79
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil penelitian dilakukan berdasarkan pada tahapan-tahapan pelaksanana penelitian, yang pertama penulis lakukan adalah melakukan survei pendahuluan, mengobsevasi gejala-gejala permasalahan kemudia ditindak lanjuti dengan proposal penelitian seterusnya membuat surat perijinan dan menentukan jadwal penelitian.
penjelasan pada BAB IV ini menggambarkan mengenai
tahapan pekerjaan lapangan berupa kegiatan orientasi, eksplorasi, member check. Tahap selanjutnya penganalisaan data dan penafsiran data.
Berdasarkan hasil dari tahapan pekerjaan lapangan berupa kegiatan orientasi, eksplorasi dan member check dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumentasi, maka dihasilkan data-data pendukung peneliti dalam menggambarkan pemanfaatan studio televisi sebagai sumber belajar pada Jurusan Teknik Produksi Progran Pertelevisian yaitu gambaran umum lokasi penelitian berupa profil sekolah SMKN 1 Cimahi, profil Jurusan Teknik Produksi Progran Pertelevisian, kurikulum keahlian pertelevisian, subtansi pemelajaran dan kualifikasi tenaga pengajar serta hasil temuan dari pertanyaan penelitian yaitu bagaimana perencanaan pemanfaatan studio televisi, bagaimana prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi, bagaimana peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi. Data yang sudah didapatkan di analisis berdasarkan kebutuhan penelitian
80
Secara
lengkapnya
hasil
tahapan
pekerjaan
lapangan
penelitian
digambarkan pada pembahasan berikut :
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Profil SMKN 1 Cimahi. SMK Negeri 1 Cimahi merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Menengah Kejuruan di Jawa Barat yang menyelenggarakan Program Pendidikan Kejuruan 4 Tahun, dan merupakan salah satu SMK dari 8 (delapan) SMK Negeri di Indonesia yang memiliki program 4 (empat) Tahun,
yang pembangunan
fisiknya dimulai sejak tahun 1969, di atas tanah seluas 3,4 Ha, dan telah menerima siswa sejak tahun 1974 dengan nama STM Negeri Pembangunan Bandung, yang diresmikan pada tanggal 24 Maret 1977, beralamat di Jl. Leuwigajah No. 48 Kota Cimahi, berada di lingkungan kawasan Industri. Perkembangan SMK Negeri 1 Cimahi dari sejak berdiri sampai dengan tahun 1995/1996 bernama STM Pembangunan Bandung, sedangkan nama SMK Negeri 1 Cimahi – Bandung berlaku sejak tahun pelajaran 1996/1997 dengan berdasarkan SK Mendikbud No. 036/O/97. Sejalan dengan otonomi daerah, dengan berpisahnya Kota Cimahi dengan Kab. Bandung, maka pada tahun palajaran 2001/2002, SMK Negeri 1 Cimahi – Bandung berubah nama menjadi SMK Negeri 1 Kota Cimahi.
81
1.1.
Visi dan Misi SMKN 1 Cimahi. Visi SMKN 1 Cimahi
Menjadi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang bermutu dan berwawasan Internasional sejalan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Misi SMKN 1 Cimahi
Menghasilkan tamatan yang
memiliki kompetensi tinggi, mampu
bersaing di pasar tenaga kerja nasional dan internasional.
Menghasilkan tamatan yang
mampu memenuhi tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk mengembangkan dirinya.
Menghasilkan tamatan yang memiliki ketaqwaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap keharmonisan lingkungannya.
Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan di Bidang Teknologi bagi masyarakat.
1.2.
Tujuan SMKN 1 Cimahi. Tujuan yang tercantum pada Program pengembangan SMKN 1 Cimahi
yaitu:
Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif yang mampu bekerja mandiri untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada
82
di Dunia Usaha / Dunia Industri (DU/DI) sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai kompetensi dalam program keahliannya.
Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja
dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati.
Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
1.3.
Bidang Keahlian dan Program Keahlian. Selama berdirinya sampai sekarang SMKN 1 Cimahi mempunyai 5
Bidang Keahlian dengan 9 Program Keahlian yaitu : a. Bidang Keahlian Teknik Elektro terdiri dari
Program Keahlian Teknik Transmisi
Program Keahlian Elektronika Industri dan Komputer
b. Bidang Keahlian Listrik
Program Keahlian Listrik Industri
c. Bidang Keahlian Teknik Pendinginan
Program Keahlian Teknik Pendinginan dan Tata Udara
d. Bidang Keahlian Teknik Instrumentasi Industri terdiri dari :
Program Keahlian Kontrol Proses
Program Keahlian Kontrol Mekanik
83
e. Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
1.4.
Program Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak
Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
Program Keahlian Teknik Produksi Program Pertelevisian
Standar Kompetensi Keahlian SMK Profil kompetensi lulusan SMK terdiri dari kompetensi umum dan
kompetensi kejuruan, yang masing-masing telah memuat kompetensi kunci. Kompetensi umum mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan kecakapan hidup generik, sedangkan kompetensi kejuruan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia atau SKKNI. a. Kompetensi Umum yaitu dengan Tuntutan UU Sistem Pendidikan Nasional, yang termaktub di Pasal 3, yaitu: Beriman dan bertaqwa, Berakhlak mulia Sehat, Cakap, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Tanggung jawab. Serta Tuntutan dunia kerja yaitu Disiplin, Jujur b. Kompetensi Kejuruan yaitu Kompetensi kejuruan disesuaikan dengan bidang keahlian dan program keahlian yang dibelajarkan.
2. Profil Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian 2.1. Tujuan Program Keahlian. Tujuan Program Keahlian Produksi Program Pertelevisian secara umum mengacu pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang
84
menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan program keahlian Produksi Program Pertelevisian adalah membekali peserta didik
dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten : a. Memelihara dan mengoperasikan peralatan Produksi
Program
Pertelevisian. b. Merencanakan dan menyiapkan program produksi c. Mengoperasikan kamera untuk pengambilan gambar d. Menyiapkan dan mengoperasikan sistem perekam suara e. Menyiapkan dan mengatur sistem pencahayaan f. Melakukan proses editing g. Merencanakan dan melaksanakan produksi program Pertelevisian h. Melakukan setting artistic
2.2. Kurikulum dan Subtansi Pemelajaran 1. Kurikulum Kurikulum Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian (TP3) program keahlian produksi program penyiaran dengan jenjang pendidikan yang ditempuh siswa selama 4 tahun. Program atau mata diklat yang diberikan mulai dari tingkat I, II, III, dan IV meliputi tiga aspek, yaitu Program Normatif, Program Adaptif, Produktif.
Program
85
Program Normatif, terdiri dari mata pelajaran: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Olah Raga, Seni Budaya.
Program Adaptif, terdiri dari mata pelajaran: Matematika, Bahasa Inggris, Keterampilan
Komputer
dan
Pengelolaan
Informasi
(KKPI),
Kewirausahaan, Fisika, Bahasa Jepang, Fotografi
Program Produktif, terdiri dari mata pelajaran: PK3, Teknik Penulisan Naskah, Teknik Fotografi, Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik, Manajemen Produksi, Teknik Penyutradaraan, Teknik Tata Suara, Teknik Editing, Produksi Program TV.
2. Substansi Pemelajaran Substansi pemelajaran terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu substansi instruksional dan substansi noninstruksional.
Substansi Instruksional Substansi instruksional adalah substansi pemelajaran yang dirancang
secara terstruktur dalam kurikulum, dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dalam program normatif, adaptif dan produktif. Pengorganisasian materi program normatif dan adaptif mengacu pada UU Sisdiknas no 20 th 2003 pasal 37, berupa nama mata diklat, sedangkan program produktif berupa nama kompetensi yang mengacu pada SKKNI.
86
Substansi Non-instruksional Substansi noninstruksional berisi hal-hal penting dan perlu bagi peserta
didik, tetapi dirancang secara tidak terstruktur dalam kurikulum. Penyajiannya terintegrasi dengan substansi instruksional, yang dituangkan pada saat merencanakan strategi pemelajaran dan penyusunan modul. Substansi noninstruksional meliputi: - pendidikan kecakapan hidup, - kompetensi kunci, - lingkungan hidup, - Isu-isu lain seperti: muatan lokal, narkoba, pendidikan seks, dan sebagainya.
2.3. Ruang Lingkup Pekerjaan. Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian Produksi Program Pertelevisian adalah jenis pekerjaan dan atau profesi yang relevan dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel SKKNI Bidang Teknik Pertelevisian pada jenjang SMK antara lain adalah:
Pada dunia usaha atau Industri, lingkup pekerjaan yang dapat dilakukan, yaitu sebagai: Camera man, Lighting man, Audio man, Artistic man, Editor
Pada Stasiun Televisi, Lingkup pekerjaan yang dapat dilakukan yaitu sebagai: Asisten Camera man, Asisten Lighting man, Asisten Audio man, Artistic man, Asisten Script writer, Asisten Editor, Asisten Still photo, Asisten Presenter, Asisten Reporter.
87
Dengan memanfaatkan kemampuan, pengalaman dan berbagai peluang yang ada, lulusan program keahlian Produksi Program Pertelevisian juga dimungkinkan mengelola dan atau berwirausaha di bidang video shooting maupun sejenisnya.
2.4. Pencapaian Kompetensi. Pencapaian Kompetensi menunjukkan tahapan atau tata urutan kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan serta kemungkinan multi exit-multi entry yang dapat diterapkan. Ada 4 tingkatan dalam pncapaian kompetensi sesuai dengan waktu tempuh jenjang pendidikan.
Tingkat I, Peserta didik
diajarkan
dan
dilatih
mengenai
kompetensi
yang
berhubungan dengan:
-
PK3 (Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja).
-
Teknik Fotografi
-
Manajemen Produksi
-
Teknik Penulisan Naskah
-
Teknik Videografi
-
Teknik Tata Artistik
Tingkat II, Peserta didik
berhubungan dengan:
diajarkan
dan
dilatih
mengenai
kompetensi
yang
88
-
Manajemen Produksi
-
Teknik Videografi
-
Teknik Tata Artistik
-
Teknik Tata Suara
-
Teknik Editing
-
Teknik Penyutradaraan
Tingkat III, Peserta didik
diajarkan
dan
dilatih
mengenai
kompetensi
yang
dan
dilatih
mengenai
kompetensi
yang
berhubungan dengan:
-
Manajemen Produksi
-
Teknik Tata Artistik
-
Teknik Tata Suara
-
Teknik Editing
-
Teknik Penyutradaraan
Tingkat IV, Peserta didik
diajarkan
berhubungan dengan Produksi Program Televisi. Dalam menjalankan kompetensi pada tingkat IV, peserta didik menjalani ”pemagangan” atau melaksanakan kegiatan pembelajaran langsung di lapangan pada stasiun-stasiun Televisi lokal maupun nasional.
89
2.5. Struktur organisasi, ketenagaan dan kualifikasi tenaga pengajar Tabel 4.1 Daftar Ketenagaan Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian NO
NAMA
JABATAN
PENDIDIKAN
1
DRS TEDI AHMAD SANTOSA
Ketua Jurusan
S1
2 3
LINDA LINDIAWATI S.Sos.,S.Sn. MILA KARMILA S.Sos.I
Guru Guru
S1 S1
4
M AGUNG FIRMANSYAH S.Sos.I
Guru
S1
5 6
RADEN YULIA RAMDANI, ST., S.Sn. BUDI SURYANA HADIANSYAH S.Sn.
Guru Guru
S1 S1
7
TATANG RUSMANA S.Pd.,S.Sn.
Guru
S1
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Jurusan Teknik produksi program pertelevisian SMKN 1 Cimahi. KEPALA SEKOLAH Drs. Ermizul
KETUA PROGRAM Drs. Tedi A Santosa
SEKRETARIS Tatang Rusmana, S.Pd,
BENDAHARA Linda Lindawati, S.Sos,
Pj. Studio Radio Tatang Rusmana, S.Sos.I
Pengembang program R. Yulia Ramdani ST,
Pj. Studio TV Budi Suryana, S.Sn
Unit Produksi M. Agung F, S.Sos.I
Guru TP3
Siswa TP3
90
Tabel 4.2 Kualifikasi tenaga pengajar Program Keahlian Teknik Produksi Program Pertelevisian Tingkat
I
II
Kompetensi siswa yang diharapkan 1. Mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja 2. Melakukan komunikasi dengan menggunakan sistem dua arah 3. Menyiapkan dan mengoperasikan kamera 4. Menjaga daya baterai dan persediaan video untuk sebuah syuting 5. Mengatur persediaan dan memasang film 6. Memasang kabel kamera 7. Memasang crane dan dolly 8. Memesan dan mengkoordinasikan sumber-sumber produksi 9. Mengoperasikan clapperboard 10. Mengoperasikan sistem penguat suara 11. Memasang, mengopersikan dan membongkar perangkat perekam suara 12. Melakukan persiapan, instalasi dan monitoring 13. Membuat properti untuk layar kaca 14. Menyiapkan scenic art untuk pakaian utama 15. Membuat setting-setting untuk layar. 1. Survey lokasi 2. Mengatur dan mengkompilasi materi suara ulangan 3. Memperbaiki dan memelihara peralatan audio portable 4. Melakukan pemeliharaan, perbaikan dan modifikasi peralatan tata cahaya 5. Memperbaiki, merawat dan mengubah (alternatif) setting. 6. Memasang dan merawat setting selama proses produksi
Kualifikasi yang harus dimiliki 1. Pendidikan : Akta IV/ D4 / S1 2. Pelatihan : a. Sinematografi b. Program Pertelevisian c. Tata Artistik 3. Pengalaman : a. Praktek kerja mengajar minimal 2 semester b. Praktek kerja di industri minimal 1 tahun.
1. Pendidikan : Akta IV/ D4 / S1 2. Pelatihan : a. Manajemen Produksi b. Tata Suara c. Tata Artistik 3. Pengalaman : a. Praktek kerja mengajar minimal 2 semester b. Praktek kerja di
91
1. 2. 3. 4.
Mengatur fokus Merinci soundtracks Mengoperasikan lighting consoles Memperbaiki, menanganani dan mengubah scenic art
1. 2.
III
3.
1. Menentukan cakupan kamera 2. Memproduksi scenic art untuk screen 3. Melakukan pemeriksaan kamera sebelum syuting. 4. Mengoperasikan mesin editing dengan sistem non linear berbasis digital
1. 2.
IV
3.
industri minimal 1 tahun. Pendidikan : Akta IV/ D4 / S1 Pelatihan : a. Kamera dan Perangkatnya b. Tata Suara c. Tata Artistik Pengalaman : a. Praktek kerja mengajar minimal 2 semester b. Praktek kerja di industri minimal 1 tahun. Pendidikan : Akta IV/ D4 / S1 Pelatihan : a. Kamera dan Perangkatnya b. Editing c. Komunikasi Visual d. Tata Artistik Pengalaman : a. Praktek kerja mengajar minimal 2 semester b. Praktek kerja di industri minimal 1 tahun.
92
Tahapan pekerjaan lapangan berupa kegiatan orientasi, eksplorasi dan member check dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pelaksanaan Penelitian selanjutnya yaitu tahap penganalisaan data dan penafsiran data, kemudian data yang sudah didapatkan di analisis berdasarkan kebutuhan penelitian. untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana perencanaan pemanfaatan studio televisi, bagaimana prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi, bagaimana peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi. B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN 1. Perencanaan pemanfaatan studio televisi pada Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian (TP3) di SMKN 1 Cimahi. Perencanaan pemanfaatan studio televisi pada Jurusan TP3 yang diteliti mencakup empat aspek yaitu mengidentifikasi kebutuhan studio televisi, komponen identifikasi kebutuhan studio televisi, format perencanaan dan proses perencanaan dalam pembuatan studio televisi.
a. Identifikasi kebutuhan Studio Televisi Pemanfaatan studio televisi sebagai sumber belajar pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian dirancang berdasarkan kebutuhan pembelajaran siswa yang disesuaikan dengan dunia industri broadcasting. berdasarkan hasil wawancara dengan Tedi A. Santosa (Ketua Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian), mengatakan bahwa: ”dalam merencanakaan studio televisi diperlukan acuan atau pedoman rancangan pembuatan studio televisi sebagai
93
tempat untuk memproduksi acara siaran, pada jurusan TP3 pedoman rancangan pembuatan studio televisi berdasarkan studi lapangan dan observasi pada tempat yang kompeten, seperti pada studio MMTC Yogyakarta (Multi Media Training Center) dan studio di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) serta beberapa Studio Pertelevisian stasiun televisi lokal maupun nasional. Studio televisi yang terdapat di beberapa lembaga tersebut dijadikan acuan pembuatan studio televisi TP3, namun secara teknis pembuatan studio TP3 disesuaikan dengan keadaan dan kesesuaian pembelajaran siswa. b. Komponen identifikasi kebutuhan Studio Televisi Komponen identifikasi kebutuhan studio televisi dapat dilihat dari setting studio dan alat-alat yang diperlukan untuk sebuah produksi acara televisi di studio. Identifikasi kebutuhan berhubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan siswa di studio, pembelajaran siswa berdasarkan kurikulum yang telah di tetapkan. Sehingga setting studio dan alat-alat yang ada di studio televisi harus dapat membantu siswa dalam menjalankan kurikulum pembelajaran yaitu mata pelajaran yang berhubungan dengan penggunaan studio. Mata pelajaran program produktif merupakan mata pelajaran bidang keahlian TP3 yang dalam proses pembelajaranya tidak lepas dari penggunaan studio, seperti mata pelajaran: Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik, Manajemen Produksi, Teknik Penyutradaraan, Teknik Tata Suara, Teknik Editing, Produksi Program TV. Semua mata pelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajarnya saling berhubungan satu sama lain, terutama dalam pembuatan produksi program televisi.
94
Studio televisi pada jurusan TP3 dibuat berdasarkan kebutuhan dan teknisnya disesuaikan berdasarkan keadaan tempat yang telah disediakan sekolah. Setting studio yang terdapat pada jurusan TP3 yaitu: Ukuran studio 8x10m, Ruangan MCR (Master Control Room), Stage (Panggung), Studio Floor , Dinding kedap suara memakai gipsum, Instalasi Listrik, Home Theatre, AC (Air Conditioner), Karpet, dll. Setting studio yang terdapat pada
jurusan TP3 tampak seperti pada
gambar di bawah ini:
Gambar 4.1 Denah Studio Broadcast Program Keahlian Teknik Produksi Program Pertelevisian SMKN 1 Cimahi
95
Sedangkan Peralatan yang dimiliki Program Keahlian Teknik produksi Program Pertelevisian, seperti tampak pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Daftar Peralatan Studio Televisi Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
NAMA ALAT Mixer Audio DVD Player Power Amplifier Loud Speaker + Tripod Compressor Audio Head Set Head Set Computer Computer Televisi Microphone Stand Microphone Scanner Video Procesing Centre SWR Computer UPS Speaker Aktif Speaker Aktif Speaker Aktif Computer Televisi Ruang Studio TV Printer Video Capture Microphone Interview Microphone Camera Video + Tas Camera Video + Tas Tripod Camera Dolly DV Rewinder + Adaptor Wireless Microphone Camera Lighting Camera Lighting
SPESIFIKASI Yamaha Console MG 16/6 FX LG DX 8621 P Peavey CS 800X Audio Control 15" DBX 166 XL Sennheiser EH 1430 Speed SPH - 750 P4 Celeron, Samsung 15", VCD P4 Intel, Samsung 15", VCD Sanyo CG 25 ST 5 N Carol SM 58 Maruni 30 Cm Canon. CanoScan 3000 ex Excel 300 Lodestar Atlon AMD 64, Samsung 15", Prolink 500 Watt Simbada CST 6700 Edifier R 101 Altec Lansing P4 Intel, Samsung 15", DVD Sharp 14 S 20 MS 8 X 10 Meter Desk Jet 3920 Pinnacle Duluxe Shure SM 58 Profesional TV K-18 Panasonic MD 9000, PAL Viktor, NTSC Fotomate VF V-90 4 Channel WM 3300 Arkon 500 Watt Unomat
JML 2 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 3 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 set 1 unit 1 unit 1 unit 1 set 2 set 1 set 2 unit 3 unit 1 unit 1 unit 1 unit 4 unit 1 set 4 unit 1 unit 4 unit 4 unit 1 set 1 set 1 set 2 unit
96
NO 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
NAMA ALAT Lighting Tripod Studio Lighting Studio Lighting Studio Lighting Battery Pack Camera Selector Antena Parabola Receiver Parabola Transmitter FM Transmitter TV Studio Stage Hand Phone Video Sender Handy Transceiver Hand Free Receiver Parabola Studio Lighting Vacum Cleanner Studio Lighting Camera Digital Charger Baterai Memory Card Walkie Talkie Charger Baterai
SPESIFIKASI VF W-806 1000 Watt 500 Watt XL 80 Watt Digital Power SDV-VW-VBD 28 Orbit Quad Procesor 4 Feet Matrik Jet 107,7 MHz VHF 182,25 MHz Multipleks 244 x 488 Cm Siemens A-45 UT - 66 Alinco Welz EM 181 Starcom SR-233 NS TL 2X40 Watt Helles NK 122 TL 20 Watt Samsung Digimax A403 DD Stager RD 808 512 MB Karce Kc-FR 870 DD Shager RD 600
JML 2 unit 3 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 set 1 unit 1 set 1 set 1 set 1 unit 2 unit 2 unit 2 unit 1 unit 2 unit 1 set 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit
Setting studio dan peralatan yang di miliki jurusan TP3 disesuaikan dengan standar broadcast, walaupun secara keseluruhan belum memenuhi standar nasional. Namun secara lokal dengan menggunakan sistem multi kamera, studio televisi jurusan TP3 sudah bisa memproduksi program televisi.
c. Format perencanaan Studio Televisi Format perencanaan studio televisi dibuat berdasarkan kompetensi program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan studio dan keadaan studio. Kebutuhan studio diartikan sebagai standar alat-alat pada studio yang harus ada
97
apabila akan dipergunakan untuk pembelajaran siswa sekaligus dalam pembuatan produksi program acara. Keadaan studio adalah bagian-bagian dari studio sebagai tempat dimana alat-alat studio ditempatkan. Kebutuhan dan keadaan studio beracuan kepada kompetensi dan kompetensi dasar dari program keahlian, sehingga perencanaan studio televisi benar-benar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.
d. Proses perencanaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tedi A. Santosa (Ketua Jurusan TP3) mengatakan bahwa “Proses pembuatan studio televisi pada jurusan TP3 direncanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara terencana sehingga pembuatan studio televisi dapat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan sesuai standar produksi program siaran.” Pertama, proses pengidentifikasian kebutuhan studio dengan melakukan observasi lapangan pada beberapa stasiun televisi dan lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai studio televisi seperti pada MMTC Yogyakarta (Multi Media Training Center) dan IKJ (Institut Kesenian Jakarta), setelah proses pengidentifikasian, ditemukan kebutuhan-kebutuhan mendasar dalam pembuatan studio televisi yang harus ada. Kedua, identifikasi kebutuhan studio tersebut disesuiakan dengan kurikulum yang akan dibelajarkan pada siswa, dan dijelaskan pada kompetensi serta sub-kompetensi sesuai dengan program keahlian. Dalam kurikulum TP3 pencapaian kompetensi dibagi pada 4 tingkatan sesuai dengan tingkatan kelas.
98
Maka tingkat kebutuhan dalam memanfaatkan studio tiap tingkatan kelas akan berbeda-beda, sehingga kebutuhan studio harus dapat mencakup seluruh tingkatan kelas. Ketiga, setelah pengidentifikasian disesuaikan dengan kurikulum maka dibuat format perencanaan studio televisi untuk memudahkan dalam perancangan pembuatan studio televisi, serta untuk darf pengajuan pada pihak yang akan memberi dana, dalam hal ini adalah kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Keempat, Proses pengajuan kepada Kepala Sekolah, dengan menyertakan daftar kebutuhan studio dan peralatan studio serta denah rancangan studio televisi. Pengajuan ini berdasarkan hubungan antara hasil identifikasi dengan kurikulum dan formatan studio yang dibuat, sehingga proses pengajuan ini berdasarkan “kebutuhan Ideal” yang mengacu pada standar pembuatan studio televisi. Kelima, setelah pengajuan disetujui, maka dimulailah proses pembuatan studio televisi
pada Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian, namun
dalam proses pembuatannya keadaan tempat dan peralatan studio disesuaikan dengan keadaan, seperti pada ruangan studio televisi pembuatanya tidak dibuat secara khusus dipersiapkan tempatnya tetapi ruangan kelas yang dimodifikasi (rancang) untuk di jadikan studio televisi.
Berdasarkan pendapat Agung (Guru Bidang Studi Produktif) bahwa: “Dalam proses perencanaan studio televisi yang berada di jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian SMKN 1 Cimahi, walaupun pembuatanya
99
disesuaikan dengan keadaan namun pada dasarnya studio televisi yang dibuat ini sudah memenuhi standar produksi siaran televisi, ini dapat dilihat dari penggunaan sistem multi kamera” Penggunaan sistem multi kamera disini yaitu dalam ruangan studio menggunakan 3 kamera sebagai alat untuk pengambilan gambar dalam sebuah produksi.
2. Prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian SMKN 1 Cimahi. Pelaksanaan pemanfaatan studio televisi pada Jurusan TP3 yang diteliti mencakup empat aspek yaitu mengenai peraturan penggunaan atau SOP Penggunan studio, metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di studio televisi, dan bahan ajar yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran di studio televisi, serta proses evaluasi dalam pembelajaran yang dilakukan di studio.
a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penggunaan Studio Televisi. Standar Operasional Prosedur (SOP) atau peraturan bagi penggunaan serta di dalamnya termasuk yang menggunakan dalam melakukan kegiatan di dalam studio, baik berupa kegiatan pembelajaran maupun kegiatan proses produksi acara televisi. Pada studio televisi TP3 Standar Operasional Prosedur (SOP) dibuat untuk mengatur segala kegiatan yang terjadi di studio, dan peraturan ini terbagi pada 2 bagian yaitu:
100
SOP Penggunaan untuk Ruang. Prosedur pelaksanaan penggunaan ruangan studio, digunakan dalam dua
aktifitas yaitu kegiatan pembelajaran dan kegiatan produksi acara program televisi. Adapun untuk kegiatan pembelajaran SOP yang dibuat yaitu bagaimana siswa harus mengikuti peraturan tata tertib yang telah ditetapkan, seperti: 1. Siswa/siswi harus hadir 15 menit sebelum KBM dimulai 2. Siswa/siswi wajib membersihkan ruang belajar sebelum dan sesudah KBM, sesuai dengan daftar kebersihan. 3. Siswa/siswi wajib menjaga seluruh peralatan praktewk yang digunakan. 4. Siswa/siswi wajib membuat surat peminjaman alat untuk kebutuhan praktek. 5. Siswa/siswi menyimpan kembali peralatan praktek yang sudah digunakan ketempat yang sudah disediakan.
Apabila peraturan diatas dilanggar maka ada sangsi-sangsi yang harus diterima oleh siswa, yaitu: 1. Jika siswa-siswi terlambat 15 menit dari jadwal yang di tetepkan maka akan diberikan sangsi oleh guru yang mengajar. 2. Jika siswa-siswi terlambat lebih dari 15 menit dari jadwal maka akan dianggap alpa, kecuali ada surat keterangan. 3. Jika alat peraktek yang digunakan rusak karena di sengaja maka wajib diganti 4. Jika siswa-siswi tidak membuat surat peminjaman alat, maka alat yang dimaksud tidak bisa di pinjam.
101
5. Jika siswa-siswi tidak menyimpan kembali peralatan praktek pada tempat yang sudah disediakan maka akan diberikan sangsi membersihkan gudang peralatan.
Sedangkan, untuk proses produksi acara televisi terutama untuk kegiatan On air. standar operasional prosedur yang dibuat yaitu sebagai berikut: 1. Petugas On air wajib menghidupkan transmiter dan peralatan On air lainnya yang telah ditentukan. 2. Petugas On air wajib menggunakan Id card yang telah disediakan. 3. Petugas On air wajib menyiapkan script sebelum siaran dan mengumpulkan kepada ketua kelompoknya masing-masing. 4. Petugas On air wajib membersihkan ruangan sebelum dan sesudah On Air 5. Petugas On air wajib membayar uang kas yang telah ditentukan 6. Petugas On air wajib mengisi buku agenda yang telah disediakan 7. Petugas On air wajib menjaga seluruh peralatan yang ada di ruangan On air. 8. Petugas On air tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruangan On air 9. Selain petugas On air yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruangan On air 10. Selain petugas On air yang tengah siaran, dilarang berisik dan menggangu petugas On air yang sedang siaran. 11. Dilarang duduk diatas meja siaran.
102
SOP Penggunaan untuk Alat. Dalam pemahaman SOP masing-masing alat yang berada di studio,
Peraturan penggunaannya dipelajari pada mata pelajaran yang berhubungan dengan pemanfaat studio, tidak ada peraturan tertulis dalam pengoperasian salah satu alat yang berada di studio. Tetapi siswa sudah diberi pemahaman tentang penggunaan dari masing-masing alat tersebut Namun, untuk peminjaman alat alat studio baik untuk pembelajaran maupun untuk proses produksi, siswa harus mengisi Blangko peminjaman alat, yang diajukan kepada pengelola studio atau disebut Technical Director (TD). Setiap penggunaan alat-alat dan bahan yang berada di studio televisi TP3 wajib mengisi isian blangko peminjaman, kalau tidak membuat daftar isian blanko peminjaman mak akan alat dan bahan tersebut tidak dapat dipinjamkan atau digunakan.
b. Metode pembelajaran di Studio Televisi. Pembelajaran di studio mencakup semua mata pelajaran produktif yang diberikan, seperti videografi, tata artsitik, tata suara, teknik penyutradaraan, manajemen produksi, fotografi, dan produksi program televisi. Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat
103
melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Proses pembelajaran siswa di studio televisi, berbeda dengan proses belajar dikelas karena pembelajaran pada studio lebih banyak menekankan pada praktik langsung dalam mengoperasikan alat-alat produksi siaran televisi, pembelajaran teori pun diberikan tetapi hanya sebagai pengantar dalam mengulang materi yang telah diberikan. Siswa atau peserta didik dalam pembelajaranya lebih ditekankan pada kreatifitas dan kerjasama tim. Prinsip pembelajaran yang dilakukan di sekolah menengah kejuruan dilakukan dengan cara: 1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata,
yang
memberikan pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan menjadi pembelajaran berbasis produksi. 2) Individualized learning (pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan sistem modular.
Kegiatan pembelajaran yang diberikan guru pada siswa yaitu berupa Teori, Praktek dan Projeck work. Maka metode pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa dalam menggunakan studio televisi yaitu dengan cara metode belajar praktik dengan berkelompok. Praktik berkelompok yaitu siswa belajar sesuai dengan bidang yang dipelajarainya. Peserta didik dituntut menguasai teori dan praktek sesuai dengan tingkatan level pencapaian kompetensi.
104
c. Bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar yang digunakan pada Jurusan TP 3 sangatlah beragam, ini karena broadcast atau dunia pertelevisian merupakan ilmu yang berkaitan pada keseluruhan ilmu. Sehingga pengaruhnya pada bahan ajar yang di pakai pada Jurusan TP3 begitu luasnya selain menggunakan buku dan modul, bahan ajar berbentuk maket, kaset, video, film, maupun acara televisi merupakan sumbesumber informasi yang di butuhkan oleh siswa-siswi Jurusan TP3. Segala macam yang dapat memberikan informasi tentang seni, artistik, busana, fotografi, dan lain-lain; yang dapat menjadikan bahan bagi pemunculan ide-ide kreatif siswa bagi proses eksplorasi pembelajarannya.
d. Proses Evaluasi dalam pembelajaran di Studio Proses evaluasi dalam pembelajaran di studio merupakan penilaian siswa dalam melakukan pembelajaran di studio, evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah selesai produksi. Penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan normatif berdasarkan sikaf, kemampuan dan pengetahuan atau disebut juga dengan ASK (Attitude, Skill, Knowledge). Penilaian sikapdi lihat dari
bagaiaman siswa dapat bekerjasama dalam pembelajaran di studio,
kemampuan merupakan keterampilan yang didapat siswa setelah melakukan kegiatan di studio dalam mengoperasikan alat-alat yang ada, sedangkan pengetahuan merupakan pengalaman yang didapat siswa setelah menginternalisasi proses belajar antara dirinya dengan orang lain dan materi yang diberikan guru, sehingga pengetahuan tentang pertelevisiannya akan semakin bertambah.
105
Penilaian normatif dipakai sebagai acuan dalam menilai belajar siswa di studio. Penilaian ini tidak melihat hasil berupa angka-angka tetapi melihat dari proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga penilaiannya dilihat dari perilaku siswa dalam melakukan kegiatan di studio, perilaku sikap dalam berkomunikasi, bekerjasama maupun dalam mengoperasikan alat-alat studio. Penilaian pembelajaran siswa dilakukan oleh guru pada saat produksi berlangsung dan setelah produksi
selesai berupa hasil produk yang akan di
presentasikan oleh siswa
3. Peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian. a. Hasil belajar. Pemelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pembelajaran di studio televisi siswa menjalankan proses pembelajaran dilihat dari segi ASK (Attitude, Skill, Knowledge). Attitude atau sikap merupakan perilaku siswa dalam belajar di studio televisi, dalam klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, sikap merupakan ranah kognitif yang mencakup pada aspek penerimaan, reaksi,
106
penilaian, organisasi dan internalisasi. hasil belajar dari sikap atau ranah kognitif dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam bekerjasama, berkomunikasi, dan menginternalisasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di studio televisi. Skill atau kemampuan adalah keterampilan yang didapatkan siswa selama belajar di studio televisi dalam mengoperasikan peralatan studio. Hasil belajar keterampilan masuk pada ranah psikomotor, aspek-aspek yang muncul yaitu gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perspektual, ketepatan, gerakan keterampilan komplek dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar dari ranah psikomotor yaitu berupa keterampilan atau keahlian, dapat dilihat dari kurikulum yang dibelajarkan. Kurikulum program keahlian TP3 menyangkut kompetensi yang berhubungan dengan pemanfaat studio yang terdapat pada mata pelajaran videografi, teknik fotografi, manajemen produksi, teknik tata artistik, teknik tata suara, teknik penyutradaraan. Tetapi secara keseluruhan semua mata pelajaran yang dibelajarkan berhubungan dengan penggunaan studio. Knowledge atau ilmu pengetahuan merupakan ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual, terdiri dari aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi. Hasil belajar pada siswa dalam konsep ranah kognitif di jurusan TP3, sesuai dengan ranah psikomotor bahwa hasil belajar dapat dilihat berdasarkan kurikulum yang dibelajarkan dan pencapaian level kompetensi. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan pendidikan menengah lainnya. SMK
107
menitikberatkan lulusannya untuk memiliki keahlian khusus yang diperlukan oleh dunia industri. Maka hasil belajar yang lebih dioptimalkan adalah aspek keterampilan atau ranah psikomotor, pada jurusan TP3 keterampilan dalam menjalankan peralatan studio dan penggunaan ruangan studio sesuai dengan pencapaian kompetensi mutlak dipelajari oleh siswa sebagai keterampilan praktis untuk bekerja di dunia industri.
b. Produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan studio televisi sebagai sumber belajar pada jurusan TP3, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun dalam pembuatan produksi program pertelevisian. Hasil produk atau karya dari siswa TP3, tiap-tiap tingkatan kelas berbeda-beda sesuai pencapaian tingkat kompetensi. Produk yang dihasilkan merupakan program acara televisi dan merupakan hasil karya kelompok sesuai dengan tingkatan kelas, yaitu:
Kelas 1 menghasilkan produk Video Klip
Kelas 2 menghasilkan produk Magazine Show
Kelas 3 menghasilkan produk Variety Show
Berikut adalah bebrapa daftar nama produk program tayangan televisi yang dibuat oleh siswa siswi jurusan TP3. 1. Judul ”Diary Anak Bandung” format acara Magazine Show 2. Judul ”Fothing (Positif Thinking)” format acara Magazine Show
108
3. Judul ”On Air You” format acara Variety Show 4. Judul ”Eye Catching” format acara Variety Show 5. Judul ”Healthy Is Fun” format acara Variety Show 6. Judul ”Persib Go to School” format acara Magazine Show 7. Judul ”Chating In The Toilet” format acara Magazine Show 8. Judul ”MAMI (Masalah Remaja Masa Kini)” format acara Talk Show 9. Judul ”Aku dan Mereka” format acara Talk Show 10. Judul ”Gerbong Kehidupan” format acara Variety Show
Adapun untuk kelas 4 sudah tidak mengikuti pembelajaran di sekolah lagi, karena sudah langsung mengaplikasikan keilmuannya dalam program magang atau praktek kerja lapangan pada stasiun-stasiun televisi lokal maupun nasional. Selain produk yang dihasilkan melalui pembelajaran, kerjasama dengan beberapa stasiun televisi lokal yang berada di Bandung dalam menghasilkan produk-produk program tayang televisi seperti kerjasama dengan: Stasiun Televisi STV Bandung dalam program acara Variety Show dengan judul “Mojang Majeng” Stasiun Televisi STV Bandung dalam program acara Talk show dengan judul “Ranggon wakepoh” Stasiun Televisi IMTV dalam program acara Variety Show dengan judul “Ceria Ramadhan” Stasiun Televisi IMTV dalam program acara Variety Show dengan judul “Top School”
109
Bentuk kerjasama dengan stasiun televisi lokal ini merupakan kerjasama secara profesional yang pembuatan produksi keseluruhan diserahkan pada pihak jurusan TP3 sedangkan pihak stasiun televisi hanya melakukan finising edit dan seterusnya ditayangkan.
c. Prestasi yang diraih. Selama 4 tahun berdirinya jurusan TP3 dengan mempunyai 4 angkatan yang di didik dan dibina dengan keahlian di bidang Peretelevisian (Broadcasting) membuat program acara televisi., yang siap bersaing pada dunia industri. Segala macam kegiatan siswa-siswi jurusan TP3 yang berhubungan dengan dunia broadcasting di luar pembelajaran sekolah merupakan bentuk pembelajaran tidak langsung bagi siswa. Prestasi yang didapatkan jurusan TP3 adalah dapatnya kepercayaan dari stasiun televisi STV bandung dalam mengelola dan membuat program acara televisi yang berjudul ”mojang majeng” dan ”ranggon wakepoh” terbukti untuk program acara ”mojang majeng” sudah lebih dari 100 episode ditayangkan pada stasiun televisi STV Bandung begitu pula ”ranggon wakepoh” sampai sekarang sudah mencapai lebih dari 50 episode. Menurut Tedi (Ketua Jurusan) mengatakan bahwa ”Ini adalah bukti dari prestasi kami khususnya siswa-siswi selaku pembuat acara mojang majeng dan ranggon wakepoh selalu bersikap profesional dan mengeluarkan segala kreatifitasnya dalam proses pelaksanaan pembuatan acara tersebut”
110
Prestasi secara individual maupun kelompok dari siswa-siswi TP3 yaitu seringnya mengikuti perlombaan-perlombaan yang berhubungan dengan dunia Broadcasting. Perlombaan yang pernah di ikuti seperti Lomba Editing di UIN Sunan Gunung Djati, menjadi juara tiga dan Lomba membuat film layanan masyarakat di UNPAS menjadi juara dua. Secara individu prestasi yang diraih oleh siswa kelas IV yaitu diterimanya menjadi bagian dari broadcaster pada stasiun televisi nasional yaitu GLOBAL TV.
d. Daya saing. Sekolah
Menengah
Kejuruan
yang
membuka
program
keahlian
pertelevisian masih sangat sedikit, dengan maraknya perkembangan pertelevisian di Indonesia seiring dengan pengembangan TV Edu, televisi pendidikan yang di kembangkan oleh PUSTEKOM hampir disetiap kabupaten ada stasiun relay TV Edu. Selain itu di beberapa Ibukota Provinsi di Indonesia stasiun TV lokal sudah bermunculan. Berhubungan dengan hal tersebut tentu dengan banyaknya lembaga yang berilmukan pertelevisian, maka banyak pula membutuhkan orang yang ahli dalam menjalankan program produksi pertelevisian baik secara konsep maupun teknis. SMKN 1 Cimahi dengan Jurusan TP3 menyiapkan peserta didik untuk kompetensi yang dibelajarkannya bertujuan menyiapkan tenaga teknis sebagai pembuat program produksi pertelevisian, bagi tingkat SMK daya saing dengan jurusan lain tidak terlalu ada persaingan, namun karena jurusan pertelevisian pada tingkat SMK masih sangat baru maka daya saing keahlian dengan jurusan
111
pertelevisian tingkat SMK masih belum banyak saingan, tetapi keahlian broadcasting lulusan D3 di beberapa Universitas sudah banyak. Lulusan D3 Broadcasting dipersiapkan sebagai ahli madya tenaga teknis dalam produksi program televisi, dengan lulusan D3 pertelevisian persaingan yang sebenarnya pada dunia industri.
e. Upaya-upaya dalam meningkatkan kompetensi siswa. Pencapaian kompetensi siswa tiap tingkat berbeda-beda. Pada tingkat satu, peserta didik diajarkan dan dilatih mengenai kompetensi yang berhubungan dengan, manajemen produksi, teknik videografi, teknik tata artistik. Pada tingkat dua, ditambah dengan teknik tata suara dan teknik penyutradaraan, sedangkan pada tingkat tiga, ditambah dengan teknik editing. Pada tingkat empat, peserta didik diajarkan dan dilatih mengenai kompetensi yang berhubungan dengan Produksi Program Televisi. Dalam menjalankan kompetensi pada tingkat empat, peserta didik menjalani ”pemagangan” atau melaksanakan kegiatan pembelajaran langsung di lapangan pada stasiun-stasiun Televisi lokal maupun nasional. Pembelajaran di studio televisi dilakukan berkelompok sesuai dengan bagian tugasnya. Bagian tugas tersebut merupakan kompetensi yang dibelajarkan. Karena pembelajaran di studio tidak memungkinkan secara keseluruhan siswa mempelajari satu kompetensi saja, maka dengan pembagian kelompok ini dapat mempermudah guru dalam menagtur pembelajarn siswa. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi siswa supaya dapat menguasai secara keseluruhan kompetensi yang dibelajarkan
112
mulai dari tingkat I sampai tingkat IV yaitu dengan cara memutar atau bergantian dalam Job Dest dari masing masing produksi, supaya semua siswa dapat merasakan semua bidang dalam memproduksi program televisi. Khusus untuk tingkat II kerjasama pembuatan program tayangan televisi pada stasiun televisi lokal merupakan sebuah upaya peningkatan kompetensi yang sangat penting karena dalam pembuatan produksi program tayangan ”mojang majeng” dan ”ranggon wakepoh” di stasiun STV Bandung dituntut secara profesional untuk sebaik mungkin membuat tayangan tersebut, karena produksi yang ditayangkan akan bersaing dengan program acara di stasiun televisi lain. Jelas unsur industri yang berpengaruh terhadap bagus dan diterimanya program yang dibuat.
113
Tahapan pekerjaan lapangan selanjutnya adalah analisis data dan penafsiran data untuk menanggapai hasil dari temuan penelitian dan mengambil kesimpulan terhadap
pertanyaan penelitian
mengenai bagaimana proses
perencanaan pemanfaatan, prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi, bagaimana peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN a. Perencanaan pemanfaatan studio televisi pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian. Pembahasan hasil penelitian tentang perencanaan pemanfaatan studio televisi pada Jurusan TP3 yang diteliti mencakup empat aspek yaitu mengenai identifikasi kebutuhan studio televisi, komponen identifikasi, format perencanaan, proses perencanaan studio televisi untuk pemanfaatan sumber belajar. 1. Identifikasi kebutuhan studio televisi Proses identifikasi kebutuhan pembuatan studio televisi untuk jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian, dilakukan dengan cara mengobservasi pada lembaga yang kompeten seperti pada MMTC Yogyakarta (Multi Media Training Center), MMTC merupakan pusat studi broadcasting radio, televisi, dan teknologi informasi. Sarana prasarana MMTC dilengkapi dengan laboratorium studio televisi dan ruangan pasca produksi, ruangan studio yang ada di MMTC mengacu pada pendapat Herbet Zettl. Herbet Zettl (2000:18) mengatakan bahwa: ”...dalam sebuah studio harus mempunyai bagian-bagian seperti studio, studio control room and master control, studio support areas”
114
Berdasarkan pendapat dari Zettl, standar dibuatnya studio televisi harus meliputi ruangan studio itu sendiri, ruangan kontrol studio, ruangan kontrol utama, dan daerah pendukung studio. Ke semua ruangan tersebut terhubung sebagai suatu kesatuan dalam sebuah studio televisi, sebagai tempat produksi pembuatan program televisi. Identifikasi dilakukan dengan mengobservasi langsung pada lembaga kompeten dan studi literatur dari buku tentang studio televisi sesuai standar ideal. Dalam pembuatan studio televisi pada jurusan TP3, hasil identifikasi tersebut harus dijadikan pedoman pembuatan studio televisi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. hasil observasi dari jurusan TP3 dalam mencari dan meng identifkasi kebutuhan studio televisi telah didiapatkan, namun dalam pelaksanaan pembuataan studio telvisi di jutrusan TP3, tidak secara kesluruhan hasil observasi tersebut di aplikasikan pada pembuatan studio telvisi, maka studio televisi TP3 secara standar broadcast, belum ideal. namun bagi pembelajaran siswa sebagai sumber belajar studio televisi yang ada sudah cukup memberikan pembelajaran yang utuh. berdasarkan pendapat Ase S. Muchyidin dalam Rusmana T (2004:22) mengemukakan bahwa ”Sumber belajar secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar baik yang langsung atau tidak langsung, baik sebagian maupun keseluruhan.”
115
Menurut pendapat Ase S. Muchyidin di atas bahwa sumber belajar merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan baik yang langsung atau tidak langsung, maka studio televisi dalam hal ini merupakan sumber daya yang dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber pembelajaran peserta didik. Hubungan antara kebutuhan studio televisi dengan studio televisi sebagai sumber belajar adalah dalam rangka menciptakan studio televisi yang sesuai dengan standar ideal serta dipergunakan secara optimal oleh siswa.
2. Komponen identifikasi kebutuhan studio televisi Berdasarkan hasil wawancara dan temuan dokumentasi bahwa komponen identifikasi kebutuhan studio televisi dapat dilihat dari setting studio dan alat-alat yang diperlukan untuk sebuah produksi acara televisi di studio. Identifikasi kebutuhan berhubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan siswa di studio, pembelajaran siswa berdasarkan kurikulum yang telah di tetapkan. Proses pembelajaran adalah gabungan dua kegiatan antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan guru sebagai pengajar yang melakukan kegiatan mengajar. Kedua kegiatan ini terlaksana karena adanya interaksi antara guru dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar dan disengaja. Kegiatan pembelajaran akan berlangsung jika kedua belah pihak yang terlibat didalamnya yaitu antara guru dan murid saling menjalankan kegiatannya secara berkesinambungan. Maka dalam prosesnya antara guru dan murid harus terdapat saling pengertian. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah memfasilitasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran, agar
116
siswa dapat menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1994:43): ”Mengajar pada umumnya usaha guru untuk menciptakan kondisikondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang ditentukan.”
Proses pembelajaran di studio televisi disesuaikan dengan setting studio dan alat-alat yang ada di studio televisi harus dapat membantu siswa dalam menjalankan kurikulum pembelajaran yaitu mata pelajaran yang berhubungan dengan penggunaan studio. Mata pelajaran program produktif merupakan mata pelajaran bidang keahlian TP3 yang dalam proses pembelajaranya tidak lepas dari penggunaan studio, seperti mata pelajaran: Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik, Manajemen Produksi, Teknik Penyutradaraan, Teknik Tata Suara, Teknik Editing, Produksi Program TV. Semua mata pelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajarnya saling berhubungan satu sama lain, terutama dalam pembuatan produksi program televisi. Setting studio televisi pada jurusan TP3 dibuat berdasarkan kebutuhan Setting studio yang terdapat pada
jurusan TP3 yaitu ruangan ukuran studio
8x10m, mempunyai ruangan MCR (Master Control Room), terdapat stage, Studio Floor, dan memakai dinding kedap suara, lantai ber karpet serta AC. Berdasarkan temuan hasil dokumentasi diatas tentang setting studio yang terdapat pada jurusan TP3 yang divisualisaikan dalam bentuk gambar. seperti hasil temuan sebelumnya bahwa tempat atau ruangan studio televisi pada jurusan TP3 dibuat berdasarkan keadaan. maka bentuk desain tata ruang studio televisi
117
pun disesuiakan dengan keadaan, sehingga terdapat hambatan dalam penggunaan studio televisi berhubungan dengan ukuran studio yang tidak bisa menampung banyak siswa. Berdasarkan hasil temuan bahwa setting studio dan peralatan yang di miliki jurusan TP3 disesuaikan dengan standar broadcast, karena berdasarkan pendapat Millerson (1999:20) dalam bukunya yang berjudul “Effective TV Production” mengungkapkan tentang bagaimana pengertian studio televisi secara luas: “...seberapapun ukurannya sebuah studio televisi, pada umumnya sebuah studio memiliki kemiripan. Studio umumnya memiliki dua atau tiga kamera yang ditempatkan pada pengangkut beroda (biasanya tripod yang bisa didorong), sebagian luas lantai studio biasanya digunakan sebagai daerah seting untuk penempatan (blocking), di studio kecil, kebanyakan alat pengatur cahaya (lighting fitting) menempel di atas pipa, studio yang lebih besar biasanya memiliki tempat penyimpanan yang dekat, di mana peralatan artistik dan tiang-tiang penyangga bisa ditempatkan di sana.”
Selain Setting studio televisi, yang dipersiapkan dalam studio televisi TP3 selajutnya yaitu peralatan studio, alat-alat ini digunakan untuk memproduksi program televisi. Alat-alat yang dipergunakan seperti: Ruang Studio TV, Mixer Audio, DVD Player, Loud Speaker, Tripod, Compressor Audio, Power Amplifier, Computer, Televisi, Video Procesing Centre, Microphone, Tripod Camera, Studio Lighting, Wireless Microphone, Dolly, Walkie Talkie dan beberapa peralatan lainya. Pada jurusan TP3 walaupun secara keseluruhan sumber belajar studio televisi belum memenuhi standar nasional. Namun secara lokal dengan
118
menggunakan sistem multi kamera, studio televisi jurusan TP3 sudah bisa memproduksi program televisi.
3. Format perencanaan studio televisi Format perencanaan studio televisi dibuat berdasarkan kompetensi program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan studio dan keadaan studio. Kebutuhan studio diartikan sebagai standar alat-alat pada studio yang harus ada apabila akan dipergunakan untuk pembelajaran siswa sekaligus dalam pembuatan produksi program acara. Keadaan studio adalah bagian-bagian dari studio sebagai tempat dimana alat-alat studio ditempatkan. Kebutuhan dan keadaan studio beracuan kepada kompetensi dan kompetensi dasar dari program keahlian, sehingga perencanaan studio televisi benar-benar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Kompetensi program keahlian pertelevisian meliputi: PK3 (Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja), Teknik Penulisan Naskah, Teknik Fotografi, Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik, Manajemen Produksi, Teknik Penyutradaraan, Teknik Tata Suara, Teknik Editing, Produksi Program TV. Pencapaian Kompetensi tersebut terbagi pada 4 tingkatan sesuai dengan waktu tempuh jenjang pendidikan. pada Tingkat I, Peserta didik diajarkan dan dilatih mengenai kompetensi yang berhubungan dengan: PK3 (Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja), Teknik Fotografi, Manajemen Produksi, Teknik Penulisan Naskah, Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik. pada Tingkat II, kompetensi yang diajarkan dan dilatih yaitu: Manajemen
119
Produksi, Teknik Videografi, Teknik Tata Artistik, Teknik Tata Suara, Teknik Editing , Teknik Penyutradaraan. sedangkan Tingkat III, kompetensi yang diajarkan dan dilatih yaitu: Manajemen Produksi, Teknik Tata Artistik, Teknik Tata Suara, Teknik Editing , Teknik Penyutradaraan. dan pada Tingkat IV Peserta didik diajarkan dan dilatih mengenai kompetensi yang berhubungan dengan Produksi Program Televisi. Dalam menjalankan kompetensi pada tingkat IV, peserta didik menjalani ”pemagangan” atau melaksanakan kegiatan pembelajaran langsung di lapangan pada stasiun-stasiun Televisi lokal maupun nasional, merupakan bentuk aplikasi langsung terjun kedunia kerja yang sebenarnya. Berdasarkan hasil temuan bahwa format perencanaan studio televisi pada jurusan TP3 sudah sangat ideal, karena kurikulum dan pencapaian kompetensi yang akan diberikan peserta didiknya mencakup materi-materi pertelevisian secara keseluruhan.
4. Proses perencanaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tedi A. Santosa (Ketua Jurusan TP3) mengatakan bahwa “Proses pembuatan studio televisi pada jurusan TP3 direncanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara terencana sehingga pembuatan studio televisi dapat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan sesuai standar produksi program siaran.” Pertama, proses pengidentifikasian kebutuhan studio dengan melakukan observasi lapangan pada beberapa stasiun televisi dan lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai studio televise. Kedua, identifikasi kebutuhan studio
120
tersebut disesuiakan dengan kurikulum yang akan dibelajarkan pada siswa, dan dijelaskan pada kompetensi serta sub-kompetensi sesuai dengan program keahlian. Ketiga, setelah pengidentifikasian disesuaikan dengan kurikulum maka dibuat format perencanaan studio televisi untuk memudahkan dalam perancangan pembuatan studio televisi, serta untuk darf pengajuan pada pihak yang akan memberi dana, dalam hal ini adalah kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Keempat, Proses pengajuan kepada Kepala Sekolah, dengan menyertakan daftar kebutuhan studio dan peralatan studio serta denah rancangan studio televisi. Pengajuan ini berdasarkan hubungan antara hasil identifikasi dengan kurikulum dan formatan studio yang dibuat, sehingga dengan kata lain adalah proses pengajuan ini berdasarkan “kebutuhan Ideal” yang mengacu pada standar pembuatan studio televisi. Kelima, setelah pengajuan disetujui, maka dimulailah proses pembuatan studio televisi pada Jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian, namun dalam proses pembuatannya keadaan tempat dan peralatan studio disesuaikan dengan keadaan, seperti pada ruangan studio yang tidak dibuat khusus tetapi ruangan kelas yang dimodifikasi (rancang) menjadi studio. Begitu pentingnya ruangan studio televisi bagi jurusan TP3, karena Keberadaan sumber belajar dalam proses pembelajaran dianggap penting karena dengan adanya sumber belajar maka pembelajaran akan lebih bermakna, hal ini dikarenakan peserta didik berinteraksi langsung dengan sumber belajar. Apabila peserta didik sudah berinteraksi dengan sumber belajar, maka dia akan
121
meluangkan waktunya untuk memperdalam materi dan juga dapat belajar secara individual. Menurut Zainudin Basouri dalam Hapsari (2001:21) mengemukakan bahwa sumber belajar sebagai penujang proses pembelajaran memiliki fungsifungsi sebagai berikut yaitu: a. Meningkatkan produktifitas, dengan jalan Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa. b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian d. Lebih memanfaatkan pengajaran, dengan jalan Meningkatkan kemampuan sumber belajar dan Penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit serta Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. f. Kemungkinan penyajian pendidikan yang lebih luas, tenaga atau kejadian yang langka, yaitu melalui Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.
122
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua jurusan TP3 dalam proses perencanaan pembuatan studio televisi dan di hubungkan dengan pendapat Zainudin Basouri dalam Hapsari (2001:21). Proses yang dilakukan oleh jurusan TP3 sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang dilalui. dengan pendapat Zainudin Basouri, intinya adalah begitu pentingnya sumber belajar sebagai penunjang pembelajaran yang vital, pada jurusan TP3 studio televisi merupakan sumber belajar yang harus ada.
b. Prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian SMKN 1 Cimahi. Prosedur pelaksanaan pemanfaatan Studio Televisi dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari SOP yang digunakan, metode pembelajaran yang dipakai, bahan ajar yang digunakan, proses evaluasi dalam pembelajaran, hasil pembahasan dari prosedur pelaksanaan pemanfaatan studio televisi dijabarkan secara khusus pada bagian bagian berikut ini: 1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penggunaan Studio Televisi. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah tahapan-tahapan dalam melakukan suatu hal pada suatu tempat berdasarkan peraturan yang telah disepakati dan disesuaikan dengan kondisi keadaan tempat atau alat tersebut. Peraturan bagi penggunaan serta pengguna dalam melakukan kegiatan di dalam studio, baik berupa kegiatan pembelajaran maupun kegiatan proses produksi acara televisi yang dilakukan pada studio televisi TP3. Standar Operasional Prosedur (SOP) dibuat untuk mengatur segala kegiatan yang terjadi
123
di studio, Prosedur pelaksanaan penggunaan ruangan studio, digunakan dalam dua aktifitas yaitu kegiatan pembelajaran dan kegiatan produksi acara program televisi. Seperti yang di paparkan pada hasil temuan penelitian berdasarkan pengamatan observasi dan dokumentasi. SOP yang dibuat memuat peraturan tata tertib yang harus ditaati pada saat memasuki ruangan belajar seperti: Siswa/siswi harus hadir 15 menit sebelum KBM dimulai; Siswa/siswi wajib membersihkan ruang belajar sebelum dan sesudah KBM, sesuai dengan daftar kebersihan; Siswa/siswi wajib menjaga seluruh peralatan praktek yang digunakan Siswa/siswi wajib membuat surat peminjaman alat untuk kebutuhan praktek; Siswa/siswi menyimpan kembali peralatan praktek yang sudah digunakan ketempat yang sudah disediakan. Ruang belajar yang dimaksud yaitu ruangan yang digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar siswa, studio televisi termasuk pada ruangan belajar walaupun secara proses pembelajaranya lebih menitikberatkan pada praktek. Studio televisi pada jurusan TP3, tidak hanya dijadikan tempat untuk pembelajaran tetapi sebaga tempat diaman sebuah produksi program televise dibuat. berdasarkan pendapat Herbet Zettl (2000:18) mengungkapkan bahwa studio televisi adalah pusat awal tempat di mana siaran televisi diproduksi, Studio yang di desain dengan baik menyediakan tempat dan koordinasi antara semua elemen utama dalam produksi, seperti kamera, pencahayaan, suara, dekorasi, dan aksi para penampil.
124
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat untuk studio televisi, tidak hanya dalam proses pembelajaran saja, Maka peraturan tersebut harus lebih ditegaskan lagi dan perlu adanya peraturan yang tertulis jelas pada ruangan studio televisi. Sedangkan, untuk proses produksi acara televisi terutama untuk kegiatan On air. standar operasional prosedur dibuat dan di khususkan untuk petugas atau pengguna pelaksana On air, peraturan yang harus dilakukan petugas meliputi menghidupkan transmiter dan peralatan On air lainnya yang telah ditentukan; wajib menggunakan Id card yang telah disediakan; wajib menyiapkan script sebelum siaran dan mengumpulkan kepada ketua kelompoknya masing-masing; wajib membersihkan ruangan sebelum dan sesudah On Air; wajib membayar uang kas yang telah ditentukan; wajib mengisi buku agenda yang telah disediakan; wajib menjaga seluruh peralatan yang ada di ruangan On air; tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruangan On air; yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruangan On air; Selain petugas On air yang tengah siaran, dilarang berisik dan menggangu petugas On air yang sedang siaran; Dilarang duduk diatas meja siaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa bahwa peraturan yang mengatur aktifitas di studio televisi baik pembelajaran maupun proses produksi, Didin (siswa) mengatakan bahwa kurang jelasnya peraturan yang mengatur perilaku beraktifitas dalam studio, menjadikan tidak semua orang dapat memahami cara berperilaku di dalam studio. karena studio tidak hanya dijadikan tempat pembelajaran siswa semata, tetapi dilakukan pula untuk proses produksi
125
tayangan televisi. sehingga yang menggunakan dan yang datang ke studio televisi TP3 tidak hanya siswa dan guru TP3 saja. maka diperlukannya peraturan yang terpampang jelas di pintu masuk studio atau pemberian pemahaman oleh sutradara pada saat sebelum proses produksi.
2. Metode pembelajaran di Studio Televisi. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan pembelajaran di sekolah menengah umum. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan pendidikan menengah lainnya. Pembelajaran pada jurusan TP3 dengan program keahlian pertelevisian mencakup semua mata pelajaran produktif yang diberikan seperti videografi, tata artsitik, tata suara, teknik penyutradaraan, manajemen produksi, fotografi, dan produksi program televisi. Proses pembelajaran siswa di studio televisi, berbeda dengan proses belajar dikelas karena pembelajaran pada studio lebih banyak menekankan pada praktik langsung dalam mengoperasikan alat-alat produksi siaran televisi, pembelajaran teori pun diberikan tetapi hanya sebagai pengantar dalam mengulang materi yang telah diberikan. Siswa atau peserta didik dalam pembelajaranya lebih ditekankan pada kreatifitas dan kerjasama tim. Sekolah Menengah Kejuruan lebih menitikberatkan pada penguasaan keterampilan sehingga strategi pembelajaran yang dilaksanakan lebih ditekankan
126
pada praktek daripada teori. maka pembelajaran yang dilakukan di jurusan TP3 penekanannya lebih kepada praktek yang dilakukan di studio televisi. Seperti yang di terangkan Wardiman dalam Sahaludin (2002:33) mengungkapkan bahwa Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan pekerjaan; Pendidikan Kejuruan didasarkan atas demand driven (kebutuhan dunia kerja); Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan kepada penguasan pengetahuan, keterampila, sikap, dan nili-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja; Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesaan siswa pada hand-on atau performa dalam dunia kerja; Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan; Pendidikan Kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipaif terhadap kemajuan teknologi; Pendidikan kejuruan ditekankan pada learning by doing dan hand-on experience; Pendidikan Kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek; Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum. Maka metode pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa dalam menggunakan studio televisi yaitu dengan cara metode belajar praktik dengan berkelompok. Praktik berkelompok yaitu siswa belajar sesuai dengan bidang yang dipelajarainya, peserta didik dituntut menguasai teori dan praktek sesuai dengan tingkatan level pencapaian kompetensi. Praktik berkelompok siswa mengeksplorasi kemampuan dan kreatifitasnya lebih luas.
memungkinkan
127
Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru sudah sesuai dan disesuaikan dengan keadaan tempat dan alat-alat yang dimiliki studio televisi TP3 SMKN 1 Cimahi. 3. Bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar yang digunakan pada Jurusan TP 3 sangatlah beragam, ini karena broadcasting atau dunia pertelevisian merupakan ilmu yang berkaitan pada keseluruhan ilmu. Sehingga pengaruhnya pada bahan ajar yang di pakai pada Jurusan TP3 begitu luasnya selain menggunakan buku dan modul, bahan ajar berbentuk maket, kaset, video, film, maupun acara televisi merupakan sumbesumber informasi yang di butuhkan oleh siswa-siswi Jurusan TP3. Segala macam yang dapat memberikan informasi tentang seni, artistik, busana, fotografi, dan lain-lain; yang dapat menjadikan bahan bagi pemunculan ide-ide kreatif siswa bagi proses eksplorasi pembelajarannya. Segala apapun yang dapat menunjang pembelajaran bagi siswa, bisa dijadikan bahan ajar oleh guru, sehingga guru tidak akan kekurangan sumber untuk memberikan materi pemelajaran, karena proses kreatufutaas yang dimunculkan maka eksplorasi dari bahan ajar oleh siswa ridak terpaku pada buku pelajaran dan modul, tetapi lebih kepada bagaimana memahami
lingkungan
sekitar
sebagi
interprestasi
dari
pengamatan
pembalajarannya, maka sumber bahan ajar ini siswa sendirilah yang mencarinya. Seperti yang di ungkapakan oleh Torkleson (1965) dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989:79) bahwa: Sumber belajar itu begitu luasnya, bisa meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan pelajaran yaitu segala apa yang ada di sekolah yang dipergunakan untuk kepentingan pelajaran yaitu segala apa yang ada disekolah pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
128
Begitu luasnya sumber belajar, hingga segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disebut sebagai sumber belajar. Sumber belajar ini bisa dipergunakan oleh guru, peserta didik, maupun oleh keduanya secara bersamaan dalam rangka proses pembelajaran.
4. Proses Evaluasi dalam pembelajaran di Studio. Proses Evaluasi dalam pembelajaran di Studio menggunakan penilaian normatif sebagai acuan dalam menilai belajar siswa di studio. Penilaian ini tidak melihat hasil berupa angka-angka tetapi melihat dari proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga penilaiannya dilihat dari perilaku siswa dalam melakukan kegiatan di studio, perilaku sikap dalam berkomunikasi, bekerjasama maupun dalam mengoperasikan alat-alat studio. Penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan normatif berdasarkan sikap, kemampuan dan pengetahuan atau disebut juga dengan ASK (Attitude, Skill, Knowledge). Penilaian pembelajaran siswa dilakukan oleh guru pada saat produksi berlangsung dan setelah produksi selesai berupa hasil produk yang akan di presentasikan. Berdasarkan pengamatan bahwa proses evaluasi di studio oleh guru merupakan penilaian normatif, maka hasil belajar peserta didik di lihat dari perubahan sikap, kemampauan dalam mengoperasiakan peralatan studio serta bertambahnya pengalaman atau jam terbang dalam mengoperasikan peralatan studio.
129
c. Peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi pada jurusan Teknik Produksi Program Pertelevisian. 1. Hasil belajar. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan pendidikan menengah lainnya. SMK menitikberatkan lulusannya untuk memiliki keahlian khusus yang diperlukan oleh dunia industri. Maka hasil belajar yang lebih dioptimalkan adalah aspek keterampilan (skill) atau pada ranah psikomotor, pada jurusan TP3 keterampilan dalam menjalankan peralatan studio dan
penggunaan ruangan studio sesuai
dengan pencapaian kompetensi mutlak dipelajari oleh siswa sebagai keterampilan praktis untuk bekerja di dunia industri. Sesuai dengan hal tersebut, Sukamto dalam Sahaludin (2002:31) mengungkapkan tentang pendidikan menengah kejuruan
yang memiliki
karakteristik kejuruan sebagai berikut: a. Orientasi pendidikannya lebih kepada mempersiapkan output atau peserta didik untuk terjun ke dunia kerja. b. Pendidikan kejuruan memiliki justifikasi khusus yaitu adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan. c. Fokus kurikulum mencakup pengembangan semua aspek baik afektif, kognitif, maupun psikomotor. d. Memiliki kriteria keberhasilan ganda bagi siswa, yaitu keberhasilan siswa di sekolah dan keberhasilan siswa di dunia kerja setelah meyelesaikan studinya. e. Pendidikan kejuruan memiliki daya kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya dan dunia kerja pada khususnya karena memiliki komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi kepada dunia kerja. f. Membutuhkan banyak peralatan dan bahan ajar karena dalam pembelajaranya diupayakan untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistik sesungguhnya. g. Adanya hubungan lembaga dengan masyarkat khusunya dengan dunia kerja karena tinggi tuntutan relevansi output dengan dunia kerja.
130
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pembelajaran di studio televisi, hasil belajar siswa dapat terlihat dari sikap atau perilakunya sebagai peserta didik yang taat dan patuh terhadap peraturan penggunaan studio televisi. Selanjutnya dalam melihat peningkatan kompetensi hasil belajar siswa terhadap penguasaan kompetensi pertelevisian yaitu dengan memperhatikan aspek psikomotoris tiaptiap peserta didik, aspek psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Maka hasil belajar dapat dilihat dari sejauhmana keterampilan peserta didik mampu dalam mengoperasikan berbagai macam peralatan yang berada di studio. Perubahan sikap dan keterampilan yang diperoleh peserta didik merupakan proses interaksinya terhadap pembelajaran di studio televisi sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang tentang pertelevisian. 2. Produk yang dihasilkan. Peningkatan kompetensi siswa melalui pemanfaatan studio televisi dapat dilihat dari produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan studio televisi sebagai sumber belajar pada jurusan TP3, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun dalam pembuatan produksi program pertelevisian. Dalam proses pembelajaran tiap tingkatan kelas mempunyai pencapaian tingkat kompetensi berbeda-beda, tingkat kompetensi berpengaruh pada produk yang dihasilkan. maka untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa dilihat dari produk yang dihasilkan.
131
Selain produk yang dihasilkan melalui pembelajaran, kerjasama dengan beberapa stasiun televisi lokal yang berada di Bandung dalam menghasilkan produk-produk program tayang televisi seperti kerjasama dengan Stasiun Televisi STV Bandung dan IMTV. Bentuk kerjasama dengan stasiun televisi lokal ini merupakan kerjasama secara profesional yang pembuatan produksi keseluruhan diserahkan pada pihak jurusan TP3. Dengan demikian peningkatan kompetensi peserta didik dapat lebih berkembang lagi, karena dengan adanya kerjasama ini keterampilan peserta didik jurusan TP3 akan di uji keahlianya dalam membuat program tayangan televisi yang profesional, bisa menjual dan dapat bersaing pada dunia industri yang sebenarnya. 3. Prestasi yang diraih. Pemanfaatan studio televisi TP3 tidak hanya digunakan pada saat kegiatan pembelajaran siswa dalam menjalankan proses belajar mengajar, dengan dijalinnya kerjasama pada beberapa stasiun televisi lokal. Studio televisi TP3 merupakan tempat produksi tayangan televisi pada stasiun televisi. Pada tahapan pelaksanaan produksi, segala macam kegiatan operasional secara keseluruhan dikerjakan oleh siswa. Sehingga sebuah prestasi besar apabila diberikannya kepercayaan dari stasiun televisi STV bandung dalam mengelola dan membuat program acara televisi yang berjudul ”mojang majeng” dan ”ranggon wakepoh” terbukti untuk program acara ”mojang majeng” sudah lebih dari 100 episode ditayangkan pada stasiun televisi STV Bandung begitu pula ”ranggon wakepoh” sampai sekarang sudah mencapai lebih dari 50 episode.
132
Menurut Tedi A Santosa (Ketua Jurusan) mengatakan bahwa ”Ini adalah bukti dari prestasi kami khususnya siswa-siswi selaku pembuat acara mojang majeng dan ranggon wakepoh selalu bersikap profesional dan mengeluarkan segala kreatifitasnya dalam proses pelaksanaan pembuatan acara tersebut.” Serta prestasi secara individual maupun kelompok dari siswa-siswi TP3 yaitu seringnya mengikuti perlombaan-perlombaan yang berhubungan dengan dunia Broadcasting. Perlombaan yang pernah di ikuti seperti Lomba Editing di UIN Sunan Gunung Djati menjadi juara tiga dan Lomba membuat film layanan masyarakat di UNPAS menjadi juara dua. Secara individu prestasi yang diraih oleh siswa kelas IV yaitu diterimanya menjadi bagian dari broadcaster pada stasiun televisi nasional yaitu GLOBAL TV. Secara keseluruhan bentuk prestasi yang diraih, mulai dari kerjasama dengan stasiun televisi, mengikuti perlombaan, sampai pada diterimanya lulusan TP3 menjadi bagian dari broadcaster pada GLOBAL TV merupakan usaha bersama jurusan TP3 dan semua pihak yang mendukung dalam rangka mengsosialisaikan keahlian pertelevisian pada tingkat SMK. 4. Daya saing. Peningkatan kompetensi melalui daya saing atau persaingan, merupakan faktor penunjang untuk selalu memberikan yang terbaik terhadap pengembangan kompetensi
program keahlian pertelevisian. Persaingan pada dunia industri
membuat jurusan TP3 harus selalu meningkatkan proses pembelajaran, menjalin kerjasama, dan menambah daya dukung keadaan studio televisi dengan mengadakan penambahan alat-alat produksi.
133
Persaingan program keahlian pertelevisian atau broadcasting pada tingkatan SMK masih belum banyak karena jurusan pertelevisian pada tingkat SMK masih sangat baru. persaingan yang terjadi pada dunia industri adalah dengan lulusan D3 ahli madya pertelevisian, Sebagai tenaga teknis dalam keahlian pertelevisian lulusan D3 sudah lama berjalan di beberapa Universitas. 5. Upaya-upaya dalam meningkatkan kompetensi siswa. Upaya dalam meningkatkan kompetensi siswa yaitu dengan cara memutar atau bergantian dalam Job Dest dari masing masing produksi, supaya semua siswa dapat merasakan semua bidang dalam memproduksi program televisi. Pembelajaran di studio televisi dilakukan berkelompok sesuai dengan bagian tugasnya. Bagian tugas tersebut merupakan kompetensi yang dibelajarkan. Karena pembelajaran di studio tidak memungkinkan secara keseluruhan siswa mempelajari satu kompetensi saja, maka dengan pembagian kelompok ini dapat mempermudah guru dalam mengatur pembelajarn siswa. upaya pembelajaran berkelompok bagi siswa merupakan strategi belajar yang cocok bagi iklim pemeblajaran di studio televisi. Kerjasama dengan stasiun televisi STV Bandung, IMTV dan GLOBAL TV merupakan upaya yang tepat karena selain meluaskan jaringan, jurusan TP3 dapat meminta informasi, sharing dan belajar pada stasiun televisi tersebut.