BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC
IV.1
Evaluasi Atas Penghasilan Pada PT AIDC Pasal 4 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 secara rinci memberikan pengertian dan
unsur-unsur mengenai objek pajak. Berdasarkan ketentuan material pajak penghasilan, yang menjadi objek pajak itu adalah "penghasilan," yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Akan tetapi sesuai dengan pasal 4 ayat (3) UU No.17 Tahun 2000, tidak semua penghasilan dapat dijadikan sebagai objek pajak penghasilan. Mengenai penghasilan yang diterima oleh PT AIDC selama tahun 2005, adalah sebagai berikut: 1)
Penjualan Jasa Penjualan jasa yang terjadi selama tahun 2005 pada PT AIDC adalah berasal dari kegiatan utama PT AIDC, yakni sebagai konsultan desain interior kepada kliennya. Jumlah penjualan jasa yang didapat oleh PT AIDC selama tahun 2005 adalah senilai Rp 330.576.720. Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh PT AIDC terhadap pengakuan penghasilan dari penjualan jasanya adalah berdasarkan accrual basis. Yakni, PT AIDC mengakui penghasilan yang didapat dari penjualan jasanya adalah pada saat diperoleh (earned) dan bukan pada saat pendapatan
52
diterima secara tunai. Mengenai jumlah penghasilan yang didapat dari setiap transaksi sebagai konsultan desain interior ini, biasanya berdasarkan persetujuan atau negosiasi antara PT AIDC dengan kliennya. 2)
Penjualan furniture Selain melaksanakan kegiatan utamanya, yakni sebagai konsultan desain interior, PT AIDC terkadang juga memiliki penghasilan yang berasal dari penjualan furniture apabila ada klien yang memesannya. Walaupun penjualan furniture ini tidak rutin dilakukan oleh PT AIDC, tetapi karena penjualan furniture ini masih berkaitan dengan kegiatan utama dari PT AIDC, yakni sebagai konsultan desain interior, maka penjualan furniture ini dianggap sebagai penghasilan teratur. Mengenai kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh PT AIDC terhadap pengakuan penghasilan dari penjualan furniture ini juga berdasarkan accrual basis.
IV.2 Evaluasi Atas Biaya-Biaya Pada PT AIDC Dalam perhitungan akuntansi secara komersial semua biaya dapat dikurangkan dalam perhitungan laba bersihnya, sedangkan dalam perhitungan perpajakan secara fiskal tidak semua biaya dapat dikurangkan dalam perhitungan laba bersihnya. Oleh karena itu, selain penghasilan, biaya-biaya yang terjadi pada PT AIDC juga memerlukan evaluasi lebih lanjut, agar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Ketentuan yang mengatur mengenai biaya-biaya apa saja yang dapat dijadikan sebagai penghasilan bruto terdapat dalam UU No.17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1), dan biaya-biaya yang bukan merupakan pengurang penghasilan bruto terdapat dalam UU No.17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1). 53
Berikut ini adalah rincian biaya-biaya yang terjadi selama tahun 2005 pada PT AIDC: 1)
Gaji staf dan karyawan Biaya gaji staf dan karyawan ini dikeluarkan untuk kepentingan karyawan PT AIDC, karena staf dan karyawan telah melakukan pekerjaannya serta memberikan kontribusi yang baik selama ini terhadap PT AIDC. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Rincian biaya gaji staf dan karyawan PT AIDC selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
2)
* Gaji pokok karyawan
Rp
80.000.000,-
* Uang makan dan transportasi (tunai)
Rp
30.000.000,-
Biaya Stationery Biaya stationery adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk peralatan tulis yang berhubungan dengan kegiatan kantor. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Biaya stationery selama tahun 2005 ini senilai Rp 7.030.175,-.
3)
Biaya Office Supply Biaya office supply merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk membiayai perlengkapan kantor, yang berguna untuk menunjang kegiatan operasional kantor. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, biaya ini berjumlah Rp 6.482.500,-.
4)
Transportasi Biaya transportasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan dinas karyawan. Biaya ini 54
termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, biaya ini besarnya adalah Rp 4.790.432,-. 5)
Bengkel, bensin, parkir dan tol Biaya bengkel, bensin, parkir dan tol adalah biaya-biaya pemeliharaan atas mobil sedan yang digunakan oleh pimpinan PT AIDC, untuk kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Selama tahun 2005, biaya ini besarnya adalah Rp 5.913.543,-. Dan biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto.
6)
Biaya pengiriman Biaya pengiriman merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk melakukan pengiriman dan pengangkutan, untuk mengirimkan desain kepada klien yang berada di dalam maupun luar kota. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, biaya ini besarnya adalah Rp 3.026.150,-.
7)
Benda pos dan meterai Biaya atas benda pos dan meterai dalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk kegiatan yang berhubungan dengan pembelian benda pos yang diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, jumlahnya adalah sebesar Rp 2.000.000,-
8)
Telepon Biaya telepon merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC secara rutin setiap bulannya, guna menunjang kegiatan telekomunikasi dan kebutuhan akan informasi yang up to date guna menunjang operasional perusahaan. Biaya ini 55
termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Misalnya: telepon, faksimil dan internet. 9)
Listrik dan air Biaya listrik dan air dalah biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC secara rutin juga setiap bulannya. Tentunya merupakan biaya yang berkenaan dengan pemakaian listrik dan air dan digunakan untuk operasional perusahaan. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, besarnya biaya ini adalah senilai Rp 18.581.742,-.
10) Voucher Handphone Voucher handphone merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC guna menunjang kegiatan operasional perusahaan. Yakni untuk memperlancar komunikasi dengan klien. Selama tahun 2005, seluruh biaya ini berjumlah Rp 5.271.830,- dan biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto. 11) Pantries Biaya panteries adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC, yang digunakan untuk keperluan dapur dan tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Selama tahun 2005, biaya ini jumlahnya sebesar Rp 3.900.000,-. Dan oleh PT AIDC, seluruh biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto. 12) Pemeliharaan dan perbaikan Biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dikeluarkan perusahaan ini adalah untuk memelihara barang-barang yang dimiliki oleh PT AIDC untuk menunjang kegiatan operasionalnya, misalnya untuk perbaikan mesin fotocopy. 56
Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, biaya ini jumlahnya adalah Rp 3.000.000,-. 13) Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Biaya perjalanan dinas pimpinan adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perjalanan dinas yang dilakukan oleh pimpinan PT AIDC. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Selama tahun 2005, biaya ini mencapai Rp 5.360.966,-. 14) Catering Biaya catering merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk membiayai catering, yang diperlukan untuk menyediakan makan siang bagi staf dan karyawan yang berada di kantor PT AIDC. Selama tahun 2005, biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai catering berjumlah Rp 5.078.323. Dan oleh PT AIDC, seluruh biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto. 15) Surat kabar dan majalah Biaya surat kabar dan majalah merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk kebutuhan referensi yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan, serta untuk menunjang operasional perusahaan.
Rincian surat kabar dan majalah tersebut: * Majalah bulanan Floral Home
Rp 10.000,- x 12
= Rp 120.000,-
* Tabloid bulanan IDEA
Rp 15.000,- x 12
= Rp 180.000,-
* Tabloid mingguan Real Estate Gate Rp 5000,- x 4 x 12 = Rp 240.000,* Tabloid dwimingguan Bintang Home Rp 7.000,- x 2 x 12 = Rp 168.000,57
* Koran harian Warta Kota
Rp 1.000,- x 30 x 12 = Rp 360.000,Total
Rp 1.068.000,-
16) Sumbangan Biaya sumbangan ini diberikan oleh PT AIDC kepada pengurus RT setempat, untuk biaya membangun portal di lingkungan setempat. Besarnya sumbangan yang telah diberikan oleh PT AIDC adalah Rp 1.500.000,-. Dan oleh PT AIDC, seluruh biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto. 17) Iuran keamanan Iuran keamanan adalah biaya yang diberikan oleh PT AIDC kepada pengurus lingkungan RT setempat sebagai iuran keamanan untuk 1 tahun. Iuran keamanan untuk 1 tahun ini sebesar Rp 3.000.000,-. Biaya ini termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000. IV.2.1
Koreksi Fiskal Atas Biaya Bengkel, Bensin, Parkir dan Tol, Biaya Voucher Handphone, Biaya Pantries, Biaya Catering, serta Biaya Sumbangan
Biaya-biaya dalam laporam laba (rugi) PT AIDC pada tahun 2005, yang seharusnya dikoreksi adalah sebagai berikut: 1)
Koreksi Fiskal Atas Biaya Bengkel, Bensin, Parkir dan Tol Biaya bengkel, bensin, parkir dan tol adalah biaya-biaya pemeliharaan atas mobil sedan yang digunakan oleh pimpinan PT AIDC, untuk kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Selama tahun 2005, biaya ini besarnya adalah Rp 5.913.543,-. Dan seluruh biaya ini oleh PT AIDC dianggap sebagai pengurang penghasilan bruto.
58
Namun tidak seluruhnya dapat dibiayakan, karena menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-220/PJ./2002, tanggal 18 April 2002, pasal 1 Ayat (2), maka biaya ini harus dikoreksi secara fiskal positif sebesar 50%. Dalam penghitungan pajaknya, PT AIDC menganggap bahwa biaya ini deductable semuanya. Karena seluruh biaya ini telah dibiayakan seluruhnya, maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar 50%, yakni senilai Rp 2.956.772,Agar penyajian laporan laba (rugi) fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakn yang berlaku, maka seharusnya PT AIDC melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengevaluasi unsur-unsur biaya dalam laporan keuangannya, sehingga dapat diketahui bahwa hanya 50% saja atas biaya bengkel, bensin, parkir dan tol ini, yang dapat dibebankan sebagai beban perusahaan. 2)
Biaya Voucher Handphone Voucher handphone merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC guna menunjang kegiatan operasional perusahaan. Yakni untuk memperlancar komunikasi dengan klien. Selama tahun 2005, seluruh biaya ini berjumlah Rp 5.271.830,-. Dan oleh PT AIDC, seluruh biaya ini dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto. Namun tidak seluruhnya dapat dibiayakan, karena menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-220/PJ./2002, tanggal 18 April 2002, Pasal 3 Ayat (2), maka biaya ini harus dikoreksi secara fiskal positif sebesar 50%. Dalam penghitungan pajaknya, PT AIDC menganggap bahwa biaya ini deductable semuanya. Karena seluruh biaya ini telah dibiayakan, maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar 50%, yakni senilai Rp Rp 2.635.915,-.
59
Agar penyajian laporan laba (rugi) fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, maka seharusnya PT AIDC melakukan rekonsiliasi fiskal untuk mengevaluasi unsur-unsur biaya dalam laporan keuangannya, sehingga dapat diketahui bahwa hanya 50% saja atas biaya pengisian ulang voucher handphone ini, yang dapat dibebankan sebagai beban perusahaan. 3)
Biaya Pantries Biaya panteries adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC, yang digunakan untuk keperluan dapur dan tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Selama tahun 2005, biaya ini jumlahnya sebesar Rp 3.900.000,-. Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan Undang – Undang No. 17 Tahun 2000, Pasal 9 menyatakan bahwa, biaya ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha, sehingga biaya ini tidak diperkenankan mengurangi penghasilan bruto pada laporan laba rugi fiskal. Agar penyajian laporan laba rugi fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan, seharusnya PT AIDC melakukan koreksi fiskal positif atas seluruh biaya pantries ini sebesar Rp 3.900.000,- dan tidak membebankan biaya ini pada laporan laba rugi fiskal.
4)
Biaya Catering Biaya catering merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT AIDC untuk membiayai catering, yang diperlukan untuk menyediakan makan siang bagi staf dan karyawan yang berada di kantor PT AIDC. Selama tahun 2005, biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai catering berjumlah Rp 5.078.323,-.
60
Biaya ini termasuk dalam Pasal 9 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000 huruf (e), yakni pemberian dalam bentuk natura, sehingga biaya ini perlu dilakukan koreksi fiskal secara positif semuanya, yang berjumlah Rp 5.078.323,-. Selama ini PT AIDC memberikan makan siang kepada para staf dan karyawannya dalam bentuk natura. Sehingga, mengakibatkan biaya catering ini harus dikoreksi positif seluruhnya, yang berjumlah Rp 5.078.323,-. Seharusnya, biaya catering ini diberikan kepada para staf dan karyawan dalam bentuk uang tunai, sehingga seluruh biaya catering ini dapat dibiayakan seluruhnya sebagai pengurang penghasilan bruto.. 5)
Biaya Sumbangan Biaya sumbangan ini diberikan oleh PT AIDC kepada pengurus RT setempat, untuk biaya membangun portal di lingkungan setempat. Besarnya sumbangan yang telah diberikan oleh PT AIDC adalah Rp 1.500.000,-. Berdasarkan Undang – Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000, Pasal 9 ayat (1) huruf (g), biaya sumbangan tidak diperkenankan untuk mengurangi laba fiskal. Kecuali zakat atas penghasilan yang nyata – nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Karena biaya sumbangan pembangunan portal ini bukan merupakan sumbangan atas zakat penghasilan, sehingga mengakibatkan PT AIDC harus melakukan koreksi fiskal positif atas seluruh biaya sumbangan ini. Agar penyajian laporan laba rugi fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan, seharusnya PT AIDC melakukan koreksi fiskal positif atas seluruh 61
biaya sumbangan ini, sebesar Rp 1.500.000,- dan tidak membebankan biaya ini pada laporan laba rugi fiskal.
Setelah melakukan evaluasi terhadap penghasilan dan biaya-biaya selama tahun 2005 pada PT AIDC tersebut di atas, maka dapat diketahui biaya-biaya mana saja yang telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Tentu dengan adanya perbedaan dalam perlakuan terhadap biaya-biaya tersebut, maka Wajib Pajak dalam hal ini PT AIDC dapat mengetahui dan memahami bagaimana harus melakukan penyesuaian terhadap perhitungan pajaknya, yang pada tahun 2005 dikatakannya tidak cukup efisien. Penyebab timbulnya perbedaan antara laporan keuangan komersial yang telah disusun oleh PT AIDC dengan laporan keuangan fiskal yang seharusnya disusun juga oleh PT AIDC adalah terletak pada acuannya atau dasar penyusunannya. Di mana dalam laporan keuangan komersial, acuannya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan yang menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal adalah ketentuan undang-undang perpajakan. Di dalam SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan milik PT AIDC pada tahun 2005, PT AIDC tidak mencantumkan adanya koreksi fiskal secara positif pada biaya-biaya yang telah terjadi. Tetapi berdasarkan evaluasi penulis yang telah dirinci tersebut di atas, seharusnya PT AIDC melakukan koreksi fiskal positif pada biaya bengkel, bensin, parkir dan tol, biaya voucher handphone, biaya pantries, biaya catering dan biaya sumbangan.
62
IV.3
Evaluasi Atas Kompensasi Kerugian Pada PT AIDC PT AIDC pada tahun 2005 masih meiliki kompensasi atas kerugian tahun lalu,
sebesar Rp 49.839.272,-. Pada penghitungan PPh Badan PT AIDC tahun 2005, kompensasi atas kerugian tersebut belum digunakan sebagian atau seluruhnya. Menurut Pasal 6 ayat (2) UU No.17 Tahun 2000, PT AIDC pada tahun 2005 masih berhak atas penggunaan kompensasi kerugian tersebut. Karena masa kompensasi atas kerugian, maksimal adalah 5 tahun berturut-turut. PT AIDC tidak mengetahui, bahwa atas kerugian yang terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 49.839.272 tersebut, sebenarnya dapat dikompensasikan pada tahun 2005. Sebelum dilakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial PT AIDC, dan belum menggunakan kompensasi atas kerugian tersebut, maka jumlah penghasilan kena pajaknya adalah sebesar Rp 157.610.000,Sebaiknya, sebagian atas kompensasi kerugian pada tahun 2004 tersebut digunakan oleh PT AIDC dalam penghitungan jumlah laba bersih sebelum pajak tahun 2005, agar dapat mengecilkan jumlah penghasilan kena pajaknya, yakni penggunaan sebagian kompensasi senilai Rp 17.000.000,-. Sehingga, jumlah penghasilan kena pajaknya mengecil, menjadi Rp 156.681.950,-.
IV.4
Rekonsiliasi Fiskal Pada PT AIDC Laba komersial berbeda dengan laba fiskal. Perbedaan laba komersial yang
terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan laba fiskal yang terdapat pada laporan keuangan fiskal dikarenakan adanya perbedaan waktu (timing differences) dan juga perbedaan tetap (permanent diffrences).
63
Perbedaan waktu (timing differences) adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan undang-undang perpajakan. Perbedaan tetap (permanent differences) adalah perbedaan yang terjadi karena adanya ketentuan peraturan undang-undang perpajakan dalam menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan. Sesuai dengan evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis, terhadap penghasilan, biaya-biaya, serta atas kompensasi kerugian pada PT AIDC selama tahun 2005 tersebut di atas, berikut ini adalah rekonsiliasi fiskal atas Laporan Laba (Rugi) komersial milik PT AIDC untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005:
64
PT AIDC REKONSILIASI LAPORAN LABA (RUGI) KOMERSIAL & FISKAL Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2005 (Dalam Rupiah)
Uraian
Menurut
Koreksi Fiskal
Penjelasan Koreksi
Menurut Fiskal
Komersial
PENGHASILAN : Penjualan Jasa
330.576.720,-
330.576.720,-
Penjualan Furniture
217.634.120,-
217.634.120,-
Total Penjualan
548.210.840,-
548.210.840,-
84.175.200,-
84.175.200,-
67.000.000,-
67.000.000,-
42.036.425,-
42.036.425,-
Total HPP
193.211.625,-
193.211.625,-
LABA KOTOR
354.999.215,-
354.999.215,-
HPP : Biaya Bahan Baku Furniture Biaya
Upah
Langsung Biaya Penyusutan
65
BIAYA OPERASIONAL : Gaji Karyawan
110.000.000,-
110.000.000,-
Biaya Stationery
7.030.175,-
7.030.175,-
Biaya Office Supply
6.482.500,-
6.482.500,-
Transportasi
4.790.432,-
4.790.432,-
Bengkel,
bensin,
5.913.543,-
2.956.772,-
2.956.771,-
KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April 2002
parkir & tol
Pasal 3 ayat (2) Biaya pengiriman &
3.026.150,-
3.026.150,-
2.000.000,-
2.000.000,-
Telepon
11.384.614,-
11.384.614,-
Listrik & air
18.581.742,-
18.581.742,-
pengangkutan Benda pos & meterai
Vocher Handphone
5.271.830,-
2.635.915,-
2.635.915,-
KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April 2002 Pasal 1 ayat (2)
Pantries Pemeliharaan
3.900.000,-
3.900.000,-
Koreksi positif
-
&
3.000.000,-
3.000.000,-
dinas
5.360.966,-
5.360.966,-
perbaikan Perjalanan pimpinan Catering
5.078.323,-
5.078.323,-
Koreksi positif
-
66
Surat
kabar
&
1.068.000,-
1.068.000,-
majalah Sumbangan
1.500.000,-
Iuran keamanan
3.000.000,-
3.000.000,-
Biaya
197.388.275,-
181.317.265,-
SEBELUM
157.610.940,-
173.681.950,-
Total
1.500.000,-
Koreksi positif
-
Operasional LABA PAJAK Kompensasi Kerugian
( 17.000.000,-)
Tahun 2004 PENGHASILAN
157.610.000,-
156.681.000,-
29.783.000,-
29.504.300,-
127.827.000,-
127.176.700,-
KENA PAJAK
PPh Tahun 2005
LABA BERSIH
Tabel 4.1
67
Keterangan mengenai penghitungan PPh tahun 2005, berdasarkan perhitungan komersial dan perhitungan fiskal: 1)
Penghitungan PPh Badan terutang tahun 2005 (menurut perhitungan komersial) yang telah disusun oleh PT AIDC adalah sebagai berikut : Penghasilan Kena Pajak menurut komersial Rp 157.610.000,10 % x Rp 50.000.000,-
= Rp 5.000.000,-
15 % x Rp 50.000.000,-
= Rp 7.500.000,-
30 % x Rp 57.610.000,-
= Rp 17.283.000,-
PPh Terutang Tahun 2005
2)
Rp 29.783.000,-
Penghitungan PPh Badan terutang tahun 2005 (menurut perhitungan fiskal) yang telah disusun oleh penulis adalah sebagai berikut : Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal Rp 156.681.000,10 % x Rp 50.000.000,-
= Rp
5.000.000,-
15 % x Rp 50.000.000,-
= Rp
7.500.000,-
30 % x Rp 56.681.000,-
= Rp 17.004.300,-
PPh Terutang Tahun 2005
IV.5
Rp 29.504.300 ,-
Reperformance PPh Pasal 29 untuk tahun 2005 Dan PPh Pasal 25 pada PT AIDC Tahun 2006 Selanjutnya, sesuai dengan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan pada tahun
2005 milik PT AIDC, dengan NPWP 02.573.347.7.013.000 yang berkedudukan di Jalan Punak No.11 Pondok Labu, Cilandak Jakarta 12450, dengan PPh Pasal 29 Tahun 2005 yang berjumlah Rp 422.000,- dan PPh Pasal 25 Tahun 2006 sebesar Rp 35.000,68
Rinciannya adalah sebagai berikut : 1.
Penghasilan yang menjadi dasar
Rp
157.610.000,-
penghitungan angsuran 2.
Kompensasi kerugian
-
3.
Penghasilan Kena Pajak (1-2)
Rp
157.610.000,-
4.
Jumlah PPh yang terutang Tahun 2005
Rp
29.783.000,-
(Tarif Pasal 17 x no.3) 5.
Kredit pajak dalam negeri
Rp
29.361.000,-
6.
PPh yang harus dibayar sendiri (4-5)
Rp
422.000,-
7.
PPh yang kurang dibayar (PPh Pasal 29)
Rp
422.000,-
8.
PPh Pasal 25 tahun berjalan (1/12 x no.7)
Rp
35.000,-
Atas perhitungan yang telah disusun oleh PT AIDC tersebut di atas, PT AIDC masih menganggap bahwa penyajian penghitungan PPh Pasal 29 tahun 2005 dan PPh Pasal 25 tahun 2006 masih dianggap kurang begitu efektif dan efisien. Oleh karena itu, penulis akan membandingkannya dengan penyajian penghitungan sesuai dengan evaluasi yang telah dibuat oleh penulis, yang telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.
69
Berdasarkan rekonsiliasi yang telah dibuat dan evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka reperformance atas PPh Pasal 29 tahun 2005 dan PPh Pasal 25 tahun 2006 pada PT AIDC, rinciannya adalah sebagai berikut : 1.
Penghasilan yang menjadi dasar
Rp
173.681.950,-
penghitungan angsuran 2.
Kompensasi kerugian
(Rp
17.000.000,-)
3.
Penghasilan Kena Pajak (1-2)
Rp
156.681.000,-
4.
Jumlah PPh yang terutang Tahun 2005
Rp
29.504.300,-
(Tarif Pasal 17 x no.3) 5.
Kredit pajak dalam negeri
Rp
29.361.000,-
6.
PPh yang harus dibayar sendiri (4-5)
Rp
143.300,-
7.
PPh yang kurang dibayar (PPh Pasal 29)
Rp
143.300,-
8.
PPh Pasal 25 tahun berjalan (1/12 x no.7)
Rp
12.000,-
Sehingga, setelah penulis melakukan reperformance atas PPh Pasal 29 tahun 2005 dan PPh Pasal 25 tahun 2006 pada PT AIDC tersebut di atas, maka besarnya PPh Pasal 29 tahun 2005 berkurang menjadi Rp 143.300,- dan PPh Pasal 25 tahun 2006 menjadi Rp 12.000,-. Berdasarkan hasil perbandingan perhitungan tersebut di atas, maka apabila PT tidak hanya menyusun laporan keuangan komersialnya saja, tetapi juga menyajikan laporan keuangan fiskal seperti yang telah disajikan oleh penulis tersebut di atas, yakni dengan menggunakan sebagian atas kompensasi kerugian yang terjadi pada tahun sebelumnya, yakni senialai Rp 17.000.000,- tentunya pajak penghasilan Wajib Pajak Badan milik PT AIDC akan menjadi efisien dan efektif, sesuai dengan ketentuan 70
undang-undang perpajakan yang berlaku. Efisien dalam hal pembayaran beban pajak penghasilan badannya pada tahun 2005, dan juga efektif dalam hal pelaporan SPT Tahunan PT AIDC pada tahun 2005, karena untuk tahun selanjutnya PT AIDC tidak perlu melakukan pembetulan atas SPT yang telah dilaporkannya tersebut. Setelah melakukan pembetulan atas SPT Tahunan PPh tahun 2005 berdasarkan rekonsiliasi fiskal yang telah dibuat dan melaporkannya, maka PPh kurang bayar (PPh Pasal 29) PT AIDC pada tahun 2005 berkurang dari Rp 422.000,-
menjadi
Rp 143.300,- dan PPh Pasal 25 PT AIDC pada tahun 2006 berkurang dari Rp 35.000,menjadi Rp 12.000,-. Pada reperformance yang telah dilakukan oleh penulis, kompensasi kerugian yang digunakan hanya sebagian, yakni senilai Rp 17.000.000,- karena PT AIDC menginginkan jumlah pembayaran pajaknya menjadi lebih efisien, dengan tetap melakukan pembayaran pajaknya seminimal mungkin. Oleh karena itu, walaupun terjadi lebih bayar senilai Rp 278.700,- tetapi kondisi lebih bayar tersebut bagi PT AIDC merupakan efisien.
Karena jika dibandingkan
dengan penghitungan PPh Pasal 29 tahun 2005 sebelum dilakukan rekonsiliasi fiskal, jumlah PPh Pasal 29 setelah rekonsilasi fiskal berkurang dari Rp 422.000,-
menjadi
Rp 143.300,-. Walaupun nilai efisiensinya kecil, hanya senilai Rp 278.700,- namun bagi PT AIDC yang merupakan perusahaan dengan omzet yang tidak terlalu besar, jumlah tersebut cukup berarti. Tetapi, atas kelebihan pembayaran pajak senilai Rp 278.700,- tersebut, tidak akan dimintakan restitusi, tetapi dapat dikompensasikan pada tahun-tahun selanjutnya.
71