DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP OMZET PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
HARDYANI SASIKIRANA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Hardyani Sasikirana NIM H14100057
ABSTRAK HARDYANI SASIKIRANA. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh SAHARA. Kehadiran ritel modern kian meningkat. Keberadaannya memberi ancaman bagi pedagang pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kehadiran ritel modern terhadap omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta. Ritel modern yang termasuk pada penelitian ini terdiri atas supermarket, hypermarket, dan department store. Penelitian dilakukan pada tiga pasar tradisional di Kota Surakarta, yaitu Pasar Nusukan dan Pasar Hardjodaksino sebagai pasar perlakuan (pasar yang jaraknya dekat dengan ritel modern) dan Pasar Jongke sebagai pasar kontrol (pasar yang jaraknya jauh dengan ritel modern). Metode yang digunakan adalah t-test, chi-square test, uji korelasi dan ordinal logistic regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional adalah ukuran kios, komoditas utama berupa produk segar dan komoditas utama berupa produk olahan, sedangkan jarak tidak memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta. Kata kunci: omzet, pasar tradisional, ritel modern
ABSTRACT HARDYANI SASIKIRANA. The Impact of the Modern Retail Presence for Traditional Market Traders Turnover in Surakarta Central Java. Supervised by SAHARA. The presence of modern retail is increasing over time. Its presence gives threat to traditional market traders. This study aims to analyze the impact of modern retail presence on the turnover of traditional traders in Surakarta. Modern retail included in this study consists of supermarkets, hypermarkets, and department stores. The study is conducted on the three traditional markets in Surakarta, which are Nusukan market and Hardjodaksino market as treatment markets (markets that are located close to the modern retail) and Jongke market as control market (distant market with modern retail). The methods used in the study are the t-test, chi-square test, correlation test and ordinal logistic regression. The results show that the factors affecting the turnover of traditional market traders are the size of the stall, the main commodities such as fresh products and processed products, while the distance does not affect the turnover of traditional traders in Surakarta. Keywords: modern retail, traditional market, turnover
DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP OMZET PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
HARDYANI SASIKIRANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini memiliki judul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki selama proses pembuatan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan, doa, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak lupa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis, Eko Priyoutomo dan Sri Hardani, atas doa, dorongan moral dan materi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kakak penulis, Pradana Hardasulistya serta seluruh keluarga besar yang memberikan semangat dan dukungan tanpa henti. 2. Terima kasih penulis ucapkan kepada Sahara, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritik selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku Dosen Penguji dan Laily Dwi Arsyianti, S.E, M.Sc selaku Komisi Pendidikan, yang telah memberikan saran, kritikan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Seluruh dosen khususnya dosen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan ilmu serta pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi. 5. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Lurah pasar dan staf, serta pedagang pada Pasar Harjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses pencarian data. 6. Teman-teman penulis Rahayu, Nabilah, Farisa, Anastasia, Irene, Wuri, Andita, Anisa, Fauzani, Amalia, Elis, Fitria, Selly, Nindya, Meliana, Penny, Uke dan Nita atas semua momen, semangat dan dukungannya selama ini. 7. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Fitria, Selly, Elis, Ratna, Triana, Fira, Ezik) atas kerja sama, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini. 8. Seluruh Keluarga Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan HIPOTESA khususnya Divisi INTEL atas momen dan pelajaran hidup yang sangat berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Hardyani Sasikirana
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
METODE PENELITIAN
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Penentuan Sampel
11
Metode Analisis
12
GAMBARAN UMUM
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta
21
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta 25 Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Surakarta terhadap Omzet 27 SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR TABEL 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Kota Surakarta Tahun 20082012 2 Perbandingan Pasar Tradisional dan Ritel modern di Indonesia 3 Jarak Pasar Tradisional dengan Ritel Modern Terpilih 4 Daftar Pasar Tradisional di Kota Surakarta 5 Komoditas Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 6 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan t-test 7 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 8 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan pendidikan dengan Chi-square Test (%) 9 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Presentase Segmentasi Pembeli dan Nilai Pembelian dengan t-test 10 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan dengan Chi-square test (%) 11 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 12 Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 13 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 14 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 15 Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 16 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern dengan Paired Sample t-test 17 Penyebab Kelesuan Usaha Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) 18 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta
2 6 12 15 17 18 19 19 20 20 21 22 22 23 23 24 25 26
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Lokasi Pasar Tradisional serta Ritel Modern Terpilih di Kota Surakarta 2 Ritel Modern Kota Surakarta Tahun 2014 3 Output Chi-square Test Komoditas Utama yang Dijual Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta 4 Output t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 5 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Pendidikan 6 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Jenis Kelamin 7 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Letak Kios 8 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Status Tempat Usaha 9 Output T-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Segmentasi Pembeli 10 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan 11 Output Chi-square Test Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 12 Output Chi-square Test Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 13 Output Chi-square Test Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 14 Output Chi-square Test Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 15 Output Chi-square Test Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 16 Output T-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 17 Output T-test Omzet Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 18 Output Chi-square Test Penyebab Kelesuan Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta 19 Output Uji Regresi Logistik Ordinal 20 Output Uji Kolerasi Kendall's tau Antar Variabel Independen 21 Kuesioner
31 32 33 35 36 37 38 39 40 42 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat dan mendukung liberalisasi perdagangan, bahkan sejak orde baru Indonesia sudah berorientasi kebijakan ekonomi yang bersifat liberal dan pro pasar (Ardiansyah 2011). Liberalisasi perdagangan telah membuka pintu investasi asing masuk ke dunia industri ritel. Peritel asing aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala besar seperti hypermarket dan department store (KPPU 2008). Dampaknya, ritel modern di Indonesia menjadi kian meningkat. Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17.57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10 365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18 152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp 120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp 138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hypermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket (marketing.co.id 2013). Dilihat dari fakta tersebut diperoleh bahwa pertumbuhan ritel modern terbilang cepat. Adanya ritel modern ini akan menimbulkan persaingan dengan pasar tradisional. Jika dulu masyarakat terbiasa berbelanja di pasar tradisional, maka saat ini masyarakat, khususnya di perkotaan, lebih memilih belanja di ritel modern. Pola kehidupan masyarakat kota yang lebih modern membuat mereka lebih memilih berbelanja di ritel modern. Hal ini juga dipengaruhi tingkat konsumsi masyarakat perkotaan yang semakin meningkat, sehingga masyarakat lebih memilih berbelanja di ritel modern. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 000 000 jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp 3 600 triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern (marketing.co.id 2013). Kehadiran ritel modern semakin bertambah di kota-kota besar Indonesia, tak terkecuali di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kota Surakarta atau dikenal sebagai Kota Solo merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Industri batik yang sudah menjadi ciri khas Kota Solo menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Sebagai tujuan kota wisata membuat Kota Surakarta menjadi sasaran yang cukup potensial untuk mengembangkan bisnis para peritel khususnya ritel modern. Hal ini juga akan berpengaruh pada sektor perdagangan Kota Surakarta. Terlihat pada Tabel 1 bahwa sektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.
2 Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (%) Kota Surakarta Tahun 2008-2012 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengakutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Sumber: BPS (2013)
2008
2009
2010
2011
2012
0.063
0.060
0.057
0.054
0.051
0.042
0.039
0.036
0.033
0.031
26.391
25.653
25.024
24.260
23.507
2.265
2.312
2.335
2.377
2.397
12.817
12.985
13.165
13.252
13.331
26.624
26.735
26.799
27.104
27.330
9.891
10.063
10.079
10.158
10.199
9.891
10.004
10.168
10.493
10.716
12.017
12.148
12.336
12.269
12.438
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
Berkaitan dengan hal tersebut, Pasar Tradisional di Kota Surakarta dikhawatirkan kian terdesak dengan keberadaan ritel modern. Perlu diteliti secara lebih mendalam tentang kehadiraan ritel modern yang dikhawatirkan berdampak bagi pasar tradisional terutama para pedagang. Perumusan Masalah Kehadiran ritel modern di Kota Solo kian banyak. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, pada tahun 2013 jumlah ritel modern mencapai 52 gerai yang terdiri atas 24 minimarket dan 28 lainnya termasuk supermarket, hypermarket, mall dan pusat perbelanjaan. Berbeda halnya dengan Pasar tradisional yang hanya mencapai 43 unit (Dinas Pengelolaan Pasar 2014). Pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sudah membatasi ritel modern yang masuk. Namun kenyataannya pembangunan ritel modern semakin menjamur di Kota Surakarta. Alasan pemerintah Kota Surakarta mempertahankan pasar tradisional ditengah maraknya ritel modern karena pasar tradisional sebenarnya menjadi tempat para petani, nelayan, dan pengrajin kecil untuk memamerkan produk yang mereka hasilkan (Basri et al. 2012). Pasar tradisional menjadi tempat untuk pedagang-pedagang kecil menengah ke bawah untuk berjualan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah setempat untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Kota Surakarta adalah melakukan revitalisasi. Sampai dengan tahun 2013, sebanyak 19 bangunan pasar tradisional telah direvitalisasi (Dinas Pengelolaan Pasar 2014).
3 Namun, para pedagang pasar tradisional tetap merasa cemas akan keberadaan ritel modern yang semakin menjamur dan akan berdampak buruk terhadap usahanya. Adanya kesamaan produk-produk yang dijual baik di pasar tradisional maupun di ritel modern merupakan ancaman bagi para pedagang tradisional. Berbagai keunggulan yang dimiliki ritel modern membuat masyarakat cenderung memilih berbelanja di sana. Menurut Purnomo et al. (2013), keunggulan yang dimiliki ritel modern sehingga dapat menarik minat masyarakat berbelanja di ritel modern tersebut antara lain: a) Ritel modern dikelola oleh manajemen yang modern dan profesional. b) Ritel modern menawarkan wisata belanja yang nyaman, aman, dan bersih. c) Harga barang di ritel modern sudah pasti sehingga pembeli tidak perlu lagi tawar menawar. Harga yang pasti juga berguna untuk membandingkan harga di tempat lain. d) Ritel modern didukung fasilitas yang memadai seperti pendingin ruangan, tangga berjalan, ruang parkir yang luas, kamar mandi yang bersih, pelayanan yang baik, dan lain-lain. e) Ritel modern umunya memiliki modal besar, sehingga mampu memberi diskon dan hadiah kepada konsumen. f) Sebagian masyarakat merasa bergengsi dan lebih mengikuti zaman, bila berbelanja di ritel modern. Beberapa penelitian terdahulu memperoleh hasil bahwa ritel modern berdampak negatif terhadap pedagang pasar tradisional. Penelitian yang dilakukan Agustina (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor berdampak negatif terhadap pertumbuhan pasar tradisional pada tahun 2003-2008. Kemudian, Kusyuniarti (2012) menunjukkan bahwa minimarket menjadi salah satu penyebab penurunan omzet pedagang eceran tradisional. Namun, berdasarkan penelitian Suryadharma et al (2007) diperoleh bahwa kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang memberikan keuntungan pada supermarket. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akan keberadaan ritel modern yang semakin menjamur di Kota Surakarta terhadap pasar tradisional di sekitarnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini: 1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta? 3. Bagaimana pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap omzet? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta.
4 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta. 3. Menganalisis pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap omzet. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi wawasan baru mengenai dampak keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional Kota Surakarta. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi informasi mengenai dampak keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional Kota Surakarta dan sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan yang sesuai. 3. Bagi kalangan mahasiswa, bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi pasar tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Pasar tradisional yang dijadikan sampel adalah yang berjarak kurang dari lima kilometer dengan ritel modern dan yang berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel modern. Pasar tradisional di Kota Surakarta yang terpilih adalah Pasar Harjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Penelitian ini membahas persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta, faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta dan pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap omzet. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pasar Menurut Basri et al. (2012), pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin memenuhi kebutuhannya. Pasar dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pasar tradisional dan ritel modern.
5 Pasar Tradisional Menurut Peraturan Presiden Nomor 112 (2007), pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, pedagang menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Sistem pasar tradisional terbangun atas beberapa subsistem yang saling berinteraksi dan memengaruhi, antara lain: 1. Pengelola pasar Pengelola pasar merupakan perusahaan daerah/swasta yang membangun infrastruktur pasar, menyediakan fasilitas, mengatur dan mengelola segala kegiatan ekonomi dalam pasar tradisional. 2. Pedagang Pedagang pada pasar tradisional umumnya meneruskan usaha orang tua di tempat (pasar) yang sama dengan barang dagangan yang sama pula. Hanya beberapa yang membuka usaha sendiri tanpa faktor turunan. 3. Pemasok Sebagian pemasok yang ada di pasar tradisional adalah agen yang mengambil barang dari produsen. 4. Pembeli Pembeli di pasar tradisional mayoritas adalah masyarakat yang tinggal di sekitar pasar pada level kelurahan dan kecamatan. Ritel Modern Ritel modern adalah pasar yang umumnya berlokasi di kawasan perkotaan dan dikelola dengan manajemen modern dan profesional, yang berfungsi sebagai penyedia barang/jasa dengan mutu dan pelayanan yang prima kepada konsumen yang umumnya tergolong kelas menengah ke atas. Ritel modern terdiri atas toko modern dan pusat perbelanjaan. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, sistem harga pasti, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, speciality store, dan grosir yang berbentuk perkulakan. Sedangkan, pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri atas satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang (Peraturan Presiden Nomor 112 2007). Penelitian ini memilih ritel modern yang terdiri atas supermarket, hypermarket, dan department store. Menurut Purnomo et al. (2013) definisi supermarket, hypermarket, dan department store sebagai berikut: 1. Supermarket adalah toko modern yang menjual segala macam kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pasta gigi, sabun mandi dan lain-lain. Supermarket memiliki luas lantai penjualan 400 m2 hingga 5 000 m2.
6 2. Hypermarket adalah jenis toko modern yang memiliki luas lantai penjualan lebih dari 5 000 m2 sehingga lebih luas dibandingkan supermarket. Jumlah jenis barang yang dijual di hypermarket sangat besar (lebih dari 50 000 item) dan meliputi banyak jenis produk. 3. Department store adalah toko eceran modern yang berskala besar yang pengelolaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian-bagian yang menjual pakaian wanita, pakaian pria, pakaian anak-anak dan lain-lain. Department store mempunyai luas lantai penjualan di atas 400 m2. Perbandingan pasar tradisional dan ritel modern disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan Pasar Tradisional dan Ritel modern di Indonesia Jenis Pasar Ciri Utama Bentuk Pasar Pasar Manajemen belum profesional Tradisional Skala kecil Modal kecil Pasar tradisional Harga tawar-menawar skala kecil, pasar Transaksi tunai tradisional skala Jarang ada program promosi sedang, pasar desa Dikelola pemerintah dan pasar antar desa. Tersebar di kota dan di desa Kondisi bangunan kurang terawat Konsumen menengah bawah Ritel modern Manajemen modern Teknologi modern Toko modern Modalnya kuat (hypermarket, Harga pasti supermarket, Fasilitas canggih minimarket, department store dan Pembayaran dapat menggunakan perkulakan/grosir) kartu kredit atau debit dan pusat Banyak promosi perbelanjaan (mall, Umunya dikelola swasta plaza, square dan Di daerah perkotaan trade centre) Bangunan terawat Konsumen menengah atas Sumber: Purnomo et al. (2013)
Teori Lokasi Menurut Alfred Weber pemilihan lokasi industri berdasarkan atas prinsip minimisasi biaya, setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Priyarsono et al. 2007). Weber memiliki beberapa asumsi antara lain: 1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim homogen, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna.
7 2. Beberapa sumberdaya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di manamana dalam jumlah yang memadai. 3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas. 4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dengan mobilitas terbatas. Berdasarkan asumsi tersebut terdapat tiga faktor yang memengaruhi lokasi yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara fundamental menentukan pola lokasi. Kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagi kegiatan dalam ruang (Priyarsono et al. 2007). Berbeda dengan Alfred Weber, August Losch menyatakan lokasi penjual sangat berpengaruh pada jumlah konsumen. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan besar (Priyarsono et al. 2007). Berdasarkan teori lokasi yang telah dipaparkan, terdapat kesamaan teori pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi baik pasar tradisional maupun ritel modern. Lokasi yang berdekatan akan menimbulkan persaingan karena mereka berebut konsumen untuk mendapatkan omzet yang lebih besar. Omzet Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Menurut Wijayanti (2011), omzet adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Penelitian ini melihat omzet pedagang tradisional perhari. Omzet tersebut adalah omzet sebelum adanya kehadiran ritel modern terpilih yaitu tahun 2008 dan setelah kehadiran ritel modern tersebut yaitu tahun 2013. Penelitian Terdahulu Suryadarma et al. (2007) menganalisis dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Studi ini mengukur dampak supermarket pada pasar tradisional di daerah perkotaan di Indonesia secara kuantitatif dengan menggunakan metode difference in-difference (DiD) dan metode ekonometrik, serta secara kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Hasil melalui metode kuantitatif secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada pendapatan dan keuntungan, tetapi terdapat dampak siginifikan supermarket pada jumlah pegawai pasar tradisional. Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa kelemahan yang terjadi di pasar
8 tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang memberikan keuntungan pada supermarket. Karena itu, untuk menjamin keberlangsungan pasar tradisional diperlukan perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional yang memungkinannya dapat bersaing dan tetap bertahan bersama kehadiran supermarket. Penelitian yang telah dilakukan Agustina (2009) menganalisis tentang pertumbuhan ritel modern di Kota Bogor pada tahun 1998-2003 yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ritel modern di Kabupaten Bogor. Sedangkan pada tahun 2003-2008, pertumbuhan ritel modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ritel modern di Kabupaten Bogor. Jumlah pasar tradisional di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 mengalami pertumbuhan positif sedangkan di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan yang stagnan atau tidak terjadi pertumbuhan pasar tradisional. Namun pada periode tahun 2003-2008 pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang negatif. Faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ritel modern di Kota dan Kabupaten Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga dan tingkat pendapatan per kapita. Kusyuniarti (2012) melakukan penelitian mengenai dampak pendirian minimarket terhadap perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat (kasus: kecamatan dramaga kabupaten bogor). Penelitian ini menunjukan bahwa pendirian kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kecamatan Dramaga menjadi peluang bagi para pengusaha untuk menawarkan barang dan jasanya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa tersebut dalam bentuk usaha ritel modern, yaitu minimarket. Lokasi minimarket dengan jarak yang sangat berdekatan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor tentu akan memunculkan persaingan di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan uji-t berpasangan, metode regresi linear berganda dan metode regresi logit yang didukung dengan uji crosstab. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran akibat berdirinya minimarket adalah jarak antara lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket dan tingkat pendidikan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket adalah usia dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket. Widiandra dan Sasana (2013) menganalisis dampak keberadaan pasar modern terhadap keuntungan usaha pedagang pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu kenyamanan, jarak, diversifikasi produk, dan harga terhadap variabel terikat yaitu keuntungan usaha. Hasil penelitian diperoleh rendahnya tingkat kenyamanan pasar tidak memengaruhi keuntungan usaha pedagang pasar tradisional, jarak pasar yang lebih strategis menyebabkan keuntungan usaha akan meningkat dan diversifikasi produk yang lebih beragam mengakibatkan keuntungan usaha akan meningkat. Namun, apabila harga pasar relatif lebih terjangkau maka tidak memengaruhi keuntungan usaha.
9 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah 1. Persaingan pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta diduga akan meningkat setelah kehadiran ritel modern, sedangkan kinerja pedagang pasar tradisonal di Kota Surakarta diduga akan menurun setelah kehadiran ritel modern. 2. Ukuran kios diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 3. Umur diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 4. Lama berdagang diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 5. Pendidikan diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 6. Dummy jarak diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 7. Dummy diversifikasi produk diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 8. Dummy komoditi utama produk segar diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 9. Dummy komoditi utama produk olahan diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 10. Dummy letak kios diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang secara signifikan setelah kehadiran ritel modern. 11. Jarak ritel modern dan pasar tradisional diduga berpengaruh terhadap omzet pedagang pasar tradisional. Kerangka Pemikiran Liberalisasi perdagangan memberi dampak ritel modern menjadi kian meningkat. Tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17.57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10 365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18 152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia (marketing.co.id 2013). Ditambah dengan pola belanja masyarakat yang berubah ke modern menjadi lebih memilih berbelanja di ritel modern. Kehadiran ritel modern lama kelamaan menggeser pasar tradisional sebagai tujuan utama berbelanja bagi masyarakat, khususnya di kota-kota besar seperti Kota Surakarta. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, pada tahun 2013 jumlah ritel modern Kota Surakarta mencapai 52 gerai. Pasar tradisional hanya mencapai 43 unit (Dinas Pengelolaan Pasar 2014). Hal ini dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi para pedagang pasar tradisional. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kehadiran ritel modern terhadap omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Adapun analisis yang dilakukan melalui persaingan dan kinerja pedagang pasar tradisional Kota Surakarta, faktor-faktor
10 yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisonal di kota Surakarta, serta pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap omzet. Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Surakarta. Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut: Liberalisasi Perdagangan
Peningkatan Ritel Modern di Indonesia
Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta
Persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta
Faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Surakarta
Pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta terhadap omzet
Rekomendasi strategi dan kebijakan yang dapat dilakukan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan wilayah cukup potensial untuk mendirikan ritel modern, sehingga perlu diteliti dampak yang akan ditimbulkan kedepannya. Keberadaan ritel modern ini akan mengancam para pedagang tradisional. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga pasar tradisional, yaitu Pasar Hardjodaksino, Pasar Nusukan, dan Pasar Jongke. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2014 hingga Juni 2014. Selama periode tersebut peneliti
11 melakukan pengumpulan data dan analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik serta beberapa literatur yang tekait sebagai penunjang penelitian ini seperti jurnal, skripsi, internet dan buku-buku. Data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara mendalam berupa kuisioner terhadap pedagang pasar tradisional yang menjadi responden sehingga dapat mengetahui pengaruh keberadaan ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional. Data yang ditanyakan kepada pedagang berdasarkan tahun 2008 dan tahun 2013. Jenis data pada penelitian ini adalah cross section. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling merupakan prosedur memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian (Juanda 2009). Karakteristik dalam penelitian ini ditentukan dari beberapa kriteria. Kriteria sampel pasar tradisional yang dipilih adalah pasar tradisional yang menjual produk yang sama pada ritel modern yaitu produk segar, produk olahan, dan sandang. Kriteria selanjutnya adalah pasar tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dari ritel modern terdekat dan pasar tradisional yang berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel modern. Ritel modern pada penelitian ini yang mulai beroperasi antara tahun 2008 hingga 2013. Ritel modern dalam penelitian ini hanya meliputi supermarket, hypermarket, dan department store. Setelah memiliki kriteria tersebut, penentuan sampel dilakukan berdasarkan tahapan berikut: 1. Melakukan pencarian data sekunder pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Surakarta mengenai pasar tradisional dan ritel modern. Hasil pencarian diperoleh bahwa jumlah pasar tradisional 43 unit dan ritel modern 52 unit. 2. Mengidentifikasi pasar tradisional berdasarkan kriteria yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah mengidentifikasi berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan, jumlah pasar tradisional mengerucut menjadi 29 unit. 3. Mengukur jarak antara pasar tradisional dengan ritel modern yang berdiri minimal tahun 2008 untuk menentukan pasar perlakuan dan pasar kontrol. Pasar tradisional yang dipilih menjadi pasar perlakuan yaitu pasar tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dengan ritel modern, sedangkan pasar kontrol yang dipilih merupakan pasar tradisional yang berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel modern. Maka, terpilih tiga
12 pasar tradisional yang diteliti yaitu Pasar Nusukan dan Pasar Hardjodaksino sebagai pasar perlakuan serta Pasar Jongke sebagai pasar kontrol. 4. Tahap selanjutnya adalah menentukan responden dengan memilih pedagang yang telah berdagang minimal lima tahun sebanyak 30 pedagang pada tiaptiap pasar yang terdiri atas 10 pedagang produk segar, 10 pedagang produk olahan dan 10 pedagang sandang. Total keseluruhan responden adalah 90 pedagang. Tabel 3 Jarak Pasar Tradisional dengan Ritel Modern Terpilih Tahun Nama Pasar Ritel Modern Beroperasi Nusukan Solo Paragon 2012 Lotte Mart 2011 Luwes Nusukan 2008 Harjodaksino Carrefour Solo Baru 2008 Lotte Mart 2011 Hartono Mall 2012 Jongke Hartono Mall 2012 Palur Plaza 2010
Jarak 3.6 km 4.1 km 200 m 4.3 km 1.8 km 3.4 km 7.3 km 11 km
Metode Analisis Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif dan statistik inferensia. Analisis deskriptif diuji dengan menggunakan independent sample t-test, paired sample t-test, dan chi-square test. Adapun statistik inferensia dilakukan dengan menggunakan ordinal logistic regression. Sebelum melakukan pemodelan, dilakukan uji korelasi terhadap variabel independent. Metode ini dilakukan dengan bantuan program software Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 16.0. Uji-t (T-Test) Uji-t yang digunakan pada penelitian ini adalah independent sample t-test dan paired sample t-test. Independent sample t-test merupakan uji-t untuk dua sampel independent atau bebas. Pada prinsipnya akan membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, dengan tujuan apakah kedua grup tersebut memiliki rata-rata yang sama atau tidak (Sujarweni 2014). Independent sample t-test digunakan untuk meneliti karakteristik responden dan segmentasi pembeli antara pasar perlakuan dan pasar kontrol dalam penelitian ini. Paired sample t-test merupakan uji-t untuk dua sample yang berpasangan. Penggunaan uji ini untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel bebas. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun mempunyai dua data (Sujarweni 2014). Uji ini digunakan untuk meneliti omzet dan keuntungan responden pada tahun 2008 dan 2013. Hipotesis untuk uji-t ini sebagai berikut: H0: Rata-rata variabel antara dua kelompok adalah sama
13 H1: Rata-rata variabel antara dua kelompok adalah berbeda Jika t-statistic < α , maka tolak H0 yang artinya rata-rata variabel antara dua kelompok adalah berbeda. Jika t-statistic > α, maka terima H0 yang artinya ratarata variabel antara dua kelompok adalah sama (Sujarweni 2014). Chi-square Test Menurut Sujarweni (2014), analisis chi-square sebenarnya merupakan statistik non parametrik karena data untuk pengujiannya adalah data kategori. Chisquare test dilakukan untuk mencari ada hubungan atau tidak, namun tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya. Adapun rumus hipotesisnya sebagai berikut: H0: Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel H1: terdapat hubungan antara kedua variabel Jika P-value < α atau Chi-square hitung > Chi-square tabel, maka tolak H0. Sedangkan, P-value > α maka sebaliknya menjadi terima H0. Dalam penelitian ini, Chi-square test digunakan untuk melihat hubungan karakteristik pedagang, strategi pedagang, metode pembayaran, dan pemasok barang dagangan pedagang. Uji Korelasi Korelasi merupakan salah satu statistik inferensia yang akan menguji apakah dua variabel atau lebih yang ada mempunyai hubungan atau tidak. Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel, jika ada hubungannya maka akan dicari seberapa kuat hubungan tersebut. Keeretan hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Sujarweni 2014). Terdapat tiga penggolongan berdasarkan jenis data dalam uji korelasi yaitu: 1. Jika data semua variabel merupakan data nominal maka digunakan uji koefisien Cramer. 2. Jika data semua variabel merupakan merupakan data ordinal atau dapat juga satu variabel merupakan data ordinal dan lainnya data rasio maka digunakan uji Kendall, dapat juga uji Spearman. 3. Jika data semua variabel merupakan data rasio maka digunakan uji Kendall atau uji Spearman. Adapun hipotesis untuk uji korelasi adalah H0: Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel H1: Terdapat hubungan antara kedua variabel Jika nilai probability < α, maka tolak H0 yang artinya terdapat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika nilai probability > α maka terima H0 yang artinya tidak terdapat hubungan antara dua variabel. Metode Ordinal Logistic Regression Apabila peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah kategorik, maka analisis regresi yang dapat digunakan antara lain analisis regresi logistik (Firdaus et al. 2011). Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya, analisis regresi logistik dibagi menjadi tiga: 1. Biner : regresi logistik biner 2. Nominal : regresi logistik nominal 3. Ordinal : regresi logistik ordinal
14 Metode ordinal logistik regression memungkinkan untuk membuat model, membuat prediksi, dan mengevaluasi tingkat kepentingan berbagai variabel prediksi pada kasus-kasus dimana variabel tergantungnya berskala ordinal (Sarwono 2013). Penelitian ini memiliki peubah respon berupa tiga kategorik bersifat urutan sehingga penelitian ini menggunakan metode ordinal logistik regression. Dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang. Persamaan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5 D1 + β6D2 + β7D3 + β8D4 + β9D5 + ei Dimana: Yi = Omzet pedagang (nilai “1” jika kurang dari Rp 1 000 000; nilai “2” jika Rp 1 001 000 sampai Rp 5 000 000 dan nilai “3” jika lebih dari Rp 5 000 000) perhari β0 = Intersep β1 = Koefisien regresi X1 = Ukuran kios (m2) X2 = Umur (tahun) X3 = Lama berdagang (tahun) X4 = Pendidikan (nilai “1” jika tidak sekolah/lulus SD, nilai “2” jika lulus SD, nilai “3” jika lulus SMP, nilai “4” jika lulus SMA, nilai “5” jika lulus universitas) D1 = Jarak (nilai “0” jika berjarak lebih dari lima kilometer dengan ritel modern, nilai “1” jika berjarak kurang dari lima kilometer dengan ritel modern) D2 = Diversifikasi produk (nilai “0” jika satu jenis produk, nilai “1” jika lebih dari satu jenis produk) D3 = Komoditi utama (nilai “0” jika menjual produk lainnya, nilai “1” jika menjual produk segar) D4 = Komoditi utama (nilai “0” jika menjual produk lainnya, nilai “1” jika menjual produk olahan) D5 = Letak kios (nilai “0” jika letak kios berada di bagian belakang pasar, nilai “1” jika letak kios berada di bagian depan pasar) = error ei
GAMBARAN UMUM Kondisi Pasar Tradisional Kota Surakarta Menurut Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, hingga tahun 2014 jumlah pasar tradisional Kota Surakarta sebanyak 43 pasar. Dimana terdiri atas 14 pasar khusus dan 29 pasar tradisional biasa. Pasar khusus yang dimaksud adalah
15 pasar tradisional yang menjual satu jenis produk dalam satu pasar, seperti tekstil, barang antik, ayam, bunga, perkakas rumah tangga, dan besi tua. Pasar tradisional di Kota Surakarta banyak yang telah mengalami revitalisasi. Menurut Dinas Pengelolaan Pasar, hingga tahun 2013 jumlah pasar tradisional yang telah mengalami revitalisasi sebanyak 19 unit. Bahkan untuk kedepannya akan semakin bertambah pasar yang akan di revitalisasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya pemeritah Kota Surakarta dalam melestarikan pasar tradisional. Pasar tradisional di Kota Surakarta umumnya sudah berusia tua. Beberapa diantaranya telah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia. Tabel 4 menunjukkan daftar pasar tradisional di Kota Surakarta dengan alamat dan tahun beroperasi masing-masing pasar. Tabel 4 Daftar Pasar Tradisional di Kota Surakarta No.
Nama Pasar
1. 2. 3. 4. 5.
11. 12. 13. 14. 15. 16.
Legi Klewer Singosaren Gede Nusukan Turisari (nongko) Harjodaksino Jongke Notoharjo Taman Pasar Burung Depok Gading Rejosari Pucangsawit Purwosari Panggungrejo Ngarsopuro
17.
Sidodadi
18. 19. 20.
Cinderamata Ayu Balapan Mojosongo
21.
Ledoksari
22. 23. 24. 25. 26.
Kadipolo Tanggul Kabangan Penumping Ayam
27.
Kliwon
28.
Jebres
29.
Kembang
6. 7. 8. 9. 10.
Alamat Jl. Jend. S. Parman, Stabelan, Banjarsari Jl Dr. Radjiman, Pasar Kliwon Jl. Gatot Subroto, Kemlayan, Serengan Jl. Jend. Urip Sumoharjo Sudiroprajan, Jebres Jl. Kapten P. Tendean, Nusukan, Banjarsari
Tahun Beroperasi 1936 1970 1989 1930 1958
Jl. RM. Said Mangkubumen, Banjarsari
1986
Jl. Kom. Yos Sudarso, Danukusuman, Serengan Jl. Dr. Rajiman, Pajang Laweyan Jl. Serang, Semanggi, Pasar Kliwon Jl. Balekembang Lor/Depok, Manahan, Banjarsari Jl. Veteran, Pasar Kliwon Jl. Sindutan Purwodiningratan, Jebres Jl. Ir. Juanda, Pucangsawit, Jebres Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan Jl. Surya Utama, Jebres Jl. Ronggowarsito, Timuran Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Karangasem, Laweyan Barat Alun-alun Utara Jl. Monginsidi, Kestalan, Banjarsari Jl. Brigjen Katamso, Mojosongo, Jebres Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Purwodiningratan, Jebres Jl. Dr. Radjiman, Penularan, Laweyan Jl. RE. Martadinata, Sewu, Jebres Jl. Dr. Radjiman, Sondakan, Laweyan Jl. Sutowijoyo, Penumping, Laweyan Jl Serang, Semanggi, Pasar Kliwon Jl. Kapten Mulyadi, Kedunglumbu, Pasar Kliwon Jl. Prof. W. Z. Yohanes, Purwodiningratan, Jebres Jl. Dr. Rajiman, Sriwedari, Laweyan
1987 1992 2006 1984 1981 1989 1993 1978 2009 1967 1941 2004 1986 1976 1986 1980 1983 1974 1979 1980 1957 1967
16 No.
Nama Pasar
30. 31. 32. 33. 34. 35.
Mebel Triwindu Ngemplak Bangunharjo Sidomulyo Elpabes
36.
Sangkrah
37. 38.
Tunggulsari Jurug Mojosongo Perumnas Ngumbul Bambu Besi Joglo
39. 40. 41. 42. 43.
Alamat Jl. A. Yani, Gilingan, Banjarasari Jl. Diponegoro, Keprabon, Banjarsari Jl. A. Yani, Gilingan, Banjarasari Jl. KS. Tubun, Manahan, Banjarsari Jl. S. Parman, Gilingan, Banjarsari Jl. R. Saleh, Banjarsari Barat Stasiun KA. Sangkrah, Sangkrah, Pasar Kliwon Jl. Untung Suropati, Semanggi, Pasar Kliwon Jl. KH. Maskur, Jebres
Tahun Beroperasi 2003 1949 1985 1966 1951 2000 1949 1989 1982
Komplek Jl. Sibela, Mojosongo, Jebres
2002
Jl. RM. Said, Manahan, Banjarsari Jl. Tentara Genie Pelajar, Nusukan, Banjarsari Jl. Serang, Semanggi, Pasar Kliwon Jl. Kol. Sugiyono, Kadipiro, Banjarsari
1993 2005 1996 1956
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar (2014)
Pasar Harjodaksino Pasar Harjodaksino menjadi pasar perlakuan dalam penelitian ini. Pasar Harjodaksino terletak di Jl. Kom. Yos Sudarso, Kelurahan Danusuman, Kecamatan Serengan Kota Surakarta yang menempati lahan seluas 8 997 m2. Pasar ini diresmikan pertama kali pada tanggal 15 Juni 1987. Pasar tersebut sebelumnya adalah pindahan dari Pasar Gemblegan yang berada di bekas Terminal Bus Gemblegan yang merupakan pelabuhan dari Pasar Dawung dan Pasar Gading. Pasar ini terdiri atas 71 kios, 857 los dan 161 plataran. Pada tahun 2006 Pasar Harjodaksino melakukan pembangunan kios baru bagian depan. Di samping menyediakan kebutuhan sehari-hari, Pasar Harjodaksino juga menyediakan berbagai barang kebutuhan upacara (ubo rampe) perkawinan atau temanten. Pasar Nusukan Pasar Nusukan juga merupakan pasar perlakuan dalam penelitian ini, sama halnya dengan Pasar Harjodaksino. Pasar Nusukan yang terletak di Jl. Kapten Piere Tendean, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta ini didirikan pada tahun 1958. Pasar Nusukan menempati lahan seluas 6 531 m2. Pasar Nusukan memiliki 107 kios, 553 los dan 187 plataran. Pada tahun 2004 Pasar Nusukan mengalami musibah kebakaran dan dibangun kembali pada tahun 2006. Pada tahun ini juga Pemerintah Kota Surakarta mengalokasikan dana yang diperuntukkan sebagai bantuan subsidi kepada pedagang lama Pasar. Pasar Nusukan menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan pangan maupun sandang. Aktivitas pasar dimulai dari dini hari hingga malam. Pedagang sayur-mayur kebanyakan datang dari luar kota Solo seperti Boyolali, Sragen, Purwodadi dan Karanganyar.
17 Pasar Jongke Pasar Jongke berperan sebagai pasar kontrol pada penelitian ini. Pasar Jongke diresmikan pada tanggal 19 Januari 1992 oleh Walikota Solo Hartomo. Pasar Jongke merupakan gabungan dua pasar tradisional yakni pasar Sepeda Ngapeman dan Pasar Jongke sebagai sentra oleh-oleh khas Solo. Ide pendirian pasar ini berasal dari pemerintah, yang salah satu sebabnya karena lokasi Pasar Sepeda Ngapeman akan dibangun Hotel Novotel. Nama Jongke sendiri diambil dari nama pasar sebelumnya. Selain menjadi nama pasar, Jongke adalah nama kampung dalam wilayah Kelurahan Laweyan. Secara administratif, pasar jongke berada dalam wilayah Kampung Jongke, Kelurahan Laweyan yaitu Jl. Dr. Rajiman, Pajang. Pasar Jongke terbagi menjadi 98 kios, 736 los, dan 216 plataran dengan luas lahan 12 254 m2. Sebagai pasar tradisional, Pasar Jongke menjual bermacam-macam barang dagangan seperti manisan, kelontong, sayur mayur, sembako, daging dan pakaian. Namun Pasar Jongke juga terkenal dengan komoditi sepeda baik yang masih baru maupun yang sudah bekas. Komoditas Utama Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tabel 5 Komoditas Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) Produk segar Sayur-sayuran 10.00 6.70 8.30 16.70 Buah-buahan 5.00 3.30 Ayam Daging (sapi, kambing) 3.30 3.30 Ikan 3.30 3.30 Umbi-Umbian 1.70 0.00 Produk olahan Beras 21.70 16.70 Kue 5.00 6.70 Minyak 3.30 3.30 Bumbu-bumbuan 3.30 0.00 Makanan ringan 1.70 0.00 Telur & susu 0.00 6.70 Produk Sandang Sepatu 16.70 0.00 Pakaian 13.30 30.00 Tas 3.30 3.30 Total 100.00 100.00 15.92
18 Tabel 5 memperlihatkan komoditas utama pedagang berdasarkan komoditas yang menghasilkan omzet tertinggi bagi pedagang. Penelitian ini membagi komoditas menjadi produk segar, produk olahan dan sandang. Tabel 5 menunjukkan bahwa komoditas utama baik pasar perlakuan dan pasar kontrol tidak signifikan yang berarti tidak terdapat keterkaitan antara produk yang dijual pedagang pasar tradisional dengan pasar perlakuan dan pasar kontrol. Hal ini bisa terjadi karena tiga pasar yang dipilih memiliki kesamaan komoditas yang dijual. Karakteristik Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Karakteristik pedagang termasuk tahap awal yang dilakukan kepada semua responden yang telah dipilih. Tabel 6 menunjukan karakteristik pedagang yang dilihat dari umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli para pedagang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa variabel yang berbeda adalah ukuran kios dan jumlah kios. Tabel 6 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan t-test Pasar Perlakuan Pasar Kontrol (n=60) (n=30) t-hitung Variabel Mean Std. Dev. Mean Std. Dev. Umur (tahun) 47.47 10.43 44.87 10.47 1.11 Lama Berdagang (tahun) 15.10 6.68 15.17 5.45 -0.05 2 Ukuran Kios (m ) 8.43 4.19 6.43 3.65 2.23** Jumlah Kios (unit) 2.62 2.14 1.80 1.10 1.96* Jumlah Pembeli (orang) 22.80 16.28 21.50 13.75 0.38 Keterangan: **signifikan pada taraf nyata 5%; *signifikan pada taraf nyata 10%
Pedagang pada pasar perlakuan rata-rata memiliki ukuran kios lebih besar yaitu 8 m2 dibandingkan pada pasar kontrol yang rata-rata hanya memiliki ukuran kios 6 m2. Selain itu, Pedagang di pasar perlakuan rata-rata memiliki kios lebih dari dua kios, sedangkan pedagang di pasar kontrol lebih rendah karena rata-rata memiliki kurang dari dua kios. Variabel umur, lama berdagang, dan jumlah pembeli relatif sama baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol. Karakteristik pedagang pasar selanjutnya adalah jenis kelamin, letak kios, dan status tempat usaha pedagang. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa pedagang perempuan mendominasi baik di pasar perlakuan maupun di pasar kontrol. Sementara itu untuk variabel letak kios baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol juga sebagian besar terletak di belakang pasar. Kemudian untuk status tempat usaha pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol mayoritas adalah kepemilikan sendiri.
19 Tabel 7 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) Jenis Kelamin 76.70 66.70 Perempuan 23.30 33.30 Laki-Laki 100.00 100.00 Total 1.02 Letak Kios 71.70 63.30 Belakang 28.30 36.70 Depan 100.00 100.00 Total 0.65 Status Tempat Usaha 60.00 80.00 Milik sendiri 23.30 13.30 Sewa 16.70 6.70 Lainnya 100.00 100.00 Total 3.70 Tabel 8 menunjukkan karakteristik pedagang berdasarkan tingkat pendidikannya. Terlihat pada Tabel, bahwa umumnya pedagang pada pasar perlakuan dan pasar kontrol adalah lulusan SMA. Saat wawancara, rata-rata pedagang memiliki keinginan mencari nafkah untuk membantu kebutuhan keluarga menjadikan alasan utama mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tabel 8 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan pendidikan dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) Pendidikan Lulus SMA 43.30 50.00 Lulus SD 23.30 20.00 Lulus SMP 21.70 6.70 Lulus akademi/universitas 8.30 13.30 Tidak sekolah/Lulus SD 3.30 10.00 Total 100.00 100.00 0.28 Karakteristik pedagang selanjutnya berdasarkan segmentasi pembeli yang disajikan pada Tabel 9. Pada Tabel 9 menunjukan bahwa variabel jumlah pembeli yang terdiri dari rumah tangga, restoran/catering, pedagang keliling dan warung tidak ada yang signifikan yang berarti variabel-variabel antara pasar perlakuan dan pasar kontrol relatif sama. Demikian juga pada nilai pembelian baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol relatif sama.
20 Tabel 9 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Presentase Segmentasi Pembeli dan Nilai Pembelian dengan t-test Pasar Perlakuan Pasar Kontrol (n=60) (n=30) Variabel t hitung Mean Std. Dev. Mean Std. Dev. Jumlah Pembeli (%) 63.83 35.20 65.50 32.60 -0.22 Rumah Tangga 5.92 14.19 6.33 12.31 -0.14 Restoran/Catering 16.08 20.23 13.33 19.31 0.62 Pedagang Keliling 14.00 19.95 14.83 21.83 -0.18 Warung Nilai Pembelian (%) 61.75 36.33 62.33 35.28 -0.07 Rumah Tangga 6.42 14.29 8.17 15.67 -0.53 Restoran/Catering 17.58 21.52 14.67 21.57 0.61 Pedagang Keliling 14.25 18.32 14.83 21.87 -0.13 Warung Karakteristik lainnya ialah berdasarkan omzet dan keuntungan pedagang. Tabel 10 memaparkan omzet dan keuntungan pedagang pada tahun 2013. Pada Tabel 10 terlihat bahwa rata-rata omzet di pasar perlakuan dan pasar kontrol relatif sama. Omzet pada kedua kelompok umumnya < 1 000 000. Variabel keuntungan juga tidak berbeda antara pasar perlakuan dan pasar kontrol. Keuntungan mayoritas pasar perlakuan dan pasar kontrol < 300 000. Tabel 10 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan dengan Chi-square test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Chi-square Variabel (n=60) (n=30) Omzet (Rp/hari) <1 000 000 65.00 83.30 1 001 000 - 5 000 000 20.00 13.30 >5 000 000 15.00 3.30 Total 100.00 100.00 3.90 Keuntungan (Rp/hari) <300 000 80.00 93.30 301 000 - 1 000 000 16.70 6.70 >1 000 000 3.30 0.00 Total 100.00 100.00 2.92
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Persaingan dan kinerja dalam pasar tradisional merupakan unsur yang diperlukan oleh para pedagang untuk mengetahui maju atau mundurnya usaha yang mereka lakukan (Suryadarma et al. 2007). Pada penelitian ini untuk mengetahui persaingannya, dipilih variabel sumber modal pedagang, pemasok barang dagangan, metode pembayaran yang digunakan, pesaing terberat dan strategi yang dilakukan pedagang. Kemudian, kinerja pedagang diukur dengan variabel penyebab kelesuan, perubahan omzet dan keuntungan yang diperoleh pedagang. Sumber modal usaha pedagang ditunjukkan pada Tabel 11 yang terlihat dari hasil chi-square test bahwa tidak ada yang signifikan artinya baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol relatif sama untuk sumber modalnya. Pada umumnya pedagang menggunakan modal usaha yang berasal dari diri sendiri, baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol. Terlihat pada Tabel 11, sumber modal dari diri sendiri lebih tinggi daripada modal lainnya, baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol. Pinjaman bank pemerintah juga menjadi pilihan para pedagang sebagai sumber modal, walaupun tidak sebanyak yang bersumber modal sendiri. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa pedagang sebenarmya ingin melakukan pinjaman di bank baik bank pemerintah maupun bank swasta, namun proses yang rumit mengurungkan niat pedagang melakukan pinjaman di bank. Tabel 11 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) 95.00 86.70 Modal sendiri 3.30 10.00 Bank pemerintah 1.70 0.00 Koperasi 0.00 3.30 Bank swasta 100.00 100.00 Total 4.25 Persaingan pedagang dari variabel pemasok utama untuk barang dagangan para pedagang disajikan pada Tabel 12. Terlihat bahwa pemasok utama barangbarang dagangan para pedagang untuk di kedua kelompok pasar sampel umumnya adalah penyalur. Selain itu, tengkulak juga menjadi salah satu pemasok baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol.
22 Tabel 12 Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) 46.70 43.30 Penyalur 20.00 26.70 Tengkulak 13.30 6.70 Pasar induk 10.00 10.00 Grosir 6.70 6.70 Produksi orang 3.30 6.70 Produksi sendiri 100.00 Total 100.00 1.75 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang merupakan variabel selanjutnya pada penelitian ini. Berdasarkan hasil chi-square test, terlihat bahwa secara umum pedagang melakukan metode pembayaran secara kontan baik di pasar perlakuan maupun di pasar kontrol. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 13, dimana pada pasar perlakuan dan pasar kontrol metode pembayaran tertinggi adalah kontan, sedangkan pembayaran terendah pada keduanya adalah konsinyasi. Tabel 13 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) 91.70 93.30 Kontan 8.30 3.30 Kredit 0.00 3.30 Konsinyasi 100.00 100.00 Total 2.76 Pesaing terberat pedagang pada pasar perlakuan dan pasar kontrol Kota Surakarta disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukan bahwa pesaing terberat untuk pasar perlakuan adalah ritel modern yaitu sebesar 54.3%. Ritel modern yang dimaksud adalah supermarket, hypermarket, dan department store. Hal ini dapat terjadi karena letak pasar perlakuan yang berdekatan dengan ritel modern. Kemudian disusul dengan pesaing dari pedagang lain di dalam pasar tradisional sebesar 23.9%. Pada pasar kontrol, pesaing terberat bagi pedagangnya adalah pedagang lain di dalam pasar kontrol itu sendiri. Dapat dilihat dari Tabel 14, pesaing tertinggi pada pasar kontrol adalah pedagang lain di dalam pasar tradisional yang mencapai 66.7%. Berbeda dengan pasar perlakuan, pada pasar kontrol pesaing ritel modern berada di tempat kedua hanya sebesar 22.2%. Hal ini dapat disebabkan pasar kontrol yang lokasinya jauh dari ritel modern (supermarket, hypermarket, dan department store), sehingga ritel modern bukan pesaing terberat bagi pedagang di pasar kontrol ini.
23 Tabel 14 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Variabel Ritel modern (supermarket, hypermarket, department store) Pedagang lain di dalam pasar tradisional Pedagang lain di pasar tradisional lain Minimarket Total
Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Chi-square (n=46) (n=18)
Keterangan: **signifikan pada taraf nyata 5%
54.30
22.20
23.90
66.70
15.20
5.60
6.50 100.00
5.60 100.00
10.51***
Setiap kegiatan usaha berdagang tentu menginginkan kemajuan bagi usahanya. Apalagi dengan adanya pesaing-pesaing yang membuat usaha pedagang mengalami kemunduran. Tentu ada cara untuk menarik pembeli agar berbelanja kepada mereka. Oleh karena itu, peneliti menanyakan tentang strategi yang digunakan pedagang untuk menarik pembeli agar berbelanja di pasar tradisional. Terlihat pada Tabel 15, hasil uji chi-square menunjukkan strategi pada pasar perlakuan dan pasar kontrol tidak berbeda. Kedua kelompok sampel umumnya memilih strategi dengan menjaga kebersihan kios. Hal ini dikarenakan konsumen tentu akan lebih senang berbelanja di tempat yang bersih dan nyaman. Tabel 15 Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Variabel Chi-square (n=60) (n=30) 33.30 26.70 Kios selalu dijaga kebersihannya 28.30 16.70 Memberikan potongan harga 16.70 30.00 Jenis dagangan diperbanyak 13.30 10.00 Barang diantar ke rumah 6.70 16.70 Barang dapat dipesan 1.70 0.00 Pembayaran bisa dicicil 100.00 100.00 Total 5.77 Kinerja pedagang di pasar tradisional menjadi tolak ukur untuk melihat maju atau mundurnya usaha mereka. Pada bagian ini akan membahas kinerja pedagang selama tahun 2008-2013, dimana tahun 2008 merupakan tahun sebelum ritel modern berdiri dan tahun 2013 merupakan tahun setelah ritel modern dibangun. Penelitian ini melihat kinerja pedagang berdasarkan perubahan omzet dan keuntungan baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol. Sebelumnya, omzet dan keuntungan telah dikategorikan ke dalam tiga range. Omzet dikategorikan menjadi tiga bagian terdiri atas range satu merupakan pedagang dengan omzet sebesar < Rp 1 000 000, range dua merupakan pedagang dengan omzet sebesar Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000 dan range tiga merupakan
24 pedagang dengan omzet sebesar > Rp 5 001 000. Kategori keuntungan terbagi menjadi range satu merupakan pedagang dengan keuntungan sebesar < Rp 300 000, range dua merupakan pedagang yang dengan keuntungan Rp 301 000 – Rp 1 000 000 dan range tiga merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar > Rp 1 001 000. Penentuan range omzet dan keuntungan ini berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Bagian Pendapatan Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta mengenai omzet dan keuntungan rata-rata pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta, sehingga terbentuk range-range tersebut. Berdasarkan hasil, secara umum omzet dan keuntungan para pedagang mengalami penurunan di kedua kelompok pasar sampel. Tabel 16 menunjukan kinerja pedagang dilihat dari perubahan omzet dan keuntungan sebelum dan sesudah keberadaan ritel modern dengan menggunakan paired sample t-test. Pada pasar perlakuan, rata-rata omzet pedagang pasar tradisional sesudah kehadiran ritel modern berada di antara kategori < Rp 1 000 000 dan kategori Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000. Demikian juga pada rata-rata omzet pedagang sebelum kehadiran ritel modern relatif sama. Rata-rata keuntungan sesudah kehadiran ritel modern berada di antara kategori < Rp 300 000 dan Rp 301 000 – Rp 1 000 000. Demikian juga pada rata-rata keuntungan sebelum kehadiran ritel modern tidak berbeda jauh. Pada pasar kontrol, omzet dan keuntungan pedagang tidak berbeda dengan pedagang pasar perlakuan. Rata-rata omzet pedagang pasar kontrol baik sesudah maupun sebelum kehadiran ritel modern berada di antara kategori < Rp 1 000 000 dan kategori Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000, sedangkan rata-rata keuntungan pedagang pasar kontrol baik sesudah maupun sebelum kehadiran ritel modern berada di antara kategori < Rp 300 000 dan Rp 301 000 – Rp 1 000 000.
Tabel 16 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern dengan Paired Sample t-test Pasar Perlakuan Pasar Kontrol (n=60) (n=30) t-hitung t-hitung Variabel Mean Std. Dev. Mean Std. Dev. Omzet 1.50 0.75 1.20 0.48 Sesudah 1.52 0.75 1.23 0.50 Sebelum 0.44 1.00 Keuntungan 1.23 0.50 1.07 0.25 Sesudah 1.32 0.57 1.10 0.31 Sebelum 2.32** 1.00 Keterangan: **signifikan pada taraf nyata 5%
Suatu pasar tradisional tentunya pernah mengalami penurunan usaha mereka. Pasar tradisional di Kota Surakarta juga pernah mengalami penurunan usaha berdagangnya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa ada penurunan omzet dan keuntungan pada pasar perlakuan dan pasar kontrol di Kota Surakarta. Adapun berbagai penyebab penurunan usaha mereka berdasarkan pernyataan pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan usaha, baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol.
25 Tabel 17 Penyebab Kelesuan Usaha Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta dengan Chi-square Test (%) Pasar Pasar Variabel Perlakuan Kontrol Chi-square (n=48) (n=24) Kurangnya jumlah pembeli 37.50 12.50 Meningkatnya persaingan dengan ritel modern (supermarket, hypermarket, 25.00 4.20 department store) Kualitas barang menurun 10.40 16.70 Meningkatnya persaingan dengan 8.30 45.80 pedagang lain di dalam pasar 6.20 4.20 Kondisi pasar yang kian buruk 6.20 0.00 Harga lebih tinggi di pasar tradisional Modal yang tidak mencukupi 6.20 16.70 Total 100.00 100.00 21.99** Keterangan: **signifikan pada taraf nyata 5%
Tabel 17 menunjukkan penyebab usaha pedagang yang turun. Penyebab kelesuan tertinggi pada pasar perlakuan adalah berkurangnya jumlah pembeli. Ketika wawancara berlangsung, beberapa pedagang memberikan alasan berkurangnya jumlah pembeli dikarenakan banyak pembeli yang beralih ke ritel modern. Berdasarkan hasil chi-square test, diperoleh persentase sebesar 37.5%. Pada pasar kontrol meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar menjadi penyebab kelesuan usaha pedagang yang utama. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 17, dimana persentasenya mencapai 45.8%. Pasar kontrol yang letaknya jauh dengan ritel modern tidak menjadikan ritel modern sebagai penyebab utama kelesuan pedagang, melainkan peningkatan persaingan pedagang lain di dalam pasar yang menjadi penyebab utama. Penyebab kelesuan usaha pedagang yang dipaparkan tersebut dapat menjadi acuan baik para pedagang, pengelola pasar serta pemerintah setempat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setidaknya menciptakan solusi untuk mengurangi beban para pedagang pasar tradisional, karena pada dasarnya pedagang pasar tradisional merupakan pedagang kecil. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Banyak faktor yang memengaruhi naik dan turunnya omzet usaha pedagang tradisional. Bagian ini akan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta. Untuk mengetahuinya, penelitian ini menggunakan metode regresi ordinal logit. Tabel 18 memperlihatkan variabel ukuran kios, komoditas utama berupa produk segar dan komoditas utama berupa produk olahan signifikan. Itu artinya terdapat hubungan antara perubahan omzet dengan ketiga variabel tersebut. Ukuran kios signifikan artinya terdapat hubungan antara ukuran kios dengan omzet. Terlihat pada Tabel 18, ukuran kios memiliki koefisien positif dengan nilai
26 odds ratio sebesar 1.25 menjelaskan bahwa semakin luas ukuran kios pedagang pasar tradisional maka memberi peluang lebih besar meningkatkan omzet sebesar 1.25 kali atau 25 % peluang yang lebih besar untuk meningkatkan omzet dibandingkan pedagang yang memiliki kios yang lebih kecil. Komoditas utama berupa produk segar signifikan artinya terdapat hubungan antara komoditas utama berupa produk segar dengan omzet. Komoditas produk segar memiliki koefisien bernilai positif dengan nilai odds ratio sebesar 5.16 artinya pedagang yang menjual komoditas utama berupa produk segar memiliki peluang lebih besar meningkatkan omzet sebesar 5.16 kali atau 416 % peluang yang lebih besar untuk meningkatkan omzet dibandingkan pedagang yang menjual komoditas selain produk segar. Komoditas utama berupa produk olahan signifikan yang berarti terdapat hubungan antara komoditas utama berupa produk olahan dengan omzet. Tabel 18 menunjukan bahwa koefisien bernilai positif dengan nilai odds ratio sebesar 19.41 artinya pedagang yang menjual komoditas utama berupa produk olahan memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan omzet sebesar 19.41 kali atau 1 841 % peluang yang lebih besar untuk meningkatkan omzet dibandingkan pedagang yang menjual komoditas selain produk olahan. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta adalah ukuran kios, komoditas berupa produk segar dan komoditas berupa produk olahan. Tabel 18 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Variabel Koefisien Odds Ratio Significance 2 0.23 1.25 0.01*** Ukuran kios (m ) -0.05 0.96 0.22 Umur (tahun) -0.02 0.98 0.78 Lama berdagang (tahun) Pendidikan (1=tidak sekolah/lulus SD, 2=lulus SD, 3=lulus SMP, -0.08 0.92 0.29 4=lulus SMA, 5=lulus universitas) Dummy jarak (1=dekat dengan ritel modern, 0=jauh dengan ritel 1.03 2.80 0.15 modern) Dummy diversifikasi produk (1=lebih dari satu jenis produk, 1.04 2.83 0.16 0=satu jenis produk) Dummy Komoditas utama 1.64 5.16 0.09* (1=produk segar, 0=lainnya) Dummy Komoditi utama 2.97 19.41 0.00*** (1=produk olahan, 0=lainnya) Dummy Letak kios (1=depan, -0.45 0.64 0.51 0=belakang) R-square 50.30% Chi-square 46.04*** Keterangan: ***signifikan pada taraf nyata 1%; *signifikan pada taraf nyata 10%
27 Selain mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet, metode ini dapat membuktikan model yang terbaik untuk dipilih pada penelitian ini. Model ini memiliki hasil chi-square signifikan pada taraf nyata 1% yang artinya model sudah benar. Nilai R-square yang dihasilkan sebesar 50.30% artinya variabel dependen memiliki hubungan dengan variabel independen dan mampu dijelaskan dengan model sebesar 50.30 % dan sisanya dijelaskan di luar model. Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Surakarta terhadap Omzet Berdasarkan hasil penelitian, jarak antara ritel modern dan pasar tradisional tidak berpengaruh pada omzet. Terlihat pada Tabel 18, jarak tidak signifikan yang artinya jarak bukan merupakan faktor yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta. Hasil diperoleh adanya faktor-faktor lain yang memengaruhi omzet yaitu ukuran kios, komoditas utama berupa produk segar dan produk olahan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata omzet pedagang pasar perlakuan lebih tinggi dari pedagang pasar kontrol. Hal ini terlihat pada Tabel 16. Seharusnya, pasar perlakuan yang merupakan pasar yang lokasinya dekat dengan ritel modern memiliki omzet lebih rendah dari pasar kontrol, namun kenyataannya berbeda. Hal ini terjadi karena pasar tradisional dibangun pada lokasi yang dekat dengan daerah konsumen, demikian juga dengan ritel modern yang juga mencari konsumen. Menurut Losch, konsumen enggan membeli apabila lokasinya jauh karena akan mengeluarkan biaya transportasi yang mahal (Priyarsono et al. 2007), sehingga konsumen akan memilih berbelanja di sekitar tempat tinggalnya agar tidak mengeluarkan biaya transportasi yang mahal. Karena pasar tradisional sudah berdiri lebih dulu daripada ritel modern, maka omzet pedagang pasar tradisional tidak terpengaruh dengan kehadiran ritel modern tersebut. Itulah mengapa pasar tradisional yang dekat dengan ritel modern memiliki omzet lebih tinggi daripada pasar tradisional yang jauh dengan ritel modern. Berdasarkan pemaparan tersebut menunjukkan bahwa jarak ritel modern dan pasar tradisional tidak berpengaruh pada omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta. Kehadiran ritel modern tidak berpengaruh pada omzet pedagang pasar tradisional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Persaingan pedagang pasar tradisional Kota Surakarta terlihat dari pesaing terberat yang pada pasar perlakuan didominasi oleh ritel modern, sedangkan pada pasar kontrol adalah pedagang lain di dalam pasar. Kinerja pedagang pasar tradisional dilihat dari perubahan omzet dan keuntungan dimana pada pasar perlakuan baik omzet maupun keuntungan mengalami penurunan setelah
28 keberadaan ritel modern. Hal serupa juga terjadi pada pasar kontrol. Penyebab kelesuan suatu usaha pedagang pasar perlakuan berasal dari berkurangnya jumlah pembeli. Berbeda pada pasar kontrol yang mengaku penyebab kelesuan usahanya adalah persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar tersebut yang meningkat. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional di Kota Surakarta adalah ukuran kios yang dimiliki pedagang, komoditas utama berupa produk segar dan komoditas utama berupa produk olahan. Ukuran kios semakin besar akan semakin meningkat omzet pedagang. Pedagang yang menjual komoditas utama berupa produk segar dan produk olahan memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan omzet. 3. Jarak pasar tradisional dengan ritel modern tidak memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional. Dengan demikian kehadiran ritel modern tidak berdampak terhadap omzet pedagang pasar tradisional. Saran Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemerintah dapat membantu para pedagang tradisional dengan memberi akomodasi untuk kesejahteraan pedagang. Pedagang pasar tradisional sudah membayar retribusi, kebersihan, dan keamanan, seharusnya hal itu sejalan dengan fasilitas yang diterima para pedagang. Apalagi pasar tradisional memiliki keunggulan harga yang lebih murah daripada ritel modern, sehingga pembeli masih berbelanja di pasar tradisional. Oleh karena itu, fasilitas pasar juga harus ditingkatkan oleh pemerintah. 2. Pedagang sebaiknya dapat lebih memilih produk yang ingin dijual pada produk segar dan produk olahan karena kedua produk tersebut memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan omzet. 3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada data omzet yang diperoleh pedagang pasar tradisional. Data omzet pedagang yang digunakan dalam uji regresi logistik ordinal ini berbentuk data ordinal sehingga dibuat menjadi beberapa kategori nilai tertentu. Hal ini disebabkan pedagang yang cenderung tidak bersedia memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai nilai omzet yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mempermudah penelitian selanjutnya, sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan data omzet berupa data rasio yang merujuk data pada angka sesungguhnya. 4. Penelitian ini menghasilkan bahwa jarak pasar tradisional dengan ritel modern tidak memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional. Hasil penelitian diperoleh bahwa pedagang pasar tradisional mengeluh kurangnya jumlah pembeli. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan indikator jumlah pembeli.
29
DAFTAR PUSTAKA Agustina D. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Ritel modern di Kota dan Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2013. Brand Switching Analysis dalam Industri Ritel Modern [Internet]. [diunduh 2014 Juni 2]. Tersedia pada: http://www.marketing.co.id/brandswitching-analysis-dalam-industri-ritel-modern/ Ardiansyah BG. 2011. Siapkah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan? [Internet]. [diunduh 2014 Juni 2]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Siapkah%20Indonesia%20Me nghadapi%20Liberalisasi%20Perdagangan.pdf. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. 2013. Surakarta dalam Angka Tahun 2013. Surakarta (ID): BPS Kota Surakarta. Basri MC, Rahardja S, Prasetyantoko A, Yustika AE, Firmanzah, Halim RE, Ngadiran, Widodo J, Saputra A, Wiharto, et al. 2012. Rumah Ekonomi Rumah Budaya. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. 2013. Revitalisasi Pasar Tradisional Solo. Surakarta (ID): Pemerintah Kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. 2014. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tahun 2014. Surakarta (ID). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta. 2014. Jumlah Ritel Modern di Kota Surakarta Tahun 2014. Surakarta (ID). Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. [KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Omzet [Internet]. [diunduh 2014 Mei 17]. Tersedia pada: http://kbbi.web.id/omzet. [KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2008. Liberalisasi Perdagangan [Internet]. [diunduh 2014 Juni 2]. Tersedia pada: http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_ritel.pdf. Kusyuniarti M. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Priyarsono DS, Sahara, Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Purnomo RSD, Serfiyani CY, Hariyani I. 2013. Sukses Bisnis Ritel Modern. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Sarwono J. 2013. 12 Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Sujarweni VW. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press.
30 Suryadarma D, Poesoro A, Budiyati S, Akhmadi, Rosfadhila M. 2007. Dampak Supermarket terhadap Kebijakan Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Laporan Penelitian SMERU [Jurnal]. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian SMERU. Widiandra DO dan Sasana H. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Diponegoro Journal of Economics Volume 2 Nomor 1 [Jurnal]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Wijayanti P. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang) [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
31 Lampiran 1 Peta Lokasi Pasar Tradisional serta Ritel Modern Terpilih di Kota Surakarta
A B
F
E C D
Keterangan: A. Pasar Nusukan B. Luwes Nusukan C. Pasar Harjodaksino D. Lotte Mart E. Pasar Jongke F. Hartono Mall
: Ritel Modern : Pasar Tradisional
32 Lampiran 2 Ritel Modern Kota Surakarta Tahun 2014 (Tanpa Minimarket) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27 28.
Nama Ritel Modern Asìa Baru Beteng Trade Center Carrefour Pabelan Carrefour Solo Baru
Alamat Jl. Urip Sumoharjo No. 244 Jebres Jl. Mayor Sunaryo, Pasar Kliwon Jl. A. Yani No. 234 , Sukoharjo, Solo Barat Jl. Palem Raya Blok DA No.23 Solo Baru, Solo Selatan Giant Palur Plaza Palur Plaza, Jl. Raya Palur Goro Assalam Pabelan Jl. A. Yani 308 Pabelan Sukoharjo, Solo Barat Hartono Mall Jl. Ir. Soekarno, Solo Baru Laris Kartosuro Jl. Ahmad Yani No.14, Kartosuro, Sukoharjo LotteMart Whosale Tipes Jl. Bhayangkara, Tipes, Serengan Luwes Gading Jl. Veteran 50, Gading Serengan Jl.Brigjend Katamso No. 70, Mojosongo, Luwes Mojosongo Jebres Luwes Nusukan Jl. Pierre Tendean 207, Nusukan, Banjarsari Jl. Kapten Mulyadi, Kedunglumbu, Pasar Luwes Sangkrah Kliwon Mall Luwes Kartosuro Jl. Mendungan Kartosura Mall Luwes Palur Jl Raya Solo Karanganyar Km 6,7, Palur Mitra Kartosuro Jl. Ahmad Yani No. 18 Kartasura, Sukoharjo Mitra Palur Jl. Raya Palur No. 261 Palur, Mojolaban Palur Plaza Jl. Raya Palur Pusat Grosir Solo (PGS) Jl. Mayor Sunaryo, Pasar Kliwon Ratu Luwes Jl. Letjen S. Parman 49 Banjarsari Sami Luwes Jl. Honggowongso 20A Laweyan Singosaren Plaza Jl. Jend. Gatot Subroto No. 27 Solo Center Point Jl. Slamet Riyadi No. 373 Solo Grand Mall Jl. Slamet Riyadi, Laweyan Solo Paragon Jl. Yosodipuro No. 133 Solo Square Jl. Brigjen Slamet Riyadi No. 451, Laweyan Superindo Jl. Ronggowarsito No. 23 The Park Mall Jl. Ir. Soekarno, Solo Baru, Sukoharjo
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2014
33 Lampiran 3 Output Chi-square Test Komoditas Utama yang Dijual Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Crosstab Pasar perlakuan Produk1
Count Beras
Expected Count % within pasar Count
Minyak
Expected Count % within pasar Count
Bumbu
Expected Count % within pasar Count
Sayur-sayuran
Expected Count % within pasar
Umbi-umbian
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
2
0
2
1.3
.7
2.0
3.3%
.0%
2.2%
6
2
8
5.3
2.7
8.0
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
5
5
10
Expected Count
Expected Count
Expected Count
Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar
6.7
3.3
10.0
8.3%
16.7%
11.1%
2
1
3
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
3
1
4
2.7
1.3
4.0
5.0%
3.3%
4.4%
2
1
3
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
0
2
2
1.3
.7
2.0
.0%
6.7%
2.2%
8
9
17
11.3
5.7
17.0
13.3%
30.0%
18.9%
2
1
3
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
Count
10
0
10
Expected Count
6.7
3.3
10.0
16.7%
.0%
11.1%
3
2
5
% within pasar Count Kue
3
Expected Count
Count
Sepatu
20.0%
1
1
% within pasar
Tas
16.7%
2
8.9%
Count
Pakaian
21.7%
0
% within pasar
Telur dan susu
18 18.0
6.7%
Count
Ikan
5 6.0
1
% within pasar
Ayam
13 12.0
10.0%
Count
Daging
Total
Count
% within pasar
Buah-buahan
kontrol
Expected Count % within pasar
3.3
1.7
5.0
5.0%
6.7%
5.6%
34 Crosstab Pasar perlakuan
Lainnya
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
60
30
90
Count Expected Count % within pasar
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
Count
% within pasar Total
kontrol
Asymp. Sig. (2sided)
df a
15.916 20.429 .120
14 14 1
.319 .117 .729
90
a. 23 cells (76.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
35 Lampiran 4 Output t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Group Statistics Std. Error pasar Umur LamaBerdagang Ukurankios JumlahKios JumlahPembeli
N
Mean
Std. Deviation
Mean
perlakuan
60
47.47
10.434
1.347
kontrol
30
44.87
10.467
1.911
perlakuan
60
15.10
6.678
.862
kontrol
30
15.17
5.453
.995
perlakuan
60
8.43
4.192
.541
kontrol
30
6.43
3.645
.666
perlakuan
60
2.62
2.140
.276
kontrol
30
1.80
1.095
.200
perlakuan
60
22.80
16.280
2.102
kontrol
30
21.50
13.748
2.510
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
Umur
Equal variances assumed
F
Sig.
.071
.791
Equal variances not assumed pendidikan Equal variances assumed
1.719
.193
Equal variances not assumed Lama Equal variances Berdagang assumed
1.491
.225
Equal variances not assumed Ukuran kios
Equal variances assumed
.035
.852
Equal variances not assumed Jumlah Kios
Equal variances 11.204 assumed
.001
Equal variances not assumed Jumlah Pembeli
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.058
.810
t 1.113
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower
df
Upper
88
.269
2.600
2.336
-2.041
7.241
1.112 57.942
.271
2.600
2.338
-2.080
7.280
-.223
88
.824
-.200
.897
-1.984
1.584
-.208 48.872
.836
-.200
.960
-2.130
1.730
-.047
88
.962
-.067
1.409
-2.867
2.733
-.051 69.579
.960
-.067
1.317
-2.693
2.560
2.225
88
.029
2.000
.899
.214
3.786
2.332 65.871
.023
2.000
.858
.287
3.713
1.962
88
.053
.817
.416
-.011
1.644
2.394 87.918
.019
.817
.341
.139
1.494
88
.708
1.300
3.464
-5.584
8.184
.397 67.589
.693
1.300
3.274
-5.234
7.834
.375
36 Lampiran 5 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Pendidikan Crosstabulation Pasar Perlakuan Pendidikan
Tidak Sekolah/ Count Lulus SD Expected Count % within pasar Lulus SD
Count Expected Count % within pasar
Lulus SMP
Count Expected Count % within pasar
Lulus SMA
Count Expected Count % within pasar
Lulus Akademi/ Count Universitas Expected Count % within pasar Total
Count Expected Count % within pasar
Kontrol 2
3
5
3.3
1.7
5.0
3.3%
10.0%
5.6%
14
6
20
13.3
6.7
20.0
23.3%
20.0%
22.2%
13
2
15
10.0
5.0
15.0
21.7%
6.7%
16.7%
26
15
41
27.3
13.7
41.0
43.3%
50.0%
45.6%
5
4
9
6.0
3.0
9.0
8.3%
13.3%
10.0%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
5.095 5.412 .073
4 4 1
Total
.278 .248 .786
90
a. 3 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.
37 Lampiran 6 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Jenis Kelamin Crosstab Pasar Perlakuan Jenis kelamin
Laki-laki
Count % within pasar
10
24
16.0
8.0
24.0
23.3%
33.3%
26.7%
46
20
66
44.0
22.0
66.0
76.7%
66.7%
73.3%
Count Expected Count % within pasar
Total
Count
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count % within pasar
Total
14
Expected Count Perempuan
Kontrol
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.312
.575
1
.448
1.001
1
.317
1.023 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2-sided)
.324 1.011
1
.315
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1-sided)
.223
38 Lampiran 7 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Letak Kios Crosstab Pasar pasar perlakuan letakkios
Depan
Count Expected Count % within pasar
Belakang
% within pasar Total
11
28
18.7
9.3
28.0
28.3%
36.7%
31.1%
43
19
62
41.3
20.7
62.0
71.7%
63.3%
68.9%
Count Expected Count % within pasar
Total
17
Count Expected Count
pasar kontrol
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.421
.318
1
.573
.639
1
.424
.648 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.473 .641
1
.423
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.33. b. Computed only for a 2x2 table
.284
39 Lampiran 8 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Status Tempat Usaha Crosstab Pasar perlakuan Status tempat usaha
Milik Sendiri
Count
24
60
40.0
20.0
60.0
60.0%
80.0%
66.7%
14
4
18
12.0
6.0
18.0
23.3%
13.3%
20.0%
Count
10
2
12
Expected Count
8.0
4.0
12.0
16.7%
6.7%
13.3%
60
30
90
Expected Count Count Expected Count % within pasar
Lainnya
% within pasar Total
Count Expected Count % within pasar
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
36
% within pasar Sewa
kontrol
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
3.700 3.928 3.453
2 2 1
.157 .140 .063
90
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
40 Lampiran 9 Output T-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta berdasarkan Segmentasi Pembeli Jumlah Pembeli Group Statistics Pasar Rumah Tangga Restoran
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pasar perlakuan
60
63.83
35.204
4.545
pasar kontrol
30
65.50
32.599
5.952
pasar perlakuan
60
5.92
14.187
1.832
pasar kontrol
30
6.33
12.313
2.248
60
16.08
20.234
2.612
pasar kontrol
30
13.33
19.313
3.526
pasar perlakuan
60
14.00
19.953
2.576
pasar kontrol
30
14.83
21.833
3.986
Pedagang Keliling pasar perlakuan Warung
Mean
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Rumah Tangga
Equal variances assumed
1.171
Sig.
Equal variances assumed
.034
.141
Equal variances not assumed Warung
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.296
.708
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
88
.829
-1.667
7.685 -16.938 13.605
-.223 62.273
.825
-1.667
7.488 -16.635 13.301
88
.891
-.417
3.041
-6.459
5.626
-.144 65.985
.886
-.417
2.900
-6.206
5.373
88
.539
2.750
4.458
-6.109 11.609
.627 60.595
.533
2.750
4.388
-6.026 11.526
88
.857
-.833
4.604
-9.984
8.317
-.176 53.677
.861
-.833
4.746 -10.350
8.683
.855 -.137
Equal variances not assumed Pedagang Equal variances Keliling assumed
t
.282 -.217
Equal variances not assumed Restoran
t-test for Equality of Means
.617
.588 -.181
41 Nilai Pembelian Group Statistics Pasar Rumah Tangga Restoran
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pasar perlakuan
60
61.75
36.334
4.691
pasar kontrol
30
62.33
35.276
6.440
pasar perlakuan
60
6.42
14.294
1.845
pasar kontrol
30
8.17
15.674
2.862
Pedagang Keliling pasar perlakuan Warung
Mean
60
17.58
21.520
2.778
pasar kontrol
30
14.67
21.573
3.939
pasar perlakuan
60
14.25
18.315
2.364
pasar kontrol
30
14.83
21.873
3.993
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Rumah Tangga
Equal variances assumed
.468
Equal variances not assumed Restoran
Equal variances assumed
1.046
Equal variances not assumed Pedagang Equal variances Keliling assumed
.102
Equal variances not assumed Warung
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.486
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.496 -.072
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
88
.942
-.583
8.047 -16.576 15.409
-.073 59.674
.942
-.583
7.968 -16.523 15.356
88
.597
-1.750
3.301
-8.310
4.810
-.514 53.580
.609
-1.750
3.405
-8.578
5.078
88
.546
2.917
4.816
-6.654 12.487
.605 57.982
.547
2.917
4.820
-6.732 12.565
88
.894
-.583
4.374
-9.275
8.108
-.126 49.884
.900
-.583
4.641
-9.905
8.739
.309 -.530
.751 .606
.487 -.133
42 Lampiran 10 Output Chi-square Test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Berdasarkan Omzet dan Keuntungan Keuntungan Crosstab pasar perlakuan keuntungan
<300000
Count Expected Count % within pasar
301000-100000
48
28
76
50.7
25.3
76.0
80.0%
93.3%
84.4%
10
2
12
Expected Count
8.0
4.0
12.0
16.7%
6.7%
13.3%
2
0
2
1.3
.7
2.0
3.3%
.0%
2.2%
60
30
90
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
Count % within pasar
>100000
kontrol
Asymp. Sig. (2sided)
df a
2.921 3.726 2.882
2 2 1
.232 .155 .090
90
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
43 Omzet Crosstab pasar perlakuan omset
<1000000
Count Expected Count % within pasar
1001000-5000000
Count Expected Count % within pasar
>5000000
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
kontrol
39
25
64
42.7
21.3
64.0
65.0%
83.3%
71.1%
12
4
16
10.7
5.3
16.0
20.0%
13.3%
17.8%
9
1
10
6.7
3.3
10.0
15.0%
3.3%
11.1%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
3.895 4.441 3.851
2 2 1
Total
.143 .109 .050
90
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.
44 Lampiran 11 Output Chi-square Test Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab Pasar Perlakuan modal1
Modal Sendiri
Count Expected Count % within pasar
Bank Swasta
26
83
55.3
27.7
83.0
95.0%
86.7%
92.2%
Count
0
1
1
Expected Count
.7
.3
1.0
.0%
3.3%
1.1%
2
3
5
3.3
1.7
5.0
Bank Count Pemerintah Expected Count % within pasar
3.3%
10.0%
5.6%
Count
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
% within pasar Total
Total
57
% within pasar
Koperasi
Kontrol
Count Expected Count % within pasar
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
4.251 4.644 .869
3 3 1
.236 .200 .351
90
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
45 Lampiran 12 Output Chi-square Test Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab Pasar pasar perlakuan Pemasok1
Produksi Sendiri
Count Expected Count % within pasar
Produksi Orang
Count Expected Count % within pasar
Penyalur
Count Expected Count % within pasar
Tengkulak
Count Expected Count % within pasar
Pasar Induk
Count Expected Count % within pasar
Grosir
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
pasar kontrol
2
2
4
2.7
1.3
4.0
3.3%
6.7%
4.4%
4
2
6
4.0
2.0
6.0
6.7%
6.7%
6.7%
28
13
41
27.3
13.7
41.0
46.7%
43.3%
45.6%
12
8
20
13.3
6.7
20.0
20.0%
26.7%
22.2%
8
2
10
6.7
3.3
10.0
13.3%
6.7%
11.1%
6
3
9
6.0
3.0
9.0
10.0%
10.0%
10.0%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
1.749 1.783 .240
5 5 1
Total
.883 .878 .624
90
a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
46 Lampiran 13 Output Chi-square Test Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab pasar Perlakuan pembayaran1
Kontan
Count
28
83
55.3
27.7
83.0
91.7%
93.3%
92.2%
5
1
6
4.0
2.0
6.0
8.3%
3.3%
6.7%
Count
0
1
1
Expected Count
.7
.3
1.0
.0%
3.3%
1.1%
60
30
90
% within pasar Count Expected Count % within pasar Konsinyasi
% within pasar Total
Count Expected Count % within pasar
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
55
Expected Count Kredit
Kontrol
Asymp. Sig. (2sided)
df a
2.756 3.048 .053
2 2 1
.252 .218 .818
90
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
47 Lampiran 14 Output Chi-square Test Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab pasar perlakuan Pesaing
Ritel Modern
Count
Total
25
4
29
% within pasar
54.3%
22.2%
45.3%
Pedagang Count Lain di Dalam % within pasar
11
12
23
23.9%
66.7%
35.9%
7
1
8
15.2%
5.6%
12.5%
3
1
4
6.5%
5.6%
6.2%
46
18
64
100.0%
100.0%
100.0%
Pedagang Lain di Luar
Count
Minimarket
Count
% within pasar % within pasar
Total
kontrol
Count % within pasar
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
10.513 10.411 .682
3 3 1
.015 .015 .409
64
a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.13.
48 Lampiran 15 Output Chi-square Test Strategi Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab Pasar perlakuan Strategi1
Barang diantar ke rumah
Count
3
11
7.3
3.7
11.0
13.3%
10.0%
12.2%
17
5
22
14.7
7.3
22.0
28.3%
16.7%
24.4%
20
8
28
18.7
9.3
28.0
33.3%
26.7%
31.1%
10
9
19
12.7
6.3
19.0
16.7%
30.0%
21.1%
Count
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
4
5
9
6.0
3.0
9.0
6.7%
16.7%
10.0%
Expected Count Count Expected Count % within pasar
Kios selalu dijaga kebersihannya
Count Expected Count % within pasar
Jenis dagangan diperbanyak
Count Expected Count % within pasar
Pembayaran bisa dicicil
% within pasar Barang dapat dipesan
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
8
% within pasar Memeberikan Potongan Harga
kontrol
Asymp. Sig. (2sided)
df a
5.765 5.944 3.567
5 5 1
.330 .312 .059
90
a. 4 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
49 Lampiran 16 Output T-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Perlakuan Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
keuntungan2008
1.32
60
.567
.073
keuntungan2013
1.23
60
.500
.065
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
keuntungan2008 & keuntungan2013
60
Sig.
.871
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Deviation Mean
Mean Pair 1
keuntungan2008 keuntungan2013
.083
.279
Lower
.036
Upper
.011
T
Sig. (2tailed)
df
.155 2.316
59
.024
Kontrol Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
keuntungan2008
1.10
30
.305
.056
keuntungan2013
1.07
30
.254
.046
Paired Samples Correlations N Pair 1
keuntungan2008 & keuntungan2013
Correlation 30
Sig.
.802
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
keuntungan2008 keuntungan2013
.033
Std. Std. Error Deviation Mean Lower .183
.033
-.035
Upper
T
.102 1.000
df 29
Sig. (2tailed) .326
50 Lampiran 17
Output T-test Omzet Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta
Perlakuan Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
omset2008
1.52
60
.748
.097
omset2013
1.50
60
.748
.097
Paired Samples Correlations N Pair 1
Correlation
omset2008 & omset2013
60
Sig.
.924
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Deviation
Mean Pair 1
omset2008 omset2013
.017
Std. Error Mean
.291
Lower
.038
Upper
-.058
.092
t
Sig. (2tailed)
df
.444
59
.659
Kontrol Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
omset2008
1.23
30
.504
.092
omset2013
1.20
30
.484
.088
Paired Samples Correlations N Pair 1
omset2008 & omset2013
Correlation 30
Sig.
.933
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
omset2008 omset2013
.033
Std. Std. Error Deviation Mean Lower .183
.033
-.035
Upper .102
T 1.000
df 29
Sig. (2tailed) .326
51 Lampiran 18 Output Chi-square Test Penyebab Kelesuan Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Surakarta Crosstab pasar perlakuan kelesuan
Kurangnya Jumlah Pembeli
Count
Meningkatnya Persaingan dengan Ritel Modern
Count
Persaingan dengan pedagang Lain
Count
Kondisi Pasar yang Buruk
Count
Kualitas Barang Menurun
Count
Harga Lebih Tinggi
Count
% within pasar % within pasar
% within pasar % within pasar % within pasar % within pasar
Modal yang tidak cukup Total
Count % within pasar Count % within pasar
kontrol
18
3
21
37.5%
12.5%
29.2%
12
1
13
25.0%
4.2%
18.1%
4
11
15
8.3%
45.8%
20.8%
3
1
4
6.2%
4.2%
5.6%
5
4
9
10.4%
16.7%
12.5%
3
0
3
6.2%
.0%
4.2%
3
4
7
6.2%
16.7%
9.7%
48
24
72
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
21.985 23.560 3.591
6 6 1
Total
.001 .001 .058
72
a. 8 cells (57.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
52 Lampiran 19 Output Uji Regresi Logistik Ordinal Case Processing Summary Marginal Percentage
N Omzet
1
64
71.1%
2
16
17.8%
3
10 90
11.1% 100.0%
Valid Missing
0
Total
90 Model Fitting Information
Model
-2 Log Likelihood
Intercept Only
Chi-Square
df
Sig.
142.854
Final
96.819
46.035
9
.000
Goodness-of-Fit Chi-Square Pearson Deviance
184.649 96.819
df
Sig. 169 169
.194 1.000
Pseudo R-Square Cox and Snell Nagelkerke McFadden
.400 .503 .322 Parameter Estimates 95% Confidence Interval Estimate
Std. Error
Wald
Df
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Threshold
[Omzet = 1]
2.617
2.048
1.633
1
.201
-1.397
6.630
Location
[Omzet = 2] Ukuran Kios
4.564 .226
2.101 .081
4.718 7.742
1 1
.030 .005
.446 .067
8.683 .386
Umur
-.045
.037
1.477
1
.224
-.117
.027
Lama Berdagang
-.019
.068
.075
1
.784
-.151
.114
Pendidikan
-.080
.077
1.102
1
.294
-.230
.070
Dummy Jarak
1.030
.719
2.050
1
.152
-.380
2.440
Dummy Diversifikasi produk
1.039
.743
1.959
1
.162
-.416
2.495
Dummy komoditi produk segar
1.640
.966
2.884
1
.089
-.253
3.532
Dummy komoditi produk olahan
2.966
.906 10.724
1
.001
1.191
4.741
Dummy letak kios
-.447
.677
1
.509
-1.774
.880
.436
53 Lampiran 20 Output Uji Kolerasi Kendall's tau Antar Variabel Independen Correlations
X1
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
X5
Dummy1 Dummy2 Dummy3 Dummy4 Dummy5
1.000
.057
.122
.134
.041
.200*
.330**
-.229**
.167*
.075 .214
.063
.051
.318
.017
.000
.008
.038
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Correlation Coefficient
.057
1.000
.460**
-.150* -.427**
.081
.005
-.199*
.113
-.144
Sig. (1-tailed)
.234
.
.000
.025
.000
.177
.477
.012
.100
.051
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Correlation Coefficient
.122
.460**
1.000
.034 -.194**
-.021
.039
-.241**
.161*
.006
Sig. (1-tailed)
.063
.000
.
.330
.009
.407
.332
.003
.035
.472
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Correlation Coefficient
.134
-.150*
.034
1.000
.198**
.031
.322**
.116
.347**
-.008
Sig. (1-tailed)
.051
.025
.330
.
.009
.368
.000
.103
.000
.467
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Correlation Coefficient
.041 -.427** -.194**
.198**
1.000
-.062
.102
.115
-.140
.085
Sig. (1-tailed)
.318
.009
.
.261
.146
.118
.075
.191
N X5
X4
.234
N X4
X3
.
N X3
X2
90
N X2
X1
N
.000
.009
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Dummy1 Correlation Coefficient
.200*
.081
-.021
.031
-.062
1.000
.157
.000
.000
-.085
Sig. (1-tailed)
.017
.177
.407
.368
.261
.
.069
.500
.500
.212
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Dummy2 Correlation Coefficient
N
.330**
.005
.039
.322**
.102
.157
1.000
-.393**
.503**
-.066
Sig. (1-tailed)
.000
.477
.332
.000
.146
.069
.
.000
.000
.266
90
90
90
90
90
90
90
90
90
-.199* -.241**
.116
.115
.000
-.393**
1.000
-.500**
.034
N Dummy3 Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
90 -.229** .008
.012
.003
.103
.118
.500
.000
.
.000
.374
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Dummy4 Correlation Coefficient
*
.167
.113
*
.161
**
-.140
.000
**
**
1.000
-.068
Sig. (1-tailed)
.038
.100
.035
.000
.075
.500
.000
.000
.
.261
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Dummy5 Correlation Coefficient
.075
-.144
.006
-.008
.085
-.085
-.066
.034
-.068
1.000
Sig. (1-tailed)
.214
.051
.472
.467
.191
.212
.266
.374
.261
.
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
N
N
N
.347
.503
-.500
: __________________________________________________________________________________
: __________________________________________________________________________________
: ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________
Pewawancara
Situasi Wawancara
Nama Pasar
Satu buah
b.
Dua buah
c.
Tiga buah
d. Lebih dari 3 buah, sebutkan: __________________ buah
200 m atau kurang 201 m – 500 m
c. d.
501 m – 1.000 m 1.001 m – 2.500 m
e. f.
2.501 m – 5.000 m 5.001 m – atau lebih, sebutkan: __________ km
1
Department store Supermarket Hypermarket
:
Nama: Nama: Nama:
__________________ __________________ __________________
Berdiri/operasi: Berdiri/operasi: Berdiri/operasi:
Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 5 tahun
Catatan
a. b. c.
Bulan: ______________ Tahun: ______________ Bulan: ______________ Tahun: ______________ Bulan: ______________ Tahun: ______________
Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini, adalah (jenis, nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu)
a. b.
Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu)
a.
Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu)
: ___________________ Jam : _________________________________________________________
Tanggal wawancara
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL
54
6
5
4.
1.
2.
Umur responden: a. __________ tahun b. Tidak tahu
Kedua, Sebutkan**:
Dewasa (>18 tahun) Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn) Total
Laki
Perempuan
Jumlah anggota keluarga (termasuk responden): __________________ orang Yang terdiri dari:
b. 7
3.
Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1.000 m d = 1.001 m – 2.500 m e = 2.501 m – 5.000 m f = > 5.000 m
Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini: ____________________m (atau isi kotak di bawah ini)
Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan) a. Utama (langsung ke pertanyaan 6)
Kode Pendidikan a = Tidak Sekolah/Lulus SD b = Lulus SD c = Lulus SLTP d = Lulus SLTA e = Lulus Akademi/Universitas
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan:
___________________________
Nama responden:
IDENTIFIKASI RESPONDEN
Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha) **Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.
I.
Petunjuk umum: Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden Beri tanda ceklis (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka, yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden
55
*
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun* Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Nilai
1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi
a = < Rp. 1.000.000 b = Rp. 1.000.100 – Rp 4.000.000 c = Rp. 4.000.100 – Rp 7.000.000 d = Rp. 7.000.100 – Rp 10.000.000 e = Rp. 10.000.000 ke atas f = Tidak Tahu
13. Nilai inventarisasi (jumlah kios, harta benda, truk dll) usaha anda: Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini) Kode nilai
Kios Kebersihan Keamanan
Jenis retribusi
Saat ini
Saat awal berdagang
Pemungut
Kwitansi: 1=ada, 2= tidak ada
Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri, harga per m2______________ b. Sewa, sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ____________________________
a = Di depan & lantai bawah b = Di dalam & lantai bawah c = Di depan & lantai atas d = Di dalam &lantai atas
Kode letak
Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini)
Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi), besar retribusi tersebut, dan pemungutnya? (jika ada jenis lainnya, sebutkan)
11.
10. Status tempat usaha (saat awal berdagang): a. Milik sendiri, harga per m2____________ b. Sewa, sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ___________________
12
9.
Sejak kapan berdagang di pasar tradisional ini: Bulan: ______________ Tahun: ______________
8.
RIWAYAT USAHA
Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun
II.
56
17a.
Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar)
16a
Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? _________________________orang
Urutan 1 2 3 4 5
Jumlah kios yang anda miliki _____________________kios
15a.
Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N= Tas O= Sepatu P = Kue Q= Lainnya: ………………..
Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m2
Tahun 2013
Tahun 2008
Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N= Tas O= Sepatu P = Kue Q= Lainnya: ………………..
Urutan 1 2 3 4 5
Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar)
17b. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? __________________________orang
16b.
15b. Jumlah kios yang anda miliki ________________________kios
14b. Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m
KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013
14a.
III.
57
21a.
20a.
% % 100%
100%
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama)
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan 100%
Jumlah pembeli Nilai penjualan % % % % % % % % % %
Dilihat dari segmen pembeli, pembeli terbanyak menurut persentase jumlah pembeli dan nilai penjualan?
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per hari adalah:
19.a
Perempuan
Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
Laki
18a.
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Apakah mereka diupah atau tidak? Laki
Perempuan
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan
1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
Jumlah pembeli
1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
Nilai penjualan
Dilihat dari segmen pembeli, siapa pembeli paling banyak? (dibandingkan dengan tahun 2013)
% % 100%
21b. Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama)
20b.
Laki-laki Perempuan
19b. Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per hari adalah:
18b. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Apakah mereka diupah atau tidak?
58
24a.
23a.
22a.
urutan 1 2 3
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
24b.
Kontan Kredit Konsinyasi Lainnya, sebutkan: _____________________
urutan 1 2 3
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
A B C D
urutan 1 2 3
A B C D
Kontan Kredit Konsinyasi Lainnya, sebutkan: _____________________
urutan 1 2 3
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar) Kode
23b.
Kode
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak Pasar induk Grosir (makro/.........................)* Lainnya, sebutkan: ___________
A B C D E F G
A B C D E F G urutan 1 2 3
Kode
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak (pedagang pengumpul) Pasar induk Grosir (makro/.............................................)* Lainnya, sebutkan: ___________________
urutan 1 2 3
22b. Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)
A = Barang diantar ke rumah B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
Kode
Kode
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)
A = Barang diantar ke rumah B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
Kode
59
26a.
25a.
Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f = Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini)
Kode a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d = Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f = Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000 g = Rp. 10.001.000 ke atas
Berapa rata-rata omzet dagangan per hari? Rp.________________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
Modal sendiri Meminjam dari saudara Meminjam dari teman/tetangga Bank swasta (Sebutkan……………………….) Bank pemerintah (Sebutkan……………………….) Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi Lainnya, sebutkan: _____________________
Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f = Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
26b. Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah ini)
Kode a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d = Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f = Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000 g = Rp. 10.001.000 ke atas
25b. Berapa omzet dagangan per hari? Rp._______________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
A B C D E F G H I
urutan 1 2 3
A B C D E F G H I
Modal sendiri Meminjam dari saudara Meminjam dari teman/tetangga Bank swasta (sebutkan ……………………) Bank pemerintah (sebutkan………………) Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi Lainnya, sebutkan: _____________________
Kode
Kode
urutan 1 2 3
60
V.
1=Maju; 2=Mundur
Alasan
30. Dengan adanya pasar modern(supermarket, hypermarket, dan departemen store) tersebut, apakah ada perubahan dalam berusaha?
29. Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan pasar modern (supermarket, hypermarket, dan departemen store) di sekitar pasar tradisional ini? a. Ya b. Tidak
PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR MODERN (SUPERMARKET, HYPERMARKET, DAN DEPARTEMEN STORE)
Faktor penyebab
28. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam lima tahun terakhir
1 = Maju 2 = Mundur 3 = Tetap
27. Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir
PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
Tempat usaha Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan
IV.
61
√
√
34. Menurut Bapak/Ibu, mengapa orang lebih suka pergi ke pasar modern? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi)
Bisa menawar Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya, sebutkan: __ Lainnya, sebutkan: ______________________________________
33. Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?
Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan Masalah premanisme Kondisi pasar tradisional yang kotor, becek, sempit, panas, dan pengap Lainnya, sebutkan: ____________________________
32. Faktor-faktor apa saja (selain pasar modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:
Kode A = sebelum ada pasar modern B = sama saja C = setelah ada pasar modern
31. Dalam melakukan kegiatan usaha, lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada pasar modern?
Tempat usaha Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan
1=Maju; 2=Mundur; 3=Tetap
62
urutan 1 2 3
_________________________________________________________________________________
e. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
d. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
c. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
b. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
37. Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya pasar ritel modern? Sebutkan secara terinci dan prioritasnya! a. __________________________________________________________________________________
36. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern? a. Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________ b. Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________
35. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum? a. Pasar modern/hypermarket merugikan. Alasannya: __________________ b. Pasar modern/hypermarket membantu/menguntungkan. Alasannya: _____ c. Lainnya. Sebutkan: ____________________________________
Kode A = Harga lebih murah B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai, debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya, sebutkan:______________________________
63
HARAPAN
Harapan terhadap pengelola pasar ritel modern: ______________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola pasar tradisional: ______________________________________________________________________
Harapa terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________
Harapan terhadap pemerintah pusat: ______________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________________________________________________________
Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha, baik harapan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengelola pasar, atau instansi lainnya?
VI.
64
65
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hardyani Sasikirana lahir pada tanggal 13 Januari 1992 di Jakarta. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Eko Priyoutomo dan Sri Hardani. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Pertiwi 2 Kota Padang tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 139 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 91 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan diterima di Departmen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung dengan himpunan profesi Departemen Ilmu Ekonomi yakni Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (Hipotesa) periode tahun 2013 sebagai anggota Divisi Information, Promotion and Internal Relationship (INTEL).