PEMETAAN DAN PENENTUAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG DI KABUPATEN BONE BOLANGO Jarwadi Wahyu Priyadi Mohidin 1), Mukhlisulfatih Latief 2), Dian Novian 3) Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected] Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected] Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo email :
[email protected]
ABSTRAK Luas lahan berpotensi untuk penanaman jagung yang dimamfaatkan sekitar 2000 hektar, masih ada 13.122 hektar yang telah di tetapkan Dinas pertanian setempat belum di mamfaatkan, itu terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penanaman jagung seperti penentuan lahan, Penanaman jenis jagung yang kurang tepat, dan tidak mengetahui kriteria-kriteria lahan yang cocok pada jenis jagung tertentu, sehingga hasil praduksi jagung tidak sesuai yang di harapkan.Tujuan dari penelitian ini memetakan dan menentukan lahan-lahan yang sesuai untuk penanaman jagung di kabupaten Bone Bolango. Metode AHP digunakan untuk menentukan lahan-lahan di tiap Kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Informasi Geografis Lahan Tanaman Jagung dapat menampilkan peta lahan untuk tanaman jagung sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penanaman jagung oleh masyarakat khususnya petani, Jenis jagung yang menjadi unggulan daerah yaitu jagung Hibrida, Komposit, dan Lokal. Setelah dihitung dengan metode AHP maka jagung hibrida cocok untuk lahan Kecamatan Suwawa dan Pinogu. Jagung Komposit cocok untuk lahan Kecamatan Suwawa, Pinogu, Suwawa Selatan, Bulango Utara, dan Bulango Selatan. Jagung Lokal cocok untuk lahan kecamatan Bulango Ulu, dan Suwawa Tengah. Kata Kunci: Pemetaan, AHP, Jagung ABSTRACT There are about 2000 hectares of potential land for corn planting that have been utilized. There are still 13.122 hectares of land determined by local Department of Agriculture that have not been utilized due to the lack of knowledge among people concerning suitable land for corn planting leads to the need of a system to support them in identifying lands and corn plant utilization. The aim of this research is to mapping determining suitable lands for corn planting in Bone Bolango district. AHP method is implemented in choosing lands in every sub-district. Geographic Information System of corn plant in Bone Bolango district is able to show land map for corn planting to avoid mistake in planting. The prime types of corn in this area are Hybrids, Composite, and Local corn. The AHP method result are as follow: 1) Hybrid corn is suitable for lands in Suwawa and Pinogu, 2) Composite corn is suitable for lands in Suwawa, Pinogu, Suwawa Selatan, Bulango Utara, and Bulango Selatan, and 3) local corn is suitable for lands in Bulango Ulu, and Suwawa Tengah. Keywords : mapping, AHP, corn
1. PENDAHULUAN
Luas lahan berpotensi untuk penanaman jagung yang dimamfaatkan sekitar 2000 hektar, masih ada 13.122 hektar yang telah di tetapkan Dinas pertanian setempat belum di mamfaatkan, itu terjadi karena Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penanaman jagung seperti penentuan lahan, Penanaman jenis jagung yang kurang tepat, dan tidak mengetahui kriteria-kriteria lahan yang cocok pada jenis jagung tertentu, sehingga hasil praduksi jagung tidak sesuai yang di harapkan. untuk itu diperlukan sebuah sistem yang dapat membantu dalam hal mengidentifikasi lahan-lahan dan pemanfaatan tanaman jagung. dikembangkan sebuah Sistem Informasi Geografis yang dapat memetakan lahanlahan di kabupaten Bone Bolango, serta penentuan lahan-lahan yang berpotensi untuk penanaman beberapa jenis jagung dengan menggunakan metode AHP(Analitycal Hierarchy Process). 2. TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. (Prahasta,2002) Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis dataseperti query, menganalisisnya serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkanletak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lain(Prahasta,2002). MANFAAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Fungsi SIG adalah meningkatkan kemampuan menganalisis informasi spasial secara terpadu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. SIG dapat memberikan informasi kepada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan
database keruangan (Prahasta,2002). SIG mampu memberikan kemudahankemudahan yang diinginkan. Dengan SIG kita akan dimudahkan dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik. SUBSISTEM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Menurut (Prahasta, 2005), SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut : 1. Data Input 2. Data Output 3. Data Manajemen 4. Analisis dan Manipulasi Data Cara Kerja SIG SIG dapat menyajikan real world (dunia nyata) pada monitor sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata diatas kertas. Tetapi, SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran pada kertas Kemampuan SIG Sistem informasi geografis mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya. (Prahasta,2009) a. Memasukkan dan mengumpulkan data geografis (spasial dan atribut) b. Mengintegrasikan data geografis. c. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografis. d. Menyimpan atau memanggil kembali data geografis. e. Mempresentasikan atau menampilkan data geografis. f. Mengelola, memanipulasi dan menganalisis data geografis. g. Menghasilkan output data geografis dalam bentuk peta tematik (view dan layout ),tabel,grafik (chart) laporan, dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.
3. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP secara sederhana adalah suatu model pendukung keputusan. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut penciptanya, Thomas L. Saaty (Saaty. dalam Novian, 2013), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. 4. Konsep Dasar AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1) Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti (Gambar 1):
5. FDF Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Susunan dari elemen-elemen yang dibandingkan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Gambar 1 Struktur Hierarki AHP (Saaty, dalam Novian 2013) 2) Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut (Saaty. dalam Novian 2013), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1 Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung
(direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka ia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3) Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas yang dihitung dengan manipulasi matriks atau penyeles 4) Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut. Hubungan Kardinal : aij. ajk = aik Hubungan Ordinal : Ai > Aj> Al> Ak, maka Ai> Ak Hubungan tersebut dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut: a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak 4 kali dari mangga, dan mangga lebih enak 2 kali dari pisang, maka anggur lebih enak 8 kali dari pisang. b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang, maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsistensi sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: a. Mengalikan matriks dengan prioritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil kali per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil poin c dibagi jumlah elemen, akan didapatkan λmaks. e. Indeks Konsistensi
CI
maks n n 1
Rasio Konsistensi CR
CI , dimana RI RI
adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Nilai indeks random konsitensi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Nilai Indeks Random
PENELITIAN TERKAIT
Hudha, (2011) dalam penelitiannya “Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Potensi Daerah Kabupaten Sidoarjo”, dengan kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa telah dihasilkan suatu AplikasiSistem Informasi Geografis Analisa Potensi Daerah Kabupaten Sidoarjo Podungge, (2012) dalam penelitiannya “Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Menentukan Pemilihan Pengawas Sekolah“ 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Sujadi (2003), Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. TAHAPAN PENELITIAN Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah : 1) Persiapan Penelitian a. Studi Literatur b. Pengumpulan Data Wawancara Observasi 2) Identifikasi Data 3) Perancangan SIG a. Pree Processing b. Data Output c. Manajemen Data d. Analisis dan manipulasi data 4) Pembuatan Aplikasi a. Analisis Kebutuhan Sistem b. Desain Sistem c. Testing dan implementasi sistem 5) Penyusunan Laporan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Pree Processing Proses awal mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Data yang diperoleh berupa peta dasar Kabupaten Bone Bolango dan peta lahan di Kabupaten Bone Bolango dalam bentuk format file SHP seperti pada gambar 3. Peta dasar tersebut kemudian dipilah menjadi peta SHP per Kecamatan. Begitu pula dengan peta lahan dipilah menjadi peta lahan per Kecamatan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan Software pengolah peta MapWindow.
Gambar 3 peta kesesuaian lahan jagung b) Data Output Pada tahapan ini data–data yang sudah diolah pada proses awal sebelumnya kemudian dihasilkan dalam bentuk soft copy atau hard copy seperti pada table, grafik, peta dan lain-lain. Pada aplikasi ini peta SHP Kabupaten dan peta SHP lahan yang sudah dipilah per Kecamatan tersebut dikonversi dalam bentuk file KML (Keyhole Markup Language). File KML tersebut yang akan dipanggil untuk ditampilkan di peta Google Maps. Aplikasi SIG ini menggunakan aplikasi Google Map Api sebagai media untuk menampilkan peta contoh tampilan nya seperti pada gambar 4. Google map api adalah adalah layanan gratis yang diberikan oleh google untuk dapat menampilkan peta bersama fiturfiturnya dalam aplikasi SIG yang dibuat, khususnya pada aplikasi web.
Gambar 4 contoh peta google maps c) Manajemen Data Mengorganisasikan baik data spasial dan data atribut ke dalam sebuah basis data sehingga mudah dipanggil dan diupdate oleh sistem. Dalam hal ini atribut dari peta per kecamatan seperti nama, luas lahan dan jenis jagung yang cocok diorganisasikan ke dalam masing-masing table dalam sebuah database. Begitupula atribut dari peta lahan per kecamatan seperti Temperatur, Air, Drainase dan lain-lain. d) Analisis Dan Manipulasi Data Pada proses akhir dalam perancangan aplikasi SIG yakni menentukan informasiinformasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode AHP dengan memperhitungkan kriteria-kriteria lahan untuk penanaman beberapa jenis jagung.
Menentukan jenis-jenis Kriteria Dalam hal ini sampel yang akan dihitung adalah jenis jagung Hibrida. Adapun kriteria-kriteria lahan yang diperlukan untuk jenis jagung Hibrida adalah: C1 : Temperatur C2 : Air C3 : Drainase C4 : Tekstur C5 : Kedalaman Tanah C6 : Retensi Hara Membuat matriks perbandingan berpasangan Tabel 3 Matriks Perbandingan Berpasangan
Membuat matriks nilai kriteria Tabel 4 Matriks Nilai Kriteria
Membuat matriks penjumlahan setiap baris Tabel 5 Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Perhitungan rasio konsistensi Tabel 6 Perhitungan Rasio Konsistensi ANALISIS PENENTUAN LAHAN MENGGUNAKAN METODE AHP
Tabel 8 Matriks nilai subkriteria temperatur
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut : Jumlah = 6,93 N =6 λmaks = 1,15 CI = -0,81 CR = -0,65 Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. Setelah dihasilkan prioritas kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas sub kriteria. Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria. Dalam hal ini terdapat 6 kriteria yang berarti akanada 6perhitungan prioritas sub kriteria. Langkah-langkah penyelesaiannya seperti pada penentuan prioritas kriteria sebelumnya. Menentukan Prioritas Subkriteria langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria temperatur adalah sebagai berikut : Subkriteria Temperatur Membuat matriks perbandingan berpasangan
Tabel 7 Matriks berpasangan subkriteria temperatur
Membuat matriks penjumlahan setiap baris Tabel 9 Matriks penjumlahan setiap baris
Perhitungan rasio konsistensi Tabel 10 Perhitungan rasio konsistensi
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai Consistency Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
Jumlah N λmaks CI CR
= 4,06 =3 = 1,35 = -0,55 = -0,95
Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima. Membuat matriks nilai Subkriteria Perhitungan Hasil
Langkah selanjutnya adalah prioritas hasil perhitungan pada kriteria dan subkriteria per kriteria atau langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks hasil yang terlihat dalam tabel 11. Tabel 11 Nilai Prioritas Kriteria dan Sub Kriteria
Pada tabel 4.29 dapat dilihat nilai prioritas dari masing-masing kriteria dan sub kriteria. Nilai-nilai tersebut yang akan dikalikan pada masing-masing alternatif untuk memperoleh nilai dari masingmasing alternatif. Tabel 12 Nilai Hasil Masing-masing Alternatif
Nilai 0,10 pada kolom C1 (temperatur) baris alternatif tapa diperoleh dari nilai alternatif tapa untuk C1, yaitu temperatur dengan nilai prioritas subkriteria 0.41 (tabel 11), dikalikan dengan nilai prioritas kriteria temperatur sebesar 0,15 (tabel 12), demikian seterusnya. Kolom jumlah pada tabel diperoleh dari penjumlahan masing-masing barisnya.Nilai dari kolom jumlah inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking karakteristik lahan di tiap kecamatan yang cocok untuk penanaman jagung, dalam hal ini jagung jenis hibrida.
Semakin besar nilainya, maka lahan di kecamatan tersebut yang lebih cocok untuk ditanami jagung jenis birida. Jadi, berdasarkan simulasi melalui metode AHP diperoleh informasi bahwa dari 18 alternatif yang paling cocok untuk ditanami jenis jagung hibrida adalah alternatif kecamatan suwawa dan kecamatan pinogu. Hal ini karena kedua alternatif memiliki nilai sama paling tinggi dari alternatif lainnya. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Sistem Informasi Geografis Lahan Tanaman Jagung kabupaten Bone Bolango dapat menampilkan peta lahan untuk tanaman jagung sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penanaman jagung dan peningkatan produksi jagung oleh masyarakat khususnya petani, sistem ini dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam hal pengembangan potensi jagung di kabupaten Bone Bolango. 2) Metode AHP digunakan untuk menentukan lahan dan jenis jagung apa yang cocok tiap Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, Jenis jagung yang menjadi unggulan daerah yaitu Jagung Hibrida, Komposit, dan Lokal. setelah di hitung dengan metode AHP maka jagung hibrida cocok untuk lahan Kecamatan Suwawa dan Pinogu. Jagung Komposit cocok untuk lahan Kecamatan Suwawa, Pinogu, Suwawa Selatan, Bulango Utara, dan Bulango Selatan. Jagung Lokal cocok untuk lahan Bulango Ulu, dan Suwawa Tengah.
6. DAFTAR PUSTAKA
Hudha. 2011.“Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Potensi Daerah Kabupaten Sidoarjo”. Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma. Mohidin, Jarwadi. 2015. Skripsi Pemetaan dan penentuan lahan untuk tanaman jagung di Kabupaten Bone Bolango. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Novian, Dian. 2013. Modul Pembelajaran Sistem Informasi Pendukung Keputusan. Univesitas Negeri Gorontalo : Gorontalo. Podungge, Jamila. 2012. Skripsi. Penerapan Analytical Hierarchy Process (Ahp) Untuk Menentukan Pemilihan Pengawas Sekolah. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Prahasta, Eddy. 2002, Konsep-konsep Dasar SIG, Informatika, Bandung. Prahasta, Eddy. 2005, Konsep-konsep Dasar SIG, Informatika, Bandung.
Prahasta, Eddy.2009, Konsep-konsep Dasar SIG (Perspektif Geodesi Dan Geomatika), Informatika, Bandung. Sujadi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.