DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI PROVINSI DKI JAKARTA
ELIS MAISARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Elis Maisari NIM H14100118
ABSTRAK ELIS MAISARI. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh SAHARA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak ritel kehadiran modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada tiga pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, dimana Pasar Jembatan Besi dan Pasar Menteng Pulo sebagai pasar perlakuan (pasar tradisional yang dekat dengan ritel modern), Pasar Lenteng Agung sebagai pasar kontrol (pasar tradisional yang jauh dengan ritel modern). Penelitian ini menggunakan metode uji t (t-test), uji khi-kuadrat (chi-square test) dan ordinal logistic regression. Keberadaan ritel modern memengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Semakin dekat jarak pasar tradisional terhadap ritel modern maka pedagang pasar tradisional semakin berpeluang untuk menurunkan keuntungan. Kata kunci: karakteristik, keuntungan, kinerja, ordinal logistic regression, uji khi-kuadrat, uji t
ABSTRACT ELIS MAISARI. The Impact of Modern Retail on The Profitability Level of Traditional Market Traders in DKI Jakarta. Supervised by SAHARA. The aims of this research are to analyze the impact of modern retail on the profitability level of traditional market traders in DKI Jakarta. The research was conducted on the three traditional markets in DKI Jakarta, which are Jembatan Besi Market and Menteng Pulo Market as treatment markets (traditional market which is close to the modern retail), Lenteng Agung Market as control market (traditional markets which is far from modern retail). This research uses t-test, chi-square test and ordinal logistic regression. The existence of modern retail affect the profit of traditional market traders changes in DKI Jakarta. The closer distance the traditional market to the modern retail, the more chance of traditional market traders to decrease their profit. Keywords: characteristics, performance, profit, ordinal logistic regression, chi-square test, t-test
DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI PROVINSI DKI JAKARTA
ELIS MAISARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Manajemen
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Nama : Elis Maisari NIM : H14100118
Disetujui oleh
Sahara, Ph.D. Pembimbing
Diketahui oleh, Ketua Departemen
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tidak lupa penulis juga memanjatkan shalawat serta salam ke hadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini, berjudul Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Namun pada akhirnya, penelitian ini berhasil penulis selesaikan atas bantuan, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya. 2. Kedua orang tua penulis, Ismail Abdul Manaf dan Asmani, atas doa, kasih sayang, dorongan moral dan materi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kakak, adik, serta seluruh keluarga besar yang memberikan semangat dan dukungan tanpa henti. 3. Terima kasih penulis ucapkan kepada Sahara, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan saran serta kritik selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 4. Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti selaku Dosen Penguji dan Dr. Muhammad Findi, M.E. selaku Komisi Pendidikan, yang telah memberikan saran, kritikan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh dosen khususnya dosen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan ilmu serta pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi. 6. PD Pasar Jaya, Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, serta pengelola pasar dan pedagang Pasar Jembatan Besi, Pasar Menteng Pulo, dan Pasar Lenteng Agung atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses pencarian data. 7. Sahabat-sahabat penulis Selly Efriani, Fitria Permata Sari, Meliana, Fithri Tyas, Ria Rosmayanti, Dwi Laksono Raharjo, Luqman Azis, Cynthia P., Ratna Wulandari, Rini Anggraeni, Sasha, Nindya, Penny, Anggo, Aki dan Pangrio atas semua momen, semangat dan dukungannya selama ini. 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Fitria, Selly, Sasha, Ratna, Triana, Fira, Ezik) atas kerja sama, semangat, dan dukungan kepada penulis selama ini. 9. Seluruh Keluarga Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan HIPOTESA khususnya Divisi INTEL atas momen dan pelajaran hidup yang sangat berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2014 Elis Maisari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
METODE PENELITIAN
12
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Penentuan Sampel
13
Metode Analisis
15
GAMBARAN UMUM
18
Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
18
Ritel Modern di Provinsi DKI Jakarta
18
Deskripsi Pasar Tradisional Sampel
19
Komoditas Utama yang Dijual oleh Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
20 21 21
Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta 23 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta SIMPULAN DAN SARAN
28 29
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
78
DAFTAR TABEL 1 Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Rekomendasi PD Pasar Jaya 2 Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional Terpilih di Provinsi DKI Jakarta 3 Komoditas Utama yang Dijual dan Proporsi Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta 4 Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji t (t-test) 5 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test) 6 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Dilihat dari Segmentase Pembeli Terbanyak dengan Menggunakan Uji t (t-test) 7 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) 8 Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) 9 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) 10 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) 11 Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta 12 Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test 13 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Perubahan Omset dan Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Menggunakan Paired Samples t-test 14 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta
14 20 21 22 22
23
24
24
25
25 26 27
28 29
DAFTAR GAMBAR 1 Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 2 Kerangka Pemikiran Operasional
3 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peraturan Mengenai Usaha Ritel di Indonesia: Tingkat Nasional dan Provinsi DKI Jakarta 2 Peta Lokasi Usaha Ritel di Provinsi DKI Jakarta 3 Tabel Rincian Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 4 Tabel Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 5 Tabel Ritel Modern Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 6 Output Uji Khi-Kuadrat Komoditas Utama yang Dijual Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Jakarta 7 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 8 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Jenis Kelamin 9 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Status Tempat Usaha 10 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Letak Kios 11 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Dilihat dari Segmentase Pembeli Terbanyak 12 Output Uji Khi-Kuadrat Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 13 Output Uji Khi-Kuadrat Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 14 Output Uji Khi-Kuadrat Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 15 Output Uji Khi-Kuadrat Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 16 Output Uji Khi-Kuadrat Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta 17 Output Uji Khi-Kuadrat Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 18 Output Paired Samples t-test Omzet Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 19 Output Paired Samples t-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta 20 Output Uji Regresi Logistik Ordinal 21 Ouput Uji Kolerasi Antar Variabel Independen 22 Kuesioner Turun Lapang
33 34 35 36 44 47 49 50 51 52
53 55 56 57 58 59 60
61
62 63 64 78
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ritel modern di Indonesia dimulai dari berdirinya Sarinah Building dibilangan Thamrin Jakarta pada tahun 1964. Kondisi ekonomi yang buruk, harga yang tidak stabil, kemerosotan produksi serta situasi politik yang tidak stabil membuat Sarinah gagal menjadi pelopor yang dicita-citakan. Tahun 1979 masyarakat mulai diperkenalkan kembali pada pola dasar ritel modern dengan berdirinya pusat-pusat perbelanjaan berbasis modern di Indonesia, khususnya Jakarta, seperti Aldiron Plaza di kawasan Blok M. Bersamaan dengan itu bisnis eceran mulai menampakkan pertumbuhan dengan hadirnya supermarket dan departement store (Foster 2008). Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998 yang mengharuskan diberlakukannya kebijakan liberalisasi. Kebijakan liberalisasi perdagangan di Indonesia dimulai sejak pemerintah Indonesia membuka lebar masuknya ritel asing pada tahun 1998 setelah menandatangani LOI (Letter of Intent) dengan IMF (International Monetary Fund). Keputusan meliberalisasi masuknya investasi asing ke Indonesia sebagai konsensus memberi bantuan dana utang untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah memberikan peluang besar kepada investasi asing untuk masuk di Indonesia (Harvey 2009). Liberalisasi semakin mendapat tempat dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang semakin memberikan peluang kepada investor asing untuk membuka usaha ritel diseluruh Indonesia (Harvey 2009). Sejak saat itu peritel asing mulai berdatangan dan meramaikan industri ritel Indonesia. Peritel asing sangat aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala besar dalam bentuk hypermarket dan department store, seperti Continent, Carrefour, Hero, Walmart, Yaohan, Lotus, Mark & Spencer, Sogo, Makro, Seven Eleven, dan sebagainya (KPPU 2008). Berdasarkan data AC Nielsen (2008), diketahui bahwa pertumbuhan ritel modern setiap tahunnya mencatat kisaran angka 10 % hingga 30 %. Ritel modern tumbuh sejalan dengan pergeseran minat belanja, perkembangan kebutuhan dan pola hidup masyarakat yang semakin menginginkan kenyamanan belanja, kepastian harga dan keanekaragaman barang kebutuhan yang ada dalam satu toko. Indonesia memiliki sekitar 250 juta penduduk yang menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Maraknya pembangunan ritel modern di kota-kota besar menarik peritel besar untuk membuka gerainya hingga ke wilayah pelosok daerah. Pola sebaran ritel modern masih terkonsentrasi di wilayah tertentu khususnya kota-kota besar seperti seperti Provinsi DKI Jakarta (Foster 2008). Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebanyak 10 090 300 jiwa merupakan pangsa pasar yang besar bagi peritel modern dan menjadikannya sasaran potensial untuk mengembangkan bisnis di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Pasar tradisional dikhawatirkan akan semakin terdesak dengan bermunculannya ritel modern yang menawarkan lebih banyak komoditi, harga serta kenyamanan yang dianggap lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai keberadaan ritel modern di Provinsi DKI Jakarta yang disinyalir akan berdampak terhadap pasar tradisional termasuk pelaku usaha didalamnya.
2 Berdasarkan penjelasan tersebut, judul penelitian ini adalah Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta.
Perumusan Masalah Dalam menghadapi persaingan ritel modern saat ini, pasar tradisional dituntut untuk dapat berjalan berdampingan dengan ritel modern yang pertumbuhannya semakin tinggi. Di Indonesia terdapat lebih kurang 13 450 pasar tradisional. Jumlah tersebut mampu menampung sekitar 13 juta pedagang kios dan lebih dari sembilan juta pedagang yang berstatus pedagang kaki lima (PKL). Meskipun demikian, kini hampir 90% pasar tersebut tidak dikelola dengan baik. Bahkan menurut data yang berasal dari Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia (APPSI) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional harus tutup usaha setiap tahunnya (Malano 2011). Selain itu, tahun 2010 AC Nielsen menyebutkan adanya penurunan pangsa pasar tradisional menjadi 70% - 67%, sedangkan ritel modern meningkat 30% - 37%. Fakta tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan ritel modern yang terus menerus bertambah dan semakin merata pola penyebarannya diseluruh penjuru wilayah. Pasar tradisional dituntut untuk dapat bersaing dengan ritel modern yang berkembang pesat. Kehadiran ritel modern, terutama supermarket, hypermarket dan department store dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Menurut Rumaru (2011), terdapat persaingan antara pasar tradisional dan ritel modern dari segi perang harga yang diberlakukan, kualitas barang yang diperjualbelikan, kenyamanan konsumen saat berbelanja, dan lokasi pasar. Lokasi pasar tradisonal yang cenderung tidak tertata mebuat pasar tradisional kalah bersaing dengan ritel modern yang semakin tersebar disegala penjuru wilayah. Kondisi fisik pasar tradisional yang pada umumnya becek, kotor, tidak memiliki lahan parkir yang memadai, serta terbatasnya sarana dan pra sarana membuat pasar tradisional semakin kalah bersaing dengan ritel modern. Selain itu, jam operasi yang lebih panjang dibandingkan dengan pasar tradisional dan konsep one stop shopping yang diusung oleh ritel modern, membuat ritel modern lebih unggul dibandingkan dengan pasar tradisional. Konsep tersebut sangat cocok dan diminati oleh kalangan masyarakat global masa kini yang tergolong masyarakat dengan mobilitas tinggi. Pasar tradisional dan ritel modern rata-rata mempunyai spesifikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpeluang mengakibatkan terjadi persaingan. Hingga kini ritel tradisional masih menguasai pasar sekitar 70%, hal ini menunjukkan peluang bisnis ritel modern masih cukup menjanjikan. Selalu akan muncul dan berdiri gerai baru ritel di seluruh Indonesia, karena para pengusaha ritel makin gencar melebarkan jaringannya hingga ke berbagai daerah sampai ke bagian pelosok. Membaiknya perekonomian Indonesia, makin membaik pula tingkat daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia, dan hal ini juga akan mengubah gaya hidup masyarakat. Perubahan gaya hidup akibat globalisasi mendorong perubahan pola konsumsi yang menyebabkan tingkat permintaan (demand) barang dan atau jasa semakin meningkat. Masyarakat menginginkan tempat belanja yang lebih nyaman, aman,
3 bersih dengan produk yang lebih berkualitas dimana hal tersebut lebih cenderung tersedia pada ritel modern. Oleh karena itu, sangat memungkinkan pasar tradisional akan tergerus dengan keberadaan ritel modern jika tidak ada perubahaan yang dilakukan terhadap ritel tradisional. Berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan ritel modern yang semakin pesat dan semakin unggul dibandingkan dengan pasar tradisional khususnya dikota-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta dikhawatirkan akan memengaruhi pedagang pasar tradisional. Gambar 1 Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta 2500
2104
2000 1500 1000 500
135
34
133
5
81
153
Jumlah
0
Sumber: Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, 2014
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat penyebaran ritel modern terbanyak di Indonesia dengan jumlah gerai terbesar, yakni 135 pasar swalayan, 34 hypermarket, 133 toko serba ada, 5 perkulakan, 81 pusat perbelanjaan, dan 2104 minimarket yang tersebar diseluruh wilayah provinsi DKI Jakarta. Pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta hanya berjumlah 153 pasar dan pertumbuhannya cenderung menurun menggambarkan kondisi yang sangat jauh berbeda dengan pertumbuhan ritel modern yang semakin berkembang pesat. Berdasarkan APPSI ritel modern tumbuh sekitar 30% per tahun, sementara pasar tradisional tumbuh -8% per tahun. Fenomena yang terjadi mengindikasikan terdapat pengaruh dari pertumbuhan ritel modern terhadap pertumbuhan pasar tradisional. Beberapa penelitian telah menemukan bukti pengaruh negatif dari ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional seperti pada penelitian Aramiko (2011) yang berjudul Dampak Pasar Ritel Modern terhadap Pasar dan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya, menyebutkan supermarket menjadi penyebab utama penurunan omzet pedagang pasar tradisional. Penelitian Suryadharma, et al (2007) yang berjudul Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia, belum menemukan bukti bahwa ritel modern merupakan penyebab utama kelesuan yang dialami oleh pedagang pasar tradisional. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha membuktikan apakah terdapat dampak yang ditimbulkan dari kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.
4 Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta? 2. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta? 3. Faktor-faktor apa saja yang memegaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijabarkan maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta. 2. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta. 3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang memegaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta pengelola pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta untuk menentukan kebijakan terkait dengan dampak yang akan ditimbulkan dari kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta. 2. Peneliti dan pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan secara umum bagi peneliti dan pembaca mengenai bagaimana dampak kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis dampak kehadiran ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dengan megukur karakteristik pedagang, persaingan dan kinerja pedagang serta faktor-faktor apa yang memengaruhi keuntungan pedagang pasar tradisional tersebut. Pasar Tradisional yang dijadikan sampel penelitian adalah pasar tradisional yang dikelola oleh Pemerintah bekerjasama dengan pengelola pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, PD Pasar Jaya. Indikator yang digunakan untuk melihat dampak kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta adalah data karakteristik pedagang, persaingan dan kinerja pedagang, serta data omzet dan keuntungan pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 dan 2013. Adapun objek penelitian ini difokuskan terhadap pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta dan data yang digunakan berupa data primer dan sekunder.
5
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Ritel Ritel (penjualan eceran) merupakan salah satu rantai saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen akhir. Menurut Dunne, Lush, and Griffith (2002), ritel merupakan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa untuk konsumen akhir. Kotler (2003) menyebutkan bahwa ritel merupakan meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Jadi, inti dari perdagangan eceran adalah segala aktivitas perdagangan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk digunakan sendiri, bukan untuk diperdagangkan lagi (Foster 2008). Pengertian ritel modern berdasarkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Setiap toko modern atau ritel modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional. Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut: a. Minimarket, kurang dari 400 m2; b. Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5 000 m2; c. Hypermarket, diatas 5 000 m2; d. Department Store, diatas 400 m2; e. Perkulakan, diatas 5 000 m2. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah sebagai berikut: a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya; b. Department store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin atau tingkat usia konsumen; dan c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi. Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib: a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan; b. Memperhatikan jarak antara hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir satu unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan atau Toko Modern; dan d. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
6 Definisi Pasar Tradisional Berdasarkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian.
Fungsi Pasar a.
Fungsi Distribusi Pasar berfungsi untuk mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam melakukan transaksi. Contohnya, jika ingin mengonsumsi permen konsumen tidak perlu mencarinya di pabrik permen, tetapi cukup pergi ke warung atau toko terdekat untuk mendapatkannya. b. Fungsi Pembentukan Harga Pada pasar telah terjadi proses tawar-menawar. Dalam proses tawar menawar itu keinginan kedua pihak digabungkan untuk menentukan harga kesepakatan atau harga pasar. c. Fungsi Promosi Pasar berfungsi mengenalkan secara luas kepada masyarakat, salah satunya dengan promosi. Teori Lokasi Teori Lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan 2007). Menurut Adisasmita (2005), pemilihan lokasi suatu industri atau unit produksi pada umumnya dikaitkan dengan lokasi sumber bahan mentah dan wilayah pasarnya. Kriteria penentuan yang digunakan bermacam-macam, yaitu biaya transportasi yang terendah, sumber tenaga kerja yang relatif murah, ketersediaan sumber daya air, energi atau daya tarik lainnya berupa penghematan-penghematan lokasional dan penghematan-penghematan aglomerasi.
7 Menurut Sjafrizal (2012), terdapat enam faktor ekonomi utama yang memengaruhi pemilihan lokasi suatu kegiatan ekonomi dan sosial, yakni: 1) Ongkos angkut; 2) Perbedaan antarwilayah; 3) Keuntungan aglomerasi; 4) Konsentrasi Permintaan; 5) Kompetisi antarwilayah; 6) Harga sewa tanah. Teori lokasi dapat dikelompokkan atas tiga bagian besar, yaitu: 1. Bid-Rent Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar sewa tanah (bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar sewa tanah (land-rent). Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai bid-rent yang tertinggi yang dapat dibayarkan oleh pengguna tanah. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh Von Thunen (1854). 2. Least Cost Theories, yaitu teori lokasi yang mendasarkan analisisnya pada pemilihan lokasi kegiatan industri yang didasarkan pada prinsip biaya minimum (least cost). Dalam hal ini, lokasi yang terbaik (optimal) adalah pada tempat di mana biaya produksi dan ongkos angkut yang harus dibayar adalah paling kecil. Bila hal ini dapat dicapai maka tingkat keuntungan diperoleh perusahaan akan menjadi maksimum. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh Alfred Weber (1929). 3. Market Area Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada prinsip luas pasar (market area) terbesar yang dapat dikuasai perusahaan. Luas pasar yang dikuasai adalah yang terbesar maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum dan demikian pula sebaliknya. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh August Losch (1954). Pemilihan lokasi untuk setiap bentuk kegiatan dalam proses produksi sangat menentukan efektifitas dan efesiensi keberlangsungan kegiatan tersebut. Suatu lokasi yang optimal secara ekonomis akan mengurangi beban biaya yang ditanggung oleh suatu bentuk kegiatan. Dalam pemilihan lokasi industri yang tepat akan berkaitan dengan analisa ekonomi karena akan memengaruhi biaya total proses produksi, selain faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor ruang (spatial factor). Lokasi yang ideal sering kali sulit ditemukan, oleh karena itu faktor yang paling menentukan berdirinya industri biasanya diorientasikan terhadap bahan mentah, pasar dan sumber bahan baku. Teori LokasiAugust Losch (Teori Lokasi Market Area) August Losch memelopori Teori Lokasi Market Area yang mendasarkan analisia pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai (Market Area) dan kompetisi antar tempat. Berdasarkan pandangan ini, sebuah perusahaan akan memilih suatu tempat sebagai lokasi yang optimal berdasarkan pada kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar yang dikuasainya. Akan terlihat bahwa permintaan dan penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan lokasi optimal sari suatu perusahaan (Sjafrizal 2012). Pada teori lokasi ini juga dikemukakan demand (permintaan), diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah pasar yang terluas sehingga dapat menghasilkan paling banyak keuntungan. Unit-unit produksi pada umumnya ditetapkan pada pusat-pusat pasar yang juga merupakan pusat urban. Perusahaan akan memilih lokasinya pada suatu tempat dimana terdapat permintaan maksimum (Adisasmita 2005)
8 Berdasarkan Tarigan (2007), August Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau dekat pasar. Lokasi penjual juga sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat diserap. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Teori lokasi August Losch bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri, sehingga ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Losch berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat diketemukan pola keberaturan. Teori Losch berasumsi suatu daerah yang homogen dengan distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. Kegiatan ekonomi yang terdapat di daerah tersebut merupakan pertanian berskala kecil yang pada dasarnya ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan petani masing-masing. Berdasakan Syafrizal (2012), asusmsi dasar Teori Lokasi Market Area yaitu: 1. Konsumen tersebar secara relatif merata antar tempat, artinya teori ini cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri relatif merata dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pedalaman. 2. Produk homogen sehingga persaingan akan sangat ditentukan oleh harga dan ongkos angkut. 3. Ongkos angkut per kesatuan jarak (ton/km) adalah sama.
Penelitian Terdahulu Pada penelitian Suryadarma, et al (2007), penelitian ini mengukur dampak supermarket pada pasar tradisional di daerah perkotaan di Indonesia secara kuantitatif dengan menggunakan metode differencein-difference (DiD) dan metode ekonometrik, serta secara kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Kerangka metode DiD ditunjukkan dengan: Dampak = (T2 – T1) – (C2 – C1), dimana T1 dan T2 merupakan kondisi pedagang di pasar tradisional sebelum dan sesudah hadirnya supermarket dekat pasar tradisional, sedangkan C1 dan C2 merupakan keadaan para pedagang di pasar tradisional di mana tidak terdapat supermarket di dekatnya selama periode yang sama seperti kelompok perlakuan. Model ekonometrik digunakan untuk mengontrol kondisi-kondisi lain yang turut menyumbang pada hasil. Untuk kondisi yang terukur mencakup tingkat pendidikan pedagang, jenis komoditas yang dijual, dan lokasi kios. Untuk mengontrol keadaan yang tidak teramati, disertakan juga variabel boneka lokasi dalam beberapa variabel khusus. Model ekonometrik pada penelitian ini terdapat dua model, yakni Ci Xi Si i dan C´ i ´ ´ Xi ´ Xi ´ Si ´ i, dimana Ci adalah perubahan proporsional dalam indikator kinerja pedagang i. Indikator kinerja yang kita pakai adalah keuntungan, omzet, dan jumlah karyawan. Xi adalah variabel kontrol, Xi adalah perubahan dalam variabel kontrol, dan Si adalah variabel yang membedakan kelompok kontrol dari kelompok perlakuan, di mana digunakan dua indikator yang berbeda: variabel boneka dan jarak pada supermarket terdekat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan supermarket membawa dampak terhadap pasar tradisional. Analisis dampak kuantitatif mengungkapkan hasil analisis stasitistik untuk berbagai indikator kinerja pasar tradisional, seperti keuntungan, omzet, dan jumlah pegawai. Jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat dengan supermarket, dan
9 demikian sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian juga menyebutkan kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang memberikan keuntungan pada supermarket. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiandra dan Sasana, Universitas Diponegoro, pada tahun 2013 mengenai Analisis Dampak Keberadaan Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang), menggunakan regresi linier berganda, yakni pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu kenyamanan (X1), jarak (X2), diversifikasi produk (X3), harga (X4) terhadap variabel terikat yaitu keuntungan usaha (Y). Sehingga model analisis berganda pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Y= a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kenyamanan pasar tidak memengaruhi keuntungan usaha pedagang pasar tradisional. Jarak pasar memengaruhi, jika jarak pasar lebih strategis maka keuntungan usaha akan meningkat. Apabila diversifikasi produk lebih beragam maka keuntungan usaha akan meningkat. Berbeda dengan harga pasar relatif, jika lebih terjangkau tidak memengaruhi keuntungan usaha. Berdasarkan penelitian Safitri (2010), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai Dampak Retail Modern terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan dengan objek penelitian yakni pedagang sayur, pedagang buah dan pedagang pakaian. Penelitian ini menggunakan analisis dampak menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang dimaksud ialah metode analisis SWOT dan metode analisis differencein-difference (DiD) dengan persamaan Dampak = (T2 – T1) – (C2 – C1). Sedangkan metode analisis kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pengelola pasar tradisional dan pedagang pasar tradisional. Penelitian ini mengungkap bahwa keberadaan retail modern merupakan salah satu dampak dari turunnya jumlah pendapatan dan kondisi kesejahteraan pedagang di Pasar Ciputat. Pada pedagang pakaian, keberadaan retail modern disekitar pasar tradisional sangat berpengaruh. Begitu pula dengan pedagang buah, keberadaan retail modern berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional, pengaruh lain berasal dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), manajemen pasar yang kurang baik, dan persaingan harga dengan pedagang pasar lainnya. Pada pedagang sayur, retail modern tidak terlalu berpengaruh, penurunan pendapatan dikarenakan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), manajemen pasar yang kurang baik, dan persaingan harga dengan pedagang pasar lainnya. Ketidakberfungsian aturan mengenai anti monopoli dan persaingan pasar merupakan episentrum dari menurunnya kondisi kesejahteraan pedagang pasar tradisional yang diukur melallui jumlah pendapatannya. Pada penelitian Aramiko, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2011, dengan judul Dampak Pasar Ritel Modern terhadap Pasar dan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya bertujuan untuk mengetahui dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan, serta mengidentifikasi perilaku pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan setelah bersaing dengan supermarket. Penelitian ini menggunakan serangkaian metode ekonometrik berupa uji linieritas untuk mengetahui apakah model merupakan regresi linear atau tidak, uji normalitas dengan melakukan uji Kolmogorov-Sminov, regresi berganda dengan persamaan Y = ax+b (Y = pendapatan, a = konstanta, x = jumlah supermarket di Kota
10 Tangerang Selatan, b=koefisien regresi), serta uji korelasi. Selain itu penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan supermarket terhadap pasar ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah sangat signifikan. Hal itu terlihat dari menurunnya omzet para pedagang pasar tradisional setelah adanya supermarket. Namun beberapa faktor juga disebutkan sebagai faktor pendukung yang memengaruhi omzet pedagang pasar tradisional, diantaranya infrastruktur, fasilitas umum dan cara pembayaran kepada pemasok. Penelitian Hadiwiyono (2011) dengan judul Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan Global di Kota Bogor, menemukan bahwa penyelengaraan pasar tradisional Kota Bogor dilakukan oleh pemerintah maupun kerjasama dengan pihak swasta, sistem tata kelola pedagang yang cenderung stagnan. Secara umum kondisi pedagang di kedua pasar umumnya mengandalkan penjualan harian ke pelanggan non rumah tangga secara grosir, sistem pemasok menggunakan agen dengan pembayaran tunai, modal dari pedagang sendiri dan strategi klaim kualitas dan sikap baik sebagai cara mendapatkan konsumen. Sebanyak 67% responden mengalami penurunan omset dan keuntungan harian, diikuti oleh penurunan jumlah pembeli harian dan penurunan jam aktif transaksi pasar menjadi indikasi kelesuan pasar tradisional. Masalah buruknya infrastruktur, fluktuasi harga, persaingan tidak sehat, dan permasalahan struktural juga menjadi penyebab kelesuan pasar tradisional. Menjamurnya ritel modern di Kota Bogor diklaim pedagang Pasar Tradisional belum berpengaruh terhadap pergerakan omset karena masih jelasnya segmentasi pasar. Persaingan tidak sehat justru terjadi antara pedagang Pasar Baru Bogor dengan PKL. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan deskriptif kualitatif.
Hipotesis Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini untuk menganalisis dampak kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta yaitu: 1. Terdapat keterkaitan antara jenis kelamin pedagang, letak kios dan status tempat usaha antara pasar perlakuan dengan pasar kontrol. 2. Terdapat perbedaan rata-rata antara jumlah pembeli dan nilai penjualan pada pasar perlakuan dan pasar kontrol. 3. Terdapat keterkaitan antara metode pembayaran utama, pemasok utama, sumber modal utama, pesaing terberat, penyebab kelesuan, dan strategi yang digunakan pedagang pada pasar perlakuan dengan pasar kontrol. 4. Ukuran kios memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin besar ukuran kios yang dimiliki pedagang maka akan meningkatkan keuntungan pedagang. 5. Lama berdagang memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin lama pedagang berdagang maka akan meningkatkan keuntungan pedagang. 6. Jumlah pembeli memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin banyak jumlah pembeli maka akan meningkatkan keuntungan pedagang.
11 7.
Pendidikan memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang maka akan mampu meningkatkan keuntungannya. 8. Dummy jarak memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin jauh jarak pasar tradisional dengan ritel modern maka peluang pedagang untuk meningkatkan keuntungan lebih besar. 9. Dummy diversifikasi produk memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Semakin banyak jenis produk yang dijual oleh pedagang maka peluang pedagang untuk meningkatkan keuntungan lebih besar. 10. Dummy komoditi utama produk segar memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Pedagang yang menjual komoditi produk segar mempunyai peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungannya dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi produk sandang. 11. Dummy komoditi utama produk olahan memengaruhi perubahan keuntungan pedagang secara signifikan. Pedagang yang menjual komoditi produk olahan mempunyai peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungannya dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi produk sandang.
Kerangka Pemikiran Liberalisasi perdagangan pada tahun 1998 semakin membuat peta industri ritel di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sejak saat itu semakin banyak investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia ke dalam sektor industri ritel, pertumbuhan ritel modern berbanding lurus dengan keadaan tersebut. Perkembangan ritel modern tumbuh tersebar di kota-kota besar Indonesia seperti Provinsi DKI Jakarta. Kondisi Provinsi DKI Jakarta yang dianggap strategis untuk keberlangsungan bisnis jangka panjang membawa peritel asing masuk untuk mendirikan industri ritel modern seperti supermarket, hypermarket dan departemment store. Keadaan seperti itu membuat perkembangan industri ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, sedangkan pasar tradisional mengalami keadaan yang sebaliknya. Perkembangan pasar tradisional terus menerus dibayangbayangi oleh perkembangan ritel modern yang semakin lebih unggul pasar tradisional. Pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dikhawatirkan akan terkena dampak dari kehadiran ritel modern yang semakin menjamur di Provinsi DKI Jakarta. Dampak yang ditimbulkan akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelaku ekonomi didalamnya terutama bagi para pedagang pasar tradisional tersebut. Dampak dari keberadaan ritel modern dapat dianalisis melalui karakteristik pedagang, persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta serta faktor-faktor yang memegaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna menetapkan strategi dalam kebijakan ekonomi dalam rangka menciptakan perkonomian dan iklim persaingan yang lebih baik, adil dan sehat. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai berikut:
12 Industri Ritel di Indonesia Liberalisasi Perdagangan Masuknya Investor Asing
Perkembangan Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta
Perkembangan Ritel Modern di Provinsi DKI Jakarta
Dampak Keberadaan Ritel Modern di Provinsi DKI Jakarta
Analisis karakteristik pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta
Analisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta
Analisis faktor yang mempegaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta
Strategi Pengembangan Pasar Tradisional untuk Pembangunan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ialah tiga pasar tradisional terpilih di Provinsi DKI Jakarta dimana dua pasar perlakuan dan satu pasar sebagai pasar kontrol. Pasar perlakuan merupakan pasar tradisional yang terdapat ritel modern dalam radius maksimal lima kilometer, sedangkan pasar kontrol merupakan pasar tradisional dalam radius lima kilometer tanpa keberadaan ritel modern di sekitarnya. Waktu penelitian dan pengolahan data dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan Bulan Mei 2014. Data pada penelitian ini menggunakan data cross section pada tahun 2008 dan 2013.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan statistik inferensia. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
13 wawancara terhadap pedagang pasar tradisional terpilih dan PD Pasar Jaya. Data sekunder diperoleh dari PD Pasar Jaya, Badan Pusat Statistik, Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, serta data-data penunjang yang relevan dengan penelitian seperti laporan hasil penelitian terkait, jurnal, bulletin, internet, dan sumber-sumber lainnya. Objek penelitian ialah pedagang produk segar, produk olahan, dan produk sandang (pakaian, tas, sepatu) yang sudah melakukan keguatan usaha pada pasar tradisional minimal selama lima tahun. Untuk pengambilan data penunjang dilakukan wawancara mendalam kepada pihak pengelola pasar di Provinsi DKI Jakarta, yakni PD Pasar Jaya, baik pusat maupun unit dari masing-masing pasar yang dipilih menjadi sampel penelitian. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap Biro Perekonomian pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Metode Penentuan Sampel Pada penelitian ini populasi pedagang di pasar tradisional terpilih dibagi menjadi dua bagian, yakni pedagang di pasar tradisional perlakuan dan pedagang di pasar tradisional kontrol. Pasar tradisional yang menjadi lokasi penelitian dipilih berdasarkan beberapa syarat. Pasar tradisional merupakan pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta yang menjual produk yang sama dengan ritel modern yakni berupa produk segar, produk olahan dan produk sandang. Pasar tradisional yang dipilih untuk pasar perlakuan ialah pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta dimana terdapat ritel modern berupa supermarket, hypermarket atau department store dalam radius maksimal lima kilometer dari pasar tradisional dan beroperasi minimal sejak tahun 2008. Pasar tradisional yang dijadikan pasar kontrol ialah pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta yang dalam radius lima kilometer tidak terdapat ritel modern berupa supermarket, hypermarket atau pun department store. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Penentuan pasar perlakuan dan pasar kontrol yang akan dipilih sebagai sampel penelitian menggunakan judgement sample, dimana pasar perlakuan dan pasar kontrol dipilih setelah mendapatkan saran, masukan, dan pertimbangan dari instansi yang berkaitan langsung dengan pengelolaan pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, PD Pasar Jaya. Adapun tahapan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut: 1. Menentukan ritel modern (supermarket, hypermarket atau department store) yang beroperasi minimal tahun 2008; 2. Melakukan wawancara kepada pihak PD Pasar Jaya untuk mendapatkan rekomendasi pasar tradisional yang memenuhi syarat, hal ini dilakukan mengingat banyaknya jumlah pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta yang tersebar diseluruh wilayah; 3. Melakukan observasi lapang ke pasar tradisional yang telah direkomendasikan oleh PD Pasar Jaya dan melakukan pengukuran jarak antara pasar tradisional dengan ritel modern yang beroperasi tahun 2008 yang berada disekitar pasar tradisional; 4. Memilih pasar tradisional yang sesuai dengan syarat dan kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, terdapat tujuh pasar tradisional rekomendasi yang diberikan oleh PD Pasar Jaya untuk dijadikan pasar perlakuan dan satu pasar tradisional yang diusulkan untuk menjadi pasar kontrol dari 153 pasar di Provinsi DKI
14 Jakarta. Pasar perlakuan yang disarankan oleh PD Pasar Jaya ialah Pasar Jemabatan Besi, Pasar Pondok Bambu, Pasar Kedoya, Pasar Jembatan Dua, Pasar Bata Putih, Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Menteng Pulo. PD Pasar Jaya hanya mengusulkan satu pasar untuk dijadikan pasar kontrol yakni Pasar Lenteng Agung, alasannya karena untuk menemukan pasar yang dalam radius lima kilometer tidak terdapat ritel modern disekitarnya sangat sulit, mengingat kondisi pertumbuhan ritel modern yang sangat pesat di Provinsi DKI Jakarta. Tabel 1
Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Rekomendasi PD Pasar Jaya Nama Pasar Tahun Nama Jarak (km) Tradisional Beroperasi Pasar Jembatan Besi Season City 0.90 2009 Emporium Pluit Mall 3.20 2009 Mall Ciputra Jakarta 3.30 1993 Central Park 4.70 2009 Mall Taman Anggrek 4.80 1996 Mall Pluit Village 4.60 2009 Pasar Pondok Bambu Mall Cipinang Indah 3.20 2013 Yogya Supermarket 0.30 2001 Pasar Kedoya Mall Ciputra Jakarta 3.40 1993 Mall Taman Anggrek 3.60 1996 Central Park 3.60 2009 Pasar Jembatan Dua Season City 1.50 2009 Emporium Pluit Mall 2.20 2009 Mall Pluit Village 4.70 2009 Pasar Bata Putih Gandaria City 1.20 2010 Pasar Kebayoran Lama Gandaria City 1.20 2010 Pasar Menteng Pulo Mall Kota Kasablanka 0.80 2012 Kuningan City 3.00 2011 Mall Ambasador 3.20 1997 Menteng Square 3.40 2012 3.50 2009 Ciputra World Pasar Lenteng Agung Cilandak Town Square 11.00 2002 Plaza Kalibata 11.40 1991 Poins Square 13.30 2005 Carrefour Lebak Bulus 13.30 1999 Pondok Indal Mall 1 16.20 1991 Pondok Indal Mall 2 16.20 2005
Keterangan: Tabel dibuat berdasarkan observasi penulis Sumber tahun berdiri ritel modern diperoleh dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)
Berdasarkan usulan tersebut terpilih dua pasar tradisional yang sesuai dengan persyaratan untuk dijadikan pasar perlakuan, yakni Pasar Jembatan Besi yang terletak di Kotamadya Jakarta Barat dan Pasar Menteng Pulo yang terletak di Kotamadya Jakarta Selatan. Pasar tradisional yang dijadikan pasar kontrol ialah Pasar Lenteng Agung yang terletak di Kotamadya Jakarta Selatan.
15 Masing-masing pasar diambil 30 responden yang telah berdagang minimal selama lima tahun, adapun rinciannya yaitu: 1. Sebanyak 10 responden yang merupakan pedagang pasar tradisional yang menjual produk segar 2. Sebanyak 10 responden yang merupakan pedagang pasar tradisionalyang menjual produk produk olahan 3. Sebanyak 10 responden yang merupakan pedagang pasar tradisional yang menjual produk produk sandang, seperti pakaian, tas, dan sepatu. Total responden berjumlah 90 responden.
Metode Analisis Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan statistik inferensia. Proses perhitungan dilakukan melalui uji korelasi, metode uji-t (ttest), uji chi-kuadrat (chi-square test), dan Ordinal Logistic Regression yang diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Program for Social Science)16.
Uji Korelasi Uji korelasi digunakan untuk menguji tentang ada tidaknya hubungan antar variabel satu dengan yang lain. Uji Korelasi belum dapat diketahui variabel penyebab dan variabel akibat. Dalam analisis korelasi yang diperhatikan adalah arah (positif atau negatif) dan besarnya hubungan (kekuatan). Koefisien korelasi mempunyai harga -1 hingga +1 (bergerak dari nol hingga 1 dan memiliki nilai positif atau negatif). Semakin mendekati nilai 1 maka semakin besar atau kuat hubungan variabel atau sempurna = 1, sebaliknya semakin medekati 0 maka semakin lemah atau kecil hubungannya. Nilai korelasi apaila dikuadratkan akan menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) (Wijaya 2009). Tanda positif dan negatif pada uji korelasi menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah hubungan searah. Jika satu variabel naik, variabel yang lain naik. Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan. Jika satu variabel naik, variabel yang lain turun (Trihendradi 2009). Menurut Wijaya (2009), terdapat tiga macam coefficient correlation, yaitu: 1. Pearson digunakan untuk menguji korelasi dengan menggunakan Pearson Product Moment dan untuk mengukur hubungan dengan data terdistribusi normal 2. Kendall’s tau-b digunakan untuk, melakukan analisis korelasi non-parametik dari metode Kendall. Ukuran assosiasi dari variabel yang bersifat ordinal 3. Spearman digunakan untuk menganalis korelasi non-parametrik yang variabelnya bersifat ordinal Adapun hipotesis dari uji korelasi yaitu: H0: Tidak terdapat hubungan (korelasi) antara dua variabel H1: Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel Jika nilai probabilitas lebih kecil dari alpha maka tolak H0. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar dari alpha maka terima H0.
16 Uji t (t-test) Uji t (t-test) adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah nol. Independent t-test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean antar dua kelompok yang saling yang independen secara signifikan. Independent t-test digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Paired Sample t-test digunakan untuk uji beda pada sample yang berpasangan. Pengujian ini sering dilakukan pada penelitian event study atau eksperimental dengan perlakuan tertentu (Wijaya 2009). Adapun hipotesis dari uji t-stastistik yaitu: H0: H1: 0 Apabila t-statistik > t-tabel atau nilai probability < α maka tolak H0 yang memiliki arti bahwa variabel kedua kelompok memiliki variansi yang berbeda. Sebaliknya, apabila t-statistik < t-tabel atau nilai probability > α maka terima H0 yang memiliki arti bahwa variabel kedua kelompok memiliki variansi yang sama. Uji t-stastistik pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik pedagang pasar tradisional berupa umur, pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli, serta kinerja pedagang pasar tradisional dilihat dari perubahan omzet dan keuntungan.
Uji Khi-Kuadrat (Chi-Square Test) Uji khi-kuadrat dilakukan untuk memeriksa ketergangtungan dan homogenitas kedua prosedur tersebut, meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapan jika hipotesis nol yang ditetapkan adalah benar (Tim Penerbit Andi 2007). Uji khi-kuadrat merupakan pengujian terhadap keterkaitan antara dua buah variabel hasil perhitungan, sehingga dasar pengujian yang digunakan adalah selisih nilai proporsi dari nilai observasi dengan nilai harapan. Berdasarkan Firdaus (2011), uji khi-kuadrat digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel (X dan Y) yang berupa kategorik berkolerasi signifikan populasinya, berlandaskan data sampel yang dimiliki. Pada umumnya keterkaitan antar dua variabel kualitatif secara deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel kontingensi (cross tabulation). Setiap jenis pengujian uji khi-kuadrat didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu yang harus dipenuhi oleh data yang akan diujikan. Hipotesis dari uji khi-kuadrat (chi-square test) yaitu: H0: Kedua variabel tidak memiliki keterkaitan H1: Kedua variabel memiliki keterkaitan Apabila khi-kuadrat hitung > khi-kuadrat tabel atau p-value < α maka tolak H0 yang memiliki arti bahwa terdapat keterkaitan antara kedua variabel. Sebaliknya apabila khi-kuadrat hitung < khi-kuadrat tabel atau p-value > α maka terima H0 yang memiliki arti bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kedua variabel. Uji khi-kuadrat digunakan untuk mengetahui karakteristik dilihat dari jenis kelamin pedagang, letak kios, status tempat usaha, strategi yang digunakan pedagang, pemasok utama produk yang dijual pedagang, metode pembayaran, pesaing terberat, dan penyebab kelesuan usaha yang dialami oleh pedagang.
17 Regresi Logistik Ordinal Analisis Regresi Logistik Ordinal adalah analisis regresi di mana variabel terikatnya menggunakan skala ordinal, yakni skala ranking dimana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Menurut Agresti (1990) dalam menggunakan regresi logistik yang bersakala ordinal digunakan cara yaitu dengan membentuk fungsi logit dari peluang kumulatif atau model peluang logistik kumulatif. Berdasarkan Juanda (2009), model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikkan sebagai berikut: Pi = F(Zi) = F(α + βXi) =
=
(1)
e merepresentasikan bilangan dasar logaritma natural (e=2.718…). Pemilihan sebaran logistik kumulatif ini karena interpretasinya logis dan dapat ditujukan bahwa 0 ≤ E(Yǀ Xi) = Pi ≤ 1. Selain itu, dari sisi matematika merupakan fungsi yang sangat fleksibel dan mudah digunakan serta parameter koefisiennya mudah diinterpretasi. Berdasarkan aljabar biasa, persamaan (1) dapat ditunjukkan menjadi: (2) Peubah Pi/(1-Pi) dalam persamaan (2) disebut odds, yang sering juga diistilahkan dengan risiko atau kemungkinan, yaitu rasio peluang yang terjadi pilihan1 terhadap peluangterjadi plihan-0 alternatifnya. Jika persamaan (2) ditransformasi dengan logaritma natural maka:
(3)
Persamaan (3) ini menunjukkan bahwa salah satu karakteristik penting dari model logit adalah bahwa model ini mentransformasi masalah prediksi peluang dalam selang (0;1) ke masalah prediksi log odds tentang kejadian (Y=1) dalam selang bilangan riil, - ~ ≤ logit (Pi) ≤ ~. Penelitian ini menggunakan peubah respon keuntungan berupa tiga kategorik yang sifatnya berurutan. Berdasarkan turunan model logit yang telah dijelaskan, persamaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5D1 + β6D2 + β7D3 + β8D4 + e Dimana: Y βo β1 X1 X2 X3 X4
= Keuntungan pedagang (nilai “1” jika keuntungan kurang dari Rp 300 000, nilai “2” jika keuntungan Rp 301 000 - Rp 1 000 000, nilai “3” jika keuntungan lebih dari Rp 1 001 000) = Intersep = Koefisien Regresi = Ukuran Kios (m2) = Lama Berdagang (tahun) = Jumlah Pembeli (orang/hari) = Tingkat Pendidikan Pedagang (tahun)
18 D1 D2 D3 D4 e
= Jarak (nilai “1” jika dekat dari ritel modern, nilai “0” jika jauh dari ritel modern) = Diversifikasi Produk (nilai “1”jika menjual lebih dari satu jenis produk, nilai “0” jika menjual 1 jenis produk) = Komoditi Utama (nilai “1” jika menjual produk segar, nilai “0” jika menjual lainnya (produk sandang)) = Komoditi Utama (nilai “1” jika menjual produk olahan, nilai “0” jika menjual lainnya (produk sandang)) = error
GAMBARAN UMUM Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan keterangan Bidang Usaha dan Pengembangan PD Pasar Jaya, tercatat sejak tahun 1985 hingga kini pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 153 unit pasar yang dikelola, dengan 105 717 tempat usaha, dimana 89 842 merupakan tempat usaha yang aktif digunakan dan sisanya sebanyak 15 875 tempat usaha masih kosong atau belum termanfaatkan dengan baik. Pasar Tradisional tersebut dikelola oleh pemerintah melalui kejasama dengan PD Pasar Jaya. Cikal bakal pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta umumnya berasal dari pasar kaget dan pasar impress yang sering ada dilingkungan masyarakat. Saat ini kondisi pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta saat ini sangat beragam. Pasar tradisional tumbuh -8% per tahun, hal tersebut sangat memprihatinkan. Pasar tradisional saat ini pesonanya tidak sebagus dulu. Fasilitas maupun sarana dan prasarana yang ada di pasar tradisional dianggap masih kurang, sehingga semakin membuat enggan masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah keatas, untuk berbelanja di pasar tradisional. Perkembangan pasar tradisional semakin terdesak oleh perkembangan ritel modern dalam bentuk pusat-pusat perbelanjaan atau perdagangan baik yang melayani perkulakan, grosiran, maupun retail. Pemerintah bersama PD Pasar Jaya sedang gencar melakukan pembangunan kembali atau renovasi pasar tradisional di DKI Jakarta. Tujuannya agar pasar tradisional dapat bersaing dengan ritel modern yang semakin menjamur belakangan ini, terlebih lagi di kota-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta.
Ritel Modern di Provinsi DKI Jakarta Ekspansi ritel modern di Asia telah dimulai sejak akhir dekade 90-an. Secara khusus pertumbuhan retail di Asia lima kali lebih cepat daripada di Eropa dan Amerika. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hal ini, diantaranya perjanjian perdagangan bebas, liberalisasi perdagangan dan investasi di tingkat nasional, regional, maupun di tingkat multilateral yang difasilitasi oleh WTO selama ini dengan services agreement-nya. Hal ini kemudian mendorong peningkatan investasi asing secara langsung di industri pangan, terjadinya integrasi secara vertikal, mulai lahan pertanian hingga makanan yang tersaji di meja makan sudah dikuasai oleh perusahaan retail pangan (Batam Today 2014).
19 Sama halnya dengan keadaan yang terjadi pada Provinsi DKI Jakarta. Ritel modern yang ada tumbuh dengan pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang menuntut keadaan serba modern. Maraknya pembangunan ritel modern tersebut menarik peretail besar untuk membuka gerainya hingga ke wilayah perkampungan, terutama jenis supermarket dan minimarket. Hingga saat ini terdapat lebih dari 75 pusat perbelanjaan yang berdiri di Provinsi DKI Jakarta dimana didalamnya terdapat ritel modern seperti supermarket, hypermarket dan department store. Ritel modern di Provinsi DKI Jakarta akan terus bertambah seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakatnya.
Deskripsi Pasar Tradisional Sampel 1. Pasar Jembatan Besi Pasar Jembatan Besi berdiri tahun 1984, pada saat itu merupakan masa awal maraknya dibangun pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Pasar Jembatan Besi termasuk kedalam jajaran pasar inpres tertua di Provinsi DKI Jakarta. Pasar Jembatan Besi terletak di Jalan Jembatan Besi II Kelurahan Jembatan Besi Kecamatan Tambora dengan luas 8 228 m2. Sejak awal berdiri, Pasar Jembatan Besi belum pernah di revitalisasi oleh Pemerintah maupun PD Pasar Jaya, oleh karena itu kondisi pasar masih sangat tradisional. Sekitar 85% bangunan Pasar Jembatan Besi masih sama dengan awal pembangunannya pada tahun 1984. Jumlah tempat usaha yang ada di Pasar Jembatan Besi berjumlah 627 tempat usaha, dengan rincian 142 unit kios, 36 unit loss, 392 unit counter, dan 57 unit tenda yang biasa ditempati oleh penjual sayur dan ikan. Jumlah pedagang yang terdapat di Pasar Jembatan besi berjumlah 420 pedagang. Setiap pedagang dapat memiliki lebih dari satu tempat usaha, sesuai dengan kesepakatan atau transaksi dengan pihak pengelola pasar. 2. Pasar Menteng Pulo Pasar Menteng Pulo berada di Jalan Menteng Pulo, Kelurahan Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, pasar ini berdiri diatas tanah seluas 2 007 m2 dengan luas bangunan 2 141 m2. Jumlah tempat usaha yang ada di Pasar Menteng Pulo berjumlah 243 tempat usaha, dengan rincian 130 unit kios, 18 unit loss, dan 95 unit counter. Jumlah pedagang yang terdapat di Pasar Menteng Pulo berjumlah 100 pedagang. Pedagang Pasar Menteng Pulo mayoritas adalah pedagang pakaian, sepatu, tas, dan barang sandang lainnya, sedangkan untuk pedagang produk segar seperti sayur mayur, daging, ayam serta produk segar lainnya jumlahnya hanya sedikit. Sama halnya dengan pedagang dari jenis dagangan produk olahan yang hanya sedikit, namun lebih banyak dari pedagang produk segar. Pasar Menteng Pulo direnovasi tahun 2007. Fasilitas yang ada terus dikembangkan agar menunjang kebutuhan masyarakat yang ingin pergi ke pasar tersebut. 3. Pasar Lenteng Agung Pasar Lenteng Agung merupakan pasar tradisional yang terletak Jalan Jagakarsa Raya, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan. Pasar ini baru selesai direnovasi dan diresmikan tahun 2012 lalu. Jumlah tempat usaha yang ada di Pasar Lenteng Agung berjumlah 437 tempat usaha, dengan rincian 237 unit kios dan
20 100 unit loss. Pasar Lenteng Agung terdiri dari dua lantai, luasnya sebesar 3 840 m2 dengan luas bangunan 3 656,57 m2. Pada lantai bawah dikhususkan untuk pedagang jenis dagangan produk segar dan produk olahan. Untuk pedagang jenis dagangan produk segar berupa pedagang sayur mayur, daging segar, ayam potong, ikan dan buah-buahan. Pada jenis produk olahan berupa pedagang sembako, kue, dan barangbarang produk olahan pokok lainnya. Lantai atas (lantai dua) hanya terdapat pedagang yang menjual kebutuhan sandang, berupa pakaian, sepatu, tas, dan barang sandang pendukung lainnya. Tabel 2
Jarak Ritel Modern ke Pasar Tradisional Terpilih di Provinsi DKI Jakarta
Nama Pasar Tradisional Pasar Jembatan Besi
Pasar Menteng Pulo
Pasar Lenteng Agung
Nama Season City Emporium Pluit Mall Mall Ciputra Jakarta Central Park Mall Taman Anggrek Mall Pluit Village Mall Kota Kasablanka Kuningan City Mall Ambasador Menteng Square Ciputra World Cilandak Town Square Plaza Kalibata Poins Square Carrefour Lebak Bulus Pondok Indal Mall 1 Pondok Indal Mall 2
Jarak (km) 0.90 3.20 3.30 4.70 4.80 4.60 0.80 3.00 3.20 3.40 3.50 11.00 11.40 13.30 13.30 16.20 16.20
Tahun Beroperasi 2009 2009 1993 2009 1996 2009 2012 2011 1997 2012 2009 2002 1991 2005 1999 1991 2005
Keterangan: Tabel dibuat berdasarkan observasi penulis Sumber tahun berdiri ritel modern diperoleh dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)
Komoditas Utama yang Dijual oleh Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Tabel 3 menjelaskan komoditas utama yang dijual oleh para pedagang di pasar tradisional. Bedasarkan nilai signifikansi, tidak terdapat keterkaitan antara produk yang dijual pedagang pasar tradisional dengan pasar perlakuan dan pasar kontrol. Pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol, komoditas utama yang dijual ialah komoditas pakaian. Kemudian diikuti dengan komoditas berupa sayur mayur. Kondisi harga yang sering kali tidak stabil dipasaran membuat beberapa pedagang pasar tradisional mengalami kesulitan untuk menambah komoditas yang dijualnya. Menurut hasil pengamatan dilapangan, pada umumnya jenis komoditas
21 tidaklah bertambah, pedagang pasar tradisional cenderung mengurangi jenis komoditas untuk menyiasati agar terus dapat bertahan dari gempuran persaingan. Tabel 3 Komoditas Utama yang Dijual PedagangPasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test) (%) Pasar Khi-Kuadrat Pasar Kontrol Perlakuan Hitung Pakaian 25.00 30.00 Sayur mayur 20.00 20.00 Beras 15.00 3.33 Minyak 11.67 13.33 Bumbu 6.67 6.67 Tas 5.00 3.33 Buah 3.33 3.33 Daging (sapi, kambing) 3.33 3.33 Sepatu 3.33 0.00 Bahan minuman 1.67 0.00 Ayam 1.67 6.67 Ikan 1.67 0.00 Telur dan susu 1.67 6.67 Kue dan bahan kue 0.00 3.33 Total 100.00 100.00 9.81 *** Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test signifikan pada alpha 1% ** * signifikan pada alpha 5%, signifikan pada alpha 10% Komoditas
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Karakteristik pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta pada Tabel 4 dilihat dari umur, pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli. Variabel tersebut di uji dengan menggunakan independent-sample t-test, menurut Tim Penerbit Andi (2007), prosedur ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dari satu variabel pada dua grup data. Berdasarkan Tabel 4, rata-rata jumlah pembeli pada pasar perlakuan relatif berbeda dengan jumlah pembeli pada pasar kontrol. Rata-rata jumlah pembeli dipasar kontrol lebih banyak dibandingkan dengan pasar perlakuan. Variabel umur, pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios memiliki rata-rata yang relatif sama antara pasar perlakuan dan pasar kontrol.
22 Tabel 4 Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji t (t-test) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol (n=60) (n=30) Variabel t hitung Std. Std. Mean Mean Dev. Dev. 42.47 12.01 38.97 12.10 1.30 Umur (tahun) 9.55 3.793 10.13 2.62 -0.53 Pendidikan (tahun) 18.12 10.97 14.83 8.71 1.43 Lama Berdagang (tahun) 2 7.73 6.04 6.20 4.09 1.25 Ukuran Kios (m ) 2.15 1.39 3.17 8.88 -0.87 Jumlah Kios (unit) Jumlah Pembeli (orang/hari) 29.22 23.62 44.13 27.87 -2.66** Keterangan: Berdasarkan independent t-test *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%, Std. Dev= Standar Deviasi
Tabel 5 menunjukkan variabel jenis kelamin menunjukkan nilai yang signifikan dimana terdapat hubungan antara jenis kelamin pedagang pasar tradisional dengan kelompok pasar perlakuan dan pasar kontrol. Pada pasar perlakuan, pedagang yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak di bandingkan dengan pedagang yang berjenis kelamin perempuan. Hal sebaliknya terjadi pada pasar kontrol, dimana lebih banyak terdapat pedagang yang berjenis kelamin perempuan dari pada pedagang yang berjenis kelamin laki-laki. Letak kios baik pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol, pedagang pasar tradisional lebih banyak memiliki kios yang terletak di belakang pasar. Pada Tabel 5 menggambarkan baik pada pasar perlakuan maupun pada pasar kontrol, umumnya pedagang memiliki tempat usaha dengan status milik sendiri. Kepemilikan sendiri yang dimaksud adalah hak memakai tempat usaha di pasar untuk jangka waktu tertentu (paling lama 20 tahun) dengan kewajiban membayar hak pemakaian tempat usaha di pasar dan kewajiban lain yang ditetapkan oleh Direksi pengelola pasar. Tabel 5 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test) (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Khi-Kuadrat Variabel (n=60) (n=30) Hitung Jenis Kelamin Laki-laki 51.70 23.30 Perempuan 48.30 76.70 Total 100.00 100.00 6.58*** Letak Kios Belakang 80.00 86.70 Depan 20.00 13.30 Total 100.00 100.00 0.61 Status Tempat Usaha Milik Sendiri 61.70 66.70 Sewa 38.30 33.30 Total 100.00 100.00 0.22 Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test 5%, * signifikan pada alpha 10%
***
signifikan pada alpha 1%
**
signifikan pada alpha
23 Tabel 6 menjelaskan bahwa pada variabel jumlah pembeli dan nilai penjualan yang diperoleh pedagang menunjukkan nilai yang tidak signifikan. Jumlah pembeli pada pasar perlakuan yang berasal dari rumah tangga dan warung lebih tinggi dibandingkan pada pasar kontrol, namun jumlah pembeli pada pasar perlakuan yang berasal dari restoran atau catering dan pedagang keliling lebih rendah dibandingkan pada pasar kontrol. Nilai penjualan pada pasar perlakuan yang berasal dari rumah tangga dan warung lebih tinggi dibandingkan pada pasar kontrol, namun jumlah pembeli pada pasar perlakuan yang berasal dari restoran atau catering dan pedagang keliling lebih rendah dibandingkan pada pasar kontrol. Tabel 6 Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Dilihat dari Segmentase Pembeli Terbanyak dengan Menggunakan t-test
Variabel Jumlah Pembeli: Rumah Tangga Warung Pedagang Keliling Restoran/ Catering Nilai Penjualan: Rumah Tangga Warung Pedagang Keliling Restoran/ Catering
Pasar Perlakuan (n=60) Std. Mean Dev.
Pasar Kontrol (n=30) Std. Mean Dev.
t hitung
68.08 13.00 11.83 7.08
27.83 21.98 18.39 14.68
66.67 5.50 14.00 13.83
25.24 15.22 18.12 21.32
0.82 0.10 0.60 0.08
62.67 14.58 14.25 8.50
30.55 23.98 19.76 16.88
61.33 6.33 17.00 15.33
26.09 17.12 20.20 23.00
0.84 0.10 0.54 0.11
Keterangan: Berdasarkan independent t-test*** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%, Std. Dev= Standar Deviasi
Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Persaingan dan kinerja merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu kegiatan usaha pedagang pasar tradisional, oleh karena itu persaingan dan kinerja pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta diuji melalui beberapa variabel melalui metode pembayaran yang digunakan, pemasok utama, strategi utama yang dilakukan pedagang, sumber modal, dan pesaing terberat untuk melihat persaingan di pasar tradisional. Penyebab kelesuan, perubahan omzet, dan perubahan keuntungan yang diperoleh pedagang untuk mengukur kinerja pedagang pasar tradisional. Metode pembayaran utama yang digunakan oleh para pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol dalam memasok barang dagangannya disajikan pada Tabel 7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara metode pembayaran yang digunakan oleh pedagang dengan pasar perlakuan dan pasar kontrol. Metode pembayaran utama yang paling banyak digunakan oleh para pedagang, baik pedagang
24 di pasar perlakuan maupun pasar kontrol dengan cara melakukan pembayaran secara kontan. Tabel 7 Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) (%) Variabel Kontan Kredit Konsinyasi Total
Pasar Perlakuan (n=60) 86.70 8.30 5.00 100.00
Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test alpha 5%, signifikan pada alpha 10%
***
Pasar Kontrol (n=30)
Khi-Kuadrat Hitung
86.70 10.00 3.30 100.00
0.19
signifikan pada alpha 1%
**
signifikan pada
Pada Tabel 8 menggambarkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemasok utama dengan pasar perlakuan dan pasar kontrol. Pemasok utama dalam pengadaan barang di pasar perlakuan maupun pasar kontrol ialah melalui pasar grosir dan penjual grosir. Apabila dibandingkan dengan ritel modern tentu sangat berbeda. Pada umumnya ritel modern menerapkan sistem pengadaan barang yang terpusat, dimana terdapat tim yang bertanggungjawab atas pembelian barang untuk memenuhi kebutuhan ritel modern tersebut. Tim tersebut bertanggungjawab dalam menentukan jenis dan jumlah barang yang akan dijual. Pengadaan barang diperoleh melalui pemasok profesional yang diperoleh langsung dari perusahaan produk terkait (Foster 2008). Tabel 8
Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) (%) Pasar Pasar Khi-Kuadrat Variabel Perlakuan Kontrol Hitung (n=60) (n=30) Pasar Grosir dan Penjual Grosir 38.30 40.00 Pasar Induk 33.30 33.30 Penyalur/ Pemasok Profesional 18.30 16.70 Tengkulak 5.00 10.00 Produksi orang/ Rumah Tangga lain 3.30 0.00 Produksi sendiri 1.70 0.00 Total 100.00 100.00 2.30 Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%
***
signifikan pada alpha 1%
**
signifikan pada
Tabel 9 menggambarkan bagaimana pedagang memperoleh modal untuk menjalankan kegiatan usaha yang dilakukannya. Pada umumnya pedagang menggunakan modal usaha yang berasal dari diri sendiri, baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol. Pasar perlakuan memiliki persentase pedagang yang menggunakan modal sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan pasar kontrol. Pinjaman kredit oleh Bank masih sangat minim jika dilihat dari persentase sumber
25 modal yang digunakan oleh pedagang. Hal itu umumnya karena akses kredit yang sulit serta persyaratan yang ketat untuk meminjam modal mengingat pedagang pasar tradisional yang umumnya hanya pedagang dalam skala kecil (mikro). Tabel 9 Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test ) (%) Pasar Perlakuan Pasar Kontrol Khi-Kuadrat Variabel (n=60) (n=30) Hitung Modal sendiri 95.00 90.00 Pinjaman dari kerabat 1.70 0.00 Pinjaman dari teman 1.70 3.30 Bank Swasta 1.70 3.30 Bank Pasar/ BPR 0.00 3.30 Total 100.00 100.00 3.05 Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test *** signifikan pada alpha 1% alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%
**
signifikan pada
Pesaing terberat pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh pedagang pada pasar perlakuan dan pasar kontrol disajikan pada Tabel 10. Jawaban yang diambil hanya berasal dari pedagang yang mengklaim memiliki pesaing terberat selama dalam menjalankan usahanya menjadi pedagang pasar tradisional. Pada pasar perlakuan, pesaing terberat para pedagang berasal dari ritel modern. Ritel modern yang dimaksud disini dalam bentuk supermarket, hypermarket dan departement store. Berbeda dengan pasar kontrol yang merasa pesaing terberatnya adalah pedagang lain di dalam pasar itu sendiri. Para pedagang menyebutkan bahwa semakin lama, banyak pedagang baru yang bermunculan sehingga persaingan pun semakin ketat. Tabel 10 Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chisquare Test) (%) Pasar Pasar Khi-Kuadrat Variabel Perlakuan Kontrol Hitung (n=42) (n=6) Ritel modern (supermarket, 69.80 0.00 hypermarket dan departement store) Pedagang Kaki Lima (PKL) 16.30 16.70 Pedagang lain di dalam pasar 11.60 83.30 Pedagang lain di pasar 2.30 0.00 tradisional lain Total 100.00 100.00 17.59*** Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5%. * signifikan pada alpha 10%. Berdasarkan jawaban dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan omset dan keuntungan. Pedagang dapat memberikan lebih dari satu jawaban.
26 Tabel 11 menggambarkan penyebab kelesuan utama pada pasar perlakuan akibat mengingkatnya persaingan dengan ritel modern (supermarket, hypermarket, dan departement store), sedangkan pada pasar kontrol tidak terpengaruh dengan keberadaan ritel modern. Pada pasar kontrol meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar adalah penyebab kelesuan utama. Pada penyebab kelesuan pedagang pasar, jawaban yang diambil hanya berasal dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami kelesuan dalam usahanya. Tabel 11
Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test) (%) Pasar Pasar Khi-Kuadrat Variabel Perlakuan Kontrol Hitung (n=49) (n=8) Meningkatnya persaingan dengan ritel 42.90 0.00 modern Kurangnya jumlah pembeli di pasar 32.70 25.00 tradisional Meningkatnya persaingan dengan PKL 10.20 12.50 Meningkatnya persaingan dengan 6.10 62.50 pedagang lain di dalam pasar Harga dari pemasok lebih tinggi 6.10 0.00 Meningkatnya persaingan dengan 2.00 0.00 pedagang lain di pasar tradisional lain Total 100.00 100.00 19.82*** Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%. Berdasarkan jawaban dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan omzet dan keuntungan. Pedagang dapat memberikan lebih dari satu jawaban.
Pada Tabel 12 dapat terlihat bahwa strategi utama yang digunakan oleh pedagang pasar perlakuan dan pasar kontrol di Provinsi DKI Jakarta ialah strategi dalam bentuk memberikan sopan santun dan ramah tamah terhadap pembeli. Keramah tamahan dan sopan satun selalu dipertahankan demi terjaganya esensi kegiatan jual beli yang ada di pasar tradisional pada umumnya, yakni penuh keramah tamahan, kekeluargaan serta terdapatnya kontak sosial pada saat kegiatan jual beli. Para pedagang pasar tradisional berpendapat bahwa untuk menarik pembeli pada dasarnya ialah dengan menawarkan produk yang dijual secara ramah dan sopan agar pembeli nyaman untuk membeli ditempat tersebut. Pada pasar kontrol persentase pedagang yang menggunakan strategi dengan cara sopan santun dan ramah tamah lebih besar dibandingkan pada pasar perlakuan. Strategi kedua yang paling banyak digunakan oleh pedagang pasar perlakuan dan pasar kontrol di Provinsi DKI Jakarta ialah dengan menambah keanekaragaman produk yang dijual. Menurut pengakuan para pedagang, semakin beragam produk yang dijual kemungkinan menyerap pembeli yang lebih beragam akan lebih tinggi sehingga memungkinkan untuk menambah jumlah pembeli.
27 Tabel 12 Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dengan Menggunakan Uji Khi-Kuadrat (Chi-square Test) (%) Pasar Pasar Khi-Kuadrat Variabel Perlakuan Kontrol Hitung (n=60) (n=30) Sopan santun dan ramah tamah 26.70 46.70 Menambah keanekaragaman produk 21.70 6.70 Tidak ada strategi 16.70 23.30 Pengiriman langsung ke rumah 13.30 0.00 Menerima pembayaran dalam bentuk 6.70 0.00 dicicil Kualitas produk yang maksimal 6.70 16.70 Harga murah 5.00 0.00 Memberikan diskon 1.70 6.70 Kebersihan kios 1.70 0.00 Total 100.00 100.00 17.07** Keterangan: Berdasarkan Chi-Square Test *** signifikan pada alpha 1% alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%
**
signifikan pada
Tabel 13 menggambarkan kinerja pedagang pasar perlakuan dan pasar kontrol dilihat dari omzet dan keuntungan yang diperoleh sebelum dan setelah keberadaan ritel modern. Omzet dan keuntungan dikategorikan pada beberapa range nilai tertentu berdasarkan observasi yang peneliti telah lakukan sebelumnya. Omzet dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni range satu merupakan pedagang yang memiliki omzet sebesar < Rp 1 000 000, range dua merupakan pedagang yang memiliki omzet sebesar Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000 dan range tiga merupakan pedagang yang memiliki omzet sebesar > Rp 5 001 000. Adapun kategori keuntungan pedagang pasar tradisional terbagi juga dalam beberapa range nilai. Range satu merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar < Rp 300 000, range dua merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar Rp 301 000 – Rp 1 000 000 dan range tiga merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar > Rp 1 001 000. Berdasarkan Tabel 13, rata-rata omzet pedagang di pasar perlakuan sebelum keberadaan ritel modern lebih tinggi dibandingkan dengan omzet pedagang pasar perlakuan setelah keberadaan ritel modern. Rata-rata keuntungan pedagang di pasar perlakuan sebelum keberadaan ritel modern lebih tinggi dibandingkan dengan omzet pedagang pasar perlakuan setelah keberadaan ritel modern. Pada pasar kontrol rata-rata omzet pedagang setelah keberadaan ritel modern lebih tinggi dibandingkan dengan omzet pedagang sebelum keberadaan ritel modern. Rata-rata keuntungan pedagang di pasar kontrol setelah keberadaan ritel modern lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan pedagang pasar kontrol sebelum keberadaan ritel modern.
28 Tabel 13 Kinerja Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Perubahan Omset dan Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Menggunakan Paired Samples ttest Pasar Pasar Kontrol Perlakuan (n=30) (n=60) Variabel t hitung t hitung Std. Std. Mean Mean Dev. Dev. Omset Sesudah 1.60 0.64 1.97 0.72 0.01* 0.02** Sebelum 1.83 0.76 1.67 0.61 Keuntungan Sesudah 1.23 0.47 1.63 0.72 0.00*** 0.54 Sebelum 1.57 0.70 1.57 0.73 Keterangan: Berdasarkan paired samples t-test *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%, Std. Dev= Standar Deviasi
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta Pada uji regresi logistik ordinal, keuntungan pedagang yang digunakan adalah keuntungan pedagang pada tahun 2013 dan dikategorikan pada range nilai terentu. Keuntungan pada range satu merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar < Rp 300 000, range dua merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar Rp 301 000 – Rp 1 000 000 dan range tiga merupakan pedagang yang memiliki keuntungan sebesar > Rp 1 001 000. Tabel 14 menunjukkan bahwa berdasarkan uji regresi logistik ordinal, varibel ukuran kios, tingkat pendidikan pedagang, jarak pasar tradisional ke ritel modern, komoditi utama produk segar dan produk olahan memiliki hubungan yang signifikan. Ukuran kios memiliki nilai odd-ratio sebesar 1.08 dengan koefisien yang positif memiliki arti semakin besar ukuran kios seorang pedagang pasar tradisional maka pedagang pasar tradisional tersebut memiliki 1.08 kali atau 8% peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan pedagang yang memiliki ukuran kios yang lebih kecil. Pendidikan memiliki nilai odd-ratio sebesar 1.20 dengan koefisien positif memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pedagang maka pedagang tradisional tersebut memiliki 1.20 kali atau 20% peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan pedagang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Jarak pasar tradisional ke ritel modern memiliki nilai odd-ratio sebesar 0.22 dengan koefisien negatif memiliki arti bahwa jarak pasar tradisional yang semakin dekat dengan ritel modern maka pasar tradsional tersebut semakin berpeluang untuk menurunkan keuntungan sebesar 0.22 kali atau 78% dibandingkan dengan pasar tradisional yang memiliki jarak yang lebih jauh dengan ritel modern.
29 Komoditi utama berupa produk segar memiliki nilai odd-ratio sebesar 12,04 dengan koefisien positif memiliki arti bahwa komoditi utama berupa produk segar memiliki peluang yang lebih besar 12.04 kali atau 1104% untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi utama berupa produk sandang. Semakin pedagang menjual produk segar maka peluang meningkatkan keuntungan semakin besar. Komoditi utama berupa produk olahan memiliki nilai odd-ratio sebesar 8.94 dengan koefisien positif memiliki arti bahwa komoditi utama berupa produk olahan memiliki peluang yang lebih besar 8.94 kali atau 794% untuk meningkatkan keuntungan pedagang sebesar dibandingkan dengan peluang pedagang yang menjual komoditi utama berupa produk sandang. Semakin pedagang menjual produk olahan maka peluang meningkatkan keuntungan semakin besar. Tabel 14
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta OddVariable Koefisien Significance Ratio Ukuran kios (m2) 1.08 0.10* Lama Berdagang (tahun) -0.03 0.97 0.25 Jumlah Pembeli (orang/hari) 0.01 1.01 0.43 Pendidikan (tahun) 0.19 1.20 0.07* Dummy jarak (1=dekat dengan, -1.51 0.22 0.01*** 0= jauh dengan ) Dummy diversifikasi produk (1= menjual lebih dari satu jenis 0.05 1.05 0.93 produk, 0= menjual 1 jenis produk) Dummy komoditi 2.49 12.04 0.01*** (1= produk segar, 0 = lainnya) Dummy komoditi 2.19 8.94 0.01*** (1= produk olahan, 0 = lainnya) Chi-Square 30.81*** R-Square 37.00% Keterangan: Berdasarkan Ordinal Regression*** signifikan pada alpha 1%, pada alpha 5%, * signifikan pada alpha 10%
**
signifikan
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah: Berdasarkan karakteristik para pedagang tradisional Provinsi DKI Jakarta dengan uji t, rata-rata jumlah pembeli antara pasar perlakuan dan pasar kontrol adalah relatif berbeda. Rata-rata jumlah pembeli dipasar perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan pasar kontrol. Berdasarkan karakteristik yang dengan chisquare test diperoleh fakta bahwa pada pasar perlakuan pedagang pasar
30
2.
3.
tradisional didominasi oleh pedagang yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan pada pasar kontrol didominasi oleh pedagang yang berjenis kelamin perempuan. Pada sifat persaingan dan kinerja pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta, pesaing terberat pedagang pasar tradisional maupun penyebab kelesuan usaha berasal dari meningkatnya persaingan dengan ritel modern. Pada pasar perlakuan, omzet dan keuntungan mengalami penurunan setelah keberadaan ritel modern, apabila di pasar kontrol mengalami peningkatan. Strategi utama yang digunakan oleh pedagang pasar perlakuan dan pasar kontrol adalah dengan menerapkan sopan santun dan ramah tamah. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan keuntungan pedagang di pasar tradisional Provinsi DKI Jakarta, diantaranya adalah ukuran kios yang dimiliki oleh pedagang, pendidikan yang ditempuh oleh pedagang, jarak antara pasar tradisional terhadap ritel modern, komoditi utama produk segar, dan komoditi utama produk olahan.
Saran 1.
2.
3.
4.
5.
Adapun saran yang dapa diberikan dari penelitian ini adalah: Para pedagang memerlukan peningkatan strategi yang digunakan. Sebaiknya selalu menerapkan prinsip sopan santun dan ramah tamah terhadap pembeli, terutama untuk pedagang pada pasar perlakuan. Selain itu, para pedagang juga dapat menggunakan strategi dengan memberikan pelayanan serta kualitas barang yang maksimal kepada pelanggan. Modal usaha yang digunakan pedagang pasar tradisional pada umumnya menggunakan modal yang berasal dari diri sendiri. Akses permodalan yang dapat diperoleh pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta masih sangat terbatas. Pada umumnya pedagang kesulitan dalam hal memenuhi regulasi dan persyaratan yang ditetapkan. Sebaiknya pemerintah dan instansi terkait mempermudah akses pedagang untuk memperoleh pinjaman modal demi kepentingan mengembangkan usahanya. Pemerintah dan pengelola pasar tradisional sebaiknya melalukan program pendidikan informal berupa penyuluhan atau pelatihan kepada para pedagang pasar tradisional dalam mengelola usaha. Pedagang juga dapat melakukan spesialisasi pada produk yang dijual dalam bentuk produk segar dan produk olahan karena kedua produk tersebut lebih berpeluang untuk meningkatkan keuntungan. Pemerintah sebaiknya mengkaji ulang kebijakan dan regulasi mengenai industri ritel di Indonesia, khususnya dalam hal izin pendirian dan zonasi. Ketentuan zonasi yang benar, wajib mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial pasar tradisional dan sektor informal yang berada di sekitarnya, agar tercipta iklim usaha yang adil dan sehat. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam hal ini dapat berperan untuk membantu pemerintah. Pemerintah sebaiknya terus melakukan pengembangan dan perbaikan kualitas pada pasar tradisional agar dapat mengimbangi persaingan dengan ritel modern. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan renovasi atau revitalisasi pada pasar tradisional, membantu mempromosikan pasar tradisonal melalui pemasangan spanduk, pamflet dan juga poster. Pemerintah juga dapat bekerja
31
6.
sama dengan pihak lain untuk mengadakan acara hiburan secara berkala di pasar tradisonal agar menarik minat masyarakat untuk datang ke pasar tradisional. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada data keuntungan yang diperoleh pedagang pasar tradisional. Data keuntungan pedagang yang digunakan dalam uji regresi logistik ordinal ini berbentuk data ordinal sehingga dibuat menjadi beberapa kategori range nilai tertentu. Hal tersebut karena pedagang yang cenderung tidak bersedia memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai nilai keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mempermudah penelitian selanjutnya, sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan data keuntungan berupa data rasio yang merujuk data pada angka sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Agresti, Alan. 1990. Categorical Data Analysis. John Wiley and Sons, New York. [APPSI] Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia. 2014. Data Pasar Tradisional di Jakarta [Internet]. [diakses: 26 Januari 2014]. Tersedia pada: http://www.pedagangpasar.com. [APPBI] Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia. 2014. Daftar Anggota Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia. [Internet]. [diakses: 26 Januari 2014]. Tersedia pada: http://appbi-dki.org. Aramiko, Sari Wahyu. 2011. Dampak Pasar Ritel Modern Terhadap Pedagang Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Batam Today. 2014. Ayo Kembali Belanja di Pasar Tradisional. [Internet] [diakses: 13 Maret 2014]. Tersedia pada: http://www.batamtoday.com/detail_berita_pemilu.php?id=38573. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Profil Pembangunan DKI Jakarta. [Internet]. [diakses: 7 Februari 2014]. Tersedia Pada: http://jakarta.bps.go.id. Fidaus, Muhammad, Harmini, Farid Mochamad Afendi. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor: PT IPB Press. Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta. Hadiwiyono. 2011. Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan Global di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harvey, David. 2009. Januari. Neoliberalisme & Restorasi Kelas Kapitalis. Yokyakarta: Resist Book. Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: PT IPB Press. [KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2008. Saran terhadap Pengembangan Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengembangan dan Pembinaan Usaha
32 dan Usaha Toko Modern. Position Paper. [Internet]. [diunduh: 4 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf. _________. 2012. Negeri Surga Ritel: Liberalisasi Perdagangan Lahirkan Industri Ritel. Media Berkala Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Edisi 34 hal 13. [Internet]. [diunduh: 30 April 2014]. Tersedia pada: http://www.kppu.go.id/id/wp-content/uploads/2013/01/Kompetisi-34.pdf. Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Martadisastra, Dedie Supriady. 2010. Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya Terhadap Perdagangan Ritel Tradisional. Jurnal Persaingan Usaha Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Edisi 4 Tahun 2010 hal 63. [Jurnal]. [diunduh: 4 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.kppu.go.id/docs/jurnal/JURNAL_4_2010_ok.pdf. Nielsen, Arthur Charles. 2008. Asia Pasific Retail Shooper Trends 2008. A.C. Nielsen. Indonesia. [Internet]. [diunduh: 26 Januari 2014]. Tersedia pada: http://pt.nielsen.com/documents/tr_0708_AsiaPacificShopperTrends2008.pdf. __________. 2010. Asia Pasific Retail Shooper Trends 2010. A.C. Nielsen. Indonesia. [Internet]. [diunduh: 26 Januari 2014]. Tersedia pada: http://www.nielsen.com/content/dam/corporate/us/en/reports-downloads/2010Reports/Retail-and-Shopper-Trends-2010.pdf. Rumaru, Shulhan. 2011. Pasang Surut Perkembangan Pasar Tradisional. [Internet]. [diakses: 3 Juni 2013]. Tersedia pada: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/23/pasang-surut-perkembanganpasar-tradisional-349824.html. Safitri, Ahmad Reza. 2010. Dampak Ritel Modern Terhadap Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suryadarma, Daniel, Adri Poesoro, Sri Budiyati, Akhmadi, Meuthia Rosfadhila. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia [Jurnal]. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU. Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pers. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Tim Penerbit Andi. 2007.Panduan Praktis: Pengolahan Data Statisktik dengan SPSS 15.0 Edisi 1. Yogjakarta: ANDI, Semarang. Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogjakarta: Penerbit ANDI. Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogjakarta. Widiandra Damasus, Ottis dan Hadi Sasana. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Diponegoro Journal of Economics Volume 2 Nomor 1 [Jurnal]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
33 Lampiran 1 Peraturan mengenai Usaha Ritel di Indonesia: Tingkat Nasional dan Provinsi DKI Jakarta Tingkat Nasional: 1. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 2. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta: 1. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya 2. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta 3. Keputusan Gubernur Nomor 44 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta 4. Keputusan Gubernur Nomor 111 Tahun 2004 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pemyelenggaraan Usaha Perpasaran Swasta 5. Instruksi Gubernur Nomor 85 Tahun 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Perpasaran Swasta di Kotamadya 6. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Area Pasar
34 Lampiran 2 Peta Lokasi Usaha Ritel di Provinsi DKI Jakarta Lokasi Pasar Tradisional dan Ritel Modern Terpilih di Provinsi DKI Jakarta
Keterangan: A B C D E F G
: Pasar Jembatan Besi : Mal Season City : Pasar Menteng Pulo : Mal Kota Kasablanka : Pasar Lenteng Agung : Cilandak Town Square : Carrefour Lebak Bulus
35 Lampiran 3 Rincian Rekapitulasi Ritel Modern Di Provinsi DKI Jakarta Wilayah Jenis Pasar Pasar Swalayan Carrefour Express Hero Giant Lion Superindo Supra Boga Lestari (Ranch Market) Lainnya Jumlah Hipermarket Hypermarket Carrefour Matahari Lotte Mart Jumlah Toko Serba Ada Metro Java Retail Indo Debenhams Ramayana Matahari Lainnya Jumlah Perkulakan Lotter Mart Wholesale Indogrosir Jumlah Pusat Perbelanjaan Mini Market Indomaret Alfamart Alfa Express Alfa Midi Circle K Starmart Ceriamart Lain-lain Jumlah Pasar Tradisional
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Jakarta Timur Barat
Jumlah
Jakarta Utara
1 5 2 -
2 7 4 6 5
5 6 -
1 5 3 7 1
1 2 2 1
6 17 16 21 7
11 19
20 45
10 21
20 37
7 13
68 135
3
6
4
4
3
20
3 1 7
2 3 11
4
3 7
1 1 5
9 5 34
1 2 2 11 25 41
3 3 5 24 35
6 5 10 21
1 2 5 10 18
1 2 2 13 18
4 2 2 15 28 82 133
-
-
1
1
1
3
1 1 18
24
1 2 12
1 13
1 14
2 5 81
88 81 6 8 16 10 5 40 321 39
142 121 9 6 66 5 4 61 414 28
158 206 5 14 9 5 62 525 33
172 200 7 12 12 9 14 482 27
115 106 8 8 10 1 6 61 362 26
2104 153
Sumber: Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, 2014
36 Lampiran 4 Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 No.
Nama Pasar
1
Pasar Asem Reges Pasar Gang Kancil Pasar Jembatan Besi Pasar Jembatan Lima Pasar Mangga Besar Pasar Pagi
2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
15
16
17 18 19
Tahun dibangun 2012
Jl. Taman Sari Raya, No.40 Kel.Taman Sari Kec.Taman Sari Jl. Keamanan Kel.Keagungan Kec.Taman Sari Jl. Jembatan Besi II Kel.Jembatan Besi Kec.Tambora Jl. K.H. Moch. Mansyur 011/01 Kel.Jembatan Lima Kec.Tambora
Kotamadya Barat
Kelas B
Barat
C
Barat
C
Barat
C
Jl. Kebon Jeruk XIX Kel.Maphar Kec.Taman Sari Jl. Petak Baru Pasar Pagi Kel.Roa Malaka Kec.Tambora Jl. Mangga Besar IX Kel.Pinangsia Kec.Taman Sari Jl. Penjagalan Raya No.14 Kel.Pekojan Kec.Tambora Jl. Perniagaan Kel.Tambora Kec.Tambora -
Barat
C
Barat
B
Barat
C
Barat
C
Barat
B
-
-
Jl. Sawah Besar I/II Kel.Maphar Kec.Taman Sari 2010 Jl. Pakis Raya, 009/06 Kel.Rawa Buaya Kec.Cengkareng 2013 Jl. Perumahan Citra Garden I Ext. 008/015 Kel.Kalideres Kec.Kalideres Pasar Citra 1985 Jl. Bangun Nusa, 001/02 Garden Kel.Cengkareng Timur Kec.Cengkareng Pasar Duta 1989 Jl. Komplek Perumahan Duta Mas Mas, 002/09 Kel.Wijaya Kusuma Kec.Grogol Petamburan Pasar Ganefo 2011 Jl. Utama Raya No.1, 009/01 Kel.Cengkareng Barat Kec.Cengkareng Pasar Grogol 1987/1990 Jl. DR. Muwardi IV Kel.Grogol Kec.Grogol Petamburan Pasar 1977 Jl. Kavling Polri Kel.Wijaya Jelambar Polri Kusuma Kec.Grogol Petamburan Pasar 2012 Jl. Benda Raya Kel.Kalideres Jembatan Dua Kec.Kalideres
Barat
C
Barat
C
Barat
B
Barat
C
Barat
C
Barat
C
Barat
B
Barat
C
Barat
C
Pasar Pecah Kulit Pasar Pejagalan Pasar Perniagaan Pasar Petak Sembilan Pasar Sawah Besar Pasar Bojong Indah Pasar Cengkareng
1972
Alamat
1989 2001
1972 2006 1972 2011 2011 2009
37 No.
Nama Pasar
20
Pasar Kalideres Pasar Kedoya
22
23
Tahun dibangun 1996 2012
Pasar Pos Pengumben Pasar Slipi
2012
25
Pasar Timbul Barat
1977
26
Pasar Anyar Bahari
2009
27
Pasar Ikan Luar Batang
1920
28
Pasar Kebon Bawang
2014
29
2005
33
Pasar Muara Angke Pasar Pademangan Timur Pasar Pademangan Barat Pasar Pantai Indah Kapuk Pasar Pelita
34
Pasar Pluit
2004
35
Pasar Sungai Bambu Pasar Sunter Podomoro
1977
Pasar Teluk Gong Pasar Walang Baru
2013
24
30
31
32
36
37 38
1989
1992
2011
1977
1991
1981
Alamat Jl. Tubagus Angke, 005/09 Kel.Angke Kec.Tambora Jl. Kedoya Raya, 008/08 Kel.Kedoya Utara Kec.Kebon Jeruk Jl. Z.Z. Kel.Sukabumi Selatan Kec.Kebon Jeruk Jl. Anggrek Garuda Kel.Kemanggisan Kec.Pal Merah Jl. Tomang Tinggi Raya Kel.Tomang Kec.Grogol Petamburan Jl. Teggiri Raya Tj. Priok Kel.Tanjung Priok Kec.Tanjung Priok Jl. Pasar Ikan Los BKS 14-15, 011/04 Kel.Penjaringan Kec.Penjaringan Jl. Swasembada Barat XVI, 003/14 Kel.Kebo Bawang Kec.Tanjung Priok Jl. Dermaga I Muara Angke Kel.Pluit Kec.Penjaringan Jl. Pademanngan III , 004/02 Kel.Pademangan Timur Kec.Pademangan Jl. Waspada Raya No.1 Kel.Pademangan Kec.Penjaringan
Kotamadya Barat
Kelas C
Barat
C
Barat
C
Barat
B
Barat
C
Utara
C
Utara
C
Utara
C
Utara
C
Utara
C
Utara
C
-
Utara
-
Jl. Raya Sungai Bambu Kel.Sungai Bambu Kec.Tanjung Priok Jl. Pluit Kencana Kel.Pluit Kec.Penjaringan Jl. Sungai Bambu, 003/01 Kel.Papanggo Kec.Tanjung Priok Jl. Sunter Karya Utara II Kel.Sunter Agung Kec.Tanjung Priok Jl.Teluk Gong Raya, 009/08 Kel.Penjagalan Kec.Penjaringan Jl. Alur Laut, 009/05 Kel.Rawa Badak Selatan Kec.Koja Utara
Utara
C
Utara
B
Utara
C
Utara
B
Utara
B
Utara
C
38 No. 39 40 41
42
Nama Pasar Pasar Cilincing Pasar Kali Baru Pasar Koja Baru
Tahun dibangun 1980 2012 2011
Pasar Kelapa Gading Pasar Kramat Jaya Pasar Lontar
2012
-
48
Pasar Mandiri Kelapa Gading Pasar Muncang Pasar Rawa Badak Pasar Sinar
49
Pasar Sindang
1977
50
1992
51
Pasar Sukapura Pasar Tugu
52
Pasar Waru
1977
53
Pasar Blok A
1977
54
2007
56
Pasar Bata Putih Pasar Blok. M (Melawai) Pasar Cidodol
57
Pasar Cipete
-
58
Pasar Mayestik Pasar Mede
2011
43 44 45
46 47
55
59
1988
1985 1977
2006
2010 2011
1996
Alamat Jl. Kesatriaan, 005/05 Kel.Cilincing Kec.Cilincing Jl. Kosambi Timur II Kel.Kali Baru Kec.Cilincing Jl. Askes Ps. Inpres, 006/06 Kel.Kelapa Gading Timur Kec.Kelapa Gading Jl. Bhayangkara Kel.Tugu Utara Kec.Koja Tanah Kosong
Kotamadya Utara
Kelas C
Utara
C
Utara
C
Utara
C
Jl Mangga / Manggar Kel.Tugu Utara Kec.Koja Utara -
Utara
C
Utara
C
Jl. Magga / Manggar Kel.Lagoa Kec.Koja Utara Jl. Anggrek, 006/03 Kel.Rawa Badak Utara Kec.Koja Utara Jl. Lagoa Terusan Kel.Lagoa Kec.Koja Utara Jl. Sindang Raya, 010/08 Kel.Koja Kec.Koja Utara Jl. Tipar Cakung Kel.Sukapura Kec.Cilincing Jl. Kramat Raya Tj. Priok Kel.Tugu Utara Kec.Koja Utara Jl. Raya Cilincing Kel.Lagoa Kec.Koja Utara Jl. R.S. Fatmawati Raya, 008/09 Kel.Pulo Kec.Kebayoran Baru Jl. Kramat I, 003/02 Kel.Grogol Selatan Kec.Kebayoran Lama Jl. Melawai V Kel.Melawai Kec.Kebayoran Baru Jl. Cidodol Raya Kel.Grogol Selatan Kec.Kebayoran Lama Jl. R.S. Fatmawati Raya, 005/01 Kel.Cipete Selatan Kec.Kebayoran Baru Jl.Tebah III Kel.Gunung Kec.Kebayoran Baru Jl. R.S. Fatmawati Raya, 002/03
Utara
C
Utara Utara
C
Utara Utara
C
Utara
C
Utara
C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
A
Selatan
C
Selatan
B
Selatan
A
Selatan
C
39 Tahun dibangun 2014
No.
Nama Pasar
60
Pasar Pesanggrahan
61
Pasar Pondok Indah Pasar Radio Dalam Pasar Shanta
2012
Pasar Bukit Duri Puteran Pasar Cipete Selatan Pasar Karet Belakang Pasar Karet Pedurenan
2007
Pasar Lenteng Agung Pasar Mampang Prapatan Pasar Manggis Pasar Menteng Pulo Pasar Pondok Labu Pasar Rumput
2011
74
Pasar Tebet Barat
1991
75
Pasar Tebet Timur
2000
76
Pasar Warung Buncit Pasar Burung
2005
78
Pasar Cawang Kavling
1973
79
Pasar Cibubur
2006
62 63 64 65 66 67 68 69
70 71 72 73
77
2007
2013 1977 1976
1997
2014 2007 1995 1984
1972
Alamat Jl. Garuda, 007/014 Kel.Pesanggrahan Kec.Pesanggrahan Jl. Ciputat Raya Kel. Pondok Pinang Kec.Kebayoran Lama Jl. R.R.I Kel. Gandaria Utara Kec. Kebayoran Baru Jl. Cipaku I Kel.Petogogan Kec.Kebayoran Baru Jl. Bukit Duri Tebet Kel.Bukit Duri Kec.Tebet Jl. Pangeran Antasari Kel.Cilandak Barat Kec.Cilandak Jl. Karet Belakang Raya Kel.Karet Kec.Setiabudi Jl. Karet Sawah Kel.Karet Semanggi Kec.Setiabudi
Kotamadya Selatan
Kelas C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
C
Jl. Jagakarsa Raya Kel.Jagakarsa Kec.Jagakarsa Jl. Buncit Raya Kel.Mampang Prapatan Kec.Mampang Prapatan
Selatan
C
Selatan
C
Jl. Guntur Kel.Pasar Manggis Kec.Setiabudi Jl. Menteng Pulo Kel.Menteng Atas Kec.Setiabudi Jl. R.S. Fatmawati Ujung Kel.Pondok Labu Kec.Cilandak Jl. Raya Sultan Agung No.4 Kel.Pasar Manggis Kec.Setiabudi Jl. Tebet Barat Dalam raya No.57-59 Kel.Tebet Barat Kec. Tebet Selatan Jl. Tebet Timur Dalam Ray, 004/05 Kel.Tebet Timur Kec.Tebet Jl. Duren Bangka Kel.Bangka Kec.Mampang Prapatan Jl. Penggalang Pal Kel.Meriam Kec.Matraman Jl. Cawang Baru Utara Kel.Cipinang Cempedak Kec.Jatinegara Jl. Raya Lapangan Tembak Kel.Cibubur Kec.Ciracas
Selatan
C
Selatan
C
Selatan
B
Selatan
B
Selatan
A
Selatan
C
Selatan
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
40 Tahun dibangun 2012
No.
Nama Pasar
80 81
Pasar Cijantung Pasar Ciplak
82
Pasar Ciracas
2009
83
Pasar Enjo
2012
84
Pasar Jambul
2009
85
Pasar Lokomotif Pasar Matraman Kebon kosong Pasar Pal Meriam Pasar Pramuka Pasar Rawabening Pertokoan Waru Pasar Bidadari Pasar Cakung
2012
Pasar Cip.Besar Pasar Cipinang Kebembem Pasar Cipinang Muara Pasar Duren Sawit Pasar Kampung Ambon Pasar Kayu Jati
2011
Pasar Klender I / II (SS)
2010
86
87 88 89 90 91 92 93 94
95
96 97 98
99
2012
Alamat telp: 8413411
Kotamadya Timur
Kelas C
Jl. Pancawarga I Kel.Cipinang Besar Selatan Kec.Jatinegara Jl. Raya Ciracas Kel.Ciracas Kec.Ciracas Jl. Pisangan Lama II Kel.Pisangan Timur Kec.Pulo Gadung Jl. SMU XIV Kel.Cililitan Kec.Kramat Jati Jl. Jatinegara Barat Rawabunga
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
2003
Jl. Penggalang Kel.Pal Meriam Kec.Matraman
Timur
C
2010
Jl. Pal Meriam Kel.Pal Meriam Kec.Matraman Jl. Pramuka Raya Ps. Pramuka Kel.Pal Meriam Kec.Matraman Jl. Raya Bekasi Barat, 007/02 Kel.Rawa Bunga Kec.Jatinegara Jl. Jatinegara Barat Kel.Rawabunga Jl. Kayu Putih 1-2 Kel.Pulo Gadung Kec.Pulo Gadung Jl. Raya Bekasi Kel.Cakung Barat Kec.Cakung Jl. Jendral Basuki Rachmat Kec.Jatinegara Jl. Raya Cipinang Kebembem Kel.Cipinang Kec.Pulo Gadung
Timur
C
Timur
B
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
2009
Jl. BB, 005/04 Kel.Cipinang Muara Kec.Jatinegara
Timur
C
2010
Jl. Raya Duren Sawit Kel.Klender Kec.Duren Sawit Jl. Pondasi Raya Kel.Kayu Putih Kec. Pulo Gadung Jl. Rawamangun Tegalan, 001/03 Kel.Rawamangun Kec.Pulo Gadung Jl. Raya Bekasi Timur Kel.Jatinegara Kec.Cakung
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Timur
C
1981 2009 2013 1976 2007
1980
1975 1980
41 No.
Nama Pasar
100
Pasar Pondok Bambu Pasar Pulogadung
101
Tahun dibangun 2011 1987
Alamat Jl. Kejaksaan Kel.Pondok Bambu Kec.Duren Sawit Jl . Raya Bekasi Timur Kel. Jatinegara Kaum Kec.Pulo Gadung Jl. Pegambiran Raya Kel.Rawamangun Kec.Pulogadung Jl. Cempaka Kel.Duren Sawit Kec.Duren Sawit Jl. Sunan Giri
Kotamadya Timur
Kelas C
Timur
B
Timur
B
Timur
C
Timur
C
Timur
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
2004
Jl. Raya Bekasi Kel.Ujung Menteng Kec.Cakung Jl. Bendungan Hilir Raya Kel.Bendungan Hilir Kec.Tanah Abang Jl. Kendal No.25 Kel.Menteng Kec.Menteng Jl. Tanah Abang V Kel.Petojo Selatan Kec.Gambir Jl. Pegangsaan Timur Kel.Pegangsaan Kec.Menteng Jl. Kebon Kacang I Kel.Kebon Kacang Kec.Tanah Abang Jl. Sri Kaya Raya Kel.Kebon Sirih Kec.Menteng Jl. Cikini Raya No.90 Kel.Cikini Kec.Menteng Jl. Diponegoro Kel.Paseban Kec.Senen Jl. Surabaya Kel.Menteng Kec.Menteng Jl. Kebon Jati Raya
Pusat
C
102
Pasar Rawamangun
1992
103
Pasar Sawah Barat Pasar Sunan Giri Pasar Ujung Menteng Pasar Bendungan Hilir Pasar Blora
2006
Pasar Cideng Thomas Pasar Cikini Ampiun Pasar Gandaria Pasar Gondangdia Pasar Hias Rias Cikini Pasar Jl. Diponegoro Pasar Jl. Surabaya Pasar Kebon Jati/Areal Tanah Abang Blok G Pasar Kenari
1972
1998
-
Pusat
-
Pasar Lontar / Kb.Melati Pasar Palmerah
1975
Pusat
C
Pusat
A
Pasar Paseban
1990
Jl. H. Sabeni Raya Kel.Kebon Melati Kec.Tanah Abang Jl. Hayam Wuruk No.100 Kel.Mangga Besar Kec.Taman Sari Jl. Salemba Raya, 014/005
Pusat
C
104 105 106
107 108 109 110 111 112 113 114 115
116 117 118
119
1978 2011 1974
1975
2013 1983 2013 1989 1975 1975
1999
42 No.
Nama Pasar
120
Pasar Petojo Enclek Pasar Petojo Ilir Pasar Pramuka Pojok Pasar Tanah Abang Bukit Pertokoan Jl. Biak Pasar Cempaka Putih Pasar Gardu Asem Pasar Gembrong Pasar Jati Rawasari Pasar Jembatan Merah Pasar Johar Baru Pasar Karang Anyar Pasar Kombongan
121 122
123 124 125
126 127 128 129
130 131 132
133
134 135
137 138 139
Pasar Kwitang Dalam Pasar Nangka Bungur Pasar Rawa Kerbo / Rawasari Pasar Sumur Batu Pasar Tanah Tinggi Poncol Pasar Timbul Kartini
Tahun dibangun 1975 2001 1979
1975 -
1983 2013 1977 1975
2009 1971 1975
1971
2014 1983
1977 1975 1977
Alamat Jl. Suryo Pranoto Gg.IX Kel.Petojo Selatan Kec.Gambir Jl. A.M. Sangaji, No.16-18, 003/04 Kel.Petojo Utara Jl. Salemba Raya No.79, 001/05 Kel.Paseban Kec.Senen
Kotamadya Pusat
Kelas C
Pusat
C
Pusat
B
Jl. K.H. Fachrudin Kel.Kampung Bali Jl. Biak Jakarta Pusat
Pusat
C
Pusat
C
Jl. Cempaka Putih Barat 111-IV Kel. Cempaka Putih Barat
Pusat
C
Jl. Gardu Asem Kel.Kemayoran Kec.Kemayoran Jl. Pangkalan Asem Kel.Cempaka Putih Barat Kec.Cempaka Putih Jl. Mardani Raya Kel.Cempaka Putih Barat Kec.Cempaka Putih Jl. Kartini Raya Kel.Mangga Dua Selatan Kec.Sawah Besar
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
B
Jl. Percetakan Negara 11 Kel. Johar Baru Jl. Karang Anyar Raya Kel.Karang Anyar Jl. Bungur Besar Gg.XVII, 001/01 Kel.Gunung Sahari Selatan Kec.Kemayoran Jl. Kramat Kwitang I, 009/09 Kel.Kwitang Dalam Kec.Senen
Pusat
-
Pusat
B
Pusat
C
Pusat
C
Jl. Kalibaru Timur, 006/09 Kel.Utan Panjang Jl. Rawasari Selatan Kel. Cempaka Putih Barat
Pusat
C
Pusat
C
Jl. Sumur Batu Raya, 001/01 Kel.Sumur Batu Kec.Kemayoran Jl. Letjen Suprapto Kel.Bungur Kec.Senen Jl. Sumur Batu Raya Kel.Kartni Kec.Sawah Besar
Pusat
C
Pusat
C
Pusat
C
43
No.
Nama Pasar
140
142
Pasar Rajawali Pasar Baru dan Mini Atom Pasar Cipulir
143
Pasar Glodok
144
Pasar HWI Lindeteves
145
Pasar Induk Kramat Jati Pasar Jatinegara Pasar Kebayoran Lama Pasar Kramat Jati Pasar Minggu
141
146 147
148 149 150
151 152
153
Pasar Perumnas Klender Pasar Senen Blok III - VI Pasar Tanah Abang (A-F)
Pasar Tomang Barat Sumber Keterangan
Tahun dibangun 1975 2012
Alamat Jl. Rajawali Selatan Kel. Gunung Sahari Utara Jl. H. Samanhudi Kel.Pasar baru
Jl. Cileduk Raya, 008/010 Kel.Cipulir Kec.Kebayoran Lama 2001 Jl. Glodok selatan Kel.Glodok Kec.Taman Sari 2012 Jl. Hayam Wuruk No.100 Kel.Mangga Besar Kec.Taman Sari 2005-2009 Jl. Raya Bogor KM.20 Kel. Kramat Jati Kec.Kramat Jati telp 2012 Jl. Matraman Raya Kel. Bali Mester Kec.Jatinegara Timur 2008/ Jl. Raya Kebayoran Lama 2011 Kel.Grogol Utara Kec.Kebayoran Lama 1990 Jl. Raya Bogor KM.20 Kel. Kramat Jati Kec.Kramat Jati 1989 Jl. Ragunan Raya Kel.Pasar Minggu Kec.Pasar Minggu 1996 Jl. Teratai Putih Raya Kel.Malaka Sari Kec.Duren Sawit
Kotamadya Pusat Pusat
2012
1984 & 1978 A 2006, F 2012, F1&F2 2004, B 2011 2009
Kelas C C
A Barat
A
Barat
A
Timur
A
Timur
A A
Timur
A
Selatan
A
Timur
B
Jl. Pasar Senen Raya Kel.Senen Kec.Senen Jl. K.H. Fachrudin Kel.Kampung Bali Kec.Tanah Abang
Pusat
A
Pusat
A
Jl. Tanjung Duren raya Kel.Tanjung Duren Selatan Kec.Grogol Petamburan
Pusat
A
: PD Pasar Jaya, 2014 : ( - ) = tidak ada keterangan
44
Lampiran 5 Ritel Modern Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 No. Nama Ritel Modern 1 Central Park 2 Jakarta Design Centre 3 Lindeteves Trade Centre 4 Mal Ciputra 5 Mal Matahari Puri Daan Mogot 6 Mal Taman Anggrek 7 Mal Taman Palem 8 Puri X'tertaiment Pavilion 9 Puri Indah Mall 10 Season City 11 Slipi Jaya Plaza 12 Lotte Mart Mal Taman Surya 13 Ramayana Plaza Cengkareng 14 Emporium Pluit Mall 15 La Piazza 16 Mahakam Square 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Alamat Jl. S. Parman Kav. 28, Podomoro City Jl. Gatot Subroto Kav. 53, Slipi
Wilayah Barat Barat
Jl. Hayam Wuruk 127
Barat
Jl. Arteri S. Parman, Grogol Jl. Daan Mogot KM 16
Barat Barat
Jl. Letjen S. Parman Kav. 21, Slipi Jl. Kamal Raya Outer Ring Road, Cengkareng Jl. Puri Indah Boulevard Blok VI, Puri Indah
Barat Barat Barat
Jl. Puri Agung, Puri Indah Jl. Prof. Dr. Latumenten No. 33 Jl. Letjend. S. Parman Kav.17-18, Palmerah Jl. Satu Maret, Komplek Taman Surya V Blok DD-1
Barat Barat Barat Barat
Jl. Kamal Raya Outer Ring Road, Cengkareng
Barat
Jl. Pluit Selatan Raya No. 1 JL. Bolevar Kelapa Gading Blok M Jl. Raya Kelapa Nias Blok HF No. 3, Kelapa Gading Mal Artha Gading Jl. Boelevard Artha Gading Selatan No. 1, Kelapa Gading Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading Mall of Indonesia Square Jl. Pluit Raya No. 1 Pluit Junction Jl. Pluit Indah Raya, 4th Floor Suite S012 Pluit Village Jl. Danau Sunter Utara Blok G-7 Kav. II Sunter Mall Jl. Mangga Dua Raya No. 8 WTC Mangga Dua Jl. Melawai V Blok M Square Jl. Raya Cilandak KKO, Pasar Minggu Cilandak Mall Cilandak Town Square Jl. TB Simatupang Kav. 17, Cilandak Barat Darmawangsa Square Jl. Darmawangsa VI & X, Lt. Basement No. The City Walk 42-45 Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Epiwalk Exion/ Lippo Mall 36 Pangeran Antasari, Kemang Kemang Jl. Sultan Iskandar Muda Gandaria City
Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan
45 No. Nama Ritel Modern 30 Grand ITC Permata Hijau 31 ITC Fatmawati 32 ITC Kuningan 33 Kalibata City Square 34 Kota Kasablanka 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Kuningan City Mal Ambasador Mal Blok M Pacific Place Pejaten Village Plaza Blok M Plaza Festival Plaza Kalibata Plaza Mebel Poins Squre Pondok Indah Mall Tebet Green The Arcade @ Oakwood The Plaza Semanggi Arion Mall Cibubur Juntion Grand Cakung Mal Cijantung Plaza Buaran Pulogadung Trade Center Pusat Grosir Cililitan Tamini Square Ciputra World FX Lifestyle x'enter Gajah Mada Plaza Gedung Blok B Pusat Grosir Tanah Abang Golden Truly Grand Indonesia Shopping Town
Alamat Jl. Arteri Permata Hijau
Wilayah Selatan
Jl. RS. Fatmawati Raya No. 39 Jl. Prof. Dr. Satrio Jl. Kalibata Raya No. 1 Jl. Casablanca Kav. 88, Menteng Dalam, Tebet Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Karet, Kuningan Jl. Prof. Dr. Satrio Jl. Hasanudin, Kebayoran Baru SCBD, Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Selatan Selatan Selatan Selatan
Jl. Warung Jati Barat No. 39 Jl. Bulungan 76, Kebayoran Baru Jl. Rasuna Said Kav. C-22 Jl. Raya Kalibata Jl. Rs. Fatmawati Kav. 5 Jl. R.A Kartini No.1, Simatupang, Lebak Bulus Jl. Metro Pondok Indah Blok II-B Jl. MT. Haryono Kav. 25-26 Jl. Lingkar Mega Kuningan Blok E4.2 No.1
Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan Selatan
Jl. Jend. Sudirman Kav. 50 Jl. Pemuda Kav. 3-4, Rawamangun Jl. Jambore No. 1 Cibubur, Ciracas Jl. Hamengkubuwono IX/DH (Depan Giant Ujung) Jl. Pendidikan I, Cijantung Jl. Raden Inten II/ Klender Duren Sawit Jl. Raya Bekasi KM 21
Selatan Timur Timur Timur
Jl. Mayjen Sutoyo No.76 Cililitan Jl. Taman Mini Raya, Garuda Pinang Ranti Jl. Prof. Satrio Kav. 3-5 Jl. Pintu Senayan, Jl. Jendral Sudirman Jl. Gajah Mada No. 19-26 Jl. Fachrudin No.78,80,82, Tanah Abang
Timur Timur Timur Pusat Pusat Pusat
Jl. Gunung Sahari No. 59
Pusat
Jl. MH. Thamrin No. 1
Pusat
Selatan Selatan Selatan Selatan
Selatan Selatan Selatan
Timur Timur Timur
46 No. 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Nama Ritel Modern Harco Pasar Baru Istana Pasar Baru ITC Cempaka Mas Mega Grosir ITC Mangga Dua ITC Roxy Mas Mal Mangga Dua Mangga Dua Square Plaza Atrium Plaza Glodok Plaza Indonesia Plaza Kenari Mas Plaza Senayan Senayan City
Alamat
Wilayah
Jl. Hj. Samahudi No. 133 Jl. Pintu Air Raya No. 58-64 Jl. Letjen Suprapto Kav. 1
Pusat Pusat Pusat
Jl. Mangga Dua Raya Jl. Wahid Hasyim Jl. Arteri Mangga Dua Raya lt.5 Jl. Gunung Sahari No. 1 Jl. Senen Raya No. 135 Jl. Pinangsia Raya Jl. MH. Thamrin Kav. 28-30 Jl. Kramat Raya No. 101 Jl. Asia Afrika No. 8 Jl. Asia Afrika Lot.19 Senayan
Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat Pusat
Sumber: Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta, 2014
47 Lampiran 6 Output Uji Khi-Kuadrat (Chi-square) Test Komoditas Utama yang Dijual Pedagang Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta Crosstab pasar perakuan Produk1 Beras
Count Expected Count % within pasar
Minyak
Count Expected Count % within pasar
Bahan Minuman
11.1%
7
4
11
7.3
3.7
11.0
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
4
2
6
4.0
2.0
6.0
6.7%
6.7%
6.7%
12
6
18
12.0
6.0
18.0
20.0%
20.0%
20.0%
2
1
3
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
2
1
3
2.0
1.0
3.0
3.3%
3.3%
3.3%
1
2
3
2.0
1.0
3.0
Count
Count
Count % within pasar Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar
1.7%
6.7%
3.3%
Count
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
1
2
3
2.0
1.0
3.0
1.7%
6.7%
3.3%
15
9
24
16.0
8.0
24.0
25.0%
30.0%
26.7%
3
1
4
2.7
1.3
4.0
5.0%
3.3%
4.4%
% within pasar Count Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar Tas
3.3%
1
Daging (sapi, kambing) Count
Pakaian
15.0%
12.2%
Expected Count
Telur & susu
10.0
0
% within pasar
Ikan
3.3
13.3%
Expected Count
Ayam
6.7
1
% within pasar
Buah
10
11.7%
Expected Count Sayur Mayur
Total 1
Count % within pasar
Bumbu
kontrol 9
Count Expected Count % within pasar
48
pasar perakuan Produk1 Sepatu
Count
Kue dan Bahan Kue
0
2
1.3
.7
2.0
3.3%
.0%
2.2%
Count
0
1
1
Expected Count
.7
.3
1.0
.0%
3.3%
1.1%
% within pasar Total
Count Expected Count % within pasar
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
9.808
a
13
.710
Likelihood Ratio
11.568
13
.563
1.266
1
.261
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
90
a. 22 cells (78.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
Total
2
Expected Count % within pasar
kontrol
49 Lampiran 7 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Group Statistics pasar Umur pendidikan LamaBerdagang Ukurankios JumlahKios JumlahPembeli
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
60
42.47
12.011
1.551
2
30
38.97
12.096
2.208
1
60
9.55
3.793
.490
2
30
10.13
2.623
.479
1
60
18.12
10.972
1.416
2
30
14.83
8.714
1.591
1
60
7.73
6.039
.780
2
30
6.20
4.091
.747
1
60
2.15
1.388
.179
2
30
3.17
8.879
1.621
1
60
29.2167
23.62209
3.04960
2
30
44.1333
27.86882
5.08813
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Umur
Equal variances assumed
.322
Sig. .572
Equal variances not assumed pendidikan
Equal variances assumed
1.513
.222
Equal variances not assumed LamaBerdagan Equal variances g assumed
1.900
.172
Equal variances not assumed Ukurankios
Equal variances assumed
2.662
.106
Equal variances not assumed JumlahKios
Equal variances assumed
4.145
.045
Equal variances not assumed JumlahPembeli Equal variances assumed Equal variances not assumed
.312
.578
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2-tailed)
df
Mean Difference
95% CI of the Difference
Std. Error Difference Lower Upper
1.300
88
.197
3.500
2.692 -1.850 8.850
1.297
57.743
.200
3.500
2.698 -1.902 8.902
-.756
88
.452
-.583
.772 -2.117
.950
-.852
78.940
.397
-.583
.685 -1.947
.780
1.428
88
.157
3.283
2.299 -1.286 7.853
1.541
71.203
.128
3.283
2.130
-.964 7.531
1.246
88
.216
1.526
1.224
-.907 3.959
1.413
79.963
.161
1.526
1.080
-.623 3.675
-.871
88
.386
-1.017
1.168 -3.337 1.304
-.623
29.711
.538
-1.017
1.631 -4.349 2.315
-2.658
88
.009
-14.91667
5.61277 26.07 3.7624 087 6
-2.515
50.382
.015
-14.91667
5.93204 26.82 3.0040 928 5
50 Lampiran 8 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Jenis Kelamin Jenis kelamin Crosstab pasar perakuan jeniskelamin
lakilaki
Count Expected Count % within pasar
perempuan
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
kontrol
Total
31
7
38
25.3
12.7
38.0
51.7%
23.3%
42.2%
29
23
52
34.7
17.3
52.0
48.3%
76.7%
57.8%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.010
5.471
1
.019
6.872
1
.009
6.581 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
.013 6.508
1
.011
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.67. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.009
51 Lampiran 9 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Status Tempat Usaha Status tempat usaha Crosstab pasar perakuan statustempatusaha
1
Count Expected Count % within pasar
2
Count Expected Count % within pasar
Total
Count Expected Count % within pasar
kontrol
Total
37
20
57
38.0
19.0
57.0
61.7%
66.7%
63.3%
23
10
33
22.0
11.0
33.0
38.3%
33.3%
36.7%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.643
.054
1
.817
.217
1
.641
.215 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
.817 .213
1
.644
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.411
52 Lampiran 10 Output Uji Khi-Kuadrat Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta dilihat dari Letak Kios Letak kios Crosstab pasar perakuan letakkios
1
Count
2
4
16
10.7
5.3
16.0
20.0%
13.3%
17.8%
Count
48
26
74
49.3
24.7
74.0
80.0%
86.7%
82.2%
Expected Count % within pasar Total
Count
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count % within pasar
Total
12
Expected Count % within pasar
kontrol
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.436
.238
1
.626
.633
1
.426
.608 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
.564 .601
1
.438
90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.320
53 Lampiran 11 Output Independent t-test Karakteristik Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Dilihat dari Segmentase Pembeli Terbanyak
Group Statistics Pasar JumlahPembeliRT NilaiPembelianRT JumlahPembeliResto NilaiPembelianResto JumlahPembeliPK NilaiPembelianPK JumlahPembeliWarung NilaiPembelianWarung
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
perlakuan
60
68.08
27.833
3.593
kontrol
30
66.67
25.235
4.607
perlakuan
60
62.67
30.552
3.944
kontrol
30
61.33
26.094
4.764
perlakuan
60
7.08
14.680
1.895
kontrol
30
13.83
21.322
3.893
perlakuan
60
8.50
16.882
2.179
kontrol
30
15.33
23.004
4.200
perlakuan
60
11.83
18.388
2.374
kontrol
30
14.00
18.118
3.308
perlakuan
60
14.25
19.762
2.551
kontrol
30
17.00
20.197
3.688
perlakuan
60
13.00
21.982
2.838
kontrol
30
5.50
15.220
2.779
perlakuan
60
14.58
23.975
3.095
kontrol
30
6.33
17.117
3.125
54
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F JumlahPembeliRT Equal variances assumed
.868
Sig. .354
Equal variances not assumed NilaiPembelianRT Equal variances assumed
1.871
.175
Equal variances not assumed JumlahPembeliRes Equal variances to assumed
9.100
.003
Equal variances not assumed NilaiPembelianRes Equal variances to assumed
7.725
Equal variances not assumed JumlahPembeliPK Equal variances assumed
.238
Equal variances not assumed NilaiPembelianPK Equal variances assumed
.439
Equal variances not assumed JumlahPembeliWa Equal variances rung assumed
8.797
Equal variances not assumed NilaiPembelianWar Equal variances ung assumed Equal variances not assumed
9.428
.007
t
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
df 88
.815
1.417
6.038
13.416 10.583
.242 63.467
.809
1.417
5.843
13.091 10.257
.204
88
.838
1.333
6.520
14.291 11.624
.216 66.925
.830
1.333
6.185
13.679 11.012
88
.082
-6.750
3.836
14.373
43.183 1.559
.126
-6.750
4.330
1.981 15.481
1.599
88
.114
-6.833
4.275
1.662 15.329
45.113 1.444
.156
-6.833
4.732
2.696 16.363
88
.598
-2.167
4.092
5.965 10.298
-.532 58.884
.597
-2.167
4.072
5.981 10.314
88
.538
-2.750
4.451
6.096 11.596
-.613 56.989
.542
-2.750
4.484
6.229 11.729
88
.097
7.500
4.474 -1.391 16.391
1.888 78.871
.063
7.500
3.972
88
.096
8.250
4.909 -1.505 18.005
1.876 77.259
.064
8.250
4.398
.235
1.760
.627 -.530
.509 -.618
.004 1.676
.003 1.681
.873
-.406 15.406
-.508 17.008
55 Lampiran 12 Output Uji Khi-Kuadrat Metode Pembayaran Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Crosstab pasar perakuan Metode pembayaran1
Kontan
Count Expected Count % within pasar
Kredit
Count Expected Count % within pasar
Konsinyasi Count Expected Count % within pasar Total
Count Expected Count % within pasar
kontrol
52
26
78
52.0
26.0
78.0
86.7%
86.7%
86.7%
5
3
8
5.3
2.7
8.0
8.3%
10.0%
8.9%
3
1
4
2.7
1.3
4.0
5.0%
3.3%
4.4%
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
.188 .193 .023
Total
2 2 1
90
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
.911 .908 .878
56 Lampiran 13 Output Uji Khi-Kuadrat Pemasok Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Crosstab pasar perakuan Pemasok1
Produksi Sendiri
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
2
0
2
1.3
.7
2.0
3.3%
.0%
2.2%
11
5
16
10.7
5.3
16.0
18.3%
16.7%
17.8%
3
3
6
4.0
2.0
6.0
5.0%
10.0%
6.7%
20
10
30
20.0
10.0
30.0
33.3%
33.3%
33.3%
23
12
35
23.3
11.7
35.0
38.3%
40.0%
38.9%
Count Expected Count % within pasar
Penyalur/ Count Pemasok Expected Count Profesional % within pasar Tengkulak Count Expected Count % within pasar Pasar Induk
Count Expected Count % within pasar
Pasar Count Grosir dan Expected Count Penjual % within pasar Grosir Total
Total
Count % within pasar
Produksi RT lain
kontrol
Count
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count % within pasar
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
2.296 3.185 .361
5 5 1
90
a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
.807 .671 .548
57 Lampiran 14
Output Uji Khi-Kuadrat Sumber Modal Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
Crosstab pasar perakuan modal1
Modal Sendiri
Count
57
Expected Count
84
28.0
84.0
90.0%
93.3%
Count
1
0
1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
1
1
2
1.3
.7
2.0
1.7%
3.3%
2.2%
1
1
2
1.3
.7
2.0
1.7%
3.3%
2.2%
0
1
1
.7
.3
1.0
.0%
3.3%
1.1%
60
30
90
Pinjaman Count dari teman Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar Bank Count Pasar/BPR Expected Count % within pasar Total
27
56.0
% within pasar
Bank Swasta
Total
95.0%
% within pasar Pinjaman dari kerabat
kontrol
Count Expected Count % within pasar
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
3.054 3.533 2.117
4 4 1
90
a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
.549 .473 .146
58 Lampiran 15 Output Uji Khi-Kuadrat Pesaing Terberat Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta
Crosstab Pasar 1 Pesaing1
Pedagang lain dalam pasar
Count
Ritel modern
Count
% within Pasar % within Pasar
PKL
2
Total
5
5
10
11.6%
83.3%
20.4%
30
0
30
69.8%
.0%
61.2%
Count
7
1
8
% within Pasar
16.3%
16.7%
16.3%
Pedagang pasar Count tradisional lain % within Pasar
1
0
1
2.3%
.0%
2.0%
Total
Count % within Pasar
43
6
49
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a.
Asymp. Sig. (2sided)
df a
17.592 16.543 6.630
3 3 1
.001 .001 .010
49
5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.
Directional Measures Value Nominal by Nominal
Uncertainty Symmetric Coefficient Pesaing1 Dependent Pasar Dependent
Asymp. Std. a Error
Approx. b T
Approx. Sig.
.246
.086
2.539
.001
c
.169
.068
2.539
.001
c
.454
.110
2.539
.001
c
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Likelihood ratio chi-square probability.
59 Lampiran 16 Output Uji Khi-Kuadrat Penyebab Kelesuan Usaha Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Pasar Tradisional Provinsi DKI Jakarta
Crosstab Pasar 1 Penyebab1
Pedagang pasar tradisional lain
Count
16
Expected Count % within Pasar
Pedagang lain dalam pasar
Count Expected Count % within Pasar
Ritel modern
Count Expected Count % within Pasar
PKL
Count Expected Count % within Pasar
Harga pemasok tingga
Count Expected Count % within Pasar
11
2
18
15.5
2.5
18.0
32.7%
25.0%
31.6%
3
5
8
6.9
1.1
8.0
6.1%
62.5%
14.0%
21
0
21
18.1
2.9
21.0
42.9%
.0%
36.8%
5
1
6
5.2
.8
6.0
10.2%
12.5%
10.5%
3
0
3
2.6
.4
3.0
6.1%
.0%
5.3%
1
0
1
Expected Count
.9
.1
1.0
2.0%
.0%
1.8%
Count Expected Count % within Pasar
49
8
57
49.0
8.0
57.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Total
Count % within Pasar
Total
2
Asymp. Sig. (2sided)
df a
19.818 17.689 1.021
5 5 1
57
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14.
.001 .003 .312
60 Lampiran 17 Output Uji Khi-Kuadrat Strategi Utama Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Crosstab pasar perakuan Strategi1
Pengiriman ke rumah
Count Expected Count % within pasar
Diskon harga
Count Expected Count % within pasar
Kebersihan kios
13.3%
.0%
8.9%
1
2
3
2.0
1.0
3.0 3.3% 1
Expected Count
.7
.3
1.0
1.7%
.0%
1.1%
13
2
15
10.0
5.0
15.0
21.7%
6.7%
16.7%
4
0
4
2.7
1.3
4.0
6.7%
.0%
4.4%
16
14
30
20.0
10.0
30.0
26.7%
46.7%
33.3%
4
5
9
6.0
3.0
9.0
6.7%
16.7%
10.0%
3
0
3
2.0
1.0
3.0
5.0%
.0%
3.3%
10
7
17
11.3
5.7
17.0
16.7%
23.3%
18.9%
Count Expected Count Count Expected Count Count
Count Expected Count % within pasar Count Expected Count % within pasar
Tidak ada strategi Count Expected Count % within pasar Total
8.0
0
% within pasar
Harga murah
2.7
6.7%
Expected Count Kualitas maksimal
5.3
1
% within pasar Sopan santun
8
1.7%
% within pasar Pembayaran dicicil
Total 0
Count % within pasar
Menambah produk
kontrol 8
Count Expected Count % within pasar
60
30
90
60.0
30.0
90.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
17.071 22.118
8 8
.029 .005
5.195
1
.023
90
61 Lampiran 18 Output Paired Samples t-test Omset Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Omset2013
1.97
30
.718
.131
Omset2008
1.67
30
.606
.111
Paired Samples Correlations N Pair 1
Omset2013 & Omset2008
Correlation 30
Sig.
.528
.003
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair 1
Omset2013 Omset2008
.300
.651
Lower
.119
Upper
.057
t
Sig. (2tailed)
df
.543 2.523
29
.017
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Omset2013
1.60
60
.643
.083
Omset2008
1.83
60
.763
.098
Paired Samples Correlations N Pair 1
Omset2013 & Omset2008
Correlation 60
Sig.
.622
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair 1
Omset2013 Omset2008
-.233
.621
.080
Lower -.394
Upper -.073
t 2.912
df 59
Sig. (2tailed) .005
62 Lampiran 19
Output Paired Samples t-test Keuntungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan Ritel Modern Pedagang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Provinsi DKI Jakarta Paired Samples Statistics Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Keuntungant2013
1.63
30
.718
.131
Keuntungan2008
1.57
30
.728
.133
Paired Samples Correlations N Pair 1
Keuntungant2013 & Keuntungan2008
Correlation 30
Sig.
.675
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Mean Deviation Keuntungan2013 Keuntungan2008
.067
Std. Error Mean
.583
Lower
.106
Upper
-.151
.284
t
Sig. (2tailed)
df
.626
29
.536
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Keuntungant2013
1.23
60
.465
.060
Keuntungan2008
1.57
60
.698
.090
Paired Samples Correlations N Pair 1
Keuntungant2013 & Keuntungan2008
Correlation 60
Sig.
.579
.000
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Deviatio Mean n Keuntungant2013 Keuntungan2008
-.333
.572
95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean .074
Lower -.481
Upper -.185
t -4.511
df
Sig. (2-tailed) 59
.000
63 Lampiran 20 Output Uji Regresi Logistik Ordinal Case Processing Summary Marginal Percentage
N Keuntungan
1
62
68.9%
2
23
25.6%
3
5 90
5.6% 100.0%
Valid Missing
0
Total
90 Model Fitting Information
Model
-2 Log Likelihood
Intercept Only
137.874
Final
107.069
Chi-Square
df
Sig.
30.805
8
.000
Goodness-of-Fit Chi-Square Pearson Deviance
df
151.239 107.069
Sig. 168 168
.819 1.000
Pseudo R-Square Cox and Snell Nagelkerke McFadden
.290 .370 .223
Parameter Estimates 95% Confidence Interval Estimate
Std. Error
Wald
df
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Threshold
[Keuntungan = 1]
3.899
1.490
6.848
1
.009
.979
6.819
Location
[Keuntungan = 2] ukurankios
6.475 .081
1.601 .049
16.352 2.668
1 1
.000 .102
3.337 -.016
9.614 .178
LamaBerdagang
-.031
.027
1.326
1
.249
-.084
.022
JumlahPembeli
.009
.011
.630
1
.427
-.013
.030
Pendidikan
.185
.100
3.402
1
.065
-.012
.381
DummyJarak
-1.508
.580
6.747
1
.009
-2.646
-.370
DummyDiversivi kasi Produk
.050
.586
.007
1
.931
-1.099
1.200
DummyKomoditi ProdukSegar
2.488
.907
7.525
1
.006
.710
4.265
DummyKomoditi ProdukOlahan
2.190
.871
6.320
1
.012
.482
3.897
64 Lampiran 21 Ouput Uji Kolerasi Kendall's tau Antar Variabel Independen
Ukuran Kios Ukuran Kios Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Umur
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Lama Berdagang
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Jumlah Pembeli
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Dummy Jarak Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Lama Berdagang
Umur
Jumlah Pembeli
Dummy Dummy Jarak Diversifikasi Produk
Pendidikan
Dummy Produk Segar
Dummy Produk Olahan
1.000
.002
-.122
.085
.041
.052
.233**
-.218**
.294**
.
.489
.056
.143
.312
.285
.005
.008
.001
90
90
90
90
90
90
90
90
90
-.002
1.00 0
.383**
-.076
-.159*
.095
-.053
.034
-.030
.489
.
.000
.163
.026
.140
.274
.348
.368
90
90
90
90
90
90
90
90
90
1.000
.055
-.112
.101
-.064
.092
-.007
-.122
.383 **
.056
.000
.
.242
.089
.130
.237
.153
.469
90
90
90
90
90
90
90
90
90
.085
.076
.055
1.000
-.018
-.300**
.329**
.172*
.328**
.143
.163
.242
.
.419
.001
.000
.031
.000
90
90
90
90
90
90
90
90
90
.041
.159*
-.112
-.018
1.000
-.033
-.034
-.356**
.093
.312
.026
.089
.419
.
.367
.364
.000
.172
90
90
90
90
90
90
90
90
90
**
-.033
1.000
.048
.000
.000
.052
.095
.101
-.300
.285
.140
.130
.001
.367
.
.325
.500
.500
90
90
90
90
90
90
90
90
90
65
Ukuran Kios Dummy Diversifikasi Produk
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Dummy Komoditi
Umur
Lama Berdagang
Jumlah Pembeli
Pendidikan
Dummy Jarak
Dummy Diversifikasi
Dummy Produk
Dummy Produk
Produk
Segar
Olahan
.233**
-.053
-.064
.329**
-.034
.048
1.000
.000
.337**
.005
.274
.237
.000
.364
.325
.
.500
.001
90
90
90
90
90
90
90
90
90
-.218**
.034
.092
.172*
-.356**
.000
.000
1.000
-.500**
.008
.348
.153
.031
.000
.500
.500
.
.000
90
90
90
90
90
90
90
90
90
.294**
-.030
-.007
.328**
.093
.337**
-.500**
1.000
.001
.368
.469
.000
.172
.500
.001
.000
.
90
90
90
90
90
90
90
90
90
Correlation Coefficient
Produk Segar Sig. (1-tailed) N Dummy Komoditi
Correlation Coefficient
.000
Produk Olahan Sig. (1-tailed) N
66 Lampiran 22 Kuesioner Turun Lapang
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL Tanggal wawancara
: ___________________ Jam : _________________________________________________________
Pewawancara
: __________________________________________________________________________________
Situasi Wawancara
: __________________________________________________________________________________
Nama Pasar
: ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________
Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu) a. Satu buah
b. Dua buah
c. Tiga buah
d.
Lebih dari 3 buah, sebutkan: _____________ buah
Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu) a. 200 m atau kurang b. 201 m – 500 m
c. d.
501 m – 1.000 m 1.001 m – 2.500 m
e. f.
2.501 m – 5.000 m 5.001 m – atau lebih, sebutkan: ______ km
Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini, adalah (jenis, nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu) a. Department store b. Supermarket c. Hypermarket
Nama: Nama: Nama:
__________________ __________________ __________________
Catatan:
1
Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 5 tahun
Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________
67 Petunjuk umum: Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden Beri check mark (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka, yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden
IDENTIFIKASI RESPONDEN 1.
Nama responden:
2.
___________________________ 4.
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan _________________ tahun
5
Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan) a. Utama (langsung ke pertanyaan 6) b.
6
3.
Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
Kedua, Sebutkan**:
Jumlah anggota keluarga (termasuk responden): __________________ orang Yang terdiri dari: Laki Dewasa (>18 tahun) Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn) Total
Umur responden: a. __________ tahun b. Tidak tahu
Perempuan
7
Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini: ____________________m (atau isi kotak di bawah ini) Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1000 m d = 1001 m – 2500 m e = 2501 m – 5000 m f = > 5000 m
Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha) **Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.
68
RIWAYAT USAHA 8.
Sejak kapan berdagang di pasar tradisional ini: Bulan: ______________ Tahun: ______________
9.
Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini) Kode letak
Saat ini
Saat awal berdagang
a = Di depan & lantai bawah b = Di dalam & lantai bawah c = Di depan & lantai atas d = Di dalam &lantai atas
10. Status tempat usaha (saat awal berdagang): a. Milik sendiri, harga per m2____________ b. Sewa, sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ___________________ 12
Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri, harga per m2______________ b. Sewa, sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th c. Lainnya, sebutkan: ____________________________
Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi), besar retribusi tersebut, dan pemungutnya? Jenis retribusi Kios Kebersihan Keamanan
*
11.
Nilai Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun* Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun
1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi
Pemungut
Kwitansi: 1=ada, 2= tidak ada
69 13. Nilai inventarisasi (jumlah kios, harta benda, truk dll) usaha anda: Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini) Kode nilai a = < Rp 1000000 b = Rp 1000100 – Rp 4000000 c = Rp 4000100 – Rp 7000000 d = Rp 7000100 – Rp 10000000 e = Rp 10000000 ke atas f = Tidak Tahu
KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013 Setelah adanya ritel modern
Sebelum adanya ritel modern
14a.
Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m2
14b. Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m
15a.
Jumlah kios yang anda miliki _____________________kios
15b. Jumlah kios yang anda miliki ________________________kios
70
16a
Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban 16b. diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N= Tas O= Sepatu P = Kue dan Bahan Kue Q= Lainnya: ………………..
17a.
Urutan 1 2 3 4 5
Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? _________________________orang Apakah mereka diupah atau tidak? Laki Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan A = Beras B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N= Tas O= Sepatu P = Kue dan Bahan Kue Q= Lainnya: ………………..
Urutan 1 2 3 4 5
17b. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? __________________________orang Apakah mereka diupah atau tidak? Laki
Perempuan Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Perempuan
71
18a.
Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
18b. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
19a.
Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per hari adalah:
19b. Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per hari adalah:
Laki-laki Perempuan
20a.
% % 100%
Dilihat dari segmen pembeli, pembeli terbanyak menurut 20b. persentase jumlah pembeli dan nilai penjualan?
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan
Jumlah pembeli Nilai penjualan % % % % % % % % % % 100%
21a.
Laki-laki Perempuan
100%
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama)
% % 100%
Dilihat dari segmen pembeli, siapa pembeli paling banyak? (dibandingkan dengan tahun 2008)
Jumlah pembeli
Nilai penjualan
1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
1=lebih tinggi 2=sama 3=lebih rendah
Rumah Tangga Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan 21b. berdasarkan 3 pilihan utama)
72 Kode
Kode
22a.
A = Pengiriman langsung ke rumah urutan B = Memberikan diskon harga 1 C = Kios selalu dijaga kebersihannya 2 D = Jenis dagangan diperbanyak 3 E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Sopan santun/ ramah tamah H =Kualitas produk yang maksimal I = Harga murah J = Tidak ada strategi Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? 22b. (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)
A = Pengiriman langsung ke rumah urutan B = Memberikan diskon harga 1 C = Kios selalu dijaga kebersihannya 2 D = Jenis dagangan diperbanyak 3 E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Sopan santun/ ramah tamah H =Kualitas produk yang maksimal I = Harga murah J = Tidak ada strategi Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)
Kode
Kode
A B C D E F 23a.
24a.
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak (pedagang pengumpul) Pasar induk Grosir (makro/.............................................)*
A B C D E F
urutan 1 2 3
Produksi sendiri Produksi orang/rumahtangga lain Penyalur Tengkulak Pasar induk Grosir (makro/.........................)*
urut an 1 2 3
G Lainnya, sebutkan: ___________________ Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara 23b. pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
G Lainnya, sebutkan: ___________ Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kode
Kode
A
Kontan
B C D
Kredit Konsinyasi Lainnya, _____________________
sebutkan:
urutan 1 2 3
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
24b.
A
Kontan
B C D
Kredit Konsinyasi Lainnya, sebutkan: _____________________
cara
urutan 1 2 3
Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
73 Kode
A B C D E F G H I
25a.
Kode
Modal sendiri Meminjam dari saudara Meminjam dari teman/tetangga Bank swasta (sebutkan Bank pemerintah (sebutkan Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi Lainnya, _____________________
) )
urutan 1 2 3
sebutkan:
Berapa rata-rata omzet dagangan per hari? Rp.________________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini) Kode a = Rp 1000000 atau kurang b = Rp 1001000 – Rp 5000000 c = Rp 5000000ke atas
26a.
Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini) Kode a = Rp 300000 atau kurang b = Rp 301000 – Rp 1000000 c = Rp 1001000 ke atas
A B C D E F G H I
Modal sendiri Meminjam dari saudara Meminjam dari teman/tetangga Bank swasta ( ……..) Bank pemerintah (…… ) Rentenir/pelepas uang BPR/bank pasar Koperasi Lainnya, sebutkan: _____________________
urutan 1 2 3
25b. Berapa omzet dagangan per hari? Rp._______________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini) Kode a = Rp 1000000 atau kurang b = Rp 1001000 – Rp 5000000 c = Rp 5000000ke atas
26b. Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah ini) Kode a = Rp 300000 atau kurang b = Rp 301000 – Rp 1000000 c = Rp 1001000 ke atas
74 PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA SEBELUM TERDAPAT RITEL MODERN Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir 1 = Maju 2 = Mundur 3 = Tetap
Tempat usaha Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam tiga tahun terakhir Faktor penyebab
1=Maju; 2=Mundur
Alasan
PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP RITEL MODERN Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan ritel modern di sekitar pasar tradisional ini? Ya Tidak Dengan adanya ritel modern/hypermarket tersebut, apakah ada perubahan dalam berusaha? 1=Maju; 2=Mundur; 3=Tetap
Tempat usaha Omzet Varietas
75 Keuntungan Lainnya, sebutkan
Dalam melakukan kegiatan usaha, lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada ritel modern? Kode A = sebelum ada ritel modern B = sama saja C = setelah ada ritel modern
Faktor-faktor apa saja (selain ritel modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:
√ Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan Masalah premanisme Kondisi pasar tradisional yang kotor, becek, sempit, panas, dan pengap Lainnya, sebutkan: ____________________________
Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?
√ Bisa menawar Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya, sebutkan: ______________________________________
76
Menurut Bapak/Ibu, mengapa orang lebih suka pergi ke ritel modern? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi) Kode A = Harga lebih murah B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai, debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya, sebutkan:______________________________
urutan 1 2 3
Bagaimana dampak keberadaan ritel modern/hypermarket terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum? Ritel modern merugikan. Alasannya: __________________ Ritel modern membantu/menguntungkan. Alasannya: _____ Lainnya. Sebutkan: ____________________________________ Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern? Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________ Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________ Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya ritel modern? Sebutkan secara terinci dan prioritasnya! __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________
77 HARAPAN Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha, baik harapan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengelola pasar, atau instansi lainnya? Harapan terhadap pemerintah pusat: ______________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________________________________________________________
Harapa terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola pasar tradisional: ______________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola ritel modern: ______________________________________________________________________
78
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Elis Maisari lahir pada tanggal 13 Mei 1992 di Jakarta. Penulis merupakan anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan Ismail Abdul Manaf dan Asmani. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri 01 Pagi Kedoya Utara, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 75 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 112 Jakarta dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departmen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung dengan himpunan profesi Departemen Ilmu Ekonomi yakni Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (Hipotesa) pada tahun 2011-2013 sebagai anggota Divisi Information, Promotion and Internal Relationship (INTEL) dan tergabung pada organisasi eksternal kampus Forum For Indonesia Chapter Bogor pada tahun 2013.