DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG
RATNA MELYASARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Ratna Melyasari NIM H14100071
ABSTRAK RATNA MELYASARI. Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Dibimbing oleh SAHARA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet, serta menganalisis pengaruh jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional terhadap omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah independent sample t test, chi square test, paired t test, dan ordinal logistic regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung dari tahun 2008 sampai 2013. Menurut responden pesaing terberat mereka bukan pasar modern melainkan pedagang lain didalam pasar. Faktor-faktor yang memengaruhi omzet secara signifikan adalah jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional dan modern, serta produk segar. Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah mengurangi peluang pedagang di pasar tradisional untuk mendapatkan omzet yang lebih tinggi. Kata kunci: chi square test, independent sample t test, omzet, ordinal logistic regression, paired t test
ABSTRACT RATNA MELYASARI. The impact of modern retail market to turnover merchants in traditional markets (case studies of Bandar Lampung city). Supervised by SAHARA. The aims of this study are to analyze competition and performance of the merchants in traditional market, factors affecting the turnover, and distance between modern retail market and traditional market to the turnover of traders in traditional markets in Bandar Lampung. This research used independent sample t test, chi square test, paired t test, and ordinal logistic regression method. Both of merchant performance have decreased from 2008 until 2013. Most of respondent stated that their competitors are not the existence of modern market but the other merchants in their group markets. Some factors including number of buyer, education, distance between traditional and modern market, and also fresh product significantly influence the turnover. Distance between modern market and traditional markethas reduced oppurtunties market treaders in traditional market to get higher turnover. Keyword: chi square test, independent sample t test, ordinal logistic regression, paired t test, turnover
DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG
RATNA MELYASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung Nama : Ratna Melyasari NIM : H14100071
Disetujui oleh
Sahara, Ph.D Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Anhar Syafe‟i dan Ibu Pertiwiati, 1. kedua adik tersayang Rinaldi Pernanda dan Rahmat Nopandra, serta kedua among dan ajong tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis. 2. Sahara, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, bimbingan dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Dominicus Savio Priyarsono dan Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam skripsi ini. Kantor Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 4. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, APINDO, BPS Kota Bandar Lampung, para pedagang yang menjadi responden dalam penelitian, pengelola Pasar Koga, dan pengelola Pasar Tempel Rajabasa yang telah membantu selama pengumpulan data. 5. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 6. Sahabat terdekat penulis (Syari, Chadefi, Egi, Siska, Devi, Ardian, Rizki, Armedi, Ricko, Citra, Melia, Devi, Intan, Ruri, Gina, Nia, dan Mona) dan Keluarga Mahasiswa Lampung khususnya KEMALA 47 yang telah memberikan banyak bantuan, kritik, saran, motivasi, dan do‟a kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman sebimbingan (Fitria, Elis, Selly, Sasha, Triana, Ezik, dan Fira), teman-teman ESP 47, sahabat Kost Putri Chika, dan Dewan Resiprokal terima kasih atas doa dan dukungannya. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Harapannya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam membuat regulasi mengenai ritel tradisional dan modern. Bogor, Juli 2014 Ratna Melyasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
Hipotesis Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Definisi Pasar
5
Pasar Tradisional
5
Pasar Modern
5
Teori Lokasi
6
Teori Aglomerasi
8
Omzet
8
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran Konseptual METODE
10 11
Tempat dan Waktu Penelitian
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengambilan Contoh
12
Metode Analisis Data
12
Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test)
13
Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test)
13
Metode Uji Chi Square
14
Korelasi Rank Spearman
14
Metode Logit
15
Uji Kebaiksuaian Model
15
Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu
16
Rasio Odd
16
GAMBARAN UMUM
17
Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung
17
Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung
17
Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung
18
Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa
20
Deskripsi Pasar Koga
21
Pasar Panjang
22
Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
22
Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung
25
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
30
Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung terhadap Omzet
32
SIMPULAN DAN SARAN
33
Simpulan
33
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL 1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah) 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit) 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 (unit) 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern 5 Matriks metode analisis data 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar 11 Karakteristik responden dengan uji t test 12 Karakteristik responden dengan uji chi square 13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional perlakuan 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional 19 Strategi pedagang di pasar tradisional 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar
1 2 2 6 13 18 19 19 20 23 24 24 25 25 26 27 27 28 29 29 30 31
DAFTAR GAMBAR 1 Isodapan dan lokasi aglomerasi 2 Kerangka pemikiran konseptual 3 Peta lokasi penelitian
7 11 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997-2003 2 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 2004-2008 3 Jarak pasar modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah 5 Daftar nama dan lokasi pasar modern di Kota Bandar Lampung tahun 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampun 7 Output uji t untuk karakteristik responden 8 Output uji chi square untuk karakteristik responden 9 Output uji chi square untuk persaingan dan kinerja pedagang 10 Paired t test pasar perlakuan 11 Paired t test pasar kontrol 12 Korelasi antar variabel 13 Output ordinal logistic regression 14 Kuisioner Penelitian 15 Dokumentasi
38 38 39 40 41 42 43 43 45 48 49 53 49 50 63
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel tahun 1998 mendorong masuknya ritel asing ke Indonesia di akhir 1990-an (Suryadarma et al 2007). Penelitian (Natawidjaja 2005) menyatakan jumlah unit hypermarket, supermarket, dan minimarket di Indonesia dari tahun 1998 sampai tahun 2003 terus mengalami peningkatan (Lampiran 1). Hal yang sama terus terjadi dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Akhir tahun 2008 jumlah hypermarket di Indonesia mencapai 130 unit, supermarket 1 447 unit, dan minimarket 10 289 unit (Pandin M 2009). Data terbaru menunjukkan pertumbuhan rata-rata ritel modern di Indonesia mencapai 17 persen per tahun. Sementara ritel tradisional hanya mencapai 10 persen per tahun (Republika 2013). Salah satu penyebab meningkatnya jumlah dan penjualan pasar modern adalah urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta meningkatnya pendapatan per kapita (Poesoro 2007). Pesatnya pembangunan pasar modern tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi hampir diseluruh kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Bandar Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung berada di Provinsi Lampung yang merupakan pintu gerbang utama jalur darat antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sehingga arus migrasi di kota ini cukup tinggi. Selain itu, sentral perekonomian dan pusat pemerintahan Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung sehingga aktivitas ekonomi di kota ini lebih besar jika dibandingkan kota dan kabupaten lainnya. Aktivitas perekonomian yang tinggi di Kota Bandar Lampung menyebabkan tingkat pendapatan per kapita meningkat (Tabel 1). Tabel 1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah) Tahun Pendapatan per kapita 2008 7,05 2009 7,38 2010 7,42 2011 7,82 2012 8,22 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung Perubahan tingkat pendapatan akan menyebabkan perubahan pada daya beli. Apabila daya beli seorang individu meningkat, secara alami dapat diperkirakan bahwa jumlah masing-masing barang yang dibeli akan meningkat (Nicholson 1995). Selain itu peningkatan daya beli akan memengaruhi perubahan gaya hidup dan pola berbelanja ke arah yang lebih modern. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya jumlah pasar modern baik di perkotaan maupun pedesaan, tidak terkecuali di Kota Bandar Lampung (Tabel 2). Terlihat bahwa jumlah pasar modern di Kota Bandar Lampung cenderung meningkat sejak tahun 2012. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bisnis ritel modern semakin populer lima tahun terakhir di Kota Bandar Lampung. Namun, keberadaan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung cenderung stagnan.
2 Tabel 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit) Pasar modern 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Minimarket 113 149 148 150 159 (indomaret, alfamart, chandramart) Supermarket, departement store, 9 9 9 9 11 18 hypermarket Jumlah 122 158 157 159 170 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung Meningkatnya jumlah pasar modern di Kota Bandar Lampung dirasa telah menggeser peran pasar tradisional dalam industri ritel. Oleh karena itu, judul Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung dipilih untuk mengkaji lebih lanjut mengenai dampak yang dirasakan pedagang di pasar tradisional terutama setelah semakin bertambahnya pasar modern di Kota Bandar Lampung dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang dialami oleh pedagang di pasar tradisional. Pada akhirnya ditelaah juga solusi dari permasalahan yang dihadapi pedagang di pasar tradisional. Perumusan Masalah Keberadaan pasar modern yang terus meningkat sejak tahun 2012 baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Diperkirakan jumlah konsumen yang berbelanja di pasar modern terus meningkat karena pasar modern mampu menawarkan harga yang sama bahkan lebih murah dari pasar tradisional. Selain itu, secara fisik pasar modern juga memberikan fasilitas dan keunggulan tersendiri dalam berbelanja seperti tempat yang lebih nyaman, tidak bau, ber-AC, dan bersih. Bahkan dalam perkembangannya, pasar modern juga menyediakan tempat hiburan, arena bermain untuk anak-anak, dan restoran. Sementara kondisi pasar tradisional masih identik dengan kumuh, becek, semrawut, dan bau (Nurmalasari 2007). Pasar tradisional selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat berbelanja maupun untuk berusaha. Jumlah pasar tradisional yang cenderung stagnan sangat menghawatirkan keberadaan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung (Tabel 3). Pemberian izin usaha terhadap ritel modern untuk terus tumbuh tanpa adanya batasan dan sedikit sekali melakukan revitalisasi pada pasar tradisional dikhawatirkan akan menggeser keberadaan pasar tradisional yang sudah lebih dulu ada. Tabel 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 (unit) Tahun Jumlah Pasar Tradisional 2009 13 2010 28 2011 28 2012 28 2013 28 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
3 Beberapa penelitian terdahulu membuktikan kondisi usaha dan kinerja pedagang pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya hypermarket. Adapun kinerja pedagang dilihat melalui: aset, omzet, perputaran barang dagangan, dan marjin harga (Indef dalam Utomo 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Saddewisasi, Ariefiantoro, dan Susanto (2011) menunjukkan bahwa dampak ritel modern terhadap ritel tradisional menyebabkan penurunan omzet penjualan. Namun penelitian Suryadharma et al (2007) menyimpulkan bahwa supermarket bukan saingan dan penyebab utama kelesuan usaha yang dialami pedagang di pasar tradisional. Penelitian ini mencoba melengkapi penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal diatas, maka permasalahan yang menjadi perhatian dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung? 3. Bagaimana pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung terhadap omzet? Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung 3. Menganalisis pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung terhadap omzet Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. 2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi proses pembelajaran dan pengkajian dengan menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta sebagai rujukan bagi penelitian terkait selanjutnya. 3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar Lampung untuk mengatasi pertumbuhan pusat perbelanjaan modern dan pembenahan pasar tradisional yang lebih baik. 4. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu pengetahuan umum yang menarik, dan dapat dipetik manfaatnya terutama pengetahuan mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung
4 Ruang Lingkup Penelitian Pasar yang dibahas dalam penelitian adalah pasar tradisional yang berada di Kota Bandar Lampung. Pasar tradisional yang menjadi sampel harus menjual produk segar, produk olahan, dan produk sandang. Responden pada penelitian ini adalah para pedagang yang sudah berjualan minimal tiga tahun di pasar sampel, dari masing-masing pasar diambil 30 responden sehingga total keseluruhan sebanyak 90 responden. Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis tidak langsung, yaitu dampak dari pertumbuhan pasar tradisional terhadap omzet para pedagang yang menjual produk segar, produk olahan, dan produk sandang di pasar tradisional. Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah adanya pasar ritel modern. 2. Ukuran kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya semakin besar ukuran kios pedagang, maka akan terjadi peningkatan omzet. 3. Lama berdagang berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar tradisional. Semakin lama pedagang di pasar tradisional berdagang maka akan terjadi peningkatan omzet. Jumlah pembeli berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar 4. tradisional. Semakin banyak jumlah pembeli di pasar tradisional maka akan terjadi peningkatan omzet. 5. Pendidikan berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar tradisional. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang di pasar tradisional maka akan terjadi peningkatan omzet. 6. Diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin bertambah jenis produk yang dijual, maka omzet akan semakin berambah. 7. Penjualan produk segar berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin bertambah jenis produk segar yang dijual, maka omzet pedagang akan semakin berambah. 8. Penjualan produk olahan berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin bertambah jenis produk olahan yang dijual, maka omzet akan semakin berambah. Letak kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin kios berada 9. di depan pasar, maka omzet akan semakin bertambah. 10. Jarak berpengaruh negatif terhadap omzet pedagang di pasar tradisional. Semakin dekat jarak antara pasar tradisional dan pasar modern maka akan terjadi penurunan omzet.
5
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pasar Menurut Kementrian Perdagangan (2013) pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun lainnya. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk malakukan transaksi jual beli barang dan jasa. Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dimana pembeli dan penjual yang bertemu secara langsung. Harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, sehingga dalam transaksi jual beli dapat berlangsung tawar menawar antara penjual dan pembeli. Umumnya, pasar tradisional menyediakan kebutuhan pokok serta keperluan rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada di tempat terbuka atau bahkan dipinggir jalan. Biasanya para penjual menjajakan barang atau jasa dagangannya ditenda-tenda pasar tradisional (Dede 2012). Menurut Kementrian Perdagangan (2013) pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta. Tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Menurut Luci (2013), bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah. Adapun los digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging. Nama yang diberikan untuk pasar tradisional cukup unik, ada yang menurut wilayah pasar tersebut, menurut nama hari, dan ada juga yang diberi nama menurut barang yang diperdagangkan. Namun ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin ruangan. Kebersihan sering kurang terjaga, sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor. Pasar Modern Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, departemen store, hypermarket, dan grosir yang berbentuk perkulakan (Kementrian Perdagangan 2013). Pasar modern hampir sama seperti pasar tradisional yakni tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli, namun di pasar modern pembeli dapat mengambil sendiri barang yang ia inginkan tanpa harus menunggu diambilkan oleh penjual. Akan tetapi, ada juga yang menyediakan layanan pramuniaga dari pasar modern itu sendiri. Keuggulan yang dimiliki oleh pasar modern diantaranya: tempat yang bersih, barang lengkap dan terbaru, pelayanan ramah, kebebasan pembeli untuk memilih sendiri produk yang
6 diinginkan. Adapun contoh dari pasar modern adalah hypermarket, supermarket, convenience store, dan minimarket. Tabel 4 berikut menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern. Tabel 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern No Aspek Pasar tradisional Pasar modern 1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru 2 Fisik Kurang baik, sebagian Baik dan mewah baik 3 Kepemilikan atau Milik masyarakat/desa, Umumnya kelembagaan Pemda, sedikit swasta perorangan/swasta 4 Modal Modal Modal kuat/digerakkan lemah/subsidi/swadaya oleh swasta masyarakat/Inpres 5 Konsumen Golongan menengah ke Umumnya golongan bawah menengah ke atas 6 Metode Ciri dilayani, tawar Ada ciri swalayan, pasti pembayaran menawar 7 Status tanah Tanah negara,sedikit Tanah swasta/perorangan sekali swasta 8 Pembiayaan Kadang-kadang ada Tidak ada subsidi subsidi 9 Pembanguanan Umumnya pembangunan Pembangunan fisik dilakukan oleh umumnya oleh swasta Pemda/desa/masyarakat 10 Pedagang yang Beragam, masal, dari Pemilik modal juga masuk sektor informal, pedagang pedagangnya (tunggal) menengah, dan besar atau beberapa pedagang formal skala menengah dan besar 11 Peluang masuk Bersifat masal (pedagang Terbatas, umumnya atau partisipasi kecil dan menengah pedagang tunggal, dan bahkan besar) menengah ke atas 12 Jaringan Pasar regional, pasar kota, Sistem rantai korporasi pasar kawasan nasional atau bahkan terkait dengan modal luar negeri (manajemen tersentralisasi) Sumber : CESS (1998) dalam Tambunan et al Teori Lokasi Alfred Weber menyatakan bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007). Total biaya transportasi dan tenaga kerja identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Weber memiliki tiga asumsi:
7 1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim homogen, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 2. Beberapa sumberdaya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di mana-mana dalam jumlah yang memadai. 3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas. 4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi tersebut, ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara fundamental menentukan pola lokasi. Kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007). T2
T1
A T3 Gambar 1 Isodapan dan lokasi aglomerasi Sumber: (Priyarsono, Sahara, Firdaus 2007) Gambar 1 menjelaskan terdapat tiga industri yang masing-masing memiliki lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan pada lokasi A. Dengan demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isopadan kritis dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi. Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri baru cenderung tidak mau bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi yang dekat dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007). Apabila Weber melihat persoalan lokasi dari sisi produksi, August Losch melihat persoalan lokasi dari sisi permintaan (pasar). Losch menyatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan besar (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007).
8 Berdasarkan teori lokasi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan teori pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar modern. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern cenderung beraglomerasi dan mendekati pusat keramaian. Pasar modern umumnya memilih lokasi yang dekat dengan pasar modern lain dan pasar tradisional. Lokasi yang berdekatan akan menimbulkan persaingan yang ketat serta mengurangi peluang untuk mendapatkan omzet yang lebih besar. Teori Aglomerasi Aglomerasi ekonomi adalah berkumpulnya aktivitas-aktivitas kegiatan ekonomi pada satu lokasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau kegiatan penjualan barang yang berada pada satu lokasi. Terdapat beberapa keuntungan jika aktivitas mengelompok, yakni sebagai berikut (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007): 1. Bagi aktivitas produksi, dapat menghemat biaya transportasi dalam membeli input. Hal ini disebabkan karena prusahaan-prusahaan yang menjual input antara berlokasi di wilayah yang sama dan relatif berdekatan sehingga waktu dan jarak tempuh juga relatif singkat. 2. Bagi aktivitas penjualan, menghemat biaya iklan. Toko-toko tidak perlu melakukan promosi produk yang dijual karena masyarakat sudah mengetahui lokasi penjualan. Disamping memiliki keuntungan, aglomerasi ekonomi memiliki kerugian yaitu: 1. Timbul kemacetan disebabkan oleh banyaknya arus kendaraan yang keluar masuk di wilayah tersebut. 2. Timbul polusi di sekitar aktivitas tersebut. Misalnya polusi udara yang timbul dari bahan bakar kendaraan yang keluar masuk wilayah tersebut. 3. Angka kriminalitas meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah tersebut sehingga menimbulkan berbagai macam persoalan kriminalitas seperti: pencurian. Omzet Omzet ialah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil menjual barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omzet yang diperoleh pedagang baik di pasar modern maupun pasar tradisional terkadang tidak sama. Oleh karena itu, pada penelitian ini omzet yang dimaksud adalah rata-rata omzet harian yang diperoleh dari pedagang di sektor produk segar, produk olahan, dan produk sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Penelitian Terdahulu Utomo (2011) dalam jurnalnya menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian Utomo (2011) menemukan bahwa ritel tradisional berada di posisi yang lemah dibandingkan dengan ritel modern. Persaingan kedua ritel tersebut mencakup omzet, perputaran barang dagangan, margin harga, harga, keramahan
9 pelayanan, ukuran yang akurat, lokasi dan suasana outlet (keamanan, kenyamanan, dan kebersihan). Perbedaan karakteristik yang berbanding terbalik tersebut semakin memperlemah posisi ritel tradisional. Sehingga menurut Utomo perlu adanya penguatan kemampuan bersaing ritel tradisional dan perlu banyak peran serta pemerintah sebagai pemilik kekuasaan regulasi. Strategi yang paling mungkin dilakukan oleh ritel tradisional ialah bagaimana menjalin sinergi dengan ritel modern, bukan dengan saling berhadapan untuk menyerang. Penelitian Agustina (2009) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis panel data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor tahun 1998 sampai 2003 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Tahun 2003 sampai 2008 yakni ketika era booming pasar modern mulai berlangsung, pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga, dan tingkat pendapatan per kapita. Apabila terjadi kenaikan pada populasi penduduk, jumlah rumah tangga, dan pendapatan per kapita di Kota dan Kabupaten Bogor akan menyebabkan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten semakin meningkat. Hasil penelitian Hartati (2006) menunjukkan bahwa pergeseran dengan indikator jumlah pasar diketahui dari jumlah pasar tradisional yang cenderung mengalami penurunan sedangkan jumlah pasar modern cenderung meningkat. Selain itu laju pertumbuhan jumlah pasar tradisional juga cenderung bernilai negatif sedangkan pasar modern cenderung positif. Pergeseran dengan indikator omzet dilihat dari omzet penjualan kedua pasar yang terus mengalami peningkatan, namun peningkatan omzet pasar tradisional lebih lambat dan lebih rendah dibandingkan dengan pasar modern dalam periode 1999-2003. Laju pertumbuhan omzet juga mencerminkan pergeseran yang dilihat dari pertumbuhan omzet pasar tradisional pada periode 2001-2002 menurun sementara di pasar modern seperti hypermarket mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di pasar modern daripada di pasar tradisional. Berdasarkan hasil penelitian, peraturan seperti Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.145/MPP/Kep/5/97 dan Menteri Dalam Negeri No. 57 tahun 1997 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, Surat Keputusan (SK) Menperindag No.420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan serta SK Menperindag No. 261/MPP/Kep/7/1997 tentang Pembentukan Tim Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan cukup efektif dalam mengurangi pertumbuhan jumlah pasar modern pada kurun waktu 2000 dan 2005, tetapi kurang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan jumlah pasar tradisional karena masih terdapat beberapa kendala seperti batasan mengenai perdagangan eceran dan grosir belum jelas serta kendala dari pemerintah daerah. Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) menyatakan bahwa para pedagang di pasar perlakuan maupun pasar kontrol mengalami kelesuan usaha selama tiga tahun antara 2003 dan 2006. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para responden mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan adalah lemahnya
10 daya beli pelanggan sebagai akibat lonjakan harga BBM pada 2005 dan peningkatan persaingan dengan PKL yang berjualan di lahan parkir dan area lain di sekitar pasar, dan bahkan menutup pintu masuk pasar. Penyebab ketiga yang terkait kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional adalah supermarket. Analisis dampak kuantitatif mengungkapkan hasil analisis stasitistik untuk berbagai indikator kinerja pasar tradisional, seperti keuntungan, omzet, dan jumlah pegawai. Diantara ketiga indikator kinerja tersebut, supermarket secara statistik hanya berdampak pada jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang di pasar tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat dengan supermarket, dan demikian sebaliknya. Sadewisasi (2011) pada penelitiannya menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik, posisi, dan potensi usaha ritel tradisional. Selain itu digunakan uji t berpasangan (paired t test) untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan setelah adanya usaha ritel modern. Hasil penelitian Sadewisasi (2011) mengidentifikasi adanya penurunan omzet penjualan karena kehadiran ritel modern. Nilai signifikansi jumlah omzet penjualan usaha ritel tradisional sebelum terdapat usaha ritel modern dan setelah terdapat ritel modern sebesar 0.000 maka tolak H0 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah omzet penjualan usaha ritel tradisional dan setelah adanya ritel modern. Kerangka Pemikiran Konseptual Kebijakan pemerintah mengenai investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel tahun 1998 telah mendorong ritel asing masuk ke Indonesia. Kehadiran ritel modern telah memperkaya industri ritel di Indonesia. Industri ritel yang dikenal di Indonesia ada dua yakni ritel modern dan pasar tradisional. Sejak tahun 1998 sampai akhir 2013 terus terjadi peningkatan jumlah ritel modern di hampir seluruh kota di Indonesia. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan ritel modern yang tinggi dalam lima tahun terakhir. Peningkatan jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tidak diiringi dengan pertumbuhan jumlah pasar tradisional. Pertumbuhan pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung diduga memiliki dampak negatif terhadap para pedagang karena berpengaruh pada persaingan, kinerja, dan omzet pedagang di pasar tradisional. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja pedagang, menganalisis faktor yang memengaruhi omzet, dan menganalisis pengaruh jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional terhadap omzet pedagang. Output dari analisis diharapkan dapat menjadi solusi yang berupa implikasi kebijakan bagi kesejahteraan pedagang di pasar tradisional. Gambar 1 menunjukkan kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini.
11
Kebijakan pemerintah
Perkembangan ritel di Indonesia
Ritel modern
Pasar tradisional
Jumlah ritel modern terus bertambah
Menurunnya jumlah pasar tradisional
Persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung
Faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung
Pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional terhadap omzet pedagang di pasar tradisional
Rekomendasi kebijakan Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual
METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada bulan februari hingga maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan melalui tahapan pengambilan sampel. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) pusat, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, APINDO (Asosiasi Pedagang Indonesia) Lampung, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandar Lampung, serta beberapa artikel dan literatur yang terkait dengan penelitian. Data primer didapatkan melalui
12 kuisioner yang diberikan kepada para pedagang di sektor produk olahan, produk segar, dan produk sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Total responden dalam penelitian ini berjumlah 90 pedagang yang terbagi ke dalam tiga pasar. Metode Pengambilan Contoh Data primer dikumpulkan dari 90 pedagang di pasar tradisional yang mewakili seluruh pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Adapun tahapan dalam menentukan sampel pedagang di pasar tradisional sebagai berikut: 1. Menentukan pasar modern (supermarket, hypermarket, dan departement store) yang beroperasi minimal tahun 2008. Terdapat 18 pasar modern yang sudah ada sejak tahun 1998 sampai 2013 (Lampiran 5). 2. Melakukan pengukuran jarak antara pasar modern dan pasar tradisional, pasar yang berjarak kurang dari lima kilometer dijadikan pasar perlakuan dan yang berjarak paling jauh dijadikan pasar kontrol. Terdapat enam pasar tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dari pasar modern dan terdapat dua pasar tradisional yang berjarak paling jauh dari pasar modern yakni 10 kilometer dan 12 kilometer (Lampiran 3). 3. Pasar perlakuan dan pasar kontrol harus memenuhi syarat berikut: pasar tradisional harus menjual produk yang sama dengan pasar modern (produk segar, produk olahan, dan produk sandang), pasar tradisional beroperasi setiap hari, dan pedagang yang boleh diwawancarai minimal sudah tiga tahun berdagang di pasar tersebut. 4. Berdasarkan tahapan yang telah dilakukan diperoleh tiga pasar tradisional sampel yakni: Pasar Tempel Rajabasa dan Pasar Koga sebagai pasar perlakuan, sedangkan Pasar Panjang sebagai pasar kontrol. Masing-masing pasar sampel berada pada kecamatan yang berbeda. Dilakukan wawancara kepada 30 pedagang di masing-masing pasar sampel. Setiap pasar mewakili ketiga kategori produk sehingga satu pasar terdiri dari 10 pedagang produk segar, 10 pedagang produk olahan, dan 10 pedagang produk sandang. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan independent t test, chi square, dan paired t test untuk melihat persaingan dan kinerja pedagang, dan ordinal logistic regression untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi omzet , sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif untuk melihat karakteristik responden. Kedua analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan program MS Excel 2007 dan SPSS 20. Tabel 6 menggambarkan keterkaitan antara sumber data, metode analisis data, dan tujuan dalam penelitian ini.
13 Tabel 5 Matriks metode analisis data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode AnalisisData 1 Menganalisis karakteristik Data primer Independent t test, chi pedagang square test, dan metode deskriptif 2 Menganalisis persaingan Data primer Independent t test, chi dan kinerja pedagang square test, dan paired t test 3 Menganalisis faktor-faktor Data primer Ordinal logistic regression yang memengaruhi omzet pedagang Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test) Menurut Santoso (2012), independent sample t test adalah salah satu metode pengujian hipotesis dengan tujuan membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga dapat diketahui apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau jelas berbeda. Uji independent sample t test pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dengan melihat adanya perbedaan rata-rata umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli antara pedagang di pasar perlakuan dengan pedagang di pasar kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan dengan pedagang di pasar kontrol. H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan dengan pedagang di pasar kontrol. Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0. Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test) Santoso (2012) mengatakan, uji t dua sampel berpasangan (paired t test) adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Tujuan metode ini adalah untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah keduanya mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah adanya pasar modern H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah adanya pasar modern
14 Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0. Metode Uji Chi Square Analisis chi square termasuk kedalam statistik non parametrik, karena data untuk analisis chi square berupa data nominal (kategorikal). Berbeda dengan analisis regresi, analisis chi square hanya membahas apakah ada hubungan di antara variabel tertentu ataukah tidak ada hubungan (untuk uji independensi) dan tidak membahas seberapa jauh hubungan tersebut (Santoso 2012). 2 = [(𝑂𝑖𝑗 −𝐸𝑖𝑗 )2𝐸𝑖𝑗] Keterangan: 𝑂𝑖𝑗 : frekuensi pengamatan baris ke-i, kolom ke-j 𝐸𝑖𝑗 : frekuensi harapan baris ke-i, kolom ke-j H0
H1
: Tidak terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, status tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan pedagang di pasar kontrol. : Terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, status tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan pedagang di pasar kontrol.
Berdasarkan perbandingan chi square hitung dan chi square tabel apabila chi square hitung > chi square tabel maka tolak H0, dan jika chi square hitung < chi square tabel maka terima H0. Namun berdasarkan probabilitas, jika nilai probabilitas > α maka terima H0 dan jika nilai probabilitas < α maka tolak H0. Korelasi Rank Spearman Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) merupakan salah satu ukuran deskriptif untuk mengukur tingkat korelasi dua variabel, dengan syarat kedua variabel minimal mencapai pengukuran ordinal Firdaus, Harmini, dan Afendi (2011). −∑ √( )( ) Keterangan: tx : Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu ty : Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu di : Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i i : Observasi ke-i, untuk i = 1,2, . . ., n ε : Jumlah untuk seluruh kasus angka sama
15 Nilai rs bisa bertanda positif dan bisa bertanda negatif, nilai mutlaknya maksimal 1 dan minimal 0. Bila nilai rs= 0 berarti kedua variabel tidak berkorelasi dan bila nilai rs= 1 berarti kedua variabel berkorelasi sempurna. Tanda positif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah. Metode Logit Menurut Firdaus, Harmini, dan Afendi (2011) peubah respon dalam analisis regresi yang berupa peubah kategorik maka analisis regresi yang dapat digunakan adalah analisis logistik. Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya, analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga diantara lain: 1. Biner : regresi logistik biner 2. Nominal : regresi logistik nomial 3. Ordinal : regresi logistik ordinal Dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet penulis menggunakan metode ordinal logit. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ( ) Dimana: Logit (𝑂 )
= Peluang tingkat omzet pedagang di pasar tradisional akibat pendirian pasar ritel modern (nilai “1” jika omzet kurang dari Rp 1 juta, nilai “2” jika omzet Rp 1 juta sampai Rp 5 juta, dan nilai “3 jika omzet lebih dari Rp 5 juta) = Intersep = Koefisien regresi Ukuran_Kios = Ukuran kios (m2) Lama_Berdagang = Lama berdagang (tahun) Jumlah_Pembeli = Jumlah pembeli (orang) Pendidikan = Pendidikan (tahun) Jarak = Jarak (nilai “0” jika jauh dari pasar ritel modern dan nilai “1” jika dekat dari pasar ritel modern) Diversifikasi_Produk = Diversifikasi produk (nilai “0” jika menjual satu jenis dan nilai “1” jika menjual lebih dari satu jenis) Produk_Segar = Menjual produk segar (nilai “0” jika menjual lainnya dan nilai “1” jika menjual produk segar) Produk_Olahan = Menjual produk olahan (nilai “0” jika menjual lainnya dan nilai “1” jika menjual produk olahan) Letak_Kios = Letak kios (nilai “0” jika letak kios di belakang dan nilai “1” jika letak kios di belakang) Uji Kebaiksuaian Model Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) menunjukkan uji kesesuaian model dengan data dengan memperhatikan nilai pearson dan deviance diperoleh nilai signifikansi chi square (Yamin dan Kurniawan 2009).
16 Hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α= 0.1) maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu Juanda (2009) mengatakan pengujian yang dilakukan untuk menguji faktor mana yang berpengaruh nyata terhadap pilihan. Dalam hal ini dapat menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan uji Wald (Wj). ̂ ̂ 𝐸(
)
Keterangan: ̂ = Penduga β ̂ 𝐸 = Penduga standard error dari β βk = Koefisien variabel prediktor ke-k Hipotesis: H0 = βk = 0 (peubah Xk tidak berpengaruh nyata) H1 = βk ≠0, k=1,2,...,k (peubah Xk berpengaruh nyata) Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 two-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α= 0.1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel respon. Rasio Odd Odd diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Sehingga rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya (Firdaus, Harmini, dan Afendi 2011). Rasio Odd merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi pilihan-0 Juanda (2009). Koefisien bertanda positif menunjukkan nilai rasio odd yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Koefisien yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses.
17
GAMBARAN UMUM Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung Lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung rata-rata berada pada pusat keramaian. Pertumbuhan pasar ritel modern relatif pesat dan lokasinya satu sama lain berdekatan. Kecamatan Tanjung Karang Pusat dan Kecamatan Rajabasa memiliki pasar ritel modern (supermarket, departement store, dan hypermarket) yang lebih banyak dari kecamatan lainnya di Kota Bandar Lampung (Gambar 3).
Gambar 3 Peta lokasi penelitian Sumber: Bandar Lampung dalam angka 2013 Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis yakni sebagai penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang menjadikan kota ini memiliki daya tarik bagi para investor asing maupun domestik. Selain itu, jumlah penduduk yang terus bertambah dan pertumbuhan ekonomi daerah yang
18 mendekati pertumbuhan ekonomi nasional memiliki nilai tambah untuk menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai kota metropolitan di Provinsi Lampung. Peningkatan daya beli masyarakat telah mendorong meningkatnya tingkat konsumsi dan perubahan gaya hidup yang lebih modern. Terbukti dari meningkatnya jumlah pasar modern secara keseluruhan di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sejak tahun 1998 sudah terdapat empat supermarket di Kota Bandar Lampung. Menginjak tahun 2000 pertumbuhan supermarket, hypermarket, dan departement store terus meningkat. Peningkatan jumlah pasar modern menjadikan persaingan yang ketat antar pasar modern lokal maupun pasar modern asing di Kota Bandar Lampung. Sebagai akibatnya, terdapat dua supermarket yang telah lebih dulu ada tersingkir karena kalah bersaing dengan supermarket yang baru. Pada tahun 2008 Alfa supermarket digantikan oleh Plaza Lotus, kemudian pada tahun 2009 Artomoro supermarket digantikan oleh Central Plaza. Tabel 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun beroperasi No Nama pasar modern Tahun beroperasi 1 Chandra Supermarket 1998 2 Ramayana Supermarket 1998 3 Alfa/Plaza Lotus 1998 4 Glael Supermarket 2001 5 Chandra Supermarket 2002 6 Simpur Center Mall 2003 7 Mall Kartini 2003 8 Chandra Supermarket 2007 9 Artomoro/Central Plaza 1998 10 Robinson 2012 11 Bambu Kuning Square 2012 12 Giant Pagar Alam 2013 13 Giant Kemiling 2013 14 Giant Antasari 2013 15 COSMO 2013 16 COSMO 2013 17 FITRINOF 2013 18 FITRINOF 2013 Sumber: Apindo Lampung Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung Pasar tradisional merupakan perwujudan dari eksistensi aktivitas ekonomi yang sudah ada sejak lama. Pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk yang tinggi menjadikan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih banyak diminati konsumen. Pasar tradisional terdiri dari dua jenis yakni pasar tradisional yang sudah direvitalisasi (diperbaharui) dan pasar tradisional yang belum direvitalisasi. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kota Bandar Lampung memiliki 28 pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dikelola oleh pihak swasta, sedangkan 17 pasar tradisional dikelola oleh dinas pengelolaan
19 pasar. Adapun penjelasan mengenai nama dan tahun berdiri pasar milik pemerintah dapat dilihat melalui Tabel 7. Tabel 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota Bandar Lampung No Unit pasar Tahun No Unit pasar Tahun berdiri berdiri 1 Way Halim 1983 10 Way Kandis 1999 2 Smep/Baru 1985 11 Kangkung/Kliwon 2003 3 Panjang 1990 12 Gudang Lelang 2007 4 Cimeng 1990 13 Pasar Gintung 2010 5 Tamin 1990 14 Permata Biru NA 6 Tugu 1990 15 Tengah Teluk Betung NA 7 Bambu Kuning 1990 16 Tengah Tanjung Karang NA 8 Bawah 1998 17 Pasar Terminal Kemiling NA 9 Beringin Raya 1998 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 17 pasar tradisional yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung sampai tahun 2013. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan dengan Dinas Pengelola Pasar, dari 17 pasar tradisional yang ada diketahui terdapat dua pasar yang sedang dikembangkan untuk menjadi pasar tradisional semi modern yakni Pasar Terminal Kemiling dan Pasar Bambu Kuning. Sisanya sebanyak 11 pasar tradisional dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Pasar tradisional milik pemerintah dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Adapun tugas Dinas Pasar Kota Bandar Lampung adalah mengelola pasar milik pemerintah, menyediakan sarana prasarana untuk pedagang dan pasar, serta menarik retribusi pengelolaan pasar yang sebagian digunakan untuk pemasukan PAD Kota Bandar Lampung. Terdapat dua retribusi yang ditarik dari pedagang di pasar tradisional milik pemerintah, diantaranya tarif kebersihan di lingkungan pasar dan retribusi pelayanan pasar. Berdasarkan peraturan walikota Bandar Lampung Nomor. 99 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan pemungutan atau kebersihan di lingkungan pasar, ditetapkan tarif retribusi kebersihan pasar milik pemerintah seperti yang tertera pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung No Jenis tempat Tarif (Rp) Frekuensi 1 Toko/Kios 2.000 Per hari 2 Los Amparan 1.500 Per hari 3 Pelataran amparan/ Bakulan 1.000 Per hari 4 Gerobak dorong, kendaraan insidentil/Promosi 1.000 Per hari Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung Tarif kebersihan yang dipungut oleh Dinas Pengelolaan Pasar dan pihak swasta digunakan untuk menjaga kebersihan pasar dan lingkungan pasar sehingga pedagang dan pembeli merasa nyaman dengan kondisi pasar. Menurut data pada Tabel 8 terlihat bahwa tarif kebersihan pasar tradisional milik pemerintah Kota Bandar Lampung untuk toko atau kios sebesar Rp 2 ribu per hari. Tarif kebersihan untuk los amparan sebesar Rp 1.5 ribu per hari, amparan sebesar Rp 1 ribu per
20 hari, gerobak dorong dan kendaraan sebesar Rp 1 ribu per hari, serta untuk kegiatan promosi atau insidentil di pasar tradisional milik pemerintah sebesar Rp 1 ribu per hari. Pasar swasta menerapkan tarif kebersihan disesuaikan dengan besarnya tempat berdagang dan lokasi strategis tempat berdagang. Umumnya tarif kebersihan yang dibayarkan pedagang di pasar swasta dua kali lipat diatas tarif yang dibayarkan oleh pedagang di pasar pemerintah, karena besarnya tarif kebersihan ditentukan oleh pemilik pasar. Selain tarif retribusi kebersihan terdapat retribusi pelayanan pasar, baik pasar tradisional milik pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan peraturan walikota Bandar Lampung Nomor. 101 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar dapat dilihat melalui Tabel 9 berikut. Pemungutan tarif retribusi pelayanan pasar milik pemerintah ditentukan berdasarkan ukuran tempat berdagang. Ukuran tempat berdagang sebesar 16 m2 atau lebih dikenakan tarif sebesar Rp 4 ribu per hari, ukuran tempat berdagang sebesar 12 m2 sampai 15m2 dikenakan tarif sebesar Rp 3 ribu per hari, ukuran tempat berdagang sebesar kurang dari 9 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 2 ribu per hari, dan ukuran tempat berdagang sebesar 1 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 1 ribu per hari. Sama seperti tarif retribusi kebersihan, pasar milik swasta menerapkan tarif retribusi pelayanan pasar yang lebih besar dibandingkan pasar milik pemerintah yakni sebesar Rp 4 ribu sampai Rp 8 ribu. Tabel 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung No Ukuran tempat berdagang Tarif (Rp/m2) Frekuensi waktu 2 1 4m x 4m (16 m atau lebih) 4.000 Per hari 2 2 2 3m x 4m (12 m sampai 15 m ) 3.000 Per hari 3 3m x 3m (kurang dari 9 m2) 2.000 Per hari 4 1m x 1m (insidentil) 1.000 Per hari Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung Terdapat perbedaan diantara pasar tradisional milik pemerintah dan pasar tradisional milik swasta. Pasar tradisional milik pemerintah pada umumnya mengutamakan kesejahteraan para pedagang sedangkan pasar milik swasta fokus pada pencarian profit. Terbukti dari penerapan tarif retribusi yang diterapkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pedagang di pasar milik swasta mengaku tarif retribusi per hari dirasa terlalu berat namun mereka tidak memiliki pilihan lain sebab jika tidak membayar retribusi maka mereka tidak diperbolehkan berdagang di pasar. Berdasarkan tahap pengambilan sampel pasar diperoleh tiga pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Masing-masing pasar tradisional berada pada kecamatan yang berbeda. Pemilihan ketiga pasar tradisional disesuaikan dengan syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Ketiga pasar tradisional tersebut adalah Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang. Berikut merupakan penjelasan mengenai ketiga pasar tradisional yang menjadi objek dalam penelitian ini. Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa Pasar Tempel Rajabasa terletak di Jalan Kapten Abdul Haq Kecamatan Rajabasa. Pasar ini didirikan pada tahun 1993 oleh pemiliknya Hi. M. Alias diatas
21 lahan berukuran 2 000 m2. Bangunan pasar berbentuk memanjang dipinggir jalan, terdapat tiga bangunan pasar yang di sekat berdasarkan jenis dagangan. Adapun jenis dagangan yang dijual di pasar ini mulai dari produk olahan, kue, aneka minuman, ikan, daging, kebutuhan dapur, dan kebutuhan sandang. Sampai saat ini jumlah kios yang ada di pasar tempel rajabasa berjumlah 100 unit. Umumnya pelanggan pasar ini adalah masyarakat yang memiliki rumah didekat pasar. Pasar Tempel Rajabasa beroperasi setiap hari dengan jam operasi mulai dari jam 06.00 sampai 11.00 WIB terkecuali hari sabtu dan minggu yakni tutup pukul 15.00 WIB. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pedagang, rata-rata mereka mengeluhkan uang sewa dan tarif retribusi yang terus meningkat sementara jumlah pembeli menurun. Fasilitas dirasa masih kurang, sebab tempat berdagang mereka sudah tidak nyaman dan harus segera diperbaiki, suasana pasar yang panas, dan terlihat kotor membuat pengunjung dan pedagang tidak nyaman. Selain itu Pasar Tempel Rajabasa tidak memiliki area parkir dan keamanan yang jelas sehingga sebagian pembeli enggan masuk ke pasar ini. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik pasar diperoleh informasi bahwa perbaikan tempat berdagang di Pasar Tempel Rajabasa akan diperbaiki awal bulan april 2014 mengingat pedagang yang sudah tidak nyaman lagi dengan tempat berdagangnya. Namun revitalisasi dilakukan secara bertahap agar tidak terlalu banyak tempat berdagang yang kosong. Deskripsi Pasar Koga Pasar Koga terletak di Jalan Teuku Umar Kecamatan Kedaton. Pasar ini didirikan pada 1970 oleh KOREM (Komandan Resort Militer) dengan luas tanah sebesar 3 857m2. Pengelola Pasar Koga adalah anggota KOREM, termasuk kepala pasar dan penarik retribusi dari pedagang. Selain uang sewa kios terdapat retribusi yang dibayar oleh para pedagang diantaranya retribusi kebersihan dan keamanan pasar. Tahun 1993 terjadi kebakaran di Pasar Koga sehingga banyak pedagang yang memutuskan untuk tidak berjualan lagi karena bangkrut. Tahun 1995 Pasar Koga direvitalisasi, kemudian direvitalisasi kembali pada tahun 2009. Sampai saat ini jumlah pedagang di pasar ini sekitar 250 orang baik yang menyewa kios maupun los amparan. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dengan pedagang, masalah yang dihadapi oleh para pedagang di pasar ini adalah menurunnya jumlah pembeli dan uang sewa yang terus naik. Secara keseluruhan Pasar Koga terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tempel tradisional lain. Di pasar ini pembeli merasa nyaman dalam berbelanja karena pasar ini tidak panas, tidak terlalu becek, memiliki area parkir yang cukup luas dan aman. Selain itu di pasar ini pembeli dapat menjumpai produk olahan (kue, makanan olahan, minuman, dan, snack), produk segar (ikan, daging dan ayam), produk sandang (pakaian, sepatu, tas, dan sandal), kebutuhan dapur, dan alat elektronik. Jika dibandingkan dengan pasar tradisional lain, pasar ini memiliki pelanggan yang lebih banyak. Jam beroperasi Pasar Koga dimulai dari pukul 05.00 sampai 18.00 WIB.
22 Pasar Panjang Pasar Panjang merupakan salah satu pasar milik pemerintah daerah yang dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Pasar ini berdiri pada tahun 1990 dan terletak di Kecamatan Panjang dengan luas tanah 33 700 m2 dan luas bangunan sebesar 20 250 m2. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas pasar terdapat 7 ruko, 50 kios, dan 136 los amparan di Pasar Panjang. Pengelolaan Pasar Panjang dilakukan oleh Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Adapun jenis retribusi yang ditagihkan kepada pedagang mencakup tarif kebersihan dan pelayanan pasar. Berdasarkan PERDA yang dikeluarkan, pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar retribusi kebersihan sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 2 ribu per hari disesuaikan dengan tempat berdagang. Selain itu pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar retribusi pelayanan pasar sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 4 ribu per hari sesuai dengan PERDA yang dikeluarkan oleh walikota. Namun untuk tarif retribusi pelayanan pasar, dinas pasar memberikan keringanan untuk para pedagang yakni menyamaratakan tarif pelayanan pasar sebesar Rp 2 ribu per hari karena disesuaikan kemampuan membayar pedagang. Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung Rata-rata pasar tradisional di Kota Bandar Lampung menyediakan kebutuhan harian masyarakat seperti: produk segar, produk olahan, dan produk sandang. Pasar yang menjadi objek penelitian adalah pasar yang menjual produk segar, produk olahan, dan produk sandang. Tidak semua pasar tradisional di Kota Bandar Lampung menjual ketiga produk tersebut seperti Pasar Gudang Lelang yang hanya menjual ikan segar saja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar tersebut (Tabel 10). Hasil yang didapatkan pada penelitian penulis. Pasar tradisional perlakuan memiliki proporsi terbesar menjual pakaian dengan persentase sebesar 26.70%. Diurutan selanjutnya terdapat sayur-sayuran, beras, dan bumbu-bumbuan. Terdapat responden yang menjawab menjual komoditi lainnya dalam bentuk produk olahan yakni snack, bakso, nasi sayur, pempek dan es. Pasar tradisional kontrol memiliki proporsi pedagang terbesar menjual pakaian dan beras dengan masing-masing proporsi sebesar 16.70%. Diurutan selanjutnya terdapat komoditi ikan dan sepatu. Adapun responden yang menjawab komoditi lainnya sebesar 6.70% dari total keseluruhan. Komoditi lainnya yang dijual di pasar kontrol berbentuk produk olahan snack. Data pada Tabel 10 menunjukkan jenis komoditi yang dijual oleh pedagang di kedua kelompok pasar tradisional. Mayoritas pedagang di pasar perlakuan menjual pakaian, sedangkan mayoritas pedagang di pasar kontrol menjual pakaian dan beras. Artinya terdapat persaingan antara pedagang pakaian yang cukup ketat sehingga harga pakaian di pasar perlakuan lebih kompetitif daripada komoditi lain, hal yang sama terjadi pada pedagang di pasar kontrol yang menjual pakaian dan beras. Para pedagang menjual barang dagangan sesuai dengan banyaknya permintaan konsumen dan pedagang di kedua pasar rata-rata menjual dua sampai tiga jenis komoditi. Hal ini berbeda dengan penelitian penelitian Suryadarma et al (2007) yang mendapatkan proporsi pedagang terbesar dari keseluruhan pasar
23 tradisional adalah penjualan sayur-sayuran diikuti oleh bahan makanan dan minuman. Harga beras dan daging cenderung berubah-ubah dan lebih sering meningkat sehingga memiliki proporsi pedagang yang lebih sedikit. Tabel 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar tradisional No Komoditi Jenis pasar (%) Significance Pasar Pasar perlakuan kontrol (n=104) (n=54) 1 Pakaian 26,70 16,70 2 Sayur-sayuran 15,00 6,70 3 Beras 13,30 16,70 4 Bumbu-bumbuan 8,30 3,30 5 Buah-buahan 6,70 3,30 6 Ayam 6,70 6,70 7 Sepatu 5,00 10,00 8 Ikan 3,30 13,30 9 Kue 3,30 6,70 10 Bahan minuman 1,70 0,00 11 Daging (sapi, kambing) 1,70 0,00 12 Tas 1,70 6,70 13 Minyak 0,00 0,00 14 Umbi-umbian 0,00 0,00 15 Kacang-kacangan 0,00 0,00 16 Telur dan susu 0,00 3,30 17 Lainnya 6,70 6,70 Total 100,00 100,00 12,05 Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung Sub bab ini menjelaskan perbedaan dan persamaan dua kelompok pasar tradisional yakni pasar perlakuan dan pasar kontrol. Dimulai dari karakteristik responden, jumlah pelanggan di pasar tradisional dan nilai pembelian pelanggan di pasar tradisional. Pengujian persamaan dan perbedaan di kedua kelompok pasar tradisional menggunakan metode analisis uji beda t dan chi square test. Karakteristik responden berdasarkan variabel usia, pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli dijelaskan pada Tabel 11. Berdasarkan uji beda t pada penelitian hanya jumlah kios yang signifikan pada taraf nyata 5%. Pedagang di pasar perlakuan umumnya memiliki lebih dari satu kios untuk mendapatkan omzet yang lebih besar, sedangkan pedagang di pasar kontrol moyoritas memiliki satu kios. Adapun variabel lain seperti usia, pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, dan jumlah pembeli relatif sama.
24 Tabel 11 Karakteristik responden dengan uji t test No Variabel Pasar perlakuan Pasar kontrol Significance (n=60) (n=30) Mean Std. Dev Mean Std. Dev 1 Usia (tahun) 41,30 10,41 44,67 10,30 -1,451 2 Pendidikan (tahun) 10,33 3,22 10,13 2,43 0,300 3 Lama berdagang 10,50 7,33 12,53 7,72 -1,219 (tahun) 4 Ukuran kios (m2) 44,62 116,45 20,43 17,93 1,128 5 Jumlah kios (unit) 1,17 0,38 1,00 0,00 2,422** 6 Jumlah pembeli 22,58 15,53 21,60 7,83 0,326 (orang per hari) Keterangan: Berdasarkan t test: **signifikan pada taraf nyata 5%. Std.Dev: standard deviation. Data pada Tabel 12 merupakan hasil dari uji chi square karakteristik responden pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol. Adapun karakteristik yang diuji dalam uji chi square meliputi: jenis kelamin, letak kios, dan status kepemilikan tempat usaha. Karakteristik responden yang signifikan pada penelitian ini adalah status tempat usaha. Status kepemilikan tempat usaha di pasar perlakuan dan pasar kontrol didominasi oleh status kepemilikan sewa kios daripada milik sendiri ataupun tidak keduanya. Namun untuk variabel jenis kelamin dan letak kios tidak signifikan berdasarkan uji chi square yang dilakukan. Tabel 12 Karakteristik responden dengan uji chi square Karakteristik responden Jenispasar Pasar perlakuan Pasar kontrol Significance (n=60) (n=30) Jenis kelamin Perempuan 66,70 60,00 Laki-laki 33,30 40,00 Total 100,00 100,00 0,388 Letak kios Di dalam 55,00 70,00 Di depan 45,00 30,00 Total 100,00 100,00 1,875 Status tempat Sewa 76,70 70,00 usaha Lainnya 21,70 10,00 Milik 1,70 20,00 sendiri Total 100,00 100,00 10,29*** Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%. Karakteristik pedagang berdasarkan segmentasi pembeli pada penelitian ini dilihat dari persentase jumlah pembeli (Tabel 13). Berdasarkan Uji t yang dilakukan diperoleh variabel yang signifikan adalah rumah tangga, restoran atau catering, dan warung. Tabel 13 menunjukkan rata-rata jumlah pembeli rumah tangga di pasar perlakuan lebih besar jika dibandingkan rata-rata pembeli rumah tangga pada pasar kontrol. Berbeda dengan jumlah pelanggan restoran atau catering dan jumlah pelanggan warung di pasar kontrol lebih besar daripada di pasar perlakuan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu Suryadarma et al (2007) yang menemukan bahwa warung
25 merupakan pangsa pembeli terbesar dalam jumlah konsumen dan nilai pembelian. Sebesar 41.5% responden mengakui bahwa pelanggan utama mereka adalah warung. Diurutan selanjutnya terdapat rumah tangga, restoran, dan pedagang keliling. Tabel 13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional No Variabel Pasar perlakuan Pasar kontrol Significance (n=60) (n=30) Mean Std, Dev Mean Std, Dev 1 Rumah tangga 78,61 27,83 57,24 33,37 3,18*** 2 Restoran/catering 7,65 18,28 21,33 27,00 -2,84*** 3 Pedagang 0,92 4,99 0,00 0,00 1,00 keliling 4 Warung 12,82 24,29 23,33 32,84 -1,72* Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan pada taraf nyata 5%; *signifikan pada taraf nyata 10%. Selain proporsi jumlah pelanggan di pasar tradisional terdapat proporsi nilai pembelian pelanggan. Besarnya jumlah konsumen yang membeli barang dagangan belum tentu menggambarkan besar nilai pembelian yang dilakukan. Tabel 14 menggambarkan nilai pembelian pelanggan pada pasar perlakuan dan pasar kontrol. Berdasarkan uji t yang dilakukan diperoleh dua variabel yang signifikan pada nilai pembelian yakni variabel rumah tangga dan variabel restoran atau catering. Rata-rata nilai pembelian rumah tangga pada pasar perlakuan lebih besar daripada pasar kontrol (Tabel 14). Berbeda pada tabel nilai pembelian pelanggan restoran atau catering di pasar kontrol lebih besar dibandingkan ratarata pelanggan restoran atau catering di pasar perlakuan. Tabel 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional No Variabel Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Significance (n=60) (n=30) Mean Std.Dev Mean Std.Dev 1 Rumah tangga 73,83 32,60 53,79 34,99 2,65*** 2 Warung 14,83 27,07 24,67 34,01 -1,49 3 Restoran/catering 10,17 23,81 23,33 29,98 -2,26** 4 Pedagang keliling 1,17 6,91 0,00 0,00 0,922 Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung Pemasok berperan penting dalam kegiatan usaha baik skala kecil, menengah, sampai besar. Pedagang tanpa keberadaan pemasok akan lebih sulit untuk mendapatkan barang yang akan dijual ke pembeli. Penelitian ini membagi pemasok untuk pedagang di pasar tradisional menjadi enam kategori, diantaranya:
26 produksi sendiri, produksi orang lain, penyalur, tengkulak atau pedagang pengumpul, pasar induk, dan grosir. Berdasarkan uji chi square pada Tabel 15 pemasok utama yang dipilih pedagang baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol adalah pemasok grosir sesuai dengan hasil penelitian Saddewisasi et al (2011) namun berbeda dengan penelitian Suryadarma et al (2007). Saddewisasi et al( 2011) pada penelitiannya mengatakan, responden membeli langsung barang dagangan ke pasar atau tempat grosir karena barang yang dibeli biasanya tidak banyak dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari dalam partai kecil, selain itu juga dipengaruhi modal usaha yang terbatas. Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) diperoleh lebih dari 40% pedagang menggunakan pemasok profesional, akan tetapi sebagian besar dari pedagang tidak hanya menggunakan satu pemasok saja melainkan lebih dari satu. Tabel 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional No Pemasok Jenis pasar (%) Significance Pasar Pasar perlakuan kontrol (n=60) (n=30) 1 Grosir 31,70 33,30 2 Pasar induk 23,30 3,30 3 Penyalur 20,00 30,00 4 Produksi sendiri 18,30 10,00 5 Produksi orang/rumah tangga lain 5,00 23,30 6 Tengkulak (pedagang pengumpul) 1,70 0,00 7 Lainnya sebutkan 0,00 0,00 Total 100,00 100,00 13,117** Keterangan: Berdasarkan chi square test: **signifikan pada taraf nyata 5%. Barang dagangan yang diperoleh dari pemasok dibayar dengan cara yang berbeda-beda tergantung dengan kesepakatan antara pemasok dan pedagang. Berdasarkan hasil uji chi square, pedagang di kedua kelompok pasar tradisional mengakui metode pembayaran yang paling banyak dilakukan adalah pembayaran kontan atau tunai (Tabel 16). Hasil penelitian penulis sesuai dengan penelitian Suryadarma et al (2007) yang mengatakan bahwa lebih dari 80% pedagang menggunakan metode pembayaran tunai. Metode pembayaran kontan memiliki resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode pembayaran lainnya. Para pedagang di pasar tradisional umumnya memiliki usaha skala kecil sehingga sangat sulit untuk meyakinkan para pemasok dalam menyediakan metode pembayaran kredit, sehingga kerugian dari resiko ditanggung oleh para pedagang jika terdapat barang yang rusak dan kadaluarsa.
27 Tabel 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional No Metode Jenis pasar (%) Significance pembayaran Pasar perlakuan Pasar kontrol (n=60) (n=30) 1 Kontan 85,00 100,00 2 Konsinyasi 13,30 0,00 3 Kredit 1,70 0,00 Total 100,00 100,00 5,000* Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%. Para pelaku usaha membutuhkan modal guna memulai dan mengembangkan kegiatan usaha. Biasanya modal didapatkan dengan cara meminjam. Pinjaman ada yang menetapkan bunga dan tidak dengan bunga. Penelitian ini membatasi sumber modal dalam delapan kriteria diantaranya: modal sendiri, meminjam dari saudara, meminjam dari teman atau tetangga, bank swasta, bank pemerintah, rentenir atau pelepas uang, BPR atau bank pasar, dan koperasi. Terlihat bahwa pada pasar tradisional perlakuan sebesar 80% pedagang mengaku mendapatkan sumber modal dari modal sendiri, sedangkan pada pasar kontrol sebesar 90% (Tabel 17). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryadarma et al (2007) yang menemukan 86.8% pedagang menggunakan sumber modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung mendapatkan sumber modal dari milik pribadi akibatnya resiko yang ditanggung dalam usaha sangat besar daripada meminjam modal usaha dari bank ataupun bekerja sama dengan pihak lain. Tabel 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional No Sumber modal Jenis pasar (%) Significance Pasar perlakuan Pasar kontrol (n=60) (n=30) 1 Modal sendiri 80,00 90,00 2 Meminjam dari saudara 8,30 0,00 3 Meminjam dari 5,00 0,00 teman/tetangga 4 Bank swasta 5,00 10,00 5 Bank pemerintah 1,70 0,00 6 Rentenir/pelepas uang 0,00 0,00 7 BPR/bank pasar 0,00 0,00 8 Koperasi 0,00 0,00 Total 100,00 100,00 5,490 Tabel 18 menunjukkan para pesaing terberat di pasar perlakuan dan pasar kontrol. Jawaban yang diambil hanya pedagang yang mengklaim memiliki pesaing terberat. Hasil uji chi square pada pesaing terberat signifikan, pesaing terberat pedagang di kedua pasar didominasi oleh pedagang lain dalam pasar. Pasar kontrol memiliki persentase sebesar 70% sedangkan pasar perlakuan sebesar 61%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma et al (2007) yang menyatakan bahwa kebanyakan pedagang merasa pesaing terberat mereka adalah sesama pedagang, diurutan selanjutnya terdapat supermarket, dan PKL.
28 Tabel 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional No Pesaing terberat Jenis pasar (%) Significance Pasar perlakuan Pasar kontrol (n=23) (n=10) 1 Pedagang lain di dalam 61,00 70,00 pasar 2 Pasar tradisional lain 26,00 10,00 3 Pasar modern 13,00 0,00 4 Minimarket 0,00 20,00 Total 100,00 100,00 6,846* Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%. Memiliki strategi merupakan salah satu faktor untuk menjaga kelangsungan usaha yang dijalankan. Umumnya pelaku usaha menerapkan strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan pelanggan. Tabel 19 menunjukkan strategi pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Berdasarkan uji chi square, strategi utama yang dilakukan pada kelompok pasar perlakuan adalah memberikan diskon harga pada pembeli yang membeli barang dalam jumlah yang banyak. Menjaga kebersihan kios merupakan strategi yang mendominasi pedagang di pasar kontrol. Terdapat beberapa responden yang menjawab memiliki strategi lainnya dalam menghadapi pesaing. Adapun strategi lainnya di pasar tradisional perlakuan meliputi: kualitas barang, produk yang terus diperbaharui, keramahan, kelengkapan barang, produk segar, jujur dengan timbangan, dan mengambil keuntungan sedikit. Strategi lainnya pada pasar tradisional kontrol meliputi: produk yang terus diperbaharui, kualitas produk, dan kejujuran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung memiliki strategi khusus untuk menghadapi pesaingnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu Suryadarma (2007) dan Sutami (2005). Hasil penelitian Suryadarma (2007) menemukan bahwa strategi yang digunakan pedagang untuk menarik pembeli adalah sopan santun. Sebesar 37.6% responden mengatakan bahwa sikap sopan santun sebagai kunci sukses bisnis mereka. Sutami (2005) dalam penelitiannya menemukan strategi yang diterapkan oleh pedagang diantaranya menjalin jaringan sosial antara tengkulak dengan pedagang, pedagang dengan konsumen, antar sesama pedagang, dan pedagang dengan petugas pasar.
29 Tabel 19 Strategi pedagang di pasar tradisional No Strategi Jenis pasar (%) Significance Pasar Pasar perlakuan kontrol (n=60) (n=30) 1 Memberikan diskon harga 13,30 6,70 2 Kios selalu dijaga kebersihannya 11,70 30,00 3 Prioritas bagi pelanggan 10,00 3,30 (barang dapat dipesan) 4 Barang diantar ke rumah 5,00 13,30 5 Jenis dagangan diperbanyak 3,30 26,70 6 Pembayaran bisa dicicil 0,00 0,00 7 Lainnya 56,70 20,00 Total 100,00 100,00 23,360*** Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%. Tabel 20 menunjukkan penyebab kelesuan usaha pedagang dari tahun 2008 hingga 2013. Jawaban ini hanya diambil dari pedagang yang mengkalim mengalami penurunan omzet maupun keuntungan selama lima tahun terakhir. Berdasarkan uji chi square, penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar perlakuan di dominasi oleh meningkatnya persaingan dengan pedagang lain, sedangkan pada pasar kontrol penyebab kelesuan usaha pedagang didominasi oleh daya beli masyarakat yang menurun. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma et al (2007) yang mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan usaha mereka adalah lemahnya daya beli pelanggan karena adanya lonjakan harga BBM pada tahun 2005 dan adanya persaingan dengan PKL. Tabel 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional No Penyebab kelesuan usaha Jenis pasar (%) Significance Pasar Pasar perlakuan kontrol (n=50) (n=25) 1 Daya beli masyarakat menurun 38,00 24,00 2 Persaingan dengan pedagang lain 30,00 28,00 dalam pasar tradisional 3 Pasar tradisional semakin banyak 12,00 4,00 4 Persaingan dengan pasar modern 6,00 0,00 5 Kondisi pasar yang buruk 4,00 0,00 6 Faktor iklim 2,00 12,00 7 Letak kios yang tidak strategis 2,00 4,00 8 Meningkatnya harga sewa kios 2,00 0,00 9 Usia penjual 2,00 4,00 10 Harga dari pemasok lebih tinggi 2,00 4,00 11 Akses kredit yang bertambah sulit 0,00 8,00 12 Persediaan barang yang sulit 0,00 4,00 13 Persaingan dengan minimarket 0,00 8,00 14 Kualitas yang menurun 0,00 0,00 Total 100,00 100,00 19,021* Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.
30 Berdasarkan wawancara yang dilakukan pedagang di pasar tradisional mengakui bahwa telah terjadi penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penelitian ini mengukur kinerja usaha pedagang melalui omzet dan keuntungan pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir yakni tahun 2008 dan tahun 2013 dengan menggunakan paired sample t test. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di kedua pasar tradisional sampel, diperoleh output pada Tabel 21 berikut. Hasil paired t test menunjukkan bahwa pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol rata-rata omzet dan keuntungan sebelum keberadaan pasar modern lebih tinggi jika dibandingkan dengan sesudah adanya pasar modern. Sebelum adanya pasar ritel modern pembeli cenderung berbelanja ke pasar tradisional, namun setelah adanya pasar ritel modern pembeli memiliki dua pilihan tempat berbelanja. Menurut para pedagang, pembeli memilih berbelanja di pasar ritel modern karena kenyamanan, kebersihan, fasilitas, dan keamanan yang dimiliki oleh pasar ritel modern. Hampir semua pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih belum mengarah ke pasar semi modern sehingga untuk komoditi tertentu seperti sembako dan pakaian pembeli lebih memilih berbelanja di pasar ritel modern. Tabel 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar ritel modern dengan paired t test Variabel Pasar perlakuan Pasar kontrol (N=60) (N=30) Mean Std. Significance Mean Std. Significance Dev Dev Omzet Sesudah 1,20 0,443 1,40 0,621 Sebelum 1,43 0,563 -3,394*** 1,83 0,648 -3,496*** Keuntungan Sesudah 1,07 0,252 1,30 0,535 Sebelum 1,38 0,524 -4,324*** 1,63 0,556 -2,763** Keterangan: Berdasarkan paired t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan pada taraf nyata 5%. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung Faktor-faktor yang diduga memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung adalah ukuran kios, lama berdagang, jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, diversifikasi produk, penjualan produk segar, penjualan produk olahan, dan letak kios. Variabel respon dalam penelitian ini terdiri dari tiga opsi omzet pedagang pada rentang kurang dari Rp 1 juta untuk nilai “1”, omzet sebesar Rp 1 juta seribu sampai Rp 5 juta untuk nilai “2”, dan omzet lebih dari Rp 5 juta untuk “nilai 3”. Berdasarkan output hasil olahan pada Tabel 22 menunjukan bahwa variabel jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan produk segar signifikan berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.
31 Tabel 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar tradisional No Variabel Koefisien Rasio Odd Signifikansi 2 1 Ukuran kios (m ) -0,004 0,996 0,419 2 Lama berdagang (tahun) -0,020 0,981 0,609 3 Jumlah pembeli (orang) 0,052 1,054 0,027** 4 Pendidikan (tahun) 0,197 1,218 0,069* 5 Dummy jarak -1,094 0,335 0,064* (dekat = 1, jauh =0) 6 Dummy diversifikasi produk 0,721 2,056 0,265 (satu jenis = 1, lebih dari satu jenis =0) 7 Dummy produk segar 2,521 12,436 0,008*** (produk segar =1, lainnya =0) 8 Dummy produk olahan 1,325 3,762 0,149 (produk olahan =1, lainnya =0) 9 Dummy letak kios 0,303 1,354 0,647 (depan = 1, belakang = 0) Pearson 0,669 Nagelkerke 0,301 Keterangan: Berdasarkan Ordinal logistic regression *** signifikan pada taraf nyata 1%; ** signifikan pada taraf nyata 5%; * signifikan pada taraf nyata 10%. Berdasarkan output hasil olahan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa variabel jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan produk segar signifikan berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar tradisional. Hasil model logit ordinal untuk variabel jumlah pembeli diperoleh koefisien bertanda positif, artinya semakin jumlah pembeli bertambah peluang untuk mendapatkan omzet semakin bertambah. Variabel jumlah pembeli memiliki nilai rasio odd 1.054 artinya jika terjadi peningkatan satu orang jumlah pembeli maka peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 5.4%. Sehingga dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan jumlah pembeli maka akan meningkatkan omzet pedagang. Pendidikan memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung secara signifikan dengan koefisien positif. Artinya setiap peningkatan tingkat pendidikan sebanyak satu tahun maka akan meningkatkan omzet pedagang. Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai rasio odd 1.218 artinya jika terjadi peningkatan satu tahun tingkat pendidikan maka akan menyebabkan peningkatan omzet sebesar 21.8%. Sehingga dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan tingkat pendidikan pedagang maka akan meningkatkan omzet pedagang. Dummy jarak pasar tradisional ke pasar modern memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung secara signifikan dengan koefisien negatif. Semakin dekat jarak pasar modern dan pasar tradisional, peluang untuk meningkatkan omzet semakin berkurang. Nilai rasio odd dummy jarak pasar tradisional ke pasar modern sebesar 0.335 artinya semakin dekat jarak pasar tradisional ke pasar modern memiliki peluang untuk menurunkan omzet pedagang sebesar 66.5% dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh dengan pasar modern.
32 Dummy produk segar memengaruhi omzet secara signifikan dengan koefisien pada variabel positif. Semakin pedagang menjual produk segar, peluang untuk mendapatkan omzet semakin besar. Nilai rasio odd variabel dummy produk segar sebesar 12.436 artinya pedagang yang menjual produk segar memiliki peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 1 143% dibandingkan pedagang yang menjual produk sandang. Semakin pedagang menjual produk segar maka peluang untuk meningkatkan omzet semakin besar. Uji goodness of fit menunjukkan uji kesesuaian model dengan data. Hasil dari output SPSS 20 didapatkan p-value uji pearson dari model yang telah diperoleh bernilai lebih besar daripada alpha 10% maka terima H0. Artinya model yang telah dihasilkan sesuai, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil observasi dengan hasil prediksi model. Output dalam penelitian ini didapatkan nilai Negelkerke sebesar 0.301 atau 30.1%. Artinya variabel dependen mampu diterangkan oleh variabel independen sebesar 30.1% sedangkan sisanya 60,9% diterangkan oleh variabel independen lain di luar model. Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung terhadap Omzet Hasil penelitian penulis menunjukkan persamaan antara pasar tradisional perlakuan dan pasar tradisional kontrol. Kedua pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tersebut beroperasi setiap hari dengan barang dagangan yang sama (produk segar, produk olahan, dan produk sandang), jumlah dan nilai pembelian yang mendominasi kedua pasar adalah pembelian dari pelanggan rumah tangga. Pedagang di kedua pasar tradisional pada umumnya menggunakan pemasok grosir dengan metode pembayaran tunai, selain itu sebagian besar pedagang di kedua pasar menggunakan sumber modal milik pribadi. Pasar tradisional perlakuan memiliki jarak yang dekat dengan pasar ritel modern, sedangkan pasar tradisional kontrol memiliki jarak yang jauh dari pasar ritel modern. Pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung mengklaim mengalami penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Salah satu penyebab penurunan kinerja usaha pedagang adalah keberadaan pasar modern yang terus bertambah. Hasil wawancara dengan pedagang di pasar tradisional menunjukkan keberadaan pasar modern secara tidak langsung telah mengurangi peluang pedagang untuk mendapatkan omzet yang lebih tinggi. Kesamaan barang dagangan, harga yang tidak berbeda jauh, diskon yang diberikan, serta jarak yang tidak terlalu berjauhan dengan pasar tradisional membuat masyarakat memiliki alternatif lain dalam berbelanja. Umumnya pasar modern memilih lokasi yang berdekatan dengan pasar modern lain dan pasar tradisional yang telah lebih dulu ada. Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah menyebabkan persaingan dikedua pasar terutama dalam perebutan pangsa pasar. Lokasi pasar ritel modern dan pasar tradisional cenderung beraglomerasi dan mendekati pusat keramaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar tradisional yang berjarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki omzet yang lebih rendah dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh dengan pasar ritel modern. Tabel 21 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan omzet pedagang di pasar perlakuan dan kontrol setelah keberadaan pasar ritel modern.
33 Hal ini terjadi karena pasar tradisional kontrol tidak secara langsung berhadapan dengan pasar ritel modern, sedangkan pada pasar tradisional perlakuan langsung bersaing dengan pasar ritel modern karena jarak yang berdekatan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis melalui wawancara dan perhitungan uji chi square menunjukkan telah terjadi penurunan omzet dan keuntungan pedagang selama lima tahun terakhir. Hal ini terjadi karena terdapat persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar, pasar tradisional lain, pasar modern, dan minimarket. Namun, dikedua kelompok pasar tradisional mengakui bahwa persaingan didominasi oleh pedagang lain di dalam pasar bukan oleh pasar modern. 2. Melalui penelitian ini diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar tradisional secara signifikan adalah jumlah pembeli, pendidikan, jarak antara pasar tradisional ke pasar ritel modern, dan produk segar. Variabel jumlah pembeli, pendidikan, dan produk segar memiliki hubungan positif dan variabel jarak memiliki hubungan negatif dengan omzet. 3. Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah memengaruhi omzet pedagang di kedua pasar tradisional. Namun pasar tradisional yang memiliki jarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki penurunan omzet yang lebih besar daripada pasar tradisional yang berjarak jauh dari pasar ritel modern. Saran 1. Perlu adanya peningkatan strategi di kedua pasar agar dapat meningkatkan omzet. Jika dilihat dari strategi pedagang di pasar perlakuan yang terbesar adalah memberikan diskon harga jika pembeli membeli barang dalam jumlah yang banyak, sehingga strategi tersebut perlu dipertahankan atau ditingkatkan agar pelanggan terus bertambah. Berbeda dengan pasar perlakuan, pada pasar kontrol strategi terbesar ada pada menjaga kebersihan kios dan menambah jumlah barang dagangan, strategi ini perlu ditingkatkan oleh pedagang agar pelanggan di pasar kontrol bertambah. 2. Kesulitan dalam mengakses dan memenuhi persyaratan pinjaman modal membuat para pedagang menggunakan dana pribadi untuk berdagang. Sebaiknya pemerintah dan instansi terkait mempermudah akses dan persyaratan pinjaman modal pedagang khususnya pedagang di pasar tradisional agar dapat mengembangkan usahanya. 3. Pendidikan pedagang secara tidak langsung akan meningkatkan omzet, oleh karena itu sebaiknya perlu diterapkan pendidikan informal seperti sosialisasi dan pelatihan manajemen berdagang yang diberikan oleh pengelola pasar ataupun pemerintah Kota Bandar Lampung kepada pedagang. 4. Jarak antara pasar tradisional dan pasar ritel modern sebaiknya lebih diperhatikan agar tidak mengganggu keberadaan pasar tradisional khususnya
34 dalam hal izin pendirian dan zonasi pasar ritel modern. Pemerintah juga sebaiknya turut berperan dalam memperbaiki sarana prasarana pasar tradisional agar dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional seperti melakukan revitalisasi pasar. 5. Pasar tradisional sebaiknya fokus pada penjualan produk segar mengingat alasan pembeli mengunjungi pasar tradisional karena pasar memiliki produk segar yang lebih baik dari segi harga dan kesegaran produk daripada pasar ritel modern. 6. Penelitian ini memiliki keterbatasan informasi mengenai data omzet yang diperoleh dari para pedagang di pasar tradisional. Data omzet pedagang yang digunakan dalam uji regresi ordinal berbentuk data ordinal, karena pada umumnya para pedagang cenderung tidak bersedia memberikan informasi yang lebih akurat mengenai omzet yang diperoleh tiap harinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas hasil regresi pada penelitian selanjutnya disarankan menggunakan omzet berupa data rasio yang merupakan data angka omzet pedagang sesungguhnya.
35
DAFTAR PUSTAKA [BPMP] Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Lampung. 2014. Nilai Investasi Asing dan Domestik di Provinsi Lampung Tahun 2010-2012. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2012. Bandar Lampung Dalam Angka 2013. Bandar Lampung (ID): BPS Kota Bandar Lampung. [KPPU] Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. 2004. Tambunan T et al. Kajian persaingan dalam industri retail. Jakarta(ID): KPPU. Agustina D. 2009. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dede. 2012. Ciri-ciri dan Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013 Des 22].Tersedia pada: http://ddsulai.blogspot.com. Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press Hartati W. 2006. Pergeseran subsektor perdagangan eceran dari tradisional ke modern di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press Kementrian Keuangan RI. 2012. Laporan Tim Kajian Profil Sektor Riil: Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Luci H. 2013. Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013 Des 22].Tersedia pada: http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com Manggala Y. 2013 Jul 19. Pasar Tradisional Bakal „Tergilas‟ Pasar Modern. Republika[internet]. [diunduh 2013 Des 14]. Tersedia pada: http://www.republika.co.id Natawidjaja R. 2005. Modern Market Growth and Changing Map of Retail Food Sector in Indonesia. The Pacific Food System Outlook Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta (ID): Binarupa Aksara Nurmalasari D. 2007. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing dan preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pandin M. 2009. Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern. Economic Review No 215 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/MDAG/PER/12/2013 Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 101 tahun 2011 Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 99 tahun 2011 Poesoro A. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian SMERU Priyarsono, Sahara, dan Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Bogor (ID): Universitas Terbuka Saddewisasi W, Ariefiantoro T, dan Santoso A. 2011. Analisis dampak usaha ritel modern terhadap usaha ritel tradisional (Studi kasus di wilayah kecamatan Gunungpati, Meijen, Tembalang, dan Banyumanik). Jurnal Riptek Vol.5 No I Santoso S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo
36 Suryadarma D et al. 2007. Dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian SMERU Sutami WD.2005. Strategi Rasional Pedagang Tradisional. Jurnal BioKultur Vol I/No 2 Utomo T.J. 2011. Persaingan bisnis ritel: tradisional vs modern.Jurnal Focus Ekonomi. Vol.6 No.1 juni 2012:122-133 Yamin S dan Kurniawan H. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta (ID): Salemba Infotek
LAMPIRAN
38 Lampiran 1 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 1997-2003
Sumber: DRI, 2004; Visidata Riset Indonesia, 2003 dalam Natawidjaja R
Lampiran 2 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 2004-2008
Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data (diolah) dalam Pandin M
39 Lampiran 3 Jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung No
Nama pasar ritel modern
Nama pasar tradisional
1
Chandra Teluk Betung
Pasar panjang Pasar gudang lelang Pasar cimeng Pasar kangkung Pasar ambon
10 Km 300 m 1 Km 400 m 2 Km
2
Ramayana
Pasar bawah
0 Km
1998
3
Chandra tanjung karang
Pasar tugu
900 m
2002
4
Simpur Center
Pasar bambu kuning Pasar tamin Pasar smep Pasar gintung
600 m 1,4 Km 500 m 500 m
2003
5
Chandra way halim
Pasar way kandis Pasar Tempel Way Kandis Pasar tempel sukarame II Pasar korpri Pasar tempel wayhalim Pasar tempel cahaya Pasar way halim
4 Km 5 Km 4,8 Km 5,6 Km 800 m 1,8 Km 500 m
2007
6
Matahari/Central Plaza
Pasar langkapura Pasar tempel gotong royong
12 Km 1,5 Km
2007
7
Robinson
Pasar rajabasa Pasar perum batara nila Pasar tempel stasiun
600 m 2,2 Km 1,9 Km
2012
8
Giant Antasari
Pasar permata biru Pasar way dadi
7 Km 6,2 Km
2013
9
Giant Kemiling
Pasar terminal kemiling
900 m
2013
10
Giant Pagar alam
Pasar untung Pasar koga
2,8 Km 1,9 Km
2013
Sumber: Observasi penulis
Jarak
Tahun beroperasi pasar ritel modern 1998
40 Lampiran 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah Kota Bandar Lampung No
Unit pasar
Tanah (m2)
Bangunan (m2)
Tahun berdiri
Ruko (unit)
Toko Kios (unit) (unit)
Los amparan (unit)
1
Way halim
10.000
6.000
1983
NA
NA
NA
32
2
Smep/Baru
6.765
4.059
1985
NA
NA
15
153
3
Panjang
33.700
20.250
1990
7
NA
50
136
4
Cimeng
4.465
2.679
1990
NA
NA
8
352
5
Tamin
12.000
72.000
1990
NA
NA
76
99
6
Tugu
7.059
4.235
1990
NA
NA
4
200
7
Bambu kuning
8.840
14.250
1990
NA
NA
47
NA
8
Bawah
11.000
NA
1998
NA
NA
NA
NA
9
Beringin raya
3.000
910
1998
NA
NA
NA
NA
10
Way kandis
5.000
2.000
1999
NA
NA
30
NA
11
Kangkung/Kliwon
15.622
9.373
2003
6
NA
12
569
12
Gudang lelang
1.500
900
2007
NA
NA
NA
109
13
Pasar Gintung
2.222
1.412
2010
NA
NA
NA
313
14
Permata Biru
38.655
NA
NA
NA
NA
NA
NA
15
Tengah Teluk Betung
NA
NA
NA
44
NA
NA
NA
16
Tengah Tanjung Karang
NA
NA
NA
39
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
17
Pasar terminal NA NA NA kemiling Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
41 Lampiran 5 Daftar nama dan lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 No
2009 Chandra
2010 Chandra
2011 Chandra
2012 Chandra
2013 Chandra
Ramayana
Ramayana
Ramayana
Ramayana
Ramayana
Chandra
Chandra
Chandra
Chandra
Chandra
Plaza Lotus Central Plaza Mall Kartini Chandra
Plaza Lotus
Plaza Lotus
Central Plaza Mall Kartini Chandra
Central Plaza Mall Kartini Chandra
Plaza Lotus Central Plaza Mall Kartini Chandra
Plaza Lotus Central Plaza Mall Kartini Chandra
Simpur Center Mall
Simpur Center Mall
Simpur Center Mall
Simpur Center Mall
Simpur Center Mall
Glael
Glael
Glael
Glael
Glael
10
Mall Lampung
Mall Lampung
Jl. Z.A Pagar Alam
11
Bambu Kuning Square
Bambu Kuning Square
Jl. Raden Intan
12
COSMO
Jl.M. Noor Tanjung karang pusat
13
COSMO
Jl.Teuku Umar
14
FITRINOF
Jl. Teuku Umar
15
FITRINOF
Bundaran Rajabasa
16
Giant
Jl. Pagar Alam
17
Giant
Kec Kemiling
18
Giant
Jl. Antasari
1
2
3 4 5 6 7
8
9
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
Alamat Jl. Pemuda Tanjungkarang Timur Jl. Raden Intan Tanjungkarang Pusat Jl. Kimaja Wayhalim Jl. RadenIntan Jl. Kartini Jl. Kartini Jl.Ikan Bawal Tanjung Karang Selatan Jl. Jend Suprapto Tanjungarang Pusat Jl. Jend Sudirman Tanjungkarang Pusat
42 Lampiran 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27
28
2009 Kangkung Gudang lelang Tugu Bawah Smep Gintung Tamin Cimeng Wayhalim Panjang Waykandis Langkapura Terminal kemiling
2010 Kangkung Gudang lelang Tugu Bawah Smep Gintung Tamin Cimeng Wayhalim Panjang Waykandis Langkapura Terminal kemiling Ambon Bambu kuning Korpri Permata biru Rajabasa Untung Koga Prum Batara nila Waydadi Tempel gotong royong Tempel stasiun Tempel Wayhalim Tempel Cahaya Tempel Sukarame II Tempel Waykandis
2011 Kangkung Gudang lelang Tugu Bawah Smep Gintung Tamin Cimeng Wayhalim Panjang Waykandis Langkapura Terminal kemiling Ambon Bambu kuning Korpri Permata biru Rajabasa Untung Koga Prum Batara nila Waydadi Tempel gotong royong Tempel stasiun Tempel Wayhalim Tempel Cahaya Tempel Sukarame II Tempel Waykandis
2012 Kangkung Gudang lelang Tugu Bawah Smep Gintung Tamin Cimeng Wayhalim Panjang Waykandis Langkapura Terminal kemiling Ambon Bambu kuning Korpri Permata biru Rajabasa Untung Koga Prum Batara nila Waydadi Tempel gotong royong Tempel stasiun Tempel Wayhalim Tempel Cahaya Tempel Sukarame II Tempel Waykandis
2013 Kangkung Gudang lelang Tugu Bawah Smep Gintung Tamin Cimeng Wayhalim Panjang Waykandis Langkapura Terminal kemiling Ambon Bambu kuning Korpri Permata biru Rajabasa Untung Koga Prum Batara nila Waydadi Tempel gotong royong Tempel stasiun Tempel Wayhalim Tempel Cahaya Tempel Sukarame II Tempel Waykandis
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
Alamat Kel Kangkung Kel Kangkung Kec Kampung sawah Kel Gunung sari Kel Pasar Gintung Kel Pasar Gintung Kel Suka sawa Kel Cimeng Kel Prum wayhalim Kel Panjang Kel Prum waykandis Kel Langkapura Kel Gunung Terang Kec Teluk betung selatan Kec Tanjung karang pusat Prum Korpri Jl Pulau Sebesi Jl Kapten Abdul Haq Labuhan Ratu Jl Teuku Umar Jl Kapten Abdul Haq Jl Pembangunan Waydadi Kec Tanjung Karang Pusat Jl Untung Suropati Jl Al-Ikhlas Jl Urip Sumoharjo Kel Sukarame
Jl Ratu Dibalau
43 Lampiran 7 Output uji t untuk karakteristik responden Group Statistics Umur Pendidikan Lamaberdagang Ukurankios Jumlahkios Jumlahpembeli
Jenispasar pasar perlakuan pasar kontrol pasar perlakuan pasar kontrol pasar perlakuan pasar kontrol pasar perlakuan pasar kontrol pasar perlakuan pasar kontrol pasar perlakuan pasar kontrol
N 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30
Mean
Std. Deviation 10,41397 10,30344 3,21894 2,43159 7,32652 7,71802 116,45165 17,93029 ,37582 ,00000 15,52722 7,82833
41,3000 44,6667 10,3333 10,1333 10,5000 12,5333 44,6167 20,4333 1,1667 1,0000 22,5833 21,6000
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Umur Pendidikan Lama berdagang Ukuran kios Jumlah kios Jumlah pembeli
F Sig. Equal variances assumed ,120 ,730 Equal variances not assumed Equal variances assumed 3,386 ,069 Equal variances not assumed Equal variances assumed ,030 ,864 Equal variances not assumed Equal variances assumed 4,353 ,040 Equal variances not assumed Equal variances assumed 36,667 ,000 Equal variances not assumed Equal variances assumed 8,757 ,004 Equal variances not assumed
t -1,451 -1,456 ,300 ,329 -1,219 -1,198 1,128 1,572 2,422 3,435 ,326 ,399
df 88 58,668 88 74,116 88 55,483 88 64,433 88 59,000 88 87,978
Std. Error Mean 1,34444 1,88114 ,41556 ,44395 ,94585 1,40911 15,03384 3,27361 ,04852 ,00000 2,00456 1,42925
t-test for Equality of Means
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference ,150 -3,36667 2,32052 ,151 -3,36667 2,31219 ,765 ,20000 ,66691 ,743 ,20000 ,60810 ,226 -2,03333 1,66762 ,236 -2,03333 1,69712 ,263 24,18333 21,44525 ,121 24,18333 15,38613 ,017 ,16667 ,06881 ,001 ,16667 ,04852 ,745 ,98333 3,01528 ,691 ,98333 2,46191
90% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -7,22419 ,49086 -7,23090 ,49756 -,90865 1,30865 -,81289 1,21289 -4,80550 ,73884 -4,87225 ,80559 -11,46626 59,83293 -1,49378 49,86045 ,05228 ,28105 ,08559 ,24775 -4,02913 5,99580 -3,10924 5,07591
Lampiran 8 Output uji chi-square untuk karakteristik responden Komoditi * Jenispasar Crosstabulation Count
Komoditi
Total
Beras Minyak Bahan Bumbu-bumbuan Sayur-sayuran Umbi-umbian Buah-buahan Daging (sapi,kambing) Ayam Ikan Telur dan susu Pakaian Tas Sepatu Kue Lainnya
Jenispasar Pasar perlakuan 9 11 3 14 10 3 6 1 4 2 9 16 3 5 2 6 104
Pasar kontrol
Total 7 6 2 3 4 1 1 0 2 4 1 5 7 7 2
16 17 5 17 14 4 7 1 6 6 10 21 10 12 4
2 54
8 158
44 Chi-Square Tests Value df Pearson Chi-Square 12,047a 13 Likelihood Ratio 12,758 13 Linear-by-Linear Association ,991 1 N of Valid Cases 90 a. 24 cells (85,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Asymp. Sig. (2-sided) ,524 ,467 ,319
Crosstab Count
Jenis kelamin Total
laki-laki perempuan
Jenis pasar pasar perlakuan pasar kontrol 20 12 40 18 60 30
Total 32 58 90
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square ,388a 1 ,533 Continuity Correctionb ,152 1 ,697 Likelihood Ratio ,385 1 ,535 Fisher's Exact Test ,641 Linear-by-Linear ,384 1 ,536 Association N of Valid Cases 90 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,67.
Exact Sig. (1-sided)
,346
Crosstab Count
Letak_Kios
Jenis_Pasar Pasar Perlakuan Pasar Kontrol 27 9 33 21 60 30
di depan Di dalam
Total
Total 36 54 90
Chi-Square Tests Value 1,875a 1,302 1,914
df
Asymp. Sig. (2-sided) ,171 ,254 ,167
Exact Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square 1 Continuity Correctionb 1 Likelihood Ratio 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 1,854 1 ,173 N of Valid Cases 90 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
,254
,127
Crosstab Count Jenispasar pasar perlakuan Status tempat usaha
Total
milik sendiri sewa lainnya
pasar kontrol 1 46 13 60
Total 6 21 3 30
7 67 16 90
45 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10,294a 2 Likelihood Ratio 10,065 2 Linear-by-Linear Association 7,249 1 N of Valid Cases 90 a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
Jumlah_Pembeli_Rumahtangga Nilai_Pembelian_rumahtangga Jumlah_Pembelian_restorancatering Nilai_Pembelianrestoran Jumlah_Pedagang_Keliling Nilai_Pembelianpedagangkeliling Jumlah_Pembelian_warung Nilai_Pembelianwarung
Group Statistics Jenis_Pasar N Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 29 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 29 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30 Pasar Perlakuan 60 Pasar Kontrol 30
Mean 78,61 57,24 73,83 53,79 7,65 21,33 10,17 23,33 ,92 ,00 1,17 ,00 12,82 23,33 14,83 24,67
Std. Deviation 27,834 33,370 32,604 34,991 18,279 27,004 23,810 29,981 4,999 ,000 6,911 ,000 24,285 32,835 27,074 34,011
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Jumlah_Pembeli_ Rumahtangga Nilai_Pembelian_ rumahtangga Jumlah_Pembelian_ restorancatering Nilai_Pembelian restorancatering Jumlah_Pedagang_ Keliling Nilai_Pembelian pedagangkeliling Jumlah_Pembelian_ warung Nilai_Pembelianw arung
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
F 2,557
Sig. ,113
,238
,627
12,518
,001
6,558
,012
4,298
,041
3,563
,062
10,787
,001
8,194
,005
t 3,179 2,983 2,654 2,589 -2,839 -2,503 -2,264 -2,097 1,001 1,420 ,922 1,308 -1,717 -1,555 -1,489 -1,380
df 87 47,450 87 52,078 88 42,708 88 47,837 88 59,000 88 59,000 88 45,364 88 47,923
,006 ,007 ,007
Std. Error Mean 3,593 6,197 4,209 6,498 2,360 4,930 3,074 5,474 ,645 ,000 ,892 ,000 3,135 5,995 3,495 6,210
t-test for Equality of Means Sig. (2tailed) ,002 ,004 ,009 ,012 ,006 ,016 ,026 ,041 ,319 ,161 ,359 ,196 ,090 ,127 ,140 ,174
Mean Difference 21,370 21,370 20,040 20,040 -13,679 -13,679 -13,167 -13,167 ,917 ,917 1,167 1,167 -10,517 -10,517 -9,833 -9,833
Std. Error Differ ence 6,723 7,163 7,552 7,742 4,818 5,466 5,815 6,278 ,915 ,645 1,265 ,892 6,127 6,765 6,606 7,126
Lampiran 9 Output uji chi-square untuk persaingan dan kinerja pedagang Case Processing Summary Cases Valid N Pemasok * Jenis_Pasar
Missing Percent
90
100,0%
N
Total
Percent 0
0,0%
N
Percent 90
100,0%
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 8,007 34,734 6,964 35,777 5,030 35,050 4,506 35,575 -23,254 -4,103 -24,704 -2,653 -24,723 -1,610 -25,790 -,543 -,902 2,736 -,375 2,208 -1,348 3,681 -,619 2,952 -22,692 1,659 -24,139 3,106 -22,961 3,294 -24,161 4,495
46 Pemasok * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Pemasok
Produksi sendiri Produksi orang/rumah tangga lain Penyalur Tengkulak (pedagang pengumpul) Pasar induk Grosir
Total
Jenis_Pasar Pasar Perlakuan Pasar Kontrol 11 3 3 7 12 9 1 0 14 1 19 10 60 30
Total 14 10 21 1 15 29 90
Chi-Square Tests df
Value 13,117a 14,414
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 5 Likelihood Ratio 5 Linear-by-Linear ,825 1 Association N of Valid Cases 90 a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
,022 ,013 ,364
Case Processing Summary Valid N Percent 90 100,0%
Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar
Cases Missing N Percent 0 0,0%
Total N
Percent 100,0%
90
Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Metode_Pembayaran
Kontan Kredit Konsinyasi
Total
Pasar Perlakuan 51 1 8 60
Value 5,000a 7,790
Jenis_Pasar Pasar Kontrol
Total 30 0 0 30
81 1 8 90
Chi-Square Tests df 2 2
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear 4,797 1 Association N of Valid Cases 90 a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
,082 ,020 ,029
Case Processing Summary
Sumber_Modal * Jenis_Pasar
Valid N Percent 90 100,0%
Cases Missing N Percent 0 0,0%
Total N 90
Percent 100,0%
Sumber_Modal * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Sumber_Modal
Total
Modal sendiri Meminjam dari saudara Meminjam dari teman/tetangga Bank swasta Bank pemerintah
Jenis_Pasar Pasar Perlakuan Pasar Kontrol 48 27 5 0 3 0 3 3 1 0 60 30
Total 75 5 3 6 1 90
47 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 5,490a 4 ,241 Likelihood Ratio 8,242 4 ,083 Linear-by-Linear Association ,238 1 ,626 N of Valid Cases 90 a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Case Processing Summary Valid N Percent 33 36,7%
Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar
Cases Missing N Percent 57 63,3%
Total Percent 100,0%
N 90
Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Pesaing_Terberat
Pedagang lain di dalam pasar Minimarket Pasar modern Pasar tradisional lain
Total
Jenis_Pasar Pasar Perlakuan Pasar Kontrol 14 7 0 2 3 0 6 1 23 10
Chi-Square Tests Value df Pearson Chi-Square 6,846a 3 Likelihood Ratio 8,010 3 Linear-by-Linear Association 1,279 1 N of Valid Cases 33 a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,61.
N Strategi * Jenis_Pasar
Total 21 2 3 7 33
Asymp. Sig. (2-sided) ,077 ,046 ,258
Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 90 100,0% 0 0,0%
N 90
Total Percent 100,0%
Strategi * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Strategi
Total
Barang diantar ke rumah Memberikan diskon harga Kios selalu dijaga kebersihannya Jenis dagangan diperbanyak Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) Lainnya sebutkan
Jenis_Pasar Pasar Perlakuan Pasar Kontrol 3 4 8 2 7 9 2 8 6 1 34 6 60 30
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 23,360a 5 Likelihood Ratio 23,507 5 Linear-by-Linear Association 9,487 1 N of Valid Cases 90 a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
Total 7 10 16 10 7 40 90
,000 ,000 ,002
48 Case Processing Summary
Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar
Cases Missing N Percent 15 16,7%
Valid N Percent 75 83,3%
N
Total Percent 90 100,0%
Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Penyebab_Kelesuan_ Usaha
Daya beli masyarakat menurun Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain dalam pasar tradisional Kondisi pasar yang buruk Faktor iklim Letak kios yang tidak strategis Pasar tradisional yang semakin banyak Meningkatnya harga sewa kios Usia penjual Meningkatnya persaingan dengan pasar modern Harga dari pemasok lebih tinggi Akses kredit yang bertambah sulit Semakin sulit mendapatkan persediaan barang Meningkatnya persaingan dengan minimarket
Jenis_Pasar Pasar Pasar Perlakuan Kontrol 19 6
Total
Total 25
15
7
22
2 1 1 6 1 1 3 1 0 0 0 50
0 3 1 1 0 1 0 1 2 1 2 25
2 4 2 7 1 2 3 2 2 1 2 75
Chi-Square Tests Value df Pearson Chi-Square 19,021a 12 Likelihood Ratio 21,843 12 Linear-by-Linear Association 4,716 1 N of Valid Cases 75 a. 22 cells (84,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Asymp. Sig. (2-sided) ,088 ,039 ,030
Lampiran 10 Paired t test pasar perlakuan Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Omzetsetelah Omzet sebelum Keuntungansetelah Keuntungansebelum
Paired Samples Statistics Mean N 1,20 60 1,43 60 1,07 60 1,38
60
Paired Samples Correlations N Omzet setelah &Omzetsebelum 60 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 60
Omzet setelah – Omzet sebelum Keuntungan setelah – Keuntungan sebelum
Std. Deviation ,443 ,563 ,252
Std. Error Mean ,057 ,073 ,032
,524
,068
Correlation ,461 ,060
Sig. ,000 ,649
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval Std. of the Difference Std. Error Mean Deviation Mean Lower Upper t -,233 ,533 ,069 -,371 -,096 -3,394 -,317 ,567 ,073 -,463 -,170 -4,324
Sig. (2df tailed) 59 ,001 59 ,000
49 Lampiran 11 Paired t test pasar kontrol Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Omzet setelah Omzet sebelum Keuntungansetelah Keuntungansebelum
Paired Samples Statistics Mean N 1,40 1,83 1,30 1,63
30 30 30 30
Paired Samples Correlations N Omzet setelah &Omzet sebelum 30 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 30
Std. Deviation ,621 ,648 ,535 ,556
Correlation
Std. Error Mean ,113 ,118 ,098 ,102
Sig. ,428 ,267
,018 ,154
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
Omzet setelah –Omzet sebelum Keuntungansetelah – Keuntungansebelum
Mean -,433 -,333
Std. Deviation ,679 ,661
Std. Error Mean ,124 ,121
95% Confidence Interval of the Difference Lower -,687 -,580
Upper -,180 -,087
t -3,496 -2,763
df 29 29
Sig. (2tailed) ,002 ,010
50
Lampiran 12 Korelasi antar variabel
Spearman's rho
Ukuran_Kios
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Umur Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lama_Berdagang Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jumlah_Pembeli Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jarak Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Diversifikasi_Produk Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Makanan_Segar Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Produk_Olahan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Letak_Kios Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ukuran_Kios 1,000 . 90 ,002 ,988 90 -,012 ,909 90 -,025 ,814 90 ,122 ,251 90 ,005 ,963 90 ,189 ,074 90 -,296** ,005 90 ,180 ,089 90 -,135 ,205 90
Umur ,002 ,988 90 1,000 . 90 ,517** ,000 90 ,064 ,551 90 -,296** ,005 90 -,176 ,097 90 ,164 ,122 90 ,176 ,097 90 ,184 ,082 90 ,055 ,606 90
Correlations Lama_Berdagang Jumlah_Pembeli -,012 -,025 ,909 ,814 90 90 ,517** ,064 ,000 ,551 90 90 1,000 ,206 . ,051 90 90 ,206 1,000 ,051 . 90 90 -,200 -,186 ,059 ,079 90 90 -,151 -,089 ,156 ,404 90 90 ,029 ,038 ,784 ,723 90 90 ,092 ,076 ,390 ,477 90 90 ,114 ,289** ,285 ,006 90 90 -,089 -,296** ,402 ,005 90 90
Pendidikan ,122 ,251 90 -,296** ,005 90 -,200 ,059 90 -,186 ,079 90 1,000 . 90 ,061 ,571 90 -,064 ,547 90 -,372** ,000 90 ,065 ,544 90 -,078 ,467 90
Jarak ,005 ,963 90 -,176 ,097 90 -,151 ,156 90 -,089 ,404 90 ,061 ,571 90 1,000 . 90 -,142 ,183 90 ,000 1,000 90 ,000 1,000 90 -,144 ,175 90
Diversifikasi_Produk ,189 ,074 90 ,164 ,122 90 ,029 ,784 90 ,038 ,723 90 -,064 ,547 90 -,142 ,183 90 1,000 . 90 -,142 ,183 90 ,331** ,001 90 ,082 ,443 90
Makanan_Segar -,296** ,005 90 ,176 ,097 90 ,092 ,390 90 ,076 ,477 90 -,372** ,000 90 ,000 1,000 90 -,142 ,183 90 1,000 . 90 -,500** ,000 90 ,096 ,367 90
Produk_Olahan ,180 ,089 90 ,184 ,082 90 ,114 ,285 90 ,289** ,006 90 ,065 ,544 90 ,000 1,000 90 ,331** ,001 90 -,500** ,000 90 1,000 . 90 -,096 ,367 90
Letak_Kios -,135 ,205 90 ,055 ,606 90 -,089 ,402 90 -,296** ,005 90 -,078 ,467 90 -,144 ,175 90 ,082 ,443 90 ,096 ,367 90 -,096 ,367 90 1,000 . 90
51
Lampiran 13 Output ordinal logistic regression Model Intercept Only Final Link function: Logit.
Model Fitting Information -2 Log Likelihood Chi-Square 115,014 92,963 22,051
df
Sig. 9
,009
Goodness-of-Fit Chi-Square Pearson Deviance Link function: Logit.
df 160,435 92,963
Sig. 169 169
,669 1,000
Pseudo R-Square Cox and Snell Nagelkerke McFadden Link function: Logit.
Threshold
[Omzet = 1] [Omzet = 2] Location Ukuran_Kios Lama_Berdagang Jumlah_Pembeli Pendidikan Jarak Diversifikasi_Produk Makanan_Segar Produk_Olahan Letak_Kios Link function: Logit.
,217 ,301 ,192
Estimate 5,572 8,104 -,004 -,020 ,052 ,197 -1,094 ,721 2,521 1,325 ,303
Parameter Estimates Std. Error Wald df 1,960 8,079 1 2,097 14,928 1 ,005 ,654 1 ,038 ,262 1 ,024 4,915 1 ,108 3,315 1 ,590 3,436 1 ,646 1,244 1 ,945 7,116 1 ,917 2,085 1 ,660 ,210 1
Sig. ,004 ,000 ,419 ,609 ,027 ,069 ,064 ,265 ,008 ,149 ,647
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1,730 9,414 3,993 12,215 -,014 ,006 -,095 ,055 ,006 ,099 -,015 ,409 -2,251 ,063 -,546 1,987 ,669 4,373 -,473 3,123 -,992 1,597
52
Lampiran 14 14 Kuisioner Penelitian Lampiran Kuisioner Penelitian
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL Tanggal wawancara : ___________________ Jam : _________________________________________________________ Pewawancara : __________________________________________________________________________________ Situasi Wawancara : __________________________________________________________________________________ Nama Pasar : ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________ Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu) a. Satu buah b. Dua buah c. Tiga buah d. Lebih dari 3 buah, sebutkan: __________________ buah
Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu) a. b.
200 m atau kurang 201 m – 500 m
c. d.
501 m – 1.000 m 1.001 m – 2.500 m
e. 2.501 m – 5.000 m f. 5.001 m – atau lebih, sebutkan: __________ km
Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini, adalah (jenis, nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu)
1
a. Department store b. Supermarket c. Hypermarket
Nama: Nama: Nama:
Catatan
:
__________________ __________________ __________________
Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 3 tahun
Berdiri/operasi: Berdiri/operasi: Berdiri/operasi:
Bulan: ______________ Tahun: ______________ Bulan: ______________ Tahun: ______________ Bulan: ______________ Tahun: ______________
2
Petunjuk umum: Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden Beri check mark (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka, yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden I.
IDENTIFIKASI RESPONDEN 1. Nama responden: ___________________________ 2. Umur responden: a. __________ tahun b. Tidak tahu 3.
Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
4.
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan: ____________ tahun
5.
Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan) a. Utama (langsung ke pertanyaan 6) b.
Kedua, Sebutkan**:
Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha) **Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.
53
54 3
6.
Jumlah anggota keluarga (termasuk responden):_____ orang
7.
Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini:______m (atau isi kotak di bawah ini)
Yang terdiri dari: Laki
Perempuan
Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1.000 m d = 1.001 m – 2.500 m e = 2.501 m – 5.000 m f = > 5.000 m
Dewasa (>18 tahun) Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn) Total
II.
RIWAYAT USAHA
8. Sejak kapan berdagang di tradisional ini: Bulan: ______________ Tahun: ______________
pasar
9.
Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini)
Kode letak
Saat ini
Saat awal berdagang
a = Di depan & lantai bawah b = Di dalam & lantai bawah c = Di depan & lantai atas d = Di dalam &lantai atas
10.
Status tempat usaha (saat awal berdagang): a. Milik sendiri, harga per m2____________ b. Sewa, sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ___________________
11.
Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri, harga per m2______________ b. Sewa, sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ____________________________
4
12.
Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi), besar retribusi tersebut, dan pemungutnya? Jenis retribusi
Nilai
Kios
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun*
Kebersihan
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Keamanan
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi
Pemungut
Kwitansi: 1=ada, 2= tidak ada
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
13.
Nilai inventarisasi (jumlah kios, harta benda, truk dll) usaha anda:Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini) Kode nilai a = < Rp. 1.000.000 b = Rp. 1.000.100 – Rp 4.000.000 c = Rp. 4.000.100 – Rp 7.000.000 d = Rp. 7.000.100 – Rp 10.000.000 e = Rp. 10.000.000 ke atas f = Tidak Tahu
*
Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun
55
56
5
III.
KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013 Setelah adanya pasar modern
Sebelum adanya pasar modern
14a.
Ukuran tempat berdagang:_______m x ______m = ________ m2
15a. 16a
Jumlah kios yang anda miliki_________________kios 15b. Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban 16b. diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak Urutan C = Bahan minuman 1 D = Bumbu-bumbuan 2 E = Sayur-sayuran 3 F = Umbi-umbian 4 G = Buah-buahan 5 H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan
14b.
Ukuran tempat berdagang:_____m x_____m = _____ m2 Jumlah kios yang anda miliki__________________kios Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak Urutan C = Bahan minuman 1 D = Bumbu-bumbuan 2 E = Sayur-sayuran 3 F = Umbi-umbian 4 G = Buah-buahan 5 H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan
6
17a.
Berapa
orang
yang
membantu
secara
rutin
usaha 17b.
bapak/ibu?___________orang Apakah mereka diupah atau tidak? Laki
18a.
19.a
18b.
% % 100%
Dilihat dari segmen pembeli, pembeli terbanyak menurut persentase jumlah pembeli dan nilai penjualan?
Perempuan
Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:_______orang per hari
Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios 19b. bapak/ibu per hari adalah: Laki-laki Perempuan
20a.
Apakah mereka diupah atau tidak? Laki Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Perempuan
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:_______orang per hari
Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu ? __________orang
Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per hari adalah: Laki-laki Perempuan
20b.
% % 100%
Dilihat dari segmen pembeli, siapa pembeli paling banyak? (dibandingkan dengan tahun 2008)
57
58
7
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan
100%
21a.
Jumlah pembeli
Jumlah pembeli Nilai penjualan % % % % % % % % % %
Kode
Nilai penjualan 1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan
100%
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama)
A = Barang diantar ke rumah B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
21b.
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama) Kode
Urutan 1 2 3
A = Barang diantar ke rumah B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
Urutan 1 2 3
8
22a.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)
22b.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)
Kode
A B C D E F G 23a.
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak (pedagang pengumpul) Pasar induk Grosir (makro/.............................................)* Lainnya, sebutkan: ___________________
Kode
A B C D E F G
urutan 1 2 3
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara 23b. pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kontan Kredit Konsinyasi Lainnya, sebutkan: ______
urutan 1 2 3
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kode
A B C D
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak Pasar induk Grosir (makro/.........................)* Lainnya, sebutkan: ___________
Kode
Urutan 1 2 3
A B C D
Kontan Kredit Konsinyasi Lainnya, sebutkan: _________
urutan 1 2 3
59
60
9
24a.
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
24b.
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kode
A B C D E F G H
25a.
Modal sendiri Meminjam dari saudara urutan 1 Meminjam dari teman/tetangga 2 Bank swasta (sebutkan ) 3 Bank pemerintah (sebutkan ) Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi I Lainnya, sebutkan: ______________ Berapa rata-rata omzet dagangan per hari?Rp.________________ 25b. (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
Kode
A B C D E F G H
Modal sendiri urutan Meminjam dari saudara 1 Meminjam dari teman/tetangga 2 Bank swasta ( ) 3 Bank pemerintah ( ) Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi I Lainnya, sebutkan: ______ Berapa omzet dagangan per hari?Rp._______________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
10
Kode a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d = Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f = Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000 g = Rp. 10.001.000 ke atas 26a.
Berapa rata-rata keuntungan bersih per 26b. hari?Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini)
Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f = Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
Kode a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d= Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f=Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000 g = Rp. 10.001.000 ke atas Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari?Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah ini) Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f= Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
61
62
IV.
PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA SEBELUM TERDAPAT PASAR MODERN 27. Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir 1 = Maju 2 = Mundur 3 = Tetap
Tempat usaha Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan
28. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam lima tahun terakhir Faktor penyebab 1=Maju; 2=Mundur Alasan
V.
PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR MODERN/HYPERMARKET 29. Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan pasar modern/hypermarket di sekitar pasar tradisional ini? a. Ya b. Tidak
12
30. Dengan adanya pasar modern/hypermarket tersebut, apakah ada perubahan dalam berusaha? 1=Maju; 2=Mundur;3=Tetap
Tempat usaha Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan 31. Dalam melakukan kegiatan usaha, lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada pasar modern? Kode A = sebelum ada pasar modern B = sama saja C = setelah ada pasar modern 32. Faktor-faktor apa saja (selain pasar modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:
√ Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan Masalah premanisme Kondisi pasar tradisional yang kotor, becek, sempit, panas, dan pengap Lainnya, sebutkan: ____________________________ 33. Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?
√ Bisa menawar Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya, sebutkan:______________________________________
63
64
13
34. Menurut Bapak/Ibu, mengapa orang lebih suka pergi ke pasar modern/hypermarket? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi) Kode A = Harga lebih murah B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai, debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya, sebutkan:______________________________
urutan 1 2 3
35. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern/hypermarket terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum? a. Pasar modern/hypermarket merugikan. Alasannya: __________________ b. Pasar modern/hypermarket membantu/menguntungkan. Alasannya: _____ c. Lainnya. Sebutkan: ____________________________________________ 36. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern? a. Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________ b. Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________ 37. Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya pasar ritel modern? Sebutkan secara terinci dan prioritasnya! a. __________________________________________________________________________________ b. __________________________________________________________________________________ c. __________________________________________________________________________________ d. __________________________________________________________________________________ e. __________________________________________________________________________________
14
VI.
HARAPAN
Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha, baik harapan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengelola pasar, atau instansi lainnya? Harapan terhadap pemerintah pusat:________________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________________________________________ Harapan terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________________________________________ Harapan terhadap pengelola pasar tradisional : ________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________________________________________ Harapan terhadap pengelola ritel modern: ___________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________________________________________
65
66 Lampiran 15 Dokumentasi
Pasar Tempel Rajabasa
Pasar Koga
Pasar Panjang
Pasar Tempel Rajabasa
Pasar Koga
Pasar Panjang
67
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ratna Melyasari lahir pada tanggal 17 Juli 1992 di Bandar Lampung. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Anhar dan Pertiwiati. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku sekolah dasar di SD AL-Azhar 2 Bandar Lampung, selanjutnya meneruskan pendidikan lanjutan pertama di SMPN 4 Bandar Lampung dan lulus pada 2007. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 10 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) KEMALA IPB dan DPM FEM IPB. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan dan pelatihan seperti Hipotex-R, BTV KEMALA IPB, pelatihan karya tulis ilmiah, pelatihan kepemimpinan, dan pelatihan jurnalistik.