BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Lingkungan Sosial Sekolah) Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel X (lingkungan sosial sekolah) diperoleh skor tertinggi sebesar 79 dan skor terendah 54. Sedangkan skor rata-rata
= 68,44 dengan standar deviasi sebesar 65,43.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). b. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Y (Kenakalan Remaja) Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel Y (kenakalan remaja) diperoleh skor tertinggi sebesar 86 dan skor terendah 63. Sedangkan skor rata-rata
= 77,71 dengan standar deviasi sebesar 6,12.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). 4.1.2 Pengujian Normalitas Data a. Pengujian Normalitas Data Variabel X (Lingkungan Sosial Sekolah) Sebagaimana pengujian normalitas data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan rumus chi kuadrat, untuk variabel X (lingkungan sosial sekolah) diperoleh
= - 133,34 dan
= 12,6. Kriteria pengujian normalitas
data adalah: jika
≥
maka data tidak berdistribusi normal
jika
≤
maka data berdistribusi normal
Berdasarkan kriteria pengujian tersebut ternyata diperoleh
<
yaitu
– 133,34 < 12,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X (lingkungan sosial sekolah) berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). b. Pengujian Normalitas Data Variabel Y (Kenakalan Remaja) Untuk variabel Y (kenakalan remaja) diperoleh
= -70,3 dan
=
11,1. Kriteria pengujian adalah: Jika
≥
maka data tidak berdistribusi normal
Jika
≤
maka data berdistribusi normal
Berdasarkan kriteria pengujian tersebut ternyata diperoleh
<
yaitu
-70,3 < 11,1. sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel Y (kenakalan remaja) berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). 4.1.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini ditempuh dengan menghitung koefisien korelasi dan keberartian koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,90 dan
= 0,81. Hal ini berarti bahwa sekitar 0,81%
variasi yang terjadi pada variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X. Selanjutnya
dari perhitungan keberartian koefisien korelasi diperoleh harga t hitung sebesar 11,49 . pada taraf α = 0,01 dari daftar distribusi t diperoleh t(0,995)(31) = 2,70 dan pada taraf kepercayaan α = 0,05 diperoleh t(0,975)(31) = 2,02. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar, atau harga
berada di luar penerimaan
. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva di bawah ini
H0 H0
H1
-11,49
11,49 -2,02
2,02
Gambar 1: Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Dari kurva dapat dilihat bahwa penerimaan
= 11,49 berada di luar daerah
, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1.
Artinya hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara kenakalan remaja dengan lingkungan sosial sekolah di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango Kota Gorontalo” dapat diterima dengan koefisien korelasi yang berarti atau signifikan.
4.2 Pembahasan Dengan memperhatikan hasil analisis data yang telah dilakukan, menunjukan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan lingkungan sosial sekolah. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,90 dengan koefisien determinasi r2 = 0,81. Hal ini berarti bahwa sekitar 0,81% variasi yang terjadi pada variabel Y (kenakalan remaja) dapat dijelaskan oleh variabel X (lingkungan sosial sekolah). Selanjutnya hasil pengujian hipotesis juga diperoleh harga t hitung
sebesar 11,49 pada taraf
kepercayaan α = 0,01 dari daftar distribusi t diperoleh t(0,995)(31) = 2,70 dan pada taraf kepercayaan α = 0,05 diperoleh t(0,975)(31) = 2,02. Ternyata harga di luar penerimaan
berada
, sehingga dapat disimpulka bahwa terdapat hubungan
antara kenakalan remaja dengan lingkungan sosial sekolah. Menurut Cavan (dalam Sofyan, 2010: 88) menyebutkan bahwa “Juveline Delinquency refers to the failure of children and youth to meet certain obligation expected of them by the society in which they live”. Kenakalan anak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang mereka harapkan ialah tugas dan tanggungjawab seperti orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggungjawab dan peran itu karena belum ada rasa kepercayaan terhadap mereka. Selain itu juga masalah kenakalan remaja timbul karena adanya suasana lingkungan sosial sekolah yang kurang menyenangkan, sehingga menyebabkan
siswa tidak betah berada lama-lama dalam sekolah dan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan di luar sekolah. Oleh sebab itu untuk mengurangi benturan antar gejolak dan memberi kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara optimal, perlu diciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik yaitu lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik karena lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Kesejukan lingkungan membuat anak betah tinggal berlama-lama di sekolah. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki. Bukan lingkungan yang gersang, pengap, tandus, dan panas yang berkepanjangan. Karena, lingkungan sekolah juga merupakan penunjang keberhasilan belajar siswa (Syaiful 2008: 176177). Penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango Kota Gorontalo ini telah berjalan dengan baik, meski ada sedikit hambatan namun dapat diatasi peneliti.