ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : DIMAS BETEGA NIM : F 1107503
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN
Skripsi ini telah disetujui dan diterima oleh pembimbing dan siap untuk dipertahankan dalam ujian skripsi oleh tim penguji skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta,
Februari 2010
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Drs. BRM. Bambang Irawan, Msi. NIP. 196705231994031002
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Februari 2010
Tim Penguji Skripsi
1.
Dr. AM. Susilo, MSc NIP. 195903281988031001
(.…………………...........) Ketua
2.
Drs. BRM. Bambang Irawan, MSi NIP. 196705231994031002
(…………………............) Pembimbing
3.
Lukman Hakim, SE, MSi NIP. 196805182003121002
(………………...........….) Anggota
3
MOTTO
“Orang yang percaya diri, yakin akan usahanya, walau kepandaiannya tak seberapa, tetapi ia memiliki daya pendorong yang kuat. Orang itupun akan lebih cepat melampaui yang kuat” (Penulis) “ Sesuatu yang terlihat sulit, ternyata tidak sesulit yang diduga. Sesuatu yang terlihat mudah, ternyata tidak semudah yang diduga, kemauan adalah kata kuncinya” (Bpk. Drs.BRM. Bambang Irawan, Msi) “Orang yang dapat memimpin orang lain adalah orang yang kuat, sedangkan orang yang dapat memimpin dirinya sendiri adalah orang yang maha kuat” (Mahatma Gandhi)
4
PERSEMBAHAN
Sebuah karya yang sederhana ini aku persembahkan untuk :
Thank’s for my lovely saviour Jesus Crist, You are my word, my life and my everything. I really love You Lord.......... Mbahti yang ada di Surga........ Bapak dan Mamah terkasih yang senantiasa sabar, berkorban dan memberikan kasih sayang serta Doa yang tiada batasan kepadaku. Thank’s for everything........ Mas Iwan dan Mba Ayu, Kyla dan Mothy, serta Momy yang banyak memberikan dukungan dan doa nya....... Mamah Bemby dan Pa’ Uyo, serta Mas Bimo Setyawan dan Mba Resty, Budhe, Padhe, mba Dewi, mas Herman atas dukungan dan doanya....... Keluarga besar Soedarto, dan Keluarga besar Poernomo....... Mutiara untuk semua inspirasi dan semangatnya....... Semua teman dan sahabatku......... Almamaterku.......
5
KATA PENGANTAR Segala puji syukur yang tiada batas penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan ilmu yang senantiasa diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN” Seperti diketahui bahwa skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak bisa lepas dari dukungan moril, materiil, waktu dan tenaga yang senantiasa diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Maka dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Keluarga, Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberi dorongan, semangat,do’a, restu serta limpahan kasih sayang yang tiada batas. 3. Drs. BRM. Bambang Irawan, Msi
selaku dosen Pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS. 5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNS. 6. Ibu Dwi Prasetyani selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Non-Reguler UNS. 7. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi, yang telah memberi penulis sejuta ilmu dengan segala keikhlasan hati yang tulus. Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah melayani hingga beranjak keluar dari Fakultas tercinta.
6
8. Teman-teman EP Non-Reguler angkatan 2007, Alfian, Aar, Yani, Wega, Tisa, Shanty, Phego, Ryan, Putri, Ariasta, Devita, Dhani, Puryanti dan Riris. Terimakasih untuk semua kenangan manis semasa kuliah, kebersamaan kita tak akan terlupakan. 9. Bapak serta ibu Kepala Dinas dan Staff pegawai Pemda ( Dinas Pariwisata, Bappeda, Dipenda, dan Biro Pusat Statistik) Kabupaten Klaten. 10. Sancoko Handayono.SE dan Alit Warasto.ST atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman- teman dan sahabat yang banyak mendukung dalam penyusunan skripsi yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak ketidak sempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, baik materi maupun esensi. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Surakarta,
Februari 2010
DIMAS BETEGA
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
iii
HALAMAN MOTTO..............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................
vi
DAFTAR ISI...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xiv
ABSTRAKSI ..........................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
5
E. Kerangka Pemikiran...................................................................
6
F. Hipotesis....................................................................................
7
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata ..................................................................................
8
1. Pengertian Dan Definisi Pariwisata .....................................
8
2. Jenis Dan Macam Pariwisata ..............................................
10
3. Definisi Industri Pariwisata .................................................
14
4. Definisi Wisatawan ..............................................................
17
5. Produk Industri Pariwisata ...................................................
18
6. Peran Sektor Pariwisata Terhadap PAD ..............................
21
7. Prinsip Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah ....
22
8. Identifikasi Terhadap Karakteristik dearah..........................
24
B. Peran Perekonomian Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata
30
1. Pengaruh Ekonomi Internasional.........................................
31
2. Neraca Pembayaran..............................................................
32
3. Pariwisata Dan Pendapatan Nilai Tukar...............................
32
4. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata....................
32
C. Hasil Penelitian Terdahulu …………………………...............
34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................
37
B. Data Sumber Data .....................................................................
37
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................
37
D. Variabel Penelitian ...................................................................
38
E. Teknik Analisis Data.................................................................
39
9
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Daerah Penelitian.............................
46
1. Luas Dan Letak Geografis ...................................................
46
2. Keadaan Sosial.....................................................................
51
B. Tinjauan Mengenai Industri Pariwisata ...................................
56
1. Keadaan Dan Potensi Kepariwisataan..................................
56
2. Potensi Wisata Alam............................................................
56
3. Wisata Budaya .....................................................................
62
4. Obyek Wisata Buatan...........................................................
68
5. Wisatawan............................................................................
69
6. Hotel.....................................................................................
70
C. Gambaran Umum Variabel penelitian .....................................
72
D. Hambatan Penelitian .................................................................
76
E. Analisa Data..............................................................................
77
1. Data Penelitian......................................................................
77
2. Pemilihan Model Analisis.....................................................
77
3. Model Analisis.......................................................................
79
4. Hasil Analisis Data...............................................................
80
5. Uji Statistik...........................................................................
81
6. Uji Asumsi Klasik.................................................................
84
F. Intepretasi Ekonomi...................................................................
88
10
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...............................................................................
91
B. Saran .........................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
xvi
LAMPIRAN
11
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ………………………………….
6
Gambar 2.1 Model Pariwisata Sebagai Industri …………………......
16
Gambar 3.1
34
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ………………
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ………………..
81
Gambar 4.2 Statistik Durbin Watson ……………………………………
87
12
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional............
Tabel 4.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan Kabupaten
3
Klaten Tahun 2007………......................................
49
Tabel 4.2
Jarak Terdekat dari Kota Kabupaten ke Obyek Wisata ...........
50
Tabel 4.3
Keadaan dan Status Jalan Kabupaten Klaten Tahun 2007.........
54
Tabel 4.4
Obyek Wisata dan Pengunjungnya tahun 2007 …………….....
70
Tabel 4.5
Jumlah Penginap Hotel di Kabupaten Klaten Tahun 2007........
71
Tabel 4.6
Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 1998- 2007..
73
Table 4.7
Jumlah Wisatawan di Kabupaten Klaten Tahun 2002- 2007..
74
Tabel 4.8
Jumlah Arus Kendaraan Masuk Obyek Wisata..........................
75
Tabel 4.9
Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar........................................
76
Tabel 4.10
Hasil Regresi Linear Double Log...............................................
80
Tabel 4.11
Variabel penjelas Pendapatan Pariwisata …………………......
81
Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas Park ………………………………......
84
Tabel 4.13
Uji White Heteroskedastisitas....................................................
85
Tabel 4.14
Penjelas Uji Heteroskedastisitas Park........................................
86
Tabel 4.15
Uji Multikolinearitas Kliens ………………….........................
86
Table 4.16
Koefisien Hasil Regresi ……………………............................
88
Table 4.17
Daftar Pengelolaan lahan Parkir di Kabupaten Klaten...............
90
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Penelitian
Lampiran 2
Data Penelitian
Lampiran 3
Data Penelitian
Lampiran 4
Data Penelitian
Lampiran 5
Data Penelitian
Lampiran 6
Data Penelitian
Lampiran 7
Data Penelitian
Lampiran 8
Data Penelitian
Lampiran 9
Data Penelitian
Lampiran 10
Data Penelitian
Lampiran 11
Hasil MWD Test
Lampiran 11
Hasil Regresi Linear Double Log
Lampiran 12
Uji White Heteroskedastisitas
Lampiran 13
Uji Heteroskedastisitas Park
Lampiran 13
Uji Heteroskedastisitas Glejser
Lampiran 14
Uji Multikolinearitas
14
ABSTRAKSI Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten Pendapatan Pariwisata sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial melihat banyaknya obyek wisata yang masih dapat dikembangkan untuk hasil yang optimal, walau pada kenyataannya sektor ini masih belum bisa dikelola secara maksimal karena kurangnya kesadaran bahwa pengaruh dan kontribusi Pendapatan Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendanaan untuk pembangunan, maka dari itu penulis berusaha meneliti hal tersebut dengan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten pada kurun waktu Januari 1997 sampai dengan Desember 2007. Tujuan dalam penelitian ini terkait dengan hal diatas, yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, dan tingkat hunian kamar hotel terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, akan dilakukan analisis data yang dibantu program komputer Economic Views (E-Views). Analisis data yang digunakan adalah analisa regresi Linear Double Log. Dari hasil uji t statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pariwisata, variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar hotel secara nyata tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Pariwisata, pada taraf signifikasi 5% dan dari uji ekonometrik dapat disimpulkan tidak terjadi gangguan asumsi klasik, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, maupun autokorelasi. Melihat hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hanya variabel jumlah wisatawan yang berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata, sedangkan variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar bukan merupakan variabel yang baik untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata. Dari kesimpulan diatas penulis memiliki saran bahwa Kabupaten Klaten dalam arti masyarakat dan pemerintah harus terus berupaya mengembangkan pariwisata di Kabupaten Klaten dengan menambah kelebihan dan kekhasan obyek wisata yang bertujuan untuk menarik minat calon wisatawan untuk datang ke obyek wisata serta bersama pihak swasta memasarkan keindahan obyek wisata dan kelebihan fasilitas pendukungnya dengan media massa dan media elektronik, mempermudah akses menuju obyek wisata di Kabupaten Klaten. Memperbaiki dan lebih menertibkan sistem pemungutan pajak dan retribusi yang telah ada sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat mengurangi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata secara signifikan, karena terbukti bahwa arus kendaraan dan tingkat hunian kamar tidak berpengaruh positf terhadap Pendapatan Pariwisata. Kata Kunci : Pendapatan Pariwisata, Wisatawan, Arus Kendaraan, Tingkat Hunian Kamar
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya UU No. 22 Th 1999 dan telah disempurnakan dalam UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang Otonomi Daerah, sepertinya program nasional tersebut tidak lagi dibiarkan hanya sebagai pelengkap yang hanya terus menerus dilewatkan tanpa evaluasi dan realisasi nyata. Saat ini pemerintah Indonesia benar- benar bertekad untuk mewujudkan sistem desentralisasi tersebut. Optimalisasi pembangunan segala sektor dilimpahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Setiap daerah dioptimalkan untuk menggali, mengolah dan mengusahakan sendiri potensi dan sumber- sumber ekonomi daerahnya masing- masing. Hal ini mempunyai tujuan agar tiap daerah dapat lebih mandiri dan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pemerintah pusat. Walaupun hal tersebut tidak mudah dilakukan,tetapi pada hakekatnya sudah saatnya tiap daerah menopang kegiatan pembangunan dengan kemampuan sendiri, mengingat potensi yang ada sangat memungkinkan tiap daerah untuk melakukan hal tersebut. Pada dasarnya pembangunan dilaksanakan agar taraf hidup masyarakat dan kesejahteraannya dapat lebih baik dan terbebas dari kemiskinan dan segala tekanan dari keadaan sekitarnya. Dengan demikian kebijaksanaan yang tepat adalah dengan sistem pembangunan yang mengikut sertakan seluruh kemampuan rakyat. Dari partisipasi rakyat yang secara
16
langsung maka akan didapat balas jasa pembangunan yang secara langsung pula oleh masyarakat, walaupun dalam kondisi real potensi sumberdaya manusia tiap daerah pastilah berbeda baik dalam hal kemampuan maupun profesionalisme dalam keikutsertaannya dalam pembangunan. Pemerintah daerah harus memiliki kebijaksanaan yang benar- benar merakyat untuk mengatasi masalah- masalah ini, contohnya untuk daerah yang latar belakang pendidikan dan kemampuannya yang kurang hendaknya pemerintah daerah mengambil kebijakan yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja yang besar. Salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah mengembangkan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah salah satu potensi sumber daya yang cukup menjanjikan untuk sumber pendapatan daerah karena secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja yang cukup besar, selain itu baik tenaga kerja formal maupun informal sangat diperlukan untuk industri pariwisata. Disamping itu sektor pariwisata juga menciptakan tenaga kerja dibidang – bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata, yang terpenting di bidang kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, rumah makan, toko- toko dan jalan – jalan harus dibuat dan ditingkatkan kondisinya. Pariwisata merupakan merupakan suatu industri yang komplek dimana kegiatanya merupakan kumpulan dari berbagai macam industri yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
17
para wisatawan. Hal ini berarti pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan dan memicu pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainya dengan jangkauan yang sangat luas dimana tenaga kerja akan terserap dalam kegiatan pariwisata baik sebagai tenaga kerja maupun yang bekerja disektor pendukung dibidang pariwisata. Dengan demikian dikatakan bahwa industri pariwisata dapat memajukan dan memeratakan tingkat perekonomian masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan sehingga pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah akan berjalan dengan lancar. Tabel 1.1
Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional TAHUN
Y ( US $ )
1997
3.278,20
1998
2.986,58
1999
4.785,30
2000
5.288,30
2001
5.321,46
2002
4.329,36
2003
4.710,22
2004
5.748,80
2005
5.396,26
2006
4.305,57
2007
4.037,02
Depparsenibud, 2007
18
Dilihat dari perkembangan sektor pariwisata dalam skala nasional, prospek pariwisata sebenarnya sudah memperlihatkan peningkatan secara konsisten walaupun dalam kasus tahun tertentu ada sedikit penurunan, contohnya pada tahun 1998, saat krisis ekonomi melanda dunia, terutama Negara kita. Melihat kondisi tersebut sebenarnya tidak berlebihan jika sektor industri pariwisata yang oleh para ahli dikatakan sebagai invisible export memerlukan perhatian yang lebih dalam pengelolaannya. Untuk wilayah Kabupaten Klaten sendiri, menurut data dari Dinas Pariwisata ada 35 potensi obyek pariwisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten ini, dan sudah dikelola baik oleh Dinas Pariwisata, Pemerintah Daerah, maupun pihak swasta. Melihat potensi yang begitu besar, maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang dapat diberikan oleh sektor industri pariwisata Kabupaten Klaten terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten, melalui variabel jumlah wisatawan, arus kendaraan, dan tingkat hunian kamar dari bulan Januari 1997- Desember 2007. Berdasar gambaran umum tersebut diatas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten” B. Perumusan Masalah Perkembangan pendapatan pariwisata tidaklah serta merta, banyak faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam proses perkembangan sektor tersebut, seperti tertera sebelumnya beberapa aspek yang mencakup
19
berbagai koordinasi dan fasilitasi di dalam sektor industri pariwisata ini adalah jumlah wisatawan, arus kendaraan ke lokasi obyek wisata dan tingkat hunian kamar hotel- hotel di Kabupaten Klaten.
Dengan latar belakang permasalahan diatas maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat hunian kamar terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. 2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh arus kendaraan terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. 3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat hunian kamar terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut :
20
1. Sebagai salah satu sarana penerapan teori- teori yang telah dipelajari di bangku kuliah dan sebagai wahana dalam pelatihan penulisan karya ilmiah. 2. Memberikan gambaran tentang potensi pariwisata di Kabupaten Klaten. 3. Memberikan
sumbangan
pengetahuan
tentang
seberapa
jauh
perkembangan pariwisata di Kabupaten Klaten. 4. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam membuat suatu kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. 5. Dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam menghadapi masalah yang serupa. E. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan yang masuk ke lokasi obyek wisata, dan tingkat hunian kamar yang dimiliki hotel- hotel di Kabupaten Klaten terhadap pendapatan sektor pariwisata, yang jika digambarkan dalam suatu gambar kerangka adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Jumlah Wisatawan
Arus Kendaraan
Pendapatan Pariwisata
Tingkat Hunian Kamar 21
F. Hipotesis Untuk membuat suatu kesimpulan tentang permasalahan yang ada dalam perumusan masalah diatas, maka kami susun hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga jumlah wisatawan berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata. 2. Diduga
arus
kendaraan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Pendapatan Pariwisata. 3. Diduga tingkat hunian kamar berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata. 4. Diduga jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat hunian kamar secara bersama- sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata.
BAB II
22
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pariwisata Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan
kenikmatan,
mencari
kepuasan,
mengetahui
sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. (Spillane, 1994). Pariwisata juga merupakan suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan berpergian dikarenakan karena adanya berbagai kepentingan atau alasan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, maupun kepentingan lain yang bersifat ingin tahu untuk menambah pengalaman atau belajar. Menurut Undang-undang nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut. Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat komplek yang menyangkut manusia dan memiliki berbagai aspek yaitu aspek sosiologi, psikologi, ekonomis, ekologis dan sebagainya, dari aspek tersebut yang
23
mendapatkan perhatian paling besar dan merupakan aspek yang penting adalah aspek ekonomis (Soekadijo, 2000). Dengan kata lain untuk melakukan suatu perjalanan wisata seseorang harus mengeluarkan biaya yang nanti akan diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata antara lain : angkutan, menyediakan berbagai jasa-jasa, menjual sovenir, rumah makan, penginapan dan lain sebagainya. Banyak pendapat yang telah dikemukakan para ahli, namun batasan-batasan yang jelas dalam definisi pariwisata adalah adanya kesamaan, yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting, yang mau atau tidak mau harus ada dalam batasan definisi pariwisata. Batasan definisi pariwisata menurut ( Yoeti, 1980) adalah sebagai berikut : a. Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain. b. Perjalanan itu walau apapun bentuknya harus selalu dikaitkan dengan rekreasi. c. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu. Berdasarkan pengertian pariwisata yang sangat luas dan dapat didefinisikan secara luas pula, pengertian pariwisata seharusnya mengandung unsur : a. Orang sebagai pelaku. b. Perjalanan. c. Waktu atau lamanya meninggalkan tempat asal. d. Tujuan atau maksud.
24
e. Daerah tujuan atau aktifitas yang dilakukan di tempat tujuan. Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk menikmati perjalanannya, dan tidak bertujuan untuk menetap dalam waktu lama serta tidak mencari pekerjaan di tempat yang dikunjunginya.
B. Definisi Wisatawan Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurangkurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor) yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jika dilihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup di mana perjalanan wisata itu dilakukan, maka dapat diklasifikasikan jenis wisatawan sebagai berikut : a. Wisatawan Asing / Mancanegara (Foreign Tourist) Wisatawan asing / mancanegara (foreign tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang datang memasuki negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasa tinggal. Wisatawan asing dapat ditandai dari status kewarganegaraannya, dokumen perjalanan,
25
jenis mata uang yang dibelanjakannya, karena pada umumnya golongan wisatawan ini selalu menukarkan uangnya lebih dahulu pada Bank atau Money Changer sebelum menggunakannya. b. Wisatawan Domestik / Nusantara (Domestic Foreign Tourist) Wisatawan domestik / nusantara (domestic foreign tourist) adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga suatu negara yang melakukan perjalanan wisata pada batas wilayahnya sendiri, tanpa melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak ada unsur asingnya, baik kewarganegaraannya, uangnya, ataupun dokumen yang dimilikinya (Yoeti, 1997) Orang-orang yang dianggap sebagai wisatawan : a. Orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan, karena alasan keluarga, alasan kesehatan, dan sebagainya. b. Orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan, atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, diplomatik, keagamaan, atletik, dan sebagainya). c. Orang yang melakukan perjalanan karena alasan-alasan bisnis. d. Orang yang tiba dengan kapal laut, bahkan meskipun mereka tinggal kurang dari 24 jam (yang terakhir ini hendaknya dianggap sebagai kelompok yang terpisah, tanpa menghiraukan tempat tinggal yang biasa mereka pergunakan). .
26
Gambar di bawah ini akan membantu menjelaskan bagaimana perbedaan secara jelas akan orang yang disebut wisatawan dan yang tidak diklasifikasikan sebagai wisatawan. Klasifikasi ini yang dipakai oleh Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) dalam membedakan antara wisatawan dan orang yang melakukan perjalanan tetapi tidak dianggap sebagai seorang wisatawan. Trevele rs Relevant to Tourism Excursionis ts
Tourist
Busines s
Migrant s
Not directly related to tourism
Pleasure Personal
Student s
Crew s
Busines s
Commute rs
Peasure Personal
Intransit travelers
Temporary workers
Gambar 2.1. Klasifikasi Pelaku Perjalanan (Yosrizal, 2000)
C. Dasar Pendekatan Mempelajari Pariwisata Pariwisata dapat dipelajari dengan banyak cara dan metode, namun sampai saat ini belum ada kesepakatan bagaimana mempelajari pariwisata harus dilakukan. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari pariwisata, misalnya dari segi sejarahnya, segi manajemennya,
27
segi hukum, politik, ekonomi dan masih banyak lagi pendekatan yang dapat dilakukan. Pariwisata merupakan multidisiplin ilmu, sebab banyak sekali pendekatan yang dapat dilakukan untuk mempelajarinya. Pariwisata terdiri dari banyak bagian yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, menjadikan pariwisata dalam pengembangannya membutuhkan studi dari berbagai aspek. Hal ini yang membedakan pariwisatadengan jenis ilmu yang lain. Pariwisata sebenarnya mencakup seluruh aspek masyarakat, Masyarakat mempunyai budaya, kekayaan alam, fasilitas khusus yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Bentuk pemasaran pariwisata yang baik, bagaimana hukum yang mengaturnya, dan masih banyak lagi pendekatan dalam mempelajari pariwisata. Hal yang paling dibutuhkan dalam studi pariwisata adalah system pendekatannya. Sistem pendekatan inilah yang dapat menyatukan berbagai macam pendekatan yang dipakai menjadi kajian yang komprehensif serta berhubungan dengan pokok persoalan makro dan mikro.
D. Aplikasi Ilmu Ekonomi Dalam Pariwisata Teori ekonomi didasari atas kebutuhan manusia yang tidak terbatas baik pada jumlah ataupun kualitasnya, namun disisi lain sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam bentuk barang dan jasa terbatas persediaannya. Ilmu ekonomi kiranya dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial yang mencoba memahami pilihan-pilihan yang akan
28
dibuat manusia dalam upaya menggunakan sumber-sumber ekonomi yang terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang dan tidak terbatas. Pilihan-pilihan
tertentu
harus
dihadapi
dalam
sebuah
perekonomian, mulai dari barang apa yang harus diproduksi, bagaimana pilihan-pilihan tersebut sebaiknya diproduksi, oleh siapa sebaiknya barang tersebut diproduksi dan untuk siapa hasil kegiatan ekonomi tersebut dibuat. Pilihan-pilihan tersebut haruslah dihadapi dan hal ini yang melatarbelakangi kegiatan ekonomi. Penerapan ilmu ekonomi dalam pariwisata juga tidak jauh dari pilihan-pilihan. Orang akan bertanya mengapa seseorang memilih pergi kesuatu
tempat
dibanding
dengan
tempat
yang
lain,
apa
yang
melatarbelakangi pilihan itu. Mengapa orang membelanjakan uang untuk melakukan kegiatan wisata? Pilihan-pilihan yang dibuat merupakan pilihan ekonomi karena mempertimbangkan banyak hal, dari keterbatasan dana hingga sebuah kegiatan itu tidak dapat dilakukan secara bersama-sama. Sumber yang terbatas menyebabkan manusia harus memilih dan juga mengukur dirinya dengan pilihan yang paling tepat dengan pertimbangan dalam banyak hal. Secara mikro pariwisata adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari pilihan unit-unit ekonomi khusus (spesifik) termasuk hotel, restoran, penerbangan, transportasi dan sektor-sektor pariwisata yang lain. Secara makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
gejala
29
perekonomian skala besar khususnya pengeluaran atau belanja agregat wisatawan, pengaruh multiplier, dan dampak ekonomi makro dari adanya kegiatan pariwisata Pariwisata merupakan gabungan dari aktivitas pelayanan dan industri yang memberikan pengalaman baru dalam perjalanan, maka menjadi penting
untuk
mengetahui
dan
mengelompokkan
penawaran
dan
permintaannya. Hal ini akan berguna untuk memetakan pariwisata dengan lebih jelas, yang akan berguna dalam pembangunan dan keberhasilan pariwisata di masa yang akan datang. a. Komponen Penawaran ( Supply ) Penawaran adalah sejumlah produk tertentu
yang mana
perusahaan bersedia dan dapat menawarkan produk untuk dijual pada harga tertentu selama periode waktu yang di berikan. Penawaran dalam pariwisata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu : 1. Sumber Daya Alam ( Natural Resources ) Sumber daya alam mempunyai potensi yang besar dalam menarik kedatangan wisatawan. Kombinasi dari factor-faktor alam yang beragam dan bervariasi akan menarik pembangunan pariwisata yang lebih maju. Hal yang paling nyata adalah perbedaan tempat dan cuaca, perbedaan musim dan perbedaan alam lain yang dimiliki masingmasing tempat. Daerah atau tempat dengan daya tarik yang unik akan memberikan kesan baik terhadap orang yang berkunjung. Pengelolaan sumber daya alam yang tepat yaitu dengan pengelolaan berwawasan
30
keberlanjutan berdampak lebih baik pada pariwisata untuk tetap menarik pada waktu yang akan datang. Kualitas dari sumber daya alam harus dipelihara untuk tetap mempertahankan permintaannya. Tingkat kualitas harus selalu
dijaga baik dalam
dalam perencanaan
pembangunan maupun perawatannya, untuk tetap memberikan kepuasan kepada pengunjung. Pariwisata sangat erat hubungannya dengan kualitas dari sumber daya alam, menjadikan pertimbangan ekologi dan lingkungan sangat penting. 2. Infrastruktur ( Infrastructure ) Prasarana atau Infrastruktur terdiri dari seluruh pengembangan konstruksi permukaan dan bawah tanah seperti sistem pelayanan air, sistem komunikasi, stasiun, terminal dll. Ketersediaan dari pelayanan instalasi dasar ini sangat menentukan keberhasilan dari pariwisata. Prasarana pendukung memang menjadi kebutuhan dasar dalam pengembangan pariwisata, infrastruktur harus dibangun dengan sebaik mungkin dengan kondisi senyaman mungkin agar wisatawan merasa nyaman yang akan berimbas pada pariwisata kedepan. 3. Transportasi ( Transportation ) Semua
faktor
yang
berhubungan
dengan
transportasi
harus
mempertimbangkan faktor pembangunan pariwisata. Ketersediaan transportasi dimulai di hotel hingga ke tujuan wisata. Ketersediaan transportasi berperan penting dalam perkembangan pariwisata.
31
4.
Keramah–Tamahan dan Sumber Daya Budaya ( Hospitality and Cultural Resources ) Terdiri atas semua kekayaan budaya dari sebuah daerah yang berperan untuk menjadikan pariwisata berhasil dan mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi tamunya. Keramahan dapat berbentuk banyak hal seperti kesopanan, rasa hormat dll. Pembangunan dari keramah– tamahan adalah suatu hal yang penting dalam pariwisata.
b. Komponen Permintaan ( Demand ) Permintaan jika didefinisikan secara ekonomi adalah rencana sejumlah barang dan jasa yang mana orang bersedia untuk membeli pada harga yang mungkin dalam waktu tertentu. Berawal dari itu maka akan ada hubungan tertentu antara harga pasar dengan jumlah permintaannya, sejumlah permintaan pada perjalanan adalah perhatian yang besar terhadap semua orang yang terlibat dalam pariwisata. Permintaan dalam pariwisata yaitu : 1. Berapakah pengunjung yang datang. 2. Sarana apa yang dipakai pengunjung. 3. Berapa lama tinggalnya dan jenis akomodasinya apa yang dipakai pengunjung. 4. Berapakah pengeluaran yang dibelanjakan oleh pengunjung. .Kemajuan pariwisata akan tergantung dari permintaannya, dengan perhitungan permintaan bisa diketahui bagaimana karakteristik industri
32
pariwisata.Perhitungan permintaan akan membantu dalam pembangunan pariwisata yang lebih baik.
c. Keseimbangan ( Equilibrium ) Pariwisata bila dianggap sebuah pasar maka penawaran dan permintaan merupakan dua sisi yang berbeda. Interaksi antara penawaran dan permintaan dapat terjadi dalam sebuah pasar. Interaksi keduanya akan menghasilkan sebuah keseimbangan pasar, dengan harga dan jumlah sebagai hasil yang nyata. Keseimbangan pasar dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana jumlah penawaran dan jumlah permintaan adalah sama, dalam keseimbangan tidak ada kecenderungan harga untuk berubah (Yosrizal, 2004) Keseimbangan (equilibrium) penawaran dan permintaan adalah stasioner dalam arti bahwa sekali harga keseimbangan itu tercapai, ia cenderung untuk tetap tidak berubah selama baik penawaran atau permintaan tidak bergeser. Jika tidak ada pergeseran dalam penawaran atau permintaan, tidak ada harga-harga pasar yang mempengaruhi harga untuk membuatnya berubah. Jika harga itu berada di bawah keseimbangan, jumlah yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan, pembeli menawarkan harga yang lebih tinggi, penjual meminta harga-harga yang lebih tinggi dan harga naik. Jika harga itu di atas keseimbangan, jumlah yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta, pembeli menawar hargaharga yang lebih rendah, para penjual meminta harga-harga yang lebih
33
rendah, maka harga akan turun.( Fatmawati, 2005). Keseimbangan dalam pariwisata dapat digambarkan sebagai berikut :
P
S
PE
E D
0
QE
Q
Gambar 2.2. Keseimbangan Pasar Keterangan : S = Supply ( Penawaran ) D = Demand ( Permintaan ) E = Equlibrium ( Keseimbangan) P = Price ( Harga) Q = Quantity ( Jumlah ) PE = Price Equlibrium ( Harga Keseimbangan ) QE= Quantity Equlibrium ( Jumlah Keseimbangan)
Perhitungan pertemuan antara penawaran dan permintaan dalam pariwisata mempunyai faktor kesulitan dengan kata lain perhitungannya tidaklah mudah. Kesesuaian antara permintaan dan penawaran dapat dihitung dengan Task Analysis, yaitu prosedur yang digunakan untuk penyesuaian penawaran dan permintaan. Terdapat enam langkah yang disarankan dilakukan, yaitu : 1) Mengidentifikasi permintaan sekarang.
34
2) Pencatatan kualitas dan kuantitas penawaran yang menarik. 3) Kecukupan penawaran dan permintaan saat ini. 4) Mengkaji pasar saat ini dan trend ekonomi sosial. 5) Meramalkan permintaan pariwisata. 6) Menyesuaikan penawaran dengan antisipasi permintaan Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan untuk memperkirakan kesesuaian antara penawaran dan permintaan, hanya saja dalam penerapannya harus berhati-hati. Hasil dari perhitungan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pariwisata di masa mendatang. E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Pariwisata Hukum penawaran dan permintaan menunjukkan bahwa hubungan antara penawaran dan permintaan tidak dapat diubah. Perubahan pada yang satu menyebabkan perubahan pada yang lain. Oleh karena itu, walaupun hukum permintaan dan penawaran menggunakan asumsi bahwa segala sesuatu harus tetap sama untuk berlakunya hokum itu, dalam kenyataan dunia bisnis ini tidaklah tetap sama. Pengaruh eksternal terhadap jumlah suatu jasa yang ditawarkan selalu ada. Suatu kelakuan aneh dari ekonomi pariwisata berkaitan dengan konsumsi yang berlebihan ( conspicuous consumption ), istilah yang diciptakan Thorstein Veblen. Konsumsi yang berlebihan adalah kebiasaan membeli barang atau jasa oleh karena status yang dibawa oleh tindakan itu. Sejumlah hotel kelas atas, kapal pesiar super mewah dan penerbangan kelas satu adalah menarik sebagian wisatawan karena pengaruh Veblen itu.
35
Bukannya penawaran dan permintaan yang menentukan biaya suatu produk,akan tetapi pengaruh Veblen itu menempatkan kurva-kurva permintaan baru berdasarkan eksklusivitas dan gengsi. Kurva permintaan Veblen seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 menunjukkan jika harga P1 ditetapkan, maka jumlah Q1 adalah yang terjual. Jika harga dinaikkan menjadi P2 menurut kurva permintaan D1, jumlah yang dibeli akan menurun ke Q2. Hal ini tidak terjadi dalam kurva Veblen oleh karena pembeli-pembeli memberi suatu arti penting baru pada produk itu, dan kenyataannya membeli suatu kuantitas yang lebih besar Q3. Dalam pengaruhnya, harga baru itu telah menambah nilai kesenangan kualitas pelayanan itu atau pengalaman yang ditawarkan. Kurva permintaan bukannya bergeser ke bawah, melainkan bergeser ke D2 akibat pengaruh Veblen itu. Penurunan harga hanya meningkatkan sedikit jumlah yang dibeli oleh Karen pergerakannya hanya menurut kurva permintaan baru D2. Jika harga terus dinaikkan lagi ke P3, maka harga itu akan bergeser lagi. Bukannya suatu penurunan permintaan ke Q4, permintaan kenyataan meningkat ke Q5. Para ekonom suka mengelompokkan barang dan jasa ke dalam barang yang lebih disukai ( preferred goods or services) dan kurang disukai (non-prefered). Pariwisata dipandang sebagai suatu jasa yang sangat disukai (a preferred superior service), karena ia lebih banyak dilakukan begitu pendapatan meningkat. Begitu lebih banyak keluarga keluarga memasuki kelompok pendapatan lebih tinggi, maka permintaan berwisata meningkat
36
lebih cepat daripada pendapatan. Gejala ini digambarkan secara lebih rinci dalam gambar berikut :
P3
D3
P2
D2
P1
D1
Q2 Q4 Q1 Q3 Q5 Gambar 2.3. Kurva Permintaan Veblen
F. Elastisitas Permintaan Untuk Pariwisata Permintaan mana yang elastis ( peka terhadap perubahan harga) dan mana yang inelastis (tidak peka) sangat bervariasi, tergantung sebagian dari kekayaan wisatawan dan alasan melakukan perjalanan. Dari sudut pandang ekonomi, elastisitas permintaan adalah penting untuk pemasok produk-produk pariwisata, oleh karena itu ia bisa berdampak terhadap nasil penerimaan. Penerimasan total penjual di suatu pasar sama dengan harga dari barang atau jasa dikalikan kuantitas total yang terjual. Bila sesuatu jasa tertentu elastis terhadap harga (lebih dari 1), maka penerimaan total meningkat bila harga diturunkan. Ini karena persentase
37
kenaikan dalam kuantitas lebih tinggi daripada persentase penurunan dalam harga. Berdasarkan logika di atas, (Yosrizal, 2004) jika elastisitas harga dari suatu produk diketahui, seorang pemasok produk wisata dapat meningkatkan penerimaan totalnya dengan cara mengadakan penyesuaian yang secepatnya atas harga barangnya itu. Dalam prakteknya hal ini tidaklah sesederhana itu, oleh karena elastisitas harga sangat berbeda dan berubah dalam perjalanan waktu. Elastisitas harga dipengaruhi sejumlah besar faktor yang sulit dibuat modelnya. Penentu-penentu utama elastisitas harga adalah tersedianya produk-produk pengganti yang ekuivalen (sama nilainya) pentingnya produk itu secara relative dalam anggaran yang akan dibelanjakan, waktu yang ada untuk menyesuaikan dengan perubahan harga dan keberadaan produk itu sebagai suatu keharusan atau barang mewah. G. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda–beda yang mana kebutuhan tersebut harus dipenuhi untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam hidupnya. manusia tidak akan selalu puas dengan apa yang telah mereka peroleh karena manusia akan selalu mencari hal yang baru atau sesuatu yang lebih baik dari yang telah mereka capai. salah satu sifat penting dalam hidup manusia adalah bahwa mereka akan selalu mempunyai keinginan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada yang telah mereka capai pada masa sekarang (Sukirno, 1994).
38
Pengembangan industri pariwisata di suatu negara akan dapat membawa hasil yang tidak sedikit dan merupakan penghasil devisa yang utama bahkan dapat melebihi nilai ekspor dari suatu negara tersebut. Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan pariwisata seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelenggaraan paket wisata, melainkan banyak kegiatan ekonomi lainya yang berhubungan erat dengan pariwisata separti transportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran (Suwantoro, 1997).
Industri
pariwisata
merupakan
bentuk
ekspor
yang
sangat
menguntungkan terutama bagi ekonomi nasional suatu negara. Keuntungan yang nyata dan mempunyai pengaruh dalam perekonomian adalah sebagai berikut (Yoeti, 1983) : 1. Meningkatnya kesempatan kerja dan dapat mengurangi pengganguran. 2. Meningkatkan penerimaan pendapatan nasional dan menambah income per kapita. 3. Menambah penghasilan dari sektor pajak. 4. Semakin kuatnya posisi Neraca Pembayaran luar negeri. Dengan demikian majunya suatu industri pariwisata yang menyerap tenaga kerja yang banyak sudah membantu dalam memeratakan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Sebab segala lapisan mayarakat akan dapat merasakan manfaatnya dengan adanya industri pariwisata, karena mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi seperti menjual barang sovenir, membuka warung makan atau restoran, menyewakan kamar,
39
menyewakan alat transportasi yang semuanya itu sangat berguna bagi para wisatawan. Akan tetapi penerimaan dari pariwisata menambah besarnya volume uang di dalam masyarakat, dan ini dapat menimbulkan inflasi kalau produksi komoditi di dalam negeri tidak bertambah. Inilah sebabnya maka kawasan pariwisata harga–harga biasanya lebih mahal dari pada di daerah lain. Banyaknya barang tidak dapat mengimbangi laju pertambahan uang yang beredar (Soekadijo, 2000)
H. Jenis dan Macam Pariwisata Adapun jenis dan macam pariwisata adalah sebagai berikut (Yoeti, 1985) : a. Menurut letak geografisnya dimana kegiatan pariwisata berkembang. 1. Pariwisata Lokal (Local Tourism) Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas pada tempat tertentu saja. 2. Pariwisata Regional (Regional Tourism) Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas dari pariwisata lokal tetapi lebih sempit dari pariwisata nasional. 3. Pariwisata Nasional (National Tourism) Jenis pariwisata ini dibagi menjadi 2 yaitu :
40
a.
Pariwisata nasional dalam arti sempit yaitu kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu negara dimana adalah orang yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri.
b.
Pariwisata nasional dalam arti luas yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu negara selain kegiatan wisatawan domestik juga terdapat wisatawan asing.
4. Pariwisata Regional–Internasional (Regional – International Tourism) Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas pada negara tertentu seperti pariwisata ASEAN. 5. Pariwisata Internasional (International Tourism) Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara. b. Menurut Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran. 1. Pariwisata Aktif (In Bound Tourism) Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara yang dikunjungi. 2. Pariwisata Pasif (Out Going Tourism) Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala keluarnya wisatawan keluar negeri atau ke suatu negara asing dikunjungi. c. Menurut Alasan atau Tujuan Dari Perjalanan Wisata. 1. Pariwisata Bisnis (Business Tourism) Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan usaha dagang, dinas, seminar, simposium dan lain-lain. 2. Vocantional Tourism
41
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan berlibur, cuti dan lain-lain. 3. Widya Wisata ( Educational Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan untuk melakukan studi atau mempelajari ilmu pengetahuan.
d. Menurut waktu berkunjung. 1.
Pariwisata Musiman ( Seasional Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana kegiatanya berlangsung waktu tertentu.
2.
Occational Tourism Yaitu pariwisata yang kegiatanya dihubungkan dengan acara tertentu.
e. Menurut obyeknya 1. Pariwisata Budaya ( Cultural Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan karena daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah. 2. Pariwisata Kesehatan ( Recuperational Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata adalah untuk penyembuhan suatu penyakit. 3. Pariwisata Komersial ( Comercial Tourism )
42
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan dagang nasional maupun internasional. 4. Pariwisata Olahraga ( Sport Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata bertujuan untuk menyaksikan suatu pentas atau kegiatan olah raga.
5. Pariwisata Politik ( Political Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk meyaksikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara. 6. Pariwisata Agama ( Religion Tourism ) Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk menyaksikan atau menjalankan kegiatan keagamaan. I. Definisi Industri Pariwisata Industri pariwisata adalah industri yang berupa seluruh kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan atau cendera mata, industri perjalanan dan sebagainya (Soekadijo, 2000). Industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain.Dalam kompleks industri
43
pariwisata terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan / cendera mata, industri perjalanan, dan sebagainya. Dengan kata lain industri pariwisata adalah kumpulan dari berbagai perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para wisatawan selama dalam perjalanan wisata dan memperkerjakan banyak orang dalam berbagai jenis pekerjaan. Pengertian industri pariwisata merupakan batasan yang mewakili semua perusahaan yang bergerak dalam bidang pariwisata, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut serta pelayanan yang diberikan oleh para wisatawan diharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap para wisatawan yang sedang berkunjung. Dengan tujuan ini akan terlihat tahaptahap dimana para wisatawan akan memerlukan layanan tertentu, pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari pariwisata adalah semua jasa yang diberikan
oleh
perusahaan
semenjak
para
wisatawan
meninggalkan
kediamannya atau rumahnya sampai di tempat tujuan hingga kembali ketempat asalnya atau rumahnya. Harus diperhatikan bahwa meskipun kita berbicara tentang industri pariwisata, akan tetapi industri di sini tidak dalam arti ekonomi biasa, ada perbedaan-perbedaan yang nyata dengan industri lainnya, yaitu : a. Produk tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan, akan tetapi harus dinikmati di tempat di mana produk itu tersedia b. Wujud produk wisata akhirnya ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan. Bagaimana bentuk komponen-komponen produk wisata itu
44
akhirnya tersusun menjadi suatu produk wisata yang utuh, pada dasarnya wisatawanlah yang menyusun. Atraksi yang dipilihnya, angkutan apa yang akan digunakannya, berapa lama dan di hotel mana ia akan singgah, itu semua wisatawan sendiri yang menentukan. c. Apa yang diperoleh oleh wisatawan sebagai konsumen kalau ia membeli produk pariwisata adalah tidak lebih dari sebuah pengalaman dari perjalanan wisata.
Konsume n Demand
Motif Perjalanan
Kebutuhan dalam Perjalannan
Angkutan
Atraksi Wisata
Jasa
Angkutan Wisata
Pemasaran
Supply
Produsen
Gambar 2.4. Model Pariwisata sebagai Industri (Soekadijo, 2000)
45
J. Produk Wisata 1. Pengertian Produk Wisata Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa tujuan akhir dari proses produksi tidak lain adalah suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia. Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis, dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial / psikologis) dan jasa alam. (Suwantoro, 1997) a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya, dan sebagainya. c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya.
46
Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen antara lain : a. Atraksi suatu Daerah Tujuan Wisata. b. Fasilitas / amenities yang tersedia. c. Aksesbilitas ke dan dari daerah tujuan wisata. 2. Ciri suatu produk wisata : a. Hasil suatu produk wisata tidak dapat dipindahkan, karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa ke konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat di mana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang di mana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut diperlukan oleh konsumen. b. Produksi atau konsumsi terjadi pada tempat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk / jasa maka tidak akan terjadi produksi. c. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi mengguna-kan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu. d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin.
47
f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat, akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra wisata dan kesan perjalanan seorang wisatawan pada hakikatnya tergantung pada produk wisata yang tersedia. Produk industri pariwisata adalah semua jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan sejak berangkat meninggalkan rumah sampai kembali kerumah lagi. Setiap lokasi atau obyek wisata mempunyai berbagai unsur yang saling tergantung atau berhubungan, unsur-unsur tersebut semuanya diperlukan oleh para wisatawan agar dapat menikmati liburan sehingga mereka mendapatkan pengalaman yang memuaskan. Jadi produk parwisata merupakan rangkaian dari berbagai hal yang saling terkait yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam (Suwantoro, 1997). Suatu obyek pariwisata meliputi empat unsur yang penting yaitu sebagai berikut (Spillane, 1994) : a. Atraksi Atraksi adalah pusat dari industri pariwisata yang mampu menarik perhatian wisatawan yang ingin mengunjunginya. Atraksi dibagi menjadi dua yang pertama yaitu tempat tujuan primer adalah tempat atau lokasi yang sangat menarik perhatian para wisatawan dan merupakan obyek wisata yang pokok dan utama dari perjalanan wisata. Biasanya lakasi ini dapat memuaskan para wisatawan dalam beberapa hari atau dalam waktu yang lebih lama. Yang kedua yaitu tempat tujuan skunder adalah tempat atau lokasi yang menarik dan perlu untuk
48
dikunjungi ketika sedang menuju ketempat tujuan primer. Tempat semacam ini hanya memuaskan para wisatawan hanya selama beberapa hari saja. b. Fasilitas Fasilitas adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para wisatawan untuk melayani selama melakukan perjalanan wisata. Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena fasilitas harus terletak pada obyeknya. Fasilitas cenderung mendukung kegiatan
pariwisata
bukan
mendorong
pertumbuhan,
fasilitas
berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang. Hal ini didasarkan apabila suatu obyek wisata berkembang maka wisatawan akan bertambah banyak dan secara otomatis fasilitas wisata juga dapat ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. c. Infrastuktur Infrastruktur adalah keseluruhan semua kontruksi di bawah dan di atas dari suatu wilayah atau daerah. Atraksi dan fasilitas tidak akan dapat di capai dengan mudah apabila belum ada infrastruktur dasar, sehingga infrastruktur merupakan suatu dasar atau komponen penting yang mendukung industri pariwisata. Yang termasuk infrastruktur antara lain : jaringan komunikasi, listrik dan energi, terminal angkutan, jalan raya dll. d. Transportasi
49
Transportasi merupakan sesuatu yang penting bagi para wisatawan untuk berpindah dari tempat satu ketempat yang lain. Selain itu tranportasi merupakan pendukung utama industri pariwisata, karena tranportasi adalah alat yang mendukung kelancaran kegiatan pariwisata dan merupakan sesuatu yang mutlak digunakan oleh para wisatawan untuk mengantar sampai tempat atau obyek wisata yang dituju.
K. Pendapatan Asli Daerah. Sesuai dengan Pasal 157 UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas : 1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah Uraian secara rinci tentang komponen-komponen pendapatan asli daerah adalah 1) Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
50
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangannya
untuk
membiayai
tugas-tugas
dan
tanggung
jawabnya, yang terdiri dari: a) Hasil Pajak Daerah Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku , yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah ( pasal 1 UU No. 34 Tahun 2000). Penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) sesuai perundang-undangan yang berlaku. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang begitu mendasar antara pajak negara dan pajak daerah, karena pengertian pajak daerah memang sama seperti pajak negara hanya perbedaannya terletak pada : Pajak negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak). Pajak umumnya digunakan oleh pemerintah pusat tetapi ada pula yang penggunaannya diserahkan kepada daerah. Sedangkan pajak
51
daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
atau
pajak
negara
yang
pengelolaan
dan
penggunaannya diserahkan kepada daerah.Pajak daerah tidak boleh merupakan rintangan akan keluar masuknya atau pengangkutan barang ke dalam dan ke luar daerah.Dalam peraturan pajak daerah tidak boleh diadakan pembedaan atau pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan dan keagamaan.Duta atau konsul asing, demikian pula orang-orang yang termasuk kedutaan atau konsulat asing tidak boleh diberi pembebasan dari pajak daerah selain dengan keputusan presiden (Sukirno, 1988) b) Hasil Retribusi Daerah Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Sebagaimana pajak daerah, penentuan tarif dan tata cara pemungutan retibusi daerah juga ditetapkan berdasarkan Perda yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dam pemenuhan kebutuhan masyarakat telah menyediakan berbagai macam hal, padahal kegiatan ini memerlukan biaya-biaya tentu saja menuntut pembayaran kembali akan penyediaan fasilitas
52
ini dikenakan kepada masyarakat. Hal pembayaran kembali kepada pemerintah oleh masyarakat atas pemakaian barang dan jasa yang telah disediakan ini dikenal dengan retribusi. Antara retribusi dengan pajak mempunyai perbedaan sifat yang dimiliki. Perbedaan tersebut terletak pada balas jasa yang diberikan kepada wajib pajak atas pungutan tersebut. Pada pungutan pajak, wajib pajak tidak mendapatkan imbalan langsung, namun untuk retribusi mendapatkan balas jasa langsung. Semakin berkembangnya suatu daerah akan banyak pula jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah itu. Karena makin berkembangnya suatu daerah maka makin banyak fasilitas atau jasa yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk kegiatan masyarakat.
Pemerintah
Daerah
memang
mempunyai
kebebasan yang telah banyak dalam memungut retribusi lebih besar dari pada pajak, karena lapangan retribusi daerah berhubungan dengan pengganti jasa atau fasilitas yang dibebani oleh daerah. c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan
Perda
berpedoman
pada
peraturan
perundang-
undangan. d) Sumber-sumber Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 53
Sumber-sumber PAD yang sah antara lain bersumber dari hasil penjualan asset tetap daerah dan jasa giro. 2) Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Nasional
(APBN)
yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber-sumber dana yang berasal dari pos Dana Perimbangan, antara lain:
a) Bagian Bagi Hasil Bagian Bagi Hasil dapat berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan ( PBB ), Bea Peroleh Hak Atas Tanah ( BPHTP) dan penerimaan dari sumber daya alam. b) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya daklam rangka pelaksanaan desentralisasi. c) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus ( DAK ) adalah dana yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu kebutuhan khusus tertentu .
54
Kebutuhan khusus menggunakan kriteria yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus Dana Alokasi Umum dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. 3) Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain penerimaan daerah yang sah, antara lain bersumber dari hibah, dana darurat dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah dari APBN kepada pemerintah daerah untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD. L. Peranan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pariwisata merupakan hubungan yang ditimbulkan oleh kegiatan perjalanan dan berdiamnya orang–orang yang bukan merupakan penduduk setempat dengan syarat tidak menetap didaerah tersebut dan melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan upah. Salah satu sumber dari pendapatan yang nantinya digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah pendapatan wisata, sehingga pandapatan wisata diharapkan dapat untuk membantu pemerintah dalam melancarkan progam– progam pemerintah yang telah disusun serta diharapkan dapat melancarkan pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah daerah (Soekadijo, 2000).
55
Untuk meningkatkan penerimaan dari pendapatan wisata harus dilakukan dengan cara menggali potensi–potensi sumber pendapatan wisata yang ada pada daerah tersebut. Industri pariwisata merupakan bagian yang melibatkan berbagai macam kegiatan seperti obyek wisata pantai yang menyumbang retribusi, atraksi wisata dan hiburan serta pendukung kegiatan pariwisata seperti penginapan, biro perjalanan wisata, rumah makan atau restoran, dan lain-lain. Berkembangkan pariwisata akan berdampak terhadap sektor lain seperti pertanian, kerajinanan rakyat, usaha kecil dan sektor lainya. Perkembangan pariwisata selain akan meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata juga akan meningkatkan aktifitas di luar sektor pariwisata yang akhirnya
akan
menambah
peningkatan
pendapatan
masyarakat
dan
penerimaan pendapatan pariwisata. Kedatangan para wisatawan baik dalam negeri maupun manca negara untuk berwisata akan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata, karena para wisatawan sudah pasti akan menggunakan fasilitas ditempat atau obyek wisata seperti hotel, biro perjalanan dan lain–lain. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan bidang pariwisata yaitu untuk meningkatkan pendapatan dari sektor industri pariwisata. Pariwisata memberikan sumbangan secara langsung kepada kemajuan suatu daerah yaitu terhadap usaha pembuatan dan perbaikan jalan, terminal, jembatan, sarana kesehatan dan kebersihan dan lain–lain. Semuanya itu dapat memberiakan manfaat bagi masyarakat disekitar tempat atau obyek wisata maupun bagi para wisatawan yang berkunjung.
56
Industri
pariwisata
selain
membutuhkan
fasilitas–fasilitas
pariwisata juga membutuhkan sarana yang bersifat pelayanan umum seperti listrik, air bersih, tempat olah raga, bank, telekomunikasi dan lain–lain. Dengan sarana tersebut maka akan timbul pengenaan pajak dan retribusi baik secara langsung maupaun tidak langsung. Dengan berkembangnya pariwisata maka pajak dan retribusi yang masuk kedaerah tersebut akan semakin meningkat, yang dapat membantu pemerintah daerah sebagai masukan yang semuanya itu digunakan untuk membiayai kegiatan serta pembangunan pada daerah atau wilayah tersebut.
M. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata Pariwisata masa kini adalah produk dari kemajuan sosial. Dengan pengelolaan yang sehat serta pengertian yang tepat ,maka pariwisata bisa merupakan wahana yang baik dalam mencapai kemajuan sosial, serta hubungan damai antara bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata memberikan pengaruh besar pada peningkatan serta pemerataan pendapatan penduduk setempat, disamping sering berperan pula sebagai katalisator kemajuan sosial (Spillane, 1987) Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan adanya industri pariwisata sebagai berikut : 1. Membuka kesempatan kerja. 2. Menambah pemasukan atau pendapatan daerah.
57
3. Menambah devisa negara. 4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia. 5. Menunjang gerak pembangunan di daerah. Namun ada beberapa pihak yang ragu-ragu akan keuntungan pariwisata dan pengaruhnya terhadap pembangunan, terutama penduduk di negara-negara yang sedang berkembang yang mayoritas miskin dan tertindas oleh penguasa setempat. Mereka harus puas dengan keuntungan apa saja dari program-program pemerintah seperti halnya industri pariwisata (Spillane, 1987) Adapun kerugian-kerugian yang diperoleh dengan adanya industri pariwisata sebagai berikut : 1. Sumbangan terhadap Neraca Pembayaran tidak setinggi
yang
diharapkan. 2. Pariwisata merusak lingkungan. 3. Pariwisata dimiliki para pemodal asing. 4. Terjadinya pencurian benda-benda kuno. 5. Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional. 6. Timbulnya industri sex. N. Penelitian Terdahulu Berikut ini hasil penelitian sejenis mengenai pariwisata yang diambil dari penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : a. Analisis kegiatan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Andre Yosrizal tahun 2004. Dalam
58
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, jumlah angkutan pariwisata, tingkat hunian kamar dan jumlah restoran dan rumah makan terhadap pendapatan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarata. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Semi Ln dari hasil diketahui bahwa uji t yang dilakukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh tidak penting atau tidak signifikan adalah jumlah wisatawan, jumlah angkutan wisata sedangkan variabel jumlah restoran dan rumah makan dan tingkat hunian kamar mempunyai pengaruh yang signifikan pada t tabel a : 10% dan N : 10. Dari hasil uji F diketahui bahwa semua variabel secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang penting atau signifikan pada F tabel a : 10 % N : 10 dan K : 4, nilai R 2 diketahui sebesar 0,749131. Dari uji Asumsi Klasik diketahui bahwa baik dari uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas tidak terjadi masalah keduanya hanya saja pada uji Multikolinieritas antara variabel jumlah restoran dan rumah makan dan variabel jumlah angkutan wisata ada Multikolinieritas sedangkan pada uji autokorelasi terletak pada daerah ragu–ragu. b. Analisis sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah di kabupaten Karanganyar oleh Meika Fatmawati tahun 2005. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan dan jumlah kamar terhadap pendapatan pariwisata di kabupaten Karanganyar. Alat analisis yang digunakan yaitu uji regresi Log Linier hasilnya adalah sebagai berikut uji t diketahui bahwa
59
variabel jumlah wisatawan mempunyai pengaruh signifikan sedangkan variabel arus kendaraan dan jumlah kamar tidak signifikan pada a : 5 % . Uji F bahwa semua koefisien regresi tersebut secara signifikan berpengaruh pada a : 5 % nilai R 2 diketahui sebesar 0,223124. Dari uji Asumsi Klasik uji Multikolinieritas hanya antara variabel jumlah kamar dan jumlah wisatawan yang tidak terjadi masalah Multikolinieritas. Pada uji Heterokedastisitas semua variabel terdapat masalah Heterokedastisitas dan pada uji autokorelasi disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Klaten yang memiliki obyek pariwisata, sehingga dapat dilihat dan diteliti seberapa jauh kontribusinya terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. B. Data Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder berupa data time series dengan sampel yang diteliti dari Januari Tahun
60
1997 sampai Desember 2007 data diperoleh dari instansi atau dinas yang berhubungan dengan judul penelitian yaitu dinas pariwisata dan kebudayaan, BPS, dinas pendapatan daerah dan instansi yang terkait lainnya. Selain itu data juga diperoleh dari membaca buku, referensi atau informasi yang berkaitan dengan tema atau judul penelitian. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah : 1. Studi Pustaka
Yaitu teknik untuk mengumpulkan data skunder dari dinas atau instansi yang terkait dengan masalah yang diteliti selain itu juga membaca dari literatur atau sumber yang lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 2. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek daerah penelitian yaitu tempat – tempat wisata yang ada di Kabupaten Klaten untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai obyek wisata di Kabupaten Klaten.
D. Variabel Penelitian 1. Pendapatan Pariwisata
Pendapatan Pariwisata adalah bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari kegiatan kepariwisataan, seperti retribusi obyek
61
rekreasi dan olah raga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan rupiah. 2. Jumlah Wisatawan
Jumlah Wisatawan adalah semua orang dari dalam maupun luar negeri yang datang ke lokasi wisata dengan tujuan menikmati dari kunjungan tersebut, diketahui dari tiket yang terjual, dengan satuan orang. 3. Arus Kendaraan
Arus Kendaraan adalah banyaknya kendaraan yang masuk ke lokasi obyek pariwisata dengan mengetahui dari tiket masuk kendaraan, baik itu roda dua maupun roda empat. Dalam satuan unit.
4. Tingkat Hunian Kamar
Tingkat Hunian Kamar adalah prosentase kamar yang dihuni / dipakai tamu terhadap jumlah kamar yang tersedia.Tingkat hunian kamar dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia, dikali dengan 100 %, dengan satuan persen. E. Tehnik Analisis 1. Uji Hipotesis I Untuk mengetahui apakah variable seperti jumlah wisatawan ,arus kendaraan, dan jumlah kamar mempunyai
pengaruh yang positif
terhadap pendapatan pariwisata, digunakan uji regresi Linear Double Log sebagai berikut:
62
㿸 PP= bo + b ₁㿸 WISt + b 2㿸 AKt + b 3㿸 THKt + ei ...................(1.1)
Dimana : PPt
=
Pendapatan Pariwisata pada periode t
WISt
=
Jumlah wisatawan pada periode t
AKt
=
Arus kendaraan ke lokasi obyek wisata pada periode t
THKt
=
Tingkat hunian kamar hotel di Kabupaten Klaten periode t
ei
=
Residu
b0
=
Konstanta atau intersep
b 1, b 2, b 3, b 4=
Koefisien jangka panjang
a) Uji Statistik Uji Statistik terdiri dari pengujian secara individual, pengujian secara serentak dan uji koefisien determinasi. 1. Pengujian secara individual (Uji t) Uji t adalah pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independent terhadap variabel dependen secara
63
sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap dan konstan. Dalam uji t ini digunakan hipotesis sebagai berikut : a. Ho : β1 = 0 variabel
independent
secara
individu
tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha : β1 ≠ 0 variabel independent secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Nilai t hitung diperoleh dengan rumus (Gujarati, 1995) :
t=
b1 ....................................................................... (1.2) Se(b 1 )
Dimana : β
= Koefisien regresi
Se (β1) = Standar error koefisien regresi c. t tabel → t α/2; n-k Dimana :
α = Derajat signifikansi n
= Jumlah observasi/ sampel
k
= Jumlah variabel
Daerah tolak
Daerah tolak Daerah diterima
-t tabel ( α/2 ; n-k )
t tabel ( α/2 ; n-k ) 64
Gambar 3.1 Daerah Terima dan Tolak Uji t d. Kriteria pengujian i.
Apabila hasil penghitungan menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
ii.
Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima
yang
berarti
variabel
independen
tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 2. Pengujian Uji Serentak (Uji F) Uji
F dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara
serentak variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
(1) Menentukan hipotesa :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
(2) Menentukan nilai F hitung dengan rumus :
65
Fhit =
R 2 (K - 1) 1 - R 2 (N - K )
(
)
Dimana :
R²
= koefisien determinasi
K
= banyaknya variabel
N
= banyak data atau observasi
(3) Menentukan tingkat signifikasi sehingga diperolah nilai Ftabel. Membandingkan F hit dengan F tabel : (a) Jika F hit < F tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, Artinya variabel-variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (b) Jika F hit >F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, Artinya variabel – variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. 3. Koefesien Determinasi ( R²) Apabila estimansi koefesien determinasi
semakin besar
(mendekati 100%) menunjukan bahwa hasil estimansi akan mendekati keadaan yang sebenarnya , atau variabel yang di pilih dapat menerangkan dengan baik
variabel terikatnya atau
sebaliknya. b) Uji Asumsi Klasik 66
1. Heteroskedastisitas Diuji untuk mengetahui varian dari variabel ganguan (disturbance term) mempunyai penyebaran yang sama atau berbeda. Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana varian setiap variabel independen tertentu tidak bernilai konstan yang
sama dengan
²(varian).
Cara mendeteksi adalah : dengan menggunakan uji Park yakni dengan melogkan nilai e² (residu/ disturbance term dikuadratkan). Kemudian di regres dengan variabel-variabel independen. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa ditulis :
㿸 ei2 = a + 㿸 X1 + ₁ Ln X2 + ......+ Ui
Kondisi
Heteroskedastisitas diderita jika dari regresi
tersebut nilai t individual terbukti signifikan (t hitung < t tabel). 2. Multikolinearitas Yakni adanya kesempurnaan, atau ketepatan, hubungan linear diantara beberapa atau semua variabel penjelas dari model regresi 67
(Gujarati, 1995). Untuk menguji ada tidaknya multikonearitas pada model,
pertama
menggunakan
metode
Klein,
yakni
membandingkan nilai r²xi, xj (korelasi antar masing-masing variabel) dengan nilai R2y.xi
xj…..xn (koefisien determinasi).
Multikolinearitas dianggap sebagai masalah bila :
r2 xi, xj > R2y. xi, xj ……..xn
3. Autokorelasi Autokorelasi menunjukan korelasi atau hubungan antara anggota gangguan serangkaian observasi yang diurutkan, bisa menurut waktu seperti data dalam deret waktu atau menurut suatu tempat seperti data dalam cross sectional. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan Uji Durbin Watson. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai d yang diperoleh dari hasil regresi dengan batas bawah uji d (dl) dan batas atas uji d (du) dalam tabel statistic Durbin Warson (Gujarati, 1995). Raguragu
Raguragu
Autokorelasi positif
Autokorelasi negatif
Tidak ada korelasi
dL
dU
4 - dU
4-dL
68
Apabila Ho menyatakan tidak ada autokorelasi maka: d < dI
= menolak Ho dan menerima adanya Autokorelasi Positif
d > (4-dI)
= menolak Ho dan menerima adanya Auto korelasi Negatif
du
= tidak meyakinkan (ragu-ragu)
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Luas dan letak Geografis Kabupaten Klaten yang juga dikenal dengan Kabupaten Seribu Candi, merupakan salah satu dari 35 kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta yang dilewati jalan raya Yogya- Solo. Jika dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka kabupaten Klaten terletak antara 110 26’14’’ Bujur Timur dan 110 47’51’’ Bujur Timur, serta 7 32’19’’ Lintang Selatan dan 7 48’33’’ Lintang Selatan. Ketinggian rata- rata 511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 31 . Batas- batas wilayah Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut : 69
Sebelah Utara
:
Berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Sebelah Timur
:
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Selatan
:
Berbatasan
dengan
Kabupaten
Gunung
Kidul (DI Yogyakarta). Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Sleman ( DI Yogyakarta).
Luas wilayah Kabupaten Klaten adalah 65.556 Ha yang terbagi dalam 26 kecamatan ,terdiri dari 391 desa dan 10 kelurahan. Pada Tahun 2005 dari 65.556 Ha luas Kabupaten Klaten, 51,05% (33.467 Ha) merupakan lahan sawah dan 48,95% ( 32.089 Ha) merupakan lahan bukan sawah. Namun seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian di Tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dari luas sawah yang mengalami penurunan sebesar 0,08% sedangkan lahan bukan sawah mengalami kenaikan sebesar 0,08%. Perubahan terbesar digunakan untuk bangunan dan industri. Berdasarkan data BPS (2007: 6), banyaknya hari hujan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2006 adalah 85 hari dengan rata- rata curah hujan 275 Mm, curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan bulan Desember. Letak ketinggian dari permukaan laut, terbagi menjadi tiga ketinggian yaitu : a) 3,72% terletak diantara ketinggian 0- 100 meter diatas permukaan laut. b) 83,52% terletak diantara ketinggian 100- 500 meter diatas permukaan laut.
70
c) Sisanya yaitu12,76% , terletak diantara ketinggian 500- 2500 meter diatas permukaan laut. Untuk jenis tanah dan persebarannya, Kabupaten Klaten tersusun dari lima macam tanah, antara lain : a) Litosol : terdapat di daerah kecamatan Bayat b) Regosol : terdapat di daerah kecamatan Cawas, Trucuk, Kalikotes, Kebonarum, Karangnongko, Ngawen, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Pulonharjo, Karanganom, Tulung dan Jatianom. c) Grumosol kelabu tua : terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan. d) Regosol kelabu dan kelabu tua: terdapat di daerah kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan. e) Regosol coklat keabuan: sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kalikotes dan terdapat di daerah kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi. Secara Administratif, Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Cawas yaitu Kecamatan Kebonarum masing- masing 7 desa. Dalam lingkup Kabupaten Klaten semua desa termasuk dalam klasifikasi desa swasembada.
71
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan Kabupaten Klaten Tahun 2007 KECAMATAN
DESA
DUKUH
OBYEK WISATA POTENSI
01. Prambanan
16
183
02. Gantiwarno
16
149
03. Wedi
19
178
04. Bayat
18
228
JUMLAH
Alam
6
Alam
1
Buatan
1
Budaya
2
Budaya
1
05. Cawas
20
238
06. Trucuk
18
171
07. Kalikotes
7
99
08. Kebonarum
7
65
Buatan
2
09. Jogonalan
18
202
Buatan
1
10. Manisrenggo
16
252
11. Karangnongko
14
35
Alam
1
12. Ngawen
13
124
13. Ceper
18
42
14. Pedan
14
151
15. Karangdowo
19
161
16. Juwiring
19
208
17. Wonosari
18
149
18. Delanggu
16
37
Budaya
1
19. Polanharjo
18
44
Alam
1
72
20. Karanganom
19
48
Alam
1
21. Tulung
18
185
Alam
1
22. Jatianom
17
207
Budaya
1
23. Kemalang
13
214
Budaya
1
Alam
1
24. Klaten Selatan
11
112
Budaya
2
25. Klaten Tengah
3
97
Budaya
1
26. Klaten Utara
6
124
391
3703
Jumlah
Sumber : BAPEDA Kabupaten Klaten Tabel 4.2
Luas Daerah, Jarak Terdekat ke Obyek Wisata
KECAMATAN
Luas daerah
Jarak dari Kota Kabupaten
(Ha)
ke Obyek Wisata (Km)
01. Prambanan
2.443
± 15
02. Gantiwarno
2.564
± 13
03. Wedi
2.438
± 23
04. Bayat
3.943
±8
05. Cawas
3.447
± 32
06. Trucuk
3.381
± 15
07. Kalikotes
1.300
±6
966
±6
09. Jogonalan
2.670
±5
10. Manisrenggo
2.696
± 25
11. Karangnongko
2.674
± 10
12. Ngawen
1.697
±7
13. Ceper
2.445
±7
14. Pedan
1.917
± 12
15. Karangdowo
2.923
± 15
16. Juwiring
2.979
± 15
17. Wonosari
3.114
± 25
18. Delanggu
1.878
± 15
19. Polanharjo
2.384
± 10
20. Karanganom
2.406
±8
08. Kebonarum
73
21. Tulung
3.200
± 17
22. Jatianom
3.553
± 12
23. Kemalang
5.166
± 25
24. Klaten Selatan
1.444
±5
25. Klaten Tengah
890
0
1.038
±5
26. Klaten Utara
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten
2. Sosial a. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2007 sebesar 1.286.058 jiwa. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu 5 Tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan naik. Pada tahun 2002 kepadatan penduduk sebesar 1.930 jiwa/Km² sekarang sudah menjadi 1.962 jiwa/Km². Kepadatan penduduk terbesar ada di Kecamatan Klaten Tengah yakni sebesar 4.883 jiwa/Km², sedang Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah ada di Kecamatan Kemalang, yakni sebesar 676 jiwa/Km². b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan, kemampuan dan memperbaiki mutu kehidupan seluruh warganya. Upaya Pemerintah dalam usaha meningkatkan dan memperluas fasilitas pendidikan ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi pendidikan didaerah. Adapun penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
74
fluktuasi, hal ini dapat dilihat dari jumlah murid dari berbagai jenjang pendidikan yang mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten, pada Tahun 2007 jumlah SD Negeri sebanyak 778 buah, SD Swasta sebanyak 18 buah, SLTP Negeri sebanyak 65 buah, SLTP Swasta 45 buah, jumlah SMU Negeri sebanyak 16 buah, jumlah SMU Swasta sebanyak 16 buah, jumlah SMK Negeri sebanyak 9 buah, jumlah SMK Swasta sebanyak 17 buah. Selanjutnya, jumlah murid SD Negeri sebanyak 105.906, dengan guru sebanyak 8.233 orang. Jumlah murid SD Swasta sebanyak 4.055, dengan guru sebanyak 236 orang. Jumlah murid SMP Negeri sebanyak 41.340, dengan guru sebanyak 3.020 orang. Jumlah murid SMP Swasta sebanyak 9.094, dengan guru sebanyak 845 orang. Jumlah murid SMU Negeri sebanyak 12.145, dengan guru sebanyak 975 orang. Jumlah murid SMU Swasta sebanyak 3.602, dengan guru sebanyak 384 orang. Jumlah murid SMK Negeri sebanyak 6.212,dengan guru sebanyak 516 orang. Jumlah murid SMK Swasta sebanyak 7.902, dengan guru sebanyak 560 orang. Selain fasilitas tempat belajar, sarana pendukung lainnya yang juga penting adalah ketersediaan tenaga pengajar. Secara umum ratio murid terhadap guru dari tahun ke tahun penurunanya tidak banyak, sehingga dapat dikatakan ketersediaan guru dalam menunjang pendidikan relatif stabil. c. Kesehatan Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, pada Tahun 2007 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 1 Rumah Sakit Negeri, 1
75
Rumah Sakit Jiwa Negeri, 1 Apotek Daerah, 1 Toko Obat Berijin, 1 Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru, 34 Puskesmas/ Balai Pengobatan, 81 Puskesmas Pembantu, 10 Puskesmas berfasilitas rawat inap, 11 Balai pengobatan Swasta, 6 Rumah Bersalin Swata, 25 Apotek Swasta. Sementara itu tenaga kesehatan yang tersedia terdiri dari Dokter Umum sebanyak 25 orang, Dokter Gigi sebanyak 6 orang, Dokter Spesialis sebanyak 9 orang. Bidan sebanyak 95 orang dan Perawat kesehatan sebanyak 271 orang. d. Agama Pembangunan dibidang kehidupan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa diarahkan agar mampu meningkatkan kualitas umat beragama, sehingga tercipta suasana kerukunan hidup yang erat. Di Kabupaten Klaten pada Tahun 2007 terdapat 6 sarana tempat beribadah, terdiri dari Masjid 2.271 buah, Musholla 1.894 buah, Gereja Katholik 52 buah, Gereja Kristen 100 buah, Pura 45 buah, Vihara 4 buah. e. Perhubungan Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Lalu lintas Angkutan Jalan Kabupaten Klaten, panjang jalan di Kabupaten Klaten adalah sebesar 776,96 kilometer. Jenis permukaan jalan yang ada sebagian besar diaspal yakni sebesar 88,58%, sedangkan sisanya sebesar 8,26% merupakan jalan tanah. Kondisi jalan dalam keadaan sedang yaitu sepanjang 195,72 kilometer. Yang patut dicermati ada sepanjang 319, 31 kilometer atau sebesar 41,10% ada dalam keadaan rusak. Selain jalan Kabupaten, jalan desa yang ada di Kabupaten Klaten sepanjang 2.171,036 kilometer.
76
Berdasarkan data dari BAPEDA Kabupaten Klaten, jumlah kendaraan bermotor pada Tahun 2007 sebanyak 9.012 unit, yang terdiri dari 8.397 kendaraan pribadi dan 615 kendaraan umum. Bidang perhubungan ini terkait langsung dengan bidang Pariwisata, dengan adanya sarana transportasi jalan yang terus dikembangkan dan dikelola secara lebih baik, akan membantu kelancaran wisatawan berkunjung kelokasi wisata sehingga perkembangan industri pariwisata lebih meningkat ke arah yang lebih baik dari tahun ke tahun sesuai dengan berkembangnya bidang perhubungan. Tabel 4.3 Keadaan dan Status Jalan Kabupaten Klaten Tahun 2007 KEADAAN I. Jenis Permukaan a. Diaspal b. Kerikil c.Tanah d. Tidak dirinci
PANJANG JALAN (Km)
PRESENTASE
688,24
88,58
88,72
11,42
Jumlah
776,96
100
II. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat
109,59 195,72 319,31 152,34
14,1 25,19 41,1 19,61
Jumlah
776,96
100
III. Kelas Jalan a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas IIIA e. Kelas IIIB f. Kelas IIIC g. Kelas IV h. Kelas tidak dirinci Jumlah
688,24 88,72 776,96
88,58 11,42 100
77
Sumber : Kantor BAPEDA Kabupaten Klaten f. Pariwisata Sejalan dengan otonomi daerah, pengembangan sektor pariwisata pada saat ini semakin penting. Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas kesempatan kerja. Terlebih Kabupaten Klaten yang lebih dikenal sebagai Kabupaten seribu candi, sektor pariwisata merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan. Jumlah pemasukan dari obyek wisata cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 jumlah total pemasukkan mengalami kenaikan cukup besar, yaitu Rp. 425.000.000. uang masuk obyek wisata paling banyak dari kolam renang dan pemancingan, yaitu sebesar Rp. 193.350.000 atau sebesar 45,50% dari total penerimaan. Kenaikan jumlah uang masuk ternyata sejalan dengan kenaikan jumlah pengunjung ke obyek wisata. Total jumlah pengunjung tahun 2007 sebesar 378.928 orang. Jumlah pengunjung terbanyak dari kolam renang dan pemancingan, yaitu sebesar 212.781 orang. Pengembangan sektor pariwisata tidak terlepas dari usaha akomodasi. Pada tahun 2007 jumlah hotel yang ada di Kabupaten Klaten sebanyak 38 hotel, mengalami kenaikan dibandingkan dengan Tahun 2006. Dari jumlah tersebut seluruhnya merupakan hotel melati. Sedangkan jumlah tamu yang menginap dan kamar yang terjual tidak mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006. Sedangkan tingkat hunian juga tidak mengalami kenaikan, berarti lama tamu dihotel juga tetap. B. Tinjauan mengenai industri pariwisata
78
1. Keadaan Dan Potensi Kepariwisataan Kota Klaten terletak diantara dua kota budaya, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Kota Klaten terdapat bermacam- macam obyek wisata, sarana wisata, kesenian tradisional, upacara tradisional dan lain sebagainya yang cukup potensial dan juga merupakan pintu gerbang sebelah selatan obyek wisata yang terdapat di Jawa Tengah. Penyelenggaraan kepariwisataan merupakan perangkat yang sangat penting didalam pembangunan daerah dalam otonomi daerah saat ini, untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta memperkenalkan seni budaya daerah dan hasilhasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Kabupaten Klaten mempunyai kedudukan dan potensi yang cukup kuat, dilihat dari letak dan kondisi geografis Kabupaten Klaten yang cukup bervariasi dari daerah yang beriklim sejuk sampai dengan dataran rendah dengan potensi alam yang cukup memikat terutama dengan tersedianya sumberdaya air yang cukup melimpah. 2. Potensi Wisata Alam Obyek wisata alam merupakan obyek dan daya tarik yang berhubungan dengan lingkungan alam, potensi- potensi wisata alam yang telah ada dan dilengkapi oleh sarana penunjang obyek wisata yang berada di Kabupaten Klaten antara lain adalah : a. Deles Indah
79
Deles Indah merupakan obyek wisata yang terletak di lereng kaki gunung Merapi, sebelah timur ± 25 Km dari kota Klaten, Deles berada diwilayah desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, dengan ketinggian antara 800m- 1.300m diatas permukaan laut.deles mempunyai potensi spesifik suasana pemandangan alam pegunungan. Dari obyek wisata Deles dapat dilihat pemandangan puncak Merapi dengan nyata, pemandangan kota Klaten yang dihiasi dengan cerobong perusahaan gula Gondang Baru dan perusahaan Ceper Baru dengan berselendangkan Rowo Jombor dengan jajaran gunung kapurnya merupakan panorama yang indah. Di sekitar Deles Indah ini dikenal pula beberapa peninggalan bersejarah dan juga tempat rekreasi khusus, antara lain : a) Bekas Pesanggrahan Sunan Paku Buwono X Menurut cerita tahun ± 1938 Sunan Paku Buwono X bertapa/ bersemedi di tempat tersebut dengan maksud memohon kepada Tuhan agar letusan gunung Merapi tidak menembus ke arah timur pesanggrahan. Pesanggarahan
ini
sekarang
dinamakan
pesanggrahan
Gubernur
Muchtar. b) Makam Kyai Mloyopati Sebagai tempat ziarah atau nyepi yang ramai dikunjungi masyarakat Kemalang dan sekitarnya. c) Sendang Kali Reno Sendang Kali Reno mempunyai warna air yang berwarna- warni.
80
d) Taman Rekreasi Ngajaran Taman ini terletak pada hutan akasia di sebelah barat dan utara Pesanggrahan Paku Buwono X dan juga terletak disepanjang jalan menuju bukit Petung, taman ini sangat cocok sebagai tempat rekreasi dan camping. e) Gua Sapuangin Gua ini mempunyai kedalaman ± 8 meter dan didalamnya terdapat beberapa gua yang terdapat di bawah bukit pring cendani. b. Rowo Jombor Rowo Jombor terletak didesa Krakitan, Kecamatan Bayat yang dilatarbelakangi oleh pegunungan kapur. Jaraknya ± 8 Km ke arah tenggara dari kota Klaten, luas kawasan 198 Ha, kedalaman 4,5 meter dengan daya tampung 4.000.000 m³. Menurut cerita penduduk sejak dahulu kala ada upacara getekan di Rowo Jombor tersebut yang bertepatan dengan upacara Syawalan di Sendang Bulus jimbung dan sampai sekarang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Di lingkungan obyek wisata Rowo Jombor terdapat juga obyek wisata lain, yaitu: a) Taman rekreasi anak- anak di Bukit Sidoguro b) Gua Kendil dan Gua Payung Yaitu gua alam yang berbentuk kendil dan payung yang terletak di sebelah selatan bukit Sidoguro. c) Sendang Bulus Jimbung
81
Sendang ini terletak di desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, luas sendang 72 m², luas kawasan 1.000 m². Dihuni bulus yang bernama nyi dan ki Poleng, tempat ini digunakan untuk kegiatan upacara tradisional Syawalan. c. Gunung Watu Prahu Gunung ini merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai jarak dari kota Klaten ± 15 Km, terletak di gunung Gajah, Kecamatan Bayat. Obyek wisata ini mempunyai potensi spesifik suasana alam pegunungan dan pemandangan alam, menurut hasil penyelidikan dari Dinas Archeologi Bandung, gunung Watu Prahu berumur ±160.000 tahun dan terdapat fosil- fosil dan bermacam batuan. Dinamakan gunung Watu Prahu karena mempunyai ciri khas berbentuk seperti perahu, obyek ini merupakan daerah yang dilindungi kelestariannya. d. Gua Suran Sebuah gua yang terletak di kalurahan Jatianom, Kecamatan Jatianom. Gua ini dipergunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig pada waktu belum bisa membuat masjid. Gua berbentuk leter L dengan kedalaman ± 4 meter. Disamping gua terdapat sendang Suran sebagai tempat wudhu Kyai Ageng Gribig. Lokasi ini sekarang dipergunakan untuk tempat penyebaran apem yang dilakukan tiap- tiap bulan Syapar, disamping itu juga terdapat : a) Gua Belan, merupakan terowongan yang kedalamannya ± 8 meter b) Sendang Plampeyan
82
c) Taman rekreasi anak- anak di Plampeyang, disebelah selatan makam Kyai ageng Gribig. e. Sumber Air Ingas Obyek wisata Sumber Air Ingas memiliki luas ± 15.000 m², terbentang di pinggiran kali busur yang mengalir dari utara keselatan, sehingga pengunjung yang akan memasuki obyek wisata ini harus meniti jembatan gantung yang justru merupakan daya tarik sendiri dari obyek- obyek wisata yang lain. Sumber Air Ingas dengan panorama alamnya yang sejuk dan indah, juga terdapat kolam renang, warung- warung untuk santai serta tempat peristirahatan yang teduh. Obyek wisata ini sangat ramai apabila menjelang bulan puasa tiba, banyak pengunjung yang melakukan padusan di obyek ini dengan kepercayaan bahwa puasanya akan lancar. Jaraknya adalah ± 17 Km ke arah utara dari kota Klaten. Terletak di desa Cokro Kecamatan Tulung, luasnya 15.000 m². f. Pemandian atau Sendang Kabupaten Klaten juga memiliki banyak obyek wisata pemandian atau sendang yang berasal dari mata air, diantaranya : a) Pemandian Lumban Tirto Terletak di desa Daleman, Kecamatan Tulung, jarak dari kota klaten ± 17 Km, luasnya 200m² , fungsinya sebagai kolam renang. b) Pemandian Jolotundo Terletak di desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, jarak dari kota Klaten ± 8 Km, luasnya 500m², fungsinya sebagai tempat pemandian. c) Pemandian Ponggok
83
Terletak di desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, jarak dari kota Klaten ± 10 Km, luasnya 600m², fungsinya sebagai pemandian alam dan pengairan. d) Sendang Plampeyan Terletak di kalurahan Jatianom, Kecamatan Jatinom, jarak dari kota Klaten ± 12 Km, luasnya 16 m², fungsinya sebagai tempat pemandian dan rekreasi. e) Sendang Gotan Terletak di dukuh Gotan, desa Mranggen, kecamatan Jatianom, jarak dari kota Klaten ± 5 Km, luasnya 250m², fungsinya sebagai tempat pemandian dan air minum. f) Sendang Riyo Manggolo Terletak di desa Kajoran Kriyan, Kecamatan Klaten Selatan, jarak dari kota Klaten ± 5 Km, luasnya 150m², fungsinya sebagai tempat pemandian dan rekreasi. g) Sendang Tretes Terletak di desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, jarak dari kota Klaten ± 15 Km, luasnya 400m², fungsinya sebagai tempat rekreasi dan pengairan. 3. Wisata Budaya Kabupaten Klaten juga mempunyai obyek wisata budaya yang cukup menarik dan potensial untuk dikembangkan,meliputi cagar budaya berupa candi dan situs bersejarah, candi bukan sekedar tumpukan batu- batu yang berjuta jumlahnya dan disusun menjadi suatu bangunan, tetapi candi adalah
84
peninggalan purbakala, benda bersejarah hasil karya seni budaya nenek moyang kita yang sangat tinggi nilainya. Candi berkaitan erat dengan ajaran, falsafah, agama yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi secara positif dan melahirkan karya yang tinggi nilainya. Candi yang berada di Kabupaten Klaten antara lain : a. Candi Sewu Terletak di dukuh Bener, desa Bugisan Kecamatan Prembanan, jarak dari kota Klaten ± 15 Km ke arah barat. Candi ini terdiri dari sebuah candi induk yang diapit oleh candi Perwara yang berjumlah 240 buah dan candi Apit yang berjumlah 8 buah. Karena jumlah candi tersebut cukup banyak, maka candi tersebut dikenal dengan nama candi Sewu. Candi Sewu didirikan pada abad ke IX oleh salah seorang penganut agama Budha Maha Yana. Luas candi Sewu adalah 14.059.488 m², fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah, pengunjung yang datang rata- rata 1000 orang tiap bulannya. b. Candi Lumbung Terletak di dukuh Tlogo Kecamatan Prambanan, jarak dari kota Klaten ± 15 Km ke arah barat. Candi Lumbung terdiri dari sebuah candi induk yang dikelilingi oleh 16 candi Perwara. Candi induk ini menghadap ke timur, berkamar kosong dan atapnya berbentuk Stupa. Luas candi Lumbung adalah 543,35 m², fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah, pengujung yang datang ke candi Lumbung rata- rata 2000 orang tiap bulannya.
85
c. Candi Bubrah Terletak di dukuh Klurak, desa Tlogo Kecamatan Prambanan Klaten, jarak dari kota Klaten ± 15 Km ke arah barat. Candi ini terletak di sebelah utara candi Lumbung, nama Bubrah diambil dari keadaan candinya yang sudah bubrah atau rusak. Masa pendirian candi Bubrah sama dengan candi Sewu yaitu pada abad ke IX, candi induk menghadap ke timur. Luas candi Bubrah adalah 343,80 m², fungsinya adalah sebagai obyek
wisata
peninggalan bersejarah, pengunjung yang datang rata- rata 53 orang tiap bulannya. d. Candi Plaosan Terletak di dukuh Plaosan, desa Bugisan Kecamatan Prambanan, jarak dari kota Klaten ± 14 Km ke arah barat. Candi Plaosan terdiri dari dua kelompok candi yaitu : -
Kelompok candi Plaosan Kidul, kelompok candi ini telah banyak mengalami kerusakan.
-
Kelompok candi Plaosan Lor, kelompok candi ini terdiri dari dua duah candi induk yang dikelilingi oleh 116 buah Stupa Perwara dan 50 buah candi Perwara. Candi induk Plaosan Lor dipugar pada tehun 1962 oleh Dinas Purbakala. Didalam kamar candi induk terdapat 6 buah arca Dhyani
Budisatwa
antara
lain:
Awalokiteswara,
Wajrapani,
Padmapani. Berdasarkan prasasti pendek yang dipahatkan pada Perwara, mungkin candi Plaosan dibangun atas kerjasama antara Raja Pikatan dan Cri Kahuluan, perpaduan antara Budha dan Hindu.
86
Bertitik tolak dari hal tersebut,maka diperkirakan candi Plaosan dibangun pada abad ke IX. Luas candi Plaosan adalah 4.529,06 m² . Fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan bersejarah dan upacara keagamaan agama Budha. e. Candi Sojiwan Candi ini terletak di dukuh Sojiwan, desa Kebondalem Kidul Kecamatan Prambanan. Candi ini atapnya sudah runtuh, dinding kaki candi dihiasi dengan relief ceritera Jataka yang diambil dari ceritera Kamandaka. Masa pendirian candi Sowijan diperkirakan pada abad IX dan dibangun oleh seorang raja penganut agama Budha. Jarak dari kota Klaten adalah ± 15 Km kearah barat, luas areal candi adalah 401,3125 m², candi induk menghadap kearah barat, fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan bersejarah. f. Candi Asu Candi ini terletak di dukuh Klurak, desa Tlogo Kecamatan Prambanan. Jarak dari kota Klaten adalah ± 15 Km kearah barat, dibuat pada abad IX, luas candi Asu adalah 6000 m². Fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah. g. Candi Merak Candi ini terletak di dukuh Karangnongko, desa Karangnongko Kecamatan Karangnongko. Jarak dari kota Klaten adalah ± 10 Km kearah utara, candi induk menghadap ke timur. Luas candi Merak adalah 800m², fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah.
87
h. Obyek Wisata Ziarah Makam Mlayopati Makam Mlayopati terletak di dukuh Deles, desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang. Jarak dari kota Klaten adalah ± 25 Km, luas makam Mlayopati adalah 30 m². Dibuat dari gundukan tanah dan ada batu bertuliskan Mlayopati dengan huruf jawa baru dan juga disebut Ki Hajarmerto. Pengunjung tiap bulannya adalah rata- rata 1.000 orang. i. Obyek Wisata Ziarah Makam Nyi Ageng Anjang Mas Makam Nyi Ageng Anjang Mas terletak di dukuh Gledeg, desa Gledeg Kecamatan Karanganom. Jarak dari kota Klaten adalah ± 8 Km. Luas makam adalah 600 m², dibuat dari batu bata dan genting. Fungsinya adalah sebagai tempat ziarah para dalang, swarawati dan yoga atau pradonggo. Hari yang paling banyak dikunjungi adalah tiap- tiap malam Jumat. Pengunjung tiap bulannya rata- rata 1.000 orang. j. Obyek Wisata Ziarah Makam Gusti Panembahan Romo Makam Gusti Panembahan Romo terletak di dukuh Kajoran Kecamatan Klaten Selatan. Jarak dari kota Klaten adalah ± 5 Km, luas kawasannya adalah 600 m², luas bangunannya adalah 84 m², dibuat dari batu merah, kayu dan batu kapur. Fungsinya adalah sebagai tempat ziarah, hari yang paling banyak dikunjungi adalah hari malam Jumat Kliwon. Pengunjung tiap bulan rata- rata 4.000 orang. k. Obyek Wisata Ziarah Makam Gusti Panembahan Agung Makam Gusti Panembahan Agung terletak di derah Kauman, desa Jimbung Kecamatan Kalikotes. Jarak dari kota Klaten adalah ± 5 Km, luas
88
kawasannya adalah 462 m², luas bangunan 215 m². Dibuat dari batu merah dan kayu, fungsinya sebagai tempat ziarah dengan tujuan mendapatkan berkah dan mendapatkan derajat. Hari yang paling banyak dikunjungi adalah hari malam Jumat Kliwon, pengunjung tiap bulannya rata- rata 4.000 orang. l. Obyek Wisata Ziarah Makam Kyai Ageng Pandanaran Makam Kyai Ageng Pandanaran terletak di dukuh Paseban, desa Paseban Kecamatan Bayat. Jarak dari kota Klaten adalah ± 15 Km, luas kawasan 1,5 Ha, luas bangunan 106 m². Dibuat dari batu merah, kayu, sirap. Fungsi sebagai tempat ziarah, hari yang paling banyak dikunjungi adalah hari malam Jumat Legi. Pengunjung rata- rata tiap bulannya adalah 10.000 orang setiap bulannya. m. Obyek Wisata Ziarah Makam Rng. Ronggowasito Makam Rng. Ronggowasito terletak di dukuh Palar, desa Palar Kecamatan Trucuk. Jarak dari kota Klaten ± 15 Km, luas kawasan 15.000m², luas bangunan 264m². Dibuat dari marmer dan genting soka, fungsinya sebagai tempat ziarah. Didekat lokasi makam terdapat sumur tiban bernama Nyai Sekar Gading Melati yang digunakan untuk tempat sesuci, dan apabila setelah habis bersemedi atau nyepi lalu mandi di sumur tersebut badan terasa segar kembali. Makam Rng. Ronggowasito pernah dipugar oleh Presiden Indonesia yang pertama tahun 1952. Hari yang paling sering dikunjungi adalah hari malam Jumat dan Selasa Kliwon. Rata- rata pengunjung tiap bulan adalah 10.000 orang.
89
n. Obyek Wisata Ziarah Makam Ki Ageng Perwito Makam Ki Ageng Perwito terletak di dukuh Ngreden, desa Ngreden Kecamatan Wonosari. Jarak dari kota Klaten adalah ± 25Km, luas kawasan 2.000 m², luas bangunan 280 m². Dibuat dari batu merah, kayu dan sirap. Fungsinya sebagai tempat ziarah, hari yang paling sering di kunjungi adalah hari Jumat Wage. Rata- rata pengunjung yang datang tiap bulannya adalah 4.000 orang. o. Obyek Wisata Petilasan Kanjeng Sunan Kalijogo Petilasan Kanjeng Sunan Kalijogo terletak di dukuh Sepi, desa Barepan Kecamatan Cawas. Jarak dari kota Klaten adalah ± 20 Km, luasnya ± 15 m², dipagari tembok batu merah. Petilasan berupa batu putih berujud lekukan- lekukan petilasan sholat. Rata- rata pengunjung tiap bulannya adalah 10.000 orang. 4. Obyek Wisata Buatan Obyek wisata buatan merupakan obyek wisata yang tidak termasuk dalam kategori obyek dan jenis wisata alam dan budaya, yang diciptakan secara artificial atau buatan, mencakup didalamnya adalah : taman, gedung konvesi, fasilitas rekreasi dan hiburan. Selain potensi wisata alam dan wisata budaya, Kabupaten Klaten juga memiliki obyek wisata buatan yang cukup potensial untuk dikembangkan yaitu : a. Musium Gula Jawa Tengah. Musium Gula Jawa Tengah berlokasi di PG. Gondang Baru, kecamatan Jogonalan Klaten. Jarak dari kota Klaten adalah 5 Km, luas kawasannya
90
1.261,20 m², luas bangunannya 240 m². Adapun tujuan dari pada pendirian Musium Gula Gondang Baru Klaten ini adalah dalam rangka jangka panjang diharapkan sebagai obyek pengkajian industri gula dan sebagai obyek wisata unggulan di Kabupaten Klaten. Isi musium gula berupa : -
Mesin penggilingan kuno dan alat angkut kuno
-
Alat pengukur rendemen
-
Macam- macam alat pertanian
-
Alat- alat laboraturium yang berkaitan dengan produksi gula
-
Brosur- brosur perpustakaan dan arsip administrasi
-
Miniatur pabrik
Diresmikan oleh bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 11 September 1982. Pada tanggal 23 Agustus 1986 musium gula tersebut mendapat kunjungan dari ISSCT (International Sociaty Of Sugar CaneTecnologist ) yaitu masyarakat ahli gula internasional yang dalam konggresnya di Jakarta memerlukan meninjau musium tersebut. 5. Wisatawan Wisatawan merupakan faktor yang sangat dominan dalam industri pariwisata, dikarenakan dari para wisatawan inilah sumber pendapatan utama dari industri pariwisata ini berasal. Dalam industri pariwisata, banyak sedikitnya wisatawan sangat berpengaruh dalam kelangsungan dan keberhasilan dari industri pariwisata
91
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan nusantara lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, ini dipengaruhi oleh faktor jarak dan sarana transportasi yang digunakan, juga oleh kurangnya kegiatan promosi tentang industri pariwisata di Indonesia. Khususnya promosi mengenai obyek wisata yang berada di lingkup Kabupaten Klaten.
Tabel 4.4 Obyek Wisata dan Pengunjungnya tahun 2007 No.
Nama Obyek Wisata Unggulan
Jumlah Wisatawan Mancanegara
Nusantara
1
Deles Indah
23.205
2
Jombor Indah
179.450
3
Sumber Air Ingas
94.200
4
Pemandian Lumban Tirto
31.525
5
Pemandian Jolotundo
6
Makam R.Ng. Ronggowarsito
5.253
7
Pemandian Tirtomulyono
3.125
8
Makam Ki Ageng Perwito
426
9
Makam Ki Ageng Gribig
1.575
10
Candi Plaosan
132
508
11
Museum Gula Jateng
69
291
158
32.120
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
92
6. Hotel Merupakan sarana akomodasi yang juga penting dalam industri pariwisata,karena dengan tersedianya hotel dengan sarana yang lengkap dan tingkat kenyamanan hunian yang baik akan dapat mempengaruhi para wisatawan dalam berwisata dan menikmati obyek wisata yang ada di kawasan pariwisata Indonesia khususnya di Kabupaten Klaten. Tersedianya akomodasi dan layanan terpadu ( semua kegiatan wisata dikelola dan diurus oleh pihak hotel ) dari hotel, akan lebih menarik minat para wisatawan untuk datang ke obyek wisata. Pada tahun 2007 jumlah hotel yang ada di Kabupaten Klaten sebanyak 38 hotel, dari jumlah tersebut seluruhnya merupakan hotel melati. Rata- rata tamu yang menginap di hotel wilayah Kabupaten Klaten adalah 8.000 orang tiap bulannya. Tabel 4.5 Bulan
Jumlah Penginap Hotel di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Banyak Tamu
Persentase Tingkat
Yang Menginap
Hunian Kamar
Januari
8.040
26,34
Pebruari
7.040
24,52
Maret
8.034
26,42
April
7.842
27,08
Mei
8.416
27,22
Juni
8.352
28,55
Juli
8.118
27,02
Agustus
8.129
28,87
93
September
6.549
23,34
Oktober
7.221
24,08
Nopember
8.405
29,54
Desember
8.229
28,62
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten C. Gambaran Umum Variabel Penelitian 1. Pendapatan Pariwisata Pendapatan pariwisata adalah merupakan semua pendapatan yang berasal dari sektor pariwisata, termasuk didalamnya adalah pajak hotel dan restoran, retribusi tempat rekreasi dan olah raga, juga pajak pembangunan. Dari tabel dibawah dapat dilihat adanya peningkatan dalam jumlah nominal penerimaan dari sektor pariwisata dari tahun 1999 sampai dengan 2001. Pada tahun 2002 terjadi sedikit penurunan yang lebih diakibatkan karena pengaruh gangguan stabilitas politik serta keamanan dalam negeri. Makin tidak stabil politik dan keamanan dalam negeri, maka jumlah pengunjung obyek wisata atau wisatawan akan semakin berkurang, terutama wisatawan yang berasal dari luar negeri atau wisatawan mancanegara. Di lain sisi
wisatawan merupakan penyumbang pendapatan utama dalam
industri pariwisata. Jika dilihat dari prosentase pertumbuhan per tahun, pendapatan cenderung menurun, hal ini disebabkan karena cenderung stabilnya jumlah obyek wisata dan kurang dikembangkannya media promosi serta sarana dan prasarana obyek wisata.
Tabel 4.6
Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 1998- 2007 94
TAHUN
PENDAPATAN
PERSENTASE PERTUMBUHAN
PARIWISATA
PER TAHUN
1998
110034200
-18,43
1999
111079200
0,94
2000
130669200
14,99
2001
207526700
37,03
2002
243996600
14,94
2003
345583000
29,39
2004
256361200
-34,85
2005
196989225
-30,14
2006
320615280
38,55
2007
424983400
24,55
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten 2. Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan merupakan semua orang yang datang, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, ke lokasi wisata dengan tujuan menikmati dari kunjungan tersebut. Tentu saja kunjungan disini tidak hanya untuk berekreasi tetapi untuk bekerja dan lainnya, menggunakan fasilitas yang disediakan untuk orang- orang yang berekreasi, sehingga tetap dihitung sebagai wisatawan karena tetap memberikan sumbangan pada Pendapatan Asli Daerah dalam sektor pariwisata Dari tabel di bawah dapat dilihat jumlah wisatawan mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2003. Puncaknya pada tahun 2003, pada tahun 2004 jumlah wisatawan menurun dan semakin berkurang 95
di tahun 2005, hal ini dikarenakan iklim politik dan keamanan yang kurang kondusif di akhir tahun 2004, dan berpengaruh langsung pada kunjungan wisatawan pada tahun 2005. Dapat dilihat juga dari prosentase pertumbuhan jumlah wisatawan yang merosot tajam pada tahun 2004 dan 2005. Tabel 4.7 TAHUN
Jumlah Wisatawan di Kabupaten Klaten Tahun 2002- 2007 JUMLAH WISATAWAN
PERSENTASE PERTUMBUHAN PERTAHUN
2002
612.444
21,6
2003
823.183
25,6
2004
678.630
-21,3
2005
525.587
-29,11
2006
700.884
25,01
2007
759.935
7,77
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten 3. Arus Kendaraan Arus kendaraan adalah bayaknya kendaraan yang masuk ke lokasi obyek pariwisata dengan mengetahui dari tiket masuk atau karcis parkir, baik itu roda dua maupun roda empat. Variabel arus kendaraan juga berhubungan secara langsung dengan pendapatan pariwisata, karena dengan mengetahui jumlah karcis yang terjual dapat diketahui perkiraan jumlah wisatawan yang datang ke lokasi obyek wisata. Dengan memperkirakan kendaraan roda dua minimal wisatawan yang berkunjung adalah satu orang sampai dengan dua orang. Dan kendaraan roda empat diperkirakan berisi minimal dua sampai empat orang rata- rata.
96
Tabel 4.8 Jumlah Arus Kendaraan Masuk Obyek Wisata TAHUN
KENDARAAN MASUK
PERSENTASE
2001
64863
19,71
2002
74492
12,92
2003
96239
22,59
2004
55757
-72,6
2005
48307
-15,42
2006
56471
14,45
2007
61812
8,64
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten 4. Tingkat Hunian Kamar Tingkat hunian kamar adalah prosentase kamar yang dihuni / dipakai tamu terhadap jumlah kamar yang tersedia.Tingkat hunian kamar dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia, dikali dengan 100 %, dengan satuan persen. Tingkat hunian kamar juga berhubungan langsung terhadap Pendapatan Pariwisata, karena dengan melihat tingkat hunian kamar rata- rata per bulannya, dapat dilihat juga banyak sedikitnya wisatawan yang datang ke daerah wisata Kabupaten Klaten. Dapat dilihat pada tabel dibawah pada tahun 1997 menuju tahun 1998 pertumbuhan mengalami penurunan hal ini dikarenakan terjdinya krisis moneter yang juga berdampak pada pertumbuhan tingkat hunian kamar diKabupaten Klaten. Tabel 4.9 TAHUN
Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar
TINGKAT HUNIAN KAMAR
PERTUMBUHAN
97
1997
16,26
1,43
1998
15,67
-0,59
1999
17,4
1,73
2000
21,91
4,51
2001
25,16
3,15
2002
22,46
-2,7
2003
27,04
4,58
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten D. Hambatan Penelitian Hambatan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah kesulitan dalam pencarian data penelitian bulanan. Data yang didapat dari sumber awalnya hanya berupa data tahunan dari tahun 1997- 2007, sedangkan yang dibutuhkan untuk analisa skripsi adalah data bulanan dari tahun 1997- 2007, penulis mendapatkan data dari Dinas Pariwisata, Biro Pusat Statistik dan BAPPEDA Kabupaten Klaten, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. E. Analisa Data Dalam bab ini dikemukakan hasil Analisis Sumbangan Sektor Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Klaten ( Januari 1997- Desember 2007 ). Tehnik analisis data menggunakan regresi Linear Double Log dengan uji statistik dan uji asumsi klasik. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, akan dilakukan analisis data yang dibantu program komputer Econometric views (Eviews) 3.0. Analisis data yang
98
dikemukakan merupakan hasil pembahasan secara statistik dan secara ekonomis. 1. Data Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari jumlah wisatawan (WIS), arus kendaraan yang masuk ke obyek wisata (AK), dan tingkat hunian kamar (THK). Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data bulanan selama Januari tahun 1997 sampai dengan Desember 2007, sebagai
bahan
estimasi
digunakan
variabel
dependennya
pendapatan
pariwisata. 2. Pemilihan Model Analisis
Pemilihan model Ln Linear berdasarkan uji MWD (MacKinnon, White and Davidson). Langkah- langkah dalam uji MWD adalah : Ada dua model yang hendak dipilih yaitu model regresi linear dan model regresi linear double log, yaitu: i.
ii.
Ho : Model Linear : Y fungsi linier dari X’s, Y
=
+
PP
=
+
H1
+ +
+
+ ei
: Model Log-Linier : Ln Y fungsi dari Ln X’s,Y
Ln Y
=
Ln PP = 1)
+
+
Ln +
Ln
+
Ln
+
Ln
+ ei
+
Ln
+
Ln
+ ei
Melakukan regresi terhadap persamaan (i), kemudian didapat nilai fitted dari Y/ PP, yang dinamai= Yf atau PPF.
99
2)
Melakukan regresi terhadap persamaan (ii), kemudian didapat nilai fitted dari Ln Y/ Ln PP,yang dinamai = Ln f atau LPPF.
3)
Dapatkan nilai Z1 dengan cara mengurangkan nilai Ln dari PPF dengan nilai fitted dari Ln Y / Ln PP. (Z1 = LnY f – Ln f /Ln (PPF) - LPPF)
4)
Melakukan regresi dengan menggunakan persamaan (i) ditambahkan Z1 sebagai variabel penjelas atau: PP
=
+
Ho ditolak karena
+
+
+
Z1 +ei
Signifikan, oleh karena itu model regresi yang
digunakan adalah regresi Linear Double – log/ Ln Linear. Hasil dari regresi persamaan linear ditambahkan Z1 sebagai variabel penjelas, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Hasil MWD test : Dependent Variable: PP Method: Least Squares Date: 11/28/09 Time: 14:00 Sample: 1997:01 2007:12 Included observations: 128 Excluded observations: 4 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
WIS AK THK Z1 C
536.2513 -278.0578 2062286. -5330174. -15239396
41.54907 259.6617 892638.4 1838375. 3358946.
12.90646 -1.070846 2.310327 -2.899394 -4.536958
0.0000 0.2863 0.0225 0.0044 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
S
0.938635 0.936640 3738242. 1.72E+15 -2116.242 1.297390
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
19270188 14851115 33.14441 33.25582 470.3530 0.000000
umber : Hasil Pengolahan Data Program Eviews 3.0
100
3. Model Analisis
Menguji faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan pariwisata Kabupaten Klaten selama Januari 1997- Desember 2007, digunakan analisis regresi Linear Double Log. Ln PP= bo + b 1 Ln WISt + b 2 Ln AKt + b 3THKt + ei .....................(4.1) Dimana : PPt
=
Pendapatan Pariwisata pada periode t
WISt
=
Jumlah wisatawan pada periode t
AKt
=
Arus kendaraan ke lokasi obyek wisata pada periode t
THKt
=
Tingkat hunian kamar di Kabupaten Klaten pada periode t
ei
=
Residu
b0
=
Konstanta atau intersep
=
Koefisien jangka panjang
b 1, b 2, b 3
101
4. Hasil Analisis Data
1. Hasil Regresi Model Linear Double Log Tabel 4.10 Hasil Regresi Ln Linear Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
WIS
1,186938
0,064032
18,53661
0,0000
AK
-0,086192
0,74961
-1,149823
0,2524
THK
1,59E-05
2,64E-05
0,601394
0,5486
C
4,6811261
0,290766
16,09975
0,0000
R-Squared
0,933189 Durbin-Watson stat
1,894148
Adjusted R-Squared
0,931623 Prob(F-statistic)
0,000000
Sumber : Hasil Olah Data Program Eviews 3.0
Dapat dilihat pada tabel 4.1, dengan menggunakan Eviews 3.0, maka diperoleh hasil estimasi model regresi Linear Double Log, yaitu :
Ln PP= 4,6811261 + 1,186938 Ln WIS t – 0,086192 Ln AK t + 1,59E-05 THK t
5. Uji Statistik
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis, maka dilakukan pengujian secara statistik yang meliputi uji t, uji F, dan uji R². a) Uji t Pegujian secara parsial terhadap koefisien regresi masing- masing variabel bebas, diperoleh hasil berikut :
102
Tabel 4.11 Variabel penjelas Pendapatan Pariwisata Variabel
t-stat
t-tabel
Prob.
Kesimpulan a= 5%
WIS
18,53661
1,96
0,0000
Signifikan pada
AK
-0,086192
1,96
0,2524
Tidak Signifikan padaa= 5%
THK
1,59E-05
1,96
0,5486
Tidak Signifikan pada a= 5%
Sumber :Hasil pengolahan data program Eviews 3.0 t tabel → t α/2 = t 0,05/2 ; n-k = 132-4 = 128 t-tabel = 1,96 Daerah tolak
Daerah tolak Daerah diterima
-1,96
1,96
Gambar 4.1 Daerah Terima dan Daerah Tolak
Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai berikut: a. Variabel Wisatawan mempunyai nilai t hitung sebesar 18,43661. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan n-k = 128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai dari t hitung variabel Wisatawan > t tabel = (8,671453 > 1,96). Hal ini berarti menolak Ho atau menerima Ha, berarti variabel independen Wisatawan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Pendapatan Pariwisata.
103
b. Variabel Arus Kendaraan mempunyai nilai t hitung sebesar 1,149823. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan n-k = 128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai dari t hitung variabel Inflasi < t tabel = (-1,149823< 1,96). Hal ini berarti menerima Ho atau menolak Ha, berarti variabel independen
Arus
Kendaraan
tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap variabel dependen Pendapatan Pariwisata. c. Variabel Tingkat Hunian Kamar mempunyai nilai t hitung sebesar 0,601394. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan n-k = 128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai dari t hitung variabel THK < t tabel = (0,601394< 1,96). Hal ini berarti menolak Ho atau menerima Ha, berarti variabel independen THK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Pendapatan Pariwisata. b) Uji F Uji F ini digunakan untuk menguji variabel independent secara keseluruhan
dan
bersama-sama,
apakah
variabel
independent
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Diketahui bahwa nilai F-statistic hasil estimasi pada model sebesar 595,9481 dengan probabilitas sebesar
0,000000. F tabel pada derajat
keyakinan 95% (α = 5%) dan n-k; k-1 (128;3) adalah sebesar 3,07. Maka, nilai F hitung (595,9481) > F tabel (3,07) maka berarti bahwa Ho ditolak.
104
Jadi secara serentak/ keseluruhan variabel independent mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependent pada derajat kepercayaan 95% (α = 5 %). c) Uji R² Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. Nilai Adjusted R squared (koefisien determinasi) yang dihasilkan oleh Eviews 3.0 adalah sebesar 0,931623 yang berarti sebesar 93,16% variasi variabel Pendapatan Pariwisata dapat dijelaskan oleh variasi variabel Wisatawan, Arus Kendaraan, dan Tingkat Hunian Kamar. Sedangkan selebihnya 0,068377 atau 6,84 % dijelaskan oleh variasi dari variabel di luar model.
6. Uji Asumsi Klasik
a) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana varian setiap variabel gangguan untuk setiap variabel independen tertentu tidak bernilai sama dengan o2. Cara mendeteksi adalah pertama dengan menggunakan uji Park, yakni dengan me-log kan nilai e2 (residu/ disturbance term) kemudian diregres dengan variabel- variabel independen. Jika signifikan pada a=5% maka terdapat masalah heteroskedaktisitas. Jika tidak signifikan, maka tidak terdapat masalah heteroskedaktisitas dalam model tersebut. Yang kedua dengan menggunakan uji White, yakni membandingkan nilai OBS*R-squared dengan X² tabel, jika nilai OBS*R-squared < X² maka tidak signifikan secara
105
statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.
Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas Park
Dependent Variable: LNRESID2 Method: Least Squares Date: 12/23/09 Time: 11:46 Sample(adjusted): 1997:01 2007:02 Included observations: 13 Excluded observations: 109 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNWIS LNAK THK C
0.110398 0.928122 0.000208 30.93296
1.457882 1.722883 0.000580 8.681684
0.075725 0.538703 0.358164 3.563014
0.9413 0.6032 0.7285 0.0061
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.182968 -0.089375 1.048168 9.887898 -16.66756 0.139543
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
40.21179 1.004250 3.179624 3.353454 0.671829 0.590527
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0
Tabel 4.13
Uji White Heteroskedastisitas
106
White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.763262 10.30025
Probability Probability
0.111954 0.112564
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/16/09 Time: 13:04 Sample: 1997:01 2007:12 Included observations: 132 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNWIS LNWIS^2 LNAK LNAK^2 THK THK^2
-3.501218 1.262761 -0.058705 -0.781705 0.047038 7.59E-05 -2.92E-08
2.569310 1.056339 0.050421 0.797399 0.046776 5.49E-05 1.68E-08
-1.362708 1.195413 -1.164296 -0.980319 1.005602 1.383989 -1.741017
0.1754 0.2342 0.2465 0.3288 0.3165 0.1688 0.0841
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.036701 0.117788 -1.422654 -1.269778 1.763262 0.111954
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.078032 0.033778 0.115781 1.675666 100.8951 2.103748
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0 Dengan df = 6( jumlah regresor) dan a= 5% didapatkan X² tabel yaitu 12,5916 Nilai OBS*R-squares = 10,30025 < 12,5916 Jadi, dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
AK
T a Variabel THK b e WIS l
0,538703
0,6032 Tidak signifikan pada a=5%
t-Statistic 0,358164
Prob. Keterangan 0,7285 Tidak signifikan pada a =5%
0,075725
0,9413 Tidak signifikan pada a=5%
107
4.14 Penjelas Uji Heteroskedastisitas Park
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0 Dapat dilihat dari tabel bahwa semua variabel tidak terkena masalah heteroskedastisitas yaitu variabel WIS, AK, THK dengan melihat probabilitasnya yang semua lebih dari 5% b) Multikolinearitas Yang dimaksud multikolinearitas adalah adanya korelasi linear variabel- variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya secara sempurna.
Untuk
menguji
ada
tidaknya
multikolinearitas
pada
model,digunakan metode Klien yang disarankan oleh Farrar dan Glauber yakni membandingkan nilai r² regresi variabel independen satu terhadap independen yang lainnya denganR² regresi model Ln Linear penelitian. Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Kliens Variabel
r
R² Ln Lin
Kesimpulan
WIS : AK, THK
0,824755 <
0,933189
Non Multiko
AK
0,804045 <
0,933189
Non Multiko
0,269119 <
0,933189
Non Multiko
: WIS, THK
THK : WIS, AK
Sumber : Hasil Pengolahan data Program Eviews 3.0 c) Uji Autokorelasi
108
Autokorelasi menggambarkan adanya serial korelasi berurutan antar variabel gangguan (disturbance term) dalam suatu rangkaian runtun waktu. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Nilai d sebesar 1,89 dengan N sebanyak 132 dan K (variabel independen) sebanyak 3 variabel diperoleh nilai dl sebesar 1,69 dan du sebesar 1,77. Bila digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.2 Statistik Durbin Watson
Ragu-ragu
Tidak ada autokorelasi
Autokorelasi positif
0
dl 1,69 1
Ragu-ragu
du 1,77
2
Autokorelasi negatif
4-du 2,33
4-dl 2,31
4
Nilai DW sebesar 1,89 yang berada pada daerah menolak Ho positif maupun Ho negatif,dapat disimpulkan bahwa model Linear Doble Log tidak ada masalah autokorelasi.
F. Interpretasi Ekonomi
109
Asumsi klasik telah terpenuhi dalam estimasi model Linear Double Log ini yaitu asumsi non- heteroskedastisitas, non- multikolinearitas, dan non- autokorelasi. Hasil pengujian statistik juga menyimpulkan bahwa estimasi Linear Double Log tersebut telah menghasilkan taksiran- taksiran yang berarti secara statistik. Intepretasi selanjutnya dilakukan terhadap koefisien regresi dari variabel- variabel independen dan dependen dalam model Linear Double Log ini baik. Intepretasi data dari hasil regresi Linear Double Log untuk masingmasing koefisien regresi, akan diuraikan berikut ini : Tabel 4.16 Koefisien Hasil Regresi
No
Variabel
Koefisien
Probabilitas
1
WIS
1,186938
0,0000
2
AK
-0,086192
0,2524
3
THK
1,59E-05
0,5486
Sumber : Hasil Pengolahan Data Program Eviews 3.0 1. Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien
elastisitas
variabel
wisatawan
sebesar
1,186938
mempunyai hubungan positif yang sesuai dengan hipotesis, artinya bila laju wisatawan naik sebesar 1% maka dalam pendapatan pariwisata akan naik sebesar 1,186938 %
110
Taraf signifikasi wisatawan sebesar 0,0000 dapat dikatakan intepretasi variabel ini sangat meyakinkan karena dari 10.000 kali percobaan yang dilakukan relatif tidak terdapat kesalahan yang terjadi. Jelas sekali bahwa wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata akan dikenakan tiket masuk yang pada akhirnya masuk dalam pendapatan pariwisata. Secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan dari pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. Variabel jumlah wisatawan signifikan 5 % terhadap pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten selama kurun waktu tahun 1997 sampai dengan 2007. 2. Pengaruh Arus Kendaraan terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien elastisitas variabel jumlah arus kendaraan mempunyai tanda negatif dan tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat keyakinan a= 5%, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa arus kendaraan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan pariwisata. Variabel arus kendaraan yang didasarkan pada setiap kendaraan bermotor yang masuk ke obyek wisata baik itu roda dua ataupun roda empat , dihitung berdasarkan tiket karcis parkir yang terjual di obyek wisata. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan pariwisata. Karena setiap karcis yang terjual hasilnya secara langsung disetorkan kepada Dinas Pariwisata dan diakumulasikan juga dalam Pendapatan Pariwisata.
111
Tabel 4.17
NO
Daftar Pengelolaan parkir di Kabupaten Klaten Tahun 2009
OBYEK WISATA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Deles Indah Pesanggrahan Paku Buwono Makam Mloyopati Sendang Kalireno Taman ngajaran Gua Sapuangin Rowo Jombor Gua Kendil Sendang Jimbung Gunung Watu Prahu Gua Suran Sumber Air Ingas Pemandian Lumban Tirto Pemandian Jolo Tundo Pongok Sendang Plampeyan Sendang Gotan Sendang Riyo Manggolo Sendang Kalireno
PENGELOLA Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga
Swasta / pihak ketiga 19. Sendang Tretes Pemerintah Daerah 20. Candi Sewu Swasta / pihak ketiga 21. Candi Lumbung Pemerintah Daerah 22. Candi Bubrah Candi Plaosan Pemerintah Daerah 23. Swasta / pihak ketiga 24. Candi Sojiwan Candi Asu Pemerintah Daerah 25. Swasta / pihak ketiga 26. Candi Merak Swasta / pihak ketiga 27. Makam Anjang Mas Swasta / pihak ketiga 28. Makam Panembahan Romo Swasta / pihak ketiga 29. Makam Panembahan Agung Swasta / pihak ketiga 30. Makam Ageng Pandanaran Pemerintah Daerah 31. Makam Ronggowarsito Makam Ki Ageng Perwito Swasta / pihak ketiga 32. Swasta / pihak ketiga 33. Makam Petilasan Sunan Kalijogo Musium Gula Swasta / pihak ketiga 34. Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten 2009
Dapat dilihat dari hasil estimasi bahwa variabel arus kendaraan tidak signifikan terhadap pendapatan pariwisata. Hal ini disebabkan karena
112
tidak semua lahan parkiran obyek wisata di Kabupaten Klaten dikelola oleh Pemerintah Derah. Dari 35 obyek wisata di Kabupaten Klaten hanya 17 lahan parkiran yang dikelola Pemerintah Daerah, dan 18 lahan parkir yang lain dikelola oleh pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat disekitar obyek wisata). Lahan parkir yang dikelola Pemerintah Daerah berada di dalam lokasi obyek wisata, dan lahan parkir yang dikelola pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat sekitar obyek wisata) berada diluar areal obyek wisata, sehingga Pendapatan Pariwisata yang berasal dari tiket karcis parkir yang terjual pada obyek wisata tidak maksimal. 3.
Pengaruh Tingkat Hunian Kamar terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien elastisitas tingkat hunian kamar yang mempunyai tanda positif tampaknya sesuai dengan hipotesis, tetapi dengan melihat tingkat pengaruh variabel tersebut terhadap pendapatan pariwisata tidak berpengaruh pada tingkat keyakinan sebesar a= 5%, jelas menolak hipotesis. Variabel tingkat hunian kamar yang didasarkan pada persentase penginap kamar hotel. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan pariwisata, hal ini disebabkan karena tidak setiap penginap kamar hotel adalah wisatawan. Dan dilihat dari data yang diperoleh dari bulan Januari 1997- Desember 2007, persentase tingkat hunian kamar ratarata tiap bulannya adalah 23,42%. Dapat dilihat bahwa persentase ratarata tingkat hunian kamar masih terlalu rendah, yaitu dibawah 50 % tingkat okupansi yang rendah tersebut disebabkan karena kurangnya penyelenggaraan
event
atau
pagelaran
acara- acara besar
yang
113
diselenggarakan diwilayah Kabupaten Klaten. Dan juga disebabkan kurang terawatnya aset dan infrastruktur pada sebagian objek wisata khususnya objek wisata peninggalan bersejarah, sehingga minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata diwilayah Kabupaten Klaten berkurang, dan menyebabkan minat wisatawan untuk tinggal dan bermalam dihotel kawasan Kabupaten Klaten juga menurun. Apabila kondisi ini berlangsung terus- menerus maka akan banyak hotel yang akan merugi dan menutup usahanya, sehingga Pendapatan Pariwisata yang berasal dari pajak hotel tidak maksimal.
114
Perbandingan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya
Judul
Andre Yosrizal (2004) Analisis Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Model Regresi
Regresi Linier Semi Log
Variabel Dependen Variabel Independen
PAD
Hasil Uji Statistik
Hasil Uji Klasik
Jumlah Wisatawan, Jumlah Angkutan Pariwisata, Tingkat Hunian Kamar, Jumlah Restoran Dan Rumah Makan Jumlah Wisatawan (Tidak Signifikan), Jumlah Angkutan Pariwisata (Tidak Signifikan), Tingkat Hunian Kamar (Signifikan), Jumlah Restoran Dan Rumah Makan (Signifikan) Tidak Terdapat Heteroskedastisitas Pada setiap Variabel, Terdapat Multikolinearitas Pada Jumlah Angkutan Pariwisata, Dan Jumlah Restoran Dan Rumah Makan, Autokorelasi Terdapat Pada Daerah RaguRagu
Meika Fatmawati (2005) Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Karanganyar Regresi Linier Double Log Pendapatan Pariwisata
Dimas Betega (2010) Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Regresi Linier Double Log Pendapatan Pariwisata
Jumlah Wisatawan, Arus Kendaraan, Jumlah Kamar Hotel
Jumlah Wisatawan, Arus Kendaraan, Tingkat Hunian Kamar
Jumlah Wisatawan (Signifikan), Arus Kendaraan (Tidak Signifikan), Jumlah Kamar Hotel (Tidak Signifikan)
Jumlah Wisatawan (Signifikan), Arus Kendaraan (Tidak signifikan), Tingkat Hunian Kamar (Tidak Signifikan)
Tidak Terdapat Masalah Heteroskedastisitas, Multikolinearitas, Dan Autokorelasi
Tidak Terdapat Masalah Heteroskedastisitas, Multikolinearitas, Dan Autokorelasi
115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pengujian
hipotesis
serta
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Pengaruh Wisatawan terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien elastisitas variabel wisatawan sebesar 1,186938 mempunyai hubungan positif yang sesuai dengan hipotesis, artinya bila laju wisatawan naik sebesar 1% maka dalam pendapatan pariwisata akan naik sebesar 1,186938 %, dan sebaliknya. Taraf signifikansi wisatawan sebesar 0,0000 dapat dikatakan intepretasi variabel ini sangat meyakinkan karena dari 10.000 kali percobaan yang dilakukan relatif tidak terdapat kesalahan yang terjadi. Jelas sekali bahwa wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata akan dikenakan tiket masuk yang pada akhirnya masuk dalam pendapatan pariwisata. Secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan dari pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. Variabel jumlah wisatawan signifikan 5 % terhadap pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten selama kurun waktu tahun 1997 sampai dengan 2007.
116
2) Pengaruh Arus Kendaraan terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien
elastisitas
variabel
jumlah
arus
kendaraan
mempunyai tanda negatif dan tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat keyakinan a= 5%, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa arus kendaraan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan pariwisata. Variabel arus kendaraan yang didasarkan pada setiap kendaraan bermotor yang masuk ke obyek wisata baik itu roda dua ataupun roda empat , dihitung berdasarkan tiket karcis parkir di obyek wisata. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan pariwisata. Karena setiap karcis yang terjual hasilnya secara langsung disetorkan kepada dinas pariwisata dan diakumulasikan juga dalam pendapatan pariwisata. Dapat dilihat dari hasil estimasi bahwa variabel arus kendaraan tidak signifikan terhadap pendapatan pariwisata. Hal ini disebabkan karena tidak semua lahan parkiran obyek wisata di Kabupaten Klaten dikelola oleh Pemerintah Derah. Dari 35 obyek wisata di Kabupaten Klaten hanya 17 lahan parkiran yang dikelola Pemerintah Daerah, dan 18 lahan parkir yang lain dikelola oleh pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat disekitar obyek wisata). Lahan parkir yang dikelola Pemerintah Daerah berada di dalam lokasi obyek wisata, dan lahan parkir yang dikelola pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat sekitar obyek wisata) berada diluar areal obyek wisata. Sehingga Pendapatan Pariwisata yang
117
berasal dari tiket karcis parkir yang terjual pada obyek wisata tidak maksimal. 3) Pengaruh Tingkat Hunian Kamar terhadap Pendapatan Pariwisata Koefisien elastisitas tingkat hunian kamar yang mempunyai tanda positif tampaknya sesuai dengan hipotesis, tetapi dengan melihat tingkat pengaruh variabel tersebut terhadap pendapatan pariwisata tidak berpengaruh pada tingkat keyakinan sebesar a= 5%, jelas menolak hipotesis. Variabel tingkat hunian kamar yang didasarkan pada jumlah pengunjung yang menginap di setiap hotel kawasan Kabupaten Klaten, dihitung berdasarkan persentase rata- rata tiap bulannya. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan pariwisata, hal ini disebabkan karena tidak setiap penginap kamar hotel adalah wisatawan. Dan dilihat dari data yang diperoleh dari bulan Januari 1997- Desember 2007, persentase tingkat hunian kamar rata- rata tiap bulannya adalah 23,42%. Dapat dilihat bahwa persentase rata- rata tingkat hunian kamar masih terlalu minim, tingkat okupansi yang rendah tersebut disebabkan karena kurangnya penyelenggaraan
event
atau
pagelaran
acara-
acara
yang
diselenggarakan diwilayah Kabupaten Klaten yang berguna untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan juga disebabkan kurang terawatnya aset dan infrastruktur pada sebagian objek wisata khususnya objek wisata peninggalan bersejarah, sehingga
118
minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata diwilayah Kabupaten Klaten berkurang, dan menyebabkan minat wisatawan untuk tinggal dan bermalam dihotel kawasan Kabupaten Klaten juga menurun. Apabila kondisi ini berlangsung terus- menerus maka akan banyak hotel yang akan merugi dan menutup usahanya, sehingga Pendapatan Pariwisata yang berasal dari pajak hotel tidak maksimal. B.
Saran Dari hasil kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan saran- saran sebagai berikut : 1) Variabel
wisatawan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pendapatan pariwisata di kabupaten Klaten, pengaruh antara variabel independen jumlah wisatawan dengan variabel dependen pendapatan adalah positif, maka jumlah wisatawan ini harus ditingkatkan dengan mengadakan promosi tentang potensi wisata di Kabupaten Klaten. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai promosi baik melalui iklan di televisi daerah maupun nasional, mengirimkan duta-duta wisata ke berbagai event pariwisata nasional, maupun adanya kemudahan bagi wisatawan
untuk
mengakses
informasi
tentang pariwisata di
Kabupaten Klaten melalui internet. Selain itu juga diadakan diskon tiket masuk ke obyek wisata pada hari-hari kerja, sehingga akan meningkatkan jumlah wisata bukan hanya pada hari libur saja. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyebar pamflet yang berisi
119
tentang potensi wisata Kabupaten Klaten di sepanjang jalan di berbagai kota besar di Indonesia. Variabel arus kendaraan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
pariwisata,
hal
itu
berarti
harus
ditingkatkannya
pengelolaan retribusi parkir yang berada di obyek wisata dengan mengelola lahan parkir pada semua obyek wisata, menambah tenaga kerja, dan pemeliharaan areal parkir dengan keamanan dan kenyamanannya oleh pemerintah daerah Kabupaten Klaten. Variabel tingkat hunian kamar pada tiap hotel di wilayah Kabupaten Klaten tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pariwisata. Untuk itu perlu dikembangkan penyelenggaraan eventevent atau pagelaran besar seperti acara kesenian tradisional, upacara adat tradisional. Menjaga dan merawat aset- aset pariwisata khususnya objek wisata peninggalan bersejarah, agar terjaga kelestariannya dan menarik minat wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk berkunjung dan menginap dihotel kawasan Kabupaten Klaten. Perlu dikembangkan lebih lanjut dalam pengelolaan hotel yang ada di wilayah Kabupaten Klaten, dengan menambah jumlah hotel yang ada, dan
membangunnya
disekitar
lokasi
obyek
pariwisata
dan
meningkatkan fasilitas- fasilitas yang mendukung kenyamanan dan keamanan pengunjung hotel.
120
2) Pemerintah dan dibantu pihak swasta memasarkan keindahan obyek wisata dan kelebihan fasilitas pendukungnya ke masyarakat baik dalam Kabupaten Klaten maupun diluarnya dengan media elektronik dan media massa. 3) Mempermudah akses menuju obyek wisata. 4) Arus kendaraan dan tingkat hunian kamar bukan merupakan variabel yang baik untuk menjelaskan Pendapatan pariwisata secara signifikan pada penelitian selanjutnya.
121
DAFTAR PUSTAKA
Andre Yosrizal. 2004. Analisis Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. 1998. Kabupaten Klaten Dalam Angka 1997. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 1999. Kabupaten Klaten Dalam Angka 1998. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2000. Kabupaten Klaten Dalam Angka 1999. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2001. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2000. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2002. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2001. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2003. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2002. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2004. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2003. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2005. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2004. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2006. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2005. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2007. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2006. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2008. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2007. Klaten : Badan Pusat Statistik. Dajan, Anto. 1975. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES. Djarwanto, PS. 1993. Statistik Induktif Yogyakarta. Yogyakarta : BPFE.
122
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2003. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Gamal, Suwantoro. 1997. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset. Gujarati, Damodar N. 2003. Ekonometrika Dasar. Ahli Bahasa : Sumarna Zein. Jakarta : Erlangga. Hasan, M Iqbal. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Deskriptif). Jakarta : Bumi Aksara. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta : Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Meika Fatmawati. 2005. Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Karanganyar. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Oka A, Yoeti. 1982. Pariwisata Sebagai Alat Kebijakan Ekonomi. Bandung : Angkasa _____________. 1997. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Pertja. Pemerintah. 2004. Undang-Undang Otonomi Daerah. Jakarta : Sinar Grafika. R.G, Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sadono, Sukirno. 1985. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. Spillane, James J. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta : BPFE.
123