EVALUASI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SITIREJO I KECAMATAN MEDAN KOTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
OLEH : HIKMAH MUNTHE 040902013
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Hikmah Munthe : Evaluasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Lingkungan X Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 9 1.5. Sistematika Penulisan .......................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Evaluasi Program ............................................... 11 2.2. Beras Keluarga Miskin ........................................................ 13 2.3. Kemiskinan ......................................................................... 15 2.4. Konsep Kesejahteraan sosial ................................................ 25 2.5. Usaha-usaha Kesejahteraan Sosial ....................................... 27 2.6. Kerangka Pemikiran ............................................................ 28 2..7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ......................... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian..................................................................... 33 3.2. Lokasi Penelitian ................................................................. 33 3.3. Subjek Penelitian ................................................................. 34 3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 34 3.5. Teknik Analisa Data ............................................................ 35 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 36 4.2. Luas Wilayah....................................................................... 37 4.3. Kependudukan ..................................................................... 40 4.4. Fasilitas ............................................................................... 45 4.5. Organisasi Sosial Budaya..................................................... 45 4.6. Struktur Pemerintahan ......................................................... 47 4.7. Program Beras Untuk Keluarga Miskin ................................ 48 BAB V ANALISA DATA 5.1. Identitas Responden ............................................................. 52 5.2. Evaluasi Program................................................................. 68 BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 6.1. Kesimpulan ......................................................................... 88 6.2. Saran ................................................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
HIKMAH MUNTHE 040902013
EVALUASI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SITIREJO I KECAMATAN MEDAN KOTA
Kemiskinan masih tetap menjadi masalah yang menjadi akar dari pada setiap masalah sosial yang timbul di Negara Indonesia. Perekonomian yang semakin sulit dikarenakan imbas dari pada krisis ekonomi global membuat pemerintah yang memiliki peranan sebagai pemecah suatu masalah bagi setiap hal yang timbul dan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat memandang bahwa harga bahan pokok yang melambung kian tinggi menyebabkan angka kemiskinan setiap tahunnya semakin bertambah, pemerintah mengentaskan suatu program yang diberi nama sebagai raskin (beras miskin). Dimana raskin ini berguna untuk meringankan beban dari pada rakyat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (beras) anggota keluarga setiap harinya. Program beras raskin ini juga merupakan upaya pemerintah dengan menjual beras bersubsidi secara murah untuk menanggulangi kemiskinan atas dasar penghormatan pada pemenuhan hak masyarakat miskin akan pangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakuka n di Kelurahan Sitirejo I kecamatan Medan Kota. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini sebanyak 80KK dan 8 orang aparatur Kelurahan Sitirejo I sebagai sumber informasi. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan cara kuesioner dan wawancara. Data yang didapat kemudian di analisa dengan memberikan komentar (analisa) dengan menggunakan tabel tunggal. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Evaluasi terhadap program raskin telah berjalan dengan cukup baik, namun program raskin bukanlah suatu jawaban dari pada pemecahan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat kita. Selain itu program raskin juga menimbulkan efek ketergantungan yang menyebabkan masyarakat kurang mau berusaha dalam mengubah kehidupannya. Program raskin dirasa kurang tepat dikarenakan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh suatu keluarga berbeda-beda tergantung kepada jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, latar belakang pendidikan maupun lingkungan tempat mereka tinggal. Dengan adanya program raskin taraf hidup masyarakat tidak juga berubah menjadi lebih sejahtera seperti apa yang menjadi tujuan dari pada program ini.
Kata kunci : Evaluasi, Program Raskin (beras miskin).
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian
besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar
terhadap
upaya pengentasan kemiskinan karena
pada
dasarnya
pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terusmenerus menjadi masalah yang berkepanjangan. (http://www.duniaesai.com/ekonomi/eko1.html) Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan bangsa yang belum terselesaikan sampai hari ini dan masih menggelinding menebur pesakitan penderitaan rakyat. Kebijakan pemerintah pun terasa trial and error dalam menanggulanginya, sehingga tidak ada satu titik kepastian kapan akan surutnya deretan angka kemiskinan di bumi yang baru saja ditinggalkan oleh kematian satu penguasa rezim orde baru. Berbicara mengenai kemiskinan, secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin diberi arti “tidak berharta benda”. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial lain.
Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Telah sama-sama dapat dilihat bahwa kemiskinan hingga saat ini masih menjadi issu global. Artinya kemiskinan tidak hanya menjadi pokok masalah di Negara Dunia Ketiga, tetapi juga menjadi persoalan di Negara Industri Maju. Kemiskinan juga merupakan momok di Negara Dunia Ketiga, karena merupakan masalah sosial terbesar. Hampir disemua Negara berkembang, sedikit penduduk hidup dapat menikmati hasil pembangunan, mayoritas penduduk hidup melarat. Strategi pembangunan yang diterapkan tidak menyumbang apapun bagi kesejahteraan rakyat miskin. Sebaliknya, malah membuat mereka semakin sengsara. Krisis
moneter
pada tahun
1997
yang
sungguh
parah
telah
mengakibatkan jumlah penduduk miskin membengkak kembali sehingga pada tahun 1998 menjadi hampir 50 juta jiwa atau 24 persen dari jumlah penduduk. Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang diturunkan secara besar-besaran dengan pendekatan yang terintegrasi baik secara finansial hingga bentuk padat karya dipercaya mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam mengerem laju kemiskinan tersebut, sehingga dalam periode berikutnya, yaitu pada tahun 19992005, jumlah penduduk miskin menurun kembali menjadi 35,1 juta (15,97 persen). Namun, pada periode 2005-2006 terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebesar 3,95 juta.
Menurut badan pusat statistik Sumatera Utara, penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil survei sosial Ekonomi Nasional (Susena) yang dilaksanakan pada bulan maret 2007 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400 orang atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun demikian, kondisi ini dikatakan masih lebih baik jika dibandingkan pada tahun 2006 karena jumlah penduduk miskin pada sumatera utara menurun sekitar 211.300 orang. Secara nasional, jumlah penduduk miskin tahun 2007 sebanyak 37,17 juta atau 16,58 persen. Pada bulan maret 2007 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp 178.132 perkapita per bulan. Untuk daerah perkotaan garis kemiskinansebesar Rp 205.379 per kapita per bulan dan untuk pedesaan sebesar Rp 154.827 per kapita perbulan. Berdasarkan indeks kedalaman tingkat kemiskinan dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan didaerah perkotaan tidak lebih baik dari pada daerah pedesaan (BPS, 2007). Melihat tingginya angka jumlah penduduk miskin dan diperparah oleh sulitnya penduduk miskin akan akses terhadap pangan karena rendahnya daya beli sebagai akibat krisis maka pemerintah meluncurkan program beras untuk keluarga miskin (Raskin). Progam ini dibentuk agar keluarga miskin mempuyai akses yang baik terhadap pangan (beras) dalam hal harga dan ketersediaan. Program raskin dimulai sejak juli 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) beras. Ketidak mampuan penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan terlihat dari resiko rawan pangan di tanah air yang masih tinggi. Pemenuhan kebutuhan pokok merupakan hal yang sangat sulit bagi penduduk
miskin karena masyarakat miskin umumnya menggunakan proporsi besar kebutuhannya hanya untuk makan. Program ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mentransfer pendapatan kepada keluarga miskin sebagai akibat krisis, sehingga dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin yang pengeluaran mereka untuk pangan mencapai 70% total pendapatan sekitar 25% diantaranya untuk beras. Salah satu bentuk transfer pendapatan adalah melalui komoditas beras yang dijual kepada keluarga miskin dengan harga bersubsidi kepada keluarga miskin yang telah ditentukan sasarannya pada tingkat subsidi harga Rp. 1000/kg. alokasi beras yang disalurkan melalui Operasi Pasar Khusus (OPK) sebanyak 10 kg/blan, kemudian sejak desember 1998 dinaikkan menjadi 20kg/ bulan. Program Raskin merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang didasarkan pada prinsip penghormatan, penghargaan dan pemenuhan hak-hak dasar bagi masyarakat miskin. Namun, dalam prakteknya dikehidupan sehari-hari ternyata masih banyak masalah yang menghadang program ini. Pertama, pagu alokasi beras yang disediakan pemerintah selalu tidak mencukupi kebutuhan Keluarga miskin yang tercatat diseluruh wilayah. Kedua, terbatasnya pagu alokasi menyebabkan belu tercapainya jumlah beras ang direkomendasikan sebanyak 20kg/KK/bulan. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2003 baru tercapai 3,3 kg/KK/bulan. Ketiga, akurasi dan kontinuitas data keluarga (KK) miskin di setiapdaerah masih perlu diperbaiki. Keempat, belum terbentuknya kelembagaan ditingkat paling bawah yang akan menjamin ketetapan sasaran program. Kelima, harga beras yang dibayar keluarga penerima manfaat dilokasi
yang jauh dari titik distriusi masih besar dari Rp. 1000/kg. (www.pikiranrakyat.com). Program Raskin dilaksanakan di kelurahan Sitirejo I sejak tahun 2005 dan pada saat ini program tersebut masih berjalan. Program ini merupakan hak bagi masyarakat miskin yang merupakan dukungan dari berbagai program pemerintah untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat miskin yang terdapat di dalam kelurahan ini sama seperti masyarakat yang lainnya berhak atas penghidupan yang layak, terutama pemenuhan kebutuhan akan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), terutama pangan. Di Kelurahan Sitirejo I tercatat 40 KK penerima Raskin yang disalurkan oleh Pemerintah Kelurahan Sitirejo I (Data Kelurahan, 2009). Untuk itu diperlukan terimplementasinya program raskin yang disalurkan secara baik guna membantu kehidupan masyarakat miskin di daerah kelurahan Sitirejo I, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik dan tidak mengalami suatu kelaparan dikrenakan harga beras dan bahan pokok yang lainnya semakin menjadi mahal, sedangkan pendapatan tidak mengalami kenaikan. Program raskin yang tadinya diharapkan pemerintah dapat terlaksana dengan baik dan merata di setiap daerah di tanah air ternyata masih mengalami banyak masalah dan penyelewengan di berbagai wilayah. Seperti yang diberitakan oleh banyak media cetak maupun elektronik. Seperti penyelewengan Raskin yang terjadi di daerah Medan Marelan, dimana Walikota Medan diwakili Asisten Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Ir. H Wiriya Alrahman, M. Si menegur keras Camat Medan Marelan, Armansyah Lubis setelah tersiar kabar
terjadinya penyelewengan penyaluran beras miskin (Raskin) yang diduga dilakukan oknum Kepling dikawasan itu. (http://www. ppk.lipi.go.id/informasi/berita/berita_detil.asp?Vnomer=957). Selain itu ada juga berita yang mengunakan tajuk dengan judul “Penggerebekan gudang pengoplos puluhan ton beras miskin (raskin) oleh pihak kepolisian” (http://www.hariansuarasumut.com/Berita-Utama/2069.html). Bahkan
baru-baru
ini
terdapat
berita
mengenai
penyimpangan
pendistribusian Raskin dan pembagian yang belum merata. Penyimpangan terjadi dalam bentuk pembagian jatah Raskin kepada semua warga, bukan hanya kepada rumah tangga sasaran. Akibatnya, jatah Raskin untuk rumah tangga sasaran berkurang karena harus “berbagi” dengan warga lain, yang tidak layak menerima Raskin karena mereka tidak termasuk kategori rumah tangga sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. I wayan Sugiana dari Partai Demokrat mengatakan, orang miskin hanya meneima 10 kg, 5 kg, atau bahkan hanya 2 kg. Padahal jatah mereka seharusnya 15 kg per bulan (Kompas, 2009:17). Pembagian Raskin dari titik distrbusi ke rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab Pemda. Meski demikian, Bulog terus memantau termasuk berupaya memperbaiki dengan membangun Warung Desa. Sementara itu, Raskin bulan Januari 2009 hingga kini belum dibagi. Keterlambatan pembagian ini dikarenakan adanya perbaikan pendataan rumah tangga sasaran. Sementara itu, di Madina penyaluran raskin juga tertunda akibatnya harga beras di pasaran Mandailing Natal mencapai Rp 7.500 per kg. Sementara, Dinas Perindag tidak dapatmelakukan upaya langsung mengintervensi pasar seperti operasi akibat dana kegiatan tersebut tidak tertampung dalam APBD TA 2009.
Kemudian banjirnya pasokan beras yang sangat diharapkan masyarakat dan pedagang untuk menurunkan harga hingga akhir Februari ini belum muncul. Kelihatan hanya sebagian kecil petani yang panen, sehingga tidak mempengaruhi tingginya harga beras tersebut. Tingginya harga beras, tentu sangat dirasakan warga miskin di Madina, karenanya mereka terus mendesak pemerintah segera menyalurkan Rakin. Karena dinilai sebagai salah satu solusi penurunan harga beras (Waspada, 2009:20). Kepala Bagian Perekonomian Sedakab Madina Taufik Zulhendra menjelaskan ” Kami masih menunggu SK Gubsu soal revisi pagu Raskin. Adanya revisi pagu raskin itu terkait banyaknya protes dari Kabupaten/Kota, termasuk Pemkab Madina terhadap keputusan yang menurunkanjumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima raskin 2009”. Menurutnya, penurunan jumlah RTS itu bersamaan berubahnya sebutan keluarga penerima Raskin. Tahun 2008 masih benama Rumah Tangga Miskin (RTM), kini menjadi RTS. Penurunan jumlah RTS itu, berdampak pada penurunan pagu Raskin. Pada tahun 2008 total pagu Raskin 7.319.920 kg, maka 2009 menjadi 6.415.380 kg (Waspada, 2009:20). Berdasarkan berita-berita tersebut maka terdapat fakta adanya berbagai penyelewengan dalam pelaksanaan Program Raskin. Padahal program ini sangat berarti bagi rakyat miskin dalam mewujudkan hak asasi manusia atas pangan yang ada pada saat kritis saat ini. Dimana harga beras melonjak tinggi sedangkan pendapatan mereka tetap. Program raskin dilaksanakan di kelurahan Sitirejo I sejak juni 2002 dan pada saat ini program tersebut masih berjalan. Program inimerupakan suatu cara
yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah untuk membantu mensejahterakan rakyat miskin dalam mendukung berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Masyarakat miskin pada kelurahan Sitirejo I sama dengan masyarakat lainnya diseluruh wilayah Indonesia, dimana memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya yaitu, sandang (beras). Untuk itu diperlukannya agar terimplementasinya program Raskin ini dengan baik agar masyarakat miskin di Kelurahan Sitirejo I dapat terpenuhi segala haknya dan dapat terhindar kelaparan dikarenakan harga beras yang semakin melonjak. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai implementasi program raskin di Kelurahan Sitirejo I. Selain itu, di kelurahan Sitirejo I sedang dilaksanakan program penyaluran Raskin.
1.2.
Perumusan Masalah Masalah merupakan bagian pokok dari kegiatan penelitian. Berdasarkan
uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan adalah Bagaimana evaluasi Program Raskin dan hambatan-hambatan yang ditemui dalam menjalankan Program tersebut?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui Evaluasi Program Raskin di kelurahan Sitirejo I dikelurahan tersebut. 2. Untuk mengetahui apakah staff kelurahan menemui hambatan dalam menjalankan program Raskin tersebut?
1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan
konsep-konsep,
teori-teori terutama
pemecahan
masalah
penyaluran Raskin di Kelurahan Sitirejo I untuk mengetahui evaluasi Program Raskin dan hambatan-hambatan yang ditemui dalam penyaluran Raskin tersebut.
1.4.
SISTEMATIKA PENULISAN Adapun dalam penulisan penelitian ini adalah : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah,
perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menggunakan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang
berkaitan
dengan
penelitian
yang
di
lakukan,kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian
BAB V
ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian dan analisanya.
BAB VI
PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang di lakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Evaluasi Program Evaluasi program merupakan suatu langkah , yaitu awal dalam supervisi,
yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Menurut Suchman (1961 dalam Anderson, 1975) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menetukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Worthen dan Sanders (1973 dalam Anderson, 1971). Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang program, produksi, prosedur, serta alternative strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Defenisi lain dikemukakan oleh seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses pengambara, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menetukan alternative keputusan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evalusi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam pengambilan sebuah keputusan.
Ada 2 macam tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada progam secara kseluruhan, sedangkan tujuan secara khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam setiap program dijelaskan mengenai: 1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai 2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan 3. Aturan yang harus dipegang dalam mencapai tujuan 4. Perkiraan yang ahrus dipegang dan prosedur yang harus dilalui 5. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan 6. Strategi pelaksanaan Menurt Charles O. Jones (1991: 8) pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu: a. Program cenderung membutuhkan staff, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program. b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga diidentifikasikan melalui anggaran. c. Program memiliki identitas tersendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik. Apabila “program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi pogram maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan
program realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Program yang terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebagai sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan melalui intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik. 2.3.
Beras Keluarga Miskin
2.3.1. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) Berdasarkan surat keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan
Direktur Utama Perum Bulog pasal I ayat 1 bahwa, program beras miskin merupakan program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian baras dalam jumlah dan harga tertentu. Sedangkan
sesuai dengan Peraturan
Menteri
Keuangan Nomor
117/PMK.02/2007 tentang anggaran biaya dan pendapatan perusahaan umum bulog dalam rangka penugasan pemerintah untuk melaksanakan pengelolahan persediaan, distribusi dan peneendalian harga beras tahun 2007 pada pasal 1 ayat 1
menyatakan
bahwa,
pemerintah
melelui
perusahaan
umum
bulog
menyelenggarakan program raskin untuk memberikan perlindungan kepada rumah tangga miskin melalui bantuan beras bersubsidi guna memenuhi kebutuhan gizi dan mengurangi beban pengeluaran keluarga. Dimana pada ayat 2 program Raskin sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan melalui
pendistribusian beras paling banyak 10kg per kepala rumah tangga miskin perbulan dengan harga R.1.000,00 per kg netto dititik distribusi. Adapun tujuan dari program ini adalah utuk memberikan bantuan pangan kepada keluarga miskin guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya melalui penjualan beras berdistribusi. Program Beras Raskin untuk keluarga miskin (memiliki ciri spesifik), yaitu: 1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima manfaat (bersubsidi) 2. Jumlah beras yang disalurkan tidak tergantung permintaan pasar, tetapi berdasrkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat. 3. Tidak dirujukan dalam upaya stabilisasi harga pasar, tetapi untuk pemenuhan kebutuhan beras keluarga yang menjadi sasaran penerimaa manfaat Raskin 4. Dalam pelaksaannya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk memperlancar operasional perlu adanya petunjuk pelaksanaan. Program Raskin di tujukan kepada keluarga miskin dan rawan dengan mempertimbangkan keuangan pemerintah. Penerima manfaat yaitu keluarga miskin di desa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat di program ini adalah: 1. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN. Indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu: a. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari
b. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. c. Bagian lantai yang terluas dari tanah. 2. Keluarga Sejahtera I (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi Indikator KS I yang ditetapkan BKKBN, dengan bobot per kategori lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah: a. Paling kurang seminggu sekali keluarga maka daging/ ikan/telur b. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian baru. c. Luas lantai rumah paling kuran 8m2untuk tiap penghuni/ jiwa. Proses penetapan penerimaan bantuan dari program berdasarkan data dari BKKBN, yang merupakan basis data untuk memperkirakan jumlah keluarga miskin disuatu desa/ kelurahan. Data dari BKKBN kemudian dibahas untuk menentukan penerimaan manfaat berdasarkan atas pengetahuan pelaksanaan program akan kondisi objektif daerah setempat. Dalam musyawarah meliputi proses vertifikasi evalusi untuk menetapkan keluarga miskin sesuai skala prioritas untuk memperoleh jumlah sesuai dengan pagu jumlah keluarga yang ditetapkan. Hasil pemilihan kepala keluarga sasaran penerima manfaat disahkan oleh pejabat pemerintah setempat. Dalam rangka meningkatkan transparansi maka daftar nama yang sudah disahkan harus dapat diketahui oleh masyarakat luas, dan setiap keluarga penerima manfaat program yang sah diberikan kartu tanda penerima Raskin. Sumber pembiayaan program ini berasal dari APBN tahun berjalan untuk subsidi harga beras, sedangkan utnuk biaya operasional, yaitu yang terdiri dari biaya distribusi dan pendukung sampai dititik distribusi dibebankan kepada
Bulog. Selain itu terdapat juga biaya operasional dari titik distribusi sampai kerumah tangga miskin, biaya ini ditanggung oleh pemerintah daerah dimana dananya bersumber dari APBN propinsi/ kabupaten/ kota. Titik distribusi yaitu tempat penyerahan/pendistribusian beras tingkat kelurahan/desa yang terdekat dengan keluarga sasaran penerima manfaat, yang ditentukan atas dasar kesepakatan dengan keluarga sasaran penerima manfaat, yang ditentukan atas dasar kesepakatan/musyawarah antara instansi pelaksana Raskin yang terkait, sesuai dengan tingkat wilayah tingkat operasionalnya. sedangkan yang menjadi satuan Tugas (satgas) yaitu: Dolog/Subdolog adalah unit yang bekerja di bawah Dolog/Dubdolog yang bertugas mengangkut dan menyerahkan beras kepada pelaksana distribusi dan dimaksud pelaksana distribusi kegiatan yaitu kepala desa/kelurahan dibantu oleh aparat yang bertugas mendistribusikan kepada penerima manfaat. ssMekanisme distrubusi Raskin: 1. Data jumlah KK penerima manfaat digunakan oleh Bupati/Walikota untuk mengajukan Surat Penerimaan Alokasi (SPA) Raskin kepada Kadolog/ Kasubulog/Kakanlog, dengan dilampiri jadwal rencana distribusi dan jumlah KK sasaran per daerah (kecamatan / desa). 2. Berdasarkan
SPA
Raskin
tersebut,
Kadolog/Kasubolog/Kakanlog
menerbitkan SPPB/DO beras per kecamatan/desa kepada Satgas Raskin sesuai dan jadwal permintaan alokasi yang diajukan oleh Bupati/Walikota. 3. Atas dasar SPPB/DO tersebut, kepala gudang melayani distribusi beras kepada Satgas Raskin.
4. Satgas Raskin Dolog/Subbulog/Kanlog
mengangkut dan menyerahkan
Raskin ke titik distribusi. Dalam pelaksanaan pendistribusian ini Satgas Dolog/ Subolog/Kanlog dapat mengadakan koordinasi dengan Pemda. 5. Pelaksaan pendistriibusian beras Raskin dann titik pendistribusian kepada penerima manfaat. 6. Setelah selesai Pendistribusian, Satgas Raskin segera mengambil Kartu Kendali penerima Raskin.. Pembayaran harga beras Raskin Rp. 1.000,00 dari penerima manfaat kepada pelaksana distribusi kepada pelaksana distribusi kepada Satgas Raskin harus tunai. Apabila penerima manfaat tidak mampu untuk membayar secara tunai maka dapat dikecualikan dengan syarat Kades/ Lurah/ Camat/ Bupati/ Walikota membuat jaminan tertulis dengan ketentuan pelunasannya sudah selesai pada bulan bersangkutan. Adapun organisasi dan penanggung jawab Raskin terdiri dari tingkat pusat dan tingkat daerah. 1. Tingkat Pusat a. Organisasi pelaksana Raskin di tingkat pusat adalah Tim Supervisi dan pengendali Raskin yang terdiri dari Wakil atau pejabat dari kantor Menko Perekonomian, Kantor Menko Kersa, Bappenas, Ditjen BPM Depdagri, Ditjen Anggaran Bulog dan BKKBN. b. Dirjen BPM
Depdagri sebagai penangung jawab pembina pelaksana
Raskin. c. Kepala Bapenas sebagai penaggung jawab perencana Program.
d. Departemen keuangan cq Dirjen Anggaran sebagai penanggung jawab penyediaan Subsidi. e. Penanggung jawab penyediaan dan ditribusi beras sampai titik distribusi dan penyelesaian penanggihan subsidi adalah kepala bulog, dalam pelaksanaannya dibantu oleh: 1) Deputi bulog selaku penanggung jawab Opersional ditingkat Bulog yang bertugas untuk melakukan perencanaan dan pengendalian operasional Raskin. 2) Deputi keuangan Bulog selaku penaggung jawab keuangan bertugas untuk
merencanakan
dan
menyediakan
dana,
mengikuti
perkembangan realisasi pembayaran dan menyelesaikan tagihan subsidi dari pemerintah. 3) Inspektor Bulog bertugas melakukan monitoring, menangani masalah keluhan dan melakukan pemeriksaan sesuai dengan fungsinya. f. Penanggung jawab pengaduan masyarakat adalah dirjen BPM Depdagri Koordinator Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) di tingkat Pusat. 2. Tingkat Daerah a. Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat propinsi adalah Gubernur. b. Penanggung jawab pelaksana dan pelaksana di tingakt Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. c. Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusi beras dari gudang Bulog sampai titik distrubusi adalah Kaknlog/ Kasublog/ Kadolog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya. Dalam pelaksanaannya:
1) Kadolog/Kasublog/Kakanlog selaku penanggung jawab opersional tingkat Dolog/Subolog/Kanlog bertugas dan bertanggung jawab terhadap penyediaan pendistribusian beras dalam lingkup Dolog/ Sublog/ Kanlog dari gudang sampai titik distribusi, penyelesaian administrasi dan penyelesaian harga beras. 2) Satuan Tugas (Satgas) Raskin dibentuk atas dasar surat keputusan Kadolog/Kasublog/Kakanlog, Satgas Raskin diketuai oleh pegawai Organik Dolog/Kasublog/Kanlog yang anggotanya diketahui oleh pegawai Bulog dan bukan Pegawai Bulog. d) Penanggung jawab penyediaan data dasar untuk penetapan keluarga sasaran penerima manfaat Raskin adalah kepala BKKBN setempat. e) Penanggung jawab penetapan keluarga miskin dan kuantum beras adalah Gubernur dan Bupati/Walikota, sesuai dengan tingkatan wilayahnya sebagai hasil konsultasi dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang bersangkutan. f)
Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap titik distribusi adalah Camat sebagai hasil Musyawarah Desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat.
g) Penanggung jawab distribusi beras Raskin dari titik distribusi sampai kepada keluarga sasaran penerima manfaat Pemda setempat sesuai tingkatan wilayahnya, yang dalam pelaksanaanya dapat bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, maupun institusi kemasyarakatan lainnya.
h) Penanggung jawab penanganan pengaduan masyarakat adalah Kepala Dinas/Badan BPM bersama-sama unsur inspektor dan pengawasan dolog/sublog sesuai tingkatan wilayahnya. 2.3.2. Konsep Keluarga miskin dan kemiskinan Kemiskinan secara harfiah berasal dari kata miskin yang mempunyai arti” tidak berharta benda dalam pengertian yang lebih luas kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suat tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan pada dasarnya selalu dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuan. Perkiraan kebutuhan dibatasi seseorang dapat hidup hidup secara layak. Jika pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum sehingga seseorang dapat hidup secara layak. Jika pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum maka orang atau keluarga itu disebut miskin. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Apabila suatu keluarga mengalami kehidupan yang miskin anak menjadi salah satu korban dari pada kemiskinan yang dialami orang tuanya. Dimana anak yang seharusnya bersekolah dan bermain selama masa pertumbuhannya justru menjadi alat untuk mencari tambahan dari pada kebutuhan untuk hidup sehari-hari, seperti berjualan asongan ataupun berjualan koran dipinggir jalan. Anak yang menjadi harapan penerus bangsa, tidak dapat mengenyam yang namanya bangku sekolah dan ilmu pendidikan. Begitu banyak anak miskin yang mempunyai potensi untuk menjadi anak yang pintar. Namun, karena keadaan dan situasi yang tidak mendukung mereka untuk dapat mengenyam semua itu.
Ayah ataupun ibu yang hanya memiliki suatu pekerjaan yang tidak tetap seperti kuli angkut ataupun buruh cuci menjadi faktor yang sangat dominan dalam memenuhi kebuthan yang semakin hari semakin berat. Setiap keluarga mempuyai tanggung jawab untuk dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik secara fisik maupun psikis. Keluarga yang tidak mampu
memenuhi
kebutuhannya akan menjadi masalah yang besar. Jadi, yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu bagian masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan secara biologis yang hidup dan tinggal dalam rumah yang standar kehidupan ekonominya rendah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti, sandang, pangan, maupun papan. 2.4.
Kemiskinan Kemiskinan timbul akibat adanya suatu kelompok ataupun golongan
yang hidup serba berkecukupan, sedangkan sebagian yang lainnya hidup dalam kondisi yang serba kekurangan. Didalam membicarakan masalah kemiskinan kita akan menemukan beberapa kategori kemiskinan seperti: 1. Kemiskinan absolut yaitu seseorang yang dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebuuhan hidupnya untuk memelihara fisiknya dan untuk dapat bekerja. 2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang atau kelompok yang lain. 3. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang timbul akibat adanya suatu kekuatan yang berada diluar seseorang atau kelompok orang yang
membelenggu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar tetap miskin. 4. Kemiskinan sittuasional yaitu kemsikinan yang terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak mengguntungkan, misalnya daerah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjadi miskin. 5. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang dikarenakan adanya budaya atau kultur masyarakat setempat yang menghendaki tetap miskin (Mardimin, 1996:24) Kemiskinan sebagai suatu kondisi fisik sosial dengan sikap mental yang berlangsung cukup lama sehingga membentuk budaya miskin, dimana pola hidup tersebut membentuk sikap/perilaku yang lama kelamanaan membentuk nilai-nilai khusus tentang masalah kemiskinan. Untuk memahami kemiskinan lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri latar belakangnya, dengan latar belakang kemiskinan akan lebih mudah diidentifikasi sifat, keluasan, dan kedalaman masalah. Banyak pakar pembangunan yang membuat pengertian dan faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan salah satunya adalah Oskar Lewis menyatakan latar belakang kemiskinan adalah buta huruf, pendidikan rendah, hidup berkekurangan, tempat tinggal menyedihkan, kemiskinan turun menurun (structurural), sistem perekonomian yang berorientasi pada keuntungan bukan prestasi dan hadirnya kelas dominan, sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan defenisikan, seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila memliki kategori sebagai berikut:
1. Luas bagunan kurang dari 8m2 per ubin atau semen. 2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, teraso, tegel, ubin, atau semen. 3. Tidak memiliki fasilitas jamban/wc 4. Konsumen lauk pauk tidak bervariasi 5. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota keluarga 6. Tidak memiliki aset rumah tangga seperti lemari. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ibu Siti Fadilah Supari, mengatakan kriteria pokok keluarga miskin adalah suami istri tidak bekerja, tidak bisa makan dua kali sehari, tidak memiliki biaya berobat ke puskesmas, dan tidak memiliki uang untuk pendidikan anak. Teori
Abraham
Maslow,
tentang
Hirarki
kebutuhan
(tingkatan
kebutuhan) yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis, yaitu: kebutuhan akan makanan, minuman, udara dan sebagainya, dimana jika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi akan menyebabkan efek yang sangat fatal bahkan menyebabkan kematian. 2. Kebutuhan akan rasa aman, setelah manusia mendapatkan kebutuhan fisiologis maka ia akan mencari tempat yang aman bagi dirinya yang jauh dari ancaman yang dapat menyakiti dirinya. 3. Kebutuhan akan cinta, Yaitu kebutuhan akan mencintai dan cintai. Hal ini dapat terjadi jika kebutuhan pertama telah terpenuhi, maka seseorang akan mencari cinta dan brusaha untuk dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat. Kebutuhan ini tercipta karena manusia itu telah memenuhi kebutuhan yang pertama dan kedua, jika setiap orang ingin mendapatkan kehormatan dan penghargaan diri yang tinggi dari orang lain. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu: kebutuhan akan mengekspresikan dan mengeksploitasi dirinya sedalam-dalamnya, hal ini hanya dapat terjadi jika urutan-urutan kebutuhan ini telah terpenuhi. Dimana dalam tahap ini seseorang atau kelompok orang telah mencapai puncak dari kehidupan. Dimana teori ini menjelaskan tentang bagaiman kebutuhan masyarakat, dan apa yang sebenarnya diinginkan masyarakatkan. Dengan demikian program yang dijalankan akan mengena kepada apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat. 2.5.
Konsep Kesejahteraan Sosial
2.5.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial Menurut PBB, kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan atau kondisi sejahtera baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit
sosial
tertentu.
Dan
kemudian
pengertian
tersebut
disempurnakan menjadi suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu timbal balik antar individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Walter. A. Friedleinder menerangkan bahwa kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi
pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya mengembangkan
sepenuh
mungkin
kemampuannya
dan
sepenuh
meningkatkan mungkin
mereka
dan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Defenisi di atas menjelaskan bahwa: 1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem yang berintikan lembagalembaga pelayanan sosial. 2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti kebutuhan pokok seperti : pangan, sandang, papan, kesehatan, juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan saran meningkatkan kemampuan indiividu-individu baik dalam memecah masalah maupun dalam memenuhi kebutuhannya. 4. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa pelayanan sosial diberikan untuk meningkatkan kesejahteraa sosial. Menurut kamus istilah kesejahteraan sosial, defenisi kesejahteran sosial adalah keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmani, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja. Jadi merupakan suatu keadaan dan kegiataan. Menurut UU No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan sosial kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materi dan spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusialaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-biaknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia dengan Pancasila. Melihat konsepsi kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial dirasakan begitu berat dan menganggu perkembangana masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berfungsi sosial individu, kelompok ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang dari golongan yang tidak dapat memanfaatkan
adanya pelayanan sosial
seperti pendidikan,
kesehatan,
perumahan, dan sebagainya. Kesejahteraan
sosial
terutama
ditujukan
untuk
meningkatkan
kebahagiaan atau kesejahteraan individu, kelompok maupun masyarakat sebagi keseluruhan. Dapat pula mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk penyembuhan, pencegahan masalah-masalah sosial misalnya kemiskinan, penyakit, disorgnisasi sosial, serta pengembangan sumbersumber manusia.
2.5.2. Usaha Kesejahteraan Sosial Usaha kesejahteraan sosial dibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan masalah yang di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjang dengan perkembagan didunia, bahwa kesejahteraan sosial dan juga usaha kesejahteraan sosial telah diterima dan diakui masyarakat industri modern sebagai salah satu
fungsi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Banyak masalah yang dihadapi warga masyarakat dewasa ini, bila menelusuri terkait dengan perubahan sosial yang terjadi secara cepat (termasuk di dalamnya adalah efek urbanisasi dan industrialisasi). Perhatian masyarakat atas taraf hidup yang lebih baik dari warganya diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang konkret. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab semua kebutuhan ataupun maslah yang dihadapi oeh anggota masyarakat. Usha keejahteraan sosial sendiri dapat diarahkan kepada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas yang menyangkut keejahteraan warga mastarakat. Berdasarkan terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menanganai masalah atauapun kebutuhan yang dihadapi oleh warga masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan kepada upaya menghidupi organisasi sendiri ataupun menjadikan “panggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri suatu lembaga. Dalam kaitannya dengan bidang kesejahteraan sosial, ada beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial masa kini, yaitu: 1. Menangani kebutuhan manusia 2. Usaha kesejahteraan sosial yang diorganisir guna menanangani kompleksitas masyarakat perkotaan modern
3. Kesejahteraan sosial mengarah kespesialis, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi lebih terspesilaisasi 4. Usaha sosial menjadi sangat luas Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi, dan fundamental. Disusun pula berdasakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan, mengembangkan, memperbaiki serta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejahteraan sosial. 2.6.
Kerangka Pemikiran Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahtraan sosial. Dengan adanya SKB Menteri Dalam Negeri dan Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003 dan SK Menkes RI 1241/Menkes/SK/XI/2004, maka program tersebut dijalankan oleh pemerintah Kelurahan Sitirejo I. Dimana SK tersebut tentang program beras untuk keluarga miskin (Raskin) dan program ini diberikan kepada keluarga miskin di kelurahan Sitirejo I dengan tujuan dari program ini untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dalam masyarakat di Kelurahan Sitirejo I. Karena masyarakat pada Kelurahan Sitirejo I ini sama seperti manusia lainnya yanh berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
“Kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia” masih merupakan suatu kata yang masih menjadi “cita-cita bangsa”. Keadaan yan terjadi jusru menggambarkan kebalikan dari pada kemakmuan yaitu kemiskinan kemisknan tela menjadi momok bagi bangsa kita yang belum dapat diatasi oleh Negara dan pemerintah dimana tingkat pedidikan yang rendah dan kesulitan ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa kemiskinan menjadi hal yang tidak kunjung bisa dipecahkan. Kemiskinan akan memberikan masalah sosial yang lainnya seperti tindak kejahatan. Disinilah diperlukan suatu tinda upaya yang berarti dan tepat untk mengatasi masalah ini, salah satunya dengan membuka lapangan kerja yang baru dan memberikan suatu bantuan secara langsung yang dapat meringankan beban hidup masyarakt miskin. Salah satu program yang dibuat oleh pemerintah dalam usaha untuk meringankan beban rakyat miskin adalah dengan dilaksanakannya program Raskin (beras rakyat miskin). Masyarakat pada umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan pokok dasarnya karena daya beli rendah. Program Raskin yang dilakukan pemeritah yakni, dalam bentuk transfer pendapatan dalam bentuk barang, dengan harapan program ini dapat memenuhi sebagian dari program pokok keluarga miskin.
Kerangka Pemikiran
UU Pokok Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Sosial
SKB Mentri Dalam Negri Dengan Direktur Utama Perum Bulog No. 25 Tahun 2003 Medan Nomor : Pkk-12/07/2003 SK Menkes RI 124/ Menkes/SK/XI/2004
Program Kerja Kesejahteraan Sosial oleh Pemerintah Kelurahan Sitirejo I: Program Beras Untuk keluarga Miskin (Raskin)
Masyarakat Miskin Kelurahan Siti Rejo I
2.7.
Defenisi Konsep Dan Definisi Operasional
2.7.1. Definisi Konsep Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi sejumlah karakterisrik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:33). Dalam hal ini definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian, maka disusun definisi konsep sebagai berikut : 1. Evaluasi Kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untu menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. 2. Program Raskin Program pemerinath dalam upaya memberikan perlinungan kepada keluarga miskin atau rawan pangan melalui pendistribusian bahan pangan pokok (beras), dengan ketentuan maksimal 20kg/KK/bulan Netto dengan hargaa Rp.1.000/kg (harga titik distribusi). 3. Keluarga miskin Suatu bagian masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan secara biologis ang hidup dan tinggal dalam rumah yang standar kehidupan ekonominya rendah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti, sandang, pangan, maupun papan.
2.7.2. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 32). Tujuannya yaitu untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian di lapangan, maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku atau gejala-gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitian ini yang akan menjadi defenisi operasional adalah Program beras untuk keluarga miskin (Raskin), dengan indikator sebagai berikut: 1. Tepat sasaran penerima manfaat 2. Tepat jumlah 3. Tepat harga 4. Tepat waktu 5. Tepat administrasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research).
Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau
peristiwa
sebagaimana
adanya
sehingga
bersifat
sekedar
untuk
mengungkapkan fakta, situasi atau kejadian. Hasil penelitian ditekankan yaitu memberikan gambaran atau penjelasan secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang di selidiki (Nawawi, 1991:31 ).
3.2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Sitirejo I, yang berada di Jln
Pintu Air No.16 Telp.(061) 7871595, PO.BOX 20129. Adapun Objek penelitian adalah Staf pegawai di kelurahan Sitirejo I dan masyarakat penerima Raskin. Alasan memilih lokasi adalah karena di Kelurahan Sitirejo I ini sedang dilaksanakan Program Raskin.
3.3.
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai test atau peristiwaperistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991 : 141). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat penerima raskin yaitu sebanyak 80 KK, keseluruhan populasi diambil datanya.
Untuk
melengkapi
informasi
yang
diperlukan
dalam
rangka
mengevaluasi pelaksanaan program raskin, maka penulis juga menjadikan 8 orang aparatur kelurahan sebagai sumber informasi.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang di perlukan maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Data Primer Data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian dengan mengenakan alat ukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari yaitu studi lapangan. Biasanya berupa pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung dengan turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara : a. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis . b. Interview, yaitu menggunakan interview guide (pedoman wawancara) yang ditujukan kepada key Informan yaitu lurah Sitirejo I. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya yaitu studi kepustakaan. Biasanya berupa teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau surat kabar dan bentukbentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang di teliti.
3.5.
Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang telah didapatkan dari hasil penelitian dilapangan kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan menggambarkan, menjelaskan dan memberikan komentar dengan menggunakan tabel tunggal.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada awalnya Kelurahan Sitirejo I merupakan bagian dari pembangunan
daerah dan nasional dahulu kelurahan ini merupakan suatu kelurahan wilayah kerja Kecamatan Medan Kota dengan nama Kelurahan Sitirejo. Pada tahun 1988, karena luasnya wilayah dan padatnya penduduk di Kecamatan Medan Kota, maka terjadi pemekaran wilayah sehingga terbentuklah beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Kota tersebut sehingga Kelurahan Sitirejo pun terbagi dua (2) yaitu: Sitirejo I dan Sitirejo II. Sejak itulah terbentuk Kelurahan Sitirejo I yang merupakan salah satu dari 12 kelurahan di Kecamatan Medan Kota. Adapun batas-batas wilayah kelurahan SitiRejo I adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat dan Sudirejo I/ II. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun. Dalam rangka membantu dan mensukseskan tugas-tugas kepala kelurahan, dimana kepala kelurahan dan perangkatnya adalah penangung jawab dan penyelenggara dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban, maka wilayah kelurahan
SitiRejo I di bagi menjadi 17 lingkungan, yang masing-masing dipimin oleh seorang kepala lingkungan.
4.2.
Luas Wilayah Kelurahan Sitirejo I terletak di Jl.Pintu Air No.16 didalam wilayah Kota
Medan. Kelurahan Sitirejo ini mempunyai luas wilayah 63 Ha yang terdiri dari pemukiman 60 Ha dan 3 Ha merupakan lokasi pendidikan, perkantoran dan tempat ibadah.
4.3.
Kependudukan Jumlah penduduk kelurahan SitiRejo I tahun 2008 yaitu 11.306 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 2.321 kepala keluarga. Penduduk kelurahan SitiRejo I mempunya komposisi penduduk sebagai berikut: 1. penduduk berdasarkan lingkungan 2. penduduk berdasarkan usia 3. penduduk berdasarkan jenis kelamin 4. penduduk berdasarkan mata pecarian 5. penduduk berdasarkan pendidikan 6. penduduk berdasarkan agama 7. penduduk berdasarkan suku
4.3.1. Penduduk Berdasarkan Lingkungan Berdasarkan data-data yang diperoleh dari kantor kelurahan Sitirejo I pada tahun 2008 diketahui bahwa jumlah penduduk adalah sebanyak 11.306
jiwa. Penduduk tersebut tersebar dari lingkungan I sampai XVII. Data penduduk kelurahan sitirejo I berdasarkan lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan No
Lingkungan
Frekuensi
Persentase
1
I
521
4,60%
2
II
474
4,19%
3
III
1399
12,37%
4
IV
932
8,24%
5
V
981
8,67%
6
VI
1066
9,42%
7
VII
433
3,82%
8
VIII
1063
9,40%
9
IX
429
379%
10
X
256
2,26%
11
XI
614
5,43%
12
XII
667
5,89%
13
XIII
594
5,25%
14
XIV
455
4,04%
15
XV
213
1,88%
16
XVI
650
5,74%
17
XVII
556
4,91%
11.306
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008
Data tabel 4.1. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk adalah 11.306 jiwa. Data yan ada menunjukan bahwa persebaran penduduk di kelurahan SitiRejo I hampir merata di seluruh wilayah dari lingkungan I sampai XVII. Namun
demikian jumlah persebaran penduduk terbanyak terdapat dilingkungan III dengan jumla penduduk 1399 jiwa atau 12,37 %, sedangkan jumlah pendudu yang paling sedikit ada di lingkungan XV yaitu 213 jiwa atau berjumlah 1,88%.
4.3.2. Penduduk Berdasarkan Usia Adapun komposisi penduduk kelurahan SitiRejo I berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No
usia
Frekuensi
Persentase
1
0-12 bulan
236
2,33%
2
1-4 tahun
1047
4,28%
3
5-6 tahun
448
3,97%
4
7-12 tahun
1271
11,27%
5
13-15 tahun
435
3,85%
6
16-18 tahun
595
5,27%
7
19-25 tahun
1326
11,76%
8
26-35 tahun
1727
15,31%
9
36-45 tahun
1695
15,03%
10
46-55 tahun
1665
14,76%
11
56-59 tahun
602
5,33%
12
Lebih dari 60 tahun
154
1,36%
11.306
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008 Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di kelurahan SitiRejo I adalah 11.306 jiwa dan jumlah penduduk terbesar adalag berusia 26-35 tahun sebanyak 1727 jiwa atau 15,31%, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu para
manula atau lanjut usia yang berusia diatas 60 tahun keatas sebanyak 154 jiwa atau 1,36%. Berdasarkan tabel komposisi pendudu bedasarkan usia, diketahui bahwa penduduk usia produktif di keluahan SitiRejo I tahun 2008 berjumlah 1921 atau (16,99%) orang dan usia non produktif berjumlah 154 orang (1,36%). Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa penduduk yang berusia sekitar 15-60 ahun diperlakukan sebagai kelompok yang enyediakan tenaga secara ekonomi bekerja aktif (produktif).
4.3.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di kelurahan SitiRejo I Psebagai berikut:
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase
1
Laki-laki
5424
47,97%
2
Perempuan
5882
52,03%
11.302
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan SitiRejo I 2008
Dilihat dari jumlah penduduk secara keseluruhan kelurahan SitiRejo I, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5424 orang (47,97%) dan perempuan sebanyak 5882 orang (52,03%).
Meskipun keberadaan perempuan lebih banyak secara jumlah dibanding kan laki-laki, namun perbandingan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu mencolok yaitu sebanyak 462 orang. Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian No
Mata pencaharian
Frekuensi
Persentase
1
Pegawai Swasta
465
26,49%
2
PNS
350
19,94%
3
Pedagang
575
32,76%
4
Penjahit
45
2,,56%
5
Tukang batu
21
1,19%
6
Tukang kayu
25
1,42%
7
Montir
19
1,08%
8
Dokter
8
0,45%
9
Supir
45
2,56%
10
Pengemudi Becak
85
4,48%
11
TNI/ Polri
27
1,53%
12
Pengusaha
90
5,12%
1755
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008 Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk yang ada di kelurahan SitiRejo I mayoritas bermata pencaharian pedagang sebanyak 575 orang (32,76%). Kemudian diikuti dengan yang bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 465 orang (26,49%). Mata pencaharian yang lainnya adalah sebagai PNS sebanyak 350 orang (19,94%), diikuti dengan mata pencaharian yang lainnya yaitu pengusaha sebanyak 90 orang (5,12%), tukang becak 4,48%, dan lain-lainnya hanya merupakan sebagian kecil.
Berdasarkan tabel 4.4 terdapat variasi jenis pekerjaan ini terpengaruh oleh luasnya lahan yang ada di kleurahan SitiRejo I, dimana luas yang terbesar digunakan untuk daerah pemukiman dan daerah perkantoran. Disamping luas daerah tingkat pendidikan penduduk di daerah ini yang masuk dalam kategori sedang menjadi salah satu penyebab terjadinya varisi mata pencaharian penduduk di daerah ini. 4.3.4 Penduduk berdasarkan pendidikan Masyarakat di Kelurahan SitiRejo I memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari tidak tamat SD sampai Tingkat S2, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5 Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase
232
3,32%
1
Tidak tamat SD
2
Tamat SD
2440
36,40%
3
Tamat SLTP
1860
27,74%
4
Tamat SLTA
1650
24,61%
5
Tamat Akademik D1
90
1,34%
6
Tamat Akademik D2
110
1,64%
7
Tamat Akademik D3
170
2,53%
8
Tamat S1
130
1,93%
9
Tamat S2
30
0,44%
Total
6703
100
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008 Dari tabel 4.5 dapat diliha bahwa penduduk di kelurahan SitiRejo I yang tidak tamat SD yaitu sebesar 232 orang (3,32%). Hal ini mengambarkan bahwa tingkat dari pada kesadaran masyarakat keluahan SitiRejo I akan pentingnya
suatu Pendidikan bagi kelangsungan kehidupan yang akan datang. Tingkat melek penduduk terhadap pendidikan sangat tinggi, dimana sebagian besar dari pada bagian dari masyarakat kelurahan SitiRejo I memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, terbukti dengan rendahnya angka dari pada penduduk yang tidak menyelesakan pendidikan tingkat SD.
4.3.5 Penduduk Berdasarkan Agama Komposisi penduduk di kelurahan SitiRejo I berdasarkan agama, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No
Agama
Frekuensi
Persentase
1
Islam
6874
60,79%
2
Kristen Protestan
4087
36,17%
3
Kristen Katolik
290
2,56%
4
Budha
25
0,22%
5
Hindu
30
0,26%
11.306
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008
Dilihat dari data diatas komposisi penduduk menurut agama di kelurahan SitiRejo I sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 6874 orang (60,79%). Sedangkan sebanyak 4087 orang (36,41%) menganut agama Kristen Protestan. Masyarakat yang memeluk Agam Katolik, Budha serta Hindu masingmasing 290 orang (2,56%), 25 orang (0,22%) dan 30 Orang (0,26%). Dari tabel 4.6 dapat kita ketahui bahwa masyarakat di Kelurahan SitiRejo I hanya menganut 5 Agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu. Dimana Agama Islam adalah Agama yang paling banyak dianut, serta Agama
Hindu adalah Agama yang paling sedikit dianut oleh masyarakat Kelurahan SitiRejo I. 4.3.6 Penduduk Berdasarkan Suku Adapun komposisi penduduk kelurahan SitiRejo I berdasarkan Suku, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku No
Suku
Frekuensi
Persentase
1
Batak
7853
69,45%
2
Melayu
1278
11,235
3
Minang
1220
10,79%
4
Jawa
738
6,52%
5
Aceh
95
0,84%
6
Cina
92
0,81%
7
Arab
30
0,26%
11.306
100
Total
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008 Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas Suku penduduk di kelurahan Sitirejo I adalah Suku Batak dengan jumlah sebanyak 7853 orang (69,45%). Diikuti dengan Suku-Suku lainnya seperti Melayu, Minang, Jawa dan lain-lain dengan persentase sebanyak 12,78 orang (11,23%), 1220 orang (10,78%), 738 orang (6,25%) dan suku-suku lainnya hanya sebagian kecil. Terdapat cukup banyak campuran etnis yang ada di kelurahan SitiRejo I, mulai dari Suku yang asli pribumi maupun non Pribumi seperti Cina dan Arab.
4.4
Fasilitas / Prasarana Berikut ini disajikan data mengenai fasilitas/ prasarana yang ada di
Kelurahan Sitirejo I sebagai berikut:
Tabel 4.8 Fasiltas di Kelurahan SitiRejo I No 1
2
3
Fasilitas
Frekuensi
Fasilitas kesehatan a. Apotik
4
b. Poliklinik
1
c. Posyandu
6
d. Praktek Dokter
5
Fasilitas pendidikan a. Tk
1
b. TPA
1
c. SD
1
d. SMP
2
e. SMA
1
f. PT
1
Fasilitas Agama a. Mesjid
4
b. Mushola
4
c. Gereja
2
Total
33
Sumber : Data Primer Kelurahan Sitirejo I 2008 4.5
Organisasi Sosial Budaya Organisasi sosial budaya yang ada di kelurahan Sitirejo I, disamping
organisasi pemerintahan adalah: 1. organisasi PKK
2. oganisasi keagamaan 3. organisasi gotong royong Kegiatan yang rutin dilaksanakan di kelurahan SitiRejo adalah kegiatan keagamaan yang dilakukan adalah organisasi gotong royong yang dilakukan setiap hari jumat dan minggu. Dilakukan Kegiatan ini dilakukan bersama-sama, baik oleh masyarakat, kepala lingkungan dan bagian lain dari pada organisasi yang ada. Tujuan dari dilakukannya kegiatan ini adalah untuk mencegah terjadinya banjir, demam berdarah, maupun dalam rangka melakukan sialturahmi terhadap masyaraka yang ada. Kegiatan yang lainnya seperti Posyandu dan Kegiatan PKK bagi ibu-ibu juga rtin dilakukan. Posyandu merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada anak balita melalui imunisasi, menimbang berat baab anak,serta memberikan makanan dan tabahan vitamin guna menunjang kesehatan anak. Kegiatan PKK dilakukan biasanya guna membantu para ibu-ibu rumah tangga dengan memberikan suatu kegiatan yang sangat membantu yaitu memberikan beberapa keahlian seperti membuat suatu makanan kecil yang dapat menghasilkan pendapatan.
4.6
Struktur Pemerintahan dan Kepemimpinan Dalam organisasi pemerintahan, kelurahan SitiRejo I dipimpi oleh
seorang Lurah dan dalam pelaksanaanya dbantu oleh seorag sekretaris Lurah dan lima orang yang membawahi seksi-seksi pemerintahan.dilpada gambar Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
4.7.
Program beras untuk keluarga Miskin (Raskin) Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di kelurahan SitiRejo I
sudah berjalan sejak tahun 2002 hingga sekarang. Program ini merupakan penyempurnaan dari pada program Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras yang dimulai pada tahun !998. sejak tahun 2002, seiring dengan berubahnya satatus Bulog, program OPK beras mengalami penyempurnaan dan berubah menjadi program Beras untuk keluarga Miskain (Raskin). Program ini berjalan di kelurahan SitiRejo tepatnya pada bulan juni 2002 dengan ketentuan mendistribusikan pangan pokok beras atau lebih tepatnya menjual beras murah dengan harga Rp. 1000/ Kg kepada seluruh keluarga miskin. Keluarga miskin yang dimaksud disini adalah keluarga Prasejahtera dan sejahtera I menurut data dasar badan koordinasi keluarga berencanan (BKKBN) pada tahun 2002, kemudian dipilih lagi berdasarkan jumlah kepala keluarga yang telah ditetapkan SK walikota. Data yang telah dipilih ditanda tangani oleh kepala Lurah dan perjuangan dan data ini setiap tahunnya ditinjau kembali. Setiap bulannya, keluarga miskin yang namanya tercantum sebagai penerima manfaat Program Raskin di Kelurahan Sitirejo I memperoleh Subsidi beras atau dapat membeli beras berjumlah 15 Kg/KK ditempat penyaluran yaitu Kantor Kelurahan SitiRejo I. Dalam pelaksanaanya Pendistribusian Beras Raskin dalam setahun terjadi 5 s.d 8 kali Pendistribusian. Informasi tentang adanya penyaluran Beras diperoleh penerima manfaat dari kepala lingkungan daerah mereka masing-masing. Kepala lingkungan menyampaikan informasi kepada penerima manfaat sekaligus memberi kartu
tanda penerima Beras Raskin sebagai bukti yang ditunjukan di Kantor Kelurahan bahwa pemegang kartu berhak membeli Beras Raskin.
Adapun pelaksanaan Pendistribusian Program Raskin di Kelurahan SitiRejo yaitu sebagai berikut: I. Penanggung jawab
: Kepala Kelurahan Sitirejo I
II. Petugas
:
a. I orang Pegawai Kelurahan yang menangani admininistrasi program raskin b. 17 orang Kepala Lingkungan Berdasarkan SK Walikota Medan nomor 511.1//942K/2003 tentang pembentukan tim pelaksana penyaluran Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), maka Kepala Kelurahan bertugas: 1. Bertanggung Jawab atas Pendistribusian Raskin dari titik sampai kepada sasaran penerima manfaat sesuai dengan alokasi yang ditetapkan. 2. Bekerja sama dalam hal Penyaluran Raskin dengan LSM maupun instansi sosial di kelurahan masing-masing. 3. Mencatat penerima nama-nama raskin sesuai dengan formulir yang telah di siapkan oleh Ka-Sub Dolog wilayah I lubuk Pakam. 4. Mendistribsikan katu tanda bukti pengambilan raskin kepada penerima manfaat. Di bawah ini merupakan data Pendistribusian Program Raskin tahun 2006-2008 di kelurahan Sitirejo I.
Tabel 4.10 Realisasi pendistribusian raskin tahun 2006-2008 Di kelurahan SitiRejo I No
2006
2007
2008
KK
KG
1
Juni
Mei
Februari
46
690
2
Juli
Juni
Maret
46
690
3
Agustus
Juli
April
46
690
4
September
Agustus
Mei
46
690
5
Oktober
September
Juni
46
690
6
Nopember
Juli
46
690
7
Desember
46
690
Sumber : data primer kelurahan Sitirejo I 2008 Dari data di atas kita dapat mengetahui pendistribusian beras raskin kepada masyarakat di kelurahan SitiRejo I, mulai dari tahun sampai kepada jumlah kepala keluarga dan banyak beras yang disalurkan.
BAB V ANALISA DATA Pada bab ini penulis menguraikan data-data hasil penelitian di lapangan yang diperoleh melalui kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sitirejo I, dengan responden adalah para pegawai yang bekerja di Sitirejo I dan keluarga miskin dan masyarakat penerima program raskin di kelurahan Sitirejo I, yaitu dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada 88 responden. Terdiri dari 8 orang pegawai pelaksana program raskin di Kelurahan Sitirejo I dan 80 responden kepala keluarga yang merupakan penerima manfaat Program beras untuk keluarga miskin. Adapun data-data yang disajikan dalam bab in dan diinterpretaskan secara deskriptif. Penyajian data kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabulasi tunggal dan kemudian digabung dengan data hasil dan wawancara. Adapun data-data yang dianalisis dalam bab ini adalah sebagai berikut: 5.1. Identitas Umum Responden 5.1.1. Pelaksana Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
1
Laki-laki
5
62,5
2
Perempuan
3
37,5
8
100
Total Sumber
: Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 5 orang (62,5%) responden mayoritas berjenis kelamin Laki-Laki dan sebanyak 3 orang (37,5%) berjenis kelamin Perempuan. Berdasarkan hasil data di atas menyatakan bahwa para pegawai di Kelurahan SitiRejo yang bertugas sebagai pelaksana program beras raskin didominasi oleh laki-laki.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Umur No
Umur
Frekuensi
%
1
25-30
3
37,5
2
35-45
3
37,5
3
45-50
2
25,0
8
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa usia responden berkisar antara 25-50 tahun. Tingkatan umur tersebut sangat mempengaruhi pola pikir dari pada seseorang, semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang juga cara mereka dala berfikir dan membuat suatu keputusan. Program Raskin adalah suatu program yang sangat vital dalam membantu masyarakat dalam meringankan beban dari pada pengeluaran sehari-hari, dengan demikian alangkah tepatnya jika orang-orang yang bertugas melaksanakan tugas ini adalah orang-orang yang memiliki pola pikir yang matang, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat bagi semua masyaraka yang membutuhkan.
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan No
Jawaban Responden
Frekuensi
%
1
Penanggung jawab Program
1
12,5
2
Pegawai kelurahan
6
75,0
3
Kepala lingkungan
1
12,5
8
100
Total
Sumber : Kuesioner Maret 2009 Berdasarkan data tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa 1 orang sebagai penanggung jawab Program yaitu kepala kelurahan SitiRejo I, kemudian sebanyak 6 orang (75,0%) adalah para pegawai kelurahan yang ditunjuk sebagai petugas pelaksana pendistribusian program dan administrasi dan seorang para kepala lingkungan yang memimpin tiap lingkungan dan membantu pelaksanaan program raskin.
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Di Kelurahan No 1
Masa Kerja 3 Tahun
Uraian Kepala lingkungan V
Frekuensi
%
4
23,59
1
5,88
3
17,64
9
52,94
17
100
Kepala lingkungan IX Kepala lingkungan III Kepala lingkungan VI 2
≤ 4 Tahun
Penanggung jawab program
3
5 Tahun
Staff kelurahan Kepala lingkungan I Kepala lingkungan X Kepala lingkungan XII
4
≤ 6 tahun
Kepala lingkungan II Kepala lingkungan VII Kepala lingkungan VIII Kepala lingkungan XI Kepala lingkungan XIII Kepala lingkungan XIV Kepala lingkungan XV Kepala lingkungan XVI Kepala lingkungan XVII
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 4 orang (23,59%) dengan masa jabatan selama 3 tahun dengan posisi sebagai kepala lingkungan V,IX, III, VI. Pada masa kerja ≤4 tahun ada 1 orang (5,88%) yang posisinya sebagai penanggung jawab program raskin yaitu kepala kelurahan SitiRejo I. Pada masa kerja 5 tahun sebanyak 3 orang (17,64%) bertugas dan menempati posisi sebagai kepala lingkungan I, X, XII yang bertugas sebagai satf kelurahan yan menangani administrasi program. Sedangkan yang mempunyai masa kerja lebih dari 6 tahun sebanyak 9 orang (52,94%) dimana ke sembilan responen tersebut posisinya sebagai kepala Lingkungan. Dilihat dari lamanya masa bekerja, maka responden dapat dianggap sudah berpengalaman atau memahami tentang pelaksanaan akan program ini, karena program Raskin ini dimulai sejak tahun 2002, pada saat ini program telah berjalan selama 7 tahun artinya bahwa program dapat dikatakan dapat berjalan secara baik, sebab pada umumnya sebagian besar pelaksana program telah bekerja di kantor kelurahan dengan waktu yang cukup lama, lebih dari 4 tahun masa kerja. Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku No
Suku
Frekuensi
%
1
Mandailing
3
37,5
2
Batak simalungun
2
25,0
3
Jawa
2
25,0
4
Padang
1
12,5
8
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data 5.5 diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan suku dari pada para pelaksana program raskin dkelurahan Sitirejo I bahwa sebanyak 3 orang (37,5%) adalah bersuku Mandailing, sedangkan sebanyak 2 orang (25,0%) bersuku Batak, Mandailing dan Jawa. Sebanyak 1 orang (12,5%) adalah suku Padang. Variasi suku yang terjadi diantara para pelaksana program raskin, walaupun demikian berdasarkan wawancara dengan para staff dari kelurahan Sitirejo I yang merupakan para pelaksana program mengatakan perbedaan suku yang terjadi antara para responden tidak pernah menjadi suatu pemicu ataupun menjadi penyebab dari suatu masalah diantara mereka. Salah satu hal yang menjadi penyebab dari pada keakraban dari pada responden adalah dikarenakan rasa saling menghormati dan menghargai perbedaan suku yang mereka miliki.
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama No
Agama
Frekuensi
%
1
Islam
5
62,5
2
Kristen Protestan
3
37,5
8
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data 5.6 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 5 dari 8 orang (62,5%) para pelaksana program memeluk agama islam, sedangkan sebanyak 3 orang (37,5%) memeluk agam kristen protestan. Perbedaan yan tercipta antara para pelaksana program adalah suatu hal yang tidak dijadikan suatu masalah yang besar, sehingga kerukunan dan kenyamanan dalam lingkungan pekerjaan tetap terjaga.
5.1.2. Karateristik Responden Penerima Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) Tabel 5.7 Karakteristk Responden Berdasarkan Umur No
Umur
Frekuensi
%
1
23-30
15
18,75
2
35-43
30
37,50
3
45-60
25
31,25
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data 5.7 diatas dapat diketahui bahwa para responden penerima beras raskin sebanyak 15 orang (18,75%) adalah berusia antara 23-30 tahun. Sedangkan sebanyak 30 orang (31,25%) berusia antara 35-43 tahun. Dan yang berusia antara 45-60 orang (32,44%) sebanyak 25 orang. Perbandingan antara yang berumur antara 23-3- dan 45-60 orang hampir sama banyak. Dimana dapat kita lihat mereka yang berusia produktif lebih mempengaruhi jenis dari pada pekerjaan yang dapat mereka lakukan, dan mendapatkan pengahasilan yang lebih banyak, sehingga angka dari pada penerima beras raskin yang berada pada kisaran 23-30 adalah yang paling kecil. Sedangkan mereka yang telah berusia nyaris diujung senja menjadi usia yang paling banyak menerima raskin. Dimana usia senja membatasi mereka untuk melakukan suatu pekerjaan yang mengunakan tenaga yang besar,
menjadi salah satu faktor penyebab yang
menjadikan mereka menjadi golongan yang paling banyak mendapat beras raskin.
Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasakan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
1
Laki-laki
50
62,50
2
Perempuan
30
37,50
Total
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas dari pada para penerima program beras raskin adalah kaum perempuan yaitu sebanyak 50 orang (62,50%) dan sebanyak 30 orang (37,50%) adalah kaum laki-laki. Penerima program beras raskin kebanyakan adalah kaum ibu yang menyandang status janda, yang berperan sebagai orang tua tunggal. Ditinggal pergi ataupun mati para suami mereka, menjadikan kehidupan yang mereka jalani semakin susah, mulai dari membiayai kebutuhan untuk hidup sampai kepada kebutuhan untuk menyekolahkan anak yang sangat pas-pasan.
Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan
Frekuensi
%
1
Tidak tamat SD
7
8,75
2
Tamat SD
11
13,75
3
Tamat SLTP
19
23,75
28
35,00
10
12,50
5
6,25
1
1,25
80
100
4 5
Tamat SLTA Tamat S1
6
Tamat S2
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas adalah tamatan SLTA dengan jumlah 28 orang (35,00%), selanjutnya tamatan SLTP sebanyak 19 orang (23,75%), tingkat pendidikan SD sebanyak 10 orang (12,50%) S1 sebanyak 5 orang (6,25%) kemudian tamatan S2 dan tidak tamat SD masing-masing sebanyak 7 orang (8,75%) dan 1 orang (1,25%). Responden
pada
umumnya
dapat
dimasukan
kedalam
kategori
berpendidikan, dimana mayoritas menamatkan sekolah mereka sampai kepada bangku SLTA. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden mengatakan bahwa minimnya keahlian yang mereka dapat dari bangku SLTA menjadi kendala yang paling besar dalam mendapatakan suatu pekerjaan, dan
disertai banyaknya tamatan yang diminta dari pada para pemilik usaha minimal D3. Tingkat pendidikan yang hanya sebatas tingkat SLTA memberi pengaruh yang besar terhadap pekerjaan yang mereka peroleh, yang akhirnya memberi dampak kepada kesejahteraan keluarga dari pada responden karena penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat menutupi pengeluaran yang mereka keluarkan. Tabel 5.10 Kerekteristik Responden Berdasarakan Pekerjaan No
Pekerjaan
Frekuensi
%
1
Buruh lepas
5
0,62
2
Pedagang
3
0,37
3
Penjahit
7
0,87
4
Tukang batu
4
0,50
5
Tukang kayu
2
025
6
Montir
5
0,62
7
Tukang cuci
11
13,75
8
Supir
8
1,00
9
Pengemudi Becak
15
18,75
10
Pembantu rumah tangga
20
25,00
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data 5.10 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas pekerjaan yang di lakukan oleh para responden adalah sebagai pembantu rumah tangga, sebanyak 20 orang (25,00%), yang mayoritas adalah ibu yang menjadi oang tua tunggal. Diikuti yang memiliki pekerjaan sebagai tukang cuci dan tukang becak dengan jumlah sebanyak 15 (18,75%) dan 11 (13,75%). Dimana
yang bekerja sebagai tukang cuci juga didominasi oleh para kaum perempuan (ibu). Pekerjaan lain yang di lakukan oleh para responden adalah sebagai seorang supir, tukang batu, tukang kayu dan pekerjaan yang lainnya. Dengan mata pencaharian yang sperti kita lihat di atas maka berdasarkan wawancara kepada para responden maka kisaran upah atau gaji yang diperoleh oleh para responden ≤ Rp 250.000-Rp. 750.0000,- per bulan, Dengan penghasilan yang begitu rendah, maka rata-rata para responden adalah tergolong para keluarga miskin. Pengahsilan yang begitu minim bila dibandingkan dengan jumlah anggota yang tergantung dengan uang pengahsilan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden mengatakan bahwa keperluan yang mereka butuhkan jauh dari terpenuhi, baik sandang, pangan, ataupun papan. Ditambah lagi dengan kebutuhan untuk sekolah anak. Oleh karena itu paraa responden sangat mengaharapkan program raskin dapat terus bergulir dan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup yaitu makan (beras) Adalah kebutuhan yang paling pokok.
Tabel 5.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengahasilan Per Bulan No
Penghasilan
Frekuensi
%
1
300.000-400.000
46
57,50
2
400.000-550.000
24
30,00
3
550.000-750.000
10
12,50
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari pada responden memeliki penghasilan yang sangat minim, yaitu sebanyak 46 orang (57,50%) memiliki penghasilan antara 300.000-400.000. kemudian sebanyak
24
orang
(30,00%)
berpenghasilan
antara
400.000-550.000.
penghasilan antara 550.000-750.000 sebanyak 10 orang (12,50%). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden salah satu syarat untuk mendapatkan beras Raskin adalah mereka yang memiliki penghasilan Maksimum Rp.700.000,- per bulan. Jumlah penghasilan yang diperoleh oleh para responden sangatlah minim dibandingkan dengan mahalnya semua kebutuhan pokok di zaman yang sekarang. Penghasilan ini sangatlah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dari pada kehidupan yang sehari. Sebagian responden merupakan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan buruh cuci adalah yang paling minim pendapatan dan pengahsilannya selama 1 bulan. Adapun yang memiliki pekerjaan sebagai tukang becak, supir dan lainnya merupakan pencari uang tunggal didalam keluarga, dimana kebanyakan istri yang mereka tidak memiliki pekerjaan yang dapat membantu untuk meringankan beban dari pada kehidupan sehari-hari.
Tabel 5.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No.
Jumlah Anggota Keluarga
Frekuensi
%
1
2-4
19
23,75
2
4-5
35
43,75
3
>5
26
32,50
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang dimiliki anggota keluarga responden yang berjumlah 2-4 orang per keluarga adalah sebanyak 19 orang (23,75%), kemudian responden yang mempunyai anggota keluarga sebanyak 4-5 orang adalah sebanyak 35 orang (36,93%) dan untuk anggota keluarga nya yang lebih dari 5 orang (43,75%) adalah sebanyak 26 orang (32,50%). Banyaknya jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh responden menjadi patokan dari pada besarnya beban keluarga yang akan di tanggung baik pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari, seperti sandang, pangan maupun papan. Pengeluaran yang dilakukan bukan hanya seperti kebutuhan pokok semata tetapi juga mengaju kepada kebutuhan yang lainnya seperti kebutuhan sekolah maupun berobat ketika anggota keluarga jatuh sakit. Jadi, semakin banyak jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh sebuah keluarga maka akan semakin banyak pula pengeluaran yang kan di keluarkan oleh keluarga tersebut.
Tabel 5.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama No
Agama
Frekuensi
%
1
Islam
52
65,00
2
Kristen katolik
28
35,00
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.13 dapat kita ketahui bahwa yan menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh para responden adalah agama Islam dengan jumlah
sebanyak 52 orang (65,00%), dan yang memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 28 orang (35,00%). Agama islam dan kristen protestan merupakan agama yang paling banyak dipeluk dan di anut oleh responden. Sedangkan beberapa agama lainnya yang diakui oleh pemerintaha seperti kristen katolik, hindu maupun budha tidak termasuk kedalam nama calon penerima beras raskin yang disebabkan oleh minimnya jumlah mereka di wilayah tersebut dan mereka mampu memenuhi kebutuhan dari pada kehidupan mereka sehari-hari. Masalh perbedaan dari pada agama yang mereka peluk tidaklah menjadikan suatu permasalahan dalam melakukan interaksi sosial antara sesama umat beragama yang memiliki keyakinan yang berbeda. 5.2. Evalusai Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin).
Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Tentang Program Raskin No
Jawaban Responden
Frekuensi
%
1
Ya
80
100
2
Tidak
-
-
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 5.14 dapat kita ketahui bahwa semua responden sebanyak 80 orang (100%) yang medapatkan beras raskin mengetahui tentang adanya program raskin ini. Didalam tabel kuesiner selanjutnya akan lebih di ketahui lagi dari mana para responden mendapatkan penyuluhan atau pun pemberitahuan tentang adanya program raskin ini.
Tabel 5.15 Sumber Informasi Awal Program Raskin bagi Responden No
Jawaban Responden
Frekuensi
%
1
Televisi
23
28,75
2
Radio
5
6,25
3
Surat kabar
4
5,00
4
Kepala lingkungan
48
60,00
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data tabel 5.15 di atas dapat kita ketahui bahwa untuk pertama kalinya para responden memperoleh pengetahuan tentang adanya program raskin dari televisi yaitu sebanyak 48 orang (60,00%) kemudian sebanayk 22 orang (27,50%) mendapatkan informasi yang pertama kali dari kepala lingkungan.selebihnya mengetahui tentang adanya program raskin yaitu dari radio dan surat kabar yaitu masing-masing sebanyak 5 dan 4 orang (6,25%) dan (5,00%). Dengan adanya data di atas dapat kita ketahui bahwa program raskin yang dicanangkan pemerintah telah dilakukan sosialisasi yang sangat baik oleh aparat pemerintah yang bersangkutan kepada masyarakat. Dilihat dengan banyak media informasi yang dapat menjadi alat dari pada penyuluhan yang telah di lakukan sepert media elektronik (tv, radio) maupun cetak dan langsung dari aparat lingkungan setempat. Berdasarakan informasi yang didapat dari kepala lingkungan secara langsung dapat dipahami sebagai suatu tugas yang memang
harus di sampaikan kepada mereka yang berhak menarima dari pada program beras raskin tersebut kepada masyarakat yang ada di wilayah yang mereka pimpin. Berdasarkan hasil wawancara dari Ibu Mursidawati. ”Pada saat adanya pendistribusian beras raskin dari bulog kepada setiap daerah kelurahan, pak lurah yang menjabat saat itu memberikan tugas kepada seluruh kepala lingkungan untuk memberikan informasi kepada keluarga miskin, yaitu keluarga yang pengahsilannya masih jauh (di bawah upah minimum) dari cukup untuk segera mendata mereka dan sekaligus memberikan penyuluhan langsung dari kami kepada keluarga miskin yang tidak mengetahui adanya program beras raskin ini, sekaligus menjelaskan apa yang dimaksud dengan beras raskin, berapa banyak beras tersebut dapat mereka beli dan berapa harganya per kilo.........” Kepala lingkungan menjalankan peran yang sangat penting dalam program ini, dimana sebagaian besar dari merekalah anggota masyarakat penerima manfaat mengetahui adanya penjualan dari pada beras raskin.
Tabel 5.16 Karakterakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Tahun Menerima Program Raskin No
Jawaban Responden
Frekuensi
%
1
2006
20
25,00
2
2007
35
43,75
3
2008
25
31,25
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel data 5.16 dapat kita ketahui bahwa responden yang menerima program raskin sejak tahun 2006 sebanyak 35 orang (43,75%) dilanjutkan dengan para responden yang mendapatkan beras raskin pada tahun 2007 sebanyak 25 orang (31,25%). Pada tahun 2008 dan 2006 masyarakat yang
menerima beras raskin nyaris sama banyak yaitu 20 orang (25,00%). Dari data diatas dapat kita lihat bahwa masyaakat yang paling banyak menerima beras raskin adalah pada tahun 2007 yaitu sebanyak 35 orang. Program raskin dikelurahan Sitirejo I sejak bulan juni 2002, yang pada tahun tersebut terjadi 10 kali pembagian beras raskin. Program ini merupakan kelanjutan dari pada program operasi pasar khusus yang dimulai sejak tahun 1998 dimana para penerima beras raskin yang sekarang adalah mereka yang mendapatkan program operasi pasar khusus beras tersebut. Para penerima beras miskin setiap tahunnya mengalami pendataan secara ulang. Dimana hal tersebut guna menyesuaikan setiap kriteria terhadap masyarakat yang mendapatkan beras raskin. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaksana progam raskin, bapak Robert Napitupulu selaku Lurah. ”....Setiap masyarakat yang mendapatkan program beras raskin harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan oleh pemerintah, ataupun ada yang tadinya mendapatkan beras miskin (raskin) namun secara pendapatan per bulan telah mengalami peningkatan kami mengalihkan kepada yang lain yang lebih berhak. Ataupun ada yang tidak berdomisili di daerah kami lagi, atau ada yang telah mangkat, hal ini juga menjadi perhatian kami secara serius dimana pendataan secara ulang tersebut akan lebih tepat sasaran dan diberikan kepada mereka yang lebih berhak...” Setiap keluarga yang berhak untuk mendapatkan beras raskin di data ulang oleh kepala lingkungan yang ada di lingkungan masing-masing dalam penelitian ini khususnya adalah kepala daerah lingkungan X dan XI. Beradasarkan wawancara dengan ibu Mursidawati. Dalam hal ini setiap keputusan yang diambil oleh kepala lingkungan adalah yang terbaik tidak terdapat suatu unsur apapun yang menguntungkan suatu pihak. Dalam mengambil keputusan kepala lurah telah lebih dulu melakukan pertemuan dengan
para kepala lingkungan, hal ini dikarenakan para kepala lingkungan adalah orang yang paling mengenal daerah dan masyarakat yang mereka pimpin.
Tabel 5.16 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Raskin No
Jawaban
1
Kantor lurah
2
Lain-lain Total
Frekuensi
%
80
100
-
-
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa sebanyak 80 orang (100%) responden dapat membeli beras raskin di kelurahan yang ada di lingkungan mereka
masing-masing.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
kepala
lurah...mengatakan bahwa tempat pendistribusian beras raskin kepada keluarga miskin dilakukan di kantor lurah hal ini bertujuan agar lebih memudahkan pembagian beras raskin apa bila dilakuakan di daerah kantor lurah agar menghindarkan terjadinya penyelewengan ataupun hal yang dapat menghambat pembagian beras raskin yang sangat di butuhkan oleh para keluarga miskin.
Tabel 5.18 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Tepat Atau Tidaknya Pengadaan Beras Raskin No
Jawaban
1
Tepat
2
Tidak tepat
Total
Frekuensi
%
80
100
-
-
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan data 5.18 dapat dketahui bahwa responden sebanyak 80 orang (100%) mengangap bahwa pengadaan dari pada beras raskin sudah tepat. Dimana dalam hal ini yang dimaksud responden dengan tepat adalah sangat membantu masyarakat dalam meringankan beban dari pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat miskin mengangap program raskin adalah salah satu program pemerintah yang tepat sasaran dan membantu mereka dalam keadaan yang sangat sulit sekarang ini. Masyarakat juga menganggap program raskin sangat menolong anak-anak mereka bebas dari kelaparan. Dengan membeli beras seharga Rp.1600/kg jutaan rakyat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan dapat menyambung kehidupan untuk esok hari bagi seluruh anggota keluarga.
Tabel 5.19 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Proses Pelaksanaan Bantuan Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Lancar
46
57,50
2
Kurang lancar
24
30,00
3
Tidak lancar
10
12,50
Total
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.19 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 46 orang (57,50%) mayoritas jawaban responden menyatakan puas terhadap proses pelaksanaan penyaluran beras raskin dianggap lancar, dimana setiap pembagian para responden yang termasuk kedalam nama-nama mereka yang berhak mendapatkan beras miskin selalu mendapatkannya tepat waktu setiap ada pembagian. Sedangkan sebanyak 24 orang menyatakan kurang lancar (30,00%). Responden yang menyatakan kurang lancar memberikan alasan karena beras raskin yang disalurkan oleh Bulog kepada kelurahan tidak di salurkan setiap bulan, namun beberapa bulan sekali baru diberikan. Sedangkan sebanyak 10 orang (12,50%) menyatakan tidak lancar.
Tabel 5.20 Karakteristik Jawaban Responden Mengenai Informasi Tentang Adanya Penyaluran Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Lurah
13
16,25
2
Kepala lingkungan
50
62,50
3
Lain-lain
17
21,25
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.20 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 50 orang (62,50%) mengetahui informasi tentang adanya penyaluran beras raskin dari kepala lingkungan. Sebanyak 17 orang (21,25%) mendapatkan informasi dari kepala lurah secara langsung dan sebanyak 13 orang (16,25%) menyatakan mendapatkan informasi dari sesama anggota masyarakat yang masuk kedalam nama-nama mereka yang berhak mendapatkan beras raskin. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala lingkungan bapak Robert Napitupulu ”Kami selalu melakukan pemberitahuan kepada masyarakat setiap beras raskin di salurkan secara langsung oleh pemerintah kepada masyarakat yang berhak, dalam hal ini pemberitahuan dilakukan dari rumah ke rumah kepada para penerima beras raskin di lingkungan kami...”
Tabel 5.21 Karakteristik Jawaban Responden Mengenai Terbantu Tidaknya Masyarakat Dengan Adanya Program Beras Raskin No
Jawaban
1
Ya
2
Tidak
Frekuensi
%
80
100
-
-
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.21 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas dari pada responden menyatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya program beras raskin yaitu sebanyak 80 orang (100%). Program beras raskin yang di gagas oleh pemerintah sangat membantu kehidupan mereka dimana harga bahan pokok yang semakin hari semakin melambung sangat tinggi dapat dibantu oleh pemerintah dengan pengadaan beras raskin bagi mereka setiap bulannya, meskipun tidak dilakukan pendistribusian setiap bulan secara langsung Namun secara bertahap beberapa bulan sekali.
Tabel 5.22 Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan Kesanggupan Memenuhi Kebutuhan Pokok No
Jawaban
Frekuensi
%
-
-
1
Memenuhi
2
Tidak memenuhi
80
100
Total
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.22 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 80 orang (100%) responden menyatakan bahwa mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari anggota keluarga mereka baik itu sandang, pangan, maupun papan. Melalui tabel yang telah kita lihat diatas bahwa mayoritas dari pada para responden dari pendapatan yang mereka miliki sangatlah minim dibawah upah UMP Provinsi Sumut yaitu sebesar Rp.1.090.000,- per bulannya. Seseorang/keluarga dapat dikatakan miskin apabila memiliki kategori miskin sebagai berikut: 1. Luas bangunan kurang dari 8m2 per ubin atau semen. 2. Jenis lantai hunian bukan berasal keramik, teraso, tegel, ubin atau semen. 3. Tidak memiliki fasilitas jamban/ Wc. 4. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota keluarga. 5. tidak memiliki aset rumah tangga seperti lemari. Sebagain besar dari pada anggota responden dari pada penerima program beras raskin masuk kedalam syarat ataupun kategori yang ada di atas. Baik secara pendapatan maupun syarat dari pada tempat tinggal yang layak bagi kesehatan.
Tabel 5.23 Karakteristik Jawaban Responden Mengenai Banyaknya Beras Raskin Yang Disalurkan Setiap Bulan No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Lebih dari cukup
4
0,50
2
Cukup
19
23,75
3
Tidak cukup
57
71,25
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.23 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,25%) responden menyatakan bahwa jumlah jatah beras raskin yang dibagikan tidak mencukupi, dikarenakan para responden memiliki jumlah anggota kelurga yang banyak (>5orang). Sebanyak 19 orang (23,75%) menyatakan lebih dari cukup, dikarenakan jumlah anggota keluarga yang dimiliki sedikit(2-4 orang), sedangkan sebanyak 4 orang (0,50%) menyatakan cukup (2-4 orang) . Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui juga melalui tabel-tabel yang sebelumnya bahwa banyaknya jumlah anggota keluarga mempengaruhi apakah jumlah jatah beras raskin yang dibagikan memcukupi atau tidak. Jumlah jatah beras raskin yang dibagikan sebanyak 15 Kg/KK sebesar Rp. 1600/kg menyatakan bahwa jatah yang hanya 15 kg tidak mencukupi untuk memberi jatah makan kepada para anggota keluraga, dimana para responden yang menyatakan bahwa jatah beras yang diberikan sebanyak 15 kg adalah mereka yang memilki anggota keluarga yang lebih kecil dari 5 orang. Sedangkan sebanyak 30 orang (27,02%) menyatakan lebih dari cukup, dikarenakan jumlah anggota keluarga yang dimiliki leh para responden sebanyak 2-4 orang.
Kemudian sebanyak 23 orang responden menyatakan bahwa jatah yang sebanyak 15 kg/ bulan sudah mencukupi.
Tabel 5.25 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Ketepatan Jumlah (Kg) Beras Raskin Yang Dibagikan 15kg/ KK No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Pernah
17
20,45
2
Kadang-kadang
11
13,75
3
Tidak pernah
53
66,85
80
100
Total Sumber : Kuesiner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.25 diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah jatah beras raskin yang dibagikan oleh bulog melalui kelurahan kepada para masyarakat yang menerima beras raskin sebanyak 53 orang (66,85%). Alasan dari pada para responden mengatakan selama ini mereka selalu mendapatkan kiloan beras raskin selalu tepat tanpa kurang dari banyaknya jatah 15kg beras yang dijanjikan (ditetapkan oleh pemerintah). Sebanyak 17 orang (20,45%) para responden menyatakan pernah dengan alasan bahwa setelah di periksa beras yang mereka dapatkan ada yang mengandung batu dan banyak gabah kering yang meski dibunag sebelum dimasak kembali, sehingga hal tersebut yang menyebabkan jatah dari pada beras raskin yang dibagikan menjadi berkurang. Selebihnya 11 orang (13,75%) para responden menyatakan bahwa kadangkadang terjadi kekurangan jatah beras.
Beradasarkan hasil wawancara dengan ibu Ida menyatakan bahwa: ”Program raskin yang dibagikan bagi setiap keluarga miskin (KK) yang mendapatkan jatah beras raskin (beras rakyat miskin sebanyak 15kg dengan harga Rp.1.600,-/ Kg...”
Tabel 5.26 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Waktu Pembayaran Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Ya
60
75,00
2
Tidak
20
25,00
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.26 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 85 orang (75,00%) responden menyatakan bahwa waktu pembayaran beras raskin dilakukan secara tepat waktu. Sebanyak 20 orang (25,00%) menyatakan tidak tepat waktu. Berdasarkan wawancara dengan ibu Yusniar mengatakan bahwa ”Pembelian beras raskin harus dilakukan secara kontan, dikarenakan penyaluran beras raskin tidak dilakukan setiap bulan, namun beberapa bulan sekali. Sehingga sering terjadi pembagian pada saat mereka tidak memiliki uang kontan untuk membeli jatah beras raskin untuk beberapa bulan. Sehingga mereka sering menunda membeli beras raskin ataupun membeli beras raskin sesuai dengan banyaknya beras raskin dengan jumlah uang yang mereka punya saat itu...”.
Tabel 5.27 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Pembelian Beras Raskin Setiap Penyaluran. No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Ya
25
31,25
2
Tidak
55
68,75
80
100
Total Sumber : kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.27 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden tidak selalu membeli beras raskin setiap kali ada penyaluran hanya sebanyak 55 orang (68,75%), sedangkan sebanyak 25 orang (31,25%) menyatakan tidak selalu membeli beras raskin yang disalurkan tiap bulan. Alasan dari pada para responden yang menyatakan bahwa mereka tidak dapat membeli beras raskin setiap bulan dikarenakan waktu penyaluran beras raskin tidak setiap bulannya, dan tanggal pembagian di daerah kelurahan juga tidak memiliki tanggal yang tetap di awal atau diakhir bulan. Hal inilah yang menyebabkan para masyarakat miskin tidak selalu dapat membeli beras setiap ada penyaluran. Berdasarkan wawancara dengan bapak Robert” pembayaran yang dilakukan harus secara kontan, tidak bisa melakukan pembelian secara hutang, mereka dapat membeli kembali beras tersebut apabila mereka telah memiliki uang untuk menebus beras raskin yang menjadi jatah mereka...”.
Tabel 5.28 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Harga Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Ya
58
60,67
2
Tidak
22
39,33
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.28 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 58 orang (60,67%) menyatakan bahwa mereka menyatakan harga dari pada beras raskin terjangkau, sebanyak 22 orang (39,33%) menyatakan tidak dapat menjangkau harga dari pada beras raskin tersebut yang dijual seharga Rp.1600/ kg. Adapun alasan dari pada mereka yang tidak mampu menjangkau harga beras yang telah ditetapkan oleh pemerintah dikarenakan penghasilan mereka sangat kecil dan anggota keluarga yang mereka miliki banyak. Selain itu hanya ayah yang bekerja sebagai pencari uang lah yang menjadi faktor utamanya. Mereka menilai harga beras raskin masih mahal, karena jumalah beras yang mereka konsumsi selama satu bulan lebih dari 15 kg.
Tabel 5.29 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Kualitas Dari Pada Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Baik
33
41,25
2
Kurang baik
47
58,75
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.29 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 60 orang (58,75%) menyatakan bahwa kualitas dari pada beras raskin tersebut masih kurang baik, dimana alasan dari pada responden menjawab hal tersebut dikarenakan masih terdapat banyaknya gabah dan batu didalam beras yang dibagikan, sedangkan sebanyak 33 orang (41,25%) menyatakan kurang baik. Namun mereka mngatakan bahwa mereka sudah cukup merasa puas dengan beras yang mereka dapatkan dikarenakan beras yang mereka beli dapat dimakan dengan baik, meskipun tidak terlalu enak karena mereka tahu harga yang mereka bayarkan sudah lumayan murah. Hasil wawancara yan kami lakukan dengan ibu Ida ”kualitas dari pada beras raskin tersebut tidaklah buruk namun tidak jugalah bagus, namun jarang ada beras yang mengandung kutu ataupun menggumpal karena terlalu lama didalam gudang, sepanjang pelaksanaan dari pada program raskin beras yang disalurkan masih berada dalam kualitas yang baik, karena apabila ada beras yang tidak dalam kondisi baik maka kami akan mengembalikan beras tersebut kepada bulog dan meminta ganti dari pada beras yang baru. Hal tersebut dikarenakan kami menjaga kualitas dan mutu dari pada makanan yan dikonsumsi oleh masyarakat kami...”.
Tabel 5.30 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Penerimaan Beras Raskin Setiap Bulannya No
Jawaban
1
Ya
2
Tidak
Frekuensi
Total
80
100
-
-
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.30 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 80 orang (100%) menyatakan bahwa mereka menerima beras raskin setiap ada pembagian beras raskin yang dilakukan oleh kelurahan. Namun dengan catatan bahwa mereka harus membayar beras raskin yang dibagikan secara tunai. Ada sebagian dari pada penerima beras raskin tidak dapat membeli beras raskin yang menjadi jatah mereka setiap bulannya dikarenakan pada saat pembagian beras raskin mereka belum memiliki uang untuk membayar Dari pada beras raskin tersebut, sehingga mereka menebusnya pada saat mereka telah memiliki uang.
Tabel 5.31 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Terjadinya Keterlambatan Penyaluran No
Jawaban
1
Ya
2
Tidak Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Frekuensi
%
80
100
-
-
80
100
Berdasarkan tabel 5.31 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 80 orang (100%) responden mengatakan tidak pernah terjadi keterlambatan pembagian beras raskin, karena pembagian yang dilakukan juga tidak dilakukan setiap bulannya namun dibagikan 1 kali untuk beberapa bulan sekaligus. Dalam artian bahwa sekali pembagian beras raskin maka akan dibagikan dalam kilo yang totalnya 2 ataupun tiga kali lipat dari normal, karena 1 kali pembagian beras akan dibagikan untuk beberapa bulan kedepan.
Tabel 5.32 Karakterisrtik Jawaban Responden Berdasarkan Proses Penyaluran Beras Raskin No
Jawaban
1
Ya
2
Tidak Total
Frekuensi
%
80
100
-
-
80
100
Sumber : Kuesioner Maret 2009 Berdasarkan tabel 5.32 diatas dapat dketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 80 orang (100%) menyatakan bahwa proses penyaluran beras raskin telah berjalan dengan baik, dimana penyaluan yan dilakukan hanya berada pada satu
titik
yaitu
dikantor
kelurahan.
Berdasarkan
wawancara
dengan
ibu....mengatakan bahwa proses penyaluran yang dilakukan hanya memilki satu tempat, tidak memiliki posko pembagian yang lainnya, kantor lurah menjadi satu-satunya posko pembagian beras raskin yang ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat.
Dengan hanya ada satu posko maka tidak akan terjadi
kebinggungan dimasyarakat dimana tempat yang akan digunakan sebagai tempat pembagian beras raskin dibulan ini ataupun dibulan-bulan yang akan datang. Hal
inilah yang dihindari oleh pemerintah pusat, sehingga hanya ada satu tempat pembagian beras raskin.
Tabel 5.33 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Cara Mendapatkan Raskin Setiap Bulannya No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Datang langsung kekantor lurah
80
100
2
-
-
-
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.33 diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas rseponden sebanyak 80 orang (100%) menyatakan bahwa cara untuk mendapatkan raskin setiap bulannya yang dilakukan oleh responden adalah dengan cara mendatangi langsung kator lurah yang sekaligus berfugsi sebagai tempat pembagian beras raskin yang resmi dengan membawa tanda bukti pembelian. Setiap beras yang akan dibagikan kepada warga yang berhak sebagai penerima beras raskin setiap bulannya akan diadakan pemberitahuan dan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya suatu kesalah pahaman saat pembagian beras raskin, dimana ada sebagian yang tahu sebagian lagi tidak mengetahui adanya pembagian beras raskin tersebut.
Tabel 5.34 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Bagaimana Cara Saudara Memperoleh Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Dengan menggunakan kupon
80
100
2
Lain-lain
-
-
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.34 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 80 orang responden (100%) menyatakan bahwa mereka membawa kupon yang dibagikan oleh kepala lingkungan kepada para penerima beras raskin ke rumahrumah yang berguna sebagai barang bukti agar mereka bisa dengan mudah medapatkan beras raskin sesuai dengan antrian yang mereka tempati. Penggunaan kupon juga berfungsi sebagai menghindari ada orang ataupun pihak yang dengan sengaja berada didalam antrian yang sama untuk membeli beras raskin. Selain nama yang tertera didalam data nama yang ada didalam formulir yang akan diperiksa sesuai atau tidak dengan orang yang menerima beras. Sehingga kupon juga menjadikan petugas lebih mudah dalam melakukan pembagian, dimana bagi siapa pun orang yang tidak memegang kupon beras raskin maka orang tersebut tidak akan mendapatkan pembagian beras raskin.
Tabel 5.35 Karakteristik Jawaban Responden Berdasakan Pendataan Penerima Program Beras Raskin Setiap Bulannya No
Frekuensi
Jawaban
%
1
Ya
80
100
2
Tidak
-
-
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.35 diatas dapat diketahui bahwa setiap responden sebanyak 80 orang (100%) yang mendapatkan beras raskin menyatakan mereka selalu dilakukan pendataan secara berulang setiap bulannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Robert ”setiap warga kami yang medapatkan beras raskin selal didata setiap bulannya dikarenakan ada kemungkianan perubahan data yang masuk dan berganti antara satu keluarga miskin dengan keluarga miskin yang lainnya, jadi mereka yang selayaknyalah yang mendapatkan beras raskin tersebut...”
Tabel 5.36 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Kendala-Kendala Yang Dihadapi No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Ya
-
-
2
Tidak
80
100
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.36 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 80 orang (100%) responden menyatakan bahwa mereka tidak mengalami suatu kendala dalam mendapatkan beras raskin didalam setiap pendistribusian yang dilakukan oleh pihak kelurahan yang bertugas sebagai penyalur, karena para petugas beras raskin telah melakukan sedemikian rupa pegawasan agar tidak terjadi suatu kendala atau hal yang mengganggu tata tertib pembagian yang dilakukan.
Tabel 5.37 Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Harapan Dengan Adanya Program Beras Raskin No
Jawaban
Frekuensi
%
1
Dapat meringankan beban hidup
67
83,75
2
Lain-lain
13
16,25
80
100
Total Sumber : Kuesioner Maret 2009
Berdasarkan tabel 5.37 diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 67 orang (83,75%) responden menyatakan harapan mereka dengan adanya program beras raskin ini adalah untuk meringankan beban hidup mereka yang sudah sangat berat ini yang semuanya serba mahal. Sebanyak 13 orang (16,25%) menyatakan alasan lainnya. Setidaknya mereka dapat membeli beras yang merupakan makanan pokok kita dengan murah merupakan suatu keringanan agar mereka dapat menghidupi anggota keluarga seluruhnya. Berdasarkan teori yang di populerkan oleh Abraham Maslow, tentan hirarki kebutuhan :
1. kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, udara dan sebagainya. Dimana jika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi akan menyebabkan efek yang sangat fatal bahkan menyebakan kematian. 2. kebutuhan akan rasa aman, setelah manusia mendapatkan kebutuhan fisiologis maka ia akan mencari tempat yang aman bagi dirinya yang jauh dari ancaman yang dapat menyakiti dirinya. 3. Kebutuhan akan cinta, yaitu kebutuhan akan mencintai dan dicintai. Hal in dapat terjadi jika kebutuhan pertama telah terpenuhi, maka seseorang akan mencari cinta dan berusaha untuk dicintai. 4. kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat. Kebutuhan ini tercipta karena manusia itu telah memenuhi kebutuhan yang pertama dan kedua, jadi setiap orang ingin mendapatkan kehormatan dan penghargaan diri yang tinggi dari orang lain. 5. Kebutuhan
akan
Aktualisasi
diri,
yaitu
kebutuhan
akan
mengekspresikan dan mengeksploitasi dirinya sedalam-dalamnya. Hal ini hanya dapat terjadi jika urutan-urutan kebutuhan ini telah terpenuhi. Dimana dalam tahap ini seseorang atau kelompok orang telah mencapai puncak dari kehidupan. Dengan melihat dari pada teori diatas maka kita dapat mengetahui tingkatan dari pada kebutuhan masyarakat, dan apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat, dengan demikian program yang dijalankan akan kana sasaran karen menggunakan keinginan dari masyarakat tersebut. Masalah kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat kita yang berhubungan dengan program beras raskin
dalam tingkatan masalah kebutuhan yang dicetuskan oleh abraham adalah kebutuhan fisiologis, dimana kebutuhan akan makanan, minuman, udara dan sebagainya, dimana dalam hal ini adalah beras yang menjadi makanan pokok yang meski dipenuhi dalam kelangsungan dari pada kebutuhan anggota keluarga.
BAB VI PENUTUP 6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, seperti yang
telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis membuat kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan evaluasi program beras raskin di Kelurahan SitiRejo I Kec. Medan Kota. Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1.
Program beras raskin dikelurahan Sitirejo I berjalan dengan baik. Program beras raskin (beras rakyat miskin) merupakan program bantuan perlindungan sosial bagi keluarga miskin yang merupakan suatu pendekatan dengan upaya untuk meringankan beban pengeluaran masyarakat miskin dengan memberikan subsidi beras. Program beras raskin mempunyai tujuan : a. Meringankan beban dari pada rakyat miskin dengan memberikan bantuan pangan pokok melalui beras bersubsidi kepada masyarakat miskin yang membutuhkan, terbukti dapat meringankan beban hidup para keluarga miskin yang dapat membeli subsidi beras dari pemerintah dengan harga murah dengan kualitas yang lumayan bagus. b. Untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan paling dasar bagi seluruh anggota keluarga mereka yaitu kebutuhan akan pangan (beras).
2.
Evaluasi program beras raskin (beras rakyat miskin) di kelurahan SitiRejo I berjalan dengan baik. Dimana hal tersebut terbukti dengan banyaknya jawaban responden yang menyatakan bahwa program beras raskin yang dilaksanakan telah tepat sasaran penerima manfaat bagi masyarakat miskin, tepat jumlah dalam hitungan berat (15kg/kk), tepat waktu dalam pendistribusian setiap pembagian kepada para penerima beras raskin, dan tepat adminitrasi.
6.2.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan penulis sebagai suatu masukan adalah
sebagai berikut: 1. Program beras raskin menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini, dimana subsidi beras yang didapatkan oleh rakyat miskin membantu meringankan beban dari pada pengeluaran yang mereka lakukan. Namun, para pelaksana beras raskin terutama mereka yang melakukan survei terhadap siapa saja yang berhak mendapatkan beras raskin lebih di periksa secara lebih detail lagi, agar yang menjadi sasarn dari pada penerima program harus lebih jelas dan tepat. 2. Pengawasan akan pelaksanaan program beras raskin harus lebih ketat dan tegas hal tersebut berguna dan berfungsi untuk memperkecil dan mencegah agar terjadinya penyelewengan pelaksanaan program ini. 3. Para penerima beras raskin juga diharapkan agar tidak merasa tergantung kepada subsidi dari pemerintah untuk terus menerus dapat membeli beras secara murah. Namun agar masyarakat lebih giat dan lebih bekerja keras lagi dalam usaha untuk mencari ataupun menciptaka suatu pekerjaan yang bisa meningkatkan taraf kehidupan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok secara mandiri dan tidak menharapkan kepada subsidi yang diberikan oleh pemerintah setiap bulannya. 4. Pemberitahuan akan adanya program beras raskin kepada masyarakat yang membutuhkan harus lebih luas lagi sehingga masyarakat yang lebih membutuhkan mengetahui hak mereka untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk mereka. Sekaligus agar masyarakat yang mendapatkan
subsidi beras juga dapat berperan serta sebagai pengawas secara aktif agar tidak terjadi penyelewengan beras raskin yang merupakan hak dari pada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI-Agustus 2006. Rineka Cipta, Jakarta. Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press: Surabaya. Nawawi, Hadari. H. 1983. Metode Penelitian Dalam Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Nurdin, Fadhil. 1990. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. PT. Angkasa Bandung. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sumarnonugroho. 1984. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. PT. Hanindita. Yogyakarta. Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan. PT. Obor Indonesia. Jakarta. Prasetyo, Eka. 2005. Orang Miskin Tanpa Subsidi. CV.Langit Aksara. Yogyakarta. Wahab, Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.
Sumber Lain: http://www.duniaesai.com/ekonomi/eko1.html (Bantuan Langsung Pada Masyarakat) diakses tanggal 15 Februari 2009. www.pikiran-rakyat.com (Kemiskinan) diakses tanggal 15 Februari 2009. www.bps.com (Mayarakat Miskin) diakses tanggal 15 Februari 2009. http://www.ppk.lipi.go.id/informasi/berita/berita_detil.asp?Vnomer=957 (Penyelewengan Raskin) 15 Februari 2009. http://www.hariansuarasumut.com/Berita-Utama/2069.html (Kemiskinan) diakses tanggal 16 Februari 2009. http://www.kompas.com/newsindex Rabu, 18 Februari 2009 | 23:56 WIB Waspada, Raskin Belum Tersalur, Beras Di Madina.Rp 7.500 per kg. 2009. Hal: 20. Jakarta. Kompas, PenyimpanganDistribusi Raskin. 2009. Hal:17. Jakarta.