PENGEMBANGAN BADAN PUSAT INFORMASI JAGUNG DI KABUPATEN BONE BOLANGO
David Olii1,A. Imelda Chandra Sari2 1
Mahasiswa Universitas Ichsan Gorontalo Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Ichsan Gorontalo
2
Abstract Redesign global plantation of corn in Gorontalo Maize Information centre will take with small thinking for make better the home of global agriculture of Maize in gorontalo rebuilt with Laboratory of Agroecology concept. Design with the smart concept of the giant laboratory for horticulture plant include with the best of product of corn in gorontalo will be support for growing up human resources in gorontalo to make better corn product in gorontalo. Beside that the facility can inform to the region even then the world with variation of corn product and other manufacture tecnology. Existing area of Gorontalo Maize Information center will not to be akomodate the activity process of research and observation horticulture plant in gorontalo esspecialy corn product. Variation product of corn and information about the crossing plant tecnology will born in this facility if whole of facility can to recover all activity of research and observation with the inteligent Human Resources in Gorontalo. Beside that can be successibilty the goverment program to make better national agriculture. Keywords : Laboratory , Corn,research, observation
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Di indonesia jagung merupakan sumber pangan yang sangat penting setelah beras, bahkan di beberapa daerah komoditas ini menjadi makanan pokok, karena selain nilai kalorinya hampir setara dengan beras. Tetapi hingga saat ini ini Indonesia masih jauh dari swasembada jagung. Dilihat dari hasil jagung perhektar masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, sedangkan kebutuhan jagung terus melonjak dari tahun ke tahun sehingga pemerintah harus mengimpor jagungdari negara tetangga. Mengingat betapa pentingnya jagung sebagai bahan pangan, maka produksi jagung perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Kawasan Badan Pusat Informasi Jagung Provinsi Gorontalo yang berada di Kabupaten Bone Bolango belum bisa memfasilitasi kegiatan penelitian tanaman hortikultura ini dan mewadahinya dalam ajang promosi produksi pertanian dan perkebunan, sehingga perlu adanya pengembangan area kawasan Badan Pusat Informasi Jagung dari segi lahan dan bangunan. Kontak : 1)David Olii, ST, Jl. Katamso No.08 SiendengKec. Hulonthalangi, Kota GorontaloProv.GorontaloTel : 082348790600, Fax :e-mail :
[email protected] 2)A. Imelda Candra Sari, ST.M.Sc
Berkaitan dengan pengembangan sektor pertanian di Provinsi Gorontalo,dari total luasanprovinsi gorontalo (1.221.544 hektar), luas lahan pertanian yang diusahakan mencapai 443.140 hektar (36,3%), terdiri dari lahan sawah seluas 28.260 hektar (6,4%) dan lahan kering 383.769 hektar (93,6%) yang tersebar di masing-masing wilayah kabupaten /kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Dari total lahan pertanian seluas 443.140 hektar tersebut, potensi lahan pertanian yang Bisa digunakan untuk pengembangan pertanaman jagung di provinsi gorontalo mencapai luasan 220.406 hektar. Lahan seluas 99.176 hektar (45%) berdasarkan potensinya, sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pengembangan usaha tani jagung secara intensif. Luas areal pertanian terbesar yang berpotensi untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan, berada diwilayah Kabupaten Gorontalo (184.667,85 ha) dan wilayah Kabupaten Pohuwato (133.819 ha), kemudian lahan potensial untuk pengembangan jagung berada diwilayah Kabupaten Boalemo (77.577 ha),wilayah Pohuwato (64.127 ha),wilayah Kabupaten Bone Bolango (63.155 ha) serta sekitar wilayah kota Gorontalo dan wilayah Kabupaten Gorontalo, masing – masing mencapai 15.122 hektar dan 425 hektar. Dalam Program Agropolitan diharapkan dapat dirumuskan serta menghasilkan 9 Pilar, 4 Pilar diantaranya adalah peningkatan produktivitas, Jurnal Arsitektur /Desember 2014/1
1
peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan efisiensi sumber daya dan peningkatan produksi. Untuk merealisasikan Program tersebut maka BPIJ (Badan Pusat Informasi Jagung) menggelar Workshop “Gelar Alih Teknologi Jagung dalam mendukungketahanan pangan” kepada semua stakeholder yang diwakili oleh instansi-instansi terkait dari Kabupaten/Kota Gorontalo.Dalam Workshop tersebut menghasilkan kesimpulan, saran dan harapan sebagai berikut: Masukan Kebutuhan Teknologi, Intervensi Teknologi, Pengenalan Teknologi, Kemampuan Peneliti yang optimal, Modifikasi Teknologi, Pemerataan Teknologi Pertanian. Dari kesimpulan beberapa poin diatas adalah dibutuhkan wadah yang dapat menampung mekanisme diatas untuk pelaksanaan kegiatan penelitian dan observasi serta promosi produk pertanian yaitu adanya Pengembangan Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) sebagai sarana Penelitian dan Informasi Jagung yang ada di Provinsi Gorontalo. 1.2. Rumusan Masalah Adapun masalah yang timbul dalam Pengembangan BPIJ, yaitu : a. Bagaimana merancang pengembangan kawasan Gedung BPIJ yang bisa menjadi suatu wadah untuk kegiatan Penelitian, Observasi dan Pusat Informasi Jagung di Provinsi Gorontalo. b. Bagaimana merancang pola tata massa yang sesuai pada area pengembangan gedung BPIJ di Kabupaten Bone Bolango. c. Bagaimana merancang sistem struktur dan utilitas yang dapat mendukung keseluruhan kegiatan yang ada didalam objek rancangan sehingga bisa memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan. 1.3. Tujuan Penelitian Membuat konsep Perencanaan Pengembangan Kawasan Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) di Kabupaten Bone Bolango yang menjadi wadah kegiatan Penelitian, Observasi dan Promosi Produk Pertanian khususnya jagung dengan mengoptimalkan fungsinya sebagai fasilitas informasi perkembangan produk pertanian yang ada di Provinsi Gorontalo. Untuk mendapatkan acuan konsep penampilan bangunan serta penataan tata massa di area kawasan BPIJ. Merencanakan dan merancang serta mengembangkan area kawasan Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) yang disesuaikan dengan spesifikasi bangunan seperti keamanan, kenyamanan dan kekuatan. 1.4. Manfaat Penelitian a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan
2 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
dibidang Arsitektur yang berimbas pada perkembangan ilmu pengetahuan secara global dengan adanya perencanaan pengembangan kawasan Badan Pusat Informasi. b. Praktisi Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau penentu kebijakan terutama yang ada hubungan pada perencanaan Kawasan Badan Pusat Informasi Jagung di Kabupaten Bone Bolango. c. Peneliti Sebagai bahan masukan kepada pihak peneliti selanjutnya yang akan meneliti dan mengembangkan masalah tersebut. 2. Tinjauan Pustaka Pengembangan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah menambah, meningkatkan sesuatu / hal / objek yang sudah ada sehingga melengkapi antara satu dengan yang lain(Kamus Bahasa Indonesia, Purwodarminto, 1974). Badan adalah satuan unit kerja satu tingkatdiatas dinas yang ada di lingkungan pemerintah daerah setempat. Pusat adalah Pokok, pangkal yang menjadi tumpuan dalam berbagai hal, urusan dan sebagainya (Kamus Bahasa Indonesia, Purwodarminto, 1974) Informasi adalah Menyampaikan, memberitahukan sesuatu hal (Kamus Bahasa Indonesia, Purwodarminto,1974) Jagung adalah Tanaman yang termasuk keluarga gramineae, batangnya pejal setinggi 2 meter, berdaun pita lebar, umur sekitar 3 bulan, buahnya dapat dimakan sebagai makanan pokok. (Dahlan,D.M. 1994. Kamus Modern Bahasa Indonesia). Di adalah penunjuk tempat (Kamus Bahasa Indonesia,1974) Kabupaten adalah Daerah Tingkat II (Dua). Bone Bolango Nama Daerah Pemekaran dari Kabupaten Gorontalo. Pengembangan Badan Pusat Informasi Jagung dapat diartikan secara keseluruhan adalah Pengembangan atau Peningkatan Fasilitas suatu wadah penelitian satu tingkat diatas dinas unutk menyampaikan atau memberitahukan sekaligus memamerkan potensi dan keunggulan dari tanaman yang termasuk keluarga Gramineae yang biasa dikenal dengan nama jagung yang terdapat di daerah pemekaran yang berpotensi yaitu Kabupaten Bone Bolango. 3. Potensi Komoditi Jagung di Provinsi Gorontalo Mengingat bahwa wadah ini adalah suatu wadah penelitian dan observasi, sehingga perlu mempertimbangkan potensi – potensi yang ada di Provinsi Gorontalo khususnya di Kabupaten Bone Bolango sebagai dasar perencanaan fisik bangunan. Potensi-potensi yang dimaksud antara lain :
David Olii
a.
Potensi lokasi dalam wilayah Kabupaten Bone Bolango. b. Perkembangan jumlah unit usaha pertanian di Provinsi Gorontalo. c. Perkembangan ekspor jagung Provinsi Gorontalo d. Lokasi wilayah Kabupaten Bone Bolango jika ditinjau dari posisi Provinsi Gorontalo yang terletak diantara Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dapat berpeluang sebagai sentrapointdibidang perdagangan sub bidang pertanian diantara dua daerah tersebut. Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Kecil, sedang dan Besar di Bidang Tanaman Hortikultura No. Nama Industri Tahun 2009 2010 2011 2012 1. Jagung 121 115 114 112 2. Tan.Hortikultura 69 64 61 57 3. Sayuran Ekspor 32 23 31 35 4. Buah Ekspor 4 4 3 3 5. Alat Pertanian 6 4 2 3 Jumlah 232 210 211 210 (Sumber :Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, 2012)
Tabel
2.
Jumlah PerkembanganHasilIndustri Pertanian di Prov. Gorontalo No. Nama Industri Tahun 2009 2010 2011 2012 1. Jagung 13.757 14.087 13.917 12.997 2. Hortikultura 9.289 9.458 9.908 11.345 3. Sayuran Export 385 582 323 404 4. Buah Export 1.693 1.103 1.729 1.132 5. Alat Pertanian 283 639 548 680 Jumlah 25.047 25.869 26.127 26.688 (Sumber :Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, 2012)
Tabel 3.Perkemb. Ekspor & Antar Pulau/Ton No. Tahun Ekspor Antar Pulau Jumlah 1. 2005 6.700 6.700 2. 2006 18.950 15.131 34.081 3. 2007 12.310 15.244 27.554 4. 2008 35.960 91.601 127.561 5. 2009 21.574 112.043 133.617 6. 2010 83.448 87.581 171.029 7. 2011 86.411 90.691 177.102 8. 2012 42.900 58.550 101.450 Sumber :Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo : 2012
Berdasarkan hasil perkembangan industri pertanian yang ada sekarang ini dan terbatasnya fasilitas untuk penelitian dan pengembangan dibidang pertanian serta memperkenalkan atau mempromosikan hasil industri pertanian secara langsung, maka diambil suatu langkah yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk perencanaan suatu wadah yang dapat menampung semua kegiatan yang ada. Pusat Penelitian dan observasi Jagung merupakan suatu wadah yang bersifat semi kantor, dimana wadah ini dapat digunakan oleh masyarakat, baik itu 3 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
perusahaan maupun perorangan atau perkumpulan untuk memperoleh informasi mengenai jenis bibit unggul dan hama atau penyakit pada tanaman terutama pada tanaman jagung. Pengadaan fasilitas ruang pada wadah ini merupakan hal terpenting dimana fungsi dan tujuannya sebagai Gedung Penelitian dan Promosi. 4. Kondisi Existing BPIJ Gorontalo Kondisi Existing yang ada dilokasi Kawasan Badan PusatInformasi Jagung (BPIJ) yang berada di Kabupaten Bone Bolango. a. Objek existing berada pada luasan lahan seluas 5 Ha yang terbagi atas : 2 Ha untuk area konstruksi bangunan, dan 3 Ha untuk area tanam untuk hasil uji coba penelitian. b. Lahan sekitar site didominasi oleh lahan permukiman dan perkantoran. c. Konstruksi bangunan pada struktur dasar menggunakan pondasi telapak dan pondasi jalur. Untuk struktur tengah menggunakan rangka batang dan dinding masif berbahan pasangan batu bata. Sedangkan untuk struktur atas menggunakan atap spandek (Alumunium Zincallume). Fasilitas yang tersedia seperti : Unit bangunan induk yang terdiri dari beberapa ruangan, yaitu lobby penerimaan, ruang staff pelayanan,ruang database (arsip), ruang kepalakepala unit untuk staff Pertanian, Perkebunan, Teknis dan Logistik. Sedangkan pada titik tengah bangunan difungsikan sebagai ruangan Auditorium. Unit bangunan pendukung, yaitu Bangunan Laboratorium Plasma Nuftah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit unggul. Kemudian unit bangunan untuk staff Pertanian, Perkebunan dan Teknis.Serta unit bangunan untuk tempat pembinaan dan sharing para peneliti. 5. Metode Penelitian Menganilisis jenis dan sumber dataunutk mendapatkan acuan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan pengembangan BPIJ, pengambilan data diambil dengan cara: a. Data non-fisik yaitu yang berhubungan dengan data potensi produk komoditas unggulan,data pengunjung untuk setiap kegiatan pameran produk pertanian di Provinsi Gorontalo, data organisasi pengelola dan jumlah penduduk dalam tahun terakhir serta material bangunan. b. Data fisik yaituberhubungan dengan kondisi fisik bangunan misalnya eksisting lokasi dan objek bangunan, organisasi dan fungsi ruang, orientasi pengembangan bangunan, struktur dan konstruksi. Penelitian dilapangan dilakukan dengan teknik pengumpulan data,yaitu : Observasi atau pengamatan langsung Wawancara Dokumentasi David Olii
6. Hasil, Pembahasan dan Rekomendasi Pengembangan BPIJ adalah pengembangan fasilitas yang sudah ada sehingga bisa mendorong peningkatan promosi usaha dibidang non-migas yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara pada umumnya dan daerah pada khususnya. Berdasarkan pada tujuan Pengembangan BPIJ di Kabupaten Bone Bolango, yaitu sebagai wadah untuk penelitian dan pengembangan jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan terutama jagung serta memamerkan contoh hasil produksi dari para produsen ke konsumen secara langsung dimana bisa menjadi peluang transaksi penjualan produksi jagung secara langsung.
d. Fasilitas Utilitas Pada area kawasan existing sudah tersedia fasilitas utilitas seperti, Jaringan listrik, Jaringan Air bersih, Jaringan Telekomunikasi, Fasilitas Tempat Pembuangan Sementara, Saluran / Riol Lingkungan, dsb. e. Kondisi / KeadaanLingkungan sekitar Keadaan lingkungan sekitar sangat mendukung pengembangan kawasan BPIJ Gorontalo, dengan adanya pembangunan / pengembangan kawasan dengan konsep ramah lingkungan.Sehingga pada hasil
Gambar 1.Site Existing BPIJ Gorontalo (sumber:Perencanaan Penulis, 2014)
10. Konsep Dasar Perencanaan Tapak a. Perencanaan Tata Kawasan Pada perencanaan tapak area kawasan BPIJ Gorontalo didasari pada pendekatan tentang ketersediaan infrastruktur permukiman, sistim sirkulasi dalam site dan luar site, standar-standar peraturan daerah tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sehingga arah pembangunan dan pengembangan kawasan BPIJ bisa sinkron dengan tata bangunan yang berada disekitar kawasan. b. Aksesibilitas Site berada dekat Jalur By-Pass menuju Kantor Bupati Bone Bolango sehingga bisa terjangkau oleh sarana dan prasarana transportasi kota dan kabupaten. c. Fasilitas Penunjang Perencanaan kawasan dilengkapi dengan fasilitas penunjang untuk melengkapi kebutuhan pada bangunan BPIJ Gorontalo. 4 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
akhir pengembangan kawasan tidak akan mempengaruhi / merusak keadaan lingkungan sekitar. 12. Pola Tata Massa Bentuk Tata massaexisting beranjak dari sebuah tata massa sederhana dari unsur penggabungan beberapa bentuk bangunan yang mempunyai berbagai macam fungsi bangunan yang membutuhkan luasan ruang yang memadai untuk mewadahi kegiatan Observasi dan Penelitian. Konfigurasi bentuk pada massa bangunan utama yang pada awalnya sudah melewati suatu penetapan perencanaan dimana objek direncanakan adalah suatu kawasan dengan kapasitas dua lantai. Ini berarti semua aktifitas penelitian dan observasi jagung tertampung pada satu massa dan secara aktivitas akan dibedakan dengan beberapa massa dengan konsentrasi bidang divisi aktifitas yang benar-benar akan menunjukan batas ruang antara tempat untuk aktifitas observasi dan penelitian serta promosi dan juga fasilitas perkantoran.
David Olii
Dengan memperhatikan fungsi bangunan yang bersifat komersial dangan kegiatan utama yang bersifat dinamis, maka pola yang baik dan sesuai dengan peruntukan dari bangunan Badan Pusat Informasi Jagung adalah pola grid dan pola radial. Kedua pola ini digabungkan karena mempunyai kelebihan masing-masing yang bisa mengarahkan sirkulasi dalam bangunan yang lebih baik. Dalam hal pengaturanstand-stand pameran sampai dengan vitrine untuk tata display materi pameran bisa lebih terarah dan mudah untuk ditata, sehingga sangat terkesan lebih luas dan lapang terhadap ruang gerak pengunjung maupun pengelola gedung.
1. Sistem Peruangan Terbuka Lantai yang disewakan merupakan ruang terbuka, pembagian ruang dengan dinding pembatas rendah sesuai kebutuhan penyewa stand dengan dasar pertimbangan mudah dalam komunikasi dan pengawasan. 2. Sistem Peruangan Tertutup Lantai yang digunakan merupakan gabungan ruang bersifat tetap sehingga fleksibilitas ruang terbatas. Umumnya diterapkan pada ruang yang membutuhkan tingkat privacy yang lebih tinggi, misalnya ruang pengelola, ruang rapat, laboratorium, serta beberapa ruangan yang dikategorikan ruangruang dengan standar privasi tinggi. 7. Analogi Bentuk Konsep Bentuk Bangunan pada Fasilitas Induk BPIJ diambil analogi bentuk dari buah jagung, sehingga diharapkan dengan adanya transformasi bentuk dasar bangunan existing ke konsep bentuk baro yang mangambil analogi bentuk dari komoditas unggulan seperti jagung, bisa menjadi landmark kawasan bahkan lingkungan yang berada disekitar kawasan BPIJ.
Gambar 2.Penzoningan area site (sumber :Perencanaan Penulis,2014)
a. Penzoningan Area Tapak Penzoningan didasarkan pada fungsi-fungsi ruang dalam pada area pusat penelitian dan observasi yang mewadahi kegiatan promosi dagang dibidang pertanian,sehingga bisa diketahui area mana saja yang bisa melatarbelakangi keseluruhan kegiatan yang ada. b. Pola Hubungan Ruang Dengan memperhatikan fungsi bangunan yang bersifat komersial dengan kegiatan utama yang bersifat dinamis, maka pola yang baik dan sesuai dengan peruntukkan dari bangunan BPIJ adalah Pola Grid dan Radial. Kedua Pola ini digabungkan karena mempunyai kelebihan masing- masing yang bisa mengarahkan sirkulasi dalam bangunan yang lebih baik. Dalam hal pengaturan stand-stand pameran sampai dengan vitrine untuk tata display materi pameran bisa lebih terarah dan mudah untuk ditata, sehingga sangat terkesan lebih luas dan lapang terhadap ruang gerak pengunjung maupun pengelola gedung. c. Sistim Ruangan Sistim Peruangan yang dipertimbangkan berdasarkan fleksibilitas yaitu :
dipakai dapat efektifitas dan
5 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
Gambar 3.Analogi Bentuk (sumber :Perencanaan Penulis,2014)
8. Sistem Struktur Bangunan Penetuan sistim struktur untuk bangunan BPIJ dilakukan dengan dasar pertimbangan sebagai berikut : a. Kondisi fisik tapak, yang meliputi daya dukung tanah, ketinggian air tanah dan kedalaman tanah keras. b. Faktor teknis meliputi persyaratan ruang. c. Faktor ketinggian bangunan, tuntutan terhadap fleksibilitas ruang dan efisiensi ruang. d. Tahan terhadap pengaruh iklim. Struktur bawah yang digunakan pada bangunan ini adalah Pondasi Telapak. Pada struktur atas bangunan menggunakan sistim selubung rangka, untuk grid bangunan dengan bentang kecil dan sistim struktur advance untuk grid bangunan dengan bentang lebar. Sistem struktur advance dapat menggunakan Struktur Shell dan space frame. Base structure adalah struktur bawah dari bangunan yaitu Pondasi Telapak (Poer Plat). Pada massa utama bangunan yang meliputi pondasi jalur dan sloef beton yang digabung dengan pondasi David Olii
telapak dengan pedestal yang agak dalam untuk daerah gaya vertikal yang cukup besar sedangkan pada titiktitik tertentu sebagai penopang struktur atas (upper structure) dibuat penggandaan kolom lainnya (Kolom Deletasi) yang nantinya akan menjadi acuan pembagian pembebanan struktur. Middle structure digunakan struktur rangka kaku sebagai struktur utama yang akan menopang konstruksi dinding dengan menggunakan konsep Mpanel. Menggunakan Konstruksi MPanel yang terbuat dari EPS (Expanded Polystyrene) dan jaring kawat baja yang di galvanized dengan sistem modular siap pakai. Sitem Mpanel memenuhi fungsi struktural dan fungsi daya tahan beban serta daya tahan tinggi terhadap suhu dan kebisingan.Material alumunium Composite (ACP) diterapkan pada dinding bangunan khususnya pada bagian belakang bangunan dengan kombinasi dari beberapa warna dari konsep jagung unggulan. Struktur Atas / Upper Structure yang digunakan pada bangunan utama menggunakan konsep busur (arc) unutk separuh bangunan, tepatnya di area pameran tetap dan auditorium dengan maksud untuk -
Gambar 4.Rangka Busur Atap (sumber :Perencanaan Penulis,2014)
mendapatkan konsep ruang dengan bentang lebar dan bersih dari kolom struktur ini menggunakan bahan utama Baja CNP yang menjadi konstruksi primer sebagai dudukan utama. Prinsip pemasangan dengan cara bagian base structure pada ujung baja bagian bawah terkoneksi dan menjadi satu bagian dengan kolom telapak pada pondasi kemudian disambung dengan plat connector dari bahan baja dengan ketebalan tertentu sampai pada puncaknya dan berakhir pada sandaran plat baja yang bertumpu pada kolom struktur. Untuk struktur sekunder pada atap digunakan Bahan Baja ringan / Alumunium Hollow dengan prinsip pemasangan dengan cara bagian per bagian disusun dengan penyelesaian konsep struktur dengan modul segitiga. Sengaja dipilih modul ini berkaitan dengan konsep fasade yang mengerucut sehingga modul ini bisa beradaptasi dengan kontur siluet dari bangunan disamping itu juga struktur ini sebagai struktur rangka penopang bahan kaca sebagai bahan penutup atau cassing bangunan.
6 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
Untuk struktur Tersier digunakan bahan kaca Reflector “One Way” yang bisa mereduksi panas yang dihasilkanoleh sinar ultraviolet sampai dengan 40%. 9. Sistem Pencahayaan Sistim Pencahayaan yang diterapkan pada bangunan BPIJ adalah : a. Direct Lighting Concetrating, yaitu sistim pencahayaan langsung, yang digunakan pada ruangan atau hall pameran yang membutuhkan konsentrasi pencahayaan lebih besar. b. Indirect Lighting, yaitu sistim pencahayaan tidak secara terfokus, yang digunakan pada alat-alat peraga atau vitrine yang bisa mendukung tampilan atau performance dari objek yang dipamerkan. Jenis pencahayaan ini tidak menggunakan intensitas pencahayaan dalam skala besar karena efek dari pencahayaan ini hanya untuk menambah kesan dramatik dari material pameran yang ada. c. Direct Lighting Spread, yaitu sistim penerangan langsung yang menyebar, yang digunakan pada ruang serba guna, lobby, ruang penunjang, lobbykantor pengelola, banking hall. 10. Sistem Penghawaan Penghawaan pada bangunan Badan Pusat Informasi Jagung, untuk mendukung kegiatan penelitian, informasi, serta tempat hasil promosi hasil pertanian merupakan persyaratan mutlak untuk dipenuhi. Faktor-faktor yang berpangaruh terhadap penghawaan antara lain : a. Keadaan ventilasi b. Bentuk bidang pengarah c. Keadaan temperatur d. Keadaan kelembaban e. Kebutuhan udara tiap objek f. Arah Angin terhadap bangunan dan besaran ventilasi g. Radiasi h. Kualitas udara dalam lingkungan sekitar Pengahawaan yang diterapkan pada bangunan BPIJ adalah : 1. Local Fan Berfungsi sebagai pembuangan udara yang tidak diinginkan (Karbondioksida) yang terdapat didalam ruangan. 2. Air Conditioning/AC Digunakan pada ruang-ruang tertentu yang membutuhkan suhu serta kelembaban tertentu, seperti ruang pengelola,perpustakaan dagang dan unit jasa perbankan. Sedangkan unutk ruang/hall pameran menggunakan sistim AC Sentral yang disuplai/didistribusikan melalui ducting-ducting yang diletakkan ditempat sesuai perencanaan. 3. Exhaust Ventilation
David Olii
Digunakan untuk membantu terjadinya ventilasi silang, misalnya pada ruang serbaguna, dll. 11. Sistem Akustik Untuk Isolasi Akustik pada bangunan BPIJ hanya diperlukan pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada ruang rapat atau ruang serbaguna. Hal ini tergantung dari sumber penyebab kebisingan. Ruangan yang memerlukan penyelesaian akustik yaitu ruangan kantor pengelola, ruang unit jasa perbankan, ruang seminar dan ruang perpustakaan dagang (menggunakan bahan peredam pabrikasi “Fiber 600”) yang mempunyai ketahanan sampai dengan 600 dB untuk menghindari efek suara dari Hall utama pameran yang menggunakan sentral sound sebagai audio utama pada pelaksanaan event pameran. Disamping itu juga adanya penambahan partisi peredam di ruangan pameran tetapi tidak terlalu tebal yang tujuannya untuk menghindari pantulan suara yang berlebihan dari arah beberapa perlengkapan tata suara yang disediakan di setiap stand pameran. ruangan-ruangan lainnya bisa ditangani langsung lewatruang kontrol audio ini. 12. Sistem Utilitas Bangunan a. Sistem Pembuangan Ar Hujan Air Hujan Air Hujan dialirkan keluar tapak melalui saluran-saluran yang telah disediakan dalam tapak, untuk kemudian dialirkan ke saluran induk. Untuk saluran tertutup, pada jarak tertentu diletakkan bak pengontrol untuk mencegah bahaya tersumbat. b. Sistem Distribusi Sampah Sampah yang dihasilkan dari aktifitas pameran didalam Kawasan BPIJ yaitu sampah basah/organik. Proses pembuangannya dengan menggunakan sistim packing dari tempat sampah maupun dari ruangruang pameran dan perkantoran yang dibuang melalui shaft khusus sampah. Setelah itu sampahsampah tersebut langsung diangkut menuju tempat pembuangan akhir. Sistim ini dinamakan sistem carry out, yaitu sampah-sampah dikumpulkan, kemudian dibuang keluar bangunan sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Truk pengangkut sampah. c. Sistim Jaringan Listrik Sistim jaringan listrik yang dipakai pada kawasan BPIJ menggunakan suplai listrik dari PLN yang digunakan unutk beban normal. Sedangkan untuk beban cadangan dan darurat digunakan Genset yang mana nantinya akan dipakai sebagai cadangan listrik sendiri. d. Sistim Jaringan Komunikasi 13. Sistim Jaringan Penyelamatan Bangunan
7 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
Sistem ini terdiri dari penyelamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran dan bahaya petir. Dasar pertimbangan untuk penggunaan jaringan ini, yaitu : 1. Keselamatan Manusia 2. Keselamatan Peralatan lainnya Beberapa contoh alternatif alat yang digunakan untuk mengusahakan penyelamatan antara lain : Bahaya kebakaran Pencegahan bahaya kebakaran berarti usaha yang dilakukan untuk menanggulangi nyala api yang tak terkendali. Sistem pemadam kebakaran terbagi beberapa bagian, yaitu : Penguraian, Pendinginan, Isolasi atau sistem lokalisasi dan blasting effect system. Penanggulangan kebakaran pada bangunan di kawasan BPIJ menggunakan sistim otomatis yakni Heat Detector yang memiliki kepekaan tinggi untuk memberikan sinyal alarm jika panas diruangan sudah melewati batas yang ditentukan. Jika terjadi kebakaran, unit kontrol dari sistem ini akan memberikan sinyal terhadap alat pemadaman api otomatis berupa sprinkler yang dapat memancarkan air. Selain sprinkler disediakan disediakan juga fire hydrant didalam lingkungan site bangunan untuk mencegah dan meminimalisir bahaya kebakaran. Adapun alat yang akan digunakan nanti unutk mengantisipasi bahaya kebakaran adalah Fire Extinguisher, Sprinkler, Smoke/Heat Detector, Fire Alarm dan Call Box, dan siamase/Fire Hydrant. Penangkal Petir Pada bangunan ini sistem penangkal petir yang digunakan adalah Tongkat Franklin (Franklin Stick), yakni penghantar yang dipasang pada bagian tertinggi bangunan (atap). Sistem penangkal petir yang dipakai berdasarkan pertimbangan terhadap segi estetika, segi pemeliharaan dan ketinggian bangunan. Pencegahan Tindak Kriminal Untuk pencegahan tindak kriminal dalam gedung dilengkapi dengan kelengkapan sisitim pengamanan berupa: Kamera pengawasan (Surveilance Camera pada ruang kontrol keamanan) yang diletakkan pada area yang ramai dan fasilitas alarm gedung. 14. Landscape Tujuannya adalah untuk menentukan/menganalisa jenis dan fungsi tanaman yang akan digunakan pada site. Dasar pertimbangannya adalah unutk pembentukan ruang hijau dan sebagai kontrol visual yang berfungsi sebagai penyejuk dan pereduksi panas. Untuk jenis tanaman yang digunakan pada penataan landscape yaitu : a. Pohon Pelindung sebagai estetika, pelindung dan penyaring debu. b. Pohon Palm sebagai unsur estetika dan pengarah pada tapak.
David Olii
c. Bunga dan Perdu sebagai estetika tanaman penutup tanah. Ground Cover yaitu jenis tanaman yang dipakai unutk penutup tanah, pada sekitar bangunan dan jalan setapak. Pedestrian merupakan jalan setapak sebagai sarana sirkulasi disekitar bangunan yang berupa paving blok, batu alam yang ditata secara alamiah. 15. Desain
Gambar 8: Area Pameran/Exhibition Hall (Sumber: Desain Penulis, 2014)
Gambar 5: Kawasan BPIJ Prov.Gtlo (Sumber: Desain Penulis, 2014)
Gambar 6: Bangunan Informasi Jagung (Sumber: Desain Penulis, 2014)
Gambar 7: Bangunan Induk BPIJ (Sumber: Desain Penulis, 2014)
8 Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
16. Kesimpulan Pengembangan BPIJ Gorontalo tidak lain adalah lebih mengembangkan secara totalitas terhadap fungsi gedung dan kawasanyang merupakan wadah yang dapat menampung berbagai macam aspek kegiatan penelitian dan juga promosi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pertanianserta perkebunan.Manfaat lainnya dari keberadaan gedung ini adalah keuntungan masyarakat yang dapat memperoleh informasi sehingga bisa menambah wawasan serta dapat mengetahui berbagai macam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang produk – produk pertanian dan perkebunan terkini yang berkembang di era globalisasi ini. Referensi 1) Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, 2012 2) Dahlan,D.M. (1994)Kamus Modern Bahasa Indonesia. Arkola 3) Dinas Perdagangan dan Penanaman Modal Provinsi Gorontalo. (2007)Daftar jumlah Pameran di Kota Gorontalo 4) Laporan Pertanggung jawaban Kabupaten Bone Bolango (2012) 5) Makowski,Z.S. (1964)Konstruksi Ruang Baja. ITB 6) Mangun Wijaya, Y.B (2000)Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan. PT. Gramedia 7) Neufert, Ernst. (1992)Data Arsitek Jilid I edisi kedua. Erlangga 8) Neufert, Ernst. (1980)Architect Data New International second edition. Granada Publishing 9) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Tahun 2011 2015
David Olii