ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN CABAI RAWIT DI DESA BUTU KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS THAT INFLUENCE SUPPLY IN RURAL BUTU Cayenne DISTRICT District Tilongkabila Bone Bolango Falun Atilu1), Supriyo Imran2), Amelia Murtisari3)
ABSTRACT This study aims to analyze the influence of cayenne price, the price of seed, and the number of merchants, to supply chili sauce and the factors that most influence the supply of cayenne. Implemented in April - June 2013. Kind of research method used was a survey. The data used are primary data and secondary data, primary data obtained 25 samples of farmers and secondary data obtained from the office village, and CPM Bone Bolango. Sampling method used is saturated sampling, data collection namely METHOD interview. The technical analysis of the data used is multiple regression analysis Results of the research showed that simultaneous price cayenne, seed prices, and highly significant number of merchants offering chili sauce (with a .000 sig value). But price is only partially cayenne and seed prices are highly significant to supply chili sauce (with the sig as big as 0.008 and 0.003). While the number of traders had no significant effect on the supply chili sauce (with the big sig .133). Keywords: supply, price, number of merchants, chili sauce
Ket: ** 1) 2) 3)
: Skripsi Mahasiswa Jurusan Agribisnis : Mahasiswa : Pembimbing Utama : Anggota Pembimbing
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang, terhadap penawaran cabai rawit dan faktor yang paling mempengaruhi penawaran cabai rawit. Dilaksanakan pada bulan April – Juni tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, data primer yang diperoleh 25 petani sampel dan data sekunder diperoleh dari kantor Desa, dan BPS Bone Bolango. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, tehnik pengumpulan data yaitu wawancara. Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang berpengaruh sangat nyata terhadap penawaran cabai rawit (dengan nilai sig 0,000a). Namun secara parsial hanya harga cabai rawit dan harga bibit yang berpengaruh sangat nyata terhadap penawaran cabai rawit ( dengan nilai sig sebesar 0,008 dan 0,003 ). Sedangkan jumlah pedagang berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran cabai rawit ( dengan nilai sig sebesar 0,133). Kata kunci : Penawaran, harga, jumlah pedagang , cabai rawit
PENDAHULUAN Pertanian merupakan satu kata yang sudah tidak asing lagi dalam dunia perekonomian. Hal ini di sebabkan karena pertanian merupakan salah satu faktor penting pendorong perekonomian Nasional. Selain itu juga pertanian merupakan salah satu sektor terbesar dimana penduduknya sebagian besar berkecimpung dalam sektor pertanian. Pertanian di Provinsi Gorontalo merupakan sektor utama yang telah di kembangkan. Dilihat dari pembentukanya sebagai Provinsi Gorontalo tergolong salah satu Provinsi paling muda di Indonesia. Sebagai bagian dari wilayah Indonesia, Provinsi Gorontalo yang sebagian besar mempunyai topografi datar sampai landai sangat sesuai untuk dijadikan tempat pembudidayaan tanaman pertanian. Dalam upaya meningkatkan sektor pertanian, Provinsi Gorontalo mengembangkan konsep agropolitan untuk membangun pertanian sesuai dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang pada umumnya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani yang merupakan prioritas utama dalam pengembangan dan peningkatan kesehjahteraan ekonomi para petani. Untuk memenuhi produksi perlu mengoptimalkan sumberdaya lahan, seperti di daerah terutama Di Kabupaten Bone Bolango yang sebagian besar berstatus lahan tidur. Dalam penggunanaan Lahan berkaitan dengan tujuan peningkatan produksi pertanian dan hasil yang tinggi. Agar dicapai produksi pertanian yang tinggi maka penggunaan lahan disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian lahannya. Cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk di usahatanikan. Hal ini di tunjukan tingginya permintaan masyarakat
2
Gorontalo terhadap komoditas cabai, terutama menjelang hari hari besar keagamaan. Sampai tahun 2009 produksi cabai di Kabupaten Bone Bolango baru mencapai 75,8 ton atau meningkat 69,20 % dari tahun sebelumnya (BPS Kabupaten Bone Bolango, 2009). Di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango sebagian besar ekonomi rakyat tumbuh dan berkembang dari sektor pertanian. Sebagian besar lahan digunakan untuk budidaya pertanian khususnya cabai rawit, Desa Butu memiliki luas lahan 123 Ha yang digunakan untuk lahan pertanian. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Cabai Rawit Di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Tujuan penelitian adalah (1) Apakah harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang secara bersama sama mempengaruhi penawaran. (2) Faktor manakah yang paling mempengaruhi penawaran cabai rawit
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian berada di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April - Juni 2013. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan menggunakan metode survei, yang dilakukan secara sengaja, yang dilakukan secara sengaja. Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil melalui wawancara langsung dengan petani produsen. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dinas terkait seperti BPS, Kantor Desa, Jurnal, Studi Literatur Adapun tehnik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode sensus dimana seluruh petani cabai rawit sebagai populasi petani cabai rawit yang tergabung dalam kelompok tani yang menjadi sampel penelitian yaitu sejumlah 25 orang petani cabai rawit. Dalam tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dengan mengunakan angket, atau quesioner, serta dokumentasi yang diperoleh dari wawancara dengan petani produsen Adapun tehnik analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian nanti dengan menggunakan rumus regresi berganda. Analisis regresi berganda merupakan analisis yang mempelajari ketergantungan antara variabel tak bebas dengan lebih dari satu variabel bebas. Y menggambarkan variabel tak bebas dan huruf X menggambarkan variabel bebas. Maka rumus dari regresi berganda sebagai berikut: Y= a + b1.x1 + b2.x2 + b3.x3 + e Keterangan : Y = Jumlah Penawaran 3
X1 = X2 = X3 = a = b1, b3= e =
Harga Cabai Rawit Harga Bibit ( Faktor Produksi ) Jumlah Pedagang/ Penjual Konstanta Koefisien Standar error
HASIL DAN PEMBAHASAAN Deskripsi Usahatani Petani Responden Usahatani dari petani responden dilakukan pada lahan kering. Luasan lahan tersebut ditanami berbagai macam tanaman komoditi yang diantaranya tanaman cabai rawit, tomat, melon, ketimun, terong, jagung. Dalam melakukan usahataninya petani tidak hanya menitiberatkan pada jenis usahatani saja, hal dilakukan petani dengan dasar pemikiran bahwa jika salah satu usahatani yang diusahakan gagal dan tidak berhasil, maka masih ada usahatani lainya yang bisa diharapkan untuk melangsungkan kebutuhan hidup petani. Lahan yang dikelolah oleh petani responden sebagian besar merupakan garapan, dengan rata-rata luas lahan 0,5 Ha. Masalah yang dihadapi petani khususnya dalam menjalankan usahatani cabai rawit, petani harus menyewa kenderaan untuk mengangkut hasil panen cabai rawit ketempat pembeli serta harus menemui para tengkulak yang membeli hasil produksi cabai rawit di bawah harga sehingga kadang petani merasa rugi. Ketersediaan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan, petani sering dihadapkan dengan berbagai keterbatasan modal mulai dari biaya pemupukan sampai biaya pembelian obat-obatan, hal ini tidak mengurungkan niat para petani untuk tetap berusahatani cabai rawit, hal tersebut dilakukan agar usahatani cabai rawit yang dijalankan dapat memberikan hasil yang maksimal untuk petani sehingga bisa menambah penghasilannya. Dalam mengelolah usahatani para petani biasa menggunakan berbagai macam peralatan pertanian, mulai dari proses pengolahan lahan sampai dengan proses panen dan pasca panen. Adapun jenis peralatan yang digunakan masih tradisional oleh petani responden dalam pengolahan tanah yaitu, bajak, cangkul, parang, handsprey. Selain dari jenis peralatanya salah satu faktor terpenting adalah adanya ketersediaan tenaga kerja dalam mengololah usahatani cabai rawit sampai pada produksinya. Biasanya petani responden dalam melakukan pengelolaan usahataninya biasanya menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga dimana tenaga yang digunakan dalam proses produksi dimana seluruh aktifitas produksi petani banyak banyak melibatkan tenaga kerja luar keluarga atau dengan kata lain tenaga sewa, mulai dari pembersihan lahan, pengolahan, penanaman,pemupukan, sampai dengan proses panen. Pengelolaan tanah pada tanaman cabai rawit di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango , sebagaimana dalam proses pengelolaan tanah dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu tanah harus dibajak terlebih dahulu setelah itu tanah digemburkan dengan cangkul dengan kedalaman 25 -30 cm ,
4
setelah tanah digemburkan dengan cangkul maka kemudian dilakukan perataan permukaan tanah, setelah itu dibuatkan guludan mengikuti arah utara selatan dengan lebar 1,0- 1,25 meter, tinggi 30 cm dengan jarak antara bedengan 50 cm dan panjang disesuaikan kondisi lahan. Namun petani cabai rawit di Desa Butu tidak melakukan itu karena lahan yang rutin digunakan untuk menanam tanaman cabai dipakai juga untuk tanaman yang lain seperti tanaman melon. Proses penanaman merupakan kegiatan memindahkan bibit cabai rawit dari persemaian kelahan atau areal penanaman hingga tanaman dapat berdiri tegak dan tumbuh secara optimal dilapangan, Tujuanya untuk menanam bibit dilahan. Penanaman biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari agar bibit tidak layu akibat terik cahaya matahari yang berlebihan, setelah itu periksa bibit yang akan ditanam dan harus diseleksi terlebih dahulu. Kemudian batang tanaman harus tumbuh lurus , perakaran banyak dan pertumbuhanya normal. Tanam bibit dibedengan pada lubang mulsa, sebatas leher akar dan tanah disekitarnya dipadatkan agar bibit berdiri kuat. Pemasangan penompang atau ajir merupakan kegiatan memasang penyanggah / penopang dekat dengan tanaman cabai rawit. Tujuan dari pemasangan ajir ini dapat membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah dan tiupan angin, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, serta mempermudah pemeliharaan. Ajir yang digunakan terbuat dari bambu/ kayu dengan ukuran 4 x 100 cm. setelah itu pasang ajir sesegera mungkin setelah tanam. Tancapkan 10 cm dari tanaman sedalam 15-20 cm dengan posisi miring keluar atau diatur sedemikian rupa sehingga dapat menopang tanaman secara kuat, kemudian ikat tanaman pada ajir dengan tali raffia setelah tanaman berumur 30-40 hari setelah tanaman dilandai setelah adanya cabang pertama. Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan atau pemberantasan gulma atau rumput – ruputan liar yang mengganggu tanaman cabai rawit. Biasanya proses penyiangn ini dilakukan petani responden di Desa Butu dilakukan secara bersamaan dengan pemberian pupuk . adapun jenis pupuk yang digunakan petani yaitu pupuk urea dan pupuk phonska, pemberian pupuk ini disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan , pertumbuhan tanaman dan proses budidaya. Pengairan merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam melakukan proses pembudidayaan. Untuk petani responden di Desa Butu pengairan tidak begitu menjadi kendala bagi petani cabai rawit, karena di Desa Butu merupakan lokasi yang dekat dengan sumber air dimana air dapat mengalir dari gunung atau air sungai karena areal lahan tanaman cabai rawit dekat dengan air sungai maka tidak sulit untuk petani untuk mengalir air dilahan petani. Selain dari irigasi teknis sumber pengairan berasal dari sumur dangkal yang telah disediakan untuk menjadi sumber air alternatif. Penyiraman juga dapat dilakukan pada pagi dan sore hari, tujuan dari pengairan ini untuk menjamin ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, hanyut air yang meresap kedalam tanah ( infiltrasi ), air aliran permukaan dan lainya, sehingga pertumbuhanya dan proses produksinya optimal.
5
Penyakit cabai rawit yang sering dijumpai oleh petani responden adalah penyakit busuk buah, layu bakteri, serta virus. Dan hama yang sering menyerang tanaman cabai rawit yaitu berupa ulat daun, ulat buah dan tungai. Penyomprotan yang dilakukan petani responden di Desa Butu biasanya dilakukan pada musim hujan setiap 4-5 hari sekali, lebih sering kali dilakukan daripada musim kemarau yaitu setiap 7-8 hari sekali. Hal ini dikarenakan serangan hama dan penyakit pada musim hujan lebih tinggi. Produksi merupakan hasil akhir dari usahataninya yang diusahakan oleh petani. Banyak atau sedikitnya produksi yang diperoleh petani tergantung dari pemberian masukan input serta pemeliharaanya yang dilakukan petani, dengan kisaran produksi mulai dari 500 – 2500/kg dengan nilai rata- ratanya sebesar Rp. 1.052/kg, adanya tahap produksi ini maka hasil dari produksi ini dapat dipasarkan keberbagai tempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi petani cabai rawit. Cara pemasaran cabai rawit ini yaitu dilakukan dengan cara hasil produksi ada yang dipasarkan langsung dibawah kepasar dengan bantuan pengangkutan berupa kenderaan bentor, serta ada juga para pembeli yang langsung membeli hasil produksi cabai rawit pada lahan cabai rawit atau langsung kepada petani cabai rawit tersebut, biasanya para pembeli yang datang itu adalah para tengkulak yang mencari keuntungan dengan membeli harga cabai rawit dengan harga yang rendah, sehingga para petani sering mengalami kerugian maka para petani berinisiatif untuk memasarkan hasil produksi cabai rawit itu dipasarkan secara langsung kepasar. Kisaran harga cabai rawit itu dimulai dengan harga terendah sampai harga tertinggi yaitu harga terendah Rp. 8.000 dan harga yang tertinggi yaitu adalah Rp. 45.000/ kg dengan rata-rata harganya Rp. 28.080 kg, untuk harga bibit dimulai dengan harga paling rendah yaitu Rp.1.800 dan harga tertinggi Rp 3.500/ kg dengan kisaran rata- ratanya Rp 2.488/ kg Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran ( harga cabai rawit, harga bibit, jumlah pedagang) pada usahatani cabai rawit dapat diketahui melalui analisis regresi berganda. Dengan analisis regresi tersebut, dapat dilihat faktor manakah yang mempengaruhi penawaran usahatani cabai rawit. Nilai faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran cabai rawit dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Cabai Rawit di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, 2013 Uraian F-hitung Sig Koefisien Faktor – Faktor Penawaran 22.664 000a Regresi Penawaran t-hitung Sig 0.035 1. Harga Cabai Rawit 2.914 0.008 0.587 2. Harga Bibit 3.325 0.003 0.058 3. Jumlah Pedagang 1.564 0.133 Jumlah 0,68 Koefisien Korelasi ( R) = 0.87 Koefisien Determinasi (R2) = 0.76 Sumber : Data Diolah, 2013
6
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat hasil signifikan uji f (0.000a) yang lebih kecil dari 0.01 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran cabai rawit menunjukan ( harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang) secara bersama – sama berpengaruh sangat nyata terhadap penawaran cabai rawit di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Dan nilai koefisien determinasi (R2) 0,76 yang berarti koefisien determinasi sebesar 76 persen. Artinya dimana faktor yang mempengaruhi penawaran ( Y) sebesar 76 % dipengaruhi oleh harga cabai rawit, harga bibit, jumlah pedagang, sedangkan sisanya sebesar 24% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain. Selanjutnya dapat dilihat hubungan antara harga cabai rawit, harga bibit, dan jumlah pedagang dengan jumlah penawaran melalui koefisien korelasi (R) yang nilainya 0.87 yang berarti memiliki hubungan positif yang kuat. Dan pengaruh faktor – faktor yang paling mempengaruhi penawaran cabai rawit dapat diketahui dengan menggunakan uji t. pengaruh pengunaan dari masing – masing faktor yan mempengaruhi penawaran adalah sebagai berikut : 1. Harga cabai rawit Hasil signifikan uji t menunjukan bahwa harga cabai rawit berpengaruh sangat nyata karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0.01 ( sebesar 0.008). Besaran koefisien (b1) menunjukan bahwa setiap kenaikan harga cabai rawit sebesar 1 rupiah akan memberikan tambahan jumlah penawaran cabai rawit sebesar 0.035kg. Yang artinya harga cabai rawit berpengaruh pada jumlah penawaran cabai rawit. Hal ini disebabkan harga cabai rawit mengalami fluktuasi harga atau ketidakstabilan harga sehingga harga cabai rawit mengalami penurunan dan kenaikan harga. Harga cabai rawit akan mengalami kenaikan pada saat cabai rawit langka dipasaran atau pada saat hari-hari besar seperti pada saat bulan puasa, hari raya idul fitri atau hari natal. Fluktuasi harga terjadi pada komoditas cabai rawit merupakan fenomena dari komoditas hortikultura. Fluktuasi harga cabai rawit cukup besar, sehingga harga cabai rawit tidak memiliki kepastian harga. Harga jual cabai rawit terendah adalah sekitar Rp. 8.000/ Kg. Sedangkan harga tertinggi dapat mencapai Rp, 45.000/ Kg. Hal ini merupakaan keadaan yang kurang baik bagi produsen dan konsumen. Terkadang produsen sangat diuntungkan, demikian pula sebaliknya. Para pelaku perdagangan komoditas cabai rawit akan selalu mengharapkan keuntungan. Besarnya keuntungan yang akan didapat oleh pada pelaku perdagangan ini relatif besarnya fluktuasi yang diakibatkan karena fluktuasi harga cabai yang cukup tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadi fluktuasi harga. Seperti diantaranya jumlah permintaan dan penawaran. Perubahan permintaan dan penawaran dapat dikarenakan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat, adanya momen- momen tertentu seperti hari besar keagamaan seperti pada saat bulan puasa, hari raya idul fitri, dan hari natal. Perubahan penawaran dapat dikarenakan oleh faktor cuaca yang mempengaruhi jumlah produksi. Harga cabai rawit ditingkat petani cenderung mengalami fluktuasi, kecenderungan tersebut terjadi setiap bulan. Fluktuasi harga tersebut diduga berpengaruh terhadap penerimaan cabang usahatani cabai merah, karena harga merupakan salah satu komponen penerimaan cabang usahatani selain hasil panen.
7
Fluktuasi harga cabai rawit diduga juga akan berpengaruh terhadap efisiensi alokasi faktor produksi. Produksi maupun harga cabai rawit masih cenderung mengalami fluktuasi, sehingga efisiensi ekonomi produksi perlu ditingkatkan. Efisiensi tersebut diperlukan agar keuntungan maksimum dapat dicapai. Efisiensi cabang usahatani dapat dilihat dari beberapa pendekatan, antaralain efisiensi teknis, efisiensi harga, ekonomi skala usaha. 2.
Harga bibit Hasil signifikan uji t menunjukan bahwa harga bibit berpengaruh sangat nyata , karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0,01 ( sebesar 0,003). besarnya koefisien ( b2 ) menunjukan bahwa setiap kenaikan harga bibit sebesar 1 rupiah akan memberikan tambahan jumlah penawaran cabai rawit sebesar 0.0587kg yang berarti harga bibit berpengaruh pada penawaran cabai rawit. Hal ini disebabkan karena harga bibit juga mengalami fluktuasi bergantung dari keadaan pasar. Pada saat over produksi harga bibit murah, dan pada saat kurang produksi cabai harga bibit mahal. Harga bibit mengalami fluktuasi dikarenakan karna kurangnya pasokan bibit, sehingga dapat menyebabkan harga bibit naik, dan apabila harga bibit murah dipasaran diakibatkan karena over produksi. Yang menyebabkan sering terjadi fluktuasi harga bibit dimana para petani cabai rawit kadang mendapatkan bantuan dari pemerintah, serta para petani juga sering membeli bibit sendiri. Harga bibit cabai rawit sering mengalami ketidakpastian harga, harga bibit terendah adalah Rp. 1.800, dan harga bibit tertinggi adalah Rp. 3.500. hal ini kurang baik untuk penjual dan pembeli tapi disisi lain dapat memberikan keuntungan bagi penjual. Walaupun harga bibit sering mengalami fluktuasi harga atau ketidakstabilan harga, namun petani di Desa Butu tetap membeli bibit, dikarenakan walaupun harga bibit mahal atau murah petani cabai tetap menanam cabai. Dalam usahatani cabai rawit di Desa Butu seluruh petani hanya menggunakan bibit lokal yang didapat dari bantuan pemerintah, atau dari Dinas Pertanian setempat dan ada juga petani yang membeli bibit sendiri, dan sebagian besar petani menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya untuk ditanam kembali. Dimana petani yang membeli bibit sendiri berjumlah 6 orang, sedangkan yang 19 orang petani mendapat bantuan bibit dari pemerintah. Bibit cabai rawit yang ada di Desa Butu menggunakan bibit varietas lokal atau varietas malita FM yang pada awalnya didapat dari penangkaran bibit oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango. Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung menghasilkan produk dan kualitas yang baik , sehingga semakin unggul bibit komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang dicapai 3. Jumlah Pedagang Hasil signifikan uji t menunjukan bahwa jumlah pedagang berpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05 (sebesar 0.133). Besaran koefisien (b3) bahwa setiap penambahan 1 jumlah pedagang cabai rawit akan memberikan tambahan jumlah penawaran sebesar 0.058kg. artinya bahwa jumlah
8
pedagang/pesaing tidak mempengaruhi jumlah penawaran cabai rawit. Hal ini disebabkan karena produsen (petani sampel) tidak melihat jumlah pedagang lain dalam memasarkan cabai rawit yang dihasilkan. Perdagangan dapat diartikan sebagai pemberian perantara produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian itu (Kansil,1984:1).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasaan diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Harga cabai rawit, harga bibit dan jumlah pedagang secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah penawaran. 2. Secara sendiri – sendiri harga cabai rawit dan harga bibit berpengaruh secara sangat signifikan terhadap penawaran cabai rawit. Sedangkan jumlah pedagang tidak berpengaruh secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik BoneBolango.2009.Luas Panen dan Produksi Cabai Rawit Untuk Wilayah Kecamatan Tilongkabila Kab Bone Bolango Bahar, Yul.2009. Standar Oprasional Prosedur (SOP) Budidaya Cabai Rawit, Deptan. Jakarta Muharlis, A.2010. Peramalan dan Faktor – Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah. Jurnal Bogor Agricultural University. Hal 191 Maulidah,S.dkk.2012.Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pendapatan Usahatani Cabai Rawit . Jurnal SEPA. 8. (2).51-182.
Dan
Nawanangsih, dkk.1999. Budidaya Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta Ripangi, A.2012. Budidaya Cabai, Javalitera, Jogjakarta Rahardja, P & M. Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi( Mikroekonomi & Makroekonomi). LP-FEUI. Jakarta Setiadi.2007. Jenis & Budidaya Cabai Rawit Seri Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya Suparmoko,M.1990. Pengantar Ekonomika Mikro.Yogyakarta, BPFE Yogyakarta Suryawati.1998.Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP).
9
Swastika,D. dkk. 2011. Analisis Jenjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan Dengan Pendekatan Singkronisasi Sentra Produksi Pabrik Pakan dan Populasi Ternak di Indonesia. Jurnal Informatika Pertanian.20.(2). Hal 65-75. Wahyu,W.2003.Bertanam cabai hibrida secara intensif, Agromedia Pustaka : Jakarta
10