POLA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi di Desa Pelita Hijau, Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten Bone Bolango) Oleh Isnawati Dutie, Ridwan Ibrahim*, Rudi Harold** Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo1 Email :
[email protected] ABSTRAK ISNAWATI DUTIE. 2015. Pola Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ( Studi Kasus di Desa Pelita Hijau Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ridwan Ibrahim, S.Pd, M.Si dan Pembimbing II Rudi Harold, S.Th, M.Si. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango dengan mengambil satu objek penelitian yaitu Desa Pelita Hijau. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu program pemberdayaan masyarakat pada komunitas adat terpencil. Dengan Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan serta dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakaat komunitas Adat Terpencil (KAT) di Desa Pelita Hijau saat ini berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat. Ini dilihat dari partisipasi serta manfaat yang didapatkan oleh masyarakat dari pada program pemberdayaan tersebut, di mana warga KAT telah disediakan oleh pemerintah bantuan sosial berupa rumah, sarana dan prasarana, dan lain-lain yang saat ini sedang berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kata Kunci: pemberdayaan dan KAT
1
Isnawati Dutie, 281410122, Jurusan S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Ridwan Ibrahim S. Pd, M. Si, Rudi Harold S.Th. M.Si.
PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap manusia menginginkan perubahan dalam pembangunan, guna mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan baik, karena bagaimanapun keadaannya setiap manusia tidak ingin di pandang sebagai masyarakat yang terisolasi, jauh dari jangkauan dan kehidupan yang modern. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pelita Hijau. Desa ini merupakan salah satu desa yang di mana di dalamnya merupakan kumpulan masyarakat yang pernah terisolasi atau lebih di kenal dengan KAT. Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencil serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial,ekonomi, maupun politik (Keppres Nomor 111 Tahun 1999). Masyarakat ini dapat dikatakan masyarakat komunitas adat terpencil karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di desa Pelita Hijau ini pada awalnya bertempat tinggal di daerah pegunungan yang jauh dari jangkauan yang sama sekali belum tersentuh tangan pemerintah, jauh dari fasilitas memadai, dan juga jarak rumah antara yang satu dengan yang lainnya itu sangat berjauhan, oleh sebab itu masyarakat ini mengalami ketertinggalan akan adanya perubahan pembangunan di segala hal, namun dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dengan pemenuhan kebutuhan hidup semakin bertambah, serta dengan adanya peraturan pemerintah tentang otonomi daerah di mana setiap masyarakat di beri kebebasan untuk memekarkan suatu daerah dengan berpihak pada aturan-aturan yang ada. Maka Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. Yakni : Bagaimana pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat komunitas adat terpencil yang ada di Desa Pelita Hijau Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango.
KAJIAN PUSTAKA Komunitas Adat Terpencil Menurut Jim Ife, Komunitas adalah warga setempat yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas melalui kedalaman perhatian bersama atau oleh intraksi yang tinggi. Para anggota komuitas mempunyai kebutuhan bersama jika tidak ada kebutuhan bersama itu bukan suatu komunitas.2 Menurut Keppres No. 111 tahun 1999 menyebutkan bahwa masyarakat terpencil itu dengan istilah Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah kelompok orang yang hidup dalam kesatuan-kesatuan wilayah yang bersifat lokal dan terpencar serta 2
Lihat Ife Jime 1995. Comunity Devlopment : Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Pustaka Pelajar. Yogyakarta dalam Fredian Tonny Nadian. Pengembangan Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.2014. Halm. 1.
kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.3 Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 111 tahun 1999 telah diidentifikasi sejumlah ciri khas (karakteristik) dari warga KAT yang dirinci secara akademik sebagai berikut : 1) Berbentuk Komunitas Kecil, Tertutup dan homogen: KAT umumnya hidup dalam satu kesatuan suku yang sama, bersifat tertutup dan berada dalam kelompok kecil dengan tingkat dengan tingkat komunikasi yang terbatas dengan pihak luar. 2) Pranata sosialnya bertumpuk pada kekerabatan : kegiatan mereka seharihari masih didasarkan pada hubungan darah dan ikatan tali perkawinan. Pranata sosial yang ada meliputi pranata ekonomi, pranata kesehatan, pranata hukum, pranata agama, pranata kepercayaan, pranata politik, pranata pendidikan, pranata ilmu pengetahuan, pranata ruang dan waktu, pranata hubungan sosial, pranata kekerabatan. 3) Terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau : posisi geografis KAT umumnya berada di daerah pedalaman, hutan, pegunungan, perbukitan, laut, rawa, daerah pantai yang relative sulit dijangkau. Kesulitan ini diperkuat oleh terbatasnya sarana dan prasaran transportasi yang ada. 4) Masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem : aktivitas ekonomi warga KAT pada umumnya masih terbatas pada pemenuhan hidup sehari-hari bagi diri dan keluarga. 5) Peralatan teknologi sederhana : dalam hal ini upaya mendayagunakan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, baik dalam kegiatan bertani, berburu, meramu, dan aktifitas produksi lainnya, warga KAT umumnya masih menggunakan peralatan dan teknologi sederhana yang diwariskan secara turun temurun. 6) Ketergantungan kepada lingkungan dan sumber daya alam (SDA) relatif tinggi : hal ini ditandai dari kondisi kehidupan sehari-hari, baik fisik, mental, sosial, maupun spritual sangat bergantung pada lingkungan alam atau berbagai kejadian/gejala alam. 7) Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik : untuk memenuhi kebutuhan, warga KAT mengalami keterbatasan yang sangat memprihatinkan, karena sulit bagi mereka untuk menjangkau akses pelayan sosial, ekonomi, dan politik. Keterbatasan tersebut telah mempengaruhi keberadaan mereka sebagai suatu masyarakat yang bercirikan tingkat kualitas hidup yang relatif rendah dan tingkat aksebilitas fisik dan non fisik yang serba terbatas.4 3
Hartati Solekhah. 2012. Pedoman Sumber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil. Kemenrtian Sosial RI Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Dan Penamggulangan Kemiskinan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat terpencil. Jakarta. 2012. Halm. 9. 4 Hartati Solekhah. 2012. Ibid, Halm 22-23.
Dari karakteristik tersebut diatas, memperlihatkan bahwa warga KAT sebagai masyarakat yang mengalami keterbatasan aksesbilitas dan ketergantungan alam, namun juga mengalami terisoalasi fisik geografis dan terisolasi sosial budaya yang relatif berat. Pengertian Pemberdayaan KAT Pemberdayaan adalah Pemberian Kewenangan dan kepercayaan kepada masyarakat setempat untuk menentukan berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan mereka melalui upaya perlindungan, penguatan, pengembangan, konsultasi dan advokasi. Guna peningkatan taraf hidup kesejahteraan sosialnya.5 Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang ada di masyarakat itu sendiri. Potensi yang dimiliki oleh masyrakat tersebut perlu adanya pemberdayaan. Baik itu melalui program pendidikan, penyuluhan di berbagai aspek, program perbaikan perekonomian, dan lain-lain, yang mampu menjadikan masyarakat tersebut mampu mesejahterakana kehidupan dengan potensi yang mereka miliki. Pemberdayaan ini diharapkan memberikan peranan terhadap masyarakat bukan sebagai obyek tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup masyarakat KAT. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT) adalah pemberian kewenangan dan kepercayaan kepada KAT untik menentukan sendiri nasib dan berbagai bentuk program kegiatan pembangunan serta kebutuhan masyarakat KAT melalui upaya perlindungan, penguatan, pengembangan, konsultasi dan advokasi guna peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya. Dalam hal ini pemberdayaan KAT merupakan proses pembelajaran sosial dengan menghargai inisiatif dan kreativitas KAT terhadap kebutuhan dasar dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalanya sendiri. Dalam konteks pemberdayaan komunitas adat terpencil (PKAT) yang menjadi fokus perhatian adalah mereka yang berada di daerah terpencil baik secara biografis, sosial budaya, ekonomi,maupun politik kekhawatiran akibat dari keterpencilan tersebut menjadikan mereka terhambat perkembangannya dalam semua aspek kehidupan sebagai suatu masyarakat yang berdampak semakin teringgalnya mereka dari masyarakat lainnya yang telah mendapatkan akses sosial dasar. Pendekatan Pemberdayaan Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, ada lima aspek pemberdayaan yang dapat disingkat dengan 5p (Suharto, 1997: 218-219) yaitu :
5
Hartati Solekhah. 2012. Pedoman Sumber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil. Kementrian Sosial RI Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Dan Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta 2012. Halm 9.
1. pemungkinan ; menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. 2. Penguatan ; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka. 3. Perlindungan ; melindungi msyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok yang kuat, meghidari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apa lagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat yang kecil. 4. Penyongkongan ; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemeberdayaan harus mampu menyokonh masyarakat miskin agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan ; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.6 Dari pendekatan pemberdayaan diatas merupakan suatu upaya pembentukan pemberdayaan masyarakat agar merasa percaya diri dengan kemampuan yang masyarakat KAT miliki serta tersedianya sumber daya alam yang mendukung yang dari keseluruhan dapat merubah kehidupan masyarakat KAT Pelita Hijau kearah yang lebih baik. Strategi Pemberdayaan Pemberdayaan KAT dilaksanakan dengan mengacu pada strategi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang telah ditetapkan secara eksplisit dalam Keputusan Mentri Sosial RI Nomor:06/Peghuk/2002. tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT. Dalam Keputusan Mentri tersebut ditetapkan bahwa strategi pemberdayaan komunitas adat terpencil adalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung komunitas adat terpencil untuk dapat mengembangkan keterampilan dan
6
Edi Suharto, Ph.D. membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. PT. Refika Aditama. 2010. Halm.67-68.
kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan politik.7 Strategi pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat seringkali dilakukan atau melibatkan dua strategi utama, yakni pelatihan dan advokasi atau pembelaan masyarakat. Pelatihan dilakukan terutama untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat mengenai hak dan kewajibannya serta meningkatkan keterampilan keluarga dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Advokasi adalah bentuk keberpihakan masyarakat terhadap kehidupan yang diekspresikan melalui serangkaian tindakan politis yang dilakukan secara terorganisir untuk mentransformasikan hubungan-hubungan kekuasaan. Tujuan Advokasi adalah untuk mencapai perubahan kehidupan tertentu yang bermanfaat bagi penduduk masyarakat setempat. Advokasi yang efektif dilakukan sesuai dengan rencana strategis dan dalam kerangka waktu yang masuk akal. Menurut kieffer (1981) pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosialpolitik, dan kompetensi partisipasif (Suharto, 1997:2015). Parsons et.al. (1994:106) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada : Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upayaupaya kolektif dari orang-orang tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan (persons et.al., 1994:106). Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan seseorang berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan. Schuler, Hashemi dan riley mengembangkan ada 8 indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan (Suharto, 2004) seperti berikut : 1. kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, rumah ibadah. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian. 2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk memmbeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari; kebutuhan dirinya. Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri. 7
Hartati Solekhah. 2012.Ibid Halm. 12.
3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, Koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, pointinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin dari pasangannya; terlebih jika ia membeli barang dengan menggunaka uangnya sendiri. 4. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah. 5. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha. 6. Kesadaran politik dan hukum: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang DPR setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris. 7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah. 8. Jaminan ekonomi dan kontribusi keluarga: memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.8 Partisipasi Secara etimologi arti kata partisipasi berasal dari bahasa latin, pars artinya bagian dan capare berarti mengambil bagian atau dapat juga disebut peran serta atau keikutsertaan. Jadi partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan secara sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri (Supriyadi 2001 dalam Wibowo 2011). Dalam kamus sosiologi, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri (Mardikanto 2010). Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban
8
Edi Suharto, Ph.D. OP. Cit. Halm. 63-66.
yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki hidupnya. Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar (Nasdian 2006).9 Partisipasi disini sangat diperlukan bagi masyarakat pemberdayaan antara dari pihak pemerintah maupun pihak masyarakat keikutsertaan sangat diperlukan, demi terlaksanya pemberdayaan yang baik. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif, sebagaimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu. maksudnya menguraikan persoalan apa adanya sesuai dengan keadaan dan kenyataan sesungguhnya. Data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka. Metode penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan deskriftif, yaitu penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu. Misalnya penelitian ini menggambarkan distribusi umur, jumlah anggota keluarga, kebutuhan-kebutuhannya, dan karakteristik lainnya. Dan juga fasilistasnya adalah masyarakat. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah Desa Desa Pelita Hijau merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Asal mula terbentuknya Desa Pelita Hijau awalnya masih merupakan salah satu Dusun yang berada di Desa Bilingala Utara yang dimana pada saat itu dusun ini memiliki jarak yang jauh dari Kantor Desa Bilungala Utara, dengan jalan yang melewati hutan dan sungai, karena lokasi tempat tinggal masyarakat berada dipegunungan, dengan pekerjaan bercocok tanam dan jarak antara rumah satu dengan rumah yang lain itu memiliki jarak berjauhan. 9
httpswww.google.comsearchq=jurnal+partisipasi+lembaga+swadaya+terhadp+pemberdayaan+KA T&ie=utf-8&oe=utf-8.
Maka seiring dengan perkembangan zaman pemberlakuan Peraturan Pemerintah tentang Otonomi Daera, dimana masyarakat diberi kebebasan untuk memekarkan satu daerah dengan berpihak pada aturan-aturan yang ada. Berdasarkan hak-hak ini masyarakat menyatakan untuk berdiri sendiri memisahkan diri dari induk Desa Bilungala Utara, Dengan nama Desa Pelita Hijau artinya penerangan kehidupan sedang hijau, yang diambil dari latar belakang penghijauan yang kebetulan dulu Desa ini masih bergabung dengan Desa Bilungala Utara merupakan tempat pembibitan untuk Reboisasi yaitu penanaman kembali lahan yang sudah gundul. Dari latar belakang ini masyarakat ini memberi nama Desa Pelita Hijau. Dengan mengandalakan sumber daya alam yang menjajikan dan keinginan masyarakat berdiri sendiri maka pada tanggal 23 juli 2008 terbentuklah Desa Pelita Hijau yang langsung diresmikan saat itu oleh Bupati Bone Bolango Bapak Drs. Ismet Mile, MM sehingga sampai sekarang Desa Pelita Hijau berkembang pesat tumbuh sejajar dengan desa-desa lain yang ada di Kecamatan Bone Pantai. Keadaan Geografis a. Keadaaan Penduduk Secara administratif, Desa Pelita Hijau merupakan salah satu desa yang termaksud pada Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo. Desa ini didukung oleh kondisi tanah yang subur dan faktor alam yang menjajikan menjadi penentu untuk dapat meningkatkan produksi dalam sektor pertanian. Demikian ini batas-batas wilayah Desa Pelita Hijau Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Tulabolo Utara Kecamatan Suawawa Sebelah Timur berbatasan dengan Kemiri Kecamatan Bone Pantai Sebelah selatan berbatasan dengan Bilungala Utara Kecamatan Bone Pantai Sebelah barat berbatasan dengan Tunas Jaya Kecamatan Bone Pantai Desa ini dapat ditempuh dengan jarak sekitar 1 atau 2 jam dari kota Gorontalo, Berikut jarak dari pusat pemerintahan ke Desa Pelita Hijau : Tabel 2 Jarak Dari Pusat Pemerintahan NO INDIKATOR SUB INDIKATOR 1 Pemerintahan Kecamatan 3,5 Km 2 Pemerintahan Kabupaten 47 Km 3 Pemerintahan Provinsi 35 Km Sumber: data Desa Pelita Hijau Kec. Bone Pantai 2013 Terlihat dari tabel diatas bahwa jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan Bone Pantai ke Desa Pelita Hijau dapat di tempuh dengan 3,5 Km, kemudian dari Pemerintahan Kabupaten Bone Bolango itu dapat ditempuh dengna jarak 47 Km, sedangkan dari pusat pemerintahan Provinsi dapat ditempuh dengan jarak 35 Km.
Dari tabel diatas berarti menunjukan pusat pemerintahan yang paling jauh di tempuh masyarakat yaitu pusat pemerintahan Kabupaten yaitu 47 km. b. Demografi Desa Berdasrkan data demografi Desa Pelita Hijau pada tahun 2013 jumlah penduduk secara keseluruhan berjumlah 689 jiwa, dengan komposisi penduduk dapat dirinci berdasarkan jumlah yang ada pada masing-masing dusun yang terdiri dari 4 dusun.untuk lebih jelasnya berikut gamabaran komposisi penduduk Desa Pelita Hijau berdasarkan wilayah Dusun dan juga umur dapat dilihat tabel 3 dan tabel 4 sebagai berikut : Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun Tahun 2013 NO NAMA DUSUN JUMLAH PENDUDUK 1 Kayangan 242 Jiwa 2 Penghijauan 205 Jiwa 3 Lantato 145 Jiwa 4 Pooba 97 Jiwa Sumber : data Pelita Hijau Kec. Bone Pantai, 2013 Terlihat tabel diatas bahwa masyarakat Desa Pelita Hijau yang memiliki presentasi jumlah penduduk yang bayak itu pada masyarakat Dusun Kayangan dengan jumlah penduduk 242 jiwa sedangkan yang kedua pada Dusun Penghijauan berjumlah 205 jiwa, yang ketiga Dusun Lantato 145 jiwa dan yang keempat pada Dusun Pooba dengan jumlah penduduk 97 jiwa. Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur NO UMUR JUMLAH JIWA 1 0 – 12 Bulan 14 2 >1 - <5 tahun 81 3 5 – 7 tahun 51 4 7 - 15 tahun 133 5 >15 – 56 tahun 393 6 >56 tahun 47 Sumber : data Desa Pelita Hijau Kec. Bone Pantai, 2013 Jumlah penduduk umur pada tabel diatas menjelaskan bahwa umur dari 0 – 12 tahun sejumlah 14 jiwa, pada umur >1 - <5 tahun berjumlah 81 jiwa, sedangkan 5 – 7 tahun berjumlah 51 jiwa, 7 – 15 tahun berjumlah 133 jiwa, >15 – 56 tahun393 jiwa, dan >56 tahun berjumlah 47 jiwa. Berdasarkan tabel tersebut maka yang lebih banyak jumlah jiwa yaitu >15 – 56 tahun berjumlah 393 jiwa. Hasil Penelitian Dan Pembahasan a. Kehidupan KAT Sebelum Terbentuknya Desa Pelita Hijau
Kondisi kehidupan KAT sebelumnya sangat memprihatinkan dimana kehidupan mereka masih sangat primitif dan sulit dijangkau. Kehidupan terisolasi seperti inilah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan dengan dunia luar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka hanya bergantung pada alam sekitar seperti bercocok tanam, dapat dibayangkan betapa sulitnya mereka memperoleh peluang pelayanan sosial ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak dengan habitat mereka yang jauh dipedalaman dan terpencil. Kehidupan yang sulit karena keterpencilan dan jauh dari sumber pelayanan sosial inilah yang menyebabkan mereka sehari-hari sangat bergantung pada sumber daya alam sekitar dimana mereka bertempat tinggal. Keterbatasan ini sangat mendorong warga KAT mengalami keterbelakangan dan ketertinggalan yang membuat masyarakat KAT sulit mengalami perubahan. Untuk itu pemberdayaan diperlukan guna meningkatkan taraf hidup warga masyarakat KAT khususnya masyarakat KAT yang ada di desa Pelita Hijau, pemberdayaan saat ini merupakan cara yang paling popular untuk memecahkan masalah kemiskinan. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia. Pada umumnya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia berupa program pemberdayaan masyarakat terpencil yang sifatnya dapat membangun masyarakat kearah yang lebih baik demi kesejahteraan masyarakat setempat. b. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Tabel Program Pemberdayaan No 1
Program Pemberdayaan Pembangunan Rumah, Balai Desa, Pendidikan Taman KanakKanak (TK), Poskesdes, Masjid. 2 Pembangunan Jembatan 3 Pembangunan Transportasi Jalan 4 Pembangunan Tenaga Listrik (PLTS) Tabel Program pemberdayaaan KAT desa Pelita Hijau
Tahun 2007 2010 2012 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pembangunan rumah, balai desa, pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Poskesdes, Masjid, dan sarana lain-lain itu ada pada tahun 2007, sedangkan pada pembangunan jembatan yang telah terealisasi yaitu pada tahun 2010, dan ada juga pada pembangunan transportasi jalan telah terealisasi pada tahun 2012, sedangkan pada pembangunan tenaga listrik itu terealisasi pada tahun yang sama dengan pembangunan transportasi jalan pada tahun 2012. Ini menandakan jumlah program pemberdayaan yang baru terealisasi itu baru 4 (empat), dan telah digunakan oleh masyarakat KAT desa Pelita Hijau demi
melangsungkan kehidupan masyarakat setempat sehari hari dan masih memerlukan bantuan-bantuan yang lain. Dari tujuan pemberdayaan ini menunjukan masyarakat KAT desa Pelita Hijau telah memenuhi kebutuhan sosial dasar seperti: rumah, jembatan, Pelebaran Jalan, penerangan lampu tenaga surya (PLTS), serta sarana dan prasarana yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmani yang dari keseluruhannya program pemberdayaan ini dapat menunjang kehidupan KAT nanti untuk bersaing dengan desa-desa lain yang ada di Kecamatan Bonepantai, dengan ketertinggalan yang mereka miliki tidak sebagai penghambat untuk memajukan desa tersebut karena sebelumnya desa Pelita Hijau sebagai desa yang terpencil, sehingganya partisipasi dari dua pihak diperlukan baik partisipasi dari pemerintah maupun partisipasi dari masyarakat terhadap pemberdayaan. a. partisipasi pemerintah terhadap pemberdayaan Partisipasi dari pemerintah merupakan suatu dorongan kepada masyarakat untuk menentukan kehidupan mereka warga KAT yang sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang pemberdayaan KAT, dimana pemberdayaan KAT merupakan pemberian kewenangan terhadap masyarakat KAT dalam menentukan nasib masyarakat itu sendiri, Padahal pertumbuhan ekonomi nasional di wilayah perkotaan terus meningkat. Pemberdayaan pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian dan sekaligus pelaku utama pembangunan. Pendekatan pemberdayaan saat ini merupakan cara yang paling popular untuk memecahkan masalah kemiskinan. dengan melalui pendekatan pemberdayaan yakni pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyongkongan dan pemeliharaan yang bisa diharapkan dapat merubah keadaan warga KAT untuk diberdayakan. b. partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan kat Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan seseorang berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan kehidupan melalui partisipasi warga KAT terhadap pemberdayaan sangat diperlukan karena yang akan diberdayakan adalah masyarakat KAT itu sendiri bukan pihak lain karena pihak-pihak lain hanya mendampingi atau hanya sebagai penyedia, jadi peran penting warga KAT yang haruslah lebih diutamakan baik itu tingkat keagamaan, pendidikan, kesehatan, maupun perekonomian, tanpa peran masyarakat pemberdayaan tidak akan berjalan baik walaupun pemerintah ikut serta sebagai penyedia. Berikut beberapa partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan KAT misalnya bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan perekonomian. 1. Agama
Dengan dibangunnya sarana ibadah dan juga adanya kegiatan-kegiatan keagamaan masyarakat mulai paham dan mengerti dengan pentingnya agama yamg mereka miliki, sehubungan dengan keagamaan masyarakat KAT sepenuhnya beragama islam. Dengan dibangunkannya sarana ibadah masyarakat lebih mudah untuk datang ke masjid, tidak lagi datang ke desa sebelah (bilungala utara) hanya untuk beribadah karena di desa yang mereka tinggali sudah ada.
2. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang perlu dijaga karena tanpa tubuh yang sehat manusia tidak bisa beraktivitas dengan baik, berbicara tentang kesehatan masyarakat KAT di desa Pelita Hijau dulunya lebih memilih berobat secara tradisional bukan karena obat-obatan tradisional tetapi lebih percaya kepada hal-hal yang gaib atau musrik, Kebiasaan ini mereka yakini karena minimnya pengetahuan yang mereka miliki. Kepercayaan mengobati orang sakit dengan ajimatajimat yang mereka miliki, tanpa mereka ketahui penyakit apa yang mereka derita yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama islam. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan. Ini disebabkan oleh akses pendidikan yang sangat jauh, tidak adanya infrastruktur yang tidak tertata dengan baik, dan tidak ada fasilitas media lainnya yang menunjang kehidupan mereka melihat perkembangan diluar dari wilayah masyarakat KAT, Sifat awan yang mereka miliki membuat mereka hidup dalam satu keadaan yang serba tidak mengenal akan perkembangan hidup, yang kenyataannya hanya membawa keadaan ke yang tidak baik seperti musrik atau terlalu percaya dengan hal-hal yang bersifat terlalu gaib. Setelah adanya sarana medis yang memungkinkan untuk berobat seperti Poskesdes kepercayaan tentang hal-hal gaib mulai berkurang ini menandakan masyarakat sudah mulai memilih berobat kesarana medis meskipun tidak dipungkiri masih ada juga yang berobat di tempat dukun. kemauan masyarakat untuk berobat ada, meskipun masih dibarengi dengan Dukun Anak (hulango (panggilan dalam bahasa Gorontalo)), tetapi Pembangunan kesehatan dengan sarana medis ini terus dipacu keberhasilannya dengan terus mengupayakan penurunan angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian ibu (AKI). Ini menandakan partisipasi masyarakat terhadap pemberdayaan kesehatan ada, dengan adanya Poskesdes masyarakat datang ke Posyandu meskipun selalu dibarengi dengan kebiasaan mereka dulunya masih dengan adanya Dukun Anak (hulango) mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan yang mereka miliki. c. Pendidikan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam suatu daerah yang nantinya dibutukan pada masa pembangunan, maka salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya keasadaran dari pemerintah dalam pembangunan sarana pendidikan, dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, berbicara tentang pendidikan kemauan masyarakat akan pentingnya pemberdayaan sudah mulai terlihat ditandai dengan sudah mulai banyaknya
masyarakat untuk bersekolah, dan keasadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya itu mulai terbangun motivasi untuk menyekolahkan ananya. d. Perekonomian Dari data desa perekonomian di desa Pelita Hijau lebih di dominasi oleh sektor usaha pertanian. Perekonomian sangat diperlukan manusia demi kelangsungan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari, tinggal cara masyarakat sendiri yang memikirkan bagaimana mengolahnya sampai perekonomian selalu berkecukupan. Partisipasi masyarakat tentang pemberdayaan sangat berpengaruh perekonomian masyakat yang dulunya hanya bisa membantu suami berkebun sekarang merasa ada hasil usaha yang lain. Ini menandakan partisipasi masyarakat akan adanya program pemeberdayaan telah merubah kehidupan KAT kearah yang lebih baik. c. Kehidupan KAT Setelah Menjadi Desa Pelita Hijau Keadaan masyarakat telah mengalami perubahan dengan berbagai pemberdayaan yang ada dimasyarakat yang telah dibuat oleh pemerintah, yang dari keseluruhannya agar dapat menunjang kehidupan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan pemberdayaan yang ada, yang dimana bisa membawa masyarakat yang dulunya mengalami ketertinggalan dan keterisolasiannya bisa mengejar dan bersaing dengan masyarakat-masyarakat atau desa-desa yang lain yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini Program pemberdayaan masyarakat miskin pada KAT merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan yang terjadi selama ini. Upaya ini telah dilakukan sejak lama dan hingga saat ini masih menjadi fokus pemerintah dalam rangka mencapai tujuan negara seperti yang tercantum dalam UUD RI yaitu mensejahterakan kehidupan masyarakat. Melalui pemberdayaan ini, pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi terkait pemberdayaan komunitas adat terpencil, diantaranya, memberikan pelayanan ekonomi berupa pengadaan rumah, pengadaan makanan, pembinaan sosial yaitu dengan memberikan pelatihan keterampilan, serta pembangunan infrastruktur, aksebilitas, sarana pendidikan dan kesehatan, penyediaan sarana air bersih, dan lain sebagainya. Karena tujuan dari pada pemberdayaan ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan ekonomi (pemenuhan kebutuhan hidup), meningkatkan taraf kehidupan sosial masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan pemahaman terhadap berbagai bidang ilmu kehidupan. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada babbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan adanya program pemberdayaan kehidupan masyarakat KAT telah mengalami perubahan
2. Dengan adanya program pemberdayaan ini telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat KAT pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan yang di jalankan oleh pemerintah telah mampu merubah satu tatanan hidup yang sedikitnya sulit untuk di rubah, dikarenakan sifat awam yang mereka miliki, terlebih dengan sifat tertutup yang mereka miliki. 3. dengan adanya pemberdayaan-pemberdayaan baik itu dalam hal ekonomi, pembangunan sarana dan prasarana, maupun dalam hal pendidikan dan kesehatan telah mampu merubah pola pikir masyarakat KAT sebelumnya. 4. Pemberdayaan yang telah direalisasikan saat ini telah memberikan perubahanperubahan baik itu memiliki pengaruh yang positif terhadap masyarakat setempat degnan antusias masyarakat dalam berpartisipasi. Saran 1. Bagi kepala Desa Pelita Hijau agar kiranya dapat memperhatikan hal-hal yang seharusnya diperlukan masyarakat KAT 2. Untuk masyarakat KAT dengan adanya pemberdayaan diharapkan dapat mensejahterahkan warga masyaraka Desa Pelita Hijau 3. Bagi pemerintah dengan adanya pemberdayaan diharapkan membawa sisi positif bagi masyarakat KAT.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adi, Rianto. DR. Metode penelitian sosial dan hukum, edisi: 1. Jakarta : Granit 2004. Solekhah, Hartati. Pedoman Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil. Kementrian Sosial RI Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Dan Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta 2012. Ibrahim, Romin. Skripsi Dinamika Komunitas Adat Terpencil, Universitas Negri Gorontalo, Gorntalo,2013. Nasdian, Fredian Tonny.2014. Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta, 2014. Suharto, Edi. Ph.D. 2010. membangun masyarakat memberdayakan rakyat. Edisi ke empat, PT Reflika Aditma, Bandung,
Dr. Soehartono,Irawan. Metode penelitian sosial. edisi:7. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Juli 2008. Soekanto, Suryono, 1982, sosiologi suatu pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994.
B. Internet Fadly, M Mohammad. 2012. Implementasi Kebijakanpemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kecamatan Bua Ponrang Kabupaten Luwu. Makassar.(https://www.google.com/search?q=implementasi+kebijakan+pemberdayaa n+komunitas+adat+terpencil+kabupaten+Bua&oq=implementasi+kebijakan+pember dayaan+komunitas+adat+terpencil+kabupaten+Bua&aqs=chrome..69i57.45257j0j7& sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8) http://www.puskurbuk.net. Model_PLK_Adat Terpencil.pdf. http://www.academia.edu/3238730/Penanggulangan_Kemiskinan_Melalui_Program_ Pemberdayaan_Komunitas Adat Terpencil. http://www.docstoc.com/docs/112755134/POLA-PEMBERDAYAAN-PEMUDADENGAN-PELATIHAN Ramdani, Dr. Taufik M.Sos. Perubahan Sosial Pada Komunitas Adat Terpencil: Studi Kasus Dampak Inovasi Listrik Pada Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Sumbawa. 2014.( http://yayasanpendidikanmandanisumbawa.blongspot.com). httpswww.google.comsearchq=jurnal+partisipasi+lembaga+swadaya+terhadp+pembe rdayaan+KAT&ie=utf-8&oe=utf-8.