DAMPAK KEHADIRAN PASAR MODERN BRASTAGI SUPERMAKET TERADAP PASAR TRDISIONAL SEI SIKAMBING DI KOTA MEDAN SKRIPSI
Oleh : MARTHIN RAPAEL HUTABARAT 050304053 AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Marthin Rapael Hutabarat : Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermaket Teradap Pasar Trdisional Sei Sikambing Di Kota Medan, 2010.
2
DAMPAK KEHADIRAN PASAR MODERN BRASTAGI SUPERMAKET TERADAP PASAR TRDISIONAL SEI SIKAMBING DI KOTA MEDAN
Oleh : MARTHIN RAPAEL HUTABARAT 050304053 AGRIBISNIS Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
( Dr. Ir. Salmiah MS)
(Dr. Ir Tavi Supriana )
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia, 2007). Pasar modern berbeda dari pasar tradisional, dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung. Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, Hypermarket, Supermarket, dan Minimarket (Wikipedia, 2007). Kehadiran peritel modern (Supermarket, Minimarket, Hypermarket,) pada sekitar awal tahun 1980-an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional. Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah ke atas, saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan
4
kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas barang yang buruk, serta harga jual rendah dan sistim tawar-menawar konvensional. Namun, sekarang ini, kondisinya telah banyak berubah. Supermarket dan Hypermarket tumbuh bak cendawan di musim hujan. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas berbelanja. Kondisi ini masih ditambah semakin meningkatnya
tingkat
pengetahuan,
pendapatan,
dan
jumlah
keluarga
berpendapatan ganda (suami-istri bekerja) di dengan waktu berbelanja yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan ’nilai lebih’ dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelanggannya (Ekapribadi.W, 2007).
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun di balik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para peritel kelas menengah dan teri mengeluh, (Esther dan Dikdik, 2003).
Keberadaan
Hypermarket
semakin
menonjol
dan
menunjukkan
dominasinya dalam aktivitas perdagangan saat ini. Pada tahun 2005, menurut Business Intelligence Report, jenis ritel ini diperkirakan menguasai pasar sebesar 38,5 persen dari total pasar ritel yang sebesar Rp 87,5 triliun. Peritel terbesar
5
dunia yang berasal dari Amerika Serikat, yaitu Wal-Mart, pada tahun 2002 mengalami pengeluaran sebesar USD 240 miliar di seluruh dunia. Selain WalMart, terdapat beberapa peritel asing yang mengembangkan usahanya di Indonesia, antara lain Carrefour, Makro, Belhaize, Ahold dan Giant. Carrefour yang berasal dari Prancis mulai beroperasi ke Asia petama kali pada tahun 1989, yaitu ke Taiwan. Pada tahun 1996, ritel ini masuk ke Indonesia. Saat ini Carrefour terdapat 15 gerai (outlet) Carrefour di Indonesia, dimana 10 buah di Jakarta dan 5 buah di luar Jakarta. Makro berasal dari Belanda dan masuk ke Indonesia pada tahun 1991. Saat ini terdapat 12 outlet Makro di wilayah Jabotabek dan 1 di Bandung. Selain Makro, dari Belanda juga masuk Ahold, yang di Indonesia menggunakan nama Tops yang sudah memiliki 22 outlet (sejak akhir tahun 2005 diakuisisi Hero). Belhaize adalah Hypermarket dari Belgia, dimana saat ini sudah memiliki 33 outlet di kota-kota besar di Jawa. Belhaize ini beraliansi dengan Supermarket Superindo. Yang terbaru masuk ke Indonesia adalah Giant Hypermarket yang berasal dari Malaysia. Di Indonesia, Giant beraliansi dengan Hero Supermarket (Anonimous, 2007).
Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1.) kontribusi pasar tradisional sekitar 69,9% pada tahun2004, menurun dari tahun sebelumnya (2003) sekitar 73,7%. Kondisi sebaliknya terjadi pada Supermarket dan Hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar (Anonimous, 2007).
6
Tabel 1. Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam memenuhi kebutuhan pasar Tahun
pasar Tradisioal (%)
Pasar modern (%)
2000
78,1
21,9
2001 2002 2003 2004
75,2 74,8 73,7 69,9
24,8 25,2 26,3 30,1
Permintaan pasar 100 100 100 100 100
Sumber : Penelitian Lembaga AC Nielsen
Kondisi usaha dan kinerja pedagang pasar tradisonal menunjukkan penurunan setelah beroperasinya Hypermarket. Ini diantaranya menyangkut kinerja : asset, omset, perputaran barang dagangan dan margin harga. Pemilikan kekayaan stagnan bahkan menurun dalam tiga tahun terakhir. Omset pengeluaran menurun selama periode pengamatan, baik dipasar perlakukan maupun di pasar kontrol, lebih banyak jenis komoditas di pasar perlakuan yang mengalami pertumbuhan negatif dibanding dengan pasar kontrol. Sampel perlakukan mengalami penurunan omset atau dengan tingkat penurunan omset yang lebih besar untuk sampel kontrol untuk jenis komoditi : terigu, bimoli, daging sapi, telur dan semangka. Ini memberikan Gambaran perbedaan adanya dampak yang berbeda terhadap kelompok komoditas sembako, daging telur dan buah-buahan. Sementara untuk kelompok sayur-sayuran yang direpresentasikan oleh tampaknya tidak terpengaruh, ditunjukkan oleh tren omset yang sama-sama meningkat (Anonimous, 2007).
Dilihat dari segi perputaran barang dagangan, baik sampel maupun kontrol sama-sama mengalami tren penurunan perputaran barang, yang berarti terjadi penurunan aktivitas pasokan barang kepada pedagang, atau lebih lama tesimpan digudang. Akibat penurunan omset pengeluaran maka perputaran persediaan
7
barang menurun. Demikian halnya dengan jumlah pengunjung atau pembeli yang juga ikut berkurang. Dari segi tingkat keuntungan terjadi penurunan margin harga yang cukup besar, para pedagang terpaksa mematok harga ynag lebih kecil agar dapat menawarkan harga komoditas yang tetap bersaing. Ini dapat dikaitkan dengan fakta
bahwa harga
di Hypermarket umumnya tergolong rendah
(Anonimous, 2007).
Kendati persaingan antar pasar modern secara teoretis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu ( Harmanto, 2007).
Demikian juga halnya yang terjadi di kota Medan, pasar modern berkembang pesat. Hal ini dapat terbukti dengan mudahnya kita dapat menemukan pasar modern seperti Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Kondisi demikian terjadi karena gaya hidup modern yang sudah mulai melekat pada masyarakat kota Medan. Hal demikian seharusnya menjadi pusat perhatian baik pemerintah maupun swasta dan menjadi penelitian karena dikhawatirkan memberikan dampak negatif terhadap pasar tradisional, seperti yang telah terjadi di kota-kota di pulau jawa. Dari pembahasan diatas penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui dampak pasar modern terhadap pasar tradisional di kota Medan.
8
Identifikasi Masalah Untuk melihat bagaimana sebenarnya perkembangan pasar tradisional dan pasar modern di kota Medan saat ini dan untuk mengetahui dampak dari kehadiran pasar modern tersebut terhadap pasar tradisional maka dapat dirumuskan masalah antara lain : 1. Bagaimana perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Medan? 2. Bagaimana aspek jumlah omset pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional di kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Medan. 3. Untuk mengetahui jumlah omset pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional di kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.
Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi pedagang mengenai dampak kehadiran pasar modern terhadap pasar tradisional. 2. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihakpihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
9
Tinjauan Pustaka Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112, 2007). Reardon et al (2003), menemukan bahwa sejak 2003 pangsa pasar Supermarket di sektor usaha ritel makanan di banyak negara berkembang seperti Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Meksiko, Polandia, dan Hongaria telah mencapai 50%. Di Brazil dan Argentina, di mana perkembangan Supermarket telah lebih dulu dimulai, pangsa pasarnya mencapai sekitar 60%. Traill (2006) menggunakan berbagai asumsi dan memprediksi bahwa menjelang 2015, pangsa pasar Supermarket akan mencapai 61% di Argentina, Meksiko, dan Polandia; 67% di Hongaria; dan 76% di Brazil. Di Indonesia, Supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir 1990-an semenjak kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan Supermarket di kota-kota lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang
10
harga. Akibatnya, bila Supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah-atas pada era 1980-an dan awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran Supermarket hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses Supermarket. Persoalan ini tentu juga dialami di negara berkembang lainnya (Suryadarma, dkk. 2007). Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa ada sebagian pasar tradisional yang terkena dampak Supermarket sementara sebagian lainnya tidak. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional dan Supermarket, di mana pasar tradisional yang berada relatif dekat dengan Supermarket, paling banyak terkena dampak. Kedua, faktor yang terpenting adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar tradisional
yang
pelanggan
utamanya
dari
kalangan
kelas
menengah
ke bawah, merasakan dampak yang paling besar akibat kehadiran Supermarket (Suryadarma, dkk. 2007).
Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Ekapribadi.W, 2007).
11
Perlindungan pasar tradisional bisa dilakukan karena aturan pembangunan pasar harus mengacu pada tata ruang dan wilayah yang sudah dimiliki Pemda. Termasuk pengucuran kredit usaha rakyat kepada pedagang tradisional. Dengan keluarnya Perpres ini maka akan memperlancar program pemberdayaan untuk pedagang seperti pengucuran kredit mikro dan sebagainya perbaikan kinerja ritel tradisional perlu juga ditingkatkan. Salah satunya dengan memperbaiki bangunan pasar tradisional, serta pemberdayaan pedagang kecil dan peritel tradisional melalui berbagai program (Suryadarma, dkk. 2007).
Pemberlakuan aturan baku pendirian pasar tradisional dan pasar modern akan membuat persaingan keduanya semakin sengit di masa-masa mendatang. Data Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyebutkan, Hypermarket telah menyebabkan gulung tikarnya pasar tradisional dan kios pedagang kecil-menengah. Data yang dikumpulkan APPSI pada tahun 2005, saat Hypermarket belum begitu menggejala seperti sekarang, memaparkan, di Jakarta terdapat delapan pasar tradisional dan 400 kios yang tutup setiap tahun karena kalah bersaing dengan Hypermarket (Indrakh, 2007).
Landasan Teori Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel (Suryadarma, dkk. 2007).
12
Ritel mempunyai arti pengeluaran secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas, ritel pun belakangan bertambah dongan konsep ritel modern. Ritel tradisional merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern. Dari catatan Business Watch Indonesia (BWI) perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 semakin pesat. Apalagi sejak masuknya peritel asing. Sebut saja peritel asal Prancis dengan Carrefour membuka ritel jenis Hypermarket kemudian ada Giant yang dibuka oleh HeroDairy Farm dari Hongkong (Solopos, 2008).
Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut di antaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa, di mana kita bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal kelemahannya. Kelemahan itu antara lain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, di mana wanita di perkotaan umumnya berkarier
13
sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional (Esther dan Dikdik, 2003).
Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern (Harian Kompas, 2007).
Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak
14
membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha (Harian Kompas, 2007).
Persaingan antar peritel di Indonesia sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Persaingan tidak hanya terjadi antara yang besar melawan yang kecil, melainkan juga antara yang besar dengan yang besar, serta yang kecil dengan yang kecil. Pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas teri karena jumlahnya yang mayoritas. Di lain pihak, peritel besar pun mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel besar yang justru memberdayakan dan meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Belum lagi konsumen yang kian senang menjadi raja yang dimanja. Bagi pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang tidak mudah (Indrakh, 2007).
Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area pengeluaran yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.
Namun, selain menyandang keunggulan alamiah, pasar
tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata
15
letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern (Ekapribadi.W, 2007).
Dalam hal mata rantai pasokan, 40% pedagang menggunakan pemasok profesional, sementara 60% lainnya mendapatkan barangnya dari pusat-pusat perkulakan. Hampir 90% pedagang membayar tunai kepada pemasok. Keadaan ini berarti bahwa pedagang di pasar tradisional sepenuhnya menanggung risiko kerugian dari usaha dagangnya. Ini berbeda dengan Supermarket yang umumnya menggunakan metode konsinyasi atau kredit. Terkait dengan modal usaha, 88% pedagang menggunakan modal sendiri yang berarti minimnya akses atau keinginan untuk memanfaatkan pinjaman komersial untuk mendanai bisnisnya. Hal ini bisa menjadi hambatan terbesar dalam memperluas kegiatan bisnis mereka (Suryadarma, dkk. 2007). Namun demikian, hal ini terutama disebabkan oleh lemahnya daya saing para peritel tradisional. Para pedagang, pengelola pasar, dan perwakilan APPSI menyatakan bahwa hal penting yang harus dilakukan untuk menjamin keberadaan pasar ini adalah dengan memperbaiki infrastruktur pasar tradisional, penataan ulang para PKL, dan penciptaan praktik pengelolaan pasar yang lebih baik. Kebanyakan para pedagang secara terbuka mengatakan keyakinan mereka bahwa kehadiran Supermarket tidak akan menyingkirkan kegiatan bisnis mereka bila persyaratan di atas terpenuhi (Harmanto, 2007). Dampak umum pada pengusaha ritel tradisional adalah negatif dan kerap mengikuti pola yang sama. Pengusaha ritel tradisional pertama yang terpaksa
16
menutup bisnisnya umumnya adalah mereka yang menjual barang-barang umum, makanan olahan, produk susu, lalu diikuti oleh toko yang menjual produk segar dan pasar basah. Setelah beberapa tahun bergelut dengan persaingan, pengusaha ritel tradisional yang biasanya masih tetap bertahan berdagang adalah mereka yang menjual satu jenis produk atau mereka yang berjualan di lokasi di mana Supermarket secara resmi tidak diperkenankan untuk masuk (Daniel.W, 2007). Untuk beberapa alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah mengejutkan. Pertama, melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kedaluwarsa (Setiadi.N, 2003).
Kerangka Pemikiran Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus memperhatikan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian,
17
pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya. (Indrakh, 2007)
Maraknya pembangunan pasar modern membuat para pedagang tradisional tak mampu bertahan. Beberapa berita terbaru di media massa mengatakan bahwa sedikitnya 100 pasar dari sekitar 800 pasar tradisional yang tersebar di Jawa Barat, kolaps. Hal ini diduga akibat dari pembangunan pasar modern yang semakin marak. Kota bandung sebagai barometer perdagangan Jawa Barat, sedikitnya terdapat 6 Hypermarket, 60 Supermarket, dan 350 Minimarket yang tersebar sampai ketingkat kecamatan. (Jurnal Penelitian Koperasi dan UKM Nomor 1 tahun 2006), Hal ini menunjukkan perkembangan pasar modern yang sangat cepat dan memberikan dampak yang kurang baik terhadap pasar tradisional. Hal diatas membuat penulis ingin meneliti perkembangan pasar modern di kota Medan dan untuk mengetahui dampak pasar modern terhadap pasar tradisional di kota Medan dari berbagai aspek.
Dari hasil penelitian yang penulis kutip, kondisi usaha dan kinerja pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya Hypermarket. Ini diantaranya menyangkut kinerja : aset, omset, perputaan barang dagangan, dan marjin harga. Pemilikian kekayaan (aset) stagnan dan bahkan menurun dalam tiga tahun terakhir. Omset pengeluaran menurun selama periode pengamatan baik dipasar perlakuan maupun di pasar kontrol. Dilihat dari segi perputaran barang dagangan, baik sampel pasar perlakuan maupun pasar kontrol mengalami penurunan, yang berarti terjadi penurunan aktivitas pasokan barang kepada pedagang, atau barang lebih lama tersimpan di gudang. Dari segi tingkat
18
keuntungan terjadi penurunan margin harga yang cukup besar yang dialami oleh pasar perlakuan maupun pasar kontrol setelah beroperasinya Hypermarket. Para pedagang terpaksa mematok marjin laba yang lebih kecil agar dapat menawarkan harga komoditas yang tetap bersaing. Ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa harga di Hypermarket umumnya tergolong rendah. Hal diatas memberikan keinginan bagi penulis untuk mengangkatnya dalam penelitiannya. Selain untuk mengetahui dampak pasar modern terhadap pasar tradisional di kota Medan juga untuk membuktikan apakah hasil penelitian tersebut sama dengan kondisi di kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
19
PASAR MODERN
PASAR TRADISIONAL
Pasar Tradisional Sebelum Ada Pasar modern
Pasar Tradisional Setelah Ada Pasar Modern
Jumlah Pedagang
Jumlah Pedagang
Jumlah Jam Buka
Jumlah Jam Buka
Jumlah Omset
Jumlah Omset
Sirkulasi Barang
Sirkulasi Barang
Margin Laba
Margin Laba
Keterangan :
Ada pengaruh (dampak) Ada hubungan (alur koordinasi) Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
20
Hipotesis
Terdapat perbedaan jumlah omset pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional di kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.
21
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian Secara teritorial penelitian ini akan mempunyai lingkup cakupan di satu pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Sei Sikambing, dan satu pasar modern yaitu Brastagi Supermarket yang letaknya cukup berdekatan dengan Pasar Sei Sikambing. Adapun penentuan daerah sampel ditentukan dengan purposive yaitu dengan sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan, pasar tradisional Sei Sikambing masih termasuk pasar yang sangat tradisional, memiliki jumlah bangunan dan jumlah pedagang yang cukup banyak dan memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau sehingga dapat mewakili pasar tradisional lainnya. Dan untuk pasar modernnya merupakan pasar modern yang jaraknya paling dekat dengan pasar tradisional Sei Sikambing. Hal ini dapat diketahui dengan mengamati langsung ke lapangan.
Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang sayuran dan pedagang buah-buahan yang terdapat di pasar tradisional, yang masih aktif berdagang sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Simple Random Sampling yaitu penarikan sampel seara acak dan sederhana. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 15 orang pedagang buah-buahan dan 15 orang lainnya pedagang sayuran. Untuk komoditi buah-buahan yang diteliti oleh penulis ada sebanyak 35 jenis, yaitu sebagai berikut : Pisang Barangan, Alpokat, Sirsak, Jeruk Peras, Belimbing, Terong Belanda, Jeruk Madu, Pear, Appel merah, Semangka Non
22
Biji, Semangka Biji, Anggur, Kelengkeng, Appel hijau, Markisa, Jeruk Madu Kecil, Melon, Jeruk Madu Sedang, Rambutan, Manggis, Bengkoang, Sunkist, Appel Fuji, Jeruk Madu Super, Pepaya, Jambu Klutuk, Kueni, Nenas, Salak, Mangga Jawa, Semangka, Appel Fuji Kecil, Appel Fuji Besar, Markisa Asam, Markisa Manis.
Sedangkan untuk komoditi sayur-sayuran yang diteliti oleh penulis ada sebanyak 25 jenis, yaitu sebagai berikut : Tomat Marta, Kentang, Buncis, Sawi Putih, Sawi Pahit, Wortel, Kol, Jipang, Mentimun, Tomat Biasa, Kangkung, Bayam, Daun Ubi, Terong Telunjuk, Terong Merah, Terong Bola, Daun Suring, Daun Pakis, Daun Genjer, Bunga Kol, Brokoli, Arcis, Nasi –Nasi, Selada, Kacang Panjang.
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti: Badan Pusat Statistik, Perusahaan Daerah Pasar Petisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan buku-buku penelitian pendukung lainnya.
Metode Analisis Data Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan mendeskripsikan perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Medan. Dari data yang akan didapatkan dari instansi terkait.
23
Untuk menguji hipotesis digunakan metode analisis Uji-t berpasangan (paired t-test). Uji-t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda.
Menurut Djalal, N dan Hardius Usman (2002), rumus Uji beda rata-rata (t-hitung) adalah : X1 - X2 th =
S12
S22
S2
n1
n2
–2r
+ n1
S1
n2
Ho = X1 = X2 H1 = X1 ≠ X2 Kriteria uji : t-hitung ≤ t- table …………………..Ho diterima (H1 ditolak) -t-hitung > - t- table ………………..Ho diterima (H1 ditolak) t-hitung > t- table …………………..Ho ditolak (H1 diterima) -t-hitung <-t- table ……………..…..Ho ditolak (H1 diterima)
Keterangan :
H0
= tidak ada perbedaan jumlah omset, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional, sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.
24
H1
= ada perbedaan jumlah omset, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional, sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.
X1
= rata-rata dari omset, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional, sebelum berdirinya pasar modern di dekat pasar tradisional tersebut.
X2
= rata-rata dari omset, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional, sesudah berdirinya pasar modern di dekat pasar tradisional tersebut.
n1
= jumlah sampel variable 1
n2
= jumlah sampel variable 2
S1
= simpangan baku variabel 1
S2
= simpangan baku variabel 2
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi 1. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengn adanya transakasi penjual dan pembeli secara langsung, bangunannya biasanya terdiri dari kios–kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. 2. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelanyanannya
25
dilkukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga, Minimarket, Supermarket, dan hipermarket termasuk dalam kategori ini. 3. Jumlah omset adalah total penjualan yang diterima oleh pedagang setiap bulannya. 4. Jumlah Jam buka adalah jam dimulainya pasar di buka sampai pasar ditutup dalam satu hari atau dalam 24 jam. 5. Sirkulasi atau perputaran barang adalah aktivitas pasokan barang dari pemasok ke pedagang sampai barang tersebut habis terjual sampai aktivitas pasokan barang berulang kembali. 6. Margin laba adalah selisih antara harga beli pedagang dari pemasoknya dengan harga jual yang ditetapkannya ke konsumen. 7. Jumlah pedagang adalah jumlah dari pedagang sayuran dan buah-buahan yang ada di pasar tradisional tersebut dalam kurun waktu penelitian.
Batasan operasional 1. Penelitian dilakukan di kota Medan. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009. 3. Sampel penelitian adalah pedagang sayur-sayuran dan buah-buahan di pasar tradisional Sei Sikambing yang sudah berdagang sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket 4. Sampel pasar yang diteliti oleh penulis adalah pasar tradisional Sei Sikambing yang memiliki jarak yang cukup dengan pasar modern Brastagi Supermarket.
26
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian Letak geografis, batas dan luas wilayah Kota Medan merupakan ibukota
dari propinsi Sumatera Utara. Kota
Medan terletak diantara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT, dengan luas wilayah 265,10 km. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter diatas permukaan laut, rata-rata curah hujan 171,2 mm dengan suhu minimum 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC - 33,2ºC. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%. kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Kota Medan memiliki batas-batas yaitu : Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka, sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang, sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang, dan Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang. Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara. Keadaan Penduduk Kota Medan Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di kota Medan Penduduk kota Medan berjumlah 2.083.156 orang dengan 470.481 rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan keluharan di kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
27
Tabel. 1 Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Golongan Umur
Jiwa
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
89.206 96.559 98.519 111.263 116.164 99.499 83.325 75.482 70.091 57.837 47.054 30.879 26.468 32.350
8,62 9,33 9,52 10,75 11,23 9,62 8,05 7,3 6,77 5,59 4,55 2,98 2,56 3,13
92.853 91.885 100.590 105.426 121.385 102.041 75.926 83.180 75.926 53.680 47.393 31.434 22.246 44.495
8,86 8,76 9,59 10,06 11,58 9,73 7,24 7,93 7,24 5,12 4,52 3 2,12 4,24
182.059 188.444 199.109 216.689 237.549 201.540 159.251 158.662 146.017 111.517 94.447 62.313 48.714 76.845
8,74 9,05 9,56 10,4 11,4 9,67 7,64 7,62 7,01 5,35 4,53 2,99 2,34 3,69
1.034.696
49,67
1.048.460
50,33
2.083.156
100
Jumlah
Persen (%)
Jiwa
Persen (%)
Jiwa
Persen (%)
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008
Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Medan pada tahun 2008 sebesar 2.083.156 orang yang terdiri dari 1.034.696 orang laki-laki (49,67 %) dan 1.048.460 orang perempuan (50,33%), dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Data Tabel diatas juga menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan remaja (0-14 tahun) sebesar 569.612 orang (27,34%) manula (>55 tahun) sebesar 187.872 orang (9,02%). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) adalah sebesar 1.325.672 orang (63,63%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di kota Medan cukup besar.
28
Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk kota Medan sdapat dilihat pada Tabel 2a. Tabel 2a. Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase(%)
1 2 3 4
451.226 635.451 726.560 310.475
21,24 29,92 34,21 14,61
2.123.712
100
SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
Jumlah Sumber : BPS, Medan dalam angka 2008
Tabel 2a. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu sebesar 726.560 orang (34,21 %), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar 635.451 orang (29,92%), Sekolah Dasar (SD) sebesar 451.226 orang(21,24 %), dan Perguruan Tinggi berjumlah 310.475 orang (14,61 %). Penduduk menurut mata pencarian Mata pencarian penduduk kota Medan bermacam jenisnya yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan masih banyak lagi yang lain jenis dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencarian penduduk kota Medan dapat dilihat pada Tabel 2b.
29
Tabel 2b. Penduduk kota Medan menurut pekerjaan No
Mata Pencarian
1. Pegawai negeri 2. Pegawai Swasta 3. TNI/POLRI 4. Tenaga pengajar 5. Tenaga kesehatan 6. Lain-lain Jumlah
Jumlah (Orang) 16.727 15.580 14.326 45.426 3.290 300.862
Persentase (%) 4,22 3,93 3,61 11,4 0,83 75,93
396.211
100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2008
Tabel 2b. menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 45.426 orang (11,4%), pegawai negeri sebesar 16.727 orang (4,22%), pegawai swasta 15.580 orang (3,93%), TNI/POLRI sebesar14.326 orang (3,61%) dan tenaga kesehatan sebesar 3.290 orang (0,83%) dan pekerjaan yang lain-lain yaitu gabungan dari berbagai pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu yaitu sebesar 300.862 orang (75,93%). Data tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk kota Medan yang berusia produktif hanya sebagian kecil saja yang sudah bekerja, setelah dikurangi penduduk kota Medan yang bersekolah dan kuliah, masih banyak penduduk yang menganggur baik sebagai pengangguran terselubung maupun pengangguran tetap. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.
30
Tabel 3. Sarana dan prasarana di kota Medan tahun 2008 No
Sarana dan Prasarana
1
Sekolah a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi Kesehatan a. Puskesmas b. Pustu c. BPU d. Rumah Bersalin e. Rumah Sakit Tempat peribadatan a. Masjid b. Musholla c. Gereja d. Kuil e. Wihara Transportasi a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak d. Jalan rusak berat Pasar a. Pasar tradisional b. Pasar Modern
2
3
4
5
Jumlah ( Unit )
810 353 339 33 39 40 421 431 70 826 675 525 39 140 2.084,16 km 389,80 km 112,76 km 1,35 km 56 30
Sumber : BPS Medan dalam angka 2008
Dari Tabel 3. Terlihat sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar berjumlah 810 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 339 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok kota Medan dengan kualitas yang beragam.
31
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 40 unit, BPU 421 unit, Rumah Bersalin 431 unit, Rumah Sakit 70 unit. Sarana peribadatan juga sangat diperlukan oleh penduduk kota Medan yang besar dan beragam, dapat saling menerima diantara perbedaan yang ada sehingga tetap saling menghormati, sarana peribadatan yang ada yaitu masjid 826 unit, musholla 675 unit, gereja 525 unit, kuil 39 unit, dan wihara 140 unit. Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru kota Medan. Panjang jalan kota Medan 3.078,94 km. Jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 2.084,16 km, jalan dalam kondisi sedang 389,80 km, jalan dalam kondisi rusak sepanjang 112,76 km, dan jalan dalam kondisi rusak berat sepanjang 1,35 km. Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih ingin berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Ada 56 unit pasar tradisional dan 30 unit pasar modern yang tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda. Pasar tradisional umumnya buka pada pagi atau sore hari, sedangkan pasar Modern buka dari pagi hingga malam hari. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel pasar tradisional sei sekambing dan pasar modern Brastagi Supermarket.
32
Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian) Pasar tradisional Sei Sikambing Pasar ini buka pada pagi hingga sore hari. Barang-barang yang dijual beraneka ragam diantaranya kebutuhan pokok seperti sayur mayur, ikan, bumbu, alat masak, buah, pakaian dan lain-lain. Luas areal pasar ± 4500 m2. Pedagang yang berjualan di pasar ini cukup banyak, yaitu sebanyak 646 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah bangunan dan pedagang di pasar Sei Sikambing No 1 2 3
Lokasi Blok – A Blok – B Blok – C
Buka 116 94 66
Tutup -
Lak -
Cabut -
Jumlah 116 94 66
Keterangan 6 BB 4 BB -
4
Losd – 1
131
-
-
-
131
98 Stand 33 Meja
5
Losd – 2
125
-
-
-
125
-
6
Losd – 3
114
-
-
-
114
13 Stand 41 Meja
Total
646
646
Sumber : Perusahaan Daerah Pasar Petisah 2009
Dari tabel terlihat bahwa terdapat 646 pedagang yang terdaftar di pasar tradisional Sei Sikambing, dimana para pedagang tersebut tersebar di 6 lokasi, seperti Blok – A, Blok – B, Blok – C, Losd -1, Losd – 2, dan Losd 3. Terdapat 10 unit bangunan baru di Blok - A dan Blok – B, 98 stand dan 33 meja di Losd - 1 dan sekitar 13 stand dan 41 meja di Losd - 3. Pasar Brastagi Supermarket Brastagi Supermarket terletak di jalan Gatot Subroto. Luas areal Brastagi Supermarket yaitu ± 4500 m2. Brastagi Supermarket tidak hanya menjual buah, tetapi juga menjual barang-barang lain seperti yang dijual pada swalayan pada umumnya.
33
Karakteristik Pedagang Responden Karakteristik pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing Tabel 5. Rataan karakteristik sosial buah-buahan di pasar Sei Sikambing No
Karakteristik sosial
Satuan
Range
Rata-rata
1
Umur
Tahun
24 - 45
34,87
2
Lama Berdagang
Tahun
3 – 20
7,97
3
Jenis Kelamin
Lk/Pr
8/7
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Jenis komoditi yang diteliti oleh penulis terbagi atas dua jenis komoditi umum, yaitu : komoditi buah – buahan dan komoditi sayur - sayuran. jumlah pedagang sampel yang diteliti oleh penulis berjumlah 30 sampel. Dimana 15 pedagang mewakili komoditi buah–buahan dan 15 pedagang lainnya mewakili komoditi sayur- sayuran. Dalam pedagang buah – buahan ini terdiri atas 8 pedagang berjenis kelamin laki-laki dan 7 orang berjenis kelamin perempuan. Semua pedagang berdomisili tidak jauh dari Pasar Sei Sikambing. Range umur dari setiap pedagang antara 24 – 45 tahun, dengan rataan sebesar 34,87. Dan untuk lama berdagang memiliki range antara 3 – 20 tahun dengan rata-ratanya adalah sebesar 7,97 tahun, menunjukkan pengalaman yang dimiliki oleh pedagang sudah cukup banyak dan layak untuk dimintai keterangan. Karakteristik pedagang sayur-sayuran di pasar Sei Sikambing Sedangkan untuk pedagang sayur-sayuran (Tabel 6.) semua pedagang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan pekerjaan ini tidak begitu mengandalkan tenaga seperti dalam berdagang buah-buahan yang terkadang harus sedikit lebih mengandalkan otot, karena buah – buahan termasuk dalam barang yang memilki massa yang lebih besar dibanding dengan sayuran. Sehingga tidak
34
begitu mengandalkan tenaga kaum pria. Dan semua pedagang berdomisili tidak jauh dari Pasar Sei Sikambing. Tabel 6. Karakteristik pedagang sayur-sayuran di pasar Sei Sikambing No
Karakteristik Sosial
Satuan
Range
Rata-rata
1
Umur
Tahun
28 - 49
39
2
Lama Berdagang
Tahun
2 - 25
7,4
3
Jenis Kelamin
Lk/Pr
0/15
Sumber : Data diolah dari Lampiran 8
Range umur dari setiap pedagang antara 28 - 49 tahun, dengan rataan sebesar 39. Pada dasarnya para pedagang sayuran ini hanyalah para wanita yang sudah berumur diatas 30 tahun dan mereka melakoni pekerjaan ini karena tidak ada pilihan lain dan kurang memiliki modal. Jika dibanding dengan pedagang buah-buahan modal yang diperlukan dalam berdagang sayuran jauh lebih sedikit daripada harus berdagang buah-buahan. Sehingga pada akhirnya keuntungan yang diperoleh pun jauh lebih kecil dibanding dengan pedagang buah-buahan. Dan untuk lama berdagang memiliki range antara 2 - 25 tahun dengan rata-ratanya adalah sebesar 7,4 tahun, menunjukkan pengalaman yang dimiliki oleh pedagang sudah cukup banyak dan layak untuk dimintai keterangan. Beberapa dari pedagang sayuran ini merupakan ibu-ibu rumah tangga yang mencoba keberuntungan dengan berdagang, daripada harus tinggal duduk dirumah. Dan beberapa lainnya adalah ibu-ibu yang pensiun muda dari pekerjaannya dan akhirnya ikut dalam bedagang.
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pasar Modern di Indonesia Sebagai perbandingan maka penulis sedikit membahas perkembangan pasar modern di Indonesia. Dari data yang ada terlihat bahwa pasar modern telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 hingga saat ini. Ada 3 jenis pasar modern yang berkembang di indonesia saat itu, yaitu Hypermarket, Supermarket dan Minimarket yang saat ini lebih dikenal sebagai Swalayan. Gambar 2. Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997 – 2003 dalam jumlah outlet 1200 1000 800 Hypermarket
600
Supermarket
400
Minimarket
200 0 1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Tabel 7a. Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997 – 2003 dalam jumlah outlet Tahun
Hypermarket
Supermarket
Minimarket
Jumlah
1997
6
442
290
738
1997
8
335
300
643
1999
10
440
315
765
2000
16
494
562
1072
2001
38
638
780
1456
2002
40
673
858
1571
2003 Total Penambahan
49
699
972
1720
43
257
682
982
36
Tabel 7b. Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997 – 2003 dalam persen (%) Persentase Perkembangan Setiap Tahun Tahun
Hypermarket
Supermarket
Minimarket
Jumlah
1997-1998
25
-31,94
3,33
-14,77
1997-1998
20
23,86
4,76
15,95
1999-2000
37,5
10,93
43,95
28,64
2000-2001
57,89
22,57
27,95
26,37
2001-2002
5
5,2
9,09
7,32
2002-2003
18,37
3,72
11,73
8,66
Total (%)
87,7551
36,7668
70,1646
57,093
Sumber: FAO (2006) Dari Tabel 7a. dan Gambar 2. diatas dapat dilihat perkembangan pasar modern (Hypermarket, Supermarket dan Minimarket) di Indonesia dari tahun 1997 sampai tahun 2003 sebesar 57,093%. Karena jumlah pasar modern pada tahun 2003 sebesar 738 dan berubah menjadi sebesar 1720 berarti terjadi penambahan sebanyak 982 buah. Dan untuk perkembangan setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 7b. Pada tahun pertama terjadi penurunan pada supermarket dari 442 buah menjadi 335 buah atau sebesar 31,94%. Setelah itu terjadi perkembangan yang cukup signifikan di tahun-tahun berikutnya, dan untuk perkembangan terbesar ada pada tahun ke III, yaitu sebesar 28,64% , dan pada tahun ke IV terjadi perkembangan yang sangat besar untuk Hypermarket di Indonesia, yaitu sebesar 57,89%. Perubahan ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas berbelanja. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan ’nilai lebih’ dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelanggannya. Memang tidak
37
bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan hipermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. dan ini juga menunjukkan perubahan trend
pada masyarakat
Indonesia. Dengan demikian tidah heran jika pasar modern di pulau Jawa telah banyak mengakibatkan kehancuran dan kematian pasar tradisional Gambar 3. Penyebaran pasar modern berdasarkan kota di indonesia
Sumber: AC Nielsen (2004),
Dari Gambar 3. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 pasar modern terbanyak berada di kota Jakarta sebesar 38,6% sebagai kota terbesar di Indonesia,
38
diikuti kota Surabaya yang menempati posisi kedua, yaitu sebesar 11,8%. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh kota Bandung dan Botabek, yaitu sebesar 11,8% dan 10,2%. Semua 4 besar kota yang menjadi pusat penyebaran pasar modern itu terdapat di pulau Jawa, sehingga sudah perlu pengawasan dan perlindungan yang ekstra terhadap pasar tradisional di kota tersebut. Untuk posisi terkecil terdapat pada kota Padang sebesar 1,6%. Sedangkan kota Medan menempati posisi ke-5, dengan persentase sebesar 6,5%. Dengan demikian perubahan ini wajib diwaspadai karena dapat mengakibatkan kehancuran pasar tradisional yang berada disekitar pasar modern tersebut. Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Medan 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 HYPERMARKET DEPARTEMEN STORE SUPERMARKET
PASAR SWALAYAN
Gambar 4. Perkembangan pasar modern di kota Medan tahun 2000 s/d 2009 dalam jumlah (unit) Pasar modern di kota Medan telah mulai berkembang sejak tahun 1979. pasar modern yang pertama berdiri saat itu adalah pasar modern Saudara Swalayan yang hingga sampai saat ini telah berumur 30 tahun. Setelah itu muncullah pasar-pasar modern yang lain, seperti Medan Plaza tahun 1980, Gelora Plaza pada tahun 1985, kemudian Perisai Plaza tahun 1988 dan disusul pasar-
39
pasar modern lainnya. Ada 4 jenis pasar modern yang berkembang di kota Medan yaitu : Hypermarket, Departemen Store, Supermarket dan Pasar Swalayan. Untuk perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 8a. Data perkembangan pasar modern di kota Medan tahun 2000 s/d 2009 dalam jumlah (unit) Tahun
Hypermarket
Departemen Store
Supermarket
Pasar Swalayan
Total
2000
1
10
8
21
40
2001
1
10
9
21
41
2002
1
10
11
21
43
2003 2004 2005
1 2 4
10 10 14
14 14 14
22 23 23
47 49 55
2006
4
14
15
25
58
2007
4
15
18
25
62
2008 2009
4 4
15 16
18 18
27 39
64 77
Sumber : Lampiran 34 Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2009
Tabel 8b. Perkembangan pasar modern di kota Medan tahun 2000 s/d 2009 dalam pesen (%) Tahun
Hypermarket
Departemen Store
Supermarket
Pasar Swalayan
Total
2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 20072008 2008-2009 TOTAL
2,13 4,08 6,21
8,16 1,72 1,56 11,45
2,5 4,88 6,98 1,82 5,17 21,35
2,33 2,13 3,64 3,23 18,75 30,07
2,5 4,88 9,3 4,26 12,24 5,45 6,9 3,23 20,31 69,07
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 34)
Dari Tabel.8a, Tabel.8b dan Gambar.2 diatas dapat dilihat perkembangan pasar modern (Hypermarket, Supermarket pasar Swalayan dan Departemen Store) di kota Medan dari tahun 2000 sampai tahun 2009 sebesar 69,07%. Karena jumlah
40
pasar modern pada tahun 2000 sebesar 40 dan berubah menjadi sebesar 77, berarti terjadi penambahan sebanyak 37 buah. Dan untuk perkembangan setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 7b. Pada tahun pertama terjadi peningkatan pada pasar modern sebesar 2,5%. Setelah itu terjadi perkembangan yang cukup signifikan di tahun ke-5, yaitu sebesar 12,24%, dan untuk perkembangan terbesar ada pada tahun ke IX, yaitu sebesar 20,31% perkembangan yang cukup besar ini disebabkan oleh pasar swalayan yang meningkat sebesar 18,75%. Hal ini menunjukkan dominasi pasar modern yang semakin besar. Ini menunjukkan tern dan gaya hidup masyarakat yang mulai berubah, dan semakin banyak yang beralih ke pasar modern. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan itu muncullah pasar-pasar modern yang baru, yang menyajikan menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Kondisi ini benar telah menyulitkan para pedagang tradisional kita, karena dengan banyaknya pasar modern itu tidak banyak alasan lagi untuk pelanggan tetap mempertahankan berbelanja di pasar tradisional. Apalagi yang selama ini menjadi keunggulan pasar tradisional yaitu harga yang cukup murah juga ditawarkan pada pasar modern seperti pasar Swalayan ataupun Departemen Store. Tabel 9. Data pasar pasar tradisional tahun 2005-2009 No
Jenis Pasar
Jumlah (Unit)
1
Pasar Lingkungan / Malam Hari
31
2
Pasar Non Inpres
24
3
Pasar Inpres
14
Total Sumber : lampiran 29 Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2009
69
41
Dari Tabel 9. dapat dlihat bahwa pada pasar tradisional tidak terdapat perubahan dalam jumlah sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebanyak 69 buah pasar tradisional yang terdapat di kota Medan ini. Yang berubah hanyalah jumlah pedagangnya. Sebagian besar
pedagang tradisional
yang ada saat ini merupakan turunan dari pedagang pasar tradisional terdahulu, maksudnya adalah bahwa sebagian besar pedagang tradisional yang ada saat ini merupakan keturunan ataupun keluarga dari pedagang terdahulu, sedangkan sisanya adalah para pedagang pendatang baru. Jumlah pedagang sayur dan buah-buahan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket Tabel 10. Jumlah pedagang sayur dan buah-buahan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket Komoditi
Sebelum
Sesudah
% Perubahan
Sayur-Sayuran Buah-Buahan
83 50
89 50
6,74 0
Sumber: P.D. Pasar Sei Sikambing
Dari Tabel 10. terlihat bahwa terjadi penambahan pedagang di pasar tradisional dalam 3 tahun terakhir, yaitu sebesar 6,74% (6 orang) untuk pedagang sayuran dan sebesar 0% untuk pedagang buah-buahan. Penambahan yang terjadi pada pedagang sayuran tersebut terjadi karena semakin banyak penduduk kota Medan yang tidak memiliki pekerjaan dan berusaha mencari nafkah dengan berdagang sayuran, walaupun sebenarnya kondisi para pedagang tradisional saat ini sedang dalam ancaman, sebagian pedagang memang tidak menyadari hal itu, dan sebagian lagi sudah menyadarinya tetapi demi untuk tetap bertahan hidup maka mereka tetap melakoni pekerjaan tersebut dengan segala resikonya. Memang dampak yang dihasilkan oleh pasar modern yang ada di kota medan ini
42
belum sebesar dampak yang dihasilkan oleh pasar modern di kota-kota besar seperti di pulau Jawa, sehingga sampai saat ini para pedagang tradisional di kota Medan masih bisa bertahan. Kondisi Usaha Pedagang Responden Kondisi usaha pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing Tabel 11. Kondisi usaha pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing
Sampel
Jam Buka (WIB) Sebelum Setelah ada B S Ada B S
Jam Tutup (WIB) Sebelum Setelah Ada B S Ada B S
Sirkulasi Barang/ Bulan Sebelum Setelah Berdirinya B S Berdirinya B S
1 2
6 7
6 7
19 18
19 18
30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
8 6 5 10 5 5 9 9 5 6 6 5 7
8 6 5 10 5 5 9 9 5 6 6 5 7
17 20 22 20 23 22 24 23 22 20 19 20 21
17 20 22 20 23 22 24 23 22 20 19 20 21
12 x 1 Bulan 8 x 1 Bulan 8 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 12 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 12 x 1 Bulan
12 x 1 Bulan 8 x 1 Bulan 8 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 12 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 30 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 15 x 1 Bulan 12 x 1 Bulan
Jumlah
99
99
310
310
292 x 1 Bulan
292 x 1 Bulan
Rataan
6,6
6,6
20,67
20,67
19,47 x 1 Bulan
19,47 x 1 Bulan
Keterangan BS : Brastagi Swlayan Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 2)
Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan jam buka sebelum adanya Brastagi Supermarket dengan jam buka setelah adanya Brastagi Supermarket. Demikian juga halnya dengan jam tutup sebelum dan sesudah adanya Brastagi Supermarket tidak terdapat perbedaan. Selanjutnya pada jumlah sirkulasi barang sebelum dan sesudah adanya Brastagi Supermarket juga tidak terjadi perubahan. Tetapi dalam jumlah barang yang di pasok setiap bulannya
43
berbeda sebelum dengan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket, karena sebelum berdirinya pasar Brastagi Supermarket jumlah barang yang dipasok lebih besar daripada setelah berdirinya pasar Brastagi Supermarket, hal itu dapat diketahui dari jumlah penjualan sebelum dan sesudah berdirinya Brastagi Supermarket setiap bulannya. Hal ini sedikit berbeda berbeda pada pernyataan sebelumnya pada latar belakang dan kerangka pemikiran yang menyatakan bahwa kondisi usaha dan kinerja pasar tradisional di pulau Jawa menunjukkan penurunan setelah beroperasinya pasar modern, ini diantaranya menyangkut kinerja : aset, omset, perputaran barang dagangan dan margin harga. Dan kondisi usaha yang meliputi jumlah jam buka, dan jumlah pembeli. Yang memiliki persamaan hanyalah pada penurunan omset, jumlah rata-rata barang yang dipasok setiap bulannya. Dari Tabel 11. di dapat rata-rata jam buka adalah pukul 6.60 WIB dan jam tutup adalah pukul 20.67 WIB dengan demikian didapat rata-rata jumlah jam buka dalam satu hari adalah 10.07 jam. Sedangkan rata-rata jumlah sirkulasi barang dalam satu bulan adalah sebanyak 19.47 x 1 Bulan. Kondisi usaha pedagang sayur-sayuran di pasar Sei Sikambing Demikian juga halnya pada karakteristik pedagang komoditi sayur-sayuran (Tabel 12), dimana jam buka dan jam tutup sebelum berdirinya pasar Brastagi Supermarket sama dengan setelah berdirinya pasar Brastagi Supermarket. Ratarata jam buka adalah pukul 05.00 WIB dan jam tutup adalah pukul 15.00 WIB dengan demikian di dapat rata-rata jumlah jam buka dalam satu hari adalah 10. 00 jam. Dengan rata-rata jumlah sirkulasi barang setiap bulannya sebanyak 30 x 1 Bulan. Karena komoditi sayuran jauh lebih mudah rusak dari komoditi buah-
44
buahan maka komoditi ini harus diganti setiap harinya walaupun sekiranya ada barang yang tidak habis dalam satu hari tersebut maka barang tersebut akan dipakai sendiri atau secara tidak langsung menjadi sampah atau jadi pakan ternak. Tabel 12. Kondisi usaha pedagang sayur-sayuran di pasar Sei Sikambing Jam Buka (WIB) Sampel
Sebelum Ada B S
Setelah Ada B S
Jam Tutup (WIB) Sebelum Ada B S
Setelah Ada B S
Sirkulasi Barang/ Bulan Sebelum Berdirinya B S
Setelah Berdirinya B S
1
4,00
4,00
13,00
13,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
2
6,00
6,00
17,00
17,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
3
4,30
4,30
13,00
13,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
4
5,00
5,00
18,00
18,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
5
4,30
4,30
12,00
12,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
6
4,30
4,30
12,00
12,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
7
5,00
5,00
17,00
17,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
8
6,30
6,30
18,00
18,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
9
4,30
4,30
12,00
12,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
10
5,00
5,00
16,00
16,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
11
5,00
5,00
15,00
15,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
12
6,00
6,00
17,00
17,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
13
5,30
5,30
17,00
17,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
14
5,00
5,00
16,00
16,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
15
5,00
5,00
18,00
18,00
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Jumlah
75
75
231
231
450 x 1 Bulan
450 x 1 Bulan
Rataan
5
5
15
15
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Keteranga B S : Brastagi Swlayan Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 9)
Laba kotor Pedagang Sebelum dan Sesudah Berdrinya Pasar Brastagi Supermarket. Laba kotor pedagang buah-buahan Dari Tabel 13. dapat dilihat bahwa penurunan yang cukup signifikan terjadi dalam jumlah rata-rata laba kotor pedagang buah-buahan antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket. Dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 23%. Dengan kisaran penurunan laba kotor terendah pada 13% dan tertinggi pada 29%.
45
Tabel 13. Total laba kotor pedagang buah-buahan sebelum dan sesudah berdrinya pasar Brastagi Supermarket
Sampel
Laba kotor Pedagang sebelum ada B S (Rp) / Bulan
Laba kotor Pedagang setelah ada B S (Rp) / Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Rataan
8.385.000 11.475.000 13.605.000 8.400.000 11.250.000 9.405.000 41.490.000 23.835.000 9.855.000 15.720.000 5.900.000 21.570.000 17.820.000 13.335.000 13.470.000 225.440.000 15.029.333
6.675.000 8.880.000 11.490.000 6.600.000 8.325.000 7.770.000 36.600.000 19.155.000 8.205.000 12.960.000 4.965.000 17.985.000 14.625.000 11.010.000 10.635.000 185.880.000 12.392.000
Persentase Penurunan (%) 26 29 18 27 35 21 13 24 20 21 19 20 22 21 27 344 23
Keterangan : BS = Brastagi Supermarket Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 15-16)
Penurunan ini disebabkan oleh jumlah pedagang yang tetap dan jumlah pembeli yang berkurang karena sebagian telah beralih ke pasar modern khususnya Brastagi Supermarket, hal ini dapat diketahui dari pengakuan yang dikemukakan oleh para pedagang buah yang ada di pasar Sei Sikambing. Dari 15 pedagang responden yang diwawancarai oleh penulis hanya 2 pedagang yang mengatakan bahwa Brastagi Supermarket tidak begitu berpengaruh untuk dagangannya karena pedagang tersebut beranggapan bahwa yang menyebabkan penurunan laba kotor tersebut adalah semakin meningkatnya persaingan antar pedagang, baik dari segi kualitas dan harga. Sehingga yang bertahan menjadi pelanggan di pasar Sei Sikambing ini adalah penduduk yang memiliki jarak yang cukup dekat antara
46
rumahnya dengan pasar Sei Sikambing dan sebagian lagi adalah para pelanggan tetap yang dimiliki oleh setiap pedagang. Sedangkan penyebab terjadinya perbedaan penurunan diantara setiap pedagang tersebut adalah dilatarbelakangi oleh
masalah perbedaan jumlah
pelanggan tetap yang dimiliki, harga beli dan harga jual masing-masing pedagang serta keberuntungan dari setiap pedagang. Total laba kotor pedagang sayur-sayuran Tabel 14. Total laba kotor pedagang sayuran sebelum dan sesudah berdrinya pasar Brastagi Supermarket Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Rataan
Laba kotor Pedagang sebelum ada B S (Rp) / Bulan 6.000.000 4.860.000 2.409.000 3.420.000 3.870.000 2.115.000 6.630.000 1.845.000 2.370.000 4.365.000 4.912.500 4.050.000 4.800.000 4.419.000 4.800.000 60.865.500
Laba kotor Pedagang setelah ada B S(Rp) / Bulan
4.057.700
4.950.000 3.990.000 1.836.000 2.760.000 3.000.000 1.650.000 5.130.000 1.350.000 1.785.000 3.495.000 3.915.000 3.240.000 3.825.000 3.435.000 3.870.000 48.231.000 3.215.400
Persentase Penurunan (%) 21 22 27 24 29 28 29 37 33 25 25 25 25 29 24 408 27,17
Keterangan : BS = Brastagi Supermarket Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 17-18)
Dari Tabel 14. dapat dilihat bahwa terdapat pernurunan yang cukup signifikan dalam jumlah rata-rata laba kotor pedagang sayuran antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket. Dengan rata-rata persentase
47
penurunan sebesar 27,17%. Dengan kisaran penurunan laba kotor terendah pada 21% dan tertinggi pada 37 %. Penurunan ini sama saja dengan yang dialami oleh pedagang buah-buahan, yaitu disebabkan oleh jumlah pedagang yang semakin bertambah dan jumlah pembeli yang berkurang karena sebagian telah beralih ke pasar modern. Sehingga yang bertahan menjadi pelanggan di Pasar Sei Sikambing ini adalah penduduk yang memilki jarak yang cukup dekat antara rumahnya dengan pasar Sei Sikambing dan sebagian lagi adalah para pelanggan tetap yang dimiliki oleh setiap pedagang. Total Biaya Pengeluaran dari Setiap Pedagang Total biaya pengeluaran pedagang buah-buahan Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang dan habis dalam satu kali pakai. Biaya-biaya variabel yang dibutuhkan pedagang dalam berdagang buah-buahan adalah biaya pengangkutan, plastik, sewa, parkir, jaga malam, ongkos, kebersihan. Tabel 15. Biaya variabel pedagang buah setiap bulan (Rp) Jenis Biaya
Jumlah
Rataan
Persentase (%)
Pengangkutan
5.468.000
364.533
34,1
Plastik
7.890.000
526.000
49,21
Sewa
550.000
275.000
3,43
Parkir
180.000
45.000
1,12
Jaga Malam
205.000
41.000
1,28
1.290.000
107.500
8,05
450.000
30.000
2,81
16.033.000
1.068.867
100
Ongkos Kebersihan Total
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 4)
48
Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa total biaya biaya variabel yang dibutuhkan oleh ke-15 pedagang sampel tersebut adalah sebesar Rp. 16.033.000. Biaya variabel terbesar adalah pada biaya plastik, yaitu sebesar Rp. 7.890.000 atau sebesar 49,21%, kemudian diikuti dengan biaya pengangkutan barang dari Centra Produksi ke pasar Sei Sikambing, yaitu sebesar Rp 5.468.000 atau 34,1% dari total biaya variabel. Biaya variabel terkecil ada pada biaya parkir, yaitu sebesar Rp. 180.000 atau 1,12% dari total biaya variabel. Dalam penelitian ini rata–rata total biaya variabel setiap bulannya sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket masih dalam jumlah yang sama. Hal ini disebabkan oleh biaya variabel dalam 2 tahun terakhir ini masih tergolong sama. Hal ini seperti penjelasan dari setiap pedagang sampel yang diteliti oleh penulis. Tabel 16. Biaya penyusutan peralatan pedagang buah–buahan per bulan Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Rataan (Rp)
3.229
819
0,83
Timbangan 10 Kg
26.146
1.743
6,71
Timbangan 15 Kg
12.292
819
3,15
Timbangan 20Kg
21.875
1.458
5,61
Timbangan 100 Kg
12.500
833
3,21
Tenda alas Berdagang
10.500
700
2,69
Wayar
13.125
875
3,37
Meja
27.083
1.806
6,95
Lampu
41.250
2.750
10,59
Payung
221.625
14.775
56,88
Total
389.625
25.975
100
Timbangan 2Kg
Persentase (%)
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 21)
Demikian halnya dengan biaya penyusutan (terlihat pada Tabel 16.) yang dihitung dari biaya yang dikeluarkan dari pembelian peralatan-peralatan yang bersifat fix cost (tidak habis dalam satu kali pakai) sebab barang-barang tersebut
49
memiliki daya pakai minimal 2 tahun. Kecuali alas berdagang yang diganti setiap tahun. Setelah dihitung biaya penyusutan yang terjadi setiap bulannya ditambah dengan biaya variabel setiap bulannya maka didapat total biaya setiap bulannya. Dari Tabel 16. Dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan untuk semua pedagang buah-buahan adalah sebesar Rp. 389.625 dengan rataan sebesar Rp. 25.975. Biaya penyusutan terbesar ada pada biaya penyusutan payung, yaitu sebesar Rp.221.625 atau sebesar 56,88%, dan untuk biaya penyusutan terkecil adalah pada biaya penyusutan timbangan 2Kg, yaitu sebesar Rp. 3.229 atau 0,83%. Tabel 17. Total biaya pengeluaran pedagang buah-buahan Sampel
Biaya Penyusutan
Biaya variabel
Total Biaya
1
8.666,67
720.000
728.667
2
17.458,33
1.470.000
1.487.458
3
3.125,00
610.000
613.125
4
8.125,00
760.000
768.125
5
38.333,33
1.410.000
1.448.333
6
7.500,00
355.000
362.500
7
28.750,00
1.778.000
1.806.750
8
47.083,33
1.080.000
1.127.083
9
45.312,50
1.305.000
1.350.313
10
29.583,33
1.830.000
1.859.583
11
69.020,83
1.080.000
1.149.021
12
18.375,00
1.020.000
1.038.375
13
25.208,33
970.000
995.208
14
20.166,67
915.000
935.167
15
22.916,67
730.000
752.917
389.625 25.975
16.033.000 1.068.867
16.422.625 1.094.842
Jumlah Rataan
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 23)
Dari Tabel 17. Dapat dilihat bahwa total biaya pengeluaran setiap pedagang adalah sebesar Rp. 16.422.625 dengan rataan sebesar Rp. 1.094.842 dan biaya pengeluaran tertinggi terdapat pada pedagang 10, yaitu sebesar
50
Rp. 1.859.583 dan biaya pengeluaran terkecil terdapat pada pedagang 6 yaitu sebesar Rp. 362.500. Setiap pedagang memiliki total biaya pengeluaran yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh setiap pedagang memiliki jumlah peralatan yang berbeda-beda dengan harga yang berbeda-beda pula. Demikian juga dengan biaya sewa, pajak, ongkos dan lainnnya yang berbeda disetiap pedagang. Belum lagi biaya pembelian barang dagangan yang berbeda dalam jumlah dan harga. Sehingga kombinasi dari setiap biaya tersebut membuat total biaya pengeluaran yang berbeda dari setiap pedagang. Total biaya pengeluaran setiap pedagang sayur-sayuran Biaya-biaya variabel yang dibutuhkan pedagang dalam berdagang sayursayuran meliputi : biaya pengangkutan, plastik, tali pisang, parkir, ongkos, kebersihan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel. 18. Biaya variabel pedagang sayuran setiap bulan Jenis biaya
Jumlah
Rataan
Persentasen (%)
Pengangkutan
4.920.000
447.273
42,27
Plastik
4.110.000
274.000
35,31
75.000
15.000
0,64
300.000
42.857
2,58
1.860.000
169.091
15,98
375.000
25.000
3,22
11.640.000
776.000
100,00
Tali Pisang Parkir Ongkos Kebersihan Total
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 11)
Dari Tabel 18. dapat diketahui bahwa total biaya variabel yang dibutuhkan oleh ke-15 pedagang sampel tersebut adalah sebesar Rp. 11. 640.000. Biaya variabel terbesar adalah pada biaya pengangkutan barang dari Centra Produksi ke pasar Sei Sikambing, yaitu sebesar Rp. 4.920.000 atau 42,27% dari total biaya
51
variabel. Biaya variabel terkecil ada pada biaya tali pisang, yaitu sebesar Rp. 75.000 atau 0,64% dari total biaya variabel. Biaya tali pisang ini tidak terdapat pada pedagang buah-buahan karena tali pisang ini digunakan untuk mengikat sayur-sayuran yang satuannya adalah per ikat. Tabel 19. Biaya penyusutan peralatan berdagang sayuran untuk per bulan Peralatan 2Kg 10 Kg 15 Kg Sayur Cabai Tenda alas Berdagang Meja Tampi Payung Total
Jumlah (Rp) 30.104 10.417 15.208 1.708 1.250 16.000 4.167 10.583 82.917 172.354
Rataan Rp) 2.007 694 1.014 114 83 1.067 278 706 5.528 11.491
Pesesntase (%) 17,47 6,04 8,82 0,99 0,73 9,28 2,42 6,14 48,11 100
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 22)
Dari Tabel 19. Terlihat bahwa total biaya penyusutan seluruh pedagang adalah sebesar Rp. 172.354 dengan rataan sebesar Rp. 11.491. dan biaya penyusutan terbesar ada pada peralatan payung yaitu sebesar Rp. 82.917 dengan pesentase sebesar 48,11%. Dan biaya penyusutan terkecil ada pada peralatan keranjang cabai yaitu sebesar Rp. 1.250 dengan pesentase sebesar 0,73%. Pada Tabel 20. total biaya pengeluaran seluruh pedagang diperoleh dari penjumlahan antara biaya penyusutan peralatan dengan biaya variabel sehingga diperoleh
total biaya penegeluaran seluruh pedagang adalah sebesar
Rp. 11.812.354, dengan rataan sebesar Rp. 787.490. Biaya pengeluaran pedagang terbesar terdapat pada pedagang 2, yaitu sebesar Rp. 1.390.750 dengan persentase sebesar 11,77%. Sedangkan untuk biaya pengeluaran terkecil ada pada pedagang 3. Sebesar Rp. 353.333 dengan persentase sebesar 2,99%.
52
Tabel 20. Total biaya pengeluaran setiap pedagang sayur-sayuran Biaya Penyusutan (Rp) / Bulan
Biaya variabel (Rp) / Bulan
Total Biaya (Rp) / Bulan
Pesentase (%)
1
12.292
1.170.000
1.182.292
10,01
2
10.750
1.380.000
1.390.750
11,77
3
8.333
345.000
353.333
2,99
4
11.646
720.000
731.646
6,19
5
3.333
825.000
828.333
7,01
6
5.208
915.000
920.208
7,79
7
49.375
375.000
424.375
3,59
8
13.000
360.000
373.000
3,16
Sampel
9
9.000
795.000
804.000
6,81
10
9.625
780.000
789.625
6,68
11
4.229
915.000
919.229
7,78
12
8.333
945.000
953.333
8,07
13
12.625
840.000
852.625
7,22
14
2.104
420.000
422.104
3,57
15
12.500
855.000
867.500
7,34
Jumlah
172.354
11.640.000
11.812.354
100
Rataan
11.490
776.000
787.490
6,67
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 24)
Pendapatan Bersih Pedagang Pendapatan bersih pedagang buah-buahan Pendapatan bersih yang diterima oleh pedagang berasal dari hasil pengurangan antara total laba kotor (TR) dengan total biaya (TC). Untuk total laba kotor diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan dalam satu bulan dikali harga jual. Sedangkan untuk total biaya (TC) diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap (dalam hal ini biaya penyusutan) dengan biaya variabel. Dengan menggunakan rumus itu maka diperoleh pendapatan bersih untuk pedagang buah-buahan seperti dalam Tabel 21.
53
Tabel 21. Pendapatan bersih pedagang buah-buahan
Sampel
Pendapatan Bersih Sebelum Ada B S (Rp / Bulan)
Pendapatan Bersih Setelah Ada B S (Rp / Bulan)
Persentase Perubahan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Rataan
7.656.333 9.987.542 12.991.875 7.631.875 9.801.667 9.042.500 39.683.250 22.707.917 8.504.687 13.860.417 4.750.979 20.531.625 16.824.792 12.399.833 12.717.083 209.092.375 13.939.492
5.946.333 7.392.542 10.876.875 5.831.875 6.876.667 7.407.500 34.793.250 18.027.917 6.854.687 11.100.417 3.815.979 16.946.625 13.629.792 10.074.833 9.882.083 169.457.375 11.297.158
22 25 16 23 26 18 12 20 18 19 21 17 18 18 22 294 20
Keterangan : B S = Brastagi Supermarket Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 25-26)
Dari Tabel 21. dapat diketahui bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan pada pendapatan bersih yang diterima oleh setiap pedagang buahbuahan sebelum dengan setelah berdirinya pasar Brastagi Supermarket dengan rata-rata penurunannya adalah sebesar 20 %. Karena rata-rata pendapatan bersih sebelum berdirinya pasar Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 13.939.492 dan sesudahnya adalah sebesar Rp.11.297.158 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp. 2.642.333 yang merupakan jumlah yang cukup besar. Dengan kisaran penurunan terkecil sebesar 12% dan penurunan terbesar adalah sebesar 26 % pada pedagang 5 yaitu sebesar Rp. 9.801.667 sebelum berdirinya pasar Brastagi Supermarket dan berubah menjadi sebesar Rp. 6.876.667.
54
Tabel 22. Hasil uji beda rata-rata berpasangan untuk pendapatan bersih pedagang buah-buahan No
Uraian
N
1
Pendapatan Bersih Pedagang Buah- Buahan Sebelum ada Brastagi Supermarket
2
Pendapatan Bersih Pedagang Buah- Buahan Setelah ada Brastagi Supermarket
Rata-Rata Pendapatan (Rp)
15
thitung
Sig. (2tailed)
13.939.492 9.179
15
df
14
.000
11.297.158
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 30a dan 30c)
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terjadi penurunan pada pendapatan bersih pedagang buah-buahan antara sebelum dan setelah berdirinya Brastagi Supermarket yaitu sebesar 20%. Dan untuk mengetahui apakah laba kotor pedagang buah-buahan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket tersebut berbeda nyata atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan uji beda rata-rata berpasangan, dan didapat hasilnya seperti pada Tabel 22. Dari Tabel 22. terlihat bahwa nilai signifikansi pendapatan bersih pedagang buah- buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dan pendapatan
bersih pedagang buah-buahan setelah ada Brastagi Supermarket sebesar 0,000. ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara pendapatan bersih pedagang buah- buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dengan
pendapatan bersih pedagang buah-buahan
setelah ada Brastagi Supermarket,
karena nilai signikasinya < 0,005. Hal ini dapat juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 22. diperoleh nilai t-hitung sebesar 9,179 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel sebesar = 2,145. Maka terdapat perbedaan antara pendapatan bersih pedagang buah- buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dengan pendapatan bersih
55
pedagang buah- buahan setelah ada Brastagi Supermarket, karena t-hitung > t-tabel (9,179 > 2,145). Pendapatan bersih pedagang sayur-sayuran Tabel 23. Pendapatan bersih pedagang sayur-sayuran Sampel
Pendapatan Bersih Sebelum Ada B S (Rp / Bulan)
Pendapatan Bersih Setelah Ada B S (Rp / Bulan)
Persentase Perubahan(%)
1 2
4.817.708 3.469.250
3.767.708 2.599.250
21,79 25,08
3 4
2.055.667 2.688.354
1.482.667 2.028.354
27,87 24,55
5 6
3.041.667 1.194.792
2.171.667 729.792
28,6 38,92
7 8 9 10 11 12 13 14 15
6.205.625 1.472.000 1.566.000 3.575.375 3.993.271 3.096.667 3.947.375 3.996.896 3.932.500
4.705.625 977.000 981.000 2.705.375 2.995.771 2.286.667 2.972.375 3.012.896 3.002.500
24,17 33,63 37,36 24,33 24,98 26,16 24,7 24,62 23,65
Jumlah
49.113.147
36.418.647
410,41
Rataan
3.274.210
2.427.910
27,36
Keterangan : B S = Brastagi Supermarket Sumber : Analisis Data Primer2009 (Lampiran 27-28)
Telihat pada Tabel 23. rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh setiap pedagang sayur-sayuran setiap bulannya juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan rata-rata penurunan sebesar 27,36%, bahkan lebih besar dari rata-rata persentase penurunan yang alami oleh pedagang buah-buahan. Sebab rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh pedagang sayur-sayuran sebelum berdirinya pasar Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 3.274.210 dan sesudah berdrinya adalah sebesar Rp. 2.427.910. Dengan kisaran penurunan terkecil pada pedagang pertama sebesar 21,79% sebab total laba kotor bersih
56
pedagang tersebut sebelum berdirinya Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 4.817.708 dan berubah menjadi sebesar Rp. 3.767.708 setelah berdirinya Brastagi Supermarket. Sedangkan penurunan terbesar adalah pada pedagang ke-6, yaitu sebesar 38,92 %, sebab total laba kotor bersih pedagang tersebut sebelum berdirinya Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 1.194.792 dan berubah menjadi sebesar Rp 729.792 setelah berdirinya Brastagi Supermarket. Penurunan ini merupakan akibat penurunan laba kotor yang diterima oleh setiap pedagang antara sebelum dan sesudah berdirinya Brastagi Supermarket. Dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara laba kotor bersih pedagang sayur-sayuran sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket, maka dilakukan pengujian dengan uji beda ratarata berpasangan, dan didapat hasilnya seperti pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil uji beda rata-rata berpasangan untuk pendapatan bersih pedagang sayur-sayuran No
1
2
Uraian Pendapatan Bersih Pedagang Sayuran Sebelum ada Brastagi Supermarket Pendapatan Bersih Pedagang Sayuran Setelah ada Brastagi Supermarket
N
Rata-rata pendapatan (Rp)
15
3.274.209,80
15
thitung
df
Sig. (2tailed)
12.308
14
.000
2.431.909,80
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 31a dan 31c)
Dari Tabel 24. terlihat bahwa nilai signifikansi pendapatan bersih pedagang buah- buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dan pendapatan
bersih pedagang buah- buahan setelah ada Brastagi Supermarket sebesar 0,000. ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara pendapatan bersih pedagang buah-buahan sebelum ada Brastagi Supermarket
57
dengan pendapatan bersih pedagang buah- buahan
setelah ada Brastagi
Supermarket, karena nilai signikasinya < 0,005. Hal ini dapat juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 24. diperoleh nilai t-hitung sebesar 12.308 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel sebesar = 2,145. Maka terdapat perbedaan antara pendapatan bersih pedagang buah- buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dengan pendapatan bersih
pedagang buah- buahan setelah ada Brastagi Supermarket, karena t-hitung > t-tabel, (12.308 > 2,145). Omset Penjualan Pedagang Omset penjualan pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing Omset penjualan pedagang diterima dari total penjualan pedagang setiap bulan. Untuk omset penjualan pedagang buah-buahan sebelum dan sudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Omset penjualan pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing No.
Omset Penjualan Sebelum Ada B S
Omset Penjualan Setelah Ada B S
1 4950 4500 2 8790 8400 3 5010 4470 4 2910 2430 5 7200 6900 6 5010 4710 7 19920 17100 8 13650 13050 9 3720 3060 10 6600 6120 11 3610 3630 12 12450 10920 13 10080 9720 14 8220 6990 15 5580 5220 Total 117700 107220 Rataan 7846,7 7148 Sumber : Analisis data primer 2009 (lampiran 29)
Selisih Omset Penjualan sebelum dan sesudah Ada B S
Persentase perubahan (%)
-450 -390 -540 -480 -300 -300 -2.820 -600 -660 -480 20 -1.530 -360 -1.230 -360 -10.480 -699
-9,09 -4,44 -10,78 -16,49 -4,17 -5,99 -14,16 -4,4 -17,74 -7,27 0,55 -12,29 -3,57 -14,96 -6,45 -131,25 -8,75
58
Hasil uji beda Paired Samples Test
Pair 1
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Omset Penjualan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Mean
N
7.8467E3
15
7.1480E3
t
df
Sig. (2-tailed)
3.875
14
.002
15
Omset penjualan pedagang sayur-sayuran di pasar Sei
Margin Laba Pedagang Margin laba pedagang buah-buahan di pasar Sei Sikambing Margin laba pedagang diperoleh dari selisih antara harga jual pedagang dengan harga beli pedagang. Karena harga jual dan harga beli setiap pedagang untuk setiap komoditinya bervariasi maka terlebih dahulu di ambil rata-rata harga jual dan harga beli setiap pedagang tersebut untuk mendapatkan rata-rata magin laba setiap komoditi. Dan kemudian di Uji dengan Uji beda rata-rata berpasangan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara magin laba pedagang sebelum dan sesudah berdirinya Brastagi Supermarket. Dari Tabel 25. Dapat diketahui bahwa rata-rata margin laba pedagang buah-buahan
sebelum
berdirinya
Brastagi
Supermarket
adalah
sebesar
Rp. 1.935,71 dan rata-rata dari rata-rata margin laba pedagang buah-buahan setelah berdirinya Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 1.838,33. dengan demikian terdapat penurunan dari rata-rata margin laba pedagang buah-buahan sebesar Rp.107,14 atau sebesar 3,83%. ,
Tabel 25. Margin laba pedagang untuk komoditi buah-buahan
59
No
Jenis Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah Rataan
Pisang Barangan Alpokat Sirsak Jeruk Peras Belimbing Terong Belanda Jeruk Madu Pear Appel merah Semangka Non Biji Semangka Biji Anggur Kelengkeng Appel Hijau Markisa Jeruk Madu Kecil Melon Jeruk Madu Sedang Rambutan Manggis Bengkoang Sunkist Appel Fuji Jeruk Madu Super Pepaya Jambu Klutuk Kueni Nenas Salak Mangga Jawa Semangka Appel Fuji Kecil Appel Fuji Besar Markisa Asam Markisa Manis
Margin Laba Setelah ada BS
Margin Laba Sebelum ada BS
Perubahan Margin harga (Rp)
Persentase Perubahan (%)
2.500 1.667 1.000 1.000 1.250 3.000 2.000 2.000 3.125
3.000 1.500 1.500 1.500 1.000 2.500 2.000 2.000 2.500
500 (167) 500 500 (250) (500) (625)
17 (11) 33 33 (25) (20) (25)
750
1.000
250
25
1.000 4.000 2.500 4.000 2.000 1.000 1.750
750 4.000 3.000 3.000 2.000 1.000 1.750
(250) 500 (1.000) -
(33) 17 (33) -
2.000
2.000
-
-
1.500 1.500 1.300 2.500 2.625 2.375 1.500 1.500 1.250 1.500 1.750 2.000 1.000 1.500 2.000 500 1.500 64.342 1.838,33
1.750 1.500 1.500 2.500 2.500 2.500 1.500 1.500 1.500 1.000 2.000 2.000 1.000 3.000 3.000 1.500 1.500 67.750 1.935,71
250 200 (125) 125 250 (500) 250 1.500 1.000 1.000 3.408 97,38
14 13 (5) 5 17 (50) 13 50 33 67 134 3,83
Sumber : Analisis Data Primer2009 (7)
Hal ini terjadi karena para pedagang setelah berdirinya Brastagi Supermarket tidak mampu untuk menaikkan margin laba dari barang daganganya, karena takut akan mengurangi pelanggannya dan mengurangi kuantitas barang
60
yang akan dibeli pedagang darinya. Dan untuk mempertahankan margin laba sebelumnya pun para pedagang masih kesulitan untuk melakukannya. Sehingga sebagian pedagang akhirnya mengurangi margin laba barang dagangan mereka walaupun dalam jumlah yang tergolong kecil. Tabel 26. Hasil uji beda rata-rata berpasangan untuk margin laba pedagang tradisional komoditi buah-buahan No
1
2
Uraian Margin Laba Pedagang Buah-Buahan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Rata -rata Margin Laba Pedagang Buah-Buahan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
N
Rata-Rata Margin Laba (Rp)
35
1.935,71
35
thitung
df
Sig. (2tailed)
1.245
34
.222
1.838,33
Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 32a dan 32c)
Dari Tabel 26. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi margin laba pedagang buah-buahan
sebelum ada Brastagi Supermarket dan margin laba
pedagang buah-buahan
setelah ada Brastagi Supermarket sebesar 0,222. ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara margin laba pedagang buah-buahan sebelum ada Brastagi Supermarket dengan margin laba pedagang buah-buahan setelah ada Brastagi Supermarket, karena nilai signikasinya > 0,005. Hal ini dapat juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 26. diperoleh nilai t-hitung sebesar 1.245 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel sebesar = 2,032. Maka tidak terdapat perbedaan antara margin laba pedagang buah-buahan sebelum ada Brastagi Supermarket dengan margin laba pedagang buah-buahan (1.245< 2,032).
setelah ada Brastagi Supermarket, karena t-hitung < t-tabel,
61
Margin laba pedagang Sei Sikambing komoditi sayur-sayuran Tabel 27. Margin laba pedagang untuk komoditi buah-buahan
No
Jenis Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah Rataan
Tomat Marta Kentang Buncis Sawi Putih Sawi Pahit Wortel Kol Jipang Mentimun Tomat Kangkung Bayam Daun Ubi Terong Telunjuk Terong Merah Terong Bola Daun Suring Daun Pakis Daun Genjer Bunga Kol Brokoli Arcis Nasi -Nasi Selada Kacang Panjang
Rata-rata Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket 1000 1500 1250 1250 1500 1250 1000 150 1000 1500 125 350 300 500 500 700 100 800 300 2500 2375 3000 500 2000 1500 26.950 1.078
Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket 1000 1500 1000 1000 1500 1000 1000 150 1000 1000 200 500 200 1000 1000 500 100 800 300 2000 2500 3000 500 2000 1500 26.250 1.050
Perubaha n Margin harga (Rp)
Persentase Perubaha n (%)
-250 -250 -250 -500 75 150 -100 500 500 -200 -500 125 -700 -28
0 0 -25 -25 0 -25 0 0 0 -50 37,5 30 -50 50 50 -40 0 0 0 -25 5 0 0 0 0 -68 -3
Dari Tabel 27. Dapat diketahui bahwa rata-rata margin laba pedagang sayur-sayuran
sebelum
berdirinya
Brastagi Supermarket
adalah
sebesar
Rp. 1.050 dan rata-rata dari rata-rata margin laba pedagang sayur-sayuran setelah berdirinya Brastagi Supermarket adalah sebesar Rp. 1.078. Dengan demikian terdapat
penambahan dari rata-rata margin
Rp.28 hal ini terjadi karena sebagian kecil dari
laba sayur-sayuran sebesar pedagang setelah berdirinya
62
Brastagi Supermarket berusaha untuk menaikkan margin laba dari barang daganganya, karena yakin bahwa barang dagangan mereka akan tetap dibeli oleh para pelanggan karena komoditi sayuran adalah kebutuhan primer yang wajib untuk dikonsumsi manusia untuk kesehatannya. Sedikit berbeda dengan komoditi buah-buahan karena mereka menganggap bahwa buah merupakan barang yang tergolong cukup mahal sehingga para pedagang buah-buahan tidak mampu untuk menaikkan margin laba mereka karena takut akan mengurangi pelanggannya dan mengurangi kuantitas barang yang akan dibeli pedagang darinya. Dan untuk sebagian pedagang lainnya mempertahankan margin labanya Tabel 28. Hasil Uji Beda Rata-Rata Berpasangan untuk Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran No
Uraian
N
Rata-Rata Margin Laba (Rp)
thitung
df
Sig. (2tailed)
-.611
24
.547
Margin Laba Pedagang 1
Sayur –Sayuran Sebelum Berdirinya Brastagi
25
1.0500E3
Supermarket Rata -rata Margin Laba 2
Pedagang Sayur –Sayuran Setelah Berdirinya Brastagi
25
1.0780E3
Supermarket Sumber : Analisis Data Primer2009 (lampiran 33a dan 33c)
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara margin laba pedagang sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket dapat dilihat pada Tabel 28. Pada tabel 28. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi margin laba pedagang sayur-sayuran sebelum ada Brastagi Supermarket dan margin laba pedagang sayur-sayuran
setelah ada Brastagi
Supermarket sebesar 0,547 ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara margin laba pedagang buah-buahan sebelum ada Brastagi
63
Supermarket dengan margin laba pedagang sayur-sayuran setelah ada Brastagi Supermarket, karena nilai signikasinya > 0,005. Hal ini dapat juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 28. diperoleh nilai t-hitung sebesar -.611 dan dari tabel distribusi t didapat t-tabel sebesar = 2,060. Maka tidak terdapat perbedaan antara margin laba pedagang sayur-sayuran sebelum ada Brastagi Supermarket dengan margin laba pedagang sayur-sayuran setelah ada Brastagi Supermarket, karena -t-hitung > -t-tabel, (-0.611>-2,060.).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
64
1. Pasar modern dikota Medan mengalami perkembangan dalam jumlah sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%. Sedangkan untuk jumlah pasar tradisional di kota Medan tidak terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan 2009 yaitu sebanyak 69 buah. 2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata sirkulasi barang, rata-rata margin laba pedagang buah-buahan, dan ratarata margin laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing sebelum dan setelah berdirinya pasar modern Brastagi Supermarket. 3. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buahbuahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing antara
sebelum
dan
sesudah
berdirinya
pasar
modern
Brastagi
Supermarket.
Saran Kepada pemerintah Untuk menjamin keberadaan lingkungan pasar tradisional yang baik, kebijakan-kebijakan yang akan membantu meningkatkan daya saing pasar tradisional harus diciptakan dan dilaksanakan, seperti : 1. Memperbaiki infrastruktur. Ini mencakup jaminan tingkat kesehatan dan kebersihan yang layak, penerangan yang cukup, dan lingkungan keseluruhan yang nyaman. Contohnya, konstruksi bangunan pasar berlantai dua tidak disukai di kalangan pedagang karena para pelanggan enggan untuk naik dan berbelanja di lantai dua.
65
2. Peningkatan kinerja pengelola pasar dengan menyediakan pelatihan atau evaluasi berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus secara konsisten berkoordinasi dengan para pedagang untuk mendapatkan pengelolaan pasar yang lebih baik. 3. Pemerintah Daerah perlu mengorganisasi para PKL, baik dengan menyediakan kios/lapak di dalam pasar tradisonal ataupun dengan mengeluarkan aturan hukum yang melarang PKL membuka lapak di sekitar pasar tradisional. Adalah sangat penting untuk mencegah agar para PKL tidak menghalangi area pintu masuk pasar. 4. Perlunya regulasi yang sistematis oleh Pemda mengenai pasar modern, termasuk yang menyangkut isu hak dan tanggung jawab pengelola pasar dan pemda, dan juga sanksi atas pelanggaran aturan tersebut. 5. Pemerintah pusat dan daerah harus memiliki mekanisme kontrol dan sistem pemantauan untuk menjamin kompetisi yang sehat antara pengusaha ritel modern dan pengusaha ritel tradisional Kepada pedagang 1. Para pedagang di pasar tradisional seharusnya lebih memperhatikan kualitas barang dagangannya, agar tidak memiliki barang dengan kualiatas rendah yang mengakibatkan para konsumen tidak mempercayai barangbarang di pasar tradisional dan beralih ke pasar modern. 2. Pedagang pasar tradisisonal sebaiknya mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah mengenai kios/lapak pedagang tradisional khusunya PKL, agar tidak menghalangi pintu masuk atau menyebabkan kemacetan di bahu jalan.
66
3. Sebaiknya para pedagang mulai mencari jenis asuransi yang cocok untuk kebutuhan mereka dan sekaligus membatu mereka bila membutuhkan modal tambahan untuk perluasan usahanya. Karena selama ini pedagang harus membayar tunai kepada para pemasok barang dan menggunakan dana sendiri. Hal ini menghambat ekspansi usahanya, selain juga berarti bahwa para pedagang dibebankan seluruh risiko ketika menjalankan bisnisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2007. Kajian dampak ekonomi keberadaan Hypermarket Terhadap ritel/pasar tradisional.
67
http://72.14.235.132/search?q=cache:IdHJXpmFiqcJ:www.indef.or.id/xp lod/upload/pubs/exum_Hypermarket.PDF+dampak+pasar+modern+terha dap+pedagang+sayur+di+pasar+ tradisional&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id Daniel, Wahyu.2007. Peran Pasar Tradisional Memudar, DPD Tuding Pemodal Besar.Detiknet.Jakarta http://jkt6a.detikspot.com/read/2007/08/23/105431/820634/4/peranpasar-tradisional-memudar-dpd-tuding-pemodal-besar Djalal, N dan Hardius Usman. 2002. Penggunaan Tehnik Ekonometrik. PT raja Grafindo Persada. Jakarta Ekapribadi,Wildan. 2007. Pasar Modern: Ancaman Bagi Pasar Tradisional?. Jakarta. http://amartabisma.wordpress.com/2007/11/08/pasar-modern-ancamanbagi-pasar-tradisional/ Ester dan Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis. Copyright : Sinar Harapan 2003. Jakarta http://sinarharapan.co.id/berita/0704/28/eko0.html Harian Kompas . 2007. Hasil Penelitian : Pepres Tidak Ubah Kondisi Pasar Tradisional. Jakarta. http://www2.kompas.com/kopas-cetak/0704/19/ekonomi/3466033.htm Harmanto.2007. Pasar Tradisional Kita semakin Babak Belur. http://harmanto.blog.detik.com/index.php/archives/.61 Indrakh. 2007. Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern. http://indrakh.wordpress.com/2007/09/03/Pasar-Tradisional-di-TengahKepungan-Pasar-Modern/ Jurnal Penelitian Koperasi dan UKM Nomor 1 tahun 2006 : Penelitian, Dampak Keberadaan Pasar Modern (Supermarket & Hypermarket) Terhadap Usaha Ritel Koperasi / Waserba dan Pasar Tradisional. http://www.smecda.com/kajian/files/jurna/Hal_85.pdf Napitupulu, Albert. 2008. Masa Depan Pasar Tradisional. http://pdpasartohaga.wordpress.com/manajemen-pasar/masa-depanpasar-tradisional Setiadi, N. J.2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana . Jakarta Solopos. 2008. Pertentangan ritel modern vs tradisional makin menguat. Surakarta. http://www.fair-biz.org/berita.php?id=22&lang=1
68
Suryadarma, dkk. 2007. Laporan Penelitian : Dampak Supermarket Terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penelitian SMERU. http://smeru.or.id.report/research/Supermarket/Supermarket_ind.pdf Wikipedia. 2007. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar/
Lampiran 1. Karakteristik Pedagang Sampel Komoditi Buah-Buahan di Pasar Sei Sikambing
Sampel
Alamat
1
C. Bre Ginting
Jl. Budi Luhur Gg. Buntu No 12
40
5,0
Perempuan
2
B. Tarigan
Jl. Kapten Muslim
45
20,0
Laki - Laki
3
Letnaria
Jl. Budi Luhur Gg. Batak
24
3,0
Perempuan
4
I. Bre. Sembiring
Jl. Kapten Muslim
34
10,0
Perempuan
5
T. Manurung
Jl. Kapten Muslim Gg. Tapanuli
40
8,0
Laki - Laki
6
A. Nainggolan
Jl. Budi Luhur
28
5,0
Laki - Laki
7
Maldi Surbakti
Jl. Kapten Muslim
36
5,0
Laki - Laki
8
Arta Br. Purba
Jl. Kapten Muslim Gg. Tapanuli
36
10,0
Perempuan
9
W. Turnip
Jl. Bayangkara 1
35
10,0
Laki - Laki
10
Mauliana Br. Sinurat
Jl. Pengayoman
38
8,0
Perempuan
11
Erlina Br. Pardede
Jl. Kapten Muslim Gg. Suroboyo
25
3,5
Perempuan
12
B. Simarmata
Jl. Kapten Muslim Gg. Suroboyo
35
7,0
Laki - Laki
13
M. Ginting
Jl. Kapten Muslim
37
10,0
Laki - Laki
14
E. Bre. Tarigan
Jl. Kapten Muslim
40
10,0
Perempuan
15
D. Sembiring
Jl. Budi Luhur
30
5,0
Laki - Laki
Jumlah Rataan
Umur (Tahun)
Lama Berdagang (Tahun)
Nama
523,00
119,50
34,87
7,97
Jenis Kelamin
Marthin Rapael Hutabarat : Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermaket Teradap Pasar Trdisional Sei Sikambing Di Kota Medan, 2010.
70 Lampiran2. Karakteristik Pedagang Sampel Komoditi Buah-Buahan di Pasar Sei Sikambing
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama
C. Bre Ginting B. Tarigan Letnaria I. Bre. Sembiring T. Manurung A. Nainggolan Maldi Surbakti Arta Br. Purba W. Turnip Mauliana Br. Sinurat Erlina Br. Pardede B. Simarmata M. Ginting E. Bre. Tarigan D. Sembiring
Jam Buka Sebelum ada Brastagi Supermarket
Jam Buka Setelah Ada Brastagi Supermarket
Jam Tutup Sebelum Ada Brastagi Supermarket
Jam Tutup Setelah Ada Brastagi Supermarket
6,00
6,00
19,00
19,00
7,00
7,00
18,00
18,00
8,00
8,00
17,00
17,00
6,00
6,00
20,00
20,00
5,00
5,00
22,00
22,00
10,00
10,00
20,00
20,00
5,00
5,00
23,00
23,00
5,00
5,00
22,00
22,00
9,00
9,00
24,00
24,00
9,00
9,00
23,00
23,00
5,00
5,00
22,00
22,00
6,00
6,00
20,00
20,00
6,00
6,00
19,00
19,00
5,00
5,00
20,00
20,00
7,00
7,00
21,00
21,00
Sumber pasokan Barang
Sirkulasi Barang/ Bulan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket
Sirkulasi Barang/ Bulan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Pasar Pusat Pasar dan Berastagi
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Pasar Pusat Pasar dan Berastagi
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Sei Sikambing dan Disuplai Agen
12 x 1 Bulan
12 x 1 Bulan
8 x 1 Bulan
8 x 1 Bulan
8 x 1 Bulan
8 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Pasar Pusat Pasar dan Berastagi
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen Pasar Pusat Pasar dan Disuplai Agen
12 x 1 Bulan
12 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
30 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
15 x 1 Bulan
12 x 1 Bulan
12 x 1 Bulan
71 Jumlah Rataan
99,00
99,00
310,00
310,00
6,60
6,60
20,67
20,67
Lampiran 3. Total Penerimaan Pedagang Sayuran Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Per Bulan (Rp)
Waktu Penjualan 2.008
Sampel 1
2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008 2.008
4.860.000 2.409.000 3.420.000 3.870.000 2.115.000 6.630.000 1.845.000 2.370.000 4.365.000 4.912.500 4.050.000 4.800.000 4.419.000 4.800.000
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah
60.865.500
Rataan
4.057.700
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Yohana Nelly Bre. Perangin Angin Sarmauli R. Br. Sinaga Rosniani Br Silaban Crista Br. Hutabarat R. Br Lingga R. Br. Situmorang A. Br Manalu J. Br Simanjuntak Aginta Bre. Sitepu Maria Br. Gultom P. Br Sirait Ester Br. Purba M. Br. Ginting
292 x 1 Bulan 19,47 x 1 Bulan
Lampiran 4. Total Penerimaan Pedagang Sayuran Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket Per Bulan (Rp)
Total Penerimaan per Pedagang 6.000.000
Sampel 1
292 x 1 Bulan 19,47 x 1 Bulan
Waktu Penjualan Juli
Total Penerimaan per Pedagang 4.950.000
Rata- Rata Pengurangan/ Bulan (Rp) 1.050.000,00
Persentase Pengurangan (%) 21
07 09 27 07 09 04 08 09 04 08 09 04 08 09 27 07 09 04 08 09 04 08 09 04 08 09 29 07 09 04 08 09 29 07 09 29 07 09 04 08 09
3.990.000 1.836.000 2.760.000 3.000.000 1.650.000 5.130.000 1.350.000 1.785.000 3.495.000 3.915.000 3.240.000 3.825.000 3.435.000 3.870.000
870.000,00 573.000,00 660.000,00 870.000,00 465.000,00 1.500.000,00 495.000,00 585.000,00 870.000,00 997.500,00 810.000,00 975.000,00 984.000,00 930.000,00
22 31 24 29 28 29 37 33 25 25 25 25 29 24
Jumlah
48.231.000
12.634.500
408
Rataan
3.215.400
842.300
27,17
Nama Yohana Nelly Bre. Perangin Angin Sarmauli R. Br. Sinaga Rosniani Br Silaban Crista Br. Hutabarat R. Br Lingga R. Br. Situmorang A. Br Manalu J. Br Simanjuntak Aginta Bre. Sitepu Maria Br. Gultom P. Br Sirait Ester Br. Purba M. Br. Ginting
72
Lampiran 5. Statistik Pendapatan Bersih Pedagang Tradisional Komoditi Buah-Buahan Paired Samples Statistics Mean Pair 1 Laba Bersih Pedagang Buah / 13.939.492 Sebelum Berdirinya Brastagi
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
15
8.865.339,084
2.289.020,709
15
7.875.894,939
2.033.547,329
Supermarket (Rp) Laba Bersih Pedagang buah / Sesudah Berdirinya Brastagi
11.297,158
Supermarket (Rp)
Lampiran 6 . Koefisien Korelasi Pedagang Tradisional Komoditi Buah-Buahan Paired Samples Correlations
Pair 1
N
Correlation
Sig.
15
.998
.000
Pendapatan Pedagang Sebelum Adanya Brastagi Supermarket & Pendapatan Pedagang Sesudah Adanya Brastagi Supermarket
73 Lampiaran 7 Nilai Signifikansi Pedagang Tradisional Komoditi Buah-Buahan Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair 1 Laba Bersih Pedagang Buah / Bulan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp) - Laba Bersih Pedagang buah /
2.642.333, 1.114.938, 333
287.875,99 2.024.900, 3.259.765,
926
3 736
931
9.179
14
.000
Bulan Sesudah Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp)
Lampiran 8 Statistik Pendapatan Bersih Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Statistics
Pair 1
Std. Error
Mean
N
Std. Deviation
3.274.209,80
15
1.352.842,375
349.302,399
2.431.909,80
15
1.094.330,433
282.554,903
Mean
Laba Bersih Pedagang Sayuran / Bulan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp) Laba Bersih Pedagang Sayuran / Bulan Sesudah Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp)
74 Lampiaran 9Koefisien Korelasi Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Correlations
Pair 1
N
Correlation
Sig.
15
.999
.000
Pendapatan Bersih Pedagang Sayuran Sebelum Ada Brastagi Supermarket & Pendapatan Bersih Pedagang Sayuran Setelah Ada Brastagi Supermarket
Lampiran10. Nilai Signifiknsi Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
the Difference Lower
t
Upper
Sig. (2df
tailed)
Pair 1 Laba Bersih Pedagang Sayuran / Bulan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp) - Laba Bersih Pedagang Sayuran / Bulan Sesudah Berdirinya Brastagi Supermarket (Rp)
842.300,000
265.040, 684
68.433,210 695.525,361 989.074,639 12.308
14
.000
75
Aspek Margin Harga / Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Buah- Buahan Lampiran 11. Statistik Margin Laba Buah- Buahan Paired Samples Statistics
Pair 1 Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Mean
N
Std. Deviation Std. Error Mean
1.9357E3
35
753.28413
127.32826
1.8383E3
35
823.29952
139.16302
Lampiran 12 . Koefisien Korelasi Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Buah-Buahan Paired Samples Correlations
Pair 1
N
Correlation
Sig.
35
.831
.000
Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket & Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
76 Lampiaran 13. Nilai Signifikansi Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Buah-Buahan Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair Margin Laba 1
Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket - Margin Laba
9.74000E1 462.80457 78.22825 -61.57893 256.37893 1.245
34
.222
Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Aspek Margin Harga / Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Lampiran 14 . Statistik Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation Std. Error Mean
1.0500E3
25
736.82879
147.36576
1.0780E3
25
784.13036
156.82607
Pair 1 Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
77
Lampiran 33b . Koefisien Korelasi Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Statistics
Pair 1 Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Mean
N
Std. Deviation Std. Error Mean
1.0500E3
25
736.82879
147.36576
1.0780E3
25
784.13036
156.82607
Lampiaran 33c. Nilai Signifikansi Margin Laba Pedagang Tradisional Komoditi Sayur-Sayuran Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Sig. (2Upper
t
df
tailed)
Pair 1 Margin Laba Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Margin Laba Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
-2.80000E1 229.27876
45.85575
-122.64162 66.64162 -.611
24
.547
Lampiran 34. Data Pasar Modern di Kota Medan Tahun 2009. Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Kecamatan
Jumlah T.Kerja LK
PR
A
DEPARTEMEN STORE
1
HONGKONG PLAZA
Jl. Surabaya Medan
Medan Kota
40
62
2
OLYMPIA PLAZA
Jl. Haryono MT. medan
Medan Kota
35
52
3
GELORA PLAZA
Jl. SM Raja Medan
Medan Kota
45
55
4
GELORA PLAZA
Jl. Bakti SAP Bromo Medan
Medan Area
25
35
5
YANG LIM PLAZA
Jl. Emas Medan
Medan Area
20
59
6
YUKI SIMPANG RAYA
Jl. SM Raja Medan
Medan Kota
42
65
7
PERISAI PLAZA
-
-
8
MEDAN FAIR PLAZA
63
79
9
CAMBIDGE MALL
10
MEDAN MALL
Jl. Haryono Mt Medan
Medan Kota
54
62
11
DELI PLAZA
Jl. Guru Patimpus Medan
Medan Barat
36
70
12
THAMRIN PLAZA
Jl. Thamrin Medan
Medan Area
81
76
13
MEDAN PLAZA
Jl. Iskandar muda Medan
Medan Petisah
28
73
14
MILLENIUM PLAZA
Jl.Kapten Muslim Medan
Medan Helvetia
15
SUN PLAZA
Jl. Diponegoro Medan
16
PT MATAHARI PUTRA PRIMA TBK
Jl Kapt Maulana Lubis
Medan Barat
17
PALLADIUM PLAZA
Jl. Kapt Maulana Lubis Medan
Medan Barat
Jl. Gt. Subroto Medan
-
Medan Petisah
-
70
Tahun Berdiri 1989 1985 1992 2007 1996 1988 2005 2009 1996 <2000 1987 1980 2000 2005 2005 2005
30
48
32
98
Medan Sunggal
65
85
30
73
1999 2004 2005 2005 1999
HYPERMARKET 1
MAKRO
Jl. Binjai Medan
2
CARREFOURE
Jl.Jend Gt Subroto Medan
Medan Petisah
3
HYPERMART PALADIUM
Jl. Kapt.Maulana Lubis Medan
Medan Barat
4
HYPERMART SUN
Jl. H.Z.Arifin Medan
Medan Polonia
-
-
C
SUPERMARKET
1
MACAN YAOHAN
Jl. Putri Merak Jingga Medan
Medan Barat
12
43
Marthin Rapael Hutabarat : Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermaket Teradap Pasar Trdisional Sei Sikambing Di Kota Medan, 2010.
79 2
MACAN YAOHAN
Jl. B. Katamso Medan
Medan Maimun
18
30
3
MACAN YAOHAN
Jl.Prof HM Yamin SH Medan
Medan Perjuangan
6
24
4
MACAN YAOHAN
Jl. KL Yos Sudarso Medan
Medan Barat
7
32
1985 2001 1997
5
MEDAN YAOHAN SENTOSA
Jl MT Haryono medan mall
Medan Kota
20
116
1996
6
MEDAN YAOHAN SENTOSA
Jl KL Yos Sudarso Medan
Medan Barat
20
116
7
MACAN YAOHAN ABADI
Jl Wahidin Medan
Medan Kota
11
34
8
PT MACAN YAOHAN SENTOSA
Jl. Sutrisno No 123 Medan
Medan Area
72
13
9
GREAT MARKET AMPLAS
Jl. SM Raja Medan
-
-
10
SUZUYA
Jl. B Katamso Medan
Medan Maimun
59
68
11
RAMAYANA AKSARA
Jl.Prof.HM.Yamin Sh Medan
Medan Tembung
76
86
12
IRIAN SUPERMARKET
Jl. Aksara
-
-
1997 1998 1999 2007 2003 2002 2002
13
RAMAYANA
Jl. Iskandar Muda Medan
Medan Baru
95
195
2003
14
BRASTAGI SUPERMARKET
Jl. GT Subroto Medan
Medan Petisah
30
48
15
RAMAYANA
Jl. SM Raja Medan
Medan Kota
38
198
16
YUKI SUKARAMAI
Jl. Aksara Medan
Medan Area
12
86
17
ACE HARDWARE
Jl. H. Ir. Juanda Medan
Medan Maimun
102
212
18
YUKI SP THAMRIN
Jl. Thamrin Medan
Medan Timur
19
26
2007 2003 2006 2007 1996
-
-
PASAR SWALAYAN 1
KRAKATAU SWALAYAN
Jl. Krakatau Medan
Medan Timur
3
22
2
SINAR SUMATERA
Jl. Iskandar Muda Medan
Medan Baru
45
50
3
GRIYA SWALAYAN
Jl.Kapten Muslim Medan
Medan Helvetia
4
28
4
GLORIA MINI MARKET
Jl Jend GT Subroto Medan
Medan Baru
4
7
5
SUN SWALAYAN
Jl. B Katamso Medan
Medan Maimun
3
35
6
SAUDARA SWALAYAN
Jl.T Cikditiro Medan
Medan Polonia
6
25
7
VIGO SUPERMARET
Jl. Kapt Pattimura Medan
Medan Polonia
5
35
8
WAHIDIN SWALAYAN
Jl. Wahidin Medan
Medan Area
11
34
9
WASERA MINI MARKET
Jl. Bakti Medan
Medan Denai
5
15
10
BAHAGIA SWALAYAN
Jl Bahagia Medan
Medan Amplas
6
14
2004 1988 1995 1988 1995 1979 1995 2003
80 11
MINI MARKET RAHMAH
Jl SM Raja Medan
Medan Amplas
5
16
12
DAHLIA MINI MARKET
Jl.T Cikditiro Medan
Medan Polonia
4
14
13
ASIA SWALAYAN
Jl Sutrisno Medan
Medan Area
8
14
14
ASIA SWALAYAN
Jl Komp Asia mega mas medan
Medan Area
6
18
15
MULIA SWALAYAN
Jl KL Yos Sudarso Medan
Medan Barat
4
18
16
MINI MARKET GLUGUR
Jl Glugur kota Medan
Medan Barat
6
12
17
SUPER SWALAYAN
Komp Tasbi Medan
Medan Sunggal
17
23
18
CLEOPATRA SWALAYAN
Jl Setia Budi Medan
Medan Sunggal
-
-
19
MINI MARKET
Jl Marelan Raya Medan
Medan Marelan
8
16
20
HEMAT MARKET
Jl Medan Belawan Medan
Medan Belawan
6
20
21
ROXY SWALAYAN
Jl Tj Sari Medan
Medan Selayang
6
22
22
AA MINI MARKET
Jl Medan Belawan Medan
Medan Belawan
5
14
23
MINI MARKET DEWI LEITTER
Komp Citra Wisata Medan
Medan Johor
6
12
24
MAJU BERSAMA
Jl Mangkubumi Medan
Medan Maimun
28
38
25
MAJU BERSAMA
Jl.KL Yos sudarso Medan
Medan Barat
30
61
26
MAJU BERSAMA
Jl Ring Road Marendal Medan
Medan Amplas
38
49
27
MAJU BERSAMA
Jl KL Yos sudarso Sp martubun
Medan Deli
51
96
28
MAJU BERSAMA
Jl Krakatau Ujung Medan
Medan Deli
26
49
29
PT MEDAN DAIMARU
Jl Thamrin no 75 P Medan
Medan Kota
39
77
30
PT MEDAN DAIMARU
Jl Guru Patimpus D Plaza
Medan Barat
36
70
31
PT MEDAN DAIMARU
Jl Guru Patimpus S Plaza
Medan Barat
24
13
32
SWALAYAN RASA SAYANG
Jl Jend GT Subroto KM 8,5
Medan Sunggal
8
1
33
ADAM DANI LESTARI
Jl P Banting 1 Medan
Medan Tembung
20
5
34
KM MARKET
Jl Kapt Muslim Medan
Medan Helvetia
2
13
35
SWALAYAN KASIMURA
Jl Gunung Krakatau Medan
Medan Timur
36
GHIA SMART
Jl. Setiabudi Medan
Medan Sunggal
37
BINA JOHOR
Jl. Karya Wisata
38
INDOMARET KARYA JAYA
Jl. Karya Wisata
39
INDOMARET KARYA WISATA
Jl. Karya Wisata
40
CAHAYA MINIMARKET
Jl Ayahanda
-
-
-
1989 1979 1995 1998 1989 1994 1996 1994 1992 2006 1989 1990 2006 2008 2009 2009 2009 2009 2008
81 41
INDOMARET AYAHANDA
42
INDOMARET HALAT
43
INDOMARET AR. HAKIM
44
INDOMARET SP. POS
45
INDOMARET P. BULAN
46
INDOMARET AMPLAS
Jl Ayahanda Jl. Halat Jl. A.R Hakim Jl. Pintu Air Sp. Pos Jl. Jamin Ginting Jl. Panglima Denai
47
INDOGROSIR
Jl. SM Raja Medan
48
AMPLAS SWALAYAN
49
SURYA SWALAYAN
50
INDOMARET PASAR MERAH
Jl. Patumbak Jl. Jamin Ginting Jl. Pasar Merah
51
CITRA FASHION
Jl. SM Raja Medan
52
PT. GEMILANG INDAH SENTOSA
Jl. SM Raja Medan
TAHUN BERDIRI
-
-
-
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PASAR SWALAYAN
8 1 4 22
8 1 5 22
8 1 7 22
8 1 9 23
8 2 9 24
12 4 9 24
12 4 10 26
13 4 12 26
13 4 12 28
14 4 12 39
TOTAL
35
36
38
41
43
49
52
55
57
69
DEPARTEMEN STORE HYPERMARKET SUPERMARKET
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2000 1991 2009 1990 2000
82 45
40
40
35
35
30
30
25
25 HYPERMARKET
20
DEPARTEMEN STORE SUPERMARKET
15
PASAR SWALAYAN
20 15 10 5
10
0 5
2000
0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Chart. Perkembangan pasar modern di kota Medan dari tahun 2000 sampai tahun 2009
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
HYPERMARKET
DEPARTEMEN STORE
SUPERMARKET
PASAR SWALAYAN
2009
83 buah Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Omset Penjualan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
7.8467E3
15
4610.51077
1190.42876
7.1480E3
15
4076.25563
1052.48468
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
Sig.
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket & Omset Penjualan Setelah
15
.995
.000
Berdirinya Brastagi Supermarket
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sig. (2-
Lower
Upper
t
311.97085
1085.36249
3.875
df
tailed)
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket - Omset Penjualan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
6.98667E2
698.28225
180.29570
14
.002
84 sayur Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket Omset Penjualan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
3.9200E3
15
1891.24675
488.31781
3.1260E3
15
1651.83794
426.50272
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
Sig.
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket & Omset Penjualan
15
.993
.000
Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Omset Penjualan Sebelum Berdirinya Brastagi Supermarket - Omset Penjualan Setelah Berdirinya Brastagi Supermarket
7.94000E2
320.48624
82.74919
616.52064 971.47936
9.595
14
.000
85