BAB III PERTUMBUHAN KERAJINAN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN TAHUN 1980-2000 3.1 Munculnya Kerajinan Rotan
Usaha kerajinan tradisional merupakan salah satu bentuk warisan budaya nenek moyang yang dibeberapa tempat masih banyak dijumpai. Di setiap daerah bentuk usaha kerajinan ini jumlahnya sangat banyak serta bervariasi sesuai dengan budaya daerah tersebut. Seiring dengan kemajuan Jaman maka telah banyak diantaranya yang kemudian kedudukannya digantikan oleh hasil teknologi modern.10 Pada tahap awal cara produksi mereka menggunakan sistem tradisional yaitu dengan menggunakan peralatan seadanya. Dengan berbagai penemuan alat-alat teknologi, peralatan itu mulai bergeser dengan munculnya peralatan baru yang lebih modern seperti mesin-mesin. Usaha kerajinan tradisional merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang merupakan satuan usaha produktif dalam sektor perekonomian rakyat, baik berbentuk usaha rumah tangga maupun usaha yang menggunakan tenaga kerja. Bentuk usaha kecil ini pada dasarnya telah dikenal semenjak jaman penjajahan. Karena usaha ini telah tumbuh menjadi bagian perekonomian rakyat di lingkungan masyarakat jajahan. Sektor usaha kecil ini antara lain kegiatan perdagangan kecil-kecilan, industri rumah tangga dan sejenis usaha lain yang termasuk sampingan. 11 Usaha kecil-kecilan itu berupa pedagang asongan, tukang bakso, jualan makanan.
10
Mario Lopes Da Cruss, Pengrajin Tradisional Daerah Ttimor-Timur, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, hal. 33 11 Joko Suryo, Kegiatan Usaha Kecil Dalam Presfektif Sejarah, Dalam Makalah, Yogyakarta: Tanpa Penerbit, 1994 hal. 3
Universitas Sumatera Utara
Selain usaha kecil seperti di atas terdapat juga usaha kerajinan bersifat turun temurun. Usaha kerajinan itu merupakan kegiatan pekerjaan kelompok maupun keluarga. Contoh usaha kerajinan kecil itu adalah kerajinan anyaman baik itu yang terbuat dari rotan maupun bentuk dari anyaman lainnya seperti bambu dan tikar. Tapi dari anyaman ini yang dibahas adalah masalah anyaman atau kerajinan rotan. Pada umumnya satu keluarga itu saling bahu-membahu dalam membentuk suatu kerajinan. Biasanya Ayah mengelola kerajinan dalam bentuk perangkat keras seperti membentuk, menyusun, dan merekontruksi wujud suatu kerajinan. Sementara ibu dan anak mengerjakan perangkat yang lebih lunak seperti ibu mengiris dan menganyam, serta anakanaknya sepulang sekolah mereka membantu orang tuanya, menjemur, mengelola rotan. Banyaknya pekerjaan dalam proses menyelesaikan suatu kerajinan membutuhkan atau menyerap tenaga kerja lebih banyak. Oleh karena itu kualitas tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan seiring dengan perkembangan jaman. Kedatangan mereka ke Medan adalah untuk merantau dan sekaligus memperluas wawasan yang timbul dari adanya rasa keingin tahuan untuk mengenal kota Medan. Dengan membawa keahlian yang sudah melekat dari dalam dirinya dan bahkan bersifat turun-temurun. Dalam hal inilah mereka bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat Medan secara umum dan masyarakat Kelurahan Sei Sikambing D secara khusus tentang keahlian mereka yang dibuktikan dengan hasil karyanya. Kemudian di Medan mereka bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Jalan Iskandar Muda. Di sana mereka melakukan promosi hasil kerajinan rotan, dan mereka juga mengundang masyarakat sekitar untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang karya kerajinannya. Karena di Cirebon kerajinan rotan sangat berkembang dan sudah merupakan
Universitas Sumatera Utara
hal yang membudaya. Mereka juga mengundang masyarakat sekitar untuk dilatih menganyam rotan. Tetapi tidak semudah apa yang diharapkan karena awalnya masyarakat belum begitu tertarik untuk mempelajari kerajinan rotan dan mereka lebih terfokus pada pekerjaan mereka masing-masing. Seiring dengan perkembangan jaman, usaha kerajinan ternyata sangat menjanjikan sedangkan angka pengangguran terus meningkat setiap tahunnya. Maka untuk menemukan jalan keluar dari masalah tersebut, masyarakat mulai menyempatkan diri mengamati pengrajin melakukan pekerjaannya. Dari hasil wawancara dengan seorang pengrajin yang telah lama menekuni usaha kerajinan yaitu Kamaluddin dengan latar belakang bukan orang Cirebon. Kamaluddin pengrajin pertama yang mengikuti jejak orang Cirebon, pertama kali ia tidak mengerti tentang cara mengolah rotan, kemudian mengikuti pelatihan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang bekerjasama dengan orang Cirebon. Kamaludin berkeinginan ingin mengelola rotan sendiri. Awalnya pada tahun 1960 dengan modal Rp.1.000 untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja berasal dari keluarga. Pada mulanya hasil rotan yang mereka buat masih kurang bagus dan mereka gunakan untuk keperluan pribadi saja. Dengan adanya proses dan kesabaran dalam mengelola kerajinan rotan sampai berhasil. Kerajinan yang mereka buat pun masih dijual dengan cara tradisional yaitu dengan berkeliling mencari langganan yang berminat dengan kerajinan rotan, dan Selain itu barang tersebut juga ditawarkan ke pasar-pasar yang ada di Medan seperti pasar Petisah, pasar Sentral juga pasar di Sei Sikambing. Kamaluddin berkeinginan membuka toko di Jalan Jenderal Gatot Subroto km.4 no.81 karena menurutnya jika tidak membuka toko maka usahanya tidak akan berjalan
Universitas Sumatera Utara
dengan sempurna. Pada tahun 1965 Kamaluddin membuka usaha kerajinan rotan di Jalan Jenderal Gatot Subroto dengan nama usahanya yaitu Lisma Rottan Handicraft Kemudian usaha tersebut lambat laun semakin berkembang dan karena banyaknya orderan barang dari konsumen Kamaludin kekurangan tenaga kerja maka Kamaluddin memperkerjakan 5 orang anak-anak yang tidak bersekolah dan dalam usia produktif serta mempunyai keahlian dalam menganyam dengan gaji harian dan borongan. Melihat masyarakat Sei Sikambing D mulai tertarik dengan anyaman rotan. Maka orang Cirebon tersebut mulai mengadakan pendekatan dengan maksud menjalin kerja sama dengan orang yang telah mahir mengayam rotan. Hal inilah yang membedakan pengrajin rotan di Lingkungan X Sei Sikambing dengan pengrajin di daerah lain yang mana mereka mempelajari pembuatan rotan di tempat itu dan bersumber dari penduduk pendatang.
3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajinan Rotan Pertumbuhan dalam sebuah usaha industri diukur dari kualitas dan kuantitasnya yang kemudian mengarah pada perkembangnnya dan mencakup pada eksistensinya di tengah persaingan industri yang semakin bertambah baik dari segi jumlah maupun mutunya. Memasuki tahun 1980-an usaha kerajinan semakin berkembang secara signifikan yang dibuktikan dari semakin tingginya permintaan hasil-hasil produksi dari konsumen. Untuk memenuhi orderan tersebut maka mereka menambah tenaga kerja untuk dipekerjakan dalam usaha kerajinan yang mana sebelum usaha tersebut berkembang tenaga kerja hanyalah berasal dari kalangan keluarga inti saja dan pemasaran/pendistribusian barang-barang kerajinan tersebut masih sistem manual dalam artian masih bersifat keliling.
Universitas Sumatera Utara
Usaha kerajinan anyaman rotan di Kelurahan Sei Sikambing D ini, telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan, baik dalam peningkatan produksi maupun dalam pengorganisasian tenaga kerja, pemasaran dan lain-lain. Ada yang semula hanya menjadi buruh, kemudian membuka usaha sendiri di bidang yang sama, dan ada yang tidak tau sama sekali mengenai anyaman rotan kini sudah mahir dan mereka yang dulunya hanya menganggap kerajinan sebagai usaha sampingan namun pada akhirnya memutuskan untuk mendekati agen. Namun seiring dengan perkembangannya maka mereka merekrut anak-anak yang tidak mau sekolah untuk di latih dengan persyaratan bahwa anak yang dimaksud harus berada usia produktif serta mau dan giat bekerja menganyam rotan dan kebanyakan laki-laki dibanding perempuan. Peningkatan pemesanan kerajinan bukan hanya dari masyarakat sekitar saja tetapi juga dari luar daerah kota Medan bahkan para pengrajin telah mampu mengekspor barang-barang ke luar negeri walaupun dalam jumlah yang kecil. Adapun pengiriman barang ke luar kota Medan seperti: 1. Daerah Binjai 2. Daerah Langkat 3. Daerah Kotamadya Medan 4. Daerah Kabupaten Simalungun 5. Daerah Kotamadya Sibolga 6. Daerah Kabupaten Asahan 7. Daerah Kabupaten Batu Bara 8. Daerah Istimewa Aceh 9. Daerah Sumatera Barat
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkembangan pembuatan kerajinan rotan ini makin diintensifkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga sudah memenuhi masyarakat luas (pasar ekspor) Sedangkan untuk pemasaran ke luar negeri seperti:
1. Malaysia 2. Hongkong 3. Amerika 4. Australia dan 5. Beberapa Negara Eropa. Dalam rangka mendukung pengembangan kerajinan rotan, pemerintah memilih beberapa masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti pameran-pameran yang ada di kota medan dan juga di luar Sumatera Utara. Barang-barang yang diikut sertakan dalam pameran itu seperti vas bunga, berbagai jenis kursi, hulahop, keranjang, bola takraw, dan barang-barang yang lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari usaha kerajinan sangat membantu kelangsungan hidup masyarakat pengrajin tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok dalam hidup sehari-hari tetapi juga dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka dan untuk gaji pekerja. Dengan begitu kehidupan mereka telah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumya. Hal ini didukung dengan digalakkannya ekspor barang jadi rotan dengan keluarnya surat keputusan Menteri perdagangan tahun 1988 tentang penyempurnaan surat keputusan menteri perdagangan tahun 1986 tentang Tata Niaga ekspor rotan, maka mulai tanggal 1 Juli 1988 untuk mempercepat pertumbuhan ekspor barang jadi
Universitas Sumatera Utara
asal rotan tanpa mengganggu kelestarian tanaman rotan maka keluar larangan ekspor bahan baku dan barang setengah jadi rotan. 12
Dengan keluarnya peraturan pemerintah tersebut maka dampak positif dirasakan pengrajin sangat besar sekali. Hal ini terlihat dengat meningkatnya pesanan order barang jadi rotan (meuble dan anyaman rotan) baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor. Tetapi hanya beberapa pengrajin saja yang melakukan pengeksporan barang ke luar negeri, sedangkan pengrajin lainnya hanya tingkat lokal saja.
Dalam perkembangannya usaha kerajinan rotan tidaklah berjalan dengan lancar melainkan banyak kendala yang ditemukan yang membuat usaha tersebut mengalami pasang surut. Adapun kendala-kendala yang terjadi pada pengrajin seperti susahnya dalam memperoleh bahan baku karena banyaknya terjadi kerusakan hutan, sehingga komuditas rotan sangat berkurang, kemudian karena daya beli masyarakat mahal. Berkurangnya minat masyarakat terhadap kerajinan rotan karena kuatnya persaingan di pasar lokal akibat dari pemasokan barang-barang kerajinan dari interlokal (luar negeri) dengan bahan-bahan yang lebih modern, seperti kayu, besi, bambu, dan plastik. Berkurangnya beberapa jenis produksi hasil kerajinan rotan seperti kursi raja dan kursi ratu, dan tahun 1985. hal ini dikarenakan harga jual yang ditawarkan tidak sesuai dengan biaya produksinya yang mana dalam membuat kursi tersebut membutuhkan waktu yang lama dan prosesnya sangat rumit, kemudian juga para peminatnya sangat sedikit. Selain itu semakin bertambahnya pengrajinpengrajin rotan maka orderan bagi pengrajin dari biasanya makin berkurang. 12
Zainal abidin Hrp, Laporan penelitian Analisis peningkatan pengembangan industri kecil kerajinan rotan di kota Madya Medan, Medan: USU Lembaga Penelitian Medan, 1990, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
3.3 Modal dan Tenaga Kerja
3.3.1 Modal
Modal merupakan salah satu yang menjadi faktor pendukung dalam proses produksi. Tanpa modal proses produksi tidak akan mungkin berjalan baik. Modal yang dimaksudkan adalah uang atau dana maupun modal skill atau keahlian. Begitu juga dengan pengrajin rotan yang ada di kelurahan Sei Sikambing D Lingkungan X Kecamatan Medan Petisah. Modal awalnya sebesar Rp.1.000,- untuk memperoleh bahan baku dengan tenaga kerja terdiri dari anggota keluarga. Dengan modal yang begitu kecil jika dibandingkan dengan susahnya mendapat bahan baku maka hasil produksi pun terbatas sesuai dengan kemampuan modal yang ada misalnya hanya rak buku, tas dan keranjang tempat parsel. Modal yang diperoleh hanyalah modal sendiri tanpa adanya pinjaman dari pihak koperasi ataupun Bank. Selain itu kerajinan rotan masih kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah setempat sehingga pada masa itu kerajinan rotan tidak begitu berkembang dan hanya di kenal kalangan masyarakat sekitar.
Modal
merupakan sarana
pokok
bagi terciptanya
usaha
kerajinan
dan
kelangsungannya, di samping minat, bakat, ketekunan dan keyakinan, modal berperan sangat penting untuk pengembangan dan peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi, terlebih lagi jika keadaan harga rotan di pasar sedang meningkat, maka modal benar-benar dapat menentukan hidup matinya usaha kerajinan tradisional rotan. 13
13
Hartati Prawinoto, dkk. Pengrajin Tradisional Daerah Jawa Tengah, Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
Pada mulanya para pengrajin mempergunakan modal yang bersumber dari modal sendiri. Selain itu ada pula bantuan dari kelompok pengrajin yang berasal dari Cirebon. Modal dana ini masih mencukupi ketika produksi masih dalam tingkat yang sederhana. Artinya memenuhi kebutuhan pesanan dari lingkungan sekitarnya. Tetapi ketika kebutuhan pasar semakin meluas maka dana yang diperlukan semakin besar. Dalam perolehan modal tidak sulit bagi pengrajin, boleh dikatakan mudah dan sederhana. Ada beberapa modal yang bisa dimanfaatkan oleh para pengrajin anyaman rotan. Ruang kerja adalah sebagai modal tetap. Ruang kerjanya berada dirumah para pengrajin sendiri. Biasanya ruang kerja itu rumahnya sendiri. Namun apabila mereka memiliki sisa lahan atau perkarangan rumahnya. Mereka membangun ruang kerja yang sederhana dengan dinding tepas atau nipah. Ruang kerja ini berfungsi sebagai tempat kerja, juga sebagai tempat penyimpanan bahan dan penjemuran. Bahan ruang kerja yang sederhana itu juga menjadi tempat penyimpanan hasil produksi yang belum dipasarkan.
Bagi pengrajin yang tidak memiliki ruang kerja tersendiri, rumah menjadi tempat segala kegiatan yang menyangkut proses pembuatan barang-barang rotan. Bahan bakunya biasanya diletakkan di depan rumah, demikian juga dengan hasil produksi yang belum dipasarkan, kalau tidak cukup di rumah dibiarkan di luar rumah. Sebagai lokasi penjemuran biasanya memanfaatkan areal perkuburan yang terdapat di sekitarnya.
Disamping rumah dan halamannya sebagai modal ruang kerja, berbagai peralatan yang dimiliki pengrajin juga merupakan modal tetap. Pengadaan berbagai peralatan tersebut adalah atas usaha mereka atau bantuan keluarga mereka, tanpa minta bantuan orang luar dari keluarganya. Ada juga peralatan yang dimiliki pengrajin anyaman rotan.
Universitas Sumatera Utara
Modalnya adalah berupa modal dalam bentuk barang, yaitu barang yang bergerak maupun barang tidak bergerak.
Kecuali dari modal berupa barang tersebut masih ada modal berupa uang. Untuk kebutuhan modal dalam bentuk uang kontan mereka cenderung menggunakan modal uang dari hasil simpanan sendiri. Sebagian Para pengrajin di kelurahan Sei Sikambing D memiliki solidaritas yang tinggi baik tolong-menolong maupun meminjamkan uang serta meminjamkan bahan baku.
Pada saat pengrajin kekurangan dana membeli peralatan anyaman rotannya, untuk meminjam ke bank mereka belum tertarik, karena mereka berpendapat bahwa jika berhubungan dengan pihak bank, hal itu akan sulit karena mau tidak mau mereka harus memiliki jaminan. Selain itu menurut mereka, meminjam uang ke Bank harus dengan surat menyurat dan harus disimpan baik-baik jangan sampai hilang. Juga masalah waktu merupakan beban bagi mereka, tetapi meminjam kepada kerabat waktunya bisa malam hari, bisa sore hari, dan tidak perlu menggunakan barang jaminan dan tidak memakai bunga. Sehingga mereka tidak berpikir susah-susah lagi pada saat mau mengembalikan uangnya.
Bantuan
yang
diberikan
oleh pemerintah
berupa dua perangkat
mesin
pembelah/penghalus rotan, Ada juga permerintah memberikan bantuan uang tunai bagi yang membutuhkannya melalui sistem Bapak angkat, yang berhak mendapat pinjaman modal pengrajin yang mempunyai pengolahan kerajinannya banyak dan melalui Koperasi Pengrajin Rotan (KOPTAN), Angsapura, Asai, dan Pertamina yang membantu memberikan
Universitas Sumatera Utara
dana pada para pengrajin melalui koperasi, para pengrajin ini dapat membeli bahan penolong dengan cara kredit dan ketentuan paling lama tiga tahun. 14
3.3.2 Tenaga kerja
Usaha kerajinan rotan merupakan usaha keluarga (home industri) yang penanganannya disamping melibatkan keseluruhan anggota keluarga juga dibantu dengan beberapa orang tenaga kerja yang sudah dididik dan dilatih secara intensif dan nonformal melalui penunjukkan contoh-contoh pembuatan kerajinan yang baik. Para pemilik usaha kerajinan melatih keterampilan para tenaga kerja khususnya para tenaga kerja yang masih baru untuk selanjutnya kepada mereka disuruh untuk mencoba membuatnya secara bertahap, sampai akhirnya mereka benar-benar mampu untuk mengerjakannya sendiri tanpa harus terus-menerus dibimbing dan diarahkan.
15
Tenaga kerja dalam usaha kerajinan rotan berasal dari keluarga sendiri. Ayah adalah pekerja utama sedangkan istri dan anak-anak sebagai tenaga pembantu. Kadang-kadang seorang anak yang sudah kawin dan tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya, masih menjalankan usaha kerajinan yang dikelola sang ayah. Si anak tersebut bekerjasama dengan orang tuanya dan hasilnya tergantung pada kesepakatan bersama. Akan tetapi ada pula anak bekerja pada orang tuanya dengan status buruh bahkan ada pula mereka bersama menjalankan usaha dengan perincian keuntungan dibagi bersama.
14 15
Wawancara dengan Parman, di Lingkungan X Sei Sikambing D tanggal 5 Agustus 2010 Ibid ., hal. 94
Universitas Sumatera Utara
Kalau pengrajin tidak dapat memenuhi tenaga kerja dari keluarga sendiri, mereka memperkerjakan buruh dari luar keluarganya. Setiap hari mereka bekerja pada unit usaha tertentu, dengan upah harian atau borongan. Buruh yang bekerja secara borongan upahnya dibayar sesuai dengan hasil kerjanya. Sedangkan buruh tetap mereka bekerja pada suatu unit kerajinan tertentu dan mereka selalu terlibat dalam setiap proses produksi. Akan tetapi buruh harian atau buruh tidak tetap bekerja pada suatu unit usaha kerajinan tertentu dengan ketentuan apabila mereka dipanggil atau dipekerjakan. Mereka dipanggil karena banyak pesanan, dan upah mereka dibayar sesuai dengan hasil kerjanya. Selain itu, buruh harian tidak tetap ini, ada juga anak-anak muda dan remaja bahkan anak-anak sekolah yang berasal dari penduduk setempat. Anak-anak itu bekerja pada unit usaha kerajinan rotan setelah pulang sekolah dan tenaga kerjanya (buruh) juga berasal dari Batangkuis, Amplas, Binjai dan juga daerah sekitar Sei Sikambing, Kapten Muslim, Sunggal.
Berdasarkan pembagian kerjanya, produksi pengrajin setempat umumnya pengrajin dalam membuat rangka, mengikat dan mengayam, membuat lobang (membor), menghaluskan rangka dan mencat. Jika pesanan banyak adanya tenaga kerja tambahan supaya hasil kerajinannya cepat selesai dan konsumen pun tidak merasa kecewa. Para pengrajin yang tidak memakai tenaga kerja buruh, biasanya si ayah membuat rangka sampai selesai atau kadang-kadang si istri mengayam, sementara anak-anaknya menghaluskan rangka dan mengecat. Pekerjaan pada tahap permulaan seperti menyisik, mencuci rotan sering dilakukan oleh anak-anak dan remaja yang kurang terampil. Pekerjaan-pekerjaan yang demikian inilah yang sering dilakukan anak-anak keluarga pengrajin, setelah pulang sekolah. Keahlian kaum ibu-ibu selain mengayam juga
Universitas Sumatera Utara
membentuk barang-barang rotan lainnya seperti hiasan dinding, vas bunga, keranjang bingkisan (parsel), kerangka karangan bunga dan barang rotan lainnya.
Pekerjaan membuat rangka, mencat dan menghaluskan rangka dengan kertas pasir adalah pekerjaan yang didominisi oleh pengrajin pria, sementara lain seperti menganyam, menyisik dan mencuci rotan dapat dikerjakan oleh pria maupun wanita. Ada suatu pekerjaan yang khas dalam proses pembuatan barang-barang rotan ini yang hanya dapat dikerjakan oleh tenaga kerja yang sudah terampil. Jenis pekerjaan tersebut adalah membuat rangka. Hal ini disebabkan karena pengrajin ini sangat membutuhkan keuletan, kehatihatian dan kesabaran. Kesalahan membuat rangka akan mempengaruhi kualitas barang rotan yang mereka produksi. Itulah sebabnya jenis pekerjaan ini hanya dilakukan oleh pengrajin yang terampil.
Akan tetapi pengrajin rotan yang mempekerjakan buruh dalam usaha yang dikelolanya, khusus pekerjaan membuat rangka ini biasanya ditangani sendiri. Hanya sebagian kecil buruh yang mampu membuat rangka. Buruh yang sudah mampu seperti itu cenderung untuk melepaskan statusnya sebagai buruh dan berusaha untuk membuka usaha sendiri. Pekerjaan pengrajin berbeda-beda ada yang bekerja secara tetap, borongan juga harian, bagi pengrajin yang secara tetap pada umumnya dalam sehari kerja mereka dapat menyelesaikan 5 anyaman apalagi banyaknya pesanan konsumen kadang mereka sampai lupa waktu.
Pengrajin yang terampil bekerja pada unit usaha kerajinan rotan dapat berpenghasilan antara Rp.5.000 – Rp.10.000/hari. Buruh terampil, buruh yang telah mampu
Universitas Sumatera Utara
melakukan semua jenis pekerjaan, dan pada saat wawancara seorang informan Parman mengatakan bahwa penghasilan Rp.5.000 perhari adalah upah yang paling rendah. Itupun terjadi apabila mereka malas bekerja atau pekerjaan sedikit. Bagi mereka yang bekerja borongan gajinya sekitar Rp.15.000,- dan pekerja harian dapat berpengasilan antara Rp1.500 – Rp.4.000 (tahun 1980). pekerja harian termasuk tenaga kerja yang kurang terampil. Karena itu pekerjaan yang mereka lakukan adalah mencuci, merendam, mengeringkan rotan, menghaluskan rangka dengan kertas pasir, mencat, menyisik, dan “menarik”.
Pada tahun 2000-an makin bertambahnya kerajinan rotan dan tenaga kerja, banyaknya omset atau pesanan barang-barang dari konsumen. Harga-harga barang pun mulai naik, maka pengasilan pengrajin pun bertambah, gaji pekerja tetap dan borongan berpenghasilan antara Rp.500.000 – Rp.1000.000/Bulan sedangkan pekerja harian berpenghasilan Rp.30.000. 16
3.4 Sumber Bahan Baku
Kerajinan anyaman rotan bagi masyarakat kelurahan Sei Sikambing D khususnya kelompok pengrajin adalah merupakan usaha sampingan yang dapat membantu pendapatan mereka selain dari pekerjaan mereka sebelum menjadi penganyam. Penanggung jawab usaha ini umumnya sang suami atau kaum laki-laki yang dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh anggota keluarganya. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan jenis-jenis anyaman rotan secara sistematis akan diuraikan melalui dari penyediaan bahan baku.
16
Wawancara dengan Parman, di Lingkungan X Sei Sikambing D tanggal 05 Agustus 2010
Universitas Sumatera Utara
Bahan baku (rotan) diperoleh dari luar lingkungan. Daerah-daerah pemasok rotan yang utama ke kota Medan pada umumnya dan para pengrajin pada khususnya ialah daerah propinsi Sumatera Utara sendiri, daerah Istimewa Aceh, dan Propinsi Jambi. Penghasil rotan utama di Sumatera Utara ialah kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi. Kemudian penghasil rotan di daerah Istimewa Aceh ialah Meulaboh dan Singkil dan daerah Langkat. Karena itu daerah – daerah tersebut yang menjadi pemasok rotan yang utama. Tetapi kadang-kadang rotan dipasok dari propinsi Sumatera Barat dan Riau.
Perkembangan industri kerajinan rotan membawa dampak yang positif bagi masyarakat pinggiran kota. Adapun dampak yang paling menonjol adalah munculnya inisiatif dan juga karena anjuran pemerintah maka masyarakat membudidayakan rotan yang mana sebelumnya rotan hanyalah hasil hutan tetapi dengan tingginya permintaan terhadap rotan para pembudidaya rotan semakin meningkat. Seperti halnya di daerah Bahorok.
Walaupun bahan baku rotan didatangkan dari luar kota Medan namun kemudian para pengrajin tidak mengalami kesulitan. Para pengrajin rotan yang tinggal di kota Medan atau di kota lainnya mendatangi daerah-daerah penghasil rotan dan membelinya dari para pengumpul/pencari rotan hal itu mereka lakukan dengan pertimbangan bahwa jika mereka membelinya melalui agen maka otomatis harga lebih tinggi dibandingkan jika mereka sendiri yang turun langsung. Rotan-rotan yang mereka beli kemudian disalurkan kepada para pengusaha yang khusus menjual rotan. Para pengrajin rotan membeli dengan cara berlangganan. Adapun rotan yang kualitasnya bagus yaitu rotan yang umurnya 12 tahun baru panen karena dengan umur yang demikian rotan-rotan tersebut lebih keras tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
lebih lentur dan tidak ditemukan kerutan dan tidak terdapat pecahan-pecahan sedangkan apabila rotan dipanen pada usia muda maka kualitasnya kurang karena terjadi pengerutan atau pengecilan.
Pengrajin membeli rotan kadang-kadang mereka langsung membayar lunas harga rotan tersebut, kadang-kadang mereka beli dengan cara mengangsur. Rotan yang diperoleh dari pedagang harus diolah terlebih dahulu, karena rotan yang dibelinya tersebut adalah rotan mentah (baru selesai direndam, dikeringkan dan dibersihkan) setelah rotan-rotan tersebut dibeli harus digelar dahulu dihalaman rumah, supaya rotan-rotan tersebut lebih kering lagi dan mudah mengolahnya. Menurut para pengrajin mereka lebih senang membeli kepada langgananya. Disamping mereka sudah kenal, rotan-rotan yang dibelinya dapat langsung diantar kerumah pengrajin. Selain rotan mentah mereka juga membeli rotan yang sudah masak/kering.
Rotan-rotan yang dibeli itu juga terdiri dari berbagai macam rotan. Semua jenis rotan yang dibutuhkannya, bisa didapat dari pengumpul rotan tersebut. Dari berbagai jenis rotan ini diolah dengan menggunakan alat yang disebut “ Rajikan” yang dibuat oleh pengrajin itu sendiri. “Rajikan” dibuat dari bahan sebuah pisau segi empat, tiga buah skrup, dan sebuah roda yang sama besarnya dengan dasar kaleng susu. Alat tersebut dibuat dengan mencontoh dari alat pemproses rotan (mesin pengolah) yang ada di kota Medan. Alat ini digunakan untuk membelah, sebesar dua atau tiga mm, dan membelah kulit rotan dengan ukuran 2-4 mm.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai jenis rotan yang digunakan oleh para pengrajin. Dari keseluruhan bagian rotan tidak sedikitpun yang terbuang kecuali daunnya untuk keperluan rangka atau tulang biasanya menggunakan rotan manau, rotan semambau, atau rotan pitrit. Rotan-rotan ini termasuk rotan yang besar dengan diameter berkisar antara 2-6 cm dan untuk keperluan rangka atau jari-jari mereka menggunakan rotan saga, rotan air dan rotan batu, rotan cacing yang digunakan sebagai “Lungsi” 17. Rotan cacing ukurannya kecil yang biasanya dibeli secara perkilo rotan cacing ada bermacam-macam seperti rotan cacing warna putih, merah dan semu/perpaduan. Walaupun jenisnya berbeda namun penggunaanya sama. Semua jenis rotan tersebut merupakan bahan untuk keperluan pengayaman.
Para pengrajin anyaman selain memerlukan berbagai jenis rotan juga memerlukan bahan pembantu. Adapun bahan pembantu atau alat tersebut antara lain paku, kayu, lem cap kambing, minyak pengkilat, minyak tiner, pewarna, sendi seler, dampul, melemin, kertas pasir, triplek, kaca cermin, busa fom, kain untuk bantalan, dan paku jamur.
3.5 Tahap Produksi
Walaupun keseluruhan daerah Lingkungan X, sudah merupakan wilayah pemukiman dan tidak ditemukan lagi adanya tanah-tanah kosong, bukan menjadi suatu penghalang untuk mereka meningkatkan jumlah produksi. Selain itu sarana-sarana umum yang terdapat di wilayah ini berupa 1 (satu) buah lapangan bola volly yang terdapat di Gang Pertama ujung, sekolah Madrasah yang juga dimanfaatkan sebagai tempat menjemur rotan yang lokasinya berdampingan langsung dengan rumah-rumah penduduk. 17
Lungsi dalam istilah kerajinan rotan adalah tiang pemisah antara anyaman yang satu dengan yang lain atau antara galah yang satu dengan galah yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Langkah pertama yang dilakukan oleh para pengrajin rotan adalah melunakkan /memasak rotan supaya dalam proses pengolahannya lebih mudah. Melunakkan rotan ini dilakukan untuk mencegah cepat rusak. Barang-barang hasil kerajinan tidak mudah diserang jamur dan serangga. Rotan yang diawetkan tersebut adalah rotan yang baru dibeli dari para pengumpul rotan terutama rotan-rotan yang masih muda.
Mereka melunakkan/memasak rotan-rotan tersebut dengan cara merendam di air sungai. Sebelum direndam rotan-rotan itu diikat terlebih dahulu supaya tidak berserakan. Kemudian diikatkan kembali ketambang yang ditancapkan/patokkan ke pinggir sungai. Setelah kira-kira 6-7 hari diangkat dari perendaman, dibersihkan dari kotoran yang menempel sewaktu direndam. Kemudian dijemur di halaman rumah di bawah panas matahari. Penjemuran ini dimaksudkan untuk membuat rotan-rotan tersebut jadi kering dan lebih awet serta mengkilat dengan warna yang lebih menarik dan indah.
Setelah cukup kering lalu dipindahkan kedalam rumah atau tempat yang teduh, digelarkan lagi supaya mutu rotan lebih baik. Selanjutnya mempersiapkan jenis-jenis rotan tertentu dengan keadaan siap untuk diolah, yang mana yang akan dibelah dan dihaluskan dan yang mana yang akan dijadikan kerangka/tulang masing-masing dipisah. Seterusnya para pengrajin tersebut mulai membelah/ menghaluskan. Rotan yang sudah dibelah dijemur lagi ditempat yang teduh kemudian dilanjutkan dengan tahap pembuatan.
Jenis-jenis rotan yang ada disekitar kita maupun dipasarkan untuk kelancaran produksi sesuai dengan kebutuhan adalah:
- Rotan Manau
Universitas Sumatera Utara
. Rotan Manau menghasilkan batang yang berukuran besar dan berkualitas tinggi, untuk bahan prabot rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, penyekat ruangan dan dinding kamar yang rangkanya di buat dari rotan manau.
- Rotan Semambu
Rotan dengan ruas yang panjang digunakan untuk pembuat tongkat, dan perabot rumah tangga.
- Rotan Saga
Salah satu jenis rotan yang ukurannya kecil. Termasuk juga rotan yang dipergunakan para pengrajin untuk aneka anyaman rotan, dan untuk pengikat rotan.
- Rotan Getah
Rotan Getah salah satu jenis rotan yang ukurannya besar tetapi tidak sebesar rotan manau dan di gunakan pengrajin untuk membuat rangka dan siku kursi, dan untuk keranjang parsel
- Rotan Cacing
Rotan Cacing salah satu jenis rotan yang ukurannya kecil, yang biasanya digunakan pengrajin rotan sebagai Lungsi, bahan anyaman atau pengikat. Rotan cacing digunakan untuk keranjang, parsel dan sandaran kursi.
Universitas Sumatera Utara
- Rotan Benang
Bahan-bahan tersebut banyak tersedia dipasaran tertentu untuk kita peroleh dan dapat dibeli di bagian penyediaan bahan rotan, selain bahan-bahan tersebut ada juga bahan lainnya diperlukan untuk membuat suatu produk kerajinan dan membuat keranjang.
-Rotan Tabu- Tabu
Rotan yang ukurannya besar berasal dari Kalimantan dan digunakan untuk membuat Keranjang, kursi, dan gagang sapu. Adapun jenis-jenis bahan pembantu lainnya yang diperlukan untuk kerajinan rotan diantaranya adalah:
- Rotan Fitrit
Bahagian kulit dari rotan manau (rotan hati) Biasanya digunakan pengrajin sebagai bahan baku untuk membuat rangka atau anyaman dan bola takraw.
-
Rotan Polis
Rotan manau/semambu yang dikupas kulitnya. Jenis rotan polis digunakan untuk membuat ayunan, kursi,lemari,meja.
- Rotan Belah
Rotan sega yang sudah ditipiskan digunakan pengrajin untuk mengikat kursi dan untuk menganyam kursi jenisnya sama seperti rotan saga.
Universitas Sumatera Utara
- Rotan Goreng
Rotan yang telah dimasak dalam satu wadah (bak) dan telah dioleskan dengan minyak solar / minyak kelapa.
Peralatan tambahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan rotan tidak berbeda dengan peralatan yang digunakan oleh pengrajin dengan bahan baku kayu. Peralatan itu antara lain parang berbagai ukuran, gergaji, dan pisau sebagai alat pemotong, martil berbagai ukuran, kakak tua atau tang sebagai alat pencabut paku, bor sebagai alat pelobang, gunting sebagai alat pemotong, kompor api sebagai alat pemanas rotan supaya dapat dibengkokkan.lem untuk alat perekat dan triplek sebagai alas pelapis rotan, kertas pasir untuk menghaluskan rotan.
Selain peralatan tersebut, para pengrajin juga menggunakan alat khusus/khas seperti berbagai jenis/ukuran “catok, Tanggem dan Tarikan”. “catok” adalah alat untuk membengkokkan rotan yang terbuat dari kayu broti dan bentuknya seperti kunci inggris, sedangkan “tanggem” juga sebagai alat bantu untuk membengkokkan rotan. Alat ini terbuat dari beberapa buah bulatan besi yang ditempatkan pada sebilah papan, kemudian papan yang telah diletakkan besi bulat ditempelkan pada tiang broti yang sudah ditancapkan ketanah. Tinggi tiangnya berkisar antara 1-1,5 meter. Adapun “tarikan” adalah berupa pisau yang dipasangkan sedemikian rupa pada sebatang kayu (mirip alat penetam kayu) yang dapat digeser-geser posisinya sesuai dengan yang diinginkan. Alat ini digunakan untuk memisahkan bagian kulit rotan yang telah diletakkan pada pisau tersebut. Tebal tipisnya kulit rotan yang hendak dipisahkan dari hatinya ditentukan oleh posisi pisaunya.
Universitas Sumatera Utara
Alat yang menggunakan peralatan mesin, peralatan tersebut ialah bor listrik, dan juga alat pembengkok rotan, sementara peralatan lainnya masih mengandalkan tangan. Semua peralatan tersebut dibeli oleh pengrajin baik melalui pabrik pengadaan peralatan pertukangan maupun melalui toko-toko besi penjual peralatan pertukangan. Sementara peralatan lainnya masih mengandalkan tangan. Sebagian peralatan kecilnya dapat dibuat dan dikerjakan sendiri. Sesuai dengan kebutuhan alat produksi yang akan dikerjakan oleh para pengrajin. Alat khusus seperti “ tarikan, catok, dan tenggem” dapat dibuat sendiri oleh pengrajin.
Untuk proses pembuatan barang-barang rotan, ada dua cara yang umum ditempuh, cara pertama ialah mengolah atau membentuk rangka sesuai dengan warna asli rotan (kuning gading/kuning muda) dan cara kedua ialah mengola bahan baku rotan dengan menghilangkan warna kulit rotan, yakni dengan membuang kulitnya kemudian diberi pewarna, untuk mendapatkan warna asli rotan, biasanya rotan yang sudah dibeli tersebut digosokkan dalam air mengalir dengan pasir. Setelah cukup bersih, kemudian dilakukan penyisikan, yaitu membersihkan bagian buku-buku rotan dengan pisau agar pelepahpelepah daun rotan hilang dan terbuang, juga supaya buku-buku rotan tersebut kelihatan bersih dan rata.
Kadang-kadang para pengrajin rotan membeli bahan baku yang sudah siap pakai, yaitu rotan yang telah dimasak dengan minyak (digoreng) dan telah diasap dengan belerang. Pengrajin hanya mencucinya saja apabila dirasakan kurang bersih dan kilat. Selain bahan rotan yang telah digoreng dan diasap, para pengrajin kadang-kadang juga
Universitas Sumatera Utara
membeli rotan yang telah dilicinkan yakni rotan yang telah diperoses dengan mesin dan membuang kulitnya sehingga tinggal hatinya saja atau rotan fitrit.
Setelah bahan baku rotan siap untuk dibentuk, tahap pertama dalam proses pembuatan barang rotan adalah membentuk rotan sesuai dengan disain yang dirancang. Untuk rangka biasanya digunakan rotan Manau, Simambu, dan rotan Getah (disebut rotan tulang).
Sebelum rangka dibentuk, langkah awal yang dilakukan adalah memotong-motong rotan tulang dengan berbagai ukuran sesuai komponen rangka yang dikehendaki. Setelah di potong-potong beberapa bagian yang perlu dipanaskan dengan kompor api. Cara memanaskannya harus hati-hati dan pelan-pelan, demikian juga proses pemanasannya berangsur angsur, dengan tujuan supaya rotan tidak menjadi hitam dan supaya tidak terjadi kerutan-kerutan pada kulit rotan. Adapun tujuannya adalah untuk memudahkan pengrajin membengkokkan rotan. Dalam hal ini diperlukan kesabaran dan ketelitian.
Setelah pemotongan dan pembengkokan selesai. Tahap selanjutnya adalah menyambungkan komponen-komponen rangka dengan menggunakan paku dari berbagai ukuran sesuai dengan besarnya rotan yang hendak disambungkan. Biasanya dalam setiap unsur rangka terdapat komponen-komponen kecil sesuai dengan ukuran rotan. Jenis rotan yang digunakan adalah rotan saga, rotan batu dan rotan air, yang secara umum disebut rotan jari (rotan cacing). Besarnya diameter rotan jari ini berkisar antara 0,5 cm samapai 1,5 cm.
Setelah komponen-komponen rangka dihubungkan berarti proses pembuatan rangka telah selesai. Kemudian mengadakan pengayaman dan pengikatan. Bagian-bagian tertentu
Universitas Sumatera Utara
dari rangka, yaitu bekas-bekas pakuan dililit (diikat) dengan rotan pengikat. Rotan pengikat ini adalah kulit luar yang telah dibentuk menjadi tali pengikat dengan lebarnya berkisar antara 2-5 mm. Akan tetapi kadang-kadang rotan pengikat itu direndam supaya jangan mudah putus.
Sebagian dari pengrajin yang ada di kelurahan Sei Sikambing D belum memiliki mesin sendiri, sehingga untuk membuang kulit rotan dengan proses yang cepat, mereka membawa rotan ke pengrajin lain yang memiliki mesin sendiri. Selain itu ada juga yang membawa rotannya ke proyek bimbingan dan pengembangan industri kecil (BIPIK) yaitu unit operasional pengelola rotan di Medan milik Departemen Perindustrian yang letaknya relatif dekat dari kelurahan Sei Sikambing D. Di tempat tersebut disediakannya alat untuk membantu para pengrajin sehingga mutunya lebih baik.
Untuk hasil yang lebih baik sebelum di cat, pengrajin lebih dahulu menghaluskan rotan dengan menggunakan kertas pasir. Hal itu dilakukan supaya rotan lebih licin. Tahap berikutnya adalah pengecetan dan pewarnaan. Pewarnaan ini ada dua macam, yang pertama menggunakan vernis apabila jenis barang rotan yang diinginkan adalah warna asli. Cara kedua adalah mewarnainya dengan cat atau green cat, yaitu cat yang berwarna hijau atau hijau muda. Hal ini dapat dilakukan pada rangka yang kulitnya telah dibuang dengan menggunakan mesin dan menggunakan tangan (mengarit). Setelah pengecatan atau divernis, rotan-rotan dijemur supaya catnya kering.
Tahap selanjutnya adalah pengayaman. Bagian-bagian tertentu dianyam sehingga tercipta bentuk yang diinginkan. Untuk mengerjakan bermacam anyaman, terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
bahan tali rotan perlu direndam air hangat (60 ◦c) selama setengah jam agar mudah dibekuk/ditekuk dan dianyam. Sisi tali rotan yang mengkilap atau bagian kulitnya selalu dianyam dibagian luar. Menurut kedudukan tali-tali rotan yang saling menyilang dalam anyaman, maka tali-tali rotan yang mendasar disebut “lungsi” dan tali-tali rotan sebagi pengayam disebut “pakan”.
Adapun Jenis-jenis Anyaman adalah sebagai berikut:
A. Anyaman Bidang sisi seperti mata itik dan bersisi silang
1. Anyaman satu langkah
Anyaman satu langkah, dilakukan dengan sebuah tali anyam melalui depan dan belakang galah-galah satu kali. Galah-galah disini berfungsi sebagai tiang dan harus ganjil, agar dapat dianyam mengeliling.
2. Anyaman Belitan
Anyaman belitan dilakukan dengan dua buah tali anyam saling membelit dari bawah keatas, bergantian melalui depan dan belakang galah-galah.
3. Anyaman Penguat
Anyaman penguat dilakukan dengan tiga buah tali anyam. Semua tali anyam yang melalui depan dua galah, dan melalui belakang satu galah. Hasil anyaman ini kukuh/kuat dan rapat serta dipakai sebagai penguat anyaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Versi Anyaman Belitan atau anyaman penguat 5. Berbagai Versi Anyaman Bidang sisi adalah anyaman yang memiliki sisi-sisi.
B. Anyaman Sisi Tepi
1. Anyaman Lengkung kecil
Galah 1 melalui belakang galah 2, dan disamping galah 3 ditusukkan kembali kedalam anyaman. Anyaman untuk kombinasi misalnya ada tambahan enceng gondong,bambu.
2. Anyaman Lengkung Besar
Galah 1 melalui depan galah 2 dan belakang galah 3 serta 4 disamping galah 5 ditusukkan kembali ke dalam anyaman. Galah 2 melalui depan galah 3 dan belakang galah 4 serta 5 di damping galah 6 ditusukkan kembali ke dalam anyaman seterusnya.
3. Anyaman sisi tepi sebuah baki untuk menghidangkan makanan tamu-tamu. 4. Anyaman-anyaman sisi tepi untuk tatakan bulat untuk mengatur bentuk bulat.
C. Anyaman Alas Bulat D. Anyaman Alas Lonjong E. Anyaman Penali jinjing terdiri dari:
1. Anyaman matian dengan tambahan kombinasi warna seperti dalam pembuatan tas.
Universitas Sumatera Utara
2. Anyaman dengan sebuah tali anyaman pembelit, tiga buah tali anyaman tambahan dan sebuah tali anyaman berwarna pengikut batang rotan jinjing.
F. Anyaman Engsel dan Pengancing
1. Engsel-engsel tutup keranjang rotan dibuat dengan dua pasang anyaman mata tali yang saling mengikat. 2. Pengancing tutup dibuat dengan sebuah anyaman mata tali dan kayu lubang serta pen kancing. 18
Apabila penganyaman selesai ini berarti barang rotan telah siap dipasarkan. Rotan banyak dimanfaatkan menjadi bahan baku mebel seperti meja tamu, kursi serta rak buku dan kerajinan lainnya, dan rotan memiliki beberapa keunggulan dari pada kayu, seperti ringan, kuat, elastis, mudah dibentuk dan murah. Selain itu rotan lebih cepat tumbuh dan lebih mudah di panen sehingga dianggap lebih mudah mendapat keuntungan dibanding membuat prabot atau mebel dari kayu.
Diera perkembangan Jaman pada tahun 2000 dibuat aplikasi rotan dengan bahanbahan lainnya terutama untuk bahan anyaman dengan memakai enceng gondok, depok pisang, bambu maupun bahan lainnya terutama untuk anyaman. Adanya aplikasi tersebut supaya lebih menarik dan masyarakat tidak bosan dengan barang-barang kerajinan rotan, sehingga orderan semakin bertambah karena minat masyarakat untuk membeli barangbarang dari rotan juga mengalami peningkatan.
18
Hartanto Soedjono, Mengelola rotan untuk barang kerajinan ekspor (cet 2), Semarang: Dahara Prieze, tahun 1993, hal. 51
Universitas Sumatera Utara
Prabot atau furnitur dari rotan akan kelihatan klasik sehingga penggunaannya tidak hilang walaupun banyak bahan baku lain yang kini digunakan. Harga kerajinan rumah tangga yang terbuat dari rotan tidak semahal dengan kerajinan atau prabot yang terbuat dengan bahan dasar kayu walaupun memiliki kualitasnya tidak jauh berbeda. Kursi atau meja yang terbuat dari rotan lebih ringan dan sederhana sehinga cocok diletakkan di ruangan yang kecil serta mudah dipindahkan. Kerajinan yang terbuat dari rotan akan bertahan lama, jika dilakukan perawatan seperti:
- Perbersihan seminggu sekali cukup dengan menggunakan lap kering untuk menghilangkan debu-debu yang menempel. Dengan tidak mengunakan cairan kimia karena akan merusak rotan.
- Membersihkan debu dan kotoran yang menempel di sela-sela sekali dalam 1 bulan, dengan cara mencuci dan menggunakan cairan detergen, kemudian dilap dengan menggunakan lap kering serta dikeringkan.
- Melakukan pengecatan ulang apabila rotan tersebut telah mengalami perubahan warna (pudar)
- Untuk menghindari rayap pemakai menggunakan larutan kamper (kapur bagus) dan minyak tanah, dengan cara menyemprotkan larutan tersebut
pada rotan atau
memasukkannya pada lobang rayap pada prabot rotan.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Proses Produksi
Hasil kerajinan rotan yang diproduksi pengrajin rotan di kelurahan Sei Sikambing D lingkungan X adalah berbagai jenis kursi, keranjang, kap lampu, lemari, vas bunga, keranjang buah, alat olahraga seperti hulahop bola takraw, keranjang musiman seperti tempat parsel dan mereka juga menjual rotan batangan, rotan batangan untuk sebagian masyarakat berguna sebagai alat yang bisa membantu melacarkan saluran air pembuangan yang macet, karena sifat rotan yang lentur jadi mudah dimasukan ke sela parit atau saluran air. Akan tetapi jumlah dan jenis produksi itu sangat tergantung pada permintaan pasar. Jika suatu jenis barang rotan tertentu paling banyak diminati maka para pengrajin berusaha memproduksinya sesuai permintaan pasar.
Apabila pemasaran barang-barang produksi lancar, mereka semakin semangat dan semakin meningkatnya hasil produksinya. Sedangkan apabila pasaran sunyi, mereka kurang gairah untuk berproduksi. Jika produksi sebelumnya belum laku terjual para pengrajin tidak mau membuat produksi baru. Kadang-kadang karena kesulitan modal kerja yang mereka butuhkan kurang mendukung. Hal itu disebabkan karena pengrajin umumnya memiliki modal yang kecil, sehingga mereka mengharapkan hasil penjualan produksi mereka banyak terjual dan pengrajin bisa memulai produksi yang baru dengan jumlah yang lebih banyak.
Apalagi jika ditawarkan bentuk barang yang akan dibuat kepada konsumen dan konsumen sangat tertarik, maka mereka merasa semangat membuatnya dan mereka ingin meningkatkan mutu barang produksinya dengan selalu memikirkan dan mencari informasi
Universitas Sumatera Utara
tentang model-model baru yang sedang diminati konsumen. Dari situ para pengrajin anyaman rotan mencoba membuat atau menciptakan desain-desain baru.
Dalam usaha dagang penjual tidak selamanya mendapat keuntungan tetapi ada kalanya konsumennya sedikit sehingga penjualan barang-barang produksi kerajinan dalam sehari hanya terjual 2 pasang kursi, bahkan kadang tidak ada yang terjual sama sekali. Sehingga para pengrajin sulit untuk membuat jadwal/rencana produksi.
Walaupun penjualan barang-barang produksi menurun tetapi sebagian pengrajin tetap mencari cara dengan menjual barang-barangnya secara berkeliling, dan ada saja pembeli eceran yang memborong/membeli tetapi dengan harga yang lebih murah dari harga biasa. Sehingga ada modal dari pengrajin, dan barang-barang kerajinan yang lama tidak bertahan lama.
Apabila pada saat menjelang masuk ajaran baru, tingkat penjualan sangat berkurang sekali, karena konsumen lebih mementingkan kebutuhan anak-anaknya dari pada peralatan rumah tangga, tetapi menjelang hari-hari besar seperti bulan puasa menjelang lebaran, hari natal, tahun baru serta imlek, produksi mereka meningkat dengan jumlah rata-rata produksi setiap pengrajin mencapai 8-10 pasang kursi/hari dan pembuatan keranjang mencapai 1000 buah/hari. Begitu juga dengan barang-barang hasil kerajinan lainnya.
Pada hari-hari besar tersebut para pengrajin kewalahan untuk memenuhi permintaan/pesanan para konsumen. Dan kadang pengrajin membutuhkan tambahan pekerja harian untuk membantu pengolahan. Pesanan yang lebih banyak berupa anyaman keranjang bingkisan/kado, keranjang tempat buah, membuat bunga dan vas bunga. Para
Universitas Sumatera Utara
pemesan dari luar kota banyak berdatangan untuk memesan barang-barang kerajinan dan pada saat banyaknya pesanan para pengrajin hampir tidak memiliki waktu istirahat baik siang
maupun
malam
mereka
berusaha
menyelesaikan
pekerjaannya
sesuai
permintaan/pesanan konsumen supaya konsumen tidak kecewa. Para pengrajin akan berusaha mengikuti bagaimana model-model barang rotan sesuai minat konsumen. Karena itu para pengrajin berusaha untuk menciptakan jenis-jenis produk baru. Seperti barangbarang yang mereka lihat digemari konsumen, dan mereka akan berusaha meniru dan membuatnya dan untuk menarik selera konsumen dengan memberi hiasan.
Hampir keseluruhan hasil produksi pengrajin rotan di kelurahan Sei Sikambing D Lingkugan X ini untuk dijual. Jarang sekali jenis produksinya dimanfaatkan sendiri. Adapun peralatan rumah tangga yang ada di rumah mereka hanyalah seadanya dalam arti peralatan itu adalah mutu yang kurang bagus karena barang tersebut merupakan hasil praktek/percobaan dari masyarakat yang belajar dan belum paham. Rotan-rotan yang digunakan pun hanyalah jenis rotan yang kualitasnya kurang baik atau barang yang tidak laku mereka jual.
Ini membuktikan bawa jenis usaha kerajinan yang mereka kelola merupakan mata pencaharian utama. Itulah sebabnya keseluruhan jenis produksi mereka, orientasinya untuk dijual. Kalaupun para pengrajin membutuhkan barang tertentu/prabot rumah tangga mereka dapat membuatnya sendiri sesuai dengan bentuk yang mereka inginkan.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Hasil Produksi
Biasanya jumlah hasil anyaman yang diperoleh pengrajin dalam setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini bisa terjadi karena kegiatan pembuatan anyaman rotan tergantung kepada lamanya jam kerja dan kemahiran yang mereka miliki juga minat masyarakat dan barapa banyaknya pesanan.
Industri kerajinan memproduksi berbagai jenis kerajinan mulai dari yang terkecil sampai kepada yang terbesar dengan variasi harga yang berbeda-beda dan juga bentuk barang yang berbeda-beda. Semakin baik kualitas suatu barang semakin tinggi harganya dan semakin uniknya sebuah barang maka akan menarik perhatian/minat dari para konsumen. Untuk itu diperlukan wawasan yang luas demi menciptakan suatu terobosan baru dengan ide baru dalam mendisain sebuah kerajinan. Konsumen akan lebih tertarik karena tingginya nilai kreatifitas dan seni yang terdapat pada suatu hasil kerajinan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kamaluddin di lingkungan X tanggal 05 Agustus 2010 bahwa jumlah barang kerajinan rotan pada tahun 1980 adalah:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Harga rotan berdasarkan jenis: NO
JENIS – JENIS ROTAN
HARGA
1.
Rotan Mano
Rp.4.000 – Rp.4.500/Batang
2.
Rotan Semambu
Rp.1.700 - Rp.2.000/Batang
3.
Rotan Pitrit
Rp 8.000 - Rp 12.500Batang
4.
Rotan Getah
Rp.500 - Rp.800/Kilo
5.
Rotan Saga
Rp.700 – Rp.2.000/Kilo
6.
Rotan Cacing
Rp.1.500/Kilo
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 1980an.
Barang-barang yang diperoleh pengrajin dengan perikat dan kiloan. Rotan yang di jual kepada konsumen, pengrajin hanya mengambil untung sekitar Rp 500- Rp 1.000.
Table 2 Harga rotan berdasarkan jenisnya Pada tahun 1990-an:
NO
JENIS – JENIS ROTAN
HARGA
1.
Rotan Mano
Rp. 10.500 / Batang
Jenis-jenis rotan Manau berdasarkan ukuran:
Universitas Sumatera Utara
2.
Rotan Mano Polis kecil
Rp.8.000 / Batang
3.
Rotan Mano sedang
Rp.14.000 / Batang
4.
Rotan Mano ukuran 40 AP besar
Rp. 12.000 / Batang
5.
Rotan Mano Ukuran 35-40
Rp. 10.000 / Batang
6.
Rotan Mano Ukuran 30-35
Rp. 8.000 / Batang
7.
Rotan Getah
Rp. 2.400 /Batang
8.
Rotan Pitrit
Rp. 14.900 /Batang
9.
Rotan Semambu
Rp. 5.500 / Batang
10.
Rotan Saga
Rp. 7.500 / Kilo
11.
Rotan Cacing
Rp. 3.000 / Kilo
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 1990an
Table 3 Harga rotan berdasarkan jenisnya Pada tahun 2000 : NO
JENIS-JENIS ROTAN
HARGA
1.
Rotan Mano
Rp.13.000 / Batang
Jenis-jenis rotan Mano dan berdasarkan ukuran: 2.
Rotan Mano Polis kecil
Rp.12.000 / Batang
3.
Rotan Mano sedang
Rp.17.000/Batang
4.
Rotan Mano ukuran 40 AP besar
Rp.20.000/Batang
5.
Rotan Mano Ukuran 35-40
Rp.18.000/Batang
Universitas Sumatera Utara
6.
Rotan Mano Ukuran 30-35
Rp.16.000/Batang
7.
Rotan Getah
Rp.3.000-Rp.4.000/Kilo
8.
Rotan Pitrit
Rp.25.000 – Rp.27.000/Batang
9.
Rotan Semambu
Rp 5.000- Rp 7.000 / Batang
10.
Rotan Saga
Rp.12.500/Batang
11.
Rotan Cacing
Rp.3.000/ Kilo
12.
Rotan Tabu-tabu berdasarkan ukurannya
Rp.7.000 – Rp.10.000/Batang
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 2000
Table 4 Berdasarkan jenisnya Harga barang-barang rotan tahun 1980-an : NO
BARANG-BARANG KERAJINAN
HARGA
1.
Tas berdasarkan bentuknya
AntaraRp.1.000 – Rp.3.000
2.
Anyaman keranjang berdasarkan bentuknya
Rp.3.000 – Rp.12.000
3.
Kursi Tamu
Rp.22.000
4.
Kursi Teras
Rp.18.000
5.
Kursi Makan
Rp.20.000
6.
Kursi Sofa
Rp.65.000
7.
Kursi Malas
Rp.45.000
8
Bola Takraw
Rp. 500-2000
9
Rak-rak dari rotan
Rp. 16.000 – 80.000
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 1980-an.
Universitas Sumatera Utara
- Sedangkan harga jual per setnya :
- Harga jual perset kursi tamu Rp.110.000 - Rp.125.000.
- Harga jual perset kursi teras Rp.60.000 – Rp.75.000.
- Harga jual preset kursi makan Rp.150.000 – Rp. 175.000.
Table 5 Berdasarkan jenisnya Harga barang-barang rotan tahun 1990-an
NO BARANG-BARANG KERAJINAN
HARGA
1.
Tas berdasarkan bentuknya
Rp. 2.000- Rp.6.000
2.
Anyaman Keranjang berdasarkan bentuknya
Rp. 4000 – Rp. 56000
3.
Kursi tamu
Rp.761.0000 – Rp.2jt
4.
Kursi Teras
Rp. 590.000- Rp 1.jt
5.
Meja makan dan kursinya
Rp. 250.000- Rp 460.000
6.
Kursi sofa
Rp. 356.000
7.
Kursi Malas
Rp. 90.000
8.
Hulahop
Rp. 5.000 –Rp 25.000
9.
Bola takraw
Rp.2000- Rp. 10.000
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 1990an
Universitas Sumatera Utara
Table 6 Harga barang kerajinan berdasarkan jenisnya pada Tahun 2000 NO BARANG-BARANG KERAJINAN
HARGA
1.
Kursi teras harga persetnya
Rp.1juta – 3 juta
2.
Kursi tamu harga persetnya
Rp.1,5juta – 5 juta
3.
Kursi sofa harga persetnya
Rp.700.000.
4.
Meja makan dan kursinya
Rp. 500.000 – Rp.700.000
5.
Kursi malas
Rp. 300.000
6.
Rak Sudut
Rp.800.000 – Rp.1500.000.
7.
Lemari
Rp. 3.000.000 – Rp. 2jt
8.
Ayunan
Rp.50.000 – Rp.100.000
9
Kaca
Rp.15.000 – Rp. 50.000
10
Keranjang berbagai bentuk
Rp.5.000 – Rp.100.000.
11
Hulahop
Rp.10.000 – Rp.50.000.
12
Sarang Lampu
Rp.30.000 – Rp.60.000.
13
Pot berdasarkan jenis dan bentuknya
Rp.3.000 – Rp.800.000.
14
Bola takraw
Rp. 5000 – Rp 15.000
Sumber: Buku laporan hasil penjualan kerajinan rotan oleh Kamaluddin tahun 2000
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pemasaran
Perluasan pemasaran sangat diperlukan untuk pendistribusian barang-barang produksi dari sebuah usaha. Demikian juga dengan usaha kerajinan rotan yang mana dalam proses awalnya mereka memasarkan secara sederhana yaitu dengan berdagang keliling dari satu tempat ke tempat yang lain.
Cara penyaluran produksi rotan di kelurahan ini para pengrajin langsung memasarkannya kepada konsumen, misalnya melalui pesanan menjual hasil produksi kepada sesama pengrajin yang memiliki toko penjualan di sekitar jalan Jenderal Gatot Subroto, ada 9 toko yang hanya menjual produksi-produksi rotan saja dan 5 yang membuat anyaman sendiri juga menjual produksi rotannya. Di kota Medan banyak terdapat toko-toko yang khusus menjual barang-barang hasil produksi rotan dan mereka inilah salah satu sasaran penjualan barang-barang produksi pengrajin rotan dan kadang mereka menawarkan hasil kerajinannya ke toko-toko, rumah makan, supermarket, plaza, juga ke hotel-hotel. Selain itu Di Jalan Jenderal Gatot Subroto juga terdapat Arena Pekan Raya Sumatera Utara atau Medan Fair yang merupakan tempat pameran dan promosi hasil-hasil produksi Sumatera Utara yang berjarak 400 meter dari lingkungan X. Pameran itu dilaksanakan setahun sekali yang bertujuan untuk memperkenalkan hasil-hasil karya industri dan budaya kepada masyarakat. Dengan adanya pameran tersebut maka para pengrajin melalui anjuran pemerintah dan inisiatif sendiri untuk mengikuti pameran yang diadakan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan pihak pengelola pekan raya Sumatera Utara. Bukan hanya di Pekan Raya Sumatera Utara atau Medan Fair mereka juga mengikuti pameran yang diadakan pemerintah di luar kota Medan seperti di Balige, Kisaran, Aceh,
Universitas Sumatera Utara
Pekanbaru, Batam, dan ke Cirebon. Sambil mengikuti pameran mereka juga melatih masyarakat untuk belajar menganyam. Dan ada juga diantara para pengrajin yang sudah punya langganan tetap dengan beberapa toko penjualan prabot tertentu di kota Medan juga kota-kota lain selain kota medan, yang termasuk daerah pemasaran hasil produksi pengrajin adalah hampir seluruh kota – kota di Sumatera Utara.
Selain di Sumatera Utara mereka juga mengirim barang-barang kerajinan ke luar Propinsi, misalnya sasaran pemasaran adalah Propinsi Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Jakarta, Bandung, pulau Batam dan daerah lainnya di pulau Jawa. Tetapi ada beberapa konsumen yang memesan melalui perantara, hanya di bawa orang-orang tertentu yang kebetulan berangkat kesana. Ada juga melakukan pengiriman barang, kepada konsumen yang berlaganan, jadi mereka tidak perlu lagi datang ke Medan hanya untuk berbelanja, mereka hanya melakukan pesanan saja.
Biasanya para pembelinya mendatangi langsung toko-toko yang menjual barangbarang rotan. Kalau harga telah sepakat, para pembeli membawanya ke rumah masingmasing. Ada juga beberapa pemilik toko sendiri yang mengantarkannya langsung ke tempat pembeli sesuai barang yang diinginkan pembeli. Apabila alamatnya dekat dengan lokasi pembuatan kerajinan rotan maka cukup diantar dengan becak saja. Dan kalau jauh dari tempat pembuatan kerajinan rotan maka akan diantar naik mobil pick-up ada sebagian pengrajin yang mengunakan alat transportasi sendiri ada juga sewa. Biasanya para penjual sudah lebih dahulu memperhitungkan biaya trasportasinya yaitu dengan menaikkan sedikit harga barang rotan yang dijual.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi ke luar daerah juga di Propinsi Sumatera Utara, umumnya merupakan tanggung jawab pembeli atau pemesan. Pembeli atau pemesan yang berasal dari luar Kota Medan umumnya adalah para pemilik toko yang khusus menjual barang-barang hasil kerajinan rotan. Ada beberapa pembeli datang ke tempat pengrajin dengan membawa kendaraan sendiri membawa pick-up atau truk dan mengadakan transaksi dengan pengrajin. kedatangan mereka secara tetap, tergantung pada barang-barang di toko mereka. Karena itu pemesanan yang berasal dari luar Kota Medan, pengangkutannya menjadi tanggungjawab pengrajin.
Dalam pemasaran para pengrajin tidak melakukannya dengan sendiri tetapi adanya campur tangan pemerintah. Adapun peran pemerintah dalam hal ini yaitu Pemerintah member ikan surat izin usaha kepada pengrajin untuk mempermudah mereka menyalurkan barang-barang produksi, pemerintah melalui dinas perindustrian memberikan sarana seperti peralatan mesin yang dapat menyokong para pengrajin sehingga mereka terbantu dengan adanya peralatan mesin tersbut. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan dana berupa modal yang disalurkan melalui lembaga tertentu yang disebut sebagai sistem bapak angkat serta memberikan bantuan dana bagi masyarakat yang mau mengekspor hasil produksi ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DAMPAK KERAJINAN ROTAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN TAHUN 1980-2000
Manusia yang tidak pernah puas akan sesuatu hal yang selalu ingin mendapatkan nilai yang lebih sehingga mempengaruhi keinginan untuk mendapatkannya. Untuk itu ditempuh berbagai cara demi mencapai sebuah tujuan ke arah yang lebih baik. Pengrajin rotan juga mengalami hal yang sama. Dari kehidupan yang selalu berkekurangan (ekonomi lemah) membuat mereka mencari jalan lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. mereka yang bekerja sebagai pengrajin rotan ingin menambah penghasilan demi menopang kebutuhan rumah tangganya sebagai pendapatan tambahan.
Setiap hal-hal baru/perubahan baru yang masuk ke dalam sekelompok masyarakat selalu membawa dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif yang dapat mengubah pola pikir masyarakat. Yang dapat mempengaruhi gaya hidup dan kejiwaan masyarakat tersebut. Adapun dampat yang dimaksud akan dibahas di bawah ini.
Dampak Positif
Masyarakat sebagai sebuah komponen yang cenderung mengalami suatu sebab akibat dari segala sesuatu yang dilakukan yang dapat berdampak positif maupun negatif kepada pribadi masing-masing. Adapun dampak positif yaitu para pengrajin mendapat sesuatu yang bermanfaat bagi mereka berupa uang tambahan bagi kebutuhan ekonomi keluarga, menambah keahlian dan kreativitas. Yang paling nyata adalah sebagian dari
Universitas Sumatera Utara
pengrajin mengubah profesinya yang mana sebelumnya usaha kerajinan hanyalah usaha sampingan, tetapi kemudian bergerak menjadi pekerjaan utama dan penghasilan utama. Dari situ dapat juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan kesehatan serta taraf hidup yang lebih baik. Yang mana sebelum menekuni industri kerajinan mereka mayoritas berpendidikan SD sampai SMP, namun setelah itu anak-anak mereka telah memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan telah dapat memenuhi kebutuhan tersier.
Secara sosial dengan adanya usaha kerajinan yang mana masyarakat asli dapat saling berbaur walaupun mereka berasal dari suku yang berbeda dan dari daerah yang berbeda, umur yang berbeda serta agama yang berbeda sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis diantara mereka menjadi sebuah kekeluargaan yang didukung oleh tidak adanya perbedaan yang mencolok antara buruh dengan majikan. Selain itu industri rotan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pengrajin yang mana mereka semakin mengerti bahwa semua hasil hutan dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang antik melalui proses penganyaman.
Terciptanya lapangan pekerjaan untuk para pengangguran yang berada di kelurahan Sei Sikambing D dan sekitar daerah Jenderal Gatot Subroto Medan yang juga berdampak langsung terhadap tingkat ekonomi mereka. Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing D Lingkungan X yang bermukim di sekitar areal industri rotan juga terkena dampak dari pembukaan industri tersebut yang mana masyarakat sekitar yang bukan pengrajin atau boleh dikatakan membuka usaha lain dapat terbantu yaitu dengan adanya kunjungankunjungan dari para konsumen ke lokasi pengrajin.
Universitas Sumatera Utara
Para pengunjung tersebut tidak hanya sekilas membeli kerajinan rotan tetapi mereka juga berkunjung ke rumah-rumah makan atau toko-toko yang lainnya dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung mereka mengalami dampak dari kehadiran industri rotan tersebut. Selain itu dengan adanya ijin usaha yang diberikan oleh pemerintah dan kepada para pengusaha industri secara tidak langsung dapat membantu terwujudnya pembangunan dan menambah devisa Negara. Hal itu didapatkan dengan berkembangnya industri rotan maka secara otomatis akan menambah kesadaran membayaran pajak kepada Negara dan juga masyarakat secara keseluruhan mengetahui dan lebih mencintai produk dalam negeri.
Dengan adanya industri rotan di kelurahan Sei Sikambing D maka siswa-siswa dari berbagai sekolah dapat belajar dan melakukan praktek yang dianjurkan dalam kurikulum sekolah dan sesuai dengan petunjuk dari pihak sekolah. Dengan demikian dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap hasil-hasil seni.
Dampak Negatif
Setiap ada hal yang baru tidak semata-mata membawa perubahan positif tetapi juga perubahan negatif. Seperti halnya industri rotan yang ada di kelurahan Sei Sikambing D yang dibawa oleh orang Cirebon. Adapun hal negatif yang terjadi pada masyarakat setempat adalah munculnya sikap yang tertutup terhadap informasi dan perkembangan yang ada di dalam lingkungan masyarakat karena mereka memiliki kesibukan tersendiri dan berada dalam ruangan yang tertutup (rumah) sehingga mempengaruhi pergaulan mereka. Selain itu rotan yang dikelolah, yang mana limbahnya dibuang ke aliran sungai
Universitas Sumatera Utara
Sei Sikambing yang kebetulan dekat dengan lokasi kerajinan. Penjemuran rotan yang tidak teratur yang disebabkan oleh sempitnya lokasi dan halaman rumah penduduk sehingga mengganggu keasrian lingkungan tersebut. Di samping itu perkuburan yang menjadi halaman digunakan untuk menjemur rotan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kerajinan yang identik dengan kreatifitas seseorang menjadi sebuah hal yang mendorong seseorang untuk tetap berusaha dan dilatih untuk lebih mandiri dengan hasil karyanya sendiri. Usaha kerajinan menjadi sebuah langkah dan bagian dari solusi untuk membebaskan diri dari kemiskinan. Karena usaha kerajinan sangat menjanjikan bahkan dapat menjadi sebuah lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang berminat dalam kerajinan.
Industri kecil yang telah muncul dikalangan masyarakat menjadi sebuah hal yang patut dibanggakan yang mana ketika krisis ekonomi yang berkepanjangan dan melanda seluruh wilayah Indonesia, membuat perusahaan-perusahaan banyak yang bangkrut sedangkan industri kecil yang kebanyakan disokong oleh adanya koperasi mampu menunjukkan kualitasnya dan dapat bertahan dan berkembang. Bahkan setelah krisis yang telah menyebabkan tingginya tingkat pengagguran mulai membaik menjadikan masyarakat Indonesia yang putus hubungan kerja (PHK) beralih ke usaha kerajinan.
Untuk mencapai tingkat kesuksesan tersebut tidaklah semudah apa yang diharapkan tetapi diperlukan kerja keras, ketekunan, kesabaran dan keuletan pada saat mengelola rotan mulai dari pengambilan bahan baku, perendamann, pengulitan, penganyaman, pewarnaan sampai pada pemasaran. Hal itu telah dibuktikan oleh para pengrajin terdahulu yang mana pada awal perintisannya mereka harus menghadapi berbagai tantangan baik itu dari dalam
Universitas Sumatera Utara
diri sendiri maupun dari luar. Adapun hambatan dari dalam yaitu berupa permodalan yang tidak mencukupi sedangkan hambatan dari luar berupa kurangnya respon dari masyarakat terhadap hasil-hasil kerajinan yang bahan bakunya bersumber dari hutan.
Selain itu kendala yang muncul seperti susahnya memperoleh bahan baku dan juga proses pemasaran yang kurang memadai menjadi masalah tersendiri bagi para pengrajin. Tetapi dengan adanya perhatian dari pemerintah yang memberikan bantuan tambahan modal melalui koperasi pengrajin rotan (KOPTAN) dan juga penyelenggaraan pameranpameran membuat para pengrajin merasa terbantu. Kerajinan anyaman ini mulai berkembang pada tahun 1980 hal itu dibuktikan dengan kemampuan mereka memproduksi barang-barang kerajinan yang pemasarannya juga tidak hanya mencakup pasar lokal tetapi juga pasar internasional. Pasar lokal yang menjadi pendistribusian seperti Binjai, Langkat, Kota Madya Medan, Kabupaten Simalungun, Sibolga, Asahan, Batubara, Aceh, dan Sumatera Barat. Sedangkan pasar internasional seperti Malaysia, Hongkong, Amerika, Australia, dan negara-negara Eropa.
Kehadiran usaha kerajinan ini telah dapat merubah tingkat ekonomi para pelakunya yang berpengaruh terhadap pendidikan dan kesehatan anak-anak mereka. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa sebelum masuknya industri ini penduduk Lingkungan X mayoritas berpendidikan SD dan SMP, tetapi dengan ini anak-anak mereka telah dapat sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mereka juga telah dapat memenuhi kebutuhan tersier (barang mewah).
Universitas Sumatera Utara
5.2
Saran
Indonesia sebagai sebuah negara besar yang dihuni oleh bebagai macam suku dan budaya yang menjadi sebuah kekayaan, perlu dilakukan pembenahan dalam segala bidang baik bidang sosial maupun bidang ekonomi yang mengarah pada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai bangsa yang majemuk memiliki budaya maing-masing baik berupa kerajinan anyaman, sulaman dan pahatan yang memiliki ciri khas tersendiri serta yang lainnya.
Sama halnya seperti yang ada di Lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan yang telah banyak berpengaruh terhadap perubahan tingkat
ekonomi masyarakat
(pengrajin) signifikan . Dengan demikian sebagai hasil karya anak bangsa perlu ditingkatkan sehingga kecintaan akan produk dalam negeri semakin meningkat pula. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak baik dari pihak pemerintah, masyarakat, dan juga pengrajin itu sendiri.
Adapun saran penulis dalam tulisan ini sebagai sebuah usulan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan ekonomi masyarakat menengah kebawah yang sangat membutuhkan perhatian berupa pemberian modal dalam pengembangan usaha kerajinan. Karena sampai saat ini para pengrajin selalu menemukan kendala berupa modal. Selain itu pemerintah diharapkan dapat membantu pengrajin dalam proses pendistribusian barangbarang produksi, sehingga masyarakat Indonesia mencintai hasil karya anak bangsanya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Bagi masyarakat diharapkan juga untuk tetap menjaga dan melestarikan hutan sebagai paru-paru dunia karena jika hutan itu dirusak terus-menerus tanpa melakukan reboisasi maka akan timbul bencana yang mengancam kehidupan masyarakat. Hutan perlu dijaga karena banyak sekali sumber alam yang terkandung di dalamnya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan.
Selain itu bagi para pengrajin juga diharapkan tetap memproduksi karya-karya baru dengan desain-desain yang baru dan tetap mempertahankan eksistensinya sehingga dapat bersaing dengan kerajinan-kerajinan yang sekarang ini semakin banyak. Tidak hanya dari kerajinan lokal tetapi juga kerajinan yang masuk dari luar negeri bahkan dengan desain yang sama seperti yang telah ada di Indonesia walaupun bahan dasarnya berbeda. Dengan demikian kerajinan masyarakat Indonesia mampu dan berkembang menghadapi pasar global.
Universitas Sumatera Utara