BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kawasan Taman Wisata Lombongoi Kabupaten Bone Bolango, Kecamatan Suwawa Tengah.Luas Kawasan Wisata Lombongo ±32 Ha, yang masih tergabung dengan Kawasan Taman Nasional Nani Wartabone.Secara geografis terletak antara 0 025’ – 0044’ LU dan 16024’ – 160 40’ BT, merupakan rangkaian pengunungan dengan ketinggian antara 50-130 m dpl. Dengan suhu 26-30°C.Kelembaban berkisar antara 80-85 %. Kawasan hutan Wisata Lombongo hujan tropikapengunungan, sehingga memiliki suhu, intensitas cahaya dan kelembaban yang tinggi. Kawasan hutan wisata Lombong memiliki keadaan topografi yang sangat beragam, mulai dari datar, bergelombang ringan sampai berat, maupun berbukit terjal dan memiliki wisata pemandian air panas dekat pemukiman masyarakat. Kondisi Kawasan hutan Taman Wisata Lombongo, sudah mengalami perubahan faktor lingkungan, seperti suhu,intensitas cahaya dan kelembaban. Hal ini terjadi adanya penebangan hutan, pemanfaatan lahan pertanian. Faktor lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap ekosistem hutan, maka hutan wisata lombongo termasuk dalam formasi klimatis. Formasi klimatis merupakan hutan dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim misalnya, temperatur, kelembaban dan intensitas cahaya (Indriyanto 2006).
32
4.2Hasil Penelitian 4.2.1 Spesies Tumbuhan Lumut (Bryophyta) yang terdapat di Kawasan Taman Wisata Lombongo Spesies tumbuhan lumut di lapangan dengan hasil penelitian penjelajahan di Kawasan Taman Wisata Lombongo, ditemukan beberapa spesies lumut (Bryophyta). Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh 16 jenis lumut yaitu 13 jenis lumut daun (Musci) dan tiga jenis lumut hati (Hepaticae).Daftar spesies lumut (Bryophyta) tersebut disajikan pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1, lumut
daun atau Musci ditemukan 13spesies yakni,
spesies Fissidens teymanianus,spesies Bartramia pomiformis, spesiesSchistostega pinnata, spesiesAndreaea petrophila, spesiesAnthoceros laevis, spesiesIsothecium myosuroides, spesiesHylocomium splendens, spesiesFunaria hygrometrica,spesies Calymperes cougiense,
spesiesVesicularia
montagnei,
spesies
Sphagnum
fibriatum, spesiesAntitrichia californica danspesiesThuidium kiesense. Sedangkan untuk yang lumut hati atau Hepaticae hanya terdapat 3spesies yang ditemukan yakni
spesiesMarchantia
polymorpha,
spesiesCalobryum
mnioides,spesiesMetzgria furcate. Klasifikasi lumut di Kawasan Taman Wisata Lombongo disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
33
Tabel 4.1Klasifikasi jenis lumut yang terdapat di Kawasan Taman Wisata Lombongo Divisi
Kelas Bryopsida
Bryophyta
Anthocerotopsida
Hepaticopsda
Ordo
Family
Genus
Spesies
Habitat
Anthocerotales
Anthocerotaceae
Anthoceros
Anthoceros laevis
Tanah dan di batu
Leucodontales
Leucodontaceae
Antitrichia
Antitrichia californica
Pohon
Bartramiales
Bartramiaceae
Bartramia
Bartramia pomiformis
Pohon
Hypnales
Hypnaceae
Vesicularia
Vesicularia montagnei
Kayu lapuk
Dicranales
Schistostegaceae
Schistostega
Schistostega pinnata
Tahah
Andreaeales
Andreaeaceae
Andreaea
Andreaea petrophila
Pipa air
Fissidentales
Fissidentaceae
Fissidens
Fissidens teymanianus
Batang kayu dan batu
Hypnales
Brachytheciaceae Isothecium
Isothecium myosuroides
Pohon
Hypnales
Hylocomiaceae
Hylocomium
Hylocomium splendens
Pohon
Brayales
Funariaceae
Funaria
Funaria hygrometrica
Pohon
Pottiales
Calymperaceae
Calymperes
Calymperes cougiense
Tanah dan di batu
Thuidiales
Thuidiaceae
Thuidium
Thuidium kiesense
Pohon
Sphagnales
Sphagnaceae
Sphagnum
Sphagnum fibriatum
Pohon
Jungermaniales
Haplomitriaceae
Calobryum
Calobryum mnioides
Pohon kayu mati dan batu
Jungermaniales
Anacrogynaceae
Metzgria
Metzgria furcata
Batang kayu dan di tanah
Marchantiales
Marchantiaceae
Marchantia
Marchantia polymorpha
Pohon
Sumber : Data Primer, 2013
34
Berikut ini deskripsi masing-masing spesies tumbuhan lumut (Bryophyta) 1. Fissidens teymanianus Spesies lumutFissidens teymanianus, banyak ditemukan pada pohon kayu berwarna hijau, tumbuh menempel atau epipit di pohon kayu dan bentuk dau meruncing. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan daun muncul baris kedua, batang sama dengan bagian daun, lamina bersayap
membentang
dari
bagian
dosal
hingga
keapikal.Fissidens
teymanianusdisajikan pada Gambar 4.1 sebagai berikut.
Gambar 4.1Fissidens teymanianus
Spesies Fissidens teymanianusini dapat tumbuh dengan suhu lingkungan yaitu 28 °C dengan kelembaban 80% pada ketinggian 84 m dpl ditemukan sebanyak 80 koloni. Fissidens teymanianus biasahidup pada tempat yang lembab sehingga suhunya biasa pada derajat yang rendah. Seperti yang dijelaskan Putrika (2009) bahwa Fissidens teymanianusdapat tumbuh dengan suhu rata-rata 1030°Cpada umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya. Pernyataan ini juga didukung oleh Ellyzarti (2009)
35
yang menjelaskan bahwa spesies Fissidens teymanianusini dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 70%-98%. 2.
Marchantia polymorpha Marchantia polymorpha banyak ditemukan di batu tembok saluran air,
dengan ciri-ciri morfologinya hidup menempel pada batu, berwarna hijau, panjangnya ± 1-3 cm, daunya
mengerigi atau bercabang. Berdasarkan hasil
determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan memiliki tubuh datar seperti daun,tidak berpelepah, talus relatif kecil sering ditemukan di tanah yang basah.Marchantia polymorpha disajikan pada Gambar 4.2 sebagai berikut.
Gambar 4.2Marchantia polymorpha
Marchantia polymorphaini ditemukan sebanyak 118 koloni,
dengan
kondisi faktor lingkungan yaitu suhu 29 °C, intensitas cahaya 80 Cd, kelembaban 80% pada ketinggian 84 m dpl. Marchantia polymorphabiasa hidup pada tempat yang lembab dengan suhu biasa pada derajat yang rendah, selain itu kelembaban udara juga mendukung pertumbuhan Marchantia polymorpha. Pada umumnya spesies ini memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang
36
pertumbuhan 20-30 °C,dengan kisaran kelembaban antara 70 % - 98 % (Ellyzarti, 2009). 3.
Bartramia pomiformis Bartramia pomiformis, banyak ditemuka pada pohon kayu, dengan ciri-ciri
morfologinyadapathidupmenempel pada kayu, akar kayu, berwarna hijau, dengan panjang kurang lebih 2-3 cm, memiliki daun runcing, dengan lebar daun 2 mm. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan daun tanpa kost (pelepah), relatif kecil tanaman ini hidup di tanah basah. Bartramia pomiformisdisajikan pada Gambar 4.3 sebagai berikut.
Gambar 4.3Bartramia pomiformis
Bartramia pomiformis, spesies ini ditemukan sebanyak 134 koloni dengan faktor lingkungan, denganintensitas cahaya 79 candela,suhu 28,2 °C, dan kelembaban 81% dengan ketinggian 130 m dpl. Menurut Ellyzarti(2009) spesies inidapat tumbuh dengan suhu rata-rata 10- 30 °C, terdapat banyak spesies Bartramia pomiformis yang tumbuh di tempat tersebut. Selain itu kelembaban juga mendukung pertumbuhan spesies ini, pada umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya. Menurut
37
Ellyzarti(2009))
spesies Bartramia pomiformis ini dapat hidup pada kisaran
kelembaban antara 70%-98%. 4.
Vesicularia montagnei Spesies
Vesicularia
montagnei
banyak
di
temukan
pada
kayu
lapuk.Lumutini berwarna hijau, panjang kurang lebih satu cm, daun dan batang masih agak sulit di ketahui,batang dan daun merucut keatas. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan bercabang kosta ganda, pendek atau kecil, menempel pada substrat, tanaman bercabang, lebar 1-5 mm dan panjang 15-18 mm.Vesicularia montagneidisajikan pada Gambar 4.4 sebagai berikut.
Gambar 4.4Vesicularia montagnei
Vesicularia montagnei,ini ditemukan sebanyak 156 koloni, dengan faktor lingkungan yaitu suhu 26 °C, kelembaban 81% dengan intensitas cahaya 79 candela, dengan ketinggian 88 mdpl. Menurut Richards (1989) spesies ini dapat tumbuh dengan suhu 20-30°C dengan kelembaban 80-98% untuk pertumbuhan optimal.
38
5.
Schistostega pinnata Schistostega pinnatamemiliki ciri- ciri morfologi berwarna hijau, panjang
2-3 cm lebar daun 2mm, habitat atau tempat hidupnya pada tanah. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan tanaman merayap,selalu ada batang dan daun dan daun sering ada kosta, hidup di tempattempat basah.Gambar spesies Schistostega pinnatadisajikan pada Gambar 4.5 sebagai berikut.
Gambar 4.5.Schistostega pinnata
Schistostega pinnata,paling banyak ditemukan dipermukaan tanah yang basa dan lembab, hidupnya bergerombol dan berkelompok-kelompok berdasarkan pengukuran faktor lingkungan di lokasi yaitu ketinggian 89 mdpl, dengan suhu 26,5 °C, kelembaban 80% dengan intensitas cahaya 80candela spesies ini ditemukan sebanyak 131 koloni. Selain itu kelembaban udara juga mendukung pertumbuhan Schistostega pinnata,pada umumnya spesies ini memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan 20-30 °C dengan kisaran kelembaban antara 70 % - 98 % (Ellyzarti, 2009).
39
6. Andreaea petrophila Pada spesies Andreaea petrophila memiliki ciri-ciri morfologi berwarna hitam kecolatan, tempat hidupnya pada tempat lembab dan basah, akar, daun, dan batang masih sulit dibedakan.Tumbuhan lumut ini di temukan pada pipa air. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan tidak memiliki kosta, hidup merayap di tempat-tempat basah dan lembab.Gambar Andreaea petrophiladisajikan pada Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar4.6. Andreaea petrophila
Spesies Andreaea petrophilaini, dengan faktor lingkungan yaitusuhu 27°C, kelembaban 85% dengan intensitas cahaya 80 candela dan berada pada ketinggian 89 mdpl spesies ini di temukan sebanyak 172 koloni. Menurut putrika (2012), kelembaban
dan
suhu
optimal
untuk
pertumbuhan
spesies
Andreaea
petrophila,berkisar antara 15-30 °C dengan kelembaban 80-98% untuk lanjunya pertumbuhan spesies ini. 7.
Anthoceros laevis Anthoceros laevis, memiliki ciri-ciri morfologi,lumut berwarna hijau,
habitat kebanyakan di pohon dan di kayu bahkan ada juga yang hidup pada daun dan tanah, daun menggarpu atau bercabang, ukuran panjang batang 3-4 cm dan
40
susah membedakan antara batang dan daun. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan gametofit berupa talus, tidak mempunyai batang dan daun, kapsul silindris memanjang seperti tanduktalus, spora hitam.Spesies Anthoceros laevisdi sajikan pada Gambar 4.7 sebagai berikut.
Gambar 4.7 Anthoceros laevis
Spesies Anthoceros laevis, ini terdapat pada suhu 29 °C, kelembaban 92% dengan intensitas cahaya 74 candela, dan di temukan pada ketinggian 89 mdpl. Menurut penelitian ( Edawun 2001), adapu suhu lingkungan untuk pertumbuhan spesies Anthoceros laevisyaitu berkisar antara 19-30 °C dengan kelembaban 98%,untuk pertumbuhan spesies Anthoceros laevis. 8.
Isothecium myosuroides Isothecium myosuroides memiliki ciri-ciri morfologi yakni tumbuhan ini
berwarna
hijau,
tubuhnya
memanjang
±3-6cm,
daunya
bercabang
menggrigih.Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan tegak atau merayap, selalu dengan batang dan daun, bercabang, hidupdi tempat-tempat basah, merayap, biasanya banyak bercabang, panjang
41
cabang daun bergigi ke bawah besar di cabang-cabang.Pada spesies Isothecium myosuroidesdisajikan pada Gambar 4.8 sebagai berikut.
Gambar 4.8 Isothecium myosuroides
Spesies Isothecium myosuroides,ini di ditemukan pada kelembaban 95%, suhu 24 °C, dengan intensitas cahaya 74 candela dan berada pada ketinggian 89 mdpl.
Spesiesini
di
temukan
di
lokasi
penelitian
sebanyak
178
koloni.Ellyzarti(2009), Isothecium myosuroides dapat tumbuh dengan suhu ratarata 10- 30 °C, terdapat banyak spesies Isothecium myosuroides yang tumbuh di tempat tersebut. Selain itu kelembaban juga mendukung pertumbuhan spesies ini, pada umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya.
Menurut Ellyzarti(2009) spesies Isothecium
myosuroides ini dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 70%-98%. 9.
Hylocomium splendens Hylocomium splendens mempunyai ciri-ciri hidupnya merayap pada pohon
atau batang kayu, berwarna hijau, panjangnya ±4-5 cm, dan mempunyai daun yang bercabang dengan lebar daun 2-3mm. Spesies ini di temukan di lokasi penelitian sebanyak 167 koloni. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi)
42
tanaman ini merupakan tegak atau merayap, selalu dengan batang dan daun yang berbeda, daun sering dengan costa, bercabang merayap hidup di tempat-tempat basah
dan
lembab,
dan
sering
ditemukan
tanah.Spesies
Hylocomium
splendensdisajikan pada Gambar 4.9 dibawah ini.
Gambar 4.9Hylocomium splendens Hylocomium splendens ini ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 167 koloni. Tumbuhan lumut ini ditemukan pada kelembaban 86%, suhu 26 °C, dengan intensitas cahaya 79 candela dan berada pada ketinggian 87 mdpl.Menurut Ellyzarti(2009), Hylocomium splendens dapat tumbuh dengan suhu rata-rata 1030 °C, terdapat banyak spesies Hylocomium splendens yang tumbuh di tempat tersebut. Selain itu kelembaban juga mendukung pertumbuhan spesies ini, pada umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhannya. Menurut Ellyzarti(2009), spesies Hylocomium splendens ini dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 70%-98%. 10. Funaria hygrometrica Spesies Funaria hygrometricaditemukan paling banyak dipohon kayau besar yang berkulit tebal, bahkan ada juga hidup di atas batu, dengan keadaan
43
lembab dan basah. Spesies Funaria hygrometricaditemukan didekat pemandian air panas dan dipinggir sungai. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan dengan daun yang pasti,tanpa costa (pelepah), relatif kecil. Tanaman dengan daun biasanya lebih besar dari 3 mm dan ditemukan pada tanah atau batuan yang basah basah di sepanjang sungai,tanaman dengan daun paling panjang 5 mm, dengan tinggi 2,5 cm dengan lebar daun 2-5 mm.Pada spesies ini disajikan pada Gambar 4.10 dibawah ini.
Gambar 4.10Funaria hygrometrica
Spesies Funaria hygrometrica, ini berwarna hijau, daun meruncing, dengan lebar 2 mm. Dijumpaipada ketinggian 87 mdpl dengan kelembaban 85%, suhu 27 °C, dengan intensitas cahaya 81 candelas. Pada lokasi penelitian ditemukan 172 koloni.Tumbuhan lumutordoBryalas jenis Funaria hygrometrica merupakan tumbuhan arkokarpus dengan suhu lingkungan yang mendukung pertumbuhan spesies ini berkisar antara 10-28 °Cdengan kelembaban 70-98% untuk pertumbuhan secara optimal untuk spesies ini ( Eddy 1998).
44
11. Calymperes cougiense Calymperes cougiense hidup di tanah dan batu kadas,ada juga yang hidup di tanah, berwarna hijau, memiliki daun berbentuk oval dengan lebar daun 2 mm. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanam ini merupakan tumbuh tegak, berdaun ramping, bagian tepi daun tidak dengan sel-selpembatas.Spesies ini disajikan pada gambar 4.11 dibawah ini.
Gambar 4.11 Calymperes cougiense
Calymperes cougiense, spesies ini ditemukan sebanyak 206 kolonipada kelembaban udara 85%, suhu 28 °C, dengan intensitas cahaya 80 candela dan berada pada ketinggian 84 mdpl. Menurut penelitian ( Edawun 2001), adapun suhu lingkungan untuk pertumbuhan spesies Calymperes cougiense yaitu berkisar antara 19-30 °C dengan kelembaban 98%, dan kisaran intensitas cahaya 70-89 Cd,untuk pertumbuhan spesies Calymperes cougiense. 12. Thuidium kiesense Spesies ini berwarna hijau, dan tumbuh di tempat-tempat lembab. Subsratpada lumut ini yaitu batang kayu pohon kayu mati, dengan lebar daun 2-3
45
mm danpanjang 3-4 cm, pada lokasi penelitian dapat di temukan 176 koloni. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan tubuh berukuran relatif besar, batang primer menjalar, berakar dan berparafilia, bercabang menyirip rangkap,teratur, cabang primer tersebar mendatar.Spesies ini disajikan pada Gambar 4.12 dibawah ini.
Gambar 4.12 Thuidium kiesense
Thuidium kiesenseini ditemukan pada kelembaban 85%, suhu 28 °C, dengan intensitas cahaya 78 candela dan berada pada ketinggian 27 mdpl.Menurut penelitian (Putrika 2012) umunya untuk pertumbuhan spesies Thuidium kiesensememerlukan suhu lingkungan berkisar antara 26-30 °C, untuk perumbuhan
optimal.
Sedangkan
kelembaban
berkisar
70-98%
untuk
pertumbuhan yang optimum spesiesThuidium kiesense. 13. Sphagnum fibriatum Pada spesies ini ditemukan pada kulit kayu, yang berwarna hujau, dengan daun meruncing dan lebar daun 1 mm, panjang 3-5 cm dengan kondisi lingkungan yang lembab. Spesies ini di temukan sebanyak 142 koloni.Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan daun tidak tersusun dalam
46
2 baris, daun panjang dan lanset tidak seperti diatas. Lumut rawa, percabangan gabungan.Spesies ini disajikan pada Gambar 4.13 dibawah ini.
Gambar 4.13Sphagnum fibriatum
Sphagnum fibriatum iniditemukan dilapangandengan kelembaban 85%, suhu 28 °C, dengan intensitas cahaya 79 candela dan berada pada ketinggian 27 mdpl. Spesies ini di temukan sebanyak 142 koloni. Kisaran pertumbuhan ordo sphanales yaitu pada suhu 27-30 °C, dan kelembaban berkisar antara85-90 untuk pertumbuhan spesies ini (Putrika 2012). 14. Calobryum mnioides Tumbuhan lumut ini di temukan pada batu kadas yang lembab dan basah.Warna hijau, hidupnya merayap pada batu, daun, dan batang kayu.Daun tumbuhan lumut tersebut bercabang. Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan hidup merayap, pada tempat-tempat basah dan lembab. Spesies ini disajikan pada Gambar 4.14 dibawah ini. Calobryum mnioides,ditemukan pada kelembaban 84%, suhu 28 °C, dengan intensitas cahaya 81 candela dan berada pada ketinggian 84 mdpl.
47
Tumbuhan spesies lumut yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 103 koloni.Calobryum mnioides biasa hidup pada tempat yang lembab sehingga suhunya biasa pada 27-30 °C, Selain itu kelembaban udara juga mendukung pertumbuhan lumut, pada umumnya spesies memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan spesies Calobryum mnioides yang dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 80 % - 98 % (Ellyzarti, 2009).
Gambar 4.14 Calobryum mnioides
15. Metzgria furcate SpesiesMetzgria furcata hidupnya menempel pada pohon dan batu dengan kelembaban yang cukup.Metzgria furcata ini berwarna hijau, bercabang atau menggarpu. Spesies ini agak kurang ditemukan dibandingkan dengan spesies lainya, sekitar 69 individu.Berdasarkan hasil determinasi (kunci identifikasi) tanaman ini merupakan gametofit berupa talus, tidak mempunyai batang dan daun, tallus dengan percabangan dikhotom membentuk seperti daun, lebar talus kurang dari 3 mm, anteredium dan arkedium dihasilkan pada permukaan bagian dorsal.Spesies ini disajikan pada Gambar 4.15 dibawah ini.
48
Metzgria furcate ini ditemukan pada kelembaban 81%, suhu 29,4 °C, dengan intensitas cahaya 80 candela dan berada pada ketinggian 84 mdpl. Metzgria furcatebiasa hidup pada tempat yang lembab sehingga suhunya biasa pada 20-30 °C, Selain itu kelembaban udara juga mendukung pertumbuhan lumut, pada umumnya spesies memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan spesie Metzgria furcateyang dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 70 % - 98 % (Ellyzarti, 2009).
Gambar 4.15Metzgria furcate
16. Antitrichia californica Tumbuhan ini di temukakan menempel pada pohon kayu, berwarna hijau, daun
menggrigih,
individu.Berdasarkan
pada
lokasi
penelitian
di
hasil determinasi (kunci
temukan identifikasi)
sebanyak tanaman
134 ini
merupakan tanaman tegak atau merayap bercabang, selalu dengan batang dan daun yang berbeda, daun sering dengan costa, sering di tempat-tempat basah batang utama sebagian besar merayap, biasanya dengan banyak bercabang, panjang batang daun 2-3 mm, dengan puncak bergerigi dengan gigi tajam, dengan
49
costa utama yang kuat.Gambar Antitrichia californicadisajikan pada Gambar 4.16 sebagai berikut. SpesiesAntitrichia californica ini ditemukan pada kelembaban 90%, suhu 28 °C, dengan intensitas cahaya 80 candela dan berada pada ketinggian 84 mdpl. Antitrichia californica,biasa hidup pada tempat yang lembab sehingga suhunya biasa pada derajat yang rendah, Selain itu kelembaban udara juga mendukung pertumbuhan Antitrichia californica,, pada umumnya spesies ini memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan 22-30 °C,dengan kisaran kelembaban antara 78 % - 98 % (Ellyzarti, 2009).
Gambar4.16Antitrichia californica
4.2.2.
KeanekaragamanLumut
(Bryophyta)
Di
Kawasan
Taman
WisataLombongo Dari hasil penelitian dan identifikasi serta analisis yang menggunakan rumus Shanon-Winner, keanekaragaman Bryophyta yang terdapat di lokasi penelitiansebesar 1,21untuk seluruh jenis tumbuhan lumut (Bryophyta). Di Kawasan Taman Wisata Lombongo masih dikatagorikan dalam tingkatan keanekaragaman sedang.
50
4.3. Pembahasan Spesies tumbuhan lumut (Bryophyta) yang ditemukandi Kawasan Taman Wisata Lombongo, diantaranya 13spesies yakni, Fissidens teymanianus, Bartramia pomiformis, Schistostega pinnata, Andreaea petrophila, Anthoceros laevis, Isothecium myosuroides, Hylocomium splendens, Funaria hygrometrica, Calymperes cougiense,
Vesicularia
montagnei,Thuidium kiesense,Sphagnum
fibriatum, Antitrichia californica. Sedangkan untuk lumut hati atau Hepaticae ditemukan3spesies yakni Marchantia polymorpha, Calobryum mnioides dan Metzgria furcata. Keanekaragaman lumut (Bryophyta)dari ke 16 spesies yang paling banyak ditemukan yaitu spesies Calymperes cougiensesebanyak 260 koloni, atau dengan indeks keragaman 0.11, ini disebabkan oleh faktor lingkungan
seperti suhu,
intensitas cahaya dan kelembaban dapat menunjukan lajunya pertumbuhan spesies Calymperes cougiense.Menurut (Ellyzarti 2009), pada suhu rata-rata 20-30 °C terdapat banyak tumbuhan lumut yang tumbuh dengan suhu tersebut. Berdasarkan pengukuran
faktor
lingkungan
di
lokasi
pada
spesies
Calymperes
cougiensedengan suhu 28 °C, kelembaban 85 % dengan intensitas cahaya 80 Cd, sehingga banyak tumbuhan lumut yang tumbuh pada suhu tersebut. Sedangkan untuk spesies Metzgria furcata sangat rendah pertumbuha individunya, hal ini disebabkan oleh tingginya suhu lingkungan, dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, ada pun suhunya yaitu 30°C, intensitas cahaya 80 Cd, dengan kelembaban 81%, sehingga kurangnya pertumbuhan jumlah koloni.
51
Indeks keanekaragaman lumut (Bryophyta) di kawasan Wisata Lombongo menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman lumut di kawasan wisata lombongo masuk dalam kategori sedang dengan nilai keragaman sebesar 1,21.
Hal ini
disebabkan vegetasi pohon dikawasan Wisata Lombongo yang menjadi tempat bernau bagi tumbuhan lumut kurang sehingga cahaya dapat langsung menyinari tumbuhan lumut. Sementara untuk habitat tumbuhan lumut membutuhkan kelembaban 70-98%. Apabila lumut dinaungan pohon yang tajuk yang lebat maka lumut tersebut tidak akan mendapatkan cahaya sehingga kelembabannya masih tinggi. Kawasan
Wisata
Lombongo,
selain
merupakan
pemukiman
wargapenduduk setempat dan juga sebagian kawasannya telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Adanya pengaruh aktivitas masyarakat disekitar kawasan terhadap lingkungan tempat tumbuh lumut menyebabkan kawasan tersebut sudah terganggu ekosistemnya, khususnya bagi habitat lumut yang menyukai tempattempat yang lembab seperti dibawah naungan pohon.Hal ini telah dibuktikan olehPutrika (2009),bahwa dengan terbukanya kawasan akan mengurangi keanekaragaman tumbuhan lumut. Berdasarkan hasil penelitian di Kawasan Taman
Wisata
Lombongo,
lokasi
tersebut
sudah
mengalami
suatu
perubahanlingkungan dengan adanya penebangan liar dan pemanfaatan lahan oleh masyarakat, dan selain itu juga ada tempat wisata pemandian air panas, sehingga kawasan tersebut mengalami penurunan spesies. Hasilpengukuran suhu yang ditemukan di lokasi penelitian di Kawasan Taman Wisata Lombongo menunjukan kisaran antara 26-30 °C, keadaan suhu
52
seperti ini mendukung untuk pertumbuhan lumut.Seperti yang dijelaskan (Ellyzarti, 2009), pada suhu rata-rata 10-30 °C, terdapat banyak jenis tumbuhan lumutyang tumbuh di tempat suhu tersebut. Tumbuhan lumut di Kawasan Wisata Lombongo tumbuh ditempat-tempat yang lembab dan basah,dilihat dari kelembaban yang terdapat di kawasan tersebut yang mencapai 81-92%. Seperti yang dijelaskan Ellyzarti (2009), Lumutdapat hidup pada kisaran kelembaban 7098%. Selain suhu dan kelembaban, intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi pertumbuhan lumut.Intensitascahaya yang terdapat Kawasan Taman Wisata Lombongo berkisar antara 79-81 Cd. Intensitas cahaya tersebut merupakan intensitas cahaya yang dibutuhkan lumut dalam pertumbuhannya, hal ini dijelaskan juga olehPutrika (2012) bahwa lumut dapat tumbuh dengan intensitas cahaya optimal 10.000 lux mencapai yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Lumut yang terdapat di Kawasan Taman Wisata Lombongo umumnya tumbuh pada substrat berupa pohon, akar pohondan juga terdapat pada kayu mati, kayu lapuk dan batu. menurut Putrika (2012), tumbuhan lumut dapat hidup di mana saja. Hal ini menjelaskan bahwa tumbuhan lumut yang ditemukan banyak tidak hanya terdapat pada pohon tapi juga di batu dan kayu yang lapuk. Banyaknya tumbuhan lumut yang terdapat di pohon dan akar pohon karena akarakar pohon dengan lapisan tanah yang tipis mampu menahan spora-spora lumut yang jatuh, selanjutnya berkecambah dan tumbuh menjadi individu lumut baru. Selain itu tumbuhan lumut juga ditemukan berada pada substrat daun.
53
54