BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah 153,750 m3 dengan ketinggian 150 meter DPL. Batas-batas Desa Tulabolo secara administratif dibatasi oleh : Batas sebelah utara : Sungai Bone Batas sebelah selatan: Pegunungan Batas sebelah barat : Tulabolo Barat Batas sebelah timur : Tulabolo Timur Jumlah penduduk Desa Tulabolo berdasarkan data tahun 2012 adalah 572 jiwa yang tersebar di tiga dusun yaitu dusun I sebanyak 165 jiwa, dusun II sebanyak 141 jiwa dan dusun III sebanyak 266 jiwa. 2) Sungai Tulabolo Sungai Tulabolo merupakan salah satu anak sungai yang bermuara di sungai Bone. Sungai ini mengalir di dua desa yaitu Desa Tulabolo Timur di bagian hulu dan Desa Tulabolo dibagian hilir. Sungai Tulabolo mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu, 47 cm pada bagian tengah dan bagian hilir 40 cm. Lebar sungai bagian hulu 5 m, bagian tengah 4,5 m dan bagian hilir 12 m.
39
40
Berdasarkan kontinuitas airnya, sungai Tulabolo termasuk jenis sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim penghujan debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya sedikit. Penggunaan lahan disekitar Sungai Tulabolo di bagian hulu digunakan sebagai kawasan pertambangan. Di bagian tengah merupakan daerah pemukiman, dan daerah hilir merupakan muara sungai pertemuan antara sungai Tulabolo dan sungai Bone. 4.2 Hasil Analisis Univariat Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan, pada tanggal 8-9 April 2013 dan dilakukan satu kali dengan lokasi sampling yaitu pada daerah Hulu, Tengah, dan Hilir sungai Tulabolo. Sampel air dan sedimen sungai dilakukan pemeriksaan di LPPMHP pada tanggal 17 April-18 April 2013 untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) dan untuk hasil analisis menggunakan Spektrofometri Serapan Atom (SSA) yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). 4.2.1 Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di hulu Sungai Tulabolo Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di hulu Sungai Tulabolo diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hulu Sungai Tulabolo Nama sampel Kadar merkuri (Hg) Air 0,0031 ppm Sedimen 2,94 ppm Sumber : Data Primer 2013
Nilai Ambang Batas 0,002 ppm 1,6 ppm
41
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air dan sedimen sungai Tulabolo di hulu sudah melewati nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu pada air 0,0031 ppm dan sedimen 2,94 ppm. 4.2.2 Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di tengah Sungai Tulabolo Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di tengah Sungai Tulabolo diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Tengah Sungai Tulabolo Nama contoh Kadar merkuri (Hg) Air 0,0024 ppm Sedimen 0,03 ppm Sumber : Data Primer 2013
Nilai Ambang Batas 0,002 ppm 1,6 ppm
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air sungai dibagian tengah sungai telah melebihi nilai ambang batas yaitu 0,0024 ppm sedangkan untuk sedimen masih berada dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 0,03 ppm. 4.2.3 Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di hilir Sungai Tulabolo Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen setelah di hilir Sungai Tulabolo diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hilir Sungai Tulabolo Nama contoh Kadar merkuri (Hg) Air 0,0023 ppm Sedimen 0,02 ppm Sumber : Data Primer 2013
Nilai Ambang Batas 0,002 ppm 1,6 ppm
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air di bagian hilir sungai Tulabolo sudah melewati nilai ambang batas
42
yaitu 0,0023 ppm sedangkan untuk sedimen masih berada dibawah nilai ambang batas yaitu 0,02 ppm. 4.3 Pembahasan Sungai Tulabolo merupakan salah satu sungai yang sangat berperan untuk menunjang kehidupan masyarakat disekitar aliran Sungai Tulabolo. Semua jenis kegitan yang membuat pencemaran di sekitar sungai sangat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat akibat dari penambangan emas liar yang dilakukan oleh mayarakat tanpa memperhatikan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan Kepala Desa tentang pencemaran sungai Tulabolo diperoleh beberapa hal yang menunjukkan bahwa kegiatan pertambang emas yang ada di bagian hulu sungai yang menyebabkan tercemarnya sungai Tulabolo, dimana sungai tersebut tercemar pada tahun 2009 sampai dengan sekarang. Akibat dari kegiatan penambangan emas tersebut air sungai menjadi keruh, dan sudah tidak dapat lagi digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan mencuci. Bahkan ada pula masyarakat yang mengeluh gatalgatal, dan ikan yang ada di sungai sudah berkurang.
Alternatif lain yang
digunakan oleh kepala desa agar masyarakat dapat mengakses air bersih, masyarakat di alihkan untuk menggunakan mata air Tanggi, dan mata air ini merupakan satu-satunya mata air yang ada di desa Tulabolo yang belum tercemar oleh limbah merkuri. Meskipun demikian sebagian masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai masih saja menggunakan air sungai Tulabolo. Lokasi penelitian dilakukan pada 3 lokasi yaitu pada hulu, tengah dan hilir sungai. Untuk mendapatkan nilai kandungan merkuri dalam satu lokasi untuk
43
sampel air sungai dan sedimen, maka pengambilan sampel dilakukan secara komposit di bagian sisi kiri sungai dan sisi kanan sungai. Hasil pemeriksaan sampel air dan sedimen dibandingkan dengan nilai ambang batas yang ditetapkan, dimana untuk sampel air didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sesuai dengan peruntukannya untuk kelas II yaitu 0,002 ppm sedangkan untuk sedimen didasarkan pada baku mutu yang dikeluarkan oleh IADC/CEDA, 1997 tentang kandungan logam yang dapat ditoleransi keberadaannya dalam sedimen berdasarkan standar kualitas Belanda pada Tabel 2.3 yaitu 1,6 ppm. Dari hasil analisis univariat yang diperoleh bahwa kadar merkuri pada air dan sedimen di hulu sungai sudah melewati nilai ambang batas yang ditetapkan. Tingginya kadar merkuri di lokasi ini karena di bagian hulu sungai terdapat lokasi penambangan emas rakyat yang sudah beroperasi selama dua tahun. Dalam kegiatan penambangan emas tersebut menggunakan teknik amalgamasi yaitu proses pencampuran antara emas dan merkuri, dan untuk pencampuran batuan yang mengandung logam emas membutuhkan aliran air. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kitong (2012) bahwa kegiatan penambangan emas yang menggunakan teknik amalgamasi ini telah menyebabkan pencemaran sungai khususnya di bagian hulu. Sehingga dapat diasumsikan bahwa tingginya kadar merkuri baik pada air maupun sedimen sungai Tulabolo disebabkan lokasi berada dekat dengan kegiatan penambangan emas. Sedangkan untuk kadar merkuri di bagian tengah dan hilir sungai menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda dengan di bagian hulu sungai, dimana
44
kadar merkuri pada sampel air dan sedimen dibagian tengah dan hilir semakin menurun. Hal ini disebabkan lokasi sudah berada jauh dari kegiatan yang banyak memberi konstribusi besar dalam pencemaran sungai dalam hal ini lokasi penambangan. Jarak kegiatan pertambangan juga berpengaruh terhadap besarnya kadar Hg pada air dan kadar Hg pada sedimen. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kitong, 2012 dan Herman, 2009 juga penelitian yang dikemukakan oleh Subandri, 2008 sama halnya dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa jarak dari lokasi pertambangan menentukan tingkat konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam air dan sedimen sungai, dimana semakin jauh jarak lokasi semakin rendah pula konsentrasi merkuri dibandingkan dengan lokasi yang berada dekat dari lokasi penambangan. Apabila dibandingkan kadar merkuri pada kedua sampel baik air dan sedimen, rata-rata kadar merkuri pada air sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan sedangkan pada sedimen masih berada di bawah ambang batas, hal ini dapat terjadi karena salah satu sifat dari merkuri dapat larut dalam asam nitrat, sedangkan pada pemeriksaan sampel memerlukan asam nitrat untuk mengikat kadar merkuri. Selain itu, sifat merkuri yang bersifat cair cepat tersebar dalam air dari pada sedimen yang dipengaruhi oleh pH. Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Sarjono, 2009 mengemukakan bahwa nilai pH perairan memiliki hubungan yang erat dengan sifat kelarutan logam berat. Pada pH alami sungai logam berat sukar terurai dan dalam bentuk partikel atau padatan tersuspensi. Pada pH rendah, ion bebas logam berat dilepaskan ke dalam air. Selain hal
45
tersebut, pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Secara umum logam berat akan meningkat toksisitas nya pada pH rendah, sedangkan pada pH tinggi logam berat akan mengalami pengendapan. Jika dilihat dari hasil penelitian penetapan standar untuk kadar merkuri rata-rata pada sedimen paling tinggi dibandingkan dengan air. Hal ini disebabkan karena sifat merkuri pada sedimen yang mudah mengendap, sehingga penyebaran merkuri paling banyak terdapat di sedimen dari pada air. Ahmad (2007) mengemukakan bahwa sedimen dapat menimbun merkuri 105 kali lebih besar dari konsentrasi air di sekelilingnya. Dengan terakumulasi logam merkuri pada sedimen akan menurunkan konsentrasi logam merkuri pada air. Selain itu sifat kimia dari merkuri stabil pada lingkungan sedimen sedangkan pada air, merkuri tidak larut dalam air sehingga merkuri mudah menguap terutama di perairan yang mengalir. Penelitian ini sama halnya pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarjono, 2009 dimana logam berat khususnya merkuri mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air. Kandungan logam berat pada sedimen juga di pengaruhi oleh musim. Pengambilan sampel untuk air dan merkuri pada saat itu dilakukan musim penghujan. Sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Erlangga, 2007 bahwa umumnya logam berat rendah pada musim kemarau dan tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam berat dalam sedimen pada musim penghujan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang
46
terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara dan pada akhirnya terjadi proses sedimentasi. Pencemaran merkuri di Sungai Tulabolo baik air dan sedimen akan sangat mempengaruhi kualitas air sungai baik dibagian hulu maupun hilir, dimana merkuri dan turunannya sangat beracun sehingga akan mengakibatkan berkurangnya populasi biota air karena sifat dari merkuri ini mudah larut dan mengendap di dasar sedimen yang merupakan tempat hidup biota air. Selain itu, jika telah masuk ke lingkungan, merkuri cepat tersebar luas karena mobilitasnya sangat tinggi dan dapat terkonsentrasi melalui rantai makanan. Secara tidak langsung mengakibatkan kerugian pada manusia sendiri, terutama dengan melihat hasil penelitian bahwa sungai Tulabolo khususnya di bagian hulu sudah tercemar. Mengingat air sungai Tulabolo bermuara di Sungai Bone, yang merupakan salah sungai terbesar di Gorontalo yang juga diandalkan oleh PDAM sebagai kebutuhan air minum, mandi serta untuk kebutuhan pertanian oleh masyarakat.