BAB IV ANALISIS KASUS
4.1. Latar Belakang Kasus Pada tahun 2009 PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Bank Danamon) menuntaskan akuisisi terhadap PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) menjadi 95% dengan penambahan 20% dengan nilai sekitar 1,4 triliun dan harga saham Rp8000 per lembar. (sumber: www.adira.co.id) Seperti yang sudah dijelaskan didalam bab sebelumnya, bahwa adanya akuisisi yang dilakukan oleh Bank Danamon terhadap Adira Finance memberikan dampak ekonomi dalam kinerja keuangan kedua perusahaan. Terdapat beberapa metode dalam mengukur kinerja keuangan, tetapi dalam thesis ini metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menghitung return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan economic value added (EVA) dari Adira Finance sebagai perusahaan yang diakuisisi.
4.1.1. Tren Industri Jika kita melihat prestasi kedua perusahaan dimana Adira Finance menjadi salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia dan memiliki posisi yang kuat di Industri. Penjualan motor dan mobil nasional mengalami perkembangan pesat di tahun 2010. Penjualan motor nasional sudah mencapai angka 7,3 juta unit sedangkan penjualan mobil mencapai 764 ribu unit selama tahun 2010. Jumlah
33
34
penjualan motor baru yang dibiayai Adira Finance mencapai 15,7% dari total penjualan motor nasional atau sebanyak 1,16 juta unit dan membiayai 5,2% dari total penjualan mobil nasional. Industri yang terus tumbuh dengan didukung pendanaan yang kuat dari pemegang saham memberi gambaran stabilitas kinerja keuangan Adira Finance di masa-masa mendatang sehingga terjadi peningkatan dari pemegang saham. Bank Danamon sebagai pemegang saham utama mendukung pendanaan Adira Finance dalam bentuk joint financing. Sumber pendanaan dari joint financing mencapai 78%, sedangkan sisanya menggunakan pinjaman bank 0,2%, dan obligasi 8,3%. Hingga saat ini, Adira Finance telah menerbitkan 4 kali obligasi dengan rekam jejak yang baik dalam hal pembayaran bunga maupun pelunasan hutang pokok. Selain itu, rating kredit Adira Finance yang meningkat dari idAA menjadi idAA+ di Februari 2011 menjadi gambaran profil Adira Finance yang semakin membaik. Kemampuan Adira Finance dalam menjaga likuiditasnya tercermin dari profil usia aset dan kewajiban dimana jumlah piutang lebih besar dibandingkan kewajiban yang harus dipenuhi. Per Desember 2010, total piutang pembiayaan konsumen adalah sebesar Rp 6,544miliar dengan total pendanaan (obligasi dan pinjaman bank) sebesar Rp 2,585miliar. (sumber : www.adira.co.id) Atas pencapaian yang baik dimana telah disebutkan diatas, yaitu peningkatan performa dari Bank Danamon dan Adira Finance dapat menyebabkan timbulnya tren bagi Perusahaan lainnya untuk melakukan strategi yang sama. Hal ini tentunya sangat
35
memungkinkan mengingat banyaknya perusahaan pembiayaan yang berada dalam industri ini. Sejauh ini memang tidak hanya Bank Danamon yang menerapkan strategi akuisisi terhadap perusahaan pembiayaan, ada juga Bank Internasional Indonesia (BII) yang juga menerapkan strategi serupa dengan melakukan akuisisi sebesar 43% saham dari PT Wahana Otto Multiartha (WOM) pada tahun 2005 dengan besaran sekitar 400 milyar rupiah. (sumber : www.tempointeraktif.co.id). Beberapa media juga memberitakan adanya rencana dari Bank Mandiri, CIMB Niaga, BPD, bahkan perusahaan non bank seperti Asuransi Jasindo dan Batavia Airlines yang memiliki rencana untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan
pembiayaan.
(sumber
:
http://finance.detik.com
&
http://bisnis.vivanews.com). Saat ini Bank Mandiri sudah merealisasikan rencana
tersebut dengan melakukan akuisisi 51% saham dari PT Tunas Financindo Sarana (Tunas Finance) sebesar 290 milyar rupiah diakhir periode 2008. (sumber : www.bankmandiri.co.id).
4.1.2. Permasalahan Tentunya bukanlah hal yang mudah dalam melakukan akuisisi, bagi Pihak Pertama (pihak yang melakukan akuisisi) tentunya bertujuan memperbanyak jalur investasi, sedangkan bagi pihak kedua (pihak yang diakusisisi) bertujuan untuk menambah pendanaan dalam menjalankan strategi perusahaan.
36
Investasi dengan cara akuisisi membutuhkan dana atau modal yang besar bagi pihak pertama sehingga penulis membuat studi kasus ini untuk membahas mengenai dampak dari akuisisi, khususnya bagi kinerja keuangan perusahaan yang diakuisisi apakah akan menjadi lebih baik setelah terjadinya akuisisi. Studi kasus dalam thesis ini membahas secara lebih mendalam mengenai pihak kedua yaitu Adira Finance sebagai pihak yang diakusisi oleh pihak pertama. Adapun metode yang digunakan penulis dalam melakukan analisas laporan keuangan perusahaan adalah dengan perhitungan return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan economic value added (EVA).
4.2.
Analisis Kinerja Keuangan Adira Finance Sebagai dampak dari subprime mortgage, harga saham pasar di Indonesia
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan sebagai dampak dari subprime mortgage, sehingga return saham di tahun 2008 bernilai negatif. Oleh karena itu, agar analisis dan penelitian ini dapat valid, penulis menghilangkan tahun 2008 dari tahun analisis. Karena nilai return pasar yang negatif dapat menyebabkan menurunnya biaya modal ekuitas Perusahaan sehingga penelitian menjadi tidak valid. Sebelum dilakukan analisis lebih mendalam tentang kinerja keuangan Adira Finance, akan dianalisis terlebih dahulu kondisi keuangan Adira berdasarkan pada
37
data yang nampak dari laporan keuangan Perusahaan selama periode 2003 hingga 2010 (data dapat dilihat pada bagian lampiran). Total aktiva Adira telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2006 dan tahun 2010, dimana telah terjadi peningkatan aktiva hingga mencapai 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspansi yang dilakukan oleh Adira ini merupakan bentuk nyata dari meningkatnya modal usaha Adira sebagai akibat dari akuisisi oleh Danamon. Bersamaan dengan peningkatan total aktiva yang dimiliki oleh Adira, laba bersih Perusahaan juga mengalami peningkatan di tiap tahunnya, terutama di tahun 2009, Adira berhasil meningkatkan labanya hingga 116% dibandingkan tahun 2007 di mana laba bersih perusahaan mencapai angka di atas Rp 1 triliun, yaitu sebesar Rp 1,2 triliun, laba bersih pada tahun 2009 ini merupakan laba bersih tertinggi yang pernah dicapai oleh perusahaan pembiayaan di Indonesia.
4.2.1. Perhitungan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) Jika kita melihat dari tabel 4.1. secara umum nampak bahwa kinerja keuangan Adira Finance mengalami fluktuasi sejak tahun 2003 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) selama periode tersebut. Pada tahun 2003 hingga 2005, ROA dan ROE Perusahaan meningkat cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan perolehan laba bersih perusahaan.
38
Tabel 4.1. Kinerja Keuangan Adira Finance
Lap Keuangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010 Total Aktiva (a) 543,363 1,574,539 1,598,017 1,633,211 2,906,905 3,301,818 4,329,549 7,599,615 R ata-rata Aktiva (b 1,058,951 1,586,278 1,615,614 2,270,058 3,104,362 3,815,684 5,964,582 = (a n – a n-1)/2) Total Ekuitas (c) 185,833 343,482 519,584 697,952 906,651 1,224,613 2,652,403 3,794,759 R ata-rata Ekuitas (d = (c n – c n-1)/2)
264,658 431,533 608,768 802,302 1,065,632 1,938,508 3,223,581
Laba Bersih (e) 155,356 301,318 476,368 463,939 559,710 1,212,400 1,467,906 R OA (f = e/b) 0.15 0.19 0.29 0.2 0.18 0.32 0.25 R OE (g = e/d) 0.59 0.7 0.78 0.58 0.53 0.63 0.46 sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (R p.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal Namun pada periode selanjutnya, yaitu tahun 2006 hingga tahun 2007, terjadi penurunan nilai ROA dan ROE Perusahaan. Hal ini bukan berarti kinerja Perusahaan memburuk selama periode tersebut, karena laba perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan melakukan ekspansi yang cukup signifikan selama tahun 2006 dan 2007 dimana terjadi kenaikan aset sebesar masing-masing 78% dan 14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan kinerja keuangan Adira Finance mengalami penurunan pada periode tersebut. Pada tahun 2009, kinerja keuangan Perusahaan kembali meningkat. Laba bersih Perusahaan di tahun 2009 bahkan naik secara signifikan sebesar 116% dari tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa ekspansi yang dilakukan Perusahaan di tahun 2007 membuahkan hasil positif bagi kinerja Perusahaan.
39
Di tahun analisis terakhir, yaitu pada tahun 2010, Adira Finance kembali melakukan ekspansi aset sebesar 76% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan kinerja keuangan Perusahaan terlihat menurun walaupun pada kenyataannya laba Perusahaan meningkat. Berikut ini penulis akan melakukan analisis secara lebih mendalam mengenai kinerja keuangan Adira berdasarkan analisis ROA dan ROE dengan membandingkan sebelum dan sesudah proses akuisisi. 4.2.1.1 Periode Sebelum Akuisisi (2002-2004) Pada periode analisis sebelum terjadinya akuisisi, yaitu pada tahun 2002 hingga tahun 2004, nampak bahwa Adira sebagai perusahaan pembiayaan memang memiliki kinerja yang cukup baik. Dari tahun ke tahunnya, Adira mengalami peningkatan baik dari sisi aktiva, ekuitas maupun laba bersih. Pada tahun 2003, Adira bahkan mengalami peningkatan aktiva yang sangat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 190% atau hampir mencapai tiga kali lipat. Hal ini karena Adira baru saja mencatatkan perusahaannya di Bursa Efek sebagai perusahaan terbuka di tahun 2003 sehingga Perusahaan melakukan ekspansi usaha. Bersamaan dengan hal tersebut, ekuitas perusahaan juga meningkat sebesar 85% dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja Perusahaan meningkat dari tahun 2003 ke tahun 2004. Hal ini nampak dari ROA dan ROE yang meningkat tiap tahunnya sebagai akibat dari kenaikan laba bersih yang cukup signifikan. Di tahun 2004 laba bersih meningkat hingga 94%
40
dibandingkan tahun sebelumnya sebagai akibat dari ekspansi usaha yang dilakukan pada tahun sebelumnya. 4.2.1.2 Periode Setelah Akuisisi (2005-2010) Setelah terjadinya proses akuisisi Adira yang dilakukan oleh Danamon, Perusahaan mengalami perubahan terutama dalam jumlah aktiva yang dimilikinya. Adira melakukan ekspansi usaha yang menyebabkan meningkatnya total aktiva terutama di tahun 2006 dan tahun 2009, dimana total rata-rata aktiva Adira meningkat masing-masing hingga 41% dan 56% dibanding tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada rata-rata ekuitas Perusahaan. Terjadi kenaikan jumlah rata-rata ekuitas Adira di tahun 2009 sebesar 82% dibanding tahun 2007. Sementara itu laba bersih Adira mengalami kenaikan bersamaan dengan dilakukan ekspansi usaha oleh Adira. Namun ekspansi ini tidak memberikan dampak secara langsung. Dampaknya baru akan terlihat di tahun berikutnya, seperti di tahun 2009, dimana laba bersih meningkat hingga 116% atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Sebagai akibat dari ekspansi usaha yang dilakukan oleh Adira tersebut, kinerja keuangan Perusahaan yang diukur dengan ROA dan ROE terlihat kurang baik walau sebenarnya laba bersihnya meningkat cukup signifikan. Berdasarkan analisis kinerja keuangan Perusahaan di atas, terlihat bahwa proses akuisisi Adira Finance yang dilaksanakan oleh Bank Danamon pada tahun 2005 dan 2006 memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan Adira Finance.
41
Dampak tersebut memang tidak dapat terlihat secara langsung pada tahun yang bersangkutan. Namun jika dianalisis lebih lanjut, pada tahun-tahun selanjutnya baru akan terlihat dampak dari proses tersebut. Seperti ekspansi yang dilakukan pada tahun 2006 dimana terjadi peningkatan aktiva hingga 80% dibandingkan tahun sebelumnya, dampaknya pada kinerja keuangan baru akan terlihat di tahun 2009; dimana laba bersih Perusahaan meningkat hingga 116%. Demikian pula pada ekspansi yang dilakukan di tahun 2010, dampaknya baru akan terlihat di tahun-tahun berikutnya sehingga belum dapat disimpulkan secara langsung bahwa kinerja Perusahaan di tahun tersebut menurun. Peningkatan kinerja tersebut baru dapat dilihat di tahun 2011 atau tahun berikutnya. 4.2.2. Analisis Komponen-komponen Economic Value Added (EVA) Untuk analisis nilai Perusahaan dengan menggunakan metode EVA, akan dijabarkan secara bertahap sesuai tahap-tahap perhitungannya, seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, untuk mendapatkan nilai EVA perlu diperoleh terlebih dahulu perhitungan untuk: Net Operating Profit After Tax, Invested Capital, dan Weighted Average Cost of Capital. 4.2.2.1 Perhitungan Tingkat Pajak Adira Finance Tingkat pajak yang digunakan untuk perhitungan EVA Adira Finance adalah tingkat pajak rata-rata selama periode tahun 2003 hingga 2010, yaitu tingkat pajak selama periode analisis. Sehingga tingkat rata-rata pajak yang digunakan adalah 29%.
42
Table 4.2. Tingkat Pajak Adira Finance
TINGKAT PAJAK 2003 2004 Laba Sebelum Pajak (a) 224,944 435,658 Pajak Penghasilan (b) 69,588 134,340 Laba Setelah Pajak 155,356 301,318 (c = a - b) Tingkat Pajak (d = b/a) 0.31 0.31 Tingkat Pajak Rata-rata 0.29 (e = (d 1+d2+… +d8)/8)
2005 675,839 199,471
2006 660,580 196,641
2007 2009 2010 800,819 1,658,347 1,931,723 241,109 445,947 463,817
476,368
463,939
559,710 1,212,400 1,467,906
0.3
0.3
0.3
0.27
0.24
sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analis a penulis 4.2.2.2 Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Adira Finance NOPAT merupakan laba bersih yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan setelah dikenai pajak. Berdasarkan tabel 4.3. nampak bahwa Adira Finance memiliki nilai NOPAT yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini menjadi parameter yang baik bagi kinerja perusahaan karena Perusahaan mampu meningkatkan laba operasinya dari tahun ke tahun. Pengecualian terjadi pada tahun 2006 dimana NOPAT Perusahaan mengalami penurunan sebagai dampak dari proses akuisisi yang baru selesai dilaksanakan. Namun pada tahun-tahun selanjutnya, NOPAT mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di tahun 2009 dimana terjadi kenaikan lebih dari dua kali lipat atau sebesr 129% dibandingkan tahun 2007. Peningkatan dari NOPAT ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan laba dari kegiatan operasional yang dilaksanakannya.
43
Table 4.3. NOPAT Adira Finance NO P AT 2003 2004 2005 2006 P endapatan O peras ional (f) 712,865 1,135,511 1,781,074 1,926,175 B eban O peras ional (g) 445,972 631,994 1,067,720 1,267,984 L aba O peras i S ebelum P ajak (h = f+g ) P ajak P enghas ilan 266,893 503,517 713,354 658,191 (i) 69,588 134,340 199,471 196,641 L aba O peras i S etelah P ajak (NO P AT ) (j = h-i) 197,305 369,177 513,883 461,550 s umber : laporan keuangan Adira F inanc e dan analis a penulis K et : s emua nominal dihitung dalam s atuan juta (R p.)
2007
2009
2010
2,415,735 3,925,744 3,881,756 1,632,350 2,239,774 1,921,006
783,385 1,685,970 1,960,750 241,109 445,947 463,817
542,276 1,240,023 1,496,933
4.2.2.3 Perhitungan Biaya Modal Adira Finance Biaya modal (Cost of Capital) berasal dari dua sumber modal yang digunakan oleh Perusahaan, yaitu kewajiban (hutang) dan ekuitas. Perhitungan untuk biaya modal yang berasal dari kewajiban (cost of debt) diperoleh dari hasil perbandingan antara total beban bunga hutang dengan jumlah hutang Perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini, beban bunga hutang Perusahaan diperoleh dari pinjaman Perusahaan yang menghasilkan bunga dan pinjaman obligasi. Tabel 4.4. Cost of Debt Adira Finance
COST OF DEBT (Kb) 2003 2004 2005 2006 2007 2009 2010 Jumlah Kewajiban - Rata-rata (k) 1,017,073 906,529 645,712 1,109,606 1,534,720 873,365 1,743,543 Beban Bunga (l) 102,387 124,867 84,314 152,207 189,280 121,044 134,991 Cost of Debt (m=k/l) 0.1 0.14 0.13 0.14 0.12 0.14 0.08 sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analis a penulis Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (Rp.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal
44
Sementara biaya modal yang berasal dari ekuitas (cost of equity) dihitung dengan menggunakan rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM) dimana penentuannya berdasarkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Return Pasar dan koefisien Beta, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Cost of Equity Adira Finance
C OS T OF E QUIT Y (K ) 2003 2004 2005 Tingkat S uku Bunga S BI (n) 0.1 0.07 0.09 R eturn Pasar (o) 0.67 0.43 0.16 Beta (p) 0.53 0.53 0.53 C ost of E quity 0.4 0.27 0.13 (q=n+p(o-n) sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis Ket : semua rasio dihitung dalam satuan desimal
2006 0.12 0.55 0.53
2007 0.09 0.5 0.53
2009 0.07 0.8 0.53
2010 0.06 0.45 0.53
0.35
0.31
0.46
0.27
Data tingkat suku bunga SBI dapat diperoleh dari data statistik website Bank Indonesia. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah tingkat suku bunga SBI berjangka satu bulan. Kemudian risiko pasar dihitung berdasarkan data tahunan harga saham IHSG yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sementara untuk perhitungan koefisien beta menggunakan variabel data IHSG dan harga saham Adira Finance selama periode tersebut. Perhitungan untuk Beta dijabarkan pada bagian lampiran. Nilai koefisien Beta untuk Adira Finance diperoleh sebesar 0,53. Nilai beta yang lebih kecil dari satu berarti pergerakan return saham Adira lebih kecil dari pergerakan return saham pasar. Hal ini menunjukkan tingkat risiko jika berinvestasi di Adira relatif rendah sehingga tingkat pengembaliannya juga rendah. Angka 0,53
45
memiliki arti jika return pasar meningkat 1%, maka return saham Adira akan naik 0,53%. 4.2.2.4 Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC menggambarkan tingkat biaya modal yang akan ditanggung Perusahaan pada periode bersangkutan sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya dalam melakukan ekspansi usaha. Semakin besar WACC akan semakin mengurangi laba bersih perusahaan karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat modal yang diperolehnya akan semakin besar.
Tabel 4.6. WACC Adira Finance
WACC
2003 1,017,073 343,482 1,360,555
2004 906,529 431,533 1,338,062
2005 645,712 608,768 1,254,480
2006 1,109,606 802,302 1,911,907
Proporsi Kewajiban atas Total Investasi (u = r/t) Proporsi Ekuitas atas Total Investasi (v = s/t)
0.75 0.25
0.68 0.32
0.51 0.49
Cost of Debt (Kb) Tingkat Pajak Kd = Kb x (1-tax rate)
0.1 0.29 0.07
0.14 0.29 0.1
Cost of Equity (Ke)
0.4
0.27
Kewajiban rata-rata (r) Ekuitas rata-rata (s) Jumlah Kewajiban + Ekuitas (t = s+r)
2007 1,534,720 1,065,632 2,600,352
2009 873,365 2,301,203 3,174,568
0.58 0.42
0.59 0.41
0.28 0.72
0.35 0.65
0.13 0.29 0.09
0.14 0.29 0.1
0.12 0.29 0.09
0.14 0.29 0.1
0.08 0.29 0.06
0.13
0.35
0.31
0.46
0.27
0.36
0.2
WACC = (u x Kd) + (v x Ke) 0.15 0.15 0.11 0.21 0.18 sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (Rp.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal
2010 1,743,543 3,223,581 4,967,124
46
Untuk menghitung WACC, perlu diketahui terlebih dahulu struktur modal perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Perusahaan yang baik perlu memiliki proporsi modal yang seimbang karena baik modal yang berasal dari kewajiban maupun ekuitas masing-masing memiliki keunggulannya. Kewajiban yang digunakan dalam perhitungan struktur modal adalah kewajiban yang menghasilkan biaya modal, yaitu hutang kepada bank dan obligasi. Seperti yang nampak pada Tabel 4.6 diatas, struktur modal Adira cukup seimbang. Walau seluruh kepemilikan Adira dimiliki oleh Danamon, namun Adira tetap melakukan peminjaman dari luar yang untuk menurunkan biaya modal perusahaan. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa biaya modal dari ekuitas rata-rata lebih besar dari pada biaya modal dari hutang, yaitu sebesar 31%. Sementara rata-rata biaya modal dari hutang hanya sebesar 12% sebelum dipotong pajak. Kemudian setelah diperoleh proporsi permodalan Perusahaan, biaya modal utang dan biaya modal ekuitas, maka biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat dihitung. Dalam perhitungan WACC, biaya modal hutang yang digunakan perlu dikurangi dengan tingkat pajak Perusahaan karena biaya bunga utang selalu dikenai pajak sementara biaya modal ekuitas tidak dikenai. WACC terbesar Adira terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 36%. Hal ini disebabkan karena struktur modal yang kurang seimbang karena besarnya modal yang berasal dari ekuitas dibandingkan modal hutang, dimana perbandingannya 72%:28%.
47
4.2.2.5 Perhitungan Economic Value Added (EVA) EVA menggambarkan nilai yang dapat diciptakan oleh Perusahaan setelah membiayai seluruh biaya modal atas investasi yang dilakukannya. Berdasarkan tabel di bawah dapat dilihat nilai yang dapat diciptakan Perusahaan setiap tahunnya. Tabel 4.7. EVA Adira Finance
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) 2003 2004 2005 2006 2007 2009 NOPAT (1) 197,305 369,177 513,883 461,550 542,276 1,240,023 AVERAGE INVESTED CAPITAL (2) 2,377,628 2,222,098 1,839,102 3,740,030 4,104,999 4,427,622 WACC (3) 0.15 0.15 0.11 0.21 0.18 0.36 EVA = (1) - [(2)x(3)] -165,283 26,085 312,317 -305,156 -197,445 -350,379 sumber : laporan keuangan Adira Finance dan analisa penulis Ket : semua nominal dihitung dalam satuan juta (Rp.), kecuali untuk rasio dihitung dalam satuan desimal
2010 1,496,933 8,123,534 0.2 -99,341
Berikut ini penulis akan melakukan analisis secara lebih mendalam mengenai kinerja keuangan Adira berdasarkan analisis EVA dengan membandingkan sebelum dan sesudah proses akuisisi. 4.2.2.5.1 Periode Sebelum Akuisisi (2003-2004) Pada tahun 2004, EVA Adira telah bernilai positif yang artinya Perusahaan mampu membiayai biaya modalnya sendiri berdasarkan laba operasional yang diperolehnya pada tahun bersangkutan. Hal ini merupakan hal yang baik jika dibandingkan tahun sebelumnya dimana EVA Adira masih bernilai negatif, yang artinya laba operasional Perusahaan belum bisa menutupi biaya modal yang dikeluarkannya di tahun tersebut.
48
Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2004, Adira mengalami kenaikan laba bersih sebesar 87% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara nilai investasi yang dilakukan perusahaan serta persentase besarnya biaya modal relatif sama dibanding tahun sebelumnya. 4.2.2.5.2 Periode Setelah Akuisisi (2005-2010) Pasca terjadinya proses akuisisi di tahun 2005, EVA Adira cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, Adira Finance melakukan investasi dengan jumlah mencapai dua kali lipat investasi di tahun sebelumnya, sehingga pada tahun tersebut Perusahaan tidak mampu menghasilkan nilai tambah bagi usahanya. Namun tidak mampu menghasilkan nilai tambah (nilai EVA yang negatif) belum tentu buruk bagi kondisi Perusahaan. Pada tahun 2009, EVA bernilai negatif sebagai akibat besarnya biaya modal yang harus dibayarkan oleh Adira pada tahun tersebut. Struktur modal yang kurang seimbang, dimana proporsi ekuitas lebih besar dibandingkan proporsi hutang, mengakibatkan biaya modal pada tahun tersebut menjadi lebih besar karena biaya modal yang berasal dari ekuitas relatif lebih besar. Kemudian di tahun 2010, EVA masih bernilai negatif walaupun NOPAT mengalami kenaikan. Hal ini karena besarnya investasi yang dilakukan oleh Adira di tahun 2010, dimana Adira meningkatkan investasinya sebesar 83% dibandingkan sebelumnya.
49
Dalam hal ini, EVA yang bernilai negatif bukan berarti bahwa Perusahaan memiliki kinerja yang buruk. Pasalnya, selama beberapa kali pasca akuisisi, Perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan menambah jumlah modal investasinya sehingga biaya modal yang harus ditanggung Perusahaan semakin besar. Jadi, meskipun Perusahaan setiap tahunya mampu meningkatkan laba operasionalnya, belum tentu bahwa Perusahaan akan menghasilnya EVA yang bernilai positif. Ekspansi yang dilakukan Perusahaan diharapkan akan memberikan dampak positif untuk jangka panjang dan bukan hanya untuk tahun yang bersangkutan saja. Oleh karena itu, untuk analisis EVA ini tidak dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa Perusahaan berkinerja kurang baik karena EVA yang bernilai negatif. Namun harus dilihat penyebab EVA negatif tersebut di setiap tahunnya, karena laba operasional Perusahaan yang memang menurun atau karena sebab lain yang baru akan memberikan dampak jangka panjang.
50
4.3. Analisis Hasil Perbandingan Gambar 4.1. Grafik Total Aktiva
Gambar 4.2. Grafik Total Ekuitas
51
Gambar 4.3. Grafik Laba Bersih
Gambar 4.4. Grafik ROA
52
Gambar 4.5. Grafik ROE
Gambar 4.6. Grafik NOPAT
53
Gambar 4.7. Grafik EVA