“DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN PASIR DI DESA AYULA TILANGO KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO” Iwan, Dr . Nawir Sune, M.Si *, Daud Yusuf, S.Kom, M.Si ** Jurusan Fisika, Program Studi Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan dampak penambangan pasir terhadap lingkungan fisik dan ekonomi masyarakat. di Desa Ayula Tilango. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan buku catatan lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Informan yang diporoleh yaitu aparatur desa, dinas pertambangan terkait, penambang, petani dan tokoh masyarakat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lingkar tambang disisi lain justru berdampak negatif terhadap lingkungan fisik diantaranya terciptanya lapangan pekejaan dan peluang berusaha telah meningkat pendapatan penduduk namun disisi lain perubahan dasar sungai dan terjadinya erosi tebing sungai justru merugikan bagi masyarakat petani di pinggiran sungai serta membuat sungai tidak dapat difungsikan lagi sesuai peruntukannya. Kata Kunci: Dampak Aktivitas Penambangan Pasir di Desa Ayula Tilango. I. PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan saat ini telah menjadi isu global dan menjadi perhatian para peneliti maupun para pengambil keputusan. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yaitu meliputi tindakan pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. Kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai eksploitasi dan pemanfaatannya mempunyai dampak terhadap lingkungan yang bersifat menguntungkan/positif yang ditimbulkan antara lain tersedianya aneka ragam kebutuhan manusia yang berasal dari sumberdaya mineral, meningkatnya pendapatan negara. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah yang sering menjadi lokasi penambangan pasir. Sungai Bolango terletak di Kabupaten Bone Bolango melewati tiga Kecamatan yaitu Tapa, Bulango, dan Tilong Kabila, disepanjang aliran Sungai Bolango sangat banyak ditemukan pengerukan pasir baik secara tradisional maupun
1
menggunakan alat-alat yang moderen. Desa Ayula Tilango sebagai salah satu desa di bagian Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam tambang jenis bahan galian golongan C dengan tekstur tanah pertanian. Adanya aktivitas pertambangan di daerah tersebut mengakibatkan perubahan kondisi struktur ekonomi yang pada awalnya bergerak disektor pertanian menjadi non pertanian. II. LANDASAN TEORI Sungai dan Fungsinya Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum. Dalam pasal 1 Peraturan pemerintah Nomor: 20 tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, bahwa yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pertambangan Industri pertambangan adalah suatu industri di mana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia (Noor, 2006: 86). Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang di tunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual. Di Indonesia, segala bentuk kegiatan
industri pada sektor pertambangan
diharapkan mampu menyumbang pada peningkatan ekonomi dan pembangunan negara. Kegiatan eksploitasi oleh industri pertambangan terus dilakukan demi pengejaran pembangunan melalui penghasilan devisa negara. Hal ini dilakukan seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan sumberdaya alam mineral akibat meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
2
Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Dalam Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dampak diartikan sebagai pengaruh perubahan pola lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisika maupun biologi Pengolahan sumber daya mineral dalam rangka memenuhi kebutuhuan hidup manusia tidak harus menimbulkan dampak lingkungan baik berupa pencemaran dan degradasi lingkungan di mana sumberdaya tersebut dimanfaatkan. Lubanglubang bekas penambangan serta pembekuan lapisan tanah yang subur pada saat penambangan dapat mengakibatkan daerah yang semula subur menjadi daerah yang menjadi tandus dan akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk kembali kedalam kondisi yang semula. Dampak Pembangunan Di Bidang Pertambangan Menurut Salim (2007) dalam Sulton (2011) setiap kegiatan pembangunan dibidang pertambangan pasti menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan pembangunan dibidang pertambangan yaitu: memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang, meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang, meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang, meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang. Sedangkan dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan yaitu: kehancuran lingkungan hidup, penderitaan masyarakat adat, menurunnya kualitas hidup penduduk lokal, meningkatnya kekerasan terhadap perempuan, kehancuran ekologi pulau-pulau, dan terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan. Meningkatnya kebutuhan sumberdaya mineral di dunia telah memacu kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral serta untuk mendapatkan lokasi-lokasi sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari meningkatnya eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral harus diikuti dengan usaha-usaha dalam pencegahan terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral tersebut (Noor, 2006: 84). Dampak dari kegiatan pertambangan terhadap lingkungan hidup adalah: penurunan produktivitas tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, penurunan muka air tanah, pencemaran air, terganggunya flora dan fauna, terjadi perubahan topografi, terjadi perubahan penutupan lahan, terganggunya kesehatan dan keamanan penduduk (Lihawa, 2011: 49). 3
III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ayula Tilango, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo yaitu di daerah sekitar wilayah penambangan pasir. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ketua Bidang Pertambangan, Ketua Badan Permusyaratan Desa (BPD), Kepala Desa, 2 (dua) orang petani yang memiliki lahan di sekitar daerah penambangan, 4 (empat) orang warga yang berprofesi sebagai penambang pasir serta dua tokoh masyarakat lainnya yang dianggap memiliki pengetahuan/ pengalaman mengenai dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan pasir. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada informan yang telah ditentukan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian dan verifikasi data. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara umum keadaan Desa Ayula Tilango adalah merupakan daerah dataran rendah dan berada di daerah pesisir sungai dengan luas 36.277 ha/362.770 m² memiliki iklim sebagaimana iklim di desa desa lain di wilayah Propinsi Gorontalo memiliki iklim kemarau dan iklim penghujan, iklim kemarau biasanya mulai pada Bulan September sampai dengan Bulan Maret tahun berikutnya,sedangkan iklim penghujan dimulai dari Bulan April sampai dengan Bulan Agustus. Desa Ayula Tilango terletak di Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo dan terdiri dari 3 dusun letaknya berada di antara 0,19'- 1,15' LU dan 121,23'123,43' BT dan merupakan dataran rendah yang mempunyai luas 36,277ha/ 362,770 m2 dengan batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Ayula Selatan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bulotadaa Barat Kota Gorontalo, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pilohayanga Kecamatan Telaga Kabupaten. Gorontalo, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sejahtera. Gambaran Kegiatan Pertambangan di Desa Ayula Tilango Kegiatan penambangan pasir di Desa Ayula Tilango pada dasarnya dimulai sekitar tahun 1990 dengan menggunakan alat-alat sederhana dan pada tahun 2000 ke atas mulailah digerakan 4
tenaga-tenaga mesin untuk melakukan pengerukan pasir hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Desa Ayula Tilango, mengatakan bahwa: “Penambangan pasir di desa Ayula sudah dimulai sekitar tahun 1990 dan pada saat itu jumlah orang yang bekerja masih sangat sedikit nanti pada sekitar tahun 2000 ke atas barulah ada penambangan pasir yang menggunakan mesin penyedot sehingga jumlah tenaga kerjapun dipenambangan semakin banyak”(30 mei 2013) Aktivitas Penambangan Masyarakat Desa Ayula Tilango Jenis penambangan yang ada di Desa Ayula Tilango cukup bervariasi ada yang menambang pasir secara manual dan ada yang menambang dengan menggunakan mesin penyedot maupun excavator. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Frans Rauf selaku ketua BPD di Desa Ayula Tilango, beliau mengatakan: “ Selama ini belum pernah ada keluhan masyarakat bagi para penambang manual tapi untuk para penambang mesin penyedot dan excavator telah banyak laporan dari warga agar segera dihentikan pengoprasiannya, karena para warga menganggap penyebab runtuhnya tanah perkebunan mereka adalah akibat dari penambangan pasir jenis mesin dan excavator”(27 mei 2013). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha penambangan pasir yang ada di Desa Ayula Tilango terdiri atas usaha dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian. 2. Usaha eksploitasi adalah usaha pengerukan/ pengambilan pasir di sungai
dengan cara
manual maupun mesin yang kemudian diangkat ke daratan dengan guna menghasilkan bahan galian. 3. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pemisahan bahan galian batuan untuk jenis kerikil dan pasir dengan menggunakan ayakan pasir guna mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian. 4. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/pemurnian. 5. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian.
5
Dampak Aktivitas Penambangan Pasir Terhadap Lingkungan Fisik. Kajian dampak aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango ditemukan adanya dampak negatif terhadap lingkungan fisik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan aktivitas penambangan pasir dengan menggunakan mesin penyedot dan excavator memiliki dampak yang lebih besar terhadap perubahan lingkungan fisik daripada dengan aktivitas penambangan pasir secara tradisional/sederhana. Tabel 1 : Perberdaan Hasil Dan Kondisi Sungai Pada Setiap Jenis Kegiatan Pertambangan Indikator Manual Mesin penyedot Excavator Hasil produksi 2 s/d 3 kubik/hari 20 s/d 30 80 s/d 100 kubik/hari bahan kubik/hari galian/hari Kedalaman ±0,5 s/d 1 meter ±2 s/d 3 meter ±8 s/d 10 meter galian (m) Luas galian (m²) ±2 x 2 m² Tidak menentu ±10 x10 m² per titik galian Jenis butiran Pasir dan kerikil Pasir dan kerikil Semua material yang ada di yang terangkat dasar sungai Dari Tabel 1 menunjukkan tingkat kedalaman galian maupun luas galian excavator memiliki nilai yang lebih besar dari pada untuk jenis penambangan manual hal ini terjadi karena, hasil produksi material jenis penambangan dengan menggunakan excavator dan mesin penyedot lebih tinggi daripada kegiatan penambangan secara tradisional. Hasil produksi tersebut ternyata berbanding lurus terhadap terjadinya perubahan dasar sungai dan terjadinya erosi tebing. Penambangan mempengaruhi kesetimbangan sungai yang menyebabkan terjadinya angkutan sedimen yang besar. Angkutan sedimen pada dasar akan menyebabkan penurunan dasar sungai sehingga berdampak pada stabilitas tebing sungai. Jika stabilitas sungai semakin lemah, maka dapat mengakibatkan kelongsoran tebing. Kelongsoran tebing ini akan mempengaruhi morfologi Sungai Bolango, yang menyebabkan sungai semakin lebar dan dalam. Kenyataan yang terjadi di lapangan kehadiran model penambangan mesin dan excavator telah menciptakan lubang penampungan pasir yang begitu besar sehingga angkutan sedimen dari atas ke bawah yang dibawa oleh air terjadi dalam skala besar untuk mengisi lubang tersebut 6
artinya semakin besar lubang galian maka material yang dibutuhkan untuk mengisi lubang tersebut juga semakin banyak pula. Apalagi tingkat kedalaman galian excavator melebihi batas ketebalan material yang hanya berkisar 3 (tiga) meter saja sehingga menyebabkan turunnya permukaan dasar sungai yang menyebabkan stabilitas tebing semakin lemah. Selain daripada itu keberadaan galian excavator telah ikut mempengaruhi kondisi sungai yang berada di bagian bawah di mana jumlah material pasir yang terbawa oleh arus sungai sudah sangat sedikit karena terhambat oleh galian tersebut, kecuali butiran sedimen yang berukuran lebih kecil yang bergerak di atas dasar sungai secara melayang karena dipengaruhi turbulensi aliran. Akibatnya dasar sungai yang berada di bagian bawah lebih banyak mengandung butiran-butiran pasir halus. Hal ini telah menyebabkan air sungai menjadi keruh karena aliran sungai memiliki suatu kapasitas angkut tertentu yang selalu harus dipenuhi oleh material berbutir berupa sedimen. Sebelum adanya aktivitas pertambangan pasir, Sungai Bolango yang melewati Desa Ayula Tilango dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi, mandi dan mencuci pakaian. Setelah adanya aktivitas pertambangan membuat dasar sungai semakin dalam dan air sungai menjadi keruh. Tabel 2 : Perbandingan Kondisi Fisik Sungai Bolango Sebelum Dan Sesudah Adanya Aktivitas Pertambangan
Parameter/ Indikator
Kedalaman air
Material dasar sungai
Kandungan pasir
Deskripsi kondisi fisik sebelum dan sesudah adanya penambangan pasir Sebelum Tinggi air hanya berkisar antara 0, 2 m s/d 1 m tempat terdalam Batu dan kerikil yang paling banyak dan sebahagiannya juga terdapat pasir. Masih sangat melimpah, semua titik masih terdapat material pasir dan kerikil dan jika ditambang secara manual bisa mendapatkan pasir & kerikil antara 2 s/d 3 kubik/hari/orang 7
Sesudah Tinggi air berkisar antara 0,8 s/d ± 6 meter tempat terdalam Tanah dan pasir halus paling banyak dan sebahagian juga terdapat kerikil.
Sudah berkurang, sebahagian dasar sungai sudah tidak terdapat pasir maupun material lainnya dan jika di tambang secara manual hanya bisa memperoleh pasir & kerikil antara 1 s/d 1,5 kubik/hari/orang
Parameter/ Indikator
Deskripsi kondisi fisik sebelum dan sesudah adanya penambangan pasir
Sebelum Sesudah Tingkat kerataan Tidak terdapat kolam- Terdapat kolam-kolam air maupun dasar sungai kolam air maupun lubang-lubang baik di dasar maupun lubang-lubang baik di dipinggiran sungai. dasar maupun dipinggiran sungai. Pola aliran sungai
arus Kecepatan aliran sungai Kecepatan aliran sungai berada pada berada di bagian tengah- bagian belokan sungai sebelah luar. tengah sungai.
Lebar sungai
Sungai terlihat sangat lebar, berkisar antara 40 m, 50 m, 60 m dan 70 m. pada Kerikil dan pasir
Sungai terilihat menyempit yaitu cuman berkisar antara 30 m, 20 m dan 10 m. Tanah berlempung dan tanah liat
tebing Ketinggian tebing sungai berkisar antara 1 s/d 2 meter dengan tingkat kemiringan landai s/d agak curam sehingga lebih mudah untuk turun ke sungai.
Ketinggian tebing sungai berkisar antara 2 s/d 5 meter dengan tingkat kemiringan agak curam sampai sangat curam sehingga lebih sulit untuk turun ke sungai.
Jenis tanah tebing sungai Ketinggian sungai
Dari Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan kondisi sungai sebelum dan sesudah adanya pertambangan. Perbedaan tersebut terlihat pada semua indikator yaitu: tingkat kedalaman air, material dasar sungai, kandungan pasir, tingkat kerataan dasar sungai, pola aliran arus sungai, lebar sungai, jenis tanah pada tebing sungai, serta ketinggian tebing sungai. Perubahan dasar sungai ditunjukan pada indikator: tingkat kedalaman air, material dasar sungai, kandungan pasir dan tingkat kerataan dasar sungai. Sedangkan erosi tebing ditunjukan pada indikator: pola aliran arus sungai, lebar sungai, jenis tanah pada tebing sungai, serta ketinggian tebing sungai.
8
Dampak Aktivitas Penambangan Pasir Terhadap Ekonomi Masyarakat. Pengetahuan masyarakat secara umum tentang kegiatan penambangan pasir bahwa mereka dapat menerima penambangan pasir karena merupakan mata pencaharian atau pekerjaan bagi masyarakat penambang. Mereka melihat bahwa penambangan pasir memberikan manfaat sebagai pekerjaan pokok atau pekerjaan sampingan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan tersebut memberikan hasil setiap hari bagi penambang pasir guna memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Seperti yang terjadi di Desa Ayula Tilango, di mana setelah adanya penambangan banyak kemudian warga yang lebih memilih untuk menambang dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya dengan pendapatan yang lebih baik. Berdasarkan hasil kajian ditemukan bahwa keberadaan penambangan pasir di Desa Ayula Tilango membawa dampak positif dibidang ekonomi diantaranya dapat meningkatkan pendapatan penduduk khususnya para penambang pasir yang sebelumnya bekerja sebagai petani dan buruh bangunan, dimana jumlah pendapatan meningkat berkisar 50-100% dari pendapatan sebelumnya. Perubahan ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Idi sebagai penambang pasir manual, mengatakan bahwa: “ Sebelum adanya penambangan saya bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan ±Rp 1.000.000 setelah saya bekerja menambang pasir penghasilan saya ±Rp 2.000.000 perbulan” (26 mei 2013) Setiap harinya penambang manual ini dapat mengumpulkan pasir sebanyak 2 s/d 3 kubik tergantung dari kondisi pasir yang ada, pada saat air naik pasir sungai dari atas akan turun ke bawah sehingga untuk mendapatkan pasir lebih mudah. Harga bahan galian batuan untuk jenis pasir yaitu Rp 50.000 per kubik sedangkan untuk kerikil yaitu Rp 70.000 per kubik. Berbeda untuk para penambang mesin penyedot dan excavator, pendapatan mereka jauh lebih besar dari pada penambang manual karena jumlah pasir yang diporoleh setiap harinya sebanyak puluhan s/d ratusan kubik.
9
Tabel 3 : Perberdaan Pendapatan Dan Tenaga Kerja Pada Setiap Jenis Kegiatan Pertambangan Indikator Jumlah
Manual
Mesin penyedot
Excavator
tenaga 1-2 orang untuk 3 orang untuk satu 3
kerja
satu perahu
Pendapatan
Berdasarkan hasil Upah
tenaga kerja
produksi galian
mesin
untuk
satu
unit
excavator perminggu Upah harian berkisar antara
bahan berkisar dengan 1.000.000
harga 50.000/ kbk.
orang
antara 150.000 s/d 200.000/orang s/d
1.500.000/orang.
Hal ini menunjukan bahwa penambangan secara tradisional lebih banyak menyerap tenaga kerja dari pada model penambangan yang menggunakan mesin dan excavator. Selain dari perbedaan jumlah tenaga kerja, juga terjadi pada perbedaan jumlah pendapatan yang didapatkan setiap harinya. Perbedaan tersebut sangat jauh berbeda sehingga terjadi kesenjangan pendapatan antara penambang tradisional dengan penambang mesin maupun excavator. Dari 24 orang warga Desa Ayula Tilango ditemukan bekerja di lokasi pertambangan 4 orang bukan merupakan warga desa setempat. Ini artinya dengan adanya penambangan tersebut memberikan kesempatan kerja yang lebih besar bagi para penduduk setempat dari pada penduduk dari luar desa tersebut. Selain faktor adanya penyerapan tenaga kerja lokal yang bekerja dipertambangan, peningkatan penghasilan per bulan yang diterima oleh masyarakat disebabkan pula oleh adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada di sekitar aktivitas pertambangan. Warung sembako, warung makan, pembuatan batako merupakan 3 peluang usaha yang paling nampak. Kemunculan usaha-usaha ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan penduduk yang berkorelasi positif dengan tingkat pengeluaran perbulan masyarakat setempat. Hal ini seperti yang diungkapkan bapak Frans Rauf selaku ketua BPD, mengatakan bahwa: “Banyak usaha yang kemudian muncul setelah adanya penambangan yaitu warung makan, sembako, usaha pembuatan batako dll, ini terjadi karena tingkat ekonomi penduduk sudak semakin baik”(27 mei 2013). Dengan adanya penambangan bahan galin batuan di Desa Ayula Tilango bukan hanya dapat meningkatkan ekonomi warga desa lingkar tambang tetapi juga merupakan sumber pendapatan pajak daerah setempat. Pajak bahan galian batuan jenis pasir sebesar Rp 4.300 per kubik sedangkan untuk jenis kerikil dan sirtu sebesar Rp 5.000 per kubik. Sebagaimana yang 10
diungkapkan Bapak Hairil selaku Kepala Bidang Pertambangan di Kabupaten Bone Bolango, mengatakan bahwa. “ Ada tiga jenis bahan galian batuan yaitu pasir, kerikil dan sirtu, untuk bahan galian batuan jenis pasir dikenakan pajak sebesar Rp 4.300 sedangkan untuk jenis kerikil dan sirtu yaitu Rp 5.000” (28 mei 2013). Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral disektor pertambangan dan penggalian belum dapat dirasakan manfaatnya, karena yang melakukan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan tanpa izin (PETI). Sektor ini merupakan penyumbang terkecil kedua dalam PDRB kabupaten Bone Bolango. Nilai PDRB sektor pertambangan dan barang galian hanya sebesar 6.746 juta rupiah atau hanya sebesar 0,79 persen dari total jumlah nilai PDRB (atas dasar harga berlaku). Walaupun Kabupaten Bone Bolango kaya akan hasil tambang dan sejak dahulu telah ditambang secara tradisional oleh masyarakat, belum adanya Perda tentang setoran pertambangan tradisional ke kas daerah menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya perolehan dari sektor pertambangan.
V.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai simpulan sebagai berikut : 1. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak negatif terhadap perubahan dasar sungai yang menjadi lebih dalam dan berlubang karena hilangnya materialmaterial bahan galian yang ada di dasar sungai dan pada saat musim panas akan terbentuk kolam-kolam air disepanjang sungai. 2. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak negatif terhadap terjadinya erosi tebing sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian yang dimiliki penduduk bahkan mengancam runtuhnya tanah perkuburan dan rumah-rumah penduduk yang berada disekitar areal penambangan. 3. Aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
setempat, yaitu meningkatkan
pendapatan
masyarakat,
memberikan peluang kerja dan peluang usaha serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah disektor pertambangan.
11
Rekomendasi Berdasarkan permasalahan dan pembahasan di atas mengenai dampak aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango maka rekomendasi yang diajukan dalam rangka pengendalian kerusakan lingkungan adalah sebagai berikut: 1. Rekomendasi bagi pemerintah daerah Mengingat pentingnya lingkungan bagi kehidupan umat manusia, diharapkan pemerintah daerah lebih bijaksana dalam pemberian izin usaha penambangan serta memberikan sangsi yang tegas pada kegiatan penambangan tanpa izin, sehingga tidak terjadi eksploitasi secara berlebihan yang akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan diperoleh pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya yang terbatas. 2. Rekomendasi bagi Dinas Pertambangan dan Kehutanan Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan pasir di Desa Ayula Tilango, diperlukan adanya upaya-upaya pembuatan faktor pembatas berupa tanggul serta pemasangan bronjong. Dengan demikian maka ruang aktivitas penambangan pasir dapat dibatasi dan kerusakan lingkungan berupa erosi tebing sungai dapat dinimalisir. 3. Rekomendasi bagi para penambang Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan secara berlebihan atau kurang bijaksana akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan azas-azas pelestarian lingkungan hidup sehingga sumberdaya yang tersedia bisa dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama dan berkelanjutan. 4. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya Dari beberapa dampak aktivitas penambangan pasir di Desa Ayula Tilango yang dipaparkan di atas maka tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dengan adanya aktivitas penambangan pasir seperti: dampak terhadap sosial masyarakat, kesehatan, kerusakan jalan, penurunan kualitas dan kuantitas air, perubahan morfologi sungai, serta fenomena aliran sungai yang sering berpindah-pindah, dari berbagai masalah tersebut dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan cara dan metode yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
12
Daftar Pustaka Aristi swary, Mudjiatko, Rinaldi. 2012. Pengaruh Pola Aliran Terhadap Perubahan Morfologi Sungai. Studi Kasus Sungai Kampar Segmen Rantau Berangin – Kota Bangkinang. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Budimanta, A. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumberdaya Alam Studi Kasus Penambangan Timah di Bangka. Jakarta: Indonesia center for sustainable development. Kiki, Reski. 2012. Dampak Pertambangan pasir Pada Lingkungan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Desa Pancanegara Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang. (Skripsi) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Lihawa, Fitryane. 2011. Konservasi dan Reklamasi Lahan. Gorontalo: Reviva Cendekia Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sulton, Ali. 2011. Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. (Skripsi) Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Totok, Suharto.2007.dampak-penambangan-pasir-dan-batu. internet http:// blogspot.com/.../dampak-penambangan-pasir-dan-batu di akses pada hari selasa,05 maret 2013 pukul 18:00 https://google.com/search=dampak+penambangan+bahan+galian+golongan. hmlt diakses pada selasa 05 maret 2013 pukul 18:00
13