EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PT. SEMBILAN JAYA AGUNG Ikato Satria Dangerfield, Maya Safira Dewi Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530, (021)53696969,
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perhitungan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 4 ayat 2 dalam tahun pajak 2011, 2012, dan 2013 dan mengetahui kesesuaian dalam melaporkan dan menyetorkan pajaknya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan data primer dari perusahaan. Objek penelitian ini sendiri adalah PT. Sembilan Jaya Agung. Analisa yang dilakukan mencakup tentang evaluasi terhadap kewajiban perusahaan atas perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 4 ayat 2 pada tahun 2011, 2012 dan 2013 serta pelaporan dan penyetoran pajak badannya. Hasil yang dicapai dari evaluasi dan analisis tersebut adalah, perusahaan telah menghitung dan membayarkan pajak penghasilan pasal 22, pasal 23 dan pasal 4 ayat 2 sesuai dengan Peraturan Pemerintah di Undang-Undang Perpajakan Pajak Penghasilan, sedangkan untuk pelaporan dan penyetoran pajak badannya perusahaan masih mengalami kekurangan bayar dan keterlambatan dalam pelaporan sehingga perusahaan dikenakan saksi denda pajak. Simpulan dari hasil penulisan skripsi penulis menemukan bahwa perhitungan PPh Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 4 ayat 2 sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 tentang pajak penghasilan tetapi dalam penyetoran dan pelaporan pajak badannya perusahaan masih belum melakukan kewajibannya dengan baik, sehingga dikenakan sanksi denda pajak atas keterlambatan pelaporan dan kekurangan bayar. Kata Kunci : Evaluasi, Kewajiban Perpajakan, Jasa Konstruksi.
PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berbagai peraturan maupun undang-undang mengenai dasar pengenaan pajak pada segala bidang usaha dan jasa telah diatur sedemikian rupa oleh Pemerintah tak terkecuali mengenai Jasa Konstruksi. Hal tersebut disebabkan karena Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peran penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Peraturan perpajakan mengenai usaha Jasa Konstruksi juga diatur khusus. Dalam hal ini pengenaan pajak atas usaha Jasa Konstruksi berbeda dengan Wajib Pajak badan pada umumnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, yang dimaksud dengan Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi disebutkan dalam dua pasal yang berbeda di Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pertama, Jasa Konstruksi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d. Kedua, Jasa Konstruksi disebutkan dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c. Selain itu pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi juga diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.153/PMK.03/2009, yang menetapkan bahwa atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dari usaha di bidang Jasa Konstruksi, dikenakan pajak penghasilan dimana penghasilan yang diterima dapat dikenakan pemotongan pajak yang bersifat final. Bersifat final artinya bahwa penghasilan tersebut tidak perlu digabung dengan penghasilan lainnya dalam perhitungan pajak penghasilan terutang. Dalam hal perusahaan Jasa Konstruksi yang hanya memperoleh penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi yang dikenakan pajak bersifat final, maka dalam hal menghitung pajak penghasilan terutang dihitung dari tarif tertentu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.153/PMK.03/2009, dikalikan dengan jumlah imbalan bruto. Perlakuan tersendiri tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan kesederhanaan dalam menghitung pengenaan pajak penghasilan sehingga tidak menambah beban administrasi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta untuk lebih memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha Jasa Konstruksi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. PT. Sembilan Jaya Agung adalah perusahaan Jasa Konstruksi yang dibangun sejak Tahun 2007. Sebagai perusahaan yang berbentuk perseroan, PT. Sembilan Jaya Agung wajib melaporkan dan menyetorkan pajak penghasilan badan. Dengan pengenaan tarif yang telah diatur oleh Pemerintah di Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) huruf d dapat diketahui apakah nantinya pengenaan tarif tersebut untuk perusahaan Jasa Konstruksi ini lebih memberatkan dalam penyetoran kewajiban perpajakan pajak penghasilan badannya atau malah sebaliknya, pajak penghasilan yang terutang menjadi lebih ringan. Apabila PT. Sembilan Jaya Agung belum melakukan kewajibannya secara benar, maka PT. Sembilan Jaya Agung akan dikenai sanksi atas kekurangan bayar dan keterlambatan lapor. Menurut Pasal 9 ayat (2a) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul: ”EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PT. SEMBILAN JAYA AGUNG”. Penelitian ini membahas mengenai evaluasi terhadap kewajiban perusahaan atas pelaporan dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 4 ayat (2). Data yang menjadi acuan adalah data primer yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, SPT Masa dan Tahunan badan, dan dokumen lain yang mendukung proses penelitian pada 2011, 2012 dan 2013. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui perhitungan pajak penghasilan pasal 22, pasal 23 dan pasal 4 ayat 2 yang dilakukan pada PT. Sembilan Jaya Agung telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi. 2. Untuk mengetahui kesesuaian kepatuhan dalam pelaporan dan penyetoran pajak penghasilan pada PT. Sembilan Jaya Agung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam penelitian ini penulis akan mengevaluasi pemenuhan kewajiban perpajakan penghasilan badan di PT. Sembilan Jaya Agung. Karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif. 2. Penelitian ini adalah penelitian pada tahun 2011, 2012 dan 2013. 3. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. 4. Lingkungan penelitian ini adalah lingkungan riil. 5. Unit analisisnya adalah sebuah perusahaan bernama PT. Sembilan Jaya Agung.
METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Wawancara Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada responden. Wawancara ini bersifat tidak terstuktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahaan yang akan ditanyakan kepada pihak manajemen PT. Sembilan Jaya Agung. Metode ini digunakan dalam rangka
mendapatkan data primer berupa data mengenai aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2011, 2012, dan 2013 serta gambaran umum tentang perusahaan Jasa Konstruksi. 2. Dokumentasi Suatu pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan cara men-copy dan mencatat dokumen-dokumen yang ada di PT. Sembilan Jaya Agung yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dokumen-dokumen tersebut adalah laporan laba rugi PT. Sembilan Jaya Agung 2011, 2012, dan 2013, SPT Tahunan 2011, 2012, dan 2013 PPh Badan, Surat Setoran Pajak serta bukti pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi. 3. Studi Pustaka Studi pustaka sebagai bagian dari langkah studi eksploratif yang digunakan pada suatu metode pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan melalui dokumen-dokumen, bukubuku, majalah atau sumber data tertulis lainnya baik yang berupa teori laporan penelitian yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan PPh badan perusahaan Jasa Konstruksi. Pada penelitian ini sumber data yang dipakai yaitu data primer berupa data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang berupa data mengenai aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2011, 2012, dan 2013 serta gambaran umum terkait tentang perusahaan Jasa Konstruksi dan berupa data internal yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti yaitu berupa laporan laba rugi PT. Sembilan Jaya Agung periode tahun 2011, 2012, dan 2013, SPT Tahunan 2011, 2012, dan 2013 PPh Badan, Surat Setoran Pajak serta bukti pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penulisan yang bersifat kualitatif, dengan membandingkan antara teori dan praktek dalam tata cara penyetoran dan pelaporan kewajiban perpajakan perusahaan Jasa Konstruksi PT. Sembilan Jaya Agung. Pada analisis ini dilakukan pembandingan antara praktek yang sudah dilakukan PT. Sembilan Jaya Agung dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi, apakah sudah sesuai atau masih diperlukan pembetulan. Setelah mengolah dan menganalisis data-data yang diperoleh dari PT. Sembilan Jaya Agung, peneliti akan menyajikan data-data tersebut dengan menggunakan bentuk tabel karena data-data yang disajikan akan lebih ringkas sehingga akan lebih mudah dianalisis dan lebih mudah dimengerti. Selain itu, peneliti juga menyajikan data dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini.
HASIL DAN BAHASAN Evaluasi Pemenuhan Kewajiban Perpajakan PT. Sembilan Jaya Agung PT. Sembilan Jaya Agung merupakan Wajib Pajak badan sesuai yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagai subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan. PT. Sembilan Jaya Agung adalah perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Konstruksi. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, Jasa Konstruksi disebutkan dalam dua pasal yang berbeda. Pertama, Jasa Konstruksi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d dan yang berikutnya disebutkan dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2. Kedua pasal tersebut berbicara mengenai pemotongan pajak atas penghasilan tertentu, salah satunya adalah penghasilan dari Jasa Konstruksi. Perbedaannya adalah, pada Pasal 4 ayat (2) yang aturan pelaksanaannya ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 bersifat final, sementara pada Pajak Penghasilan Pasal 23 tidak bersifat final. Subjek pajak yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 adalah subjek yang bidang usahanya secara formal adalah Jasa Konstruksi, yaitu pengusaha yang sudah memperoleh sertifikasi dan juga kualifikasi di bidang Jasa Konstruksi. Dalam ketentuan umum Jasa Konstruksi seperti dinyatakan dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi , salah satu wujud dari pengakuan keahlian dan profesionalitas Jasa Konstruksi tersebut adalah dengan adanya Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). SBU adalah sertifikat tanda bukti pengakuan formal atas tingkat atau kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha dengan ketetapan klasifikasi dan kualifikasi usaha. Dari SBU tersebut akan tercantum klasifikasi atau jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh pengusaha Jasa Konstruksi diantaranya perencanaan, pelaksanaan, dan atau pengawasan, serta kualifikasinya sekaligus kecil, menengah, atau besar. SBU hanya berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan dengan ketentuan wajib melakukan registrasi ulang pada tahun ke-2 dan tahun
ke-3. Jika tidak melakukan registrasi ulang, maka SBU yang bersangkutan dianggap tidak berlaku untuk tahun yang bersangkutan dan tahun berikutnya. Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009, yang dapat dikenakan tariff PPh Final lebih besar, yaitu: 1. 4% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan konstruksi. 2. 2% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi. 3. 4% dari jumlah bruto, yang diterima Wajib Pajak penyedia jasa pengawasan konstruksi. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 22 Tahun 2011 Berikut adalah evaluasi perhitungan PPh Pasal 22 pada PT. Sembilan Jaya Agung: NILAI BRUTO
TANGGAL
NO. BUKTI POTONG
PT. Gunung Raja Paksi
12/29/2011
21966/GRP/PPH/XII/2011
PT.Gunung Garuda
12/29/2011
08407/GRD/PPH/XII/2011
Pembelian Baja
82,300,250
0.3%
246,901
PT.Gunung Garuda
12/9/2011
07938/GRD/PPH/XII/2011
Pembelian Baja
88,302,150
0.3%
264,906
PT. Gunung Raja Paksi
12/9/2011
20644/GRP/PPH/XII/2011
Pembelian Baja
8,028,000
0.3%
24,084
Pembelian Baja
6,256,800
TARIF
PPH YANG DIPOTONG
NAMA PEMOTONG
0.3%
18,770
PT.Gunung Garuda
11/10/2011
07183/GRD/PPH/XI/2011
Pembelian Baja
35,221,200
0.3%
105,664
PT.Gunung Garuda
7/15/2011
04508/GRD/PPH/VII/2011
Pembelian Baja
25,660,801
0.3%
76,982
PT.Gunung Garuda
6/24/2011
04061/GRD/PPH/VI/2011
Pembelian Baja
64,152,000
0.3%
192,456
PT.Gunung Garuda
3/25/2011
02045/GRD/PPH/III/2011
Pembelian Baja
32,419,800
0.3%
97,259 1,027,023
JUMLAH PAJAK
Pada perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 bahwa PT. Sembilan Jaya Agung adalah sebagai pembeli dan telah melakukan pembayaran pajak dengan baik dan benar, Sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak pada tahun 2011 sebesar Rp 1.027.023. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun 2011 Berikut adalah evaluasi perhitungan PPh Pasal 23 pada PT. Sembilan Jaya Agung: NAMA PEMOTONG PT. Summarecon Hotelindo PT. Summarecon Hotelindo
TANGGAL 11/14/2011
209/SH/XI/2011(2)
5/2/2011
064/SH/V/2011(2)
PT. Lestari Mahadibya
1/24/2011
014/LM-SS/I/2011
PT. Lestari Mahadibya
1/24/2011
070/LM/I/2011
PT. Lestari Mahadibya
2/14/2011
055/LM/II/2011
PT. Lestari Mahadibya
6/16/2011
005/LM/VI/2011
PT. Lestari Mahadibya
6/9/2011
015/LM/VI/2011
PT. Lestari Mahadibya
6/16/2011
021/LM/VI/2011
PT. Gading Orchard
5/2/2011
0371/GO/V/2011(2)
PT. Lestari Mahadibya PT. Summarecon Hotelindo PT. Summarecon Hotelindo
7/14/2011
004/LM-SS/VII/2011
8/18/2011
165/SH/VII/2011(2)
10/3/2011
188/SH/X/2011(2)
PT. Lestari Mahadibya
8/4/2011
005/LM/VII/2011
NILAI BRUTO
NO. BUKTI POTONG Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan
TARIF
PPh YANG DIPOTONG
89,250,000
2%
1,785,000
4,500,000
2%
90,000
500,000
2%
10,000
800,000
2%
16,000
4,300,000
2%
86,000
8,550,000
2%
171,000
1,135,000
2%
22,700
1,400,000
2%
28,000
13,668,000
2%
273,360
10,680,000
2%
213,600
97,750,000
2%
1,955,000
89,250,000
2%
1,785,000
14,750,000
2%
295,000
PT. Lestari Mahadibya
9/19/2011
005/LM-SS/IX/2011
PT. Lestari Mahadibya
10/20/2011
013/LM-II/X/2011
PT. Lestari Mahadibya
11/7/2011
030/LM/XI/2011
PT. Lestari Mahadibya
12/19/2011
034/LM-II/XII/2011
PT. Lestari Mahadibya
8/9/2011
007/SMS/VII/2012
PT. Lestari Mahadibya
11/14/2011
002/LM-II/XI/2011
PT. Lestari Mahadibya PT. Summarecon Hotelindo
2/21/2011
011/LM/III/2011
7/11/2011
110/SH/VII/2011(2)
Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan Jasa Perawatan/ Perbaikan
21,285,404
2%
425,708
17,752,600
2%
355,052
16,700,000
2%
334,000
2,500,000
2%
50,000
4,000,000
2%
80,000
275,500,000
2%
5,510,000
280,250,000
2%
5,605,000
127,500,000
2%
2,550,000 21,640,420
JUMLAH PPh
PT. Sembilan Jaya Agung telah melakukan perhitungan dan membayarkan kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 23 dengan baik dan benar, karena dalam perhitungannya telah sesuai dengan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 atas jasa penghasilan atau imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa management, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang berasal dari modal penyerahan jasa. Sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak penghasilan pasal 23 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2011 sebesar Rp 21.640.420. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2011 Berikut adalah evaluasi untuk perhitungan PPh Final atas pelaksanaan Jasa Konstuksi PT. Sembilan Jaya Agung : Nama Pemotong
Nilai Bruto
Tarif PPh
PPh yang Dipotong
Nomor
Tanggal
PT. Multi Sarana Propertindo
3,315,500
4%
132,620
000005/MSP/FINAL_K/XII/11
12/23/2011
PT. Multi Sarana Propertindo
3,085,524
4%
123,421
000006/MSP/FINAL_K/XII/11
12/23/2011
PT. Multi Sarana Propertindo
41,046,115
4%
1,641,845
000003/MSP/FINAL_K/XI/11
11/4/2011
PT. Multi Sarana Propertindo
5,657,051
4%
226,282
000002/MSP/FINAL_K/XI/11
11/4/2011
53,104,190
2,124,168
Pada perhitungan Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 pada tahun 2011 berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 didapatkan pajak terutang pada tahun 2011 sebesar Rp 2.124.168. Penyetoran dan Pelaporan SPT Badan Tahun 2011 Berdasarkan hasil evaluasi pada SPT Tahun 2011 PT. Sembilan Jaya Agung. Penulis menemukan adanya pajak penghasilan kurang bayar. Dimana PPh kurang bayar tersebut telah disetorkan dan dilaporkan pada tanggal 28 April 2012 sebesar Rp 297.494 sebelum tanggal jatuh tempo yaitu 30 April 2012. Sehingga atas kondisi tersebut Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Apabila Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan atas pembetulannya tersebut menambah jumlah pajak yang terutang maka WP tersebut wajib dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Besarnya bunga adalah 2% perbulan atas pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT Tahunan berakhir.
Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 22 Tahun 2012 Berikut adalah evaluasi perhitungan PPh Pasal 22 pada PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2012: NAMA PEMOTONG
TANGGAL
NO. BUKTI POTONG
NILAI BRUTO
TARIF
PPH YANG DIPOTONG
PT. Gunung Garuda
7/10/2012
05565/GRD/PPH/VII/2012
Pembelian Baja
23,520,000
0.3%
70,560
PT. Gunung Garuda
6/29/2012
05319/GRD/PPH/VI/2012
Pembelian Baja
252,726,250
0.3%
758,179
PT. Gunung Garuda
6/14/2012
04853/GRD/PPH/VI/2012
Pembelian Baja
3,657,298
0.3%
10,972
PT. Gunung Garuda
6/14/2012
04847/GRD/PPH/VI/2012
Pembelian Baja
60,824,600
0.3%
182,474
PT. Gunung Garuda
6/4/2012
04534/GRD/PPH/VI/2012
Pembelian Baja
128,829,450
0.3%
386,488
PT. Gunung Garuda
6/8/2012
04705/GRD/PPH/VI/2012
Pembelian Baja
52,850,000
0.3%
158,550
PT. Gunung Garuda
5/22/2012
04164/GRD/PPH/V/2012
Pembelian Baja
46,728,000
0.3%
140,184
PT. Gunung Garuda
5/21/2012
04129/GRD/PPH/V/2012
Pembelian Baja
83,809,500
0.3%
251,429
PT. Gunung Garuda
4/24/2012
03394/GRD/PPH/IV/2012
Pembelian Baja
53,008,801
0.3%
159,026
PT. Gunung Garuda
4/3/2012
02728/GRD/PPH/IV/2012
Pembelian Baja
78,609,024
0.3%
235,827
PT. Gunung Garuda
3/16/2012
02108/GRD/PPH/III/2012
Pembelian Baja
98,471,600
0.3%
295,415
PT. Gunung Garuda
3/9/2012
01863/GRD/PPH/III/2012
Pembelian Baja
52,275,000
0.3%
156,825
PT. Gunung Garuda PT. Gunung Raja Paksi
3/5/2012
01656/GRD/PPH/III/2012
Pembelian Baja
29,164,801
0.3%
87,494
3/5/2012
04269/GRP/PPH/III/2012
Pembelian Baja
12,528,000
0.3%
37,584
PT. Gunung Garuda
2/10/2012
02670/GRP/PPH/II/2012
Pembelian Baja
7,348,200
0.3%
22,045
PT. Gunung Garuda
2/10/2012
01004/GPD/PPH/II/2012
Pembelian Baja
58,350,199
0.3%
175,051
PT. Gunung Garuda
1/31/2012
00711/GRD/PPH/I/2012
Pembelian Baja
126,336,000
0.3%
379,008
PT. Gunung Garuda
1/24/2012
00549/GRD/PPH/I/2012
Pembelian Baja
14,762,800
0.3%
44,288
PT. Gunung Garuda
1/17/2012
00401/GRD/PPH/I/2012
Pembelian Baja
12,625,200
0.3%
37,876
PT. Gunung Garuda
1/10/2012
00609/GRP/PPH/I/2012
Pembelian Baja
3,268,801
0.3%
9,806
PT. Gunung Garuda
1/10/2012
00231/GRD/PPH/I/2012
Pembelian Baja
68,458,900
0.3%
205,377
PT. Gunung Garuda
7/31/2012
06147/GRD/PPH/VII/2012
Pembelian Baja
15,680,000
0.3%
47,040
PT. Gunung Garuda
8/30/2012
06539/GRD/PPH/VIII/2012
Pembelian Baja
13,440,000
0.3%
40,320
PT. Gunung Garuda
12/27/2012
09896/GRD/PPH/XII/2012
Pembelian Baja
37,689,600
0.3%
113,069
PT. Gunung Garuda
12/26/2012
09842/GRD/PPH/XII/2012
Pembelian Baja
43,708,800
0.3%
131,126
JUMLAH PAJAK
4,136,012
Pada perhitungan kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 22 bahwa PT. Sembilan Jaya Agung sebagai pembeli telah melakukan pembayaran pajak dengan baik dan benar, Sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak pada tahun 2012 sebesar Rp 4,136,012.
Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun 2012 Berikut adalah evaluasi perhitungan PPh Pasal 23 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2012 : NAMA PEMOTONG PT. Summarecon Hotelindo PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya
TANGGAL
NO. BUKTI POTONG
5/14/2012
083/SH/2012(2)
1/26/2012
034/SMS-II/I/2012
1/5/2012
007/SMS-II/I/2012
1/26/2012
046/SMS-II/I/2012
1/26/2012
047/SMS-II/I/2012
2/2/2012
009/SMS-II/II/2012
2/9/2012
018/SMS-II/I/2012
3/15/2012
006/SMS-II/III/2012
3/22/2012
038/SMS-II/III/2012
4/23/2012
032/SMS-II/IV/2012
6/14/2012
019/SMS-II/VI/2012
7/26/2012
028/SMS-II/VII/2012
8/16/2012
007/SMS-II/VIII/2012
9/20/2012
017/SMS-II/IX/2012
10/4/2012
024/SMS-II/X/2012
11/29/2012
027/SMS-II/XI/2012
6/11/2012
004/SMS/VI/2012
8/9/2012
007/SMS/VII/2012
10/4/2012
033/SMS/X/2012
10/25/2012
041/SMS/X/2012
11/29/2012
043/SMS/XI/2012
12/20/2012
019/SMS/XII/2012
NILAI BRUTO Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan
JUMLAH PPh
TARIF
PPh YANG DIPOTONG
29,250,000
2%
585,000
14,500,000
2%
290,000
3,500,000
2%
70,000
212,913,360
2%
4,258,267
1,036,600
2%
20,732
1,039,500
2%
20,790
333,179,900
2%
6,663,598
270,482,000
2%
5,409,640
5,000,000
2%
100,000
155,735,500
2%
3,114,710
210,081,000
2%
4,201,620
76,700,000
2%
1,534,000
37,000,000
2%
740,000
2,000,000
2%
40,000
4,500,000
2%
90,000
32,000,000
2%
640,000
288,400,000
2%
5,768,000
937,300,000
2%
18,746,000
1,012,500
2%
20,250
1,500,000
2%
30,000
1,750,000
2%
35,000
8,000,000
2%
160,000 52,537,607
PT. Sembilan Jaya Agung telah melakukan perhitungan dan membayarkan kewajiban Pajaknya sesuai dengan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 atas jasa penghasilan atau imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa management, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang berasal dari modal penyerahan jasa. Sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak penghasilan pasal 23 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2012 sebesar Rp 52,537.607.
Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2012 Berikut adalah evaluasi untuk perhitungan PPh Final atas pelaksanaan Jasa Konstuksi yang dilakukan oleh PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2012: Nama Pemotong
Nilai Bruto
Tarif PPh
PPh yang Dipotong
Nomor
Tanggal
PT. Summarecon Agung Tbk
307,595,750
4%
12,303,830
0618/SB/V/2012
PT. Mitra Gemilang Mandiri
17,000,000
2%
340,000
000003/PPH4(2)/PK/JKT/XII/2012
12/20/2012
PT. Summarecon Agung Tbk PT. Mitra Gemilang Mandiri Cab. Bogor PT. Mitra Gemilang Mandiri Cab. Bogor
16,189,250
4%
647,570
0894/SB/IX/2012
12/20/2012
16,792,000
2%
335,840
000002/PPH4(2)/BGR/VIII/12
8/28/2012
542,809,000
2%
10,856,180
000001/PPH4(2)/BGR/VII/12
7/31/2012
900,386,000
5/31/2012
24,483,420
Perhitungan Pajak Penghasilan Tarif Final PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2012 berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 didapatkan pajak terutang pada tahun 2012 sebesar Rp 24.483.420. Evaluasi Penyetoran dan Pelaporan SPT Badan Tahun 2012 Berdasarkan hasil evaluasi pada penyetoran dan pelaporan SPT PT. Sembilan Jaya Agung, penulis menggunakan dokumen pendukung yaitu Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) tahun 2012, penulis menemukan adanya keterlambatan dalam pelaporan pada SPT Badan PT. Sembilan Jaya Agung dan pajak penghasilan yang kurang bayar sebesar Rp 2.212.923. Dimana pelaporan dan penyetoran SPT tersebut dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 sedangkan batas waktu untuk menyampaikan SPT jatuh pada tanggal 30 April 2013. Akibat perusahaan telat dalam melaporkan besarnya jumlah PPh yang terutang (telat menyampaikan SPT). Berdasarkan Undang-Undang tentang tata cara penyetoran dan pelaporan, perusahaan dikenakan sanksi administrasi atas keterlambatan dalam pelaporan berupa denda sebesar Rp 1.000.000 dan 2% dari dasar pengenaan pajak atas pajak kurang bayar berupa bunga sebesar Rp 44.258. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 22 Tahun 2013 Berikut adalah evaluasi dari perhitungan PPh Pasal 22 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2013: NILAI BRUTO
NO. BUKTI POTONG
TARIF
PPH YANG DIPOTONG
NAMA PEMOTONG
TANGGAL
PT. Gunung Garuda
1/2/2013
00004/GRD/PPH/I/2013
Pembelian Baja
25,923,617
0.3%
77,771
PT. Gunung Garuda
1/7/2013
00092/GRD/PPH/I/2013
Pembelian Baja
48,336,000
0.3%
145,008
PT. Gunung Garuda
1/28/2013
00547/GRD/PPH/I/2013
Pembelian Baja
18,083,545
0.3%
54,251
PT. Gunung Garuda
2/20/2013
01056/GRD/PPH/II/2013
Pembelian Baja
17,522,560
0.3%
52,568
PT. Gunung Garuda
3/25/2013
01677/GRD/PPH/III/2013
Pembelian Baja
31,377,500
0.3%
94,133
PT. Gunung Garuda
3/27/2013
01751/GRD/PPH/III/2013
Pembelian Baja
23,347,200
0.3%
70,042
PT. Gunung Garuda
4/8/2013
01999/GRD/PPH/IV/2013
Pembelian Baja
23,955,200
0.3%
71,866
PT. Gunung Garuda
4/25/2013
02433/GRD/PPH/IV/2013
Pembelian Baja
94,798,750
0.3%
284,396
PT. Gunung Garuda PT. Gunung Raja Paksi
4/30/2013
02619/GRD/PPH/IV/2013
Pembelian Baja
41,464,000
0.3%
124,392
4/30/2013
06924/GRP/PPH/IV/2013
Pembelian Baja
47,465,615
0.3%
142,397
PT. Gunung Garuda PT. Gunung Raja Paksi
12/12/2013
07115/GRD/PPH/XII/2013
Pembelian Baja
54,148,512
0.3%
162,446
11/19/2013
17950/GRP/PPH/XI/2013
Pembelian Baja
55,610,100
0.3%
166,830
1,446,098
JUMLAH PAJAK
perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 22 diatas. PT. Sembilan Jaya Agung telah melakukan kewajiban sebagai pembeli dengan melakukan pembayaran pajak, sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak pada tahun 2013 sebesar Rp 1.446.098. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan pasal 23 Tahun 2013 Berikut adalah evaluasi perhitungan PPh Pasal 23 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2013 : NAMA PEMOTONG PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Makmur Orient Jaya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya PT. Lestari Mahadibya
TANGGAL 1/10/2013 1/10/2013 1/31/2013 2/4/2013 3/7/2013 4/8/2013 11/11/2013 12/12/2013 12/12/2013 12/12/2013
NILAI BRUTO
NO. BUKTI POTONG 0023/LMDM2/PPH23/I/2013 0065/LMDM2/PPH23/I/2013
Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan Jasa Perawatan/Perbaikan Jasa Instalasi/Pemasangan
002/MOJ/PPH23/I/2013 004/LMDM1/PPH23/II/2013 029/LMDM1/PPH23/II/2013 009/LMDM1/PPH23/IV/2013 004/LMDM1/PPH23/XI/2013 039/LMDM2/PPH23/XII/2013 019/LMDM1/PPH23/XII/2013 007/LMDM1/PPH23/XII/2013
TARIF
PPh YANG DIPOTONG
8,500,000
2%
170,000
122,000
2%
2,440
86,400,000
2%
1,728,000
144,200,000
2%
2,884,000
1,000,000
2%
20,000
72,100,000
2%
1,442,000
800,000
2%
16,000
15,000,000
2%
300,000
2,000,000
2%
40,000
9,000,000
2%
180,000 6,782,440
JUMLAH PPh
PT. Sembilan Jaya Agung telah melakukan perhitungan dan membayarkan kewajiban Pajaknya sesuai dengan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 atas jasa penghasilan atau imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa management, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang berasal dari modal penyerahan jasa. Sehingga menghasilkan jumlah kredit pajak penghasilan pasal 23 PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2013 sebesar Rp 15.232.000. Evaluasi dan Analisis Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Tahun 2013 Berikut adalah evaluasi untuk perhitungan PPh Final atas pelaksanaan Jasa Konstuksi yang dilakukan oleh PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2013: Nama Pemotong
Nilai Bruto
Tarif PPh
PPh yang Dipotong
Nomor
Tanggal
PT.Serpong Cipta Kreasi
40,602,273
2%
812,045
0216/FINAL/SCK/2013(2)
3/26/2013
PT. Makmur Orient Jaya
101,053,440
2%
2,021,069
010/MOJ/4(2)/III/2013
3/29/2013
PT. Makmur Orient Jaya
189,216,000
2%
3,784,320
007/MOJ/4(2)/III/2013
3/29/2013
PT. Star Maju Sentosa
151,368,000
4%
6,054,720
004/STAR-BKS/13(2)
3/29/2013
58,928,000
4%
2,357,120
000006/PPH4
127,200,000
4%
5,088,000
002/STAR-BKS/13(2)
4/30/2013
46,400,000
4%
1,856,000
000007/PPH4
4/30/2013
334,850,600
4%
13,394,024
010/STAR-BKS/13(2)
4/30/2013
PT. Lelco Trindo Graha Nusantara PT. Star Maju Sentosa PT. Lelco Trindo Graha Nusantara PT. Star Maju Sentosa
4/3/2013
PT. Makmur Orient Jaya
589,359,993
2%
11,787,200
014/MOJ/4(2)/V/2013
4/30/2013
PT. Star Maju Sentosa
208,608,000
4%
8,344,320
008/STAR-BKS/13(2)
4/30/2013
61,248,000
4%
2,449,920
000009/PPH4
5/10/2013
303,966,550
4%
12,158,662
016/STAR-BKS/13(2)
5/31/2013
PT. Makmur Orient Jaya
34,600,000
2%
692,000
044/MOJ/4(2)/V/2013
5/31/2013
PT. Makmur Orient Jaya
471,000,000
2%
9,420,000
033/MOJ/4(2)/V/2013
5/31/2013
PT. Makmur Orient Jaya
141,038,540
2%
2,820,771
040/MOJ/4(2)/V/2013
5/31/2013
PT. Lelco Trindo Graha Nusantara
27,840,000
4%
1,113,600
000011/PPH4
6/3/2013
PT. Lelco Trindo Graha Nusantara
25,894,000
4%
1,035,760
000012/PPH4
6/10/2013
PT. Makmur Orient Jaya
48,436,050
2%
968,721
010/MOJ/4(2)/VII/2013
7/13/2013
PT. Makmur Orient Jaya
494,525,160
2%
9,890,503
022/MOJ/4(2)/VII/2013
7/31/2013
PT. Makmur Orient Jaya
96,850,300
2%
1,937,006
001/MOJ/4(2)/VII/2013
8/30/2013
172,000,000
4%
6,880,000
0273/SA.CO/4(2)/X/2013
10/24/2013
56,987,341
4%
2,279,494
008/GELORA-PPH/XI/13
11/22/2013
PT. Makmur Orient Jaya
146,983,116
2%
2,939,662
003/MOJ/4(2)/XI/2013
11/29/2013
PT. Makmur Orient Jaya
37,254,403
2%
745,088
006/MOJ/4(2)/XI/2013
11/29/2013
PT. Makmur Orient Jaya
22,335,000
2%
446,700
002/MOJ/4(2)/XI/2013
11/29/2013
PT. Lelco Trindo Graha Nusantara
11,600,000
4%
464,000
000022/PPH4
PT. Lelco Trindo Graha Nusantara PT. Star Maju Sentosa
PT. Summarecon Agung Tbk PT. Gelora Bangun Lestari
4,000,144,766
12/7/2013
111,740,705
analisis perhitungan Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 pada tahun 2013 berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 didapatkan pajak terutang pada tahun 2013 sebesar Rp 111.740.705. Penyetoran dan Pelaporan SPT Badan Tahun 2013 Berdasarkan hasil evaluasi pada SPT Badan PT. Sembilan Jaya Agung tahun 2013, penulis menemukan adanya pajak penghasilan kurang bayar. Dimana PPh kurang bayar tersebut sebesar Rp 157.899 dan perusahaan telah setorkan dan dilaporkan pada tanggal 22 April 2014 sebelum tanggal jatuh tempo yaitu 30 April 2014. Sehingga atas kondisi tersebut Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Apabila Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan atas pembetulannya tersebut menambah jumlah pajak yang terutang maka WP tersebut wajib dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Besarnya bunga adalah 2% perbulan atas pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT Tahunan berakhir. Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi PT. Sembilan Jaya Agung Tahun 2011 1. Bunga Bank Bunga bank sudah dikenakan PPh final 2. Beban Listrik dan Telepon Dibeban lisrik dan telepon terdapat beban telepon sebesar Rp 3.856.930 dan untuk beban listrik sebesar Rp 3.958.242. Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan didalam biaya telepon tersebut terdapat biaya atas telepon direktur, sehingga yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002, Keputusan Direktur Jendral Pajak tentang perlakuan pajak Penghasilan atas Pasal 1 ayat 2 mengenai biaya pemakaian telepon seluler. * 50% x Rp 3.856.930 = Rp 1.928.465.
3.
4.
Beban Pemeliharaan Kendaraan Dari hasil wawancara didalam beban Pemeliharaan Kendaraan terdapat mobil operasional kantor yang dipakai oleh staf kantor untuk tahun 2011sebesar Rp 18.153.070,79, sehingga atas biaya tersebut yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan adalah sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002 yaitu atas pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan yang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 2 kendaraan yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%. * 50% x Rp 18.153.070,79 = Rp 9.076.535.5 Biaya Lain-Lain Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan, didalam biaya lain-lain terdapat biaya entertainment untuk keperluan jamuan tamu sebesar Rp 2.200.000. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1986 dan Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, yaitu wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya tersebut telah benar dikeluarkan dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membuktikan atau menunjukan daftar nominatifnya maka atas biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sehingga harus dikoreksi sebesar Rp 2.200.000.
Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi PT. Sembilan Jaya Agung Tahun 2012 1. Bunga Bank Bunga bank sudah dikenakan PPh final 2. Beban Listrik dan Telepon Dibeban lisrik dan telepon terdapat beban telepon sebesar Rp 2.098.774 dan untuk beban listrik sebesar Rp 2.819.223. Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan didalam biaya telepon tersebut terdapat biaya atas telepon direktur, sehingga yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002, Keputusan Direktur Jendral Pajak tentang perlakuan pajak Penghasilan atas Pasal 1 ayat 2 mengenai biaya pemakaian telepon seluler. * 50% x Rp 2.098.774 = Rp 1.049.387 3. Beban Pemeliharaan Kendaraan Dari hasil wawancara didalam beban Pemeliharaan Kendaraan terdapat mobil operasional kantor yang dipakai oleh staf kantor untuk tahun 2012 sebesar Rp 22.027.227.09, sehingga atas biaya tersebut yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan adalah sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002 yaitu atas pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan yang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 2 kendaraan yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%. * 50% x Rp 22.027.227.09 = Rp 11.013.613.55 4. Biaya Lain-Lain Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan, didalam biaya lain-lain terdapat biaya entertainment untuk keperluan jamuan tamu sebesar Rp 14.500.000. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1986 dan Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, yaitu wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya tersebut telah benar dikeluarkan dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membuktikan atau menunjukan daftar nominatifnya maka atas biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sehingga harus dikoreksi sebesar Rp 14.500.000. Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi PT. Sembilan Jaya Agung Tahun 2013 1. Bunga Bank Bunga bank sudah dikenakan PPh final 4 ayat 2 2. Beban Listrik dan Telepon Dibeban lisrik dan telepon terdapat beban telepon sebesar Rp 6.108.000 dan untuk beban listrik sebesar Rp 8.731.729. Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan didalam biaya telepon tersebut terdapat biaya atas telepon direktur, sehingga yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002, Keputusan Direktur Jendral Pajak tentang perlakuan pajak Penghasilan atas Pasal 1 ayat 2 mengenai biaya pemakaian telepon seluler. * 50% x Rp 6.108.000 = Rp 3.054.000
3.
4.
5.
6.
Biaya Iklan Didalam biaya iklan perusahaan tidak dapat membuktikan bukti atas transaksi, sehingga Rp 179.509 harus dikoreksi positif oleh penulis. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010, besarnya biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah; a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya; b. biaya pameran produk; c. biaya pengenalan produk baru; d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk. Agar biaya promosi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, perusahaan wajib membuat daftar nominatif. Beban Pemeliharaan Kendaraan Dari hasil wawancara didalam beban Pemeliharaan Kendaraan terdapat mobil operasional kantor yang dipakai oleh staf kantor untuk tahun 2013 sebesar Rp 21.340.693, sehingga atas biaya tersebut yang dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan adalah sebesar 50% sesuai dengan Kep-220/PJ/2002 yaitu atas pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan yang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 2 kendaraan yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%. * 50% x Rp 21.340.693 = Rp 10.670.346.5 Beban Kesejahteraan Karyawan Berdasarkan dari hasil wawancara penulis dalam beban kesejahteraan karyawan terdapat bonus tambahan berupa natura sebesar Rp 15.628.290 yang dibagikan oleh perusahaan. sebagamana disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang berkaitan sehubungan dengan bonus yang dibagikan kepada karyawan perusahaan yang berupa natura tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, sehingga harus dikoreksi sebesar Rp 15.628.290. Biaya Lain-Lain Menurut hasil wawancara penulis dengan perusahaan, didalam biaya lain-lain terdapat biaya entertainment untuk keperluan jamuan tamu sebesar Rp 10.000.000. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1986 dan Sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986, yaitu wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya tersebut telah benar dikeluarkan dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membuktikan atau menunjukan daftar nominatifnya maka atas biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, sehingga harus dikoreksi sebesar Rp 10.000.000.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan bahasan dari penelitian yang telah dilakukan penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil evaluasi dan analisa pada perhitungan pajak penghasilan Pasal 22, Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 23 perusahaan sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 tentang pajak penghasilan jasa konstruksi. 2. Dalam pelaporan SPT Tahun 2011, 2012, dan 2013 PT. Sembilan Jaya Agung : a. Dari hasil evaluasi penulis, didalam SPT PT. Sembilan Jaya Agung pada tahun 2011 ditemukan adanya kekurangan bayar pajak sebesar Rp 297.494. yang dimana pembayaran pajak kurang bayar tersebut dilakukan pada tanggal 28 April 2012 barsamaan dengan disampaikannya SPT. b. Untuk tahun pajak 2012 penulis menemukan kembali pajak kurang bayar sebesar Rp 2.212.923 dan keterlambatan dalam pelaporan yaitu pada tanggal 14 Mei 2013 sedangkan batas waktu untuk menyampaikan SPT pada tanggal 30 April 2013. Akibatnya perusahaan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 1.000.000. c. Untuk tahun 2013 penulis menemukan kembali kekurangan bayar pajak sebesar Rp 157.889 yang dimana pembayaran atas pajak kurang bayar tersebut dilakukan pada tanggal 22 April 2014 barsamaan dengan disampaikannya SPT. Sehingga atas kondisi tersebut perusahaan tidak dikenakan sanksi administrasi. 3. Didalam rekonsiliasi fiskal laporan laba/rugi perusahaan masih terdapat kesalahan dalam perhitungan biayanya, diantaranya : a. Atas biaya berlangganan atau pengisian pulsa telpon yang dimiliki oleh perusahaan untuk pegawai tertentu, dapat di bebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%. b. Atas biaya perbaikan atau service rutin kendaraan yang dimiliki perusahaan yang digunakan oleh pegawai tertentu, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%.
c.
Atas biaya yang dikeluarkan perusahaan tidak mempunyai daftar nominatif beberapa biaya yang seharusnya ada untuk dapat menjadikan biaya tersebut sebagai pengurang dari penghasilan brutonya. Adapun saran dari penulis yang dapat menjadi masukan untuk perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya perusahaan membuat daftar nominatif untuk beberapa biaya seperti biaya iklan dan biaya entertain agar biaya tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga pajak yang terutang bisa menjadi lebih rendah dan menguntungkan perusahaan. 2. Perusahaan harus lebih teliti dalam memeriksa tata cara perhitungan, pelaporan dan penyetoran baik SPT Masa dan Tahunan agar perusahaan tidak dikenakan sanksi administrasi yang dapat memberatkan perusahaan.
REFERENSI Dharma, Mustika. (2007). Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelopran PPh Pasal 23. Yogyakarta : Graha Ilmu. Justin, Natalia. (2012). Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Untuk Menghitung PPh Badan Pada CV Tamba Palembang. Jurnal Akuntansi, Jilid 1, No. 1 Mardiasmo. (2011). Pepajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta. Andi. Oasis. (2013). Pemotongan / Pemungutan PPh. ORTax. (2010). Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan) Undang-undang Perpajakan. Jakarta : PT Integral Data Prima. Paojan, Mas’ud Sutanto.(2014). Perpajakan Indonesia. Mitra Wacana Media. Purwono, Joseph. (2012). Perpajakan Jasa Konstruksi dan Implementasinya. Gava Media. R.A. Annisa Novitasari, Zulaikha. (2012). Analisis Pengenaan Pajak Final Perusahaan Jasa Konstruksi. Jurnal Akuntansi. Jilid 2, No. 2. Rizky Wulandari. (2013). Analisis Proses Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23. Jurnal Akuntansi. Jilid 1, No. 1. Shinta, Ismail. (2010). Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pada CV Delta Dharma. Jurnal Akuntansi. Vadde, Suresh. (2012). Compliance With Tax System An Empirical Study Of Mekelle City, Ethiopia. Journal Of Arts, Science & Commerce. Vol- 3 Sukrisno, Agus. (2007). Akuntansi Perpajakan Edisi 1. SalembaEmpat.. Suprianto, Edy. (2011). Perpajakan Di Indonesia. Graha Ilmu. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia Edisi 10. Jakarta : SalembaEmpat. Yustinus, Prastowo. (2010). Panduan Lengkap Pajak. Jakarta. www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=812
RIWAYAT PENULIS Ikato Satria Dangerfield lahir di Jakarta pada tanggal 31 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi peminatan Perpajakan pada tahun 2015.