BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Silabus dan Skema Kerja Chemistry ‘O’ Level Silabus kimia Cambridge GCE ‘O’ Level mengandung introduction, aims, assesment objectives, scheme of assesment, subject content, mathematical requirements, glossary dan practical syllabus for paper 3. Aims berisikan tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selengkapnya tentang aims yang terdapat dalam silabus dipaparkan di bawah ini The aims are to 1. provide, through well designed studies of experimental and practical chemistry, a worthwhile educational experience for all students, whether or not they go on to study science beyond this level and, in particular, to enable them to acquire sufficient understanding and knowledge to 1.1 become confident citizens in a technological world, able to take or develop an informed interest in matters of scientific import; 1.2 recognise the usefulness, and limitations, of scientific method and to appreciate its applicability in other disciplines and in everyday life; 1.3 be suitably prepared for studies beyond O/SC level in pure sciences, in applied sciences or in science-dependent vocational courses. 2. develop abilities and skills that 2.1 are relevant to the study and practice of science; 2.2 are useful in everyday life; 2.3 encourage efficient and safe practice; 2.4 encourage effective communication. 3. develop attitudes relevant to science such as 3.1 concern for accuracy and precision; 3.2 objectivity; 3.3 integrity;
25
26
3.4 enquiry; 3.5 initiative; 3.6 inventiveness. 4. stimulate interest in and care for the local and global environment. 5. promote an awareness that 5.1 the study and practice of science are co-operative and cumulative activities, and are subject to social, economic, technological, ethical and cultural influences and limitations; 5.2 the applications of sciences may be both beneficial and detrimental to the individual, the community and the environment. Assesment objectives mengandung tiga aspek yaitu, knowledge with understanding, handling information and solving problems dan experimental skills and investigations. Pertanyaan yang termasuk dalam kategori knowledge with understanding menuntut siswa untuk memahami pengetahuan faktual dengan cara mengingat kembali dan menjelaskan konsep. Pertanyaan dalam aspek knowledge with understanding sering dimulai dengan kata define, state, describe, explain atau outline. Pada aspek handling information and solving problems, siswa diminta menggunakan prinsip dan konsep untuk menjawab sebuah pertanyaan. Pertanyaan pada aspek ini dimulai dengan suggest, construct, calculate atau determine. Sedangkan experimental skills and investigations berisikan tentang tujuan penilaian yang berhubungan dengan ketrampilan praktikum. Scheme of assesment berisikan tentang informasi paper ujian yang harus diambil oleh siswa pada ujian ‘O’ level. Terdapat empat paper yang disediakan, yakni multiple choice chemistry paper (paper 1), theory chemistry paper (paper 2), practical chemistry paper (Paper 3), dan alternative to practical chemistry paper
27
(paper 4). Paper 1 dan 2 wajib diambil oleh siswa, sedangkan paper 3 dan 4 bersifat pilihan. Artinya, peserta ujian bisa memilih paper 3 atau 4 yang akan diambil pada ujian ‘O’ level. Dalam scheme of assesment juga dipaparkan tentang jumlah soal, waktu, dan bobot nilai dari tiap-tiap paper. Subject content berisikan tentang learning outcomes yang harus dicapai siswa melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Learning outcomes dipaparkan dalam setiap bab yang akan diberikan pada mata pelajaran kimia ‘O’ level. Dalam silabus, learning outcomes laju reaksi ditempatkan pada bab 6 Chemical Reactions, poin 6.1 Speed of Reaction. Adapun learning outcomes laju reaksi adalah: Candidates should be able to: (a) *describe the effect of concentration, pressure, particle size and temperature on the speeds of reactions and explain these effects in terms of collisions between reacting particles (b) define the term catalyst and describe the effect of catalysts (including enzymes) on the speeds of reactions (c) *explain how pathways with lower activation energies account for the increase in speeds of reactions (d) state that transition elements and their compounds act as catalysts (see 8.3) in a range of industrial processes and that enzymes are biological catalysts (e) suggest a suitable method for investigating the effect of a given variable on the speed of a reaction (f) *interpret data obtained from experiments concerned with speed of reaction Practical Syllabus for Paper 3 memaparkan informasi tentang pertanyaanpertanyaan yang mungkin ada dalam Paper 3. Selain itu juga terdapat practical techniques, apparatus list dan reagents list. Silabus dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk skema kerja. Skema kerja merupakan dokumen pendukung yang digunakan oleh guru dan berfungsi dalam
28
memberikan arahan atau saran bagi guru dalam melaksanakan KBM. Di dalam skema kerja terdapat recommended prior knowledge, outline, context, summary of learning outcomes, Suggested Teaching Activities, Further Teacher Guidance dan Online Resources. Recommended prior knowledge berisikan tentang materi prasyarat yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa, hal ini juga terlihat pada bagian context. Pada penyampaian materi laju reaksi, guru disarankan untuk memberikannya pada pertengahan program ‘O’ level. Hal ini berhubungan dengan materi prasyarat yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa yaitu, the writing of equations and calculations involving reacting masses dan energy profile diagrams. Dalam skema kerja laju reaksi ditampilkan keterkaitan antara learning outcomes dan cara pencapaiaannya. Cara pencapaian tersebut terdapat pada bagian suggested teaching activities dan further teaching guidance. Ketiga aspek tersebut disajikan dalam bentuk tabel skema kerja. Selain itu juga, dalam tabel tersebut terdapat online resources, berisikan tentang website yang bisa dikunjungi oleh guru maupun siswa. Pada skema kerja laju reaksi juga terdapat learning outcomes tambahan yaitu learning oucomes 1.1 (b) suggest suitable apparatus, given relevant information, for a variety of simple experiments, including collection of gases and measurement of rates of reaction.
29
Cara pencapaian learning outcomes yang terdapat dalam skema kerja laju reaksi ditampilkan pada Gambar-gambar di bawah ini:
Faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi ditunjukan dengan reaksi CaCO3 dan HCl lewat kegiatan praktikum
Siswa mengumpulkan CO2 yang dihasilkan dalam siring atau lewat air ke dalam gelas ukur
Faktor tekanan harus didiskusikan secara teori
Siswa dapat menampilkan data menggunakan grafik jika memungkinkan
Siswa dapat meneliti efek perubahan konsentrasi asam, ukuran partikel CaCO3 dan suhu asam
Siswa perlu menggunakan diagram partikel untuk menjelaskan faktor-faktor ini dalam pengertian frekuensi tumbukan efektif
Siswa dapat menyadari bahwa gradien slope grafik berhubungan dengan laju reaksi
Siswa dapat menafsirkan bentuk relatif grafik untuk mengidentifikasi variabelvariabel apa yang berubah
Siswa dapat menyadari bahwa tidak semua tumbukan berhasil
Gambar 4.1 Cara Pencapaian Learning outcomes 6.1 (a), (b), dan (f)
30
Siswa kenal dengan keseluruhan alat yang digunakan pada percobaan dalam unit ini
Siswa mengumpulkan gas lewat air dan menggunakan gelas ukur
Siswa mengolah menggunakan spreadsheet
data
Siswa dapat mengukur laju dengan mengamati massa yang hilang
Gambar 4.2 Cara Pencapaian Learning outcomes 1.1 (b)
Reaksi dekomposisi H2O2 dengan menggunakan MnO2 sebagai katalis.
Siswa mengukur volume oksigen yang dihasilkan terhadap waktu
Siswa dapat menyelidiki logam oksida yang berbeda sebagai katalis
Siswa menggunakan hati atau sayuran (seledri dan kentang) sebagai biologis katalis
Siswa diberitahu bahwa H2O2 yang ada dalam hati bersifat racun
Gambar 4.3 Cara Pencapaian Learning outcomes 6.1 (b)
31
2. Deskripsi Teaching Material yang Digunakan pada Penyampaian Materi Pokok Laju Reaksi Berdasarkan data hasil observasi, teaching material yang digunakan pada penyampaian laju reaksi terdiri dari CD pembelajaran GCSE Chemistry, practical sheet, worksheet, buku ajar Chemistry a Course for ‘O’ Level, papan tulis, laptop, dan LCD projector. CD pembelajaran berisikan animasi, video dan materi-materi kimia ‘O’ level. Isi yang ada dalam CD pembelajaran disajikan lewat laptop dan LCD projector. Practical sheet merupakan lembar kegiatan praktikum siswa yang disediakan oleh PA. Practical sheet berisi tentang aim, apparatus, chemicals, procedures, the result table serta questions. Teaching material lainnya yang digunakan adalah worksheet. Soal-soal yang ada dalam worksheet berasal dari buku kumpulan past paper tahun 1986-2004. Buku ajar yang digunakan sebagai buku pedoman siswa dan guru adalah buku Chemistry a Course for ‘O’ Level. Buku ini ditulis oleh Christhopher N. Prescott, terbitan tahun 2007. Buku ini diterbitkan di Singapura oleh Federal-Marshall Cavendish Education. Berdasarkan data hasil penelitian, struktur urutan konsep yang ada dalam buku ajar ditampilkan pada Gambar 4.4 di bawah ini:
32
Laju reaksi
Laju reaksi dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam metode. Laju reaksi dapat diukur dengan menggunakan metode mass changes (disajikan berupa deskripsi eksperimen) Laju reaksi dapat diukur dengan menggunakan metode Measuring the volume of gas ginen off (disajikan berupa deskripsi eksperimen)
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor
Laju reaksi dipengaruhi oleh temperatur
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi
Laju reaksi dipengaruhi oleh tekanan
Dijelaskan dalam pengertian teori tumbukan
Laju reaksi dipengaruhi oleh ukuran partikel
Laju reaksi dipengaruhi oleh katalis Enzim merupakan katalis biologis
Gambar 4.4 Struktur Urutan Materi Laju Reaksi yang Terdapat Dalam Buku Ajar
33
3. Profil Pembelajaran dan Materi yang Disampaikan PA Proses pembelajaran diawali dengan mengemukakan terlebih dahulu slow reaction dan fast reaction. Setelah itu, siswa digali pemahamannya tentang laju reaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Soal tentang uji pemahaman tersebut dipaparkan di bawah ini. Here are some chemical reactions which take place in the home; arrange them in order of increasing rate (with the slowest first): (a) fruit going rotten; (b) gas cooking; (c) a water tank rusting (d) a microwave oven, cooking; (e) gloss paint drying; (f) striking a match
Kemudian ditampilkan contoh slow dan fast reaction
yang terjadi di
kehidupan sehari-hari melalui video. Setelah itu, PA memberikan pretes tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dan membahasnya setelah penyampaian konsep faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Selengkapnya tentang profil pembelajaran dan materi yang disampaikan PA ditunjukkan pada Tabel 4.1.
34
Tabel 4.1 Profil Pembelajaran dan Materi yang Disampaikan PA Menurut Skema Kerja Kimia ‘O’ Level Uraian Pembelajaran Menurut Skema Kerja Kimia ‘O’ Level (1)
Pembelajaran dan Materi yang Disampaikan PA (2)
1. Siswa mengumpulkan karbon dioksida yang dihasilkan ke dalam siring untuk mengukur laju reaksi.
Siswa diberikan kesempatan untuk mendeskripsikan gambar metoda measure product produce in a given time untuk mengukur laju reaksi Measure product produce in a given time Reaction : Mg + HCl → MgCl2 + H
Which one is react faster? B is faster than A. Why? in 2 min, A only produce 20 cm3 of H2, B produce 40 cm3 of H2. At the given times, B produce more product, so B is faster than A. 2. Siswa dapat meneliti efek perubahan siswa diberikan kesempatan untuk konsentrasi asam, ukuran partikel CaCO3 melakukan percobaan mengenai pengaruh dan suhu asam temperatur dan konsentrasi terhadap laju reaksi. a. Investigate how temperature affects the speed of reaction In this experiment the effect of temperature on the rate of reaction between sodium thiosulphate and hydrochloric acid is investigated. Disappearing method is used in this experiment.
35
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2) First, measure out 15 cm3 of sodium thiosulphate, then pour into beaker glass and place over the cross marked on the white sheet of paper. After that, add 15 cm3 of HCl and start the stopwatch. Ask someone to look down onto the cross and time its disappearance. Repeat the experiment at about 30 oC, 40 oC, 50 o C, 60 oC, 70, and 80 oC by heating sodium thiosulphate before you add the acid. Note the time and record this in the table.
b. Investigate how concentration affects the speed of reaction In this experiment, the effect of the concentration of sodium thiosulphate on the rate of reaction is investigated. What you have to do is same with investigate how the temperature affect the speed of reaction, but the different is you don’t warm up the sodium thiosulphate. Repeat the experiment using different concentrations of sodium thiosulphate solution. 3. Siswa perlu menggunakan diagram partikel untuk menjelaskan faktor-faktor laju reaksi dalam pengertian frekuensi tumbukan efektif.
Siswa dirangsang untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi lewat media animasi. Factors affecting the speed of reaction
a. concentration higher concentration, the reaction would be faster and lower concentration, the reaction would be slower
36
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2) Why the higher concentration the faster reaction would be? Remember, the more collision the more product form, it means that higher concentration have enough particles to collide with. So, particles in high concentration would be collide more frequently than in low concentration to produce effective collision . b. temperature higher temperature, the reaction would be faster
why? At higher temperature you feel hot, you more energetic and then you move faster. It same with particle, at higher temperature, the particles are more energetic. so, the particles move faster and collide more often to produce effective collision c. pressure higher pressure, the reaction would be faster
37
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2) At higher pressure, the reaction will be faster because the particle are squeezed closer together so they collide more frequently to produce more effective collision. d. surface area the smaller the size, the larger surface area
If pieces of solid are made smaller the rate increases, because the total surface area of the solid increases. So, reacting partcles collide more frequently to produce effective collision. What is the effective collision? Collision that has enough energy to produce product. e. catalyst catalyst is a chemical substance that can speed up the reaction wtithout being used up.
If catalyst is added the rate increases, because catalysts allow to go by alternative route with lower activation energy, so more reaction take place.
38
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2)
4. Siswa harus menyadari bahwa tidak semua Siswa diberikan penjelasan tentang effective collision tumbukan berhasil Collision theory To start the reaction, the particle must collide but not every collision produce enough activation energy. Only effective collision produce enough activation energy. therefore, the reactant will convert into product molecules.
5. Siswa harus dapat menafsirkan bentuk relatif grafik untuk mengidentifikasi variabelvariabel apa yang berubah. Misalnya, bagaimana perubahan bentuk yang terjadi ketika laju lebih cepat/lebih lambat? Apa yang terjadi pada bentuk grafik ketika suhu, luas permukaan atau konsentrasi berubah?
Siswa mengerjakan soal dan mendiskusikan jawabannya dengan guru. Soal In an experiment (experiment I), a volume of 0.5 mol/dm3 hydrochloric acid was added to marble chips in aflask. The marble was in excess. A graph of volume of gas produced against time is shown in the diagram.
39
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2) The experiment was repeated three times, but with one change in condition in each experiment. Experiment Change in Condition II 1.0 mol/dm3 acid used, but the same volume III lower temperature IV smaller pieces of marble but the same mass Sketch on the axes the graph you would expect for these three experiments. Label each graph. Jawaban Which one has higher concentration? Second experiment has higher concentration than first concentration. So second experiment has faster reaction and the curve is stepper than first experiment. Second experiment has more total product than first, so the curve is higher. Lower temperature has slower reaction, so the curve is less stepp than I. No change in total product because of used same amount of mol. powder marble chip has faster reaction, volume of gas same with experiment. So the graph is stepper than I and no change in volume of gas.
40
Lanjutan tabel 4.1
(1)
(2)
6. siswa harus menyadari bahwa gradien grafik Siswa mengungkapkan pengetahuannya berhubungan dengan laju reaksi. tentang gradien grafik dan hubungannya dengan laju reaksi. Gradient (m) How to find gradient?
y2 − y1 x2 − x1 ∆y m= ∆x m=
Reaction : Mg + HCl → MgCl2 + H2
At which time the reaction proceed fastest? At the first minute reaction proceed fastest.why? Because, the more product in a given less time, the faster the reaction. It means that the bigger gradient, the stepper the graph. 7. Siswa harus kenal dengan keseluruhan alat Siswa mendapatkan bimbingan untuk yang digunakan pada percobaan dalam unit menuliskan alat-alat yang digunakan pada ini. percobaan.
As usual write down the apparatus on the table. What are they? They are, beaker glass, measuring cylinder, thermometer, spirit lamp, tripod stand, gauze, stopwatch.
41
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2)
8. Siswa harus mengumpulkan gas lewat air dan menggunakan gelas ukur. 9. siswa harus mengukur laju dengan mengamati massa yang hilang selama terjadinya reaksi yang mana gas dihasilkan. (Jika tersedia, digunakan data logger)
Tidak melaksanakan Siswa diberikan kesempatan untuk mendeskripsikan gambar metoda Measure the lost of mass in a given time untuk mengukur laju reaksi
Measure the lost of mass in a given time HCl + CaCO3 → CaCl2 + H2O + CO2 ↑
In this reaction, CaCO3 react with HCl to produce CaCl2, H2O, CO2. CaCO3 lost in mass in a given time, then Reading balance will decreasing because we let CO2 escape to the air. If there is no more changing in mass, the reaction is stop.
10. siswa perlu mendapatkan kesempatan Siswa diberikan kesempatan untuk mengolah mengolah data mereka dengan menggunakan data hasil percobaan dengan menggunakan spreadsheet (jika tersedia) untuk kertas grafik. menghasilkan tabel dan grafik.
42
Lanjutan tabel 4.1 (1)
(2)
11. Reaksi dekomposisi antara hidrogen Tidak melaksanakan peroksida dengan mangan(IV) oksida sebagai katalis. Volume oksigen yang dihasilkan diukur terhadap waktu. 12. Siswa dapat menyelidiki oksida logam Tidak melaksanakan yang berbeda sebagai katalis untuk percobaan hidrogen peroksida 13. siswa mengetahui bahwa hanya logam Siswa diberikan penjelasan tentang contoh dan transisi yang berperan sebagai katalis kegunaan katalis
43
Berdasarkan hasil observasi, urutan materi yang disampaikan oleh PA selama proses pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini: Laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi
Laju reaksi dipengaruhi oleh temperatur
Dijelaskan dalam pengertian teori tumbukan
Laju reaksi dipengaruhi oleh tekanan
Laju reaksi permukaan
dipengaruhi
oleh
luas
Laju reaksi dipengaruhi oleh katalis
Katalis memberikan rute alternatif dengan Ea lebih rendah
Laju reaksi dapat diukur dengan beberapa metode Laju reaksi dapat diukur dengan metoda measure the time taken for the reaction to be completed Laju reaksi dapat diukur dengan metoda measure product produce in a given time Laju reaksi dapat diukur dengan metoda measure mass lost in a given time
Gambar 4.5 Struktur Urutan Materi yang Disampaikan PA
44
Deskripsi tentang pembelajaran dan materi yang disampaikan PA dapat dilihat pada Tabel 4.1. Terdapat dua materi utama yang disampaikan PA yaitu faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dijelaskan dalam pengertian teori tumbukan dan metode mengukur laju reaksi. Dalam skema kerja laju reaksi, guru disarankan untuk menyampaikan materi laju reaksi dengan menitikberatkan pada kegiatan praktikum. Namun, pembelajaran materi yang disampaikan oleh PA tidak terlalu fokus pada kegiatan praktikum. Pada penyampaian faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi, PA menggunakan media animasi tentang gerakan partikel-partikel yang bertumbukan untuk menunjukan pengaruh konsentrasi, temperatur dan tekanan. Sedangkan, pengaruh luas permukaan dibahas dengan menggunakan analogi. Setelah itu, PA membahas pengaruh katalis yang dimulai dengan mendefinisikan katalis serta fungsinya. Selain itu juga, PA memberikan contoh penggunaan katalis dalam pembuatan margarin. Selanjutnya, PA memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan setelah membahas materi tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Pada percobaan ini siswa diminta untuk menyelidiki pengaruh temperatur terhadap laju reaksi. Di samping itu siswa disuruh untuk menampilkan data hasil percobaan dalam bentuk tabel dan grafik serta menjawab soal-soal yang tedapat dalam practical sheet. Pembelajaran dan materi yang disampaikan oleh PA adalah menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dalam pengertian teori tumbukan. Pembelajaran pada materi ini diawali oleh PA dengan menjelaskan terlebih dahulu
45
tentang teori tumbukan. Dari tabel 4.1 terlihat PA menggambarkan diagram profil energi aktifasi. Kemudian, PA membimbing siswa untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi yang telah dibahas sebelumnya dalam pengertian teori tumbukan. Selanjutnya, PA memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan oleh siswa adalah menyelidiki pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Kemudian, siswa diminta untuk menampilkan data hasil percobaan dalam bentuk tabel dan grafik serta menjawab soal-soal yang tedapat dalam practical sheet. Berdasarkan Gambar 4.5, materi utama lainnya yang disampaikan oleh PA adalah metode mengukur laju reaksi. Dari gambar tersebut tampak bahwa PA menyampaikan tiga macam metode mengukur laju reaksi, yaitu measure the time
taken for the reaction to be completed, measure product produce in a given time, dan measure mass lost in a given time. Namun, PA tidak memberikan penjelasan tentang metode collect gases over water and using measuring cylinder, seperti yang tercantum dalam skema kerja laju reaksi. Pembelajaran materi ini disampaikan oleh PA melalui deskripsi eksperimen.
B. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Analisis Silabus dan Skema Kerja Chemistry ‘O’ Level Berdasarkan data hasil penelitian, silabus kimia Cambridge GCE ‘O’ Level didesain dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada pemahaman, aplikasi
46
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah daripada materi faktual. Dengan kata lain bahwa, belajar tidak hanya sekedar mempelajari fakta-fakta, tapi siswa mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan informasi yang bersifat menyeluruh serta memahami dalam konteks kehidupannya. Hal
ini
berhubungan
dengan
pengenalan
kebutuhan
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan yang memiliki nilai jangka panjang. Kemampuan ini dibutuhkan dalam menghadapi kemajuan-kemajuan dunia teknologi yang terus meningkat. Kemajuan dunia teknologi yang terus meningkat memengaruhi dunia pendidikan, menuntut adanya suatu pendekatan yang menyeluruh dan global. Pendekatan ini diadopsi oleh silabus kimia Cambridge ‘O’ level dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan untuk mendekati permasalahan secara global dengan pendekatan multidisipliner, membekali siswa dengan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja, mengembangkan kemampuan
sains dan sikap ilmiah yang dapat dipergunakan untuk kehidupan
sehari-hari, serta memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya. Dari data hasil penelitian, terlihat bahwa aims yang ada dalam silabus mengandung empat hal utama. Pertama, menyediakan pengalaman pendidikan bagi siswa. Kedua, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang relevan dengan teori dan praktek sains. Ketiga, mengembangkan sikap ilmiah. Keempat mengembangkan kemampuan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang terkandung dalam tujuan tersebut mencerminkan dimensi pendidikan sains
47
yaitu, konten, produk, sikap dan teknologi, sehingga hal ini berdampak pada dimensi hasil belajar kimia, seperti yang terlihat pada learning outcomes laju reaksi. Silabus dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk skema kerja. Skema kerja merupakan dokumen pendukung yang digunakan oleh guru dan berfungsi memberikan arahan atau saran untuk kegiatan mengajar. Skema kerja disusun berdasarkan ide dan pengalaman mengajar guru di sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge. Hal ini dikembangkan lebih lanjut oleh para penyusun kurikulum Cambridge untuk menghasilkan suatu skema kerja. Dengan kata lain, guru mempunyai peranan dalam penyusunan skema kerja. Dalam skema kerja laju reaksi terlihat adanya suatu keterkaitan antara hasil belajar dengan cara mencapainya. Cara pencapaian hasil belajar dipaparkan pada bagian Kegiatan Mengajar yang Disarankan dan Pedoman Guru Lebih Lanjut. Baik Kegiatan Mengajar yang Disarankan maupun Pedoman Guru Lebih Lanjut yang ada dalam skema kerja berpusat pada kegiatan siswa. Hal ini mengindikasikan siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berperan aktif berarti siswa diberikan kesempatan lebih untuk membangun pengetahuannya sendiri, dalam hal ini pengetahuan yang berhubungan dengan materi laju reaksi.
Dengan siswa berperan aktif berarti tekanan ada pada siswa yang
belajar bukan pada guru yang mengajar. Siswa membentuk pengatahuannya sendiri dan guru membantu siswa dalam proses pembentukan itu. Selain itu, guru perlu mengaktifkan siswa untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya tersebut.
48
Pada skema kerja laju reaksi, guru disarankan untuk memberikan materi laju reaksi pada pertengahan program ‘O’ level. Siswa harus belajar terlebih dahulu tentang profil diagram energi. Pengetahuan tentang profil diagram energi ini dijadikan
pengetahuan
awal
siswa
untuk
mempelajari
faktor-faktor
yang
memengaruhi laju reaksi dalam pengertian tumbukan antar partikel yang bereaksi. Dengan demikian, siswa mudah untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Kegiatan mengajar yang tercantum dalam skema kerja lebih ditekankan pada kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa seperti observasi dan interpretasi data. Dengan memberikan pengalaman belajar melalui kegiatan praktikum, siswa diharapkan bisa memahami dan menghayati materi laju reaksi berdasarkan apa yang dia lakukan, amati dan teliti. Melalui kegiatan praktikum siswa tidak hanya mendapatkan fakta-fakta, konsep-konsep, atau teori-teori laju reaksi, tapi siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan sikap ilmiah seperti tekun, teliti, objektif dan inisiatif serta siswa dapat mengembangkan ketrampilan praktikumnya. Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat adanya suatu keterkaitan antara materi laju reaksi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengolah data hasil percobaannya, dengan menggunakan
spreadsheet atau data logger untuk menghasilkan tabel dan grafik. Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, yang mungkin bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
49
2. Analisis Teaching Material yang Digunakan pada Penyampaian Materi Pokok Laju Reaksi Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya, tampak adanya pengunaan media animasi yang terdapat dalam CD pembelajaran. Animasi ini digunakan oleh PA untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Berikut hasil wawancara dengan PA mengenai hal tersebut: P : “Dari hasil observasi, saya melihat adanya penyampaian materi dengan menggunakan animasi yang ada dalam CD pembelajaran. Apakah yang menjadi alasan mam menggunakan media animasi tersebut?” PA : “Alasan pertama adalah untuk membantu siswa memahami materi laju reaksi. Karena banyak konsep-konsep laju reaksi yang bersifat abstrak, maka dengan adanya animasi tentang gerakan partikel siswa bisa memvisualisasi apa yang terjadi dalam skala mikroskopis. Alasan kedua adalah penggunaan animasi ini akan membuat siswa lebih interaktif, artinya siswa bisa berbicara tentang apa yang diamatinya.” P : “kalau CD pembelajaran itu mam sendiri yang cari atau difasilitasi oleh CIE? PA : “CIE memfasilitasi guru dengan tools pendukung, salah satunya adalah CD GCSE Chemistry. CD ini ada yang disediakan secara free dan ada yang harus dibeli.”
Dari hasil wawancara di atas, penggunaan media animasi ini disesuaikan dengan karakteristik materi laju reaksi. PA berkeyakinan bahwa dengan memvisualisasikan gerakan-gerakan partikel yang bertumbukan, materi tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dapat mudah dipahami oleh siswa. Kemudian, penyediaan CD pembelajaran itu sendiri difasilitasi oleh CIE. Dengan demikian, guru memperoleh kemudahan untuk mendapatkan teaching material yang mendukung pelaksanaan KBM.
50
Dari data hasil penelitian, terlihat adanya penggunaan worksheet yang dikerjakan oleh siswa. Pada pelaksanaannya, siswa dibimbing oleh PA untuk mendiskusikan jawaban dari soal-soal yang ada dalam worksheet. Soal-soal yang ada dalam worksheet bersumber dari buku past paper. Selain untuk memperdalam pemahaman siswa tentang materi laju reaksi, hal ini bertujuan juga untuk mengenalkan siswa dengan tipe-tipe soal ujian ‘O’ level.
Teaching material lainnya yang digunakan oleh PA adalah alat dan bahan praktikum serta practical sheet. Alat dan bahan praktikum disediakan oleh sekolah, sedangkan practical sheet dibuat sendiri oleh PA. Practical sheet yang dibuat oleh PA disesuaikan dengan learning outcomes yang terdapat dalam silabus. Dalam hal buku ajar yang dijadikan buku pedoman guru dan siswa, CIE mengeluarkan buku kimia untuk ‘O’ level. Buku ini disarankan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, PA tidak menggunakan buku tersebut sebagai buku pedoman, PA menggunakan buku terbitan Singapura. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Apakah ada buku ajar yang disarankan oleh CIE sebagai buku pedoman guru dan siswa?” PA : “Ada, buku karangan Richard Harwood. Buku ini disarankan oleh Cambridge.” P : “Lalu, mengapa buku yang dipakai terbitan singapura. ?” PA : “Dulu saya menggunakan buku dari Cambridge selama satu tahun, tapi kurang enak. Soalnya urutan materi yang ada dalam buku itu kurang jelas. Hal ini membuat saya kesulitan dalam penyampaian materi, begitu juga dengan siswa. Jika urutannya kurang jelas, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami isi buku tersebut. Alasan lain penggunaan buku kimia Singapura adalah sekolah kita mengacu pada Singapura Cambridge.”
51
Dari hasil wawancara di atas, CIE memfasilitasi guru dengan menerbitkan buku ajar. Akan tetapi, pada pelaksanaannya PA menggunakan buku berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kemudahan PA mengajar kimia dan siswa belajar kimia. PA berkeyakinan bahwa urutan bab ataupun materi yang ada dalam buku terbitan Cambridge kurang sistematis, sehingga siswa sulit mempelajari isi materi yang ada dalam buku tersebut. Oleh karena itu, PA menggunakan buku terbitan Singapura yang urutannya lebih sistematis.
3. Analisis Pembelajaran dan Materi yang Disampaikan PA Kurikulum pada dasarnya merupakan alat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Secanggih apapun desain atau model kurikulum yang hendak dikembangkan akan sangat bergantung kepada faktor manusianya. Dalam hal ini, guru merupakan pelaksana utama dalam kegiatan pengembangan kurikulum yang dilaksanakan melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, tampaknya tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa guru menjadi faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Berdasarkan data pada Tabel 4.1, kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh PA berbeda dengan kegiatan mengajar yang disarankan. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Dari hasil observasi, saya melihat adanya perbedaan kegiatan mengajar yang dilakukan mam dengan suggested teaching activities yang ada dalam scheme of work. Kalau boleh tahu apa alasannya?”
52
PA : “Itu kan hanya suggested aja, artinya boleh dilakukan atau tidak. Cambridge membebaskan guru untuk menyampaikan materi yang ada dalam silabus sesuai dengan caranya masing-masing. Yang penting semua materi yang ada dalam silabus dapat tersampaikan dan learning outcomes dapat tercapai.” P : “Termasuk urutan materi yang disampaikan oleh mam?” PA : “Ya, urutan materi juga saya yang atur dengan mempertimbangkan karakteristik materi laju reaksi dan konsep mana dulu yang harus diterima oleh siswa. Sehingga, siswa tidak bingung dan mudah untuk mempelajari materi laju reaksi.” P : “Lalu, bagaimana cara mam menentukan materi yang akan disampaikan?” PA : “Dalam menentukan materi tentu saja yang harus diperhatikan adalah learning outcomes yang ada dalam silabus. Kemudian materi yang terdapat dalam buku ajar. Selain itu juga saya menganalisis soal-soal yang ada dalam past paper.” Dari hasil wawancara di atas, didapat informasi bahwa kurikulum Cambridge memberikan
kebebasan
kepada
guru
untuk
menerjemahkan
silabus
dan
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran, tanpa menghilangkan esensi yang ada dalam silabus. Dengan kata lain, guru diberi wewenang sepenuhnya untuk menentukan urutan dan kedalaman materi yang disampaikan serta kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, hal ini menuntut kreativitas dan kemampuan guru dalam menerjemahkan silabus. Berdasarkan data hasil penelitian, KBM tidak langsung pada penyampaian materi, tetapi menayangkan terlebih dahulu video tentang fenomena-fenomena laju reaksi yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Dari hasil observasi, KBM diawali dengan menayangkan terlebih dahulu video tentang fenomena-fenomena laju reaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kalau boleh tahu apa alasannya?”
53
PA : “Seperti kita ketahui bahwa materi laju reaksi merupakan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, dengan menampilkan video tersebut diharapkan siswa lebih mudah memahami tentang materi laju reaksi. Selain itu juga, diharapkan siswa tertarik untuk mempelajari laju reaksi.” Dari hasil wawancara di atas, PA menyadari bahwa materi laju reaksi dekat dengan kehidupan siswa. PA berkeyakinan bahwa dengan mengaitkan materi ini dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar akan membantu siswa mempelajari materi laju reaksi. Selain itu, PA berusaha membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari laju reaksi. Selanjutnya, PA memberikan pretes tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Soal-soal yang diberikan berhubungan dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena-fenomena ini harus dijelaskan oleh siswa dalam pengertian laju reaksi. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Setelah menayangkan video, mam memberikan pretes kepada siswa. Apa yang diinginkan dari pemberian pretes tersebut?” PA : “Yang saya inginkan adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang laju reaksi, mengeksplor pengetahuan siswa. Karena seperti yang saya katakan tadi bahwa materi laju reaksi dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sebagai contoh, mengapa kita tidak boleh menyalakan api di sekitar pom bensin? Hal ini masuk akal karena konsentrasi bensin di udara banyak, sehingga akan lebih aman kalau kita tidak menyalakan api.” Dari hasil wawancara di atas, siswa dirangsang untuk mengungkapkan pengetahuannya tentang laju reaksi. PA berkeyakinan bahwa siswa telah mempunyai pengetahuan awal tentang laju reaksi, yang didapatnya dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa.
54
Dari data hasil observasi, setelah siswa diberi pretes, PA menayangkan animasi tentang konsep faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dalam pengertian tumbukan antar partikel. Animasi ini mengilustrasikan tumbukan antar partikel yang bereaksi. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Pada penyampaian konsep faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi, mam tidak langsung memberikan penjelasan tentang konsep tersebut, tapi menayangkan animasi dari konsep tersebut, Kalau boleh tahu apa alasannya?” PA : “Animasi ini saya gunakan untuk mempermudah siswa memahami faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Saya ingin siswa mengamati terlebih dahulu, kemudian dari pengamatannya tersebut siswa mengungkapkan apa yang dipikirkannya. Pada saat siswa mengamati animasi tersebut, saya cukup mengarahkan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, what you observe? why the higher concentration the faster the reaction? Setelah itu baru saya menjelaskan konsep tersebut. Menurut saya, cara seperti ini sangat enak untuk dilakukan.” Dengan penggunaan animasi, siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan dan mendeskripsikan apa yang diamatinya. Selain itu juga, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran, karena siswa hanya diberi sedikit arahan dari PA. Dengan mengenalkan konsep setelah menggali pengetahuan siswa tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi, PA berkeyakinan bahwa siswa akan mudah memahami konsep faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Berdasarkan data hasil penelitian, faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi dibahas dan dijelaskan kembali dalam pengertian teori tumbukan. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Dari hasil observasi, saya melihat teori tumbukan menjadi fokus pembelajaran mam dalam menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Apakah ada alasan tertentu tentang hal tersebut?”
55
PA : “Karena semua pertanyaan yang diberikan oleh Cambridge tentang materi tersebut harus dijawab berdasarkan teori tumbukan. Selain itu juga, teori ini merupakan inti dari materi tersebut. Sehingga anak harus benar-benar menguasai teori ini. Hal ini sesuai dengan learning outcomes yang tertera dalam silabus.” Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa teori tumbukan merupakan inti dari pembelajaran materi laju reaksi. Dengan memberikan perhatian lebih pada teori tumbukan, siswa akan mampu menjelaskan pengaruh konsentrasi, temperatur, tekanan, luas permukaan dan katalis terhadap laju reaksi. Dari data yang telah dideskripsikan pada Tabel 4.1, tampak adanya kegiatan praktikum yang diberikan kepada siswa. Kegiatan praktikum ini diberikan agar siswa bisa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, praktikum dapat mengembangkan ketrampilan proses siswa, mengembangkan sikap ilmiah, dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda bagi siswa. Namun, siswa hanya diberikan kesempatan untuk menyelidiki pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap laju reaksi. Selain itu juga, siswa tidak diberi kesempatan menggunakan
data logger untuk menghasilkan grafik. Berikut hasil wawancara dengan PA tentang hal tersebut: P : “Dalam mengolah data hasil percobaan, saya tidak melihat siswa mengolah data tersebut dengan menggunakan data logger untuk menghasilkan grafik seperti yang tercantum dalam skema kerja. kalau boleh tahu apa alasannya?” PA : “Saya pikir mengolah data dengan kertas grafik itu sudah cukup. Dengan menggunakan kertas grafik, saya pikir siswa sudah dapat mengolah data hasil percobaan untuk menghasilkan grafik.” Materi lainnya yang diberikan oleh PA pada KBM laju reaksi adalah metode mengukur laju reaksi. Dari hasil observasi, pola penyampaian materi ini sama dengan
56
pola penyampaian faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. PA mengeksplor pengetahuan siswa dengan memberikan rangsangan berupa gambar metode mengukur laju reaksi, sehingga siswa dapat mendeskripsikan berdasarkan gambar yang diamatinya. Setelah itu, PA memberikan penjelasan tentang konsep tersebut. Akan tetapi, PA tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktikum. Berikut hasil wawancara dengan PA mengenai hal tersebut: P : “Pada penyampaian metode mengukur laju reaksi, mam tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktikum. Apa yang mendasari pelaksanaan tersebut?” PA : “Hal ini berhubungan dengan paper ujian yang akan diambil pada ujian ‘O’ level. Sekolah kita mengarahkan siswa untuk mengambil paper 4. Dengan membimbing siswa untuk mendeskripsikan gambar yang saya buat, hal ini saya pikir cukup dalam penyampaian materi tersebut. Selain itu juga, alat praktikumnya rusak”. P : “Bagaimana dengan ketrampilan praktikum yang harus dimiliki siswa?” PA : “Dengan memberikan dua kali praktikum tentang pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap laju reaksi, saya pikir itu sudah cukup untuk memberikan ketrampilan praktikum siswa. Karena sama aja ketrampilan praktikumnya juga.” Dari hasil wawancara di atas, pemilihan paper yang akan diujikan memengaruhi orientasi PA dalam kegiatan belajar mengajar. Pada ujian ‘O’ level, siswa diharuskan mengambil tiga paper dari empat paper yang disediakan untuk mata pelajaran kimia. TIS mengarahkan siswa untuk mengambil paper 4 sebagai
paper pilihan. Paper 4 merupakan suatu Paper yang menguji kemampuan siswa dalam konteks
penerapan ilmu kimia dalam kegiatan praktikum kimia di
laboratorium, tapi disajikan dalam bentuk ujian tertulis (written test).
57
Dari data hasil penelitian, tampak bahwa PA tidak menyampaikan materi metode collect gasses over water and using measuring cylinder. Berikut hasil wawancara dengan PA mengenai hal tersebut: P : “Berdasarkan data hasil observasi, kalau boleh saya katakan bahwa mam tidak menyampaikan metode mengukur laju reaksi dengan cara collect gasses over water and using measuring cylinder. Apa yang mendasari hal tersebut?” PA : “Saya tidak memberikan metode itu karena soal yang berkaitan dengan metode laju reaksi tersebut jarang keluar dalam paper ujian ‘O’ level. Sehingga, saya hanya menjelaskan tiga metode laju reaksi yang lain.” Berdasarkan uraian di atas, CIE memberikan wewenang sepenuhnya kepada guru untuk mengimplementasikan kurikulum kimia Cambridge GCE ‘O’ level. Guru memiliki kebebasaan berkreasi untuk melakukan KBM. Hal ini menuntut kreativitas dan kemampuan guru untuk menentukan kedalaman materi yang akan diajarkan serta urutan penyampaian materi tersebut. Hal ini terlihat pada pembelajaran dan materi yang disampaikan oleh PA. Pembelajaran dan materi yang dilakukan oleh PA disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karakteristik materi laju reaksi serta learning outcomes yang harus dicapai oleh siswa. Selain itu, KBM yang dilaksanakan oleh PA berpusat pada siswa dengan menerapkan tiga tahap yaitu, tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep dan tahap aplikasi konsep. Namun, tahap-tahap ini tidak diterapkan secara utuh oleh PA yaitu pada penyampaian materi metode mengukur laju reaksi. Hal ini berkaitan dengan pemilihan paper 4 yang akan diambil dalam ujian ‘O’ level.
58
C. Temuan Penelitian dan Pembahasan 1. Silabus dan Skema Kerja Chemistry ‘O’ Level Pengembangan suatu kurikulum berawal dari suatu ide atau konsep yang dituangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Dalam konteks penelitian ini, kurikulum sebagai suatu rencana dituangkan dalam bentuk silabus kimia Cambridge GCE ‘O’ level dan dijabarkan lebih lanjut dalam skema kerja sebagai dokumen pendukung bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar. Dari hasil analisis, silabus kimia Cambridge GCE ‘O’ level didesain dengan memperhatikan aspek perkembangan dunia teknologi dan kimia sebagai bagian dari sains. Dewasa ini, perkembangan teknologi terus meningkat, terutama teknologi industri transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronika. Hal ini membuat masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat informasi dan global. Dalam kondisi masyarakat demikian, perubahan-perubahan terjadi dengan cepat, mobilitas manusia dan barang sangat tinggi, komunikasi cepat, lancar dan akurat. Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari masyarakat perlu dibekali dengan penguasaan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan masyrakat. Hal di atas sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2008:98) yang mengemukakan bahwa “...pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan
59
dalam masyarakat”. Dengan demikian, siswa mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang. Berdasarkan data hasil analisis, selain memperhatikan aspek perkembangan dunia teknologi, silabus kimia Cambridge ‘O’ level juga disusun dengan memperhatikan kimia sebagai bagian dari ilmu sains. Artinya, silabus ini menyediakan kesempatan pada siswa untuk mempelajari kimia sebagai produk pengetahuan para ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Pada dimensi kimia sebagai produk (konten), siswa mempelajari pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Sedangkan, pada dimensi kimia sebagai proses, siswa mempelajari tentang keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains atau produk sains. Cains dan Evan (Rustaman et
al. 2006:74) menyatakan bahwa “Sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi”. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tujuan yang ada dalam silabus juga mengarahkan siswa agar dapat mengembangkan kemampuan sains yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi-dimensi tersebut menjadi dimensi hasil belajar kimia, seperti yang terlihat dalam learning outcomes laju reaksi. Untuk mencapai learning outcomes laju reaksi yang sesuai dengan dimensi sains, siswa perlu mengalami dimensi sains tersebut. Dengan kata lain, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar laju reaksi sebagai produk,
60
proses, sikap dan teknologi. Hal ini menyebabkan silabus dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk dokumen yang lebih operasional, dengan tujuan memberikan arahan atau saran bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dokumen tersebut tertuang dalam bentuk skema kerja. Skema kerja laju reaksi disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan dimensi sains yang terkandung dalam kimia. Hal ini terlihat dalam cara pencapaian learning outcomes yang menitikberatkan pada kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum siswa tidak hanya mempelajari fakta-fakta, melainkan juga melalui kegiatan praktikum siswa dapat mengembangkan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
2. Teaching Material yang Digunakan pada Penyampaian Materi Pokok Laju Reaksi “Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi” (Rustaman et al. 2006:114). Komunikasi berarti adanya transfer informasi dari pemberi informasi ke penerima informasi. Oleh karena itu diperlukan teaching
material sebagai media atau alat penunjang yang bisa menunjang keberhasilan implementasi kurikulum. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya berbagai macam teaching
material yang digunakan dalam penyampaian materi laju reaksi, seperti: CD pembelajaran, buku ajar, practical sheet, worksheet, alat dan bahan praktikum. Penggunaan teaching material ini disesuaikan dengan karakteristik materi laju reaksi,
61
tipe soal ‘O’ level, kemudahan PA dalam menyampaikan materi laju reaksi serta kemudahan siswa dalam memahami materi laju reaksi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Sebagaimana diungkapkan oleh Arifin et al. (2000:161) bahwa “Media yang relevan akan menjadikan proses belajar-mengajar berlangsung efektif (mencapai tujuan) dan efisien (mudah, cepat, dan atau murah).” Kemudian, adanya penyediaan teaching material yang difasilitasi oleh CIE seperti CD pembelajaran memudahkan guru untuk memperoleh sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
3. Pembelajaran dan Materi yang Disampaikan oleh PA Data hasil analisis menunjukan bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh PA berbeda dengan uraian pembelajaran yang terdapat dalam skema kerja laju reaksi. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan kurikulum kimia Cambridge GCE ‘O’ level, guru memiliki wewenang penuh untuk menerjemahkan silabus kimia ‘O’ level yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dengan adanya pemberian kekuasaan penuh kepada guru, keberhasilan implementasi kurikulum dapat ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan temuan hasil penelitian David et al. (1994:364) yang mengemukakan bahwa: Pelimpahan wewenang terhadap guru-guru sains dapat meningkatkan keberhasilan implementasi kurikulum sains yang berorientasi STS, tetapi harus diimbangi dengan kursus-kursus latihan jabatan guru-guru sains yang dirancang dan dilaksanakan secara tepat. Dengan program latihan guru yang dirancang dengan tepat menyebabkan suatu perubahan pandangan, keyakinan/sikap guru-guru sains yang positif terhadap reformasi kurikulum yang berorientasi STS.
62
Keleluasaan pelaksanaan kurikulum ini terlihat pada urutan penyampaian materi laju reaksi yang dilaksanakan oleh PA. Urutan penyampaian materi ini tidak serta merta diurutkan oleh PA, akan tetapi diurutkan dengan memperhatikan materi prasyarat yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa, sehingga siswa mudah untuk memahami materi selanjutnya. Sedangkan kedalaman dan keluasan materi yang disampaikan oleh PA didapat dengan cara menganalisis learning outcomes yang terdapat dalam silabus, materi yang terdapat dalam buku ajar dan soal-soal laju reaksi yang terdapat dalam paper ujian ‘O’ level. PA memahami betul tentang karakteristik materi laju reaksi, sehingga dalam penyampaian materi laju reaksi, PA mengupayakan kondisi-kondisi pembelajaran yang dapat mempermudah siswa menangkap konsep-konsep yang diajarkan. Siswa tidak hanya menjadi pendengar yang pasif dan menghafal pelajaran yang diberikan PA, melainkan menjadi siswa yang aktif melakukan pekerjaan dan menjadi pemikir yang inovatif, dengan mengajak siswa untuk: mengamati fakta-fakta baik dalam kehidupan sehari-hari maupun melalui animasi, menafsirkan hasil pengamatan baik data hasil percobaan maupun data yang disajikan dalam buku, merencanakan dan melakukan percobaan, serta menggunakan konsep yang telah diberikan. Berdasarkan data hasil analisis, pembelajaran materi laju reaksi yang dilaksanakan oleh PA terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep dan tahap aplikasi konsep. Tahap-tahap ini sesuai dengan siklus belajar yang dikemukakan oleh Herron dalam Dahar (1989:164). Dengan menerapkan tahap-tahap
63
ini, siswa dituntut untuk berperan aktif dan guru berperan sebagai fasilitator maupun mediator yang membantu siswa untuk berpikir. Secara keseluruhan berdasarkan uraian di atas, responden sebagai pelaksana kurikulum dapat dikelompokkan ke dalam Teachers as Curriculum Developer. “Mereka
mampu
mendiagnosis
masalah-masalah
yang
dihadapi
dan
memformulasikan saran-saran untuk memecahkan masalah tersebut” (Tanner & Tanner, 1980:639).