perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra tindakan Penelitian dilakukan di TK Merpati Pos yang tepatnya berada di Kelurahan Kerten Kecamatan Laweyan Kabupaten Surakarta. TK Merpati Pos berdiri pada tanggal 27 September 1967 beralamat di Jalan Semangka No. 24 (dekat lapangan segitiga) Kecamatan Laweyan. Sekolah ini didirikan oleh yayasan Merpati Pos yang berpusat di kantor Pusdiklat Pos Bandung, dengan ketua yayasan Ibu Arief Suciati. TK Merpati Pos memiliki guru 7 orang guru, 1 orang Kepala Sekolah, 3 orang guru kelompok A dan kelompok B, 1 orang bagian administrasi serta 2 orang guru ekstrakurikuler menari dan menggambar. Jumlah siswa di TK Merpati pos adalah 36 orang yaitu Playgrup 2 orang, kelompok (A) 8 orang dan kelompok (B1) 11 orang dan kelompok (B2) 15 orang. Penelitian ini dilakukan di Kelompok B2 dengan jumlah anak 15 orang yang terdiri 6 orang anak perempuan dan 9 orang anak laki-laki. Sebelum melakukan penelitian, dilaksanakan pengamatan pra tindakan untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Observasi ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 22 Maret 2014 dengan cara observasi lapangan, wawancara dengan guru dan dokumentasi berupa daftar nilai anak dan foto untuk melihat proses pembelajaran kemampuan berhitung. Berdasarkan observasi atau pengamatan pra tindakan yang dilakukan peneliti menunjukkan keadaan sebagai berikut : 1. Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, terlihat sebagian besar anak kurang tertarik, anak merasa terbebani dan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran berhitung disebabkan pembelajaran selalu menggunakan LKS. Hal ini terindikasi dari sikap anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa anak asyik berbicara sendiri dengan temannya dan bahkan ada yang bermain sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sebagian anak masih mengalami kesulitan dalam mengurutkan bilangan 1-20 secara benar dan masih ada yang menulis angka terbalik. Selama kegiatan berlangsung anak kurang semangat dan kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran karena metode pembelajaran pemberian tugas berupa LKS selalu digunakan. Dilihat dari observasi, guru masih belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik. Hal ini terjadi disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan model dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung. 3. Kurangnya media yang tersedia di sekolah untuk pembaharuan pembelajaran berupa alat permainan dari waktu ke waktu untuk mengenalkan pembelajaran berhitung kurang maksimal. Berdasarkan hasil penilaian data awal atau pra tindakan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian kemampuan berhitung dari indikator untuk membilang urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda dan memasangkan lambang bilangan 1-20 masih belum optimal mencapai dan mencapai ketuntasan. Anak yang mendapatkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimun terdapat 3 anak atau 20 % yang mendapat nila yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Hasil penilaian pra tindakan kemampuan berhitung dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 133 diketahui bahwa hasil kemampuan berhitung belum optimal, hal ini dibuktikan dengan masih ada beberapa anak yang belum tuntas dalam pembelajaran kemampuan berhitung karena guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik dalam kegiatan pembelajaran berhitung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Pra Tindakan di bawah ini sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Pra Tindakan Nilai (xi) 100 89 78 67 55 45 Jumlah
Frekuensi (fi) 2 1 1 2 6 3 15
fi.xi
Persentase Simbol (%) 200 13 % 89 7% 78 7% 134 13 % 330 40 % O 135 20 % O 966 100 % Nilai rata-rata = 64,4 Nilai ketuntasan = (3:15) x 100% = 20 % Nilai ketidaktuntasan = (12:15) x 100% = 80% (Sumber : Lampiran 5 Halaman 134)
Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dibuat grafik data hasil penilaian kemampuan berhitung pra tindakan dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Pra Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan tindakan dari 15 anak, hanya ada 3 anak atau 20% anak yang memperoleh nilai tuntas
dan sebanyak 12 anak atau 80% anak yang
memperoleh nilai belum tuntas (0). Data awal nilai pra tindakan dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Anak Pra Tindakan No
Ketuntasan
1 2
Tuntas Belum tuntas Jumlah (Sumber : Lampiran 5 Halaman 134)
Jumlah Anak Jumlah Persentase 3 20 % 12 80 % 15 100 %
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, maka dapat dilihat dalam bentuk grafik ketuntasan belajar anak pada pra tindakan pada Gambar 4.2 dibawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Belajar Anak pada Pra Tindakan Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, analisis hasil evaluasi nilai anak diperoleh dari metode pemberian tugas pada anak kelompok B dengan persentase anak mendapat nilai tu
yang mendapat nilai belum
tuntas (0) sebanyak 80%. Dari analisis data nilai awal tersebut, maka dilakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui metode bermain kereta angka di TK Merpati Pos tahun pelajaran 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan Siklus II yang setiap siklusnya terdiri 2 kali pertemuan dan memiliki 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Obsevasi dan 4) Refleksi, adapun rincian sebagai berikut: 1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2014
27 Maret 2014 dengan diikuti oleh
15 anak yang terdiri dari 6 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2014 dan Kamis 27 Maret 2014 selama (2 x 150 menit). Peneliti dan guru kelas melakukan kolaborasi dalam pembelajaran. Peneliti berperan sebagai guru kelas langsung yang memberikan tindakan dalam pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka, sedangkan yang bertindak sebagai observer yaitu wali kelas yang membantu peneliti dalam mengobservasi aktifitas peneliti sebagai guru kelas dan aktifitas siswa. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan siklus I sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan Siklus I Tahap ini dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan perencanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Maret 2014 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Maret 2014. Sebelum
melaksanakan
kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain angka, peneliti membuat perencanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang memuat beberapa indikator yang akan diteliti. Rancangan pelaksanaan pembelajaran mencakup
penentuan:
Kompetensi
dasar,
indikator,
kegiatan
pembelajaran, metode, media dan alat peraga, alat penilaian serta langkah-langkah/skenario pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menyiapkan metode bermain kereta Persiapan metode bermain kereta angka sebagai tehnik mengajar guru dalam menyampaikan pembelajaran kemampuan berhitung dengan menggunakan media pembelajaran kereta angka sebagai alat dalam pembelajaran berhitung agar anak mendapatkan pengetahuan yang berbeda dari biasanya yang diberikan oleh guru berupa LKA supaya metode pembelajaran yang dipakai guru lebih bervariasi dan menarik sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh dalam berhitung. 3) Media Pembelajaran Menyiapkan skenario pembelajaran dengan tema Alat Komunikasi dan subtema Benda-benda Pos pada pertemuan pertama dan subtema kegunaan alat komunikasi pada pertemuan kedua dengan metode bermain kereta angka. Sedangkan alat peraga yang digunakan yaitu kereta angka berupa kardus yang dilapisi kain flannel kartu angka, kartu huruf, gerbong kereta, kartu kereta angka 1-20, kartu kereta angka bergambar, bola kecil, bola besar, keranjang, gambar pengenalan benda-benda pos misalnya gambar kantor pos, gambar telepon, prangko, surat dan lain-lain, pita merah, kuning dan hijau, alat-alat untuk mencocok, pewarna makanan untuk kegiatan pertemuan pertama dan pertemuan kedua. 4) Menyiapkan lembar kegiatan anak Menyusun lembar kegiatan anak berupa lembar kegiatan mencocok untuk pertemuan pertama dan lembar kegiatan mencap dengan jari untuk pertemuan kedua (motorik halus) dan kegiatan mengurutkan angka dengan huruf untuk pertemuan pertama dan kegiatan menulis kata berdasarkan gambar untuk pertemuan kedua (bahasa). Kegiatan ini untuk mengetahui keeektifan penggunaan metode bermain serta menyusun tugas kegiatan unjuk kerja untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Menyiapkan lembar penilaian Lembar penilaian yang digunakan adalah lembar penilaian unjuk kerja untuk menilai dalam pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka pada anak kelompok B TK Merpati Pos. 6) Menyiapkan lembar observasi Lembar observasi yang digunakan lembar observasi aktifitas belajar anak untuk mengukur kemampuan berhitung serta keefektifan dalam penggunaan metode bermain kereta angka dan lembar observasi kemampuan guru dalam proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu: 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan inti dan 3) Kegiatan penutup. Tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran kemampuan berhitung dengan menggunakan metode bermain kereta angka dengan Reana Kegiatan Harian yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Maret 2014. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat dengan alokasi waktu 2,5 jam atau 150 menit dalam satu kali pertemuan. Indikator dalam pertemuan pertama terdiri 3 indikator yaitu membilang urutan bilangan
1-20,
membuat
urutan
bilangan
1-20
dengan
benda,
memasangkan lambang bilangan 1-20. Pertemuan I dengan tema alat komunikasi dan subtema benda-benda pos. Adapun langkah-langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. a) Kegiatan Awal Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan terlebih dulu mempersiapkan media yang dipakai dalam metode bermain kereta angka. Setelah itu guru mengajak anak untuk berbaris sambil bertepuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangan sambil berhitung masuk ke dalam kelas dan duduk di tempat masing-masing. Kemudian guru mengajak anak untuk memimpin doa sebelumnya mengucapkan salam. Setelah itu guru mengabsen anak dan -sama.
Kemudian
guru
mengkondisikan anak untuk melakukan kegiatan motorik kasar sambil bernyanyi naik kereta api untuk melakukan melempar bola ke dalam keranjang dan setelah itu mengadakan tanya jawab tentang benda-benda pos. b) Kegiatan Inti Guru memberikan pengantar atau apersepsi tentang materi yang dikaitkan dengan tata cara bermain kereta angka yaitu : (1) Guru terlebih dahulu membagi kelompok bermain menjadi 3 kelompok dengan memberi pita warna merah, kuning dan hijau dan diikatkan di kepala anak sebagai simbol kelompok. Setelah itu guru membebaskan anak memilih tugasnya yaitu bermain kereta angka dan sebagian mengerjakan tugas yang lainnya. (2) Guru membebaskan anak untuk bereksplorasi melihat dan memegang kartu kereta angka, gerbong kereta angka, kartu kereta bergambar (3) Setelah
anak
selesai
bereksplorasi
guru
terlebih
dahulu
memperkenalkan kartu huruf, kartu kereta angka, gerbong kereta, kartu kereta bergambar dan gerbong kereta angka yang berkaitan dengan tema dan subtema hari ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini :
Gerbong Kereta Angka
Kartu Kereta Angka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gerbong Kereta
Kartu Huruf
Gambar 4.3 Alat dan Bahan Metode Bermain Kereta Angka (4) Guru memberikan menjelaskan cara bermain kereta angka pada anak dan memberikan contoh cara bermain kereta angka sambil berhitung angka 1-20, dapat dilihat pada Gambar 4.4 di bawah ini :
Gambar 4.4 Peneliti Menjelaskan Kegiatan Metode Bermain Kereta Angka pada Anak (5) Kemudian guru memberi contoh membuat urutan angka 1-20 dengan memasangkan angka 1-20 sesuai gerbong kereta pada Gambar 4.5 di bawah ini :
Gambar 4.5 Peneliti Memberi Contoh Metode Bermain Kereta Angka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(6) Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak satu persatu pada kelompoknya untuk membilang urutan bilangan 1-20 sambil anak mengurutkan angka 1-20 pada gerbong kereta angka dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini :
Gambar 4.5 Kegiatan Anak Membilang sambil Mengurutkan Bilangan 1-20 (7) Kemudian anak memasangkan lambang bilangan 1-20 pada gerbong kereta angka dengan kemandiriannya tanpa bantuan dari guru terlihat pada Gambar 4.6 di bawah ini :
Gambar 4.6 Kegiatan Anak Memasangkan Lambang Bilangan 1-20 (8) Setelah selesai anak kembali pada kelompoknya sambil menunggu temannya. Setelah selesai semua digantikan kelompok lainnya untuk bermain kereta angka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(9) Kelompok yang telah bermain melanjutkan tugas yang diberikan yaitu bidang pengembangan bahasa yaitu menghubungkan dan menyebutkan
tulisan
sederhana
dengan
simbol
melambangkannya dengan guru menyediakan kartu huruf
yang serta
menjelaskan cara menghubungkan dengan mengurutkan kartu huruf
angka
satu
dengan
tulisannya
satu
dan
kemudian
membagikan LKA kepada anak. (10) Sedangkan untuk pengembangan motorik halus anak guru memberikan kegiatan mencocok gambar kotak pos yang terlebih dahulu guru menjelaskan cara mencocok gambar pos kotak pos dan hasil kegiatan ditempelkan pada buku gambar anak. Kegiatan akhir yaitu guru mengadakan tanya jawab kepada anak tentang tidak mengganggu teman saat belajar atau bermain kereta angka dan dilanjutkan menyanyi lagu Mari Pulang . Kemudian guru mereview kegiatan yang telah dilakukan hari ini dan memberikan penghargaan kepada anak (reward) berupa simbol
dan tak lupa guru menyampaikan pesan moral
sebelum pulang kepada anak dan guru meminta anak untuk memimpin doa pulang serta mengucapkan salam dan anak membalas salam pulang. Anak-anak bersalaman dengan guru serta pulang dengan tertib. 2) Pertemuan Kedua Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2014 dengan tema Alat Komunikasi dan subtema kegunaan alat
komunikasi.
Pelaksanaan
pembelajaran
pada
pertemuan
kedua
dilaksanakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat dengan alokasi waktu 2,5 jam atau 150 menit dalam satu kali pertemuan. Indikator dalam pertemuan kedua terdiri 3 indikator yaitu membilang urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda dan memasangkan lambang bilangan 1-20. Adapun langkah-langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kegiatan awal Sebelum
kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan
terlebih
dulu
mempersiapkan media yang dipakai dalam metode bermain kereta angka yang sama pada pertemuan I. Setelah itu guru mengajak anak untuk berbaris sambil bertepuk tangan sambil berhitung masuk ke dalam kelas dan duduk di tempat masing-masing. Kemudian guru mengajak anak untuk memimpin doa sebelumnya mengucapkan salam. Setelah itu guru mengabsen anak dan -sama.
Kemudian
guru
mengkondisikan anak untuk melakukan kegiatan motorik kasar sambil bernyanyi naik kereta api untuk melakukan melempar bola ke dalam keranjang dan setelah itu mengadakan tanya jawab tentang pengalaman menggunakan telepon sambil memperlihatkan gambar telepon yang pernah diketahui mereka. b) Kegiatan Inti Guru memberikan pengantar atau apersepsi tentang materi yang dikaitkan dengan tata cara bermain kereta angka yaitu : (1) Guru
terlebih
dahulu
menjelaskan
subtema
hari
ini
dengan
memperlihatkan gambar telepon, televisi, radio, dll. Kemudian guru menghubungkan materi pokok hari ini dengan kegiatan bermain kereta angka agar anak dapat mengerti tentang kegunaan alat komunikasi yang berhubungan dengan kereta angka. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu membagi 3 kelompok dengan warna pita merah, kuning dan hijau, kemudian diikatkan dikepala sebagai simbol kelompok. (2) Setelah itu guru membebaskan anak memilih tugasnya sendiri dan mengerjakan tugas sesuai dengan kelompoknya serta bereksplorasi memegang dan melihat kartu kereta angka sambil bertanya pada gurunya dapat dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7 Kegiatan Anak Bereksplorasi Menanyakan Kartu Kereta Angka (3) Setelah itu guru memperkenalkan kartu angka dan gerbong kereta kepada anak dan mengajak anak untuk menghitung kartu angka yang ada pada gerbong kereta dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini :
Gambar 4.8 Kegiatan Memperkenalkan Kartu Kereta Angka dan Gerbong Kereta Angka (4) Guru memberikan pengarahan dalam bermain kereta angka dan memberikan contoh cara bermain kereta angka. Guru juga mengenalkan angka 1-20 dengan menempelkannya serta mengurutkan angka sesuai gerbong angka pada Gambar 4.9 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G a m b a Gambar 4.9 Kegiatan Guru Memberi Contoh Bermain Kereta Angka (5) Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak satu persatu pada kelompoknya untuk membilang urutan bilangan 1-20 dan mengurutkan bilangan 1-20 dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini :
Gambar 4.10 Kegiatan Anak Membilang Urutan dan Membuat Urutan bilangan 1-20 (6) Memasangkan angka 1-20 pada kereta angka dan guru juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan beberapa indikator yang akan dinilai dapat dilihat pada Gambar 4.11 di bawah i n i :
Gambar 4.11 Kegiatan Anak Memasangkan Kartu Kereta Angka 1-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(7) Setelah selesai anak kembali pada kelompoknya sambil menunggu temannya. Setelah selesai semua digantikan kelompok lainnya. (8) Kelompok yang telah bermain melanjutkan tugas yang diberikan yaitu bidang pengembangan bahasa yaitu menulis kata berdasarkan gambar dan mewarnai gambar yang ada misalnya gambar televisi dan tulisannya ditirukan oleh anak, kemudian guru membagikan LKA kepada anak (9) Sedangkan untuk pengembangan motorik halus anak guru memberikan kegiatan mencap dengan jari gambar televisi yang terlebih dahulu guru menjelaskan cara mencap gambar televisi dengan pewarna yang telah disediakan setelah itu hasil kegiatan dikumpulkan. Kegiatan akhir yaitu guru mengadakan tanya jawab kepada anak tentang bagaimana berbicara sopan ketika menerima telepon dan dilanjutkan menyanyi lagu
. Kemudian guru mereview kegiatan yang telah
dilakukan hari ini dan memberikan penghargaan kepada anak (reward) berupa simbol
untuk anak yang berhasil dan anak tak lupa guru menyampaikan pesan
moral sebelum pulang kepada anak. Guru meminta anak untuk memimpin doa pulang bersama-sama dan guru mengucapkan salam dan anak membalas salam pulang. Anak-anak bersalaman dengan guru serta pulang dengan tertib. c) Observasi Tindakan Siklus I Tahap observasi dilakukan guru untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan berhitung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi aktifitas belajar anak, lembar observasi guru mengajar, dan lembar penilaian kemampuan berhitung. Lembar observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti dan guru kelas. Tahap observasi ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Jenjang Program S1 (PG-PAUD) FKIP Universitas Sebelas Maret Tahun 2013.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam peningkatkan kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka pada anak kelompok B TK Merpati Pos Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Data hasil Observasi siklus I dapat diperoleh dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Hasil Observasi Aktifitas BelajarAnak Dari data observasi pada siklus I yang dilaksanakan 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut: a)
Keaktifan
anak
dalam
mempersiapkan
diri
untuk
mengikuti
pembelajaran kemampuan berhitung masih kurang terkadang masih ada anak-anak yang bermain sendiri dan bercerita dengan temannya karena kurang memperhatikan guru ketika menjelaskan pembelajaran berhitung berlangsung melalui metode bermain kereta angka b) Ketepatan
dalam
membilang
urutan,
memasangkan bilangan masih belum
membuat
urutan
serta
benar terkadang urutan
bilangannya masih terbalik, anak masih takut salah dan kurang berani. Banyak anak yang kurang antusias karena anak tersebut masih menunggu perintah gurunya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam bermain kereta angka dengan tepat dan benar. c)
Sebagian anak kemandiriannya masih kurang percaya diri karena perlu bimbingan dan anak yang mengalami kesulitan dalam bermain kereta angka dalam pembelajaran serta anak juga merasa bosan dan tidak fokus dalam pembelajaran kemampuan berhitung.
Skor yang diperoleh anak pada siklus I pertemuan pertama adalah pada lampiran 16 halaman 184 dan pertemuan kedua adalah 26 pada lampiran 17 adalah 31,3 halaman 185.
Ini menunjukkan bahwa anak dalam mengikuti
pembelajaran kemampuan berhitung anak sudah baik, namun belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Hasil Observasi Saat Guru Mengajar Data observasi atau pengamatan pada siklus I selama 2 kali pertemuan maka diperoleh kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a)
Kegiatan Awal atau pra pembelajaran Guru sudah baik dalam menguasai kelas namun terkadang ada anak yang berbicara sendiri sehingga keadaan kelas ramai. Hal tersebut karena guru belum ada perjanjian kontrak dengan anak, sehingga membuat anak tidak fokus pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
b) Kegiatan Inti pembelajaran Tugas yang diberikan guru sudah jelas namun langkah yang selanjutnya belum terpikirkan. Misalnya ada anak yang kesulitan dalam mengurutkan angka terkadang ada anak berhenti menunggu perintah gurunya hal ini disebabkan guru belum menyampaikan informasi bermain kereta angka secara jelas. Alokasi waktu yang direncanakan tidak terpenuhi dan melewati batas waktu hal tersebut karena ada beberapa anak yang lambat dalam menyelesaikan tugasnya c)
Kegiatan Akhir Guru sudah memberikan motivasi berupa reward atau penghargaan pada anak sudah ada. Namun sudah diberi kartu bintang tetapi anak belum antusias dengan memberikan perhatian berupa pertanyaan seputar bermain kereta angka pada anak yang belum tuntas agar dapat mengejar ketinggalannya. Berdasarkan keseluruhan data observasi pada guru mengajar dalam
siklus I pertemuan pertama skornya 3,7 pada lampiran 21 halaman 193 dan pertemuan kedua skornya 3,9 pada lampiran 23 halaman 198. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam pelaksanaan pembelajaran sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Hasil Penilaian Peningkatan Kemampuan Berhitung melalui Metode Bermain Kereta Angka Berdasarkan pada pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka pada siklus I yang dapat dilihat dalam lampiran 12 halaman 175, maka data hasil penilaian kemampuan berhitung tersebut dapat disajikan dalam Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Siklus I Nilai (xi) 100 89 78 67 55 45 Jumlah
Frekuensi (fi) 3 5 2 3 1 1 15
fi.xi
Persentase Simbol (%) 300 26 % 445 26 % 156 20 % 201 14 % 55 7 % O 45 7 % O 1202 100 % Nilai rata-rata = 80,1 Nilai ketuntasan = (8 : 15) x 100% = 53 % Nilai ketidaktuntasan = (7 : 15) x 100% = 47 % (Sumber : Lampiran 12 Halaman 175)
Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dibuat grafik data hasil penilaian ketuntasan kemampuan berhitung pada siklus I dapat dilihat pada
Frekuensi
Gambar 4.12 di bawah ini sebagai berikut:
Nilai Ketuntasan
Gambar 4.12 Grafik Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 di atas dapat dinyatakan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua dari 15 anak, ada 8 anak atau 53% anak yang memperoleh nilai
dan sebanyak 7 anak atau 47% anak yang
memperoleh nilai belum tuntas (0) dengan nilai rata-rata sebesar 80,1. Data kondisi awal ketuntasan hanya mencapai 20%, sedangkan pada siklus I sebesar 53% anak mendapat nilai tuntas dan 47% mendapat nilai belum tuntas dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Ketuntasan Belajar Anak Pada Siklus I No
Ketuntasan
1 Tuntas 2 Belum Tuntas (Sumber : Lampiran 12 Halaman 175)
Jumlah 8 7
Jumlah Anak Persentase 53 % 47 %
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, maka dapat disajikan dalam bentuk grafik ketuntasan belajar anak pada siklus I yang dapat di lihat pada Gambar 4.13 di bawah ini :
Gambar 4.13 Grafik Ketuntasan Belajar Anak Kemampuan Berhitung pada Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus I, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus I mengalami peningkatan kemampuan berhitung, tetapi belum sesuai dengan target yang diharapkan peneliti yaitu 80%. Dilihat dari hasil penilaian kemampuan berhitung pada siklus I terdapat 8 anak atau sebesar 53 % yang mendapat nilai tunt
anak atau sebesar 47 % yang masih mendapat nilai belum tuntas
(0). Maka nilai kemampuan berhitung belum sesuai target masih dilanjutkan lagi pada siklus II sampai indikator kinerja mencapai 80 %. d. Refleksi Tindakan Siklus I Data-data yang diperoleh melalui observasi dan penilaian hasil peningkatan kemampuan berhitung dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksi. Hal ini dilakukan sebagai pedoman atau acuan pengambilan langkah pada siklus berikutnya. Pada siklus I nilai ketuntasan hasil belajar anak dari 15 anak hanya 53 %, sehingga masih belum mencapai target penelitian yaitu 80 %. Maka dengan belum tercapainya target ketuntasan minimal maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Hasil analisis dan refleksi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan belum menunjukkan perubahan peningkatan yang secara signifikan, ditemukan beberapa permasalahan dan solusinya sebagai berikut: 1) Keaktifan sudah cukup namun perlu dibimbing guru dalam proses pembelajaran karena anak masih malu-malu dalam bermain kereta angka sesuai urutan angka secara optimal terkadang masih ada yang terbalik. Guru
sebaliknya
mengarahkan
terlebih
dahulu
dalam
kegiatan
pembelajaran sehingga anak dapat bermain aktif. 2) Ketepatan membuat urutan terkadang belum benar karena anak di dalam pembelajaran berhitung masih ragu-ragu dan terkadang terbalik memasangkan angkanya. Hal ini disebabkan guru dapat mengelola kelas namun anak tidak termotivasi, merasa jenuh dan bosan. Solusinya untuk pembelajaran berikutnya guru perlu meningkatkan pengelolaan kelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan motivasi terlebih dahulu pada awal pelajaran kepada anak agar lebih antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran berhitung 3) Kemandirian
anak masih kurang terkadang masih ragu-ragu dalam
bermain kereta angka, kadang anak membutuhkan bantuan guru sebelum mencobanya terlebih dahulu serta efisiensi waktu masih belum sesuai. Hal ini disebabkan anak belum berani, dan takut salah dalam memainkan kereta angka dengan baik serta anak belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan melalui metode bermain angka yang menarik bagi anak dan efisiensi waktu tepat sesuai dengan targetnya. 2. Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada siklus II. Tindakan siklus II ini dilakukan selama 2 kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014 dan hari Sabtu tanggal 5 April 2014, dengan diikuti 15 anak yang terdiri dari 6 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Peneliti dan guru kelas melakukan kolaborasi dalam pembelajaran. Peneliti berperan sebagai guru kelas langsung yang memberikan tindakan dalam pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka, sedangkan yang bertindak sebagai observer yaitu wali kelas yang membantu peneliti dalam mengobservasi aktivitas peneliti sebagai guru kelas dan aktivitas siswa. Tahapantahapan dalam pelaksanaan siklus II sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan Siklus II Tahap ini dilaksanakan sebagai lanjutan dari tindakan siklus I untuk melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran yang belu mencapai target peneliti. Kegiatan perencanaan tindakan siklus II pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Rabu, 2 April 2014 dan pertemuan kedua yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 April 2014. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain angka, peneliti membuat perencanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
1)
digilib.uns.ac.id
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang memuat beberapa indikator mencakup
yang akan diteliti. Rancangan pelaksanaan pembelajaran penentuan:
Kompetensi
dasar,
indikator,
kegiatan
pembelajaran, metode, media dan alat peraga, alat penilaian serta langkah-langkah/skenario pembelajaran. 2) Menyiapkan metode bermain kereta Persiapan metode bermain kereta angka sebagai tehnik mengajar guru dalam menyampaikan pembelajaran kemampuan berhitung dengan menggunakan media pembelajaran kereta angka sebagai alat dalam pembelajaran berhitung agar anak mendapatkan pengetahuan yang berbeda, dari biasanya yang diberikan oleh guru berupa LKA supaya metode pembelajaran yang dipakai guru lebih bervariasi dan menarik sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh dalam berhitung. 3) Media Pembelajaran Menyiapkan skenario pembelajaran dengan tema Tanah Airku dan subtema Pakaian Adat pada pertemuan pertama dan subtema Macammacam Suku Bangsa dan Tradisinya pada pertemuan kedua dengan metode bermain kereta angka. Sedangkan alat peraga yang digunakan yaitu kereta angka berupa kardus yang dilapisi kain flannel kartu angka, kartu huruf, gerbong kereta, kartu kereta angka 1-20, kartu kereta angka bergambar, bendera, gambar pengenalan pakaian adat, rumah adat, tarian dan senjata, pita merah, kuning dan hijau, alat-alat untuk menjahit, menggunting, gambar baju kebaya, gambar rumah adat , bros kuning, bros merah sebagai simbol kelompok,baju adat untuk kegiatan pertemuan pertama dan pertemuan kedua. 4) Menyiapkan lembar kegiatan anak Menyusun lembar kegiatan anak berupa lembar kegiatan menjahit baju kebaya untuk pertemuan pertama dan lembar kegiatan menggunting rumah adat untuk pertemuan kedua (motorik halus) dan kegiatan mengurutkan dan menceritakan kembali gambar yang disediakan untuk pertemuan pertama dan menghubungkan gambar dengan tulisannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan gambar untuk pertemuan kedua (bahasa). Kegiatan ini untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode bermain serta menyusun tugas kegiatan unjuk kerja untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak. 5) Menyiapkan lembar penilaian Lembar penilaian yang digunakan adalah lembar penilaian unjuk kerja untuk menilai dalam pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka pada anak kelompok B TK Merpati Pos. 6) Menyiapkan lembar observasi Lembar observasi yang digunakan observasi aktifitas belajar anak, observasi kemampuan guru mengajar untuk mengukur kemampuan berhitung anak serta keefektifan dalam penggunaan metode bermain kereta angka. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan yaitu: 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan inti dan 3) Kegiatan penutup. Tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran kemampuan berhitung dengan menggunakan metode bermain kereta angka dengan Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun. Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama Pelaksanaan tindakan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat dengan alokasi waktu 2,5 jam atau 150 menit dalam satu kali pertemuan. Indikator dalam pertemuan pertama terdiri 3 indikator yaitu membilang urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda, memasangkan lambang bilangan 1-20. Pertemuan I dengan tema Tanah Airku dan subtema Pakaian Adat. Adapun langkah-langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kegiatan Awal Sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menyambut kedatangan anak, untuk bermain bebas sebentar dan lonceng berbunyi tanda kegiatan akan dimulai anak-anak diajak berbaris sambil bertepuk tangan dan berhitung, setelah itu anak-anak diajak berjalan masuk ke ruang kelas. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti pada kegiatan awal yaitu guru mengucapkan salam pembuka, berdoa mau belajar (meminta anak memimpin doa), mengabsen, menyanyi lagu Bendera Merah Putih bersamagiatan motorik kasar yaitu lomba memindahkan bendera. Setelah anak duduk kembali ke tempat masing-masing guru mengajak tanya jawab tentang bersikap ramah bila bertemu teman yang berbeda suku. b) Kegiatan Inti Guru memberikan pengantar atau apersepsi tentang materi yang dikaitkan dengan tata cara bermain kereta angka yaitu : (1) Guru terlebih dahulu menjelaskan tema tanah airku dan subtema hari ini dengan memperlihatkan gambar baju adat, rumah adat, kesenian adat dll. Kemudian guru menghubungkan materi pokok hari ini dengan kegiatan bermain kereta angka agar anak dapat mengerti tentang pelaksanaan metode bermain yang berhubungan dengan kereta angka dan melakukan tanya jawab tentang pakaian adat sambil mengenalkan alat dan bahan metode bermain kereta angka pada anak dapat dilihat pada Gambar 4.14 di bawah ini :
Kereta Gambar
Gerbong Kereta
Gerbong Kereta
KeretaAngka
Gambar 4.14 Alat dan Bahan Metode Bermain Kereta Angka
perpustakaan.uns.ac.id
(2)
digilib.uns.ac.id
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu membagi 2 kelompok untuk masing kelompok dengan bros warna kuning dan bros warna merah sebagai simbol kelompok.
(3)
Setelah itu guru membebaskan anak memilih tugasnya sendiri dan mengerjakan tugas sesuai dengan kelompoknya serta bereksplorasi memegang dan melihat kartu kereta angka sambil bertanya pada gurunya dapat dilihat pada Gambar 4.15 di bawah ini :
Gambar 4.15 Kegiatan Anak Bereksplorasi dengan Kereta Angka (4)
Setelah itu guru memperkenalkan kartu angka dan gerbong kereta kepada anak dan mengajak anak untuk menghitung kartu angka bergambar yang ada serta memperlihatkan gerbong kereta. Guru memberikan pengarahan dalam bermain kereta angka dan memberikan contoh cara bermain kereta angka. Guru juga mengenalkan angka 1-20 dengan menempelkannya serta mengurutkan angka sesuai gerbong angka dapat dilihat pada Gambar 4.16 di bawah ini :
Gambar 4.16 Kegiatan Guru Menjelaskan Cara Bermain Kereta Angka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak satu persatu pada kelompoknya
untuk
menyebut
urutan
bilangan
1-20
dan
mengurutkan bilangan 1-20 pada Gambar 4.17 di bawah ini :
Gambar 4.17 Kegiatan Anak Membilang dan Membuat Urutan 1-20 (6) Kemudian anak memasangkan angka 1-20 dengan kartu kereta gambar pada gerbong kereta angka dapat dilihat pada Gambar 4.18 di bawah ini :
Gambar 4.18 Kegiatan Anak Memasangkan Lambang Bilangan 1-20 (7) Setelah selesai anak kembali pada kelompoknya sambil menunggu temannya. Setelah selesai semua digantikan kelompok lainnya. (8) Kelompok yang telah bermain melanjutkan tugas yang diberikan yaitu bidang pengembangan bahasa yaitu menghubungan gambar baju adat dengan daerahnya dengan guru serta menjelaskan cara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghubungkan gambar baju adat dengan daerahnya dan kemudian membagikan LKA kepada anak. (9) Sedangkan
untuk
pengembangan
motorik
halus
anak
guru
memberikan kegiatan menjahit gambar baju adat yang terlebih dahulu guru menjelaskan cara menjahit gambar baju adat tersebut. Kegiatan akhir yaitu guru bercerita tentang anak yang berani pergi dan pulang sendiri ketika sekolah dan dilanj mengakhiri kegiatan sebelum berdoa. Kemudian guru mereview kegiatan yang telah dilakukan hari ini dan memberikan penghargaan kepada anak (reward) berupa simbol
dan tak lupa guru menyampaikan pesan moral sebelum pulang
kepada anak. Guru meminta anak untuk memimpin doa pulang, guru mengucapkan salam dan anak membalas salam pulang. Anak-anak bersalaman dengan guru serta pulang dengan tertib. 2) Pertemuan Kedua Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 5 April 2014 dengan tema Tanah Airku dan subtema macammacam suku bangsa dan tradisinya. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat dengan alokasi waktu 2,5 jam atau 150 menit dalam satu kali pertemuan. Indikator dalam pertemuan kedua terdiri 3 indikator yaitu membilang urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda, memasangkan lambang bilangan 1-20. Adapun langkah-langkah pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. a) Kegiatan awal Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan terlebih dulu mempersiapkan media yang dipakai dalam metode bermain kereta angka yaitu kartu angka, kartu kereta angka bergambar, kereta angka dan gerbong kereta angka sama dengan pertemuan I. Sebelum
kegiatan pembelajaran
dimulai terlebih dahulu guru menyambut kedatangan anak, untuk bermain bebas sebentar dan lonceng berbunyi tanda kegiatan akan dimulai anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diajak berbaris untuk melakukan senam kesegaran jasmani bersama guruguru, setelah itu anak-anak diajak berjalan masuk ke ruang kelas. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti pada kegiatan awal yaitu guru mengucapkan salam pembuka, berdoa mau belajar (meminta anak Satu Nusa Satu Bangsa bersamasar yaitu berdiri dengan satu kaki sambil memasang baju. Setelah anak duduk kembali ke tempat masingmasing guru mengajak tanya jawab tentang meminta tolong dengan baik ketika memerlukan bantuan teman sambil memperlihatkan gambar anak yang meminta tolong yang pernah diketahui mereka. b) Kegiatan inti (1) Apersepsi tanya jawab tentang macam-macam suku bangsa dan tradisinya. Guru terlebih dahulu menjelaskan subtema hari ini dengan memperlihatkan macam-macam suku bangsa dari baju adat, rumah adat, tarian dan senjata daerah kepada anak. Kemudian guru menghubungkan materi pokok hari ini dengan kegiatan bermain kereta angka agar anak dapat mengerti tentang macam-macam suku bangsa dan tradisinya yang menghubungkan dengan kereta angka sebagai alat transportasi antar pulau di Indonesia. (2) Saat sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu membagi 2 kelompok dengan bros warna kuning dan bros warna merah sebagai simbol kelompok. (3) Setelah itu guru membebaskan anak memilih tugasnya sendiri. Setelah pembagian tugas mana yang bermain atau mengerjakan tugas sesuai dengan kelompoknya dan bebas bereksplorasi dengan memegang dan melihat kereta angka dapat dilihat pada Gambar 4.19 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.19 Kegiatan Anak Bereksplorasi dengan Memegang Kartu Kereta Angka dan Kartu Kereta Bergambar (4) Setelah itu guru memperkenalkan kartu angka dan gerbong kereta kepada anak dan mengajak anak untuk menghitung kartu angka yang ada serta gerbong kereta. Guru memberikan pengarahan dalam bermain kereta angka dan memberikan contoh cara bermain kereta angka. Guru juga mengenalkan angka 1-20 dengan menempelkannya serta mengurutkan angka sesuai gerbong angka dapat dilihat pada Gambar 4.20 di bawah ini :
G ambar 4.20 Kegiatan Guru Menjelaskan Metode Bermain Kereta Angka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak satu persatu pada kelompoknya untuk membilang urutan bilangan 1-20 dapat dilihat pada Gambar 4.21 di bawah ini :
Gambar 4.21 Kegiatan Anak Membilang 1-20 didampingi Guru (6) Anak mengurutkan bilangan 1-20 serta memasangkan angka 1-20 dengan kereta bergambar pada gerbong kereta angka sesuai dengan kelompoknya. Guru juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan beberapa indikator yang akan dinilai dapat dilihat pada Gambar 4.22 di bawah ini :
Gambar 4.22 Kegiatan Anak Membuat Urutan 1-20 sambil Memasangkan Lambang Bilangan pada Gerbong Kereta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(7) Setelah selesai anak kembali pada kelompoknya sambil menunggu temannya. Setelah selesai semua digantikan kelompok lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.23 di bawah ini :
Gambar 4.23 Kegiatan Anak Menunggu Temannya Bermain (8) Kelompok yang telah bermain melanjutkan tugas yang diberikan yaitu bidang pengembangan bahasa yaitu mengurutkan gambar suku bangsa dari rumah adat, pakaian adat, tarian dan senjata daerah pada anak serta menjelaskan cara mengurutkannya sesuai dengan angkanya, kemudian guru membagikan LKA kepada anak dapat dilihat pada Gambar 4.24 di bawah ini :
Gambar 4.24 Kegiatan Mengurutkan Gambar Suku Bangsa Sesuai dengan Angkanya (Bahasa)
perpustakaan.uns.ac.id
(9) Sedangkan
digilib.uns.ac.id
untuk
pengembangan
motorik
halus
anak
guru
memberikan kegiatan menggunting rumah yang terlebih dahulu guru menjelaskan cara menggunting gambar rumah adat dan hasil kegiatan dikumpulkan dapat dilihat pada Gambar 4.23 di bawah ini:
Gambar 4.23 Kegiatan Anak Adat
Menggunting Gambar Rumah
Kegiatan akhir yaitu guru mengadakan tanya jawab kepada anak tentang melaksanakan tugas yang diberikan guru ketika belajar dan dilanjutkan menyanyi
dilakukan hari ini dan memberikan penghargaan kepada anak (reward) berupa simbol
pada anak yang berhasil. Setelah itu guru menyampaikan pesan moral
sebelum pulang kepada anak sebelum pulang. Guru meminta anak untuk memimpin doa pulang bersama-sama dan guru mengucapkan salam dan anak membalas salam pulang. Anak-anak bersalaman dengan guru serta pulang dengan tertib.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.24 Kegiatan Anak yang Berhasil Bermain Kereta Angka b. Observasi Tindakan Siklus II Tahap observasi dilakukan guru untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan berhitung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi aktifitas belajar anak, lembar observasi guru mengajar, lembar penilaian kemampuan berhitung, kamera dan video. Lembar observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti dan guru kelas. Tahap observasi ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Jenjang Program S1 (PG-PAUD) FKIP Uiversitas Sebelas Maret Tahun 2013. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam peningkatkan kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka pada anak kelompok B TK Merpati Pos Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data hasil Observasi siklus II dapat diperoleh dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Hasil Observasi pada Kegiatan Anak Hasil data observasi pada siklus II yang dilaksanakan 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut: a)
Keaktifan anak mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran kemampuan berhitung sudah baik dan anak sangat antusias pada saat mengikuti pembelajaran berhitung dimulai. Anak juga memperhatikan guru ketika pembelajaran berhitung berlangsung melalui metode bermain kereta angka.
b) Ketepatan dalam membilang urutan bilangan dengan benar, membuat urutan bilangan dan memasangkannya bilangan dengan benar sehingga anak mampu memainkan kereta angka sesuai karena anak tidak merasa bosan dan fokus dalam pembelajaran berhitung c)
Kemandirian anak dalam bermain kereta angka sangat baik karena banyak anak yang memahami ketika guru memberikan kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka serta anak yang merasa senang melakukan sendiri saat melakukan pembelajaran kemampuan berhitung dalam kegiatan bermain kereta angka dengan sangat baik.
Skor yang diperoleh anak pada siklus II pertemuan pertama adalah 33,7 dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 186 dan pertemuan kedua adalah 37,7 dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 187. Ini menunjukkan bahwa anak dalam mengikuti pembelajaran kemampuan berhitung sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.
2) Hasil Observasi Saat Guru Mengajar Data hasil observasi atau pengamatan pada siklus II selama 2 kali pertemuan maka
diperoleh peningkatan kemampuan guru mengajar
dibanding siklus I antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kegiatan pra pembelajaran dan awal pembelajaran Guru sudah tidak terlihat canggung karena guru bisa mengkondisikan anak agar tidak ribut pada saat pembelajaran dimulai. Guru dapat memeriksa kesiapan siswa dan bersikap tegas pada anak agar lebih memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang disampaikan. b) Kegiatan inti pembelajaran Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan metode bermain kereta angka kepada anak dan dapat mengelola kelas dengan pembelajaran yang baik. Guru sudah dapat mendisiplinkan anak sesuai dengan kelompoknya supaya tidak berebutan ingin bermain dan mau mengerjakan tugas dengan baik. Guru juga dapat menguasai waktu yang efisien sesuai yang direncanakan dalam menerapkan metode bermain kereta angka dan menumbuhkan keceriaan dan antusiasme serta menumbuhkan partisipasi aktif pada anak saat pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka. c) Kegiatan akhir Pemberian reward kartu bintang membuat anak lebih senang dan bersemangat. Guru juga memberikan perhatian dengan mengajukan pertanyaan pada anak yang belum mendapat nilai tuntas agar anak bisa mengejar ketinggalan, pertanyaan tersebut diberikan untuk menstimulus anak.
Berdasarkan keseluruhan data observasi pada guru mengajar dalam siklus II pada lampiran 25 halaman 201 pertemuan pertama skornya 3,9 dan lampiran 27 halaman 211 pertemuan kedua skornya 4,0. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam pelaksanaan pembelajaran sudah sangat baik. Data observasi ini menunjukkan kemampuan guru dalam mengelola kelas juga sudah sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Hasil Penilaian Peningkatan Kemampuan Berhitung melalui Metode Bermain Kereta Angka Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka pada siklus II yang dapat dilihat dalam lampiran 15 halaman 183, maka data hasil penilaian kemampuan berhitung tersebut dapat disajikan dalam Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Siklus II Nilai (xi) 100 95 89 78 Jumlah
Frekuensi (fi) 3 8 3 1 15
fi.xi
Persentase Nilai Keterangan (%) Simbol 300 20 % Tuntas 760 20 % Tuntas 267 53 % Tuntas 78 7% Belum Tuntas 1405 100 % Nilai rata-rata = 93,7 Nilai Ketuntasan = (14 : 15) x100% = 93 % Nilai Ketidak tuntasan = (1 : 15) x 100% = 7 % (Sumber : Lampiran 15 Halaman 183) Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, maka dapat disajikan pada grafik data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Siklus II yang dapat dilihat pada Gambar
Frekuensi
4.25 dibawah ini:
Nilai Ketuntasan
Gambar 4.25 Grafik Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.25 di atas, dapat dinyatakan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II persentase ketuntasan mengalami kenaikan. Dari penilaian kemampuan berhitung siklus II dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung yang mendapat nilai tuntas sebesar 93% dan 1 anak atau sebesar 7% yang mendapat nilai belum tuntas (0) dengan rata-rata nilai 93,7. Data ketuntasan pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Anak Pada Siklus II No
Ketuntasan
Jumlah 1 Tuntas 14 2 Belum Tuntas 1 (Sumber : Lampiran 15 Halaman 183)
Jumlah Anak Persentase 93 % 7 %
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, maka dapat disajikan dalam bentuk grafik ketuntasan belajar anak pada siklus II yang dapat di lihat pada Gambar 4.26 di bawah ini :
Gambar 4.26 Grafik Ketuntasan Belajar Anak pada Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan ketuntasan anak hanya mencapai 20%, pada siklus I sebesar 53%, sedangkan pada siklus II mencapai ketuntasan sebesar 93%. Maka dapat disimpulkan adanya peningkatan kemampuan berhitung anak sudah sesuai dengan harapan peneliti. Hasil evaluasi siklus II anak yang mendapat nilai tuntas
% dan 1
anak atau 7% yang mendapat nilai belum tuntas (0).
d. Refleksi Tindakan Siklus II Hasil analisis data balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka pada penelitian di siklus II secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Aktifitas anak dalam kelas semakin meningkat. Kemampuan dalam pembelajaran berhitung anak semakin meningkat. Dilihat dari hasil analisis dan refleksi ditemukan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Anak mampu bermain kereta angka secara baik, hal ini karena guru dapat menyampaikan materi secara jelas dan tepat sehingga anak memahami materi yang diberikan. Dari 15 anak tinggal 1 orang anak yang masih mendapat nilai di bawah ketuntasan. 2) Aktifitas anak di dalam pembelajaran berhitung melalui metode bermain kereta angka sudah baik, hal ini dibuktikan dengan adanya respon dari anak terhadap pertanyaan yang diberikan guru sudah meningkat. Hal ini disebabkan guru memberikan motivasi dan penghargaan kepada anak baik secara verbal maupun simbol bintang dan pengelolaan kelas yang baik. 3) Anak terlihat senang dan antusias dengan metode bermain kereta angka, hal ini disebabkan karena metode yang diberikan saat pembelajaran berhitung sangat menarik bagi anak sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh. 4) Materi yang disampaikan pada setiap pertemuan pengelolaan alokasi waktunya sangat tepat dan efisien sehingga tidak terjadi kekurangan waktu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan waktu yang dilakukan guru sudah baik. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran kemampuan berhitung melalui metode bermain kereta angka menunjukkan perubahan pembelajaran yang signifikan. Hasil belajar kemampuan berhitung pada siklus II di atas, anak mendapat nilai tunt
% sebanyak 14 anak.
Data hasil penelitian ini, pembelajaran kemampuan berhitung dikatakan berhasil apabila persentase nilai tuntas anak mencapai 80%, atas data dari hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan pada siklus II ini dikatakan berhasil karena persentase nilai ketuntasan anak sudah mencapai 93%, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru juga berusaha untuk memberikan latihan bagi anak yang belum mencapai nilai ketuntasaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Berdasarkan hasil analisa setelah dilakukan tindakan diketahui bahwa dengan meningkatnya kemampuan anak pada proses pembelajaran melalui metode bermain kereta angka, maka kemampuan berhitung anak kelompok B TK Merpati Pos juga meningkat. Peningkatan kemampuan berhitung itu dapat dilihat dari nilai persentase anak pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I serta siklus II. Perbandingan persentase nilai kemampuan berhitung anak kelompok B TK Merpati Pos pra tindakan, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7
Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Nilai Kemampuan Berhitung Anak pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No 1. 2.
Nilai Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Pra Tindakan Frekuensi % 3 20
Siklus I Frekuensi % 8 53
Siklus II Frekuensi % 14 93
12
80
7
47
1
7
15
100
15
100
15
100
Untuk lebih jelasnya Tabel 4.7 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar 4.27 sebagai berikut:
Gambar 4.27 Grafik Perbandingan Data Hasil Penilaian Kemampuan Berhitung anak pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bila dilihat dari data di atas diketahui pencapaian ketuntasan belajar anak pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Perbandingan persentase nilai ketuntasan belajar anak tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.28 sebagai berikut :
Gambar 4.28 Grafik Perbandingan Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Anak pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
Berdasarkan analisa data di atas dapat diketahui bahwa tingkat pencapaian ketuntasan belajar pada anak kelompok B TK Merpati Pos meningkat. Peningkatan ketuntasan belajar anak tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berhitung pada anak sudah meningkat dan peningkatannya sudah mencapai target ak 93% dari 15 anak. Peningkatan kemampuan berhitung pada anak tersebut dikarenakan keaktifan anak dan kemandirian dari anak dalam kegiatan pembelajaran berhitung. Sehingga adanya peningkatan kemampuan berhitung pada anak kelompok B TK Merpati Pos yang ditandai dengan nilai ketuntasan yang dicapai oleh anak memberikan bukti bahwa pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini telah berhasil dan berakhir pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelompok B TK Merpati Pos, maka terdapat peningkatan yang terkait melalui metode bermain kereta angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok B TK Merpati Pos Kecamatan Laweyan tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat dari peningkatan kemampuan berhitung anak dari perhitungan nilai ketuntasan yang diperoleh anak meningkat sangat tinggi dari penilaian nilai tuntas setiap pertemuan pada siklus I dan II. Dilihat dari jumlah anak didik yang mendapat nilai belum tuntas semakin berkurang jumlahnya pada setiap siklus. Peneliti dalam penelitian ini dalam mengamati proses pembelajaran berhitung melalui metode kereta angka didapati temuan yang muncul selama kegiatan pembelajaran yaitu : 1.
Kegiatan saat pembelajaran kemampuan berhitung anak, dilakukan anak sangat senang, karena kegiata melalui metode bermain kereta angka menjadikan anak lebih mudah memahami dan jelas dalam belajar berhitung. Penggunaan metode bermain kereta angka ini anak menjadi antusias, aktif dan mandiri dalam mengerjakan tugas sendiri dalam kegiatan pembelajaran
2.
Kegiatan metode bermain kereta angka, banyak anak bermain sendiri dan bercerita dengan temannya namun mereka tetap teratur dan mandiri menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa adanya paksaan menyelesaikan sendiri karena kereta angka belum pernah diterapkan sebagai metode bermain yang sangat menarik untuk anak.
3.
Pada kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung ada 3 anak yang kreatif bermain secara benar membuat urutan dari 1-20 dengan gerbongnya ditingkatkan ke atas agar lebih mudah mengurutkan angkanya.
4.
Metode bermain yang diberikan dalam kegiatan proses pembelajaran berhitung pada saat kegiatan kemampuan berhitung yaitu ada satu anak yang masih belum bisa secara tepat membuat urutan secara benar pada saat memasangkan lambang bilangan pada gerbong kereta angka.
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Setelah metode bermain diterapkan pada saat kegiatan pembelajaran masih terdapat satu anak yang belum tuntas tersebut, peneliti kembalikan ke sekolah untuk diberi pengayaan dan ditindaklanjuti oleh guru kelasnya.
6.
Setelah diterapkan metode bermain kereta angka anak lebih aktif, mandiri tidak merasa jenuh serta bosan dan rasa percaya diri anak timbul tanpa dibantu oleh gurunya, juga rasa ingin tahu anak dalam mengikuti pembelajaran kemampuan berhitung meningkat
7.
Anak lebih sabar, sosialisasi sesama teman dan kerjasamanya dapat terasah seiring dengan latihan-latihan kemampuan berhitung pada saat kegiatan pembelajaran berhitung berlangsung.
Dampak positif dari kegiatan pembelajaran dibuktikan bahwa adanya peningkatan jumlah anak yang mencapai nilai ketuntasan dalam mengerjakan tugas unjuk kerja yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan pembelajaran melalui metode bermain kereta angka berlangsung dilihat dari aktifitas anak mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Metode bermain kereta angka ini mempunyai keunggulan yaitu anak dapat berpikir secara logis, anak lebih konsentrasi pada saat bermain kereta angka serta memasangkan kartu angka pada gerbong kereta, bermain kereta angka dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak sehingga otak kiri anak dapat terasah dengan baik. Selain itu pula keunggulan bermain kereta angka juga melatih kesabaran anak yaitu dilihat pada saat anak melakukan kegiatan memasangkan kartu angka pada gerbong dengan tepat dan benar, kosakata anak bertambah baik dalam menyampaikan informasi, melatih sosial emosional anak serta menambah pengalaman belajar anak dalam pergaulan sehari-hari. Pembelajaran bermain kereta angka juga menciptakan suasana yang menyenangkan memicu anak anak memusatkan perhatiannya secara penuh sehingga pembelajaran lebih bermakna dan kondusif pada akhirnya target pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan
digilib.uns.ac.id
hasil
penelitian di
atas,
salah
satu
usaha
untuk
meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini adalah melalui metode bermain kereta angka. Hal ini disebabkan anak usia dini lebih menyukai suatu pembelajaran dengan bermain karena melalui bermain anak akan menemukan pengalaman yang baru atau sesuatu hal yang sangat bermanfaat bagi anak khususnya perkembangan kognitif anak dapat terasah dan berpikir logis serta sistematis tanpa paksaan sesuai dengan perkembangan anak sehingga hasil yang didapat lebih maksimal. Setelah dilakukan pelaksanaan metode bermain kereta angka, anak dapat membilang urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda dan memasangkan lambang bilangan 1-20 dengan benar dan tepat karena melalui metode bermain kereta angka. Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 2005: 320). Metode bermain merupakan suatu metode pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan anak dapat bermain khayal dan bermain pura-pura misalnya rel kereta api dengan keretanya yang sangat disukai anak. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan yang dikaitkan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya. Melalui bermain anak dapat bereksplorasi (penjajakan), menemukan, lebih kreatif dan menambah pengalaman anak, memberikan kepuasaan pada anak dan menyenangkan tanpa adanya paksaan pada anak untuk beraktifitas, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh piaget yang dikutip oleh Tedjasaputra (2001: 25). Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa kematangan untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Kemampuan berhitung anak dalam membilang urutan 1-20, membuat urutan bilangan 1-20 dan memasangkan lambang bilangan merupakan perseptual kognitif khususnya anak usia lima tahun yaitu berhitung dengan mendengarkan suara sampai angka 20 atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih, banyak anak yang bisa berhitung samapai 100. Hal tersebut sesuai dengan kaitannya oleh Allen dan Marotz (2010 : 151). Perkembangan anak dalam kemampuan berhitung anak yang dipengaruhi juga dengan penggunaan bermain yaitu perkembangan keteramapilan sosial, emosional anak dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari dengan kemampuan matematika sejak dini untuk meningkatkan daya ingat, konsentrasi belajar, berpikir logis dan sistematis. Hal ini senada dengan pendapat penelitian Peerel dan Bumpass dalam Journal University o Education Early Childhood and Parenting Collaboration (2008) tentang Numeracy Interaction During ParentChild Play. Melihat pemaparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahewa selama pembelajaran berhitung secara umum menunjukkan perubahan secara signifikan dan guru telah berhasil menerapkan metode bermain kereta angka untuk meningkatan kemampuan berhitung pada anak kelompok B TK Merpati Pos Kecamatan Laweyan Tahun Pelajaran 2013/2014.