem pengrekrutannya hampir sama dengan yang dilakukan di PAUD.
53
Tabel: 4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango NO
RUANGAN
JUMLAH
1
Ruang Belajar
2 Ruang
2
Ruang Kantor
1 Ruang
3
Ruang Bermain
-
4
Tempat Cuci Tangan
2 Buah
5
Kamar Mandi/WC
1 Buah
6
Alat-alat Permainan
10 Macam
7
Kursi Anak
50 Buah
8
Meja Anak
50 Buah
9
Kursi Tutor
4 Buah
10
Meja Tutor
4 Buah
Sumber:
Profil, PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango 2012.
Dari tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sarana prasarana pendidikan yang terdapat di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, dilihat dari syarat oprasional pendidikan dan pengajaran sudah cukup memadai. Di samping itu, jika dilihat dari efektif dan tidaknya perlengkapan yang ada dalam menunjang proses pembelajaran, maka keadaan perlengkapan yang ada telah dioprasikan secara maksimal sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Dari tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sarana prasarana pendidikan yang terdapat di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, dilihat dari syarat
54
oprasional pendidikan dan pengajaran sudah cukup memadai. Di samping itu, jika dilihat dari efektif dan tidaknya perlengkapan yang ada dalam menunjang proses pembelajaran, maka keadaan perlengkapan yang ada telah dioprasikan secara maksimal sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. 4.1.2 Kreativitas Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Untuk mengetahui tentang kreativitas tutor dalam mengembangkan alat permainan edukatif menggunkan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, berikut ini peneliti akan deskripisikan hasil temuan peneliti melalui jawaban informan terhadap kisi-kisi instrumen yang di rumuskan. Pertanyaan utama yang peneliti ajukan kepada informan adalah; Apakah tutor sering menggunakan Alat Permainan Edukatif dalam kegiatan pembelajaran? Terhadap pertanyaan tersebut, menurut Ketua Pengelola PAUD Menara Laut Kecamatan Kabila Bone; “Umumnya para tutor yang ada di PAUD Menara Laut Desa Olele sering menggunakan alat permainan edukatif ketika mengajar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan, alat permainan edukatif sangat membantu tutor dalam mentransfer pengetahuan kepada anak PAUD serta memotivasi anak PAUD untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. (W.YR./R.02-01-2013). Untuk mendukung pernyataan Ketua Pengelola PAUD di atas, peneliti mengajukan pertanyaan komparatif kepada Penilik PLS Kecamatan Kabila Bone
di
PAUD
Menara
Laut
Desa
Olele;
Apakah
tutor
mengembangakan Alat Permainan Edukatif dalam pembelajaran?
sering
55
Informan mengatakan; “Ya, semua tutor di PAUD Menara Laut Desa Olele pada setiap menyajikan materi pelajaran sering mengembangkan Alat Permainan Edukatif. Dengan adanya kreativitas yang ditunjukkan oleh para tutor tersebut, maka antusias belajar sangat tinggi serta sangat memungkinkan prestasi belajarpun akan selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu”. (W.IR./R.02-01-2013). Terhadap jawaban informan di atas; peneliti mengajukan pertanyaan lanjutan; Apakah
Alat Permainan Edukatif yang digunakan dalam
pembelajaran atas kreativitas sendiri oleh tutor atau telah disediakan oleh pihak sekolah “Alat permainan edukatif yang digunakan oleh tutor di PAUD Menara Laut Olele tidak saja disediakan oleh pihak sekolah, tetapi dikembangakan lagi oleh tutor berdasarkan kondisi belajar dan kemampuan tutor itu sendiri”. (W.LA./K.03-01-2013). Selanjutnya, informan lain menambahkan; “Para tutor di PAUD Menara Laut Desa Olele selain menggunakan alat permainan edukatif yang disediakan oleh pihak sekolah dan bisa dibeli di toko, juga mereka kreatif membuat alat permainan edukatif sendiri yang berasal dari bahan bekas seperti; kertas bekas, kaleng bekas, kardus, dan lain-lain. Bahkan untuk penyajian materi tentang penelusuran bakat dan minat anak PAUD, para tutor sering menyediakan bahan-bahan bekas untuk dikerjakan bersama anak PAUD pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung”. (W.NG./K.0301-2013). Berdasarkan pernyataan para informan di atas memberikan pemahaman bahwa,
tutor
di
PAUD
Menara
Laut
Desa
Olele
sangat
kreatif
mengembangkan Alat Permainan Edukatif pada saat melangsungkan kegiatan pembelajaran. Alat permainan edukatif tersebut tidak hanya disediakan oleh pihak sekolah atau yang mudah dibeli di toko, tetapi lebih dari itu tutor kreatif
56
membuat Alat Permainan Edukatif sendiri yang lebih banyak berasal bahan bekas. Pertanyaan selanjutnya, apa yang memotivasi tutor sehingga membuat Alat Permainan Edukatif dari bahan bekas? Terhadap pertanyaan tersebut, salah seorang tutor di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango memberikan jawaban bahwa; “Adapun yang memotivasi tutor sehingga memiliki kreativitas untuk membuat alat permainan edukatif dari bahan bekas adalah agar memudahkan anak PAUD untuk beradabtasi dengan penggunaan bahan-bahan bekas yang ada di sekitar kehidupannya, serta pemanfaatan terhadap bahan-bahan bekas sebagai efisiensi anggaran pendidikan dan peningkatan keterampilan tutor. Di samping itu, melalui pemanfaatan alat permainan edukatif dari bahan bekas sebagai salah satu media pembelajaran, maka tutor akan semakin mudah menjelaskan materi pelajaran kepada anak PAUD dalam kegiatan pembelajaran, serta anak PAUD pun akan mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan tutor. Dengan demikian, maka prestasi belajar yang diharapkan oleh tutor terhadap anak PAUD akan menunjukkan hasil yang memuaska”. (W.HP./R.02-01-2013). Terkait
dengan
adanya
kreatif
tutor
dalam
membuat
dan
mengembangan alat permainan edukatif yang berasal dari bahan bekas, salah seorang informan mengatakan; “Kreativitas tutor dalam membuat dan mengembangan alat permainan edukatif yang berasal dari bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango ditunjukkan melalui; 1) pemanfaatan botol-botol bekas air mineral yang dibuat menjadi mobil-mobilan dan gelas minum, 2) pemanfaatan kardus bekas untuk dibuat menjadi pias-pias kata, angka, dan mencari jejak, 3) adanya kaleng bekas yang dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil untuk berlatih seni musik, melatih daya pendengaran, dan mengenalkan berbagai bunyi-bunyian kepada anak PAUD, dan
57
4) pemanfaatan pembungkus sabun cuci yang dibuat pola baju untuk pembelajaran menjahit, dan lain sebagainya”. (W.HC./R.02-01-2013). Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara menyajikan alat permainan edukatif dari bahan bekas kepada anak PAUD yang memiliki kemajemukan imajinasi dan intelegensi; Terhadap pertanyaan tersebut, salah seorang tutor di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango memberikan jawaban bahwa; “Untuk mengefektifkan cara menyajikan alat permainan edukatif dari bahan bekas kepada anak PAUD yang memiliki kemajemukan imajinasi dan intelegensi adalah bekerja sama dengan orang tua dan guru mitra untuk memberikan bimbingan secara intensif dan bersifat individual kepada anak PAUD, serta menetapkan alat permainan edukatif yang mudah dilakukan oleh anak PAUD dalam setiap aktivitas pembelajaran. (W.HP./R.02-01-2013). Selanjutnya, terkait dengan aktivitas anak PAUD selama proses pembelajaran, jika dibandingkan antara tutor yang menggunakan alat permainan edukatif dari bahan bekas dengan yang tidak, salah seorang informan menuturkan: “Jika tutor menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari bahan bekas, maka antusias anak PAUD selama proses pembelajaran sangat tinggi, materi yang diajarkan mudah dipahami oleh anak PAUD, interaksi antara tutor dan anak PAUD sangat rileks dan aktif, serta kegiatan belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya, jika tutor yang mengajar kemudian tidak menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari bahan bekas, maka motivasi belajar dari anak PAUD rendah, perhatian anak PAUD terkonsentrasi, anak PAUD pasif, dan pada akhirnya materi yang diajarkan sulit dipahami, serta kejenuhan untuk belajar sangat tinggi”. (W.FL./S.5-012013).
58
Sehubungan dengan apa yang disampaikan oleh informan tersebut di atas, salah seorang tutor di PAUD Menara Laut Desa Olele menambahkan; Upaya-upaya yang ingin dicapai oleh tutor dalam menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari bahan bekas di antaranya: 1. untuk menarik minat anak PAUD agar bisa belajar lebih baik 2. untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan anak PAUD dalam menerima materi yang diajarkan 3. untuk mempermudah tercapainya ketuntasan setiap indikator 4. untuk mempermudah pengaplikasian hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari 5. untuk meningkatkan hasil dan prestasi anak PAUD. (W.LA./S.07-012013). Melihat segi kemanfaatan penggunaan Alat Permainan Edukatif yang terbuat dari bahan bekas dalam pembelajaran, maka peneliti berasumsi bahwa seorang tutor di lembaga pendidikan PAUD hanya bisa sukses dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih yang ideal, jika ia memiliki keterampilan dan kemampuan mengelola media pembelajaran dalam bentuk alat permainan edukatif yang terbuat dari bahan bekas. Namun satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang tutor, bahwa tidak semua Alat Permainan Edukatif yang terbuat dari bahan
bekas
cocok
untuk
semua
materi.
Itulah
sebabnya
untuk
mengembangkan Alat Permainan Edukatif tersebut harus disesuaikan dengan materi pelajaran serta metode apa yang harus digunakan. Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang terbuat dari bahan bekas juga harus disesuaikan dengan tingkat imajinasi anak PAUD agar mereka bisa memahaminya. Sehingga dari hasil penggunaan Alat Permainan Edukatif yang terbuat dari
59
bahan bekas tersebut akan tumbuh sosok sumber daya manusia yang cerdas serta dapat mengaktualisasikan makna keilmuan yang telah dipelajarinya selama di bangku pendidikan. 4.1.3 Kendala-kendala yang Dihadapi Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif Menggunakan Bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango serta Solusi yang Dilakukan Untuk mengetahui kendala-kendala yang sangat krusial dihadapi oleh tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan sebagai berikut; Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango? Menurut ketua penyelenggara PAUD “Kendala-kendala yang dihadapi tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di antaranya; (1) masih sulitnya tutor membagi waktu untuk membuat alat-alat permainan yang berbeda pada setiap menyajikan materi pelajaran, dikarenakan terlalu sibuknya mengurus kebutuhan keluarga di rumah; (2) sering terjadi ketidaknyamanan para anak PAUD untuk menggunakan alat permainan dari bahan bekas. Misalnya bahan bekas yang digunakan sudah usang atau sering berserakan di tempat-tempat sampah di mana anak PAUD merasa jijik untuk menyentuhnya, akibatnya disaat bahan-bahan bekas itu dijadikan Alat Permainan Edukatif, anak PAUD merasa risih atau tidak bersemangat untuk menyentuhnya atau menggunakannya, dan bahkan sering lingkungan belajar akan menjadi seperti tempat tumpukan sampah; (3) sering menimbulkan sikap bosan kepada anak PAUD, yaitu jika media yang digunakan sering dilihat anak PAUD atau sudah diketahui anak PAUD”. (W.LA./S.08-01-2013).
60
Informan menambahkan, bahwa “Salah satu yang menjadi kendala bagi tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, adalah sering timbulnya kejenuhan para anak PAUD terhadap permainan yang digunakan, jika alat permainan yang disaksikan itu kurang baik atau ada alat permainannya di rumah yang jauh lebih menarik bagi anak PAUD dari apa yang ia saksikan saat itu. Dengan kondisi seperti ini, maka tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh terhadap motivasi belajar dari anak PAUD serta ketidaknyamanan situasi pembelajaran yang dikemas saat itu”. (W.HT./R.09-01-2013). Kendala lain yang dihadapi tutor terkait dengan mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, salah seorang informan menambahkan; “Waktu yang tersedia dalam kegiatan pembelajaran PAUD dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif dari bahan bekas sering tidak singkron dengan keadaan mental, fisik, imajinasi, dan keterampilan anak PAUD. Akibatnya, cakupan materi pelajaran yang terlalu luas dengan waktu belajar yang terlalu singkat membuat seluruh teknik permainan yang digunakan tidak terjamah secara utuh, dan kalaupun itu dilaksanakan keseluruhan maka yang terjadi adalah sifat tergesa-gesa atau tidak maksimal sesuai yang diharapkan”. (W.G./K.02-10-2013). Selain faktor anak PAUD dan kondisi belajar yang menjadi penghambat dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas sebagaimana penuturan ketiga infoman di atas, faktor lain yang tidak kala penting adalah ketersedian bahan bekas yang baik juga mampengaruhi
terjadinya
kemandekkan
pengelolaan
pembelajaran,
sebagaimana kutipan wawancara dengan para informan berikut ini;
61
“Adanya bahan-bahan bekas yang tidak steril atau dicurigai pernah menyatu dengan kotoran manusia dan hewan, maka bisa menimbulkan keengganan dari anak untuk menggunakannya atau menyentuhnya saat kegiatan berlangsung. Akibatnya, suasana belajar akan terlihat pasif dan motivasi belajar anak semakin rendah”. (W.RP./K.10-01-2013). Selanjutnya informan lain menambahkan: “Jenis permainan yang tidak sesuai dengan naluri atau jenis kelamin anak PAUD sering menjadi kendala tutor dalam kegiatan pembelajaran alat permainan edukatif. Misalnya alat permainan edukatif dari bahan bekas dalam bentuk mobil-mobilan atau senjata/pistol, dan kris, tentu saja jenis permainan seperti ini tidak diminati oleh semua anak perempuan, akibatnya anak perempuan kelihatan pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.” (W.HL./K.10-01-2013). Berdasarkan uraian di atas, maka kendala-kendala yang dihadapi tutor dalam mengembangkan alat permainan edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango meliputi kendala internal dan kendala eksternal. Adapun kendala internal yaitu kendala yang berasal dari diri anak itu sendiri seperti; kurangnya perhatian dan motivasi anak PAUD terhadap alat permainan yang digunakan, adanya kemajemukan tingkat imajinasi dan kemampuan anak untuk memahami materi yang diajarkan melalui alat permainan penggunaan bahan bekas, serta adanya perasaan risih atau jijik anak terhadap bahan-bahan bekas yang digunakan. Sedangkan kendala eksternal dapat berupa; keadaan bahan bekas yang kurang bersih, kumuh dan tidak layak digunakan untuk alat permainan serta adanya lingkungan belajar yang tidak kondusif. Berkenaan dengan kendala-kendala tersebut di atas, maka peneliti mengajukan pertanyaan; upaya apa saja yang dilakukan oleh tutor dalam dalam mengembangkan alat permainan edukatif menggunakan bahan bekas di
62
PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango? Terhadap pertanyaan tersebut, salah seorang informan memberikan jawaban; “Di antara upaya yang dapat dilakukan oleh tutor adalah; mengidentifikasi kesiapan belajar dari anak PAUD, alat permainan yang cocok bagi anak PAUD, serta lingkungan di mana kegiatan pembelajaran itu dilangsungkan. Atau dengan kata lain, sebelum menggunakan alat permainan edukatif dari bahan bekas, tutor sebaiknya memperhatikan lebih dahulu kondisi anak PAUD, mengelompokkan belajar mereka berdasarkan tingkat imajinasi dan kepribadian yang dimiliki, memilih bahan-bahan bekas yang disenangi anak PAUD untuk bisa dibuat alat permainan edukatif, serta memberi warna yang menarik pada setiap jenis permainan. Di samping itu, pemilihan tempat bermain anak PAUD harus bersifat fleksibel dan menyenangkan serta tidak terganggu dengan hal-hal negatif lainnya”. (W.LA./K.10-01-2013). Selanjutnya, kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh tutor dalam mengembangkan alat permainan edukatif menggunakan bahan bekas, menurut salah seorang informan adalah; “Perlunya kompetensi dan kreativitas para tutor dalam meramu seluruh kegiatan pembelajaran, sehingga jenis kegiatan permainan edukatif apapun yang dilakukan tutor bisa memberikan nilai atau manfaat ganda bagi anak PAUD, yaitu disamping anak PAUD termotivasi untuk belajar aktif dan kreatif mecapai prestasi yang baik, juga anak PAUD memiliki skill untuk membuat permainan sendiri dengan memanfaatkan bahan bekas yang ada di sekitar tempat tinggalnya berdasarkan contoh tutor”. (W.NG./K.10-01-2013). Dari hasil penuturan informan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa usaha yang perlu dilakukan untuk mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango adalah mengoptimalisasikan kreativitas
63
totur dalam membuat segala jenis alat permainan edukatif terutama yang berasal dari bahan bekas. Sebab dengan adanya tutor yang kreatif dan memiliki multi kompetensi dalam melaksanakan tugas pembelajaran, maka semua yang diharapkan dalam sistem pendidikan dapat terlaksana sesuai harapan. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa; 4.1.1 Kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango, dapat meningkatkan motivasi belajar anak, dapat menciptakan pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai media pembelajaran, serta dapat melakukan efisiensi anggaran pendidikan. Dengan demikian, para tutor di lembaga pendidikan PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango benarbenar memiliki kreativitas dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif menggunakan bahan bekas, sehingga apa yang menjadi harapan dan tujuan utama untuk menciptakan kualitas pendidikan anak akan tercapai dengan mudah. Pola belajar dengan permainan alat edukatif yang berasal dari bahan bekas, bukan saja dapat membantu para tutor untuk memudahkan menyiapkan media pembelajaran karena bahannya mudah didapat, akan tetapi dapat juga merangsang anak untuk bisa membuat sendiri sebagai alat permaiannya ketika berada di luar sekolah, serta mendidik anak agar
64
selalu mencintai lingkungan sekitar karena semua yang ada di atasnya bermanfaat bagi manusia. 4.1.2 Kendala-kendala yang dihadapi tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif bahan bekas di PAUD Menara Laut Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango di antaranya; masih sulitnya tutor membagi waktu untuk membuat Alat Permainan Edukatif, sering terjadi ketidaknyamanan para anak PAUD untuk menggunakan alat permainan dari bahan bekas, sering menimbulkan sikap bosan kepada anak PAUD, yaitu jika media yang digunakan sering dilihat anak PAUD atau sudah diketahui anak PAUD, adanya bahan-bahan bekas yang
tidak
steril
menimbulkan
keengganan
dari
anak
untuk
menggunakannya atau menyentuhnya saat kegiatan berlangsung. Terhadap kendala-kendala tersebut maka upaya yang telah dilakukan oleh tutor adalah; mengidentifikasi kesiapan belajar anak, menggunakan Alat Permainan yang dikembangkan cocok bagi anak PAUD, menciptakan kondisi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan, serta meningkatkan kreativitas para tutor dalam meramu seluruh kegiatan pembelajaran.
65