BAB III PEMIKIRAN–PEMIKIRAN D.N AIDIT DALAM PERPOLITIKAN DI INDONESIA TAHUN 1951-1965
A. Pemikiran D.N Aidit Dalam Bidang Politik 1. Strategi Politik Aidit Tahun 1950-1955 Menurut pandangan Aidit Politik adalah pernyataan terpusat daripada ekonomi, demikian pendirian kaum Marxis. Oleh karena itu situasi politik yang baik bagi rakyat Indonesia adalah pernyataan pembelaan terhadap kepentingan ekonomi rakyat Indonesia.1 Adanya situasi politik yang baik adalah pertanda adanya harapan dan terbukanya kemungkinan akan perubahan dan perbaikan di bidang ekonomi. Pandangan Aidit tentang negara dan politik, Aidit lebih melancarkan perjuangan politik revolusioner untuk melawan imperialisme. Aidit memimpin PKI dengan konsep baru yang dikenal dengan “Jalan Demokrasi Rakyat bagi Indonesia”.2 Melalui konsep tersebut Aidit sekaligus menegaskan jalan yang revolusioner di samping cara-cara parlementer. Dengan berdasarkan Marxisme-Leninisme dan alanisis mengenai situasi kondisi Indonesia sendiri, CC PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit menyusun program partai untuk mencapai tujuannya, yaitu mengkomuniskan Indonesia. Aidit mengatakan perjuangan parlementer dapat dilakukan dengan memberikan dukungan PKI pada pemerintah Wilopo, dan kemudian pemerintah
Ngismatul Khoeriyah, “Perbandingan Pemikiran Tan Malaka dan D.N. Aidit”, Skripsi FKIP UMP, 2014, hlm 98 2 Majalah Tempo, 2007, Dari Menteng ke Pusaran Kekuasaan, Koleksi Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta., hlm 73 1
50
51
Ali Sastroamidjojo terkait program PKI yang sama-sama menginginkan perubahan yang lebih baik untuk Indonesia.3 Pernyataan Aidit tersebut menandakan bahwa PKI melakukan perjuangan parlementer walaupun pada waktu itu PKI belum masuk dalam pemerintahan. PKI mengambil sikap yang sama terhadap pemerintah parlemen Wilopo maupun Ali Sastroamidjojo sampai terbentuknya pemerintahan yang Demokrasi Rakyat.4 Bentuk pemikiran Aidit adalah mengemukakan gagasan mengenai pembentukan Front Persatuan Nasional.5 Gagasan Aidit mengenai Front Nasional adalah sarat dengan nilai kebangsaan. Taktik tersebut memiliki landasan yang kuat dalam masyarakat Indonesia, sebuah masyarakat yang terdiri dari berbagai kelas dan kelompok. Dia menekankan bahwa taktik Front Nasional bersatu merupakan satu-satunya taktik yang benar bagi rakyat Indonesia di dalam perjuangannya untuk meraih kemerdekaan nasional yang sebenarnya dan Front Persatuan Nasional harus dimenangkan.6 Seluruh kelas dan kelompok masyarakat
3
Majalah Bintang Merah, Tahun 1954, Kongres Nasional Ke-V Partai Komunis Indonesia, Koleksi Int. Intstitut Sec. Gesehiedenis Amsterdam, hlm 68 4 D.N. Aidit, Djalan ke Demokrasi Rakjat Bagi Indonesia, (Jajasan Pembaruan, Djakarta, 1955), hlm 46 5 Front Persatuan Nasional adalah front yang mempersatukan lelaki dan wanita Indonesia dari semua keyakinan politik, semua kepercayaan agama, dan kedudukan sosial, dan sudah tentu atas dasar keinginan bersama untuk mengatasi krisis ekonomi yang terus-menerus mencengkeram Indonesia, untuk mencegah diseretnya Indonesia ke dalam pakt agresif oleh imperialisme Amerika, untuk mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia, untuk melawan dipersenjatainya kembali Jepang, untuk menggulung komplotan kolonialis Belanda anti-republik, untuk menjunjung tinggi panji-panji demokrasi, dan untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional yang penuh bagi Indonesia. Front persatuan berarti perjuangan dan organisasi daripada perjuangan untuk tujuantujuan yang konkret di bawah panji-panji yang sesuai dengan kepentingan rakyat pekerja dan kepentingan seluruh bangsa. https://www.marxists.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 20.40 WIB) 6 Surat Kabar Fikiran Rakyat, 27 Juli 1955, Koleksi arsip Perpustakaan Yogyakarta
52
menjadi hancur akibat adanya imperialisme dan feodalisme. Oleh karena itulah maka
kelas-kelas
dan
kelompok-kelompok
masyarakat
menginginkan
kemerdekaan tersebut. Untuk meraihnya, maka kelas-kelas sosial masyarakat tersebut atau partai dan organisasi dari kelas dan kelompok masyarakat tersebut harus bersatu dalam sebuah Front Nasional yang bersatu.7 Secara historis, Front Nasional bersatu tersebut sebenarnya pernah dibentuk pada masa perjuangan kemerdekaan dalam bentuk perhimpunanperhimpunan Politik Kebangsaan atau PPPKI pada 27 Desember 1927 yang didukung oleh Partai Nasional Indonesia dan Sarekat Islam. Front-Front Nasional anti-fasisme8 seperti Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom)9, Angkatan Muda Indonesia (AMI)10, adalah gerakan-gerakan yang kemudian menjadi pencetus
7
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit: Kisah Partai Komunis Indonesia Dibawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965, (center for information analysis, 2007), hlm 81 8 Anti Fasisme adalah sistem yang menolak adanya fasis yang berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa dan terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan termasuk eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara. Sikap fasis adalah menetang dari pengetian fasis diatas. www.id.wikipedia.org/wiki/fasis (diakses 19 Juni 2015 pukul 13.50 WIB) 9 Gerindom (Gerakan Indonesia Merdeka) adalah gerakan yang bertujuan untuk menyadarkan para pemuda untuk tetap semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. http://widhisejarahblog.blogspot.com (diakses 19 Juni 2015 pukul 13.50 WIB) 10 Angkatan Muda Indonesia (AMI). Mula-mula organisasi tersebut didirikan atas inisiatif Jepang, tetapi kemudian tumbuh menjadi organisasi pemuda yang anti Jepang. AMI kemudian berubah menjadi Pemuda Republik Indonesia (PRI). https://pcimlibya.wordpress.com/2009/10/31/peranan-pemudaindonesia-dalam-pergerakan-kemerdekaan/ (diakses 19 Juni 2015 pukul 13.50 WIB)
53
utama proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.11 Gerakan-gerakan tersebutlah yang sebelumnya pernah dikritik oleh Tan Malaka sebagai gagal dalam melaksakan revolusi kemerdekaan sebagaimana dituliskannya dalam Aksi Massa : “Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan dicapai dengan putch atau anarkisme, itu hanyalah impian seorang yang lagi demam. Aksi massa membutuhkan pemimpin yang revolusioner, cerdas, tangkas, sabar dan cepat menghitung kejadian yang akan datang, waspada politik. Ia harus juga bekerja dengan kekuatan nasional yang sudah ada dan tidak mengharapkan kekuatan yang sekedar lamunan. Selanjutnya, ia harus mengetahui tabiat massa yang dipimpinnya (mengetahui waktu dan cara bagaimana reaksi rakyat terhadap kejadian-kejadian politik dan ekonomi). Ia harus pandai pula bersemboyan yang menyemangatkan rakyat sehingga mengubah“kemauan massa” menjadi “tindakan massa”.12 Aidit mengatakan unsur kaum borjuis nasional sebagai kaum yang sering ragu-ragu dan berpotensi berkhianat dalam pelaksanaan gagasan Front Nasional bersatu tersebut. Hal tersebut sebenarnya adalah sebagai salah satu penjabaran dari gagasan Marxisme bahwa kaum borjuis merupakan lawan dari kaum buruh dan petani. Aidit berpendapat bahwa dalam keadaan dan batas-batas tertentu kaum borjuis dapat berperan serta dalam perjuangan nasional melawan imperialisme. Aidit selalu mengingatkan bahwa dalam perjuangan untuk membentuk sebuah Front Nasional yang bersatu, harus ada kerjasama yang baik di antara berbagai partai politik maupun kerja sama yang terjalin di antara rakyat yang berasal dari berbagai ras, suku, dan ideologi yang berbeda. PKI harus tetap mempertahankan independensinya baik secara politis, ideologis, maupun organisatoris.13
11
Peter Edman., Op Cit , hlm 80 Tan Malaka, Aksi Massa, (Yogyakarta: Teplok Press, 2000), hlm 101 13 Peter Edman., Op Cit.,hlm 82. 12
54
Setelah menggulirkan gagasan menggalang Front Persatuan Nasional dan melakukan langkah politik melalui parlemen, Aidit bersama PKI ambil bagian dalam Pemilihan Umum 1955.14 Menjelang pemilu, PKI mengangkat persolan kemiskinan dan kehidupan rakyat yang buruk karena kekuasaan imperialisme untuk berkampanye. Persoalan lain yang diangkat PKI adanya isu kelangkaan garam serta kenaikan harga beras dan minyak goreng pada pekan-pekan sebelum pemilu pertama yang dilaksanakan di Indonesia. Masalah tanah juga merupakan bagian terpenting dalam kampanye PKI di beberapa daerah yang luas dan besar. PKI menjanjikan pembagian tanah di berbagai daerah, dan di sebagian daerah tersebut tanah dijanjikan kepada mereka yang memilih PKI atau BTI.15 Taktik tersebut mengakibatkan timbulnya ketegangan sosial di beberapa wilayah pedesaan terutama di Jawa. Pada waktu itu pembagian tanah tidak merata di desa-desa di Jawa. Tanah-tanah dikuasi oleh tuan tanah sehingga kampanye PKI tentang tanah medapat sambutan yang hangat dari rakyat. Kampanye PKI yang berbeda dengan partai-partai lain adalah masalah kegiatan kesejahteraan sosial. Bagi PKI, kegiatan semacam itu dimaksudkan tidak hanya untuk menang dalam pemilihan umum, tetapi juga untuk membangun basis
14
Kevin Raymond Evans, Sejarah Pemilu & Partai politik di Indonesia, (Jakarta : Arsie Consultancie, 2003), hlm 13. 15 BTI (Barisan Tani Indonesia) adalah Barisan Tani Indonesia adalah organisasi massa petani yang terhubung ke Partai Komunis Indonesia (PKI). BTI didirikan pada November 25, 1945. Organisasi petani sebelumnya oleh PKI telah menjadi Serikat Tani yang dibentuk pada tahun 1945. BTI berjuang untuk reformasi tanah. https://id.wikipedia.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 17.56 WIB)
55
massa yang lebih permanen.16 Menggunakan slogan “kegiatan kecil tapi bermanfaat”, aktivis PKI di desa-desa, Kegiatan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh PKI antara lain membersihkan kampung/ kerja bakti, membangun dan memperbaiki jembatan, membuat tempat MCK, membangun saluran air, dan membantu kegiatan pernikahan, orang melahirkan, dan penguburan. Aidit selalu mengatakan PKI harus giat memperagakan lambangnya yaitu Palu dan arit dalam setiap kampanyenya. Sejak awal PKI sudah unggul dalam hal tersebut dan terus mempertahankan keunggulan itu selama masa kampanye.17 Selain itu, papan-papan peraga lambang partai Palu dan Arit tersebut banyak bertebaran di kota-kota besar dan kecil. Strategi PKI juga dengan membuat pamflet dan brosur untuk dijual atau dibagikan secara massal. PKI membuat kartu anggota untuk melakukan rekrutmen dan menggalang dukungan massa. Anggota partai tersebut terdiri dari dua golongan anggota yang sudah ada yaitu anggota penuh dan calon anggota yang ditambah golongan anggota baru yaitu anggota pencinta. Jumlah anggota tersebut seluruhnya yaitu 7910 pada awal tahun 1952, 165.206 pada Maret 1954, dan meningkat menjadi 1.000.000 pada Februari 1956.18 Semakin banyaknya jumlah massa pendukung PKI merupakan bukti kepandaian Aidit. Aidit memilih sikap netral dalam perpolitikan di Indonesia. Partai Komunis Indonesia dalam keadaan tertentu beroposisi terhadap pemerintah dan dalam keadaan lain partai menyokong pemerintah dan dalam keadaan yang lain lagi
16
Ahmad Fathul Bari, Strategi PKI terhadap Petani serta Pengaruhnya Di Jawa Timur tahun 1953-1965, Skripsi FIB UI, 2008, hlm 55 lihat pula Donald Hindley, The Communist Party of Indonesia (1951 – 1963), hlm. 221. 17 Ibid. 18 Ibid. hlm 56
56
partai turut dalam pemerintah. Perjuangan parlementer dan sokongan PKI ditunjukkan kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo untuk memperluas dan memperkuat Front Persatuan Nasional.19 PKI juga meneruskan pembangunan basis massa yang meluas keseluruh negeri, yang mempunyai karakter massa yang luas dan yang sepenuhnya dikonsolidasi di lapangan ideologi, politik, dan organisasi. Aidit menggunakan dua strategi untuk mempertahankan dan memperkuat PKI yaitu strategi kanan dan kiri dalam dunia perpolitikan di Indonesia antara tahun 1951-1965. Strategi kanan yaitu melaui kompromisitis dengan golongangolongan kanan dimana PNI menjadi golongan ini. PKI mencatat keberhasilannya bila dia menggalang konsiliasi20 dengan kelompok nasionalis dan borjuis.21 Hal tersebut dijalankan bersamaan dengan kebijakan Stalin tahun 1952 yang beralih dari strategi kiri yang revolusioner dan militan, kepada pola strategi kanan yakni, bersedia secara taktis bekerja sama dengan kaum nasionalis borjuis.22 Aidit menggabungkan Strategi kiri dan kanan yang diberi nama pola strategi Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP). Strategi tersebut dismpaikan Aidit dalam Kongres Nasional PKI ke-V tahun 1954. Isi MKTBP tersebut 19
yaitu: (1) melaksanakan aksi gerilya di lingkungan massa petani di
D.N. Aidit 1955, Op Cit., hlm 32-33 Konsiliasi adalah kerjasama politik untuk memperkuat partai, PKI bekerjasama dengan PNI. www.id.wikipedia.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 17.56 WIB ) 21 Kelompok Borjuis adalah golongan orang-orang kelas atas dimana orang-orang borjuis adalah orang-orang yang memiliki modal. Mereka adalah kelas menengah dan kelas pedagang yang meperoleh kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan pendidikan dan kekayaan. www.id.wikipedia.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 19.25 WIB) 22 Aco Manafe, Teperpu Mengungkap Penghianatan PKI Tahun 1965 dan Proses Hukum Bagi Para Pelakunya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), hlm 11 20
57
pedesaan, (2) gerakan revolusioner kaum buruh di kota-kota, dan (3) penyusupan di kalangan angkatan bersenjata. Metode tersebut merupakan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh Kongres Nasional ke-IV.23 Dengan dilaksanakannya MKTBP, PKI telah melakukan persiapan awal bagi pecahnya revolusi sosial. Pemilu 1955 merupakan langkah awal dan penting bagi Aidit membangun jumlah massa. Aidit menginginkan PKI untuk memenangkan pemilu pada tahun 1955.24 Lebih mendekatkan diri kepada kaum petani merupakan salah satu langkah politik Aidit untuk menggalang suara PKI menjelang Pemilu 1955. Dalam hal tersebut, PKI juga berupaya membangun basis dukungan partai secara lebih luas ke masyarakat pedesaaan. Rencana Aidit itupun menandai perubahan garis strategi PKI ketika diadakannya Kongres Nasional V PKI pada bulan Maret 1954 yang mengubah fokus utama partai dari buruh kepada petani.25 Aidit dalam pidatonya saat pelaksanaan kongres PKI yang ke V tahun 1954 untuk pemilu 1955 : “Sebaliknja, kalau menginginkan krisis ekonomi bisa diatasi, serahkanlah pimpinan pemerintah kepada Partai Klas Buruh, partai jang terpertjaja, partai jang terlatih dan terudji: Partai Komunis Indonesia. Bagi kaum buruh, memilih PKI berarti beras, upah jang pantas dan djaminan sosial jang adil. Bagi kaum tani, memilih PKI berarti tanah. Bagi kaum intelejensia, memilih PKI berarti kesempatan dan sjarat kerdja jang tjukup untuk memajukan ilmu guna kebahagiaan manusia. Bagi pradjuritpradjurit dan anggota-anggota alat negara lainnya, memilih PKI berarti djaminan hak-haknja dan gadji jang adil. Bagi pegawai negeri, memilih 23
Ahmad Fathul Basri, Strategi PKI terhadap Petani serta Pengaruhnya Di Jawa Timur tahun 1953-1965, Skripsi FIB UI, 2008, hlm 8 lihat pula Dikutip oleh Hermawan Sulistyo dari DN. Aidit, Masjarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (MIRI). Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu, Jakarta: KPG, 2000, hlm. 33 -34. 24 Surat Kabar Fikiran Rakyat, 28 Juli 1955, Koleksi arsip Perpustakaan Yogyakarta 25 Ahmad Fathul Basri., Op Cit, hlm 36
58
PKI berarti gadji dan djaminan sosial yang adil. Bagi pedagang ketjil, memilih PKI berarti kredit dan pasar. Bagi pengusaha, memilih PKI berarti perlindungan terhadap saingan modal monopoli. Bagi seniman, memilih PKI berarti kebebasan mentjipta dan sjarat kerdja jang tjukup. Bagi pelajar dan mahasiswa, memilih PKI berarti kesempatan dan sjarat beladjar jang baik. Bagi pemuda, memilih PKI berarti djaminan pekerdjaan dan hari depan jang baik. Bagi kaum wanita, memilih PKI berarti emansipasi dan djaminan persamaan hak. Bagi kaum agama, memilih PKI berarti pemerintah jang mendjamin kebebasan beragama dan berkejakinan. Memilih PKI berarti rakjat berkuasa atas nasibnja sendiri, berarti lenjapnya kabut jang suram dan datangnja fadjar baru! Singkatnja, memilih PKI berarti memilih kemerdekaan penuh, memilih demokrasi, memilih kesedjahteraan dan perdamaian! Bersatu, menudju ke kotak pemilihan untuk memilih PKI dan partai-partai demokratis lainnja! Bersatu, menudju ke kotak pemilihan untuk suatu pemerintah rakjat jang demokratis! Bersatu, menudju ke kotak pemilihan untuk mengalahkan Masyumi-PSI! Bersatu, menudju ke kotak pemilihan untuk kemerdekaan nasional, demokrasi dan perdamaian! Hidup Republik Indonesia dan tanah air Indonesia jang indah dan djaja!”26 Pidato Aidit diatas menunjukkan bahwa PKI benr-benar serius ingin memenangkan Pemilu 1955. Aidit juga menggunakan strategi bekerja sama dengan partai lain. Strategi Aidit mengenai kerjasama antara PKI dengan Partai Nasionalis (PNI) dan Organisasi maupun Partai Islam (Masyumi) tidak hanya samapai berakhirnya pemilu 1955 saja. Jadi harus ada kerjasama antar partai dalam pemerintahan yang terpilih dalam pemilu 1955.27 PKI menginginkan adanya kerjasama sampai sesudah pemilihan umum 1955, dengan tidak peduli siapa yang akan menang nanti. Apa yang PKI inginkan adalah sesuai dengan semboyan republik Indonesia Bhineka Tunggal Ika.28 Aidit menginginkan kader-kader PKI melakukan kerjasama dengan partaipartai lain dan dengan organisasi-organisasi dari berbagai aliran yang ada saat itu.
26
Majalah Bintang Merah 1954, Op Cit., hlm 98-99 D.N. Aidit 1955., Op Cit., hlm 34 28 Ibid. Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. https://id.wikipedia.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 17.20 WIB) 27
59
Dalam kerjasama tersebut Aidit menginginkan PKI tidak boleh menggantungkan diri pada banyaknya organisasi-organisasi yang pasti akan memihak tiap-tiap pendirian Komunis dan lingkungan kerjasama tersebut. PKI harus mendasarkan diri atas kebenaran politik Partai, atas kejujuran, kegiatan dan keuletan-keuletan aktivis-aktivis Komunis. Politik PKI adalah sesuatu yang obyektif, yang seharusnya juga menjadi politik dan pendirian dari tiap-tiap orang yang berkemauan baik dan sadar.29 Pada intinya Aidit menginginkan bahwa kerjasama antar partai harus berdasarkan kesadaran akan kepentingan dan tujuan bersama. Komunis, Nasionalis dan Islam adalah tiga aliran politik pada tahun 1955 yang mempunyai pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia. Aliran-aliran tersebutlah yang meresap sampai ke kalangan rakyat banyak. Aliran Komunis diwakili oleh PKI dengan perjuangan untuk golongan buruh dan petani. Aliran Nasionalis diwakili oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan Sukarno sebagai pemimpinnya. Partai politik Nasionalis mulai dikenal oleh rakyat Indonesia sejak permulaan abad ke-20, ia dikenal bersama-sama dengan lahirnya gerakan nasional di Indonesia. Aliran Islam diwakili oleh NU dan Masyumi. Agama Islam sudah ada di Indonesia sejak dahulu, tapi partai politik Islam baru dikenal juga sejak permulaan abad ke-20. Politik dari partai-partai Nasionalis dan partai-partai Islam tergantung pada kelas-kelas daripada orang-orang yang memimpin partai itu. Aidit masih menggunakan strategi kanannya sampai tahun 1955. Dengan strategi tersebut Aidit bisa mengembangkan PKI sehingga menjadi partai yang besar. Fokus Aidit pada tahun 1955an adalah untuk membawa PKI memenangkan pemilu yang diadakan pertama kali oleh bangsa Indonesia. Strategi – Strategi
29
Ibid.
60
yang dilakukan Aidit dari tahun 1951-1955 merupakan strategi untuk membangkitkan Partai yang hancur akibat pemberontakan PKI Musso tahun 1948, mencarii massa sebanyak-banyaknya serta memenangkan pemilu pertama di Indonesia tahun 1955. Fokus utama Aidit ditahun 1951-1955 pada pemerintahan dan pembangunan PKI. PKI dapat berkembang dengan baik di Indonesia pada tahun 1950an karena pada waktu itu SDM masyarakat Indonesia masih rendah dan kemiskinan dimana-mana yang menyebabkan komunis mudah diterima oleh masyarakat pada waktu itu.
2. Strategi Politik Aidit Tahun 1956-1965 Selepas tahun 1955 Aidit mulai merubah-rubah strategi politiknya. Strategi politik Aidit mula-mula mengikuti taktik-taktik yang digunakan Mao Tse Tung30 dengan kombinasi taktik secara damai Uni Soviet, yaitu melalui memberikan janji-janji kepada petani yang masih buta huruf sampai kepelosokpelosok desa. Strategi yang diterapakan Aidit terebut berhasil mengumpilkan banyak pengikut yang menjadikan PKI menjdi partai besar dan terus berkembang. Pada perkembangan selanjutnya Aidit menggunakan strategi koeksistensi secara damai dengan partai-partai yang ada dan Soekarno yang hendak memaksakan kabinet berkaki empat (yang terdiri dari PNI, Masyumi, NU dan PKI) dan Nasakomisasi semua instansi pemerintah sipil dan militer.31 Pada tahun 1956
30
Mao Tse Tung adalah pemimpin Parta Komunis Cina ke puncak kekuasaan di Cina memimpin selama dua puluh tujuh tahun dan mengadakan perubahan perubahan yang menakjubkan selama memimpin di Cina. www.media.isnet.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 18.30 WIB) 31 Zainal Abidin, Bahaja Komunisme, (Bulan Bintang, 1968), hlm 62
61
Aidit mulai meninggalkan strategi kanan dan mulai menggunakan strategi kiri revolusioner seperti di Cina. Aidit menyadari musuhnya yang paling kuat adalah Angkatan Darat. Angkatan darat berkiblat pada Amerika sedangkan PKI berkiblat pada Rusia dan Cina. Oleh karena ha tersebut membuat Angkatan darat dan PKI saling bermusuhan akibat permusuhan Amerika dengan Rusia. Pada akhir tahun 1959 dikongres ke VI Partai Komunis Indonesia Aidit menyerang Angkatan Darat khususnya Nasution secara dengan mengatakan bahwa membentuk apa yang dinamakan pemerintahan Nasional, demokratis, dan merdeka, maka perlu digulingkan kekuasaan militer yang reaksioner dan kejam yang hanya berbakti pada imperialisme32 Amerika Serikat.33 Setelah tahun 1962, strategi kiri semakin digunakan Aidit dan meninggalkan strategi kanannya. Aidit mulai dengan memperhebat gerakannya menyusup dimana-mana, baik partai politik maupun instansi pemerintahan, mendorong orang non komunis melakukan korupsi, sambil ia mencegah anggotaanggotanya melakukan tersebut. Hal tersebut kelak untuk memukul aparatur negara dengan cara menghasut rakyat, bahwa semua orang yang bukan komunis sudah korupsi dan bejat moralnya, kecuali PKI.34 Strategi yang digunakan Aidit pada tahun 1960an memang terlihat licik dengan melakukan hal apapun untuk mencapai tujuannya.
32
Imperialisme adalah ekspansi politik untuk menguasai negara asing. Bisa juga disebut sebagai penaklukan negara lain dengan berbagai cara. www.id.wikipedia.org (diakses 17 Juni 2015 pukul 18.35 WIB) 33 Zainal Abidin., Op Cit.,hlm 62 34 Ibid, hlm 64
62
Pada tahun 1963 melalui rencana revolusi, Aidit mempersiapkan diri untuk perebutan kekuasaan. Aidit mendukung rencana Soekarno tentang mengganyang Malaysia. Aidit meninggalkan taktik koeksistensi secara damai Uni Soviet dan menggunakan gerakan revolusioner Cina Komunis, hal tersebut karena PKI mendapat bantuan lebih banyak dari Cina daripada Uni Soviet untuk merubuhkan kekuasaan yang ada. Strategi Aidit yang menggunakan cara Cina salah satunya adalah Partai Komunis Indonesia mempengaruhi tentara, agar tentara bisa memihaki mereka dalam gerakan politik mereka, khususnya bila tiba perebutan kekuasaan.35 Aidit juga menginginkan membentuk angkatan ke 5 yakni mempersenjatai buruh dan kaum tani untuk menyaingi AD, AL, AU, dan Angkatan Kepolisian. PKI juga menyususpi tubuh ABRI melalui keempat angkatan tadi untuk memperoleh dukungan militer dan pasukan. Dari segi penyusupan tersebut jelas memecah belah TNI dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai kekuatan pertahanan keamanan negara Republik Indonesia dan juga sebagai kekuatan politik yang merupakan lawan komunis yang paling tangguh. Pada tahun 1964 PKI dalam menghadapi 2 kekuatan yang menghalangi jalan mereka untk mengkomuniskan Indonesia yaitu: Sukarno dan AD. Aidit dengan sekuat tenaga dan tidak henti-hentinya mengembangkan kekuatan progresif yag diperoleh dari buruh dan kaum tani. Pelaksanaan garis politik Aidit yang progresif penting dalam mengubah perimbangan kekuatan dalam masyarakat Indonesia. Prinsip bersatu dan berjuang dengan borjuasi nasional dalam front persatuan nasional untuk melawan imperialisme dan feodalisme telah terwujud
35
Aco Manafe., Op Cit., hlm14
63
dalam kegiatan praktis para kader dan anggota PKI di berbagai bidang kehidupan dan perjuangan revolusioner di Indonesia.36 Poltik PKI gaya Aidit yang konsekuen anti imperialis Belanda dan sikap yang gagah berani dari anggota-anggota dan pimpinan-pimpinan PKI dalam menghadapi kekuasaan kolonial ketika itu mengangkat nilai politik PKI di mata rakyat Indonesia. Hal tersebut membesarkan kepercayaan dan kecintaan rakyat Indonesia yang tertindas terhadap PKI yang membuat PKI sebagai kekuatan politik yang menakutkan pada waktu itu.37 Aidit menerapkan strategi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan partai, namun pada tahun 1965 strategi yang Aidit terapkan mengikuti Tradisi Mao Tse Dong yang ingin menggunakan kekuatan revolusioner atau pemberontakan dalam pengambilalihan pemerintahan. Strategi tersebut berbeda dengan strategi yang diterapkan di Soviet yaitu cara kompromistis. Strategi revolusioner tersebut harus disesali Aidit karena menghancurkan Partainya. PKI hancur karena adanya peristiwa G 30S. Strategi yang diterapkan Aidit Pada tahun 1956-1965 berfokus pada pemerintahan dan adanya usaha untuk merebut kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Saat itu PKI berhadapan dengan Angkatan Darat yang didukung Amerika untuk menghancurkan PKI. Jadi pada tahun 1956-1965 Aidit menginginkan PKI berubah strategi yang kompromis menjadi partai revolusiner dengan tujuan mengambil alih pemerintahan yang dilakukan tahun 1965.
36
D.N Aidit, Kobarkan Semangat Banteng, (Djakarta:Jajasan Pembaruan, 1964), hlm 9-10 37 D.N Aidit 1955., Op Cit., 16.
64
B. Pemikiran Aidit di Bidang Ekonomi 1. Pembagian Tanah Untuk Rakyat Perekonomian merupakan salah satu masalah yang sudah ada sejak dulu, termasuk pada masa Demokrasi Terpimpin pada Era Presiden Soekarno. Strategi Aidit
dalam menghadapi masalah ekonomi salah satunya adalah mendukung
adanya program agraria, program terhadap kaum petani yang mulai dirumuskan dalam Kongres Nasional PKI ke-V tahun 1954.38 Aidit mendukung segera terlakananya program Agraria yang sudah difikirkan oleh founding father sebelumnya. Aidit menggunakan konsep pembagian tanah untuk kaum tani miskin. Pembagian tanah untuk rakyat miskin didadasarkan program ”Nasionalisasi Tanah”39 yang menurutnya tidak sesuai dengan Revolusi Indonesia dan membuat kaum tani saling curiga. Kecurigaan yang dimaksud oleh Aidit adalah tentang prinsip kepemilikan tanah
milik perseorangan. Menurut Aidit, program
Naionalisasi tanah yaitu program yang bermaksud menjadikan semua tanah sebagai milik negara.40 Sebelum
program
Nasionalisasi
Tanah
Aidit
terlebih
dahulu
menyampaikan analisis kondisi sebagai berikut: Sebagai suatu negeri jang sudah dikuasai oleh sistim kapitalisme, feodalisme di Indonesia sudah tentu tidak penuh lagi, sudah tidak 100% lagi. Jang masih ada di Indonesia sekarang tersebut jalah sisa2 feodalisme jang penting dan berat. Tersebut dapat kita lihat dari kenjataan2: pertama, 38
Kongres PKI yang ke V adalah Kongres yang diadakan pertama kali sejak peristiwa pemberontakan PKI Madiun oleh Musso pada tahun 1948. Kongres PKI I sampai ke IV dilaksanakan pada era sebelum Aidit yaitu pada Era Semaun dan Musso. 39 DN. Aidit, Pilihan Tulisan, (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1959), hlm. 158 – 159. 40 Ibid., hlm. 161.
65
masih adanja hak monopoli tuan tanah2 besar atas milik tanah jang dikerdjakan oleh kaum tani jang sebagian terbesar tidak mungkin memiliki tanah dank arena itu terpaksa menjewa tanah dari tuantanah2 menurut sjarat2 apa sadja; kedua, jalah pembajaran sewa tanah dalam udjud barang kepada tuantanah2 merupakan bagian sangat besar dari hasil panenan kaum tani dan jang mengakibatkan kemelaratan bagian terbesar kaum tani; ketiga, jalah sisti sewa tanah dalam bentuk kerdja di tanah tuantanah2, jang menempatkan bagian terbesar kaum tani dalam kedudukan hamba; jang terachir jalah tumpukan hutang2 jang menimpa bagian terbesar kaum tani dan jang menetapkan mereka dalam kedudukan budak terhadap pemilik2 tanah.41 Dengan berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut dan melalui berbagai diskusi yang dilakukan menjelang Kongres Nasional PKI ke-V tahun 1954, maka dirumuskan politik agraria PKI sebagai berikut: “Semua tanah jang dimiliki oleh tuan tanah asing maupun tuan tanah Indonesia harus disita tanpa penggantian kerugian. Kepada kaum tani, pertama tama kepada kaum tani tak mempunjai tanah dan kaum tani miskin, diberikan dan dibagikan tanah dengan tjuma-tjuma. Sebagai sembojan ditetapkan: tanah untuk kaum tani dan milik perseorangan tani atas tanah”.42
Walaupun progam Nasionalisasi Tanah (Agraria) PKI menyerukan sita tanah milik para tuan tanah dan diberikan kepada kaum tani tak bertanah serta kaum tani miskin, dalam pelaksanaannya Aidit menyerukan kepada para kader dan anggota PKI bersama kaum tani menentukan sendiri tuntutan yang paling mendesak disampaikan sesuai situasi dan kondisi masing-masing wilayah melalui berbagai semboyan yang mereka buat.43 Reforma Agraria atau Pembaruan Agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumberDN. Aidit, “Hari Depan Gerakan Tani Indonesia”, dalam Pilihan Tulisan, (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1959), hlm. 166. 42 DN. Aidit, Kaum Tani Menggajang Setan-Setan Desa (Laporan singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani Djawa Barat), (Djakarta: Jajasan Pembaruan, 1964), hlm. 11 43 Ahmad Fathul Basri., Op Cit, hlm 38 41
66
sumber agrarian (khususnya tanah). Pembaruan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.44 Reforma agraria adalah hakikat daripada revolusi Demokrasi Rakyat di Indonesia. Reforma agraria adalah syarat untuk pembangunan, industrialisasi, dan kesejahteraan ekonomi bagi Indonesia. Dengan kaum tani yang melarat, yang tak bertanah atau tak cukup mempunyai tanah,
tidak
mungkin
mengadakan
pembangunan,
industrialisasi,
dan
kesejahteraan ekonomi negeri. Jadi, syarat pertama dan syarat yang tidak boleh tidak untuk pembangunan Indonesia, untuk industrialisasi dan kesejahteraan ekonomi negeri, ialah pelaksanaan semboyan tanah untuk kaum tani.45 Aidit membuat beberapa langkah untuk melaksanakan semboyan tersebut dan juga beberapa langkah yang harus ditempuh dalam rangka menjalankan tanggung jawab partai yang paling penting; yakni tanggung jawab untuk melakukan pembersihan terhadap sisa-sisa feodalisme dari pemerintahan Belanda, mengobarkan revolusi agraria yang anti-feodal, dan merebut tanah-tanah milik para tuan tanah dan membagi-bagikannya secara cuma-cuma kepada para petani sebagai hak milik pribadi mereka. Reforma agraria bagi Aidit adalah tujuan dari revolusi rakyat yang demokratis di Indonesia.46 Revolusi Agraria harus dilakukan agar rakyat sejahtera.
44
BPN, Sekilas Reforma Agraria, www.bpn.go.id/Program/ReformaAgraria, (diakses tanggal 03 Juli 2015 pukul 19.00 WIB) 45 Ngismatul Khoeriyah., Op Cit., hlm 78 46 Peter Edman., Op Cit., hlm 137
67
Aidit dengan mendasarkan didasarkan pada strategi dasar ekonomi Indonesia, susunan ekonomi yang harus dibangun pada tahap pertama dari pada Revolusi Indonesia ialah susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih dari sisa-sisa feodalisme47 dan dari sisa-sisa imperialisme.48 Pandangan Aidit mengenai Penegasan strategi dasar ekonomi Indonesia tersebut mempunyai arti yang sangat penting. Aidit berpendapat strategi dasar ekonomi Indonesia dan kebijaksanaan jangka pendek tidak dapat dipisahkan. Alasan kenapa strategi dasar ekonomi Indonesia dan kebijaksanaan jangka pendek dapat dipisahkan adalah karena Strategi dasar ekonomi adalah langkah-langkah praktis dan segera yang harus diambil oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dalam rangka menyusun ekonomi anti-imperialisme dan anti-feodalisme, sedangkan kebijaksanaan jangka pendek hanya akan dapat direalisasi jika dilakukan sesuai dengan strategi dasar, yaitu dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip membersihkan ekonomi dari sisasisa imperialisme dan feodalisme. Prinsip-prinsip anti-imperialisme dan antifeodalisme harus menjadi dasar dalam menentukan setiap langkah di bidang kebijaksanaan jangka pendek.49
47
Feodalisme adalah sistem sosial yang muncul pada abad pertengahan, sistem pemerinahan tersebut dipegang oleh penguasa (feodal) untuk menguasai tanah-tanah rakyat. www.maulitey-sweety.blogspot.com (diakses 18 Juni 2015 pukul 16.30 WIB) 48 Peter Edman., Op Cit.,hlm 10 49 D.N. Aidit, Pemecahan Masalah Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Dewasa Tersebut, (Djakarta :Jajasan Pembaruan, 1964), hlm 11
68
Prsesiden Soekarno dalam Dekon50 menegaskan bahwa : “Agar tertjapai kegotongrojongan nasional berporoskan Nasakom untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan ekonomi, maka perlu diadakan pengintegrasian antara Pemerintah dan Rakjat jang terorganisasi dan pula bahwa pengintegrasian itu selandjutnja dapat ditjapai “dengan mengintensifkan rituling di segala bidang dan dari Pusat sampai ke Daerah-daerah, ..., di bawah pinpinan saja sendiri”.51 Penegasan dari presiden Soekarno tersebut tersebut merupakan salah satu bagian yang amat penting dari pada seluruh Deklarasi Ekonomi. Bagian pertama tentang strategi dasar ekonomi menetapkan rintangan-rintangan strategis yang harus disingkirkan dalam tahap Revolusi Indonesia tersebut, yaitu imperialisme dan feodalisme.52 Kebijaksanaan jangka pendek menetapkan tugas-tugas yang sangat mendesak yang harus segera diselenggarakan di bidang ekonomi, maka penegasan-penegasan tentang kegotongroyongan nasional berporoskan Nasakom, adalah merupakan syarat-syarat mutlak guna melaksanakan Dekon. Perjuangan untuk membersihkan ekonomi Indonesia dari sisa-sisa imperialis memang merupakan perjuangan yang meminta perhatian dan tenaga. Kaum imperialis memperbesar peranan mereka di dalam ekonomi Indonesia
50
Deklarasi Ekonomi (Dekon) adalah Deklarasi yang disampaikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963 di Jakarta, untuk menciptakan ekonomi nasional yang bersifat demokratis dan bebas dari imperialism dan system ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) sebagai pelaksanaan Dekon, pada 26 Mei 1963 dikeluarkan serangkaian peraturan di bidang ekspor dan impor, harga, serta lainnya yang seluruhnya berjumlah 14 buah peraturan yang dikenal sebagai “peraturan 26 Mei” Peraturan 26 Mei ternyata tidak mencapai tujuannya. Oleh karena indeks biaya hidup semakin meningkat, harga barang naik, dan inflasi meningkat. http://www.pengertianpengertian.com/2014/09/pengertiandeklarasi-ekonomi-dekon.html ( diakses tanggal 18 Juni 2015 pukul 20.40 WIB) 51 Deklarasi Ekonomi pasal 34, Pidato Prsesiden Soekarno tentang pelaksanaan Dekon 26 maret 1963 52 D.N Aidit 1964.,Op Cit., hlm 6
69
dengan melalui cara-cara baru, yaitu neo-kolonialisme.53 Dalam melaksanakan kebijaksanaan jangka pendek, sesuai dengan strategi dasar ekonomi Indonesia, Indonesia sudah harus melawan neo-kolonialisme.54 Pemikiran ekonomi Aidit mengenai Nasionalisasi Tanah yaitu Aidit menginginkan adanya pembagian tanah secara adil kepada rakyat-rakyat miskin dan petani. Aidit juga mengatakan pentingnya adanya Dekon atau Deklarasi Ekonomi yang diterbitkan oleh presiden Soekarno untuk mendukung berdirinya kabinet Nasakom untuk menghadapi masalah-masalah ekonomi di Indonesia pada waktu itu.
2. Koperasi Koperasi menurut Bung Hatta adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kemakmuran bagi bangsa Indonesia yang masih lemah ekonominya”. Jika dituruti keterangan tersebut, maka maksud Hatta akan berhasil memindahkan perhatian agar perjuangan rakyat tidak ditujukan kepada melikuidasi kekuasaan kapitalis monopoli imperialis dan sisa-sisa feodalisme di Indonesia.55 Bung Hatta menyatakan bahwa koperasi adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kemakmuran bagi bangsa Inonesia yang masih lemah secara ekonominya. Aidit berpendapat bahwa mengembangkan koperasi merupakan pekerjaan yang selama tersebut sangat kurang mendapat perhatian dari Partai Komunis Indonesia. Koperasi yang harus dikembangkan adalah koperasi Rakyat pekerja.
53
Neo kolonialisme adalah cara baru untuk penjajahan ekonomi dan kebudayaan atas negara lain yang baru merdeka yang berupa bantuan asing yang terlalu mngikat yang akan menimbulkan tekanan dan kesengsaraaan www.pusatbahasa.diknas.go.id (diakses 20 Juni 2015 pukul 18.58 WIB) 54 D.N Aidit 1964., Op Cit., hlm 18 55 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, (Jakarta: Inti Idayu Press. 1971) hlm 35
70
Koperasi kurang mendapat perhatian karena para kader kader partai Komunis Indonesia jumlahnya terbatas dan harus ditempatkan di dalam organissasi massa yang paling mendesak dan langsung untuk pembangunan Partai sendiri. Aidit mengingatkan para kader PKI harus tetap waspada dan menentang tiap-tiap propaganda dari kaum reaksioner, yang mengatakan seolah-olah dengan koperasi dapat mengakhiri kekuasaan imperialis, bahwa kalau koperasi sudah besar dan luas, ekonomi imperialis akan hancur.56 Aidit mengingatkan bahwa hal tersebut adalah propaganda agen-agen imperialis yang bermaksud membuat rakyat indonesia menjadi lengah dan tidak terlalu menganggap serius tentang koperasi untuk kepentingan kaum kapitalis. Aidit juga akan terus menentang penggunaan nama koperasi oleh perusahaan-perusahaan kapitalis dengan maksud untuk menghindari kewajiban-kewajiban sebagai perusahaan kapitalis dan untuk menipu rakyat.57 Kaum Komunis
dengan sungguh-sungguh memakai jalan
koperasi untuk mempersatukan Rakyat pekerja, untuk mengurangi penghisapanpenghisapan tuan tanah, lintah darat dan kapitalis atas diri Rakyat pekerja, dan untuk meningkatkan hasil produksinya. Koperasi versi Aidit juga menginginkan semboyan-semboyan “tanah untuk kaum tani”, “pembagian tanah kepada kaum tani” dan “turunkan setoran dan bunga uang”, “naikkan upah buruh tani” adalah semboyan-semboyan dan tuntutan-tuntutan yang tepat dari Partai Komunis Indonesia terhadap pemerintah.
56
Majalah Bintang Merah, Tahun 1959, Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, Koleksi pribadi dari www.marxist.org, hlm 68 57 Ibid.
71
Semboyan-semboyan dan tuntutan-tuntutan tersebut dapat mempersatukan seluruh kaum tani berkerumun disekeliling PKI.58 Aidit mengemukakan pendapatnya bahwa masalah-masalah ekonomi tidak harus dipecahkan oleh sarjana ekonomi saja seperti dalam pidatonya : Djika saja berbitjara di muka saudara-saudara, di muka para sardjana, tentang pentingnja sjarat-sjarat pelaksanaan Dekon, maka tersebut berarti bahwa kita tidak mengakui adanja garis pemisah antara dalil-dalil ilmiah dengan sjarat-sjarat pelaksanaan, antara masalah ekonomi dan masalah politik. Dan bahwasanja saudara-saudara mengundang sadja untuk berbitjara tentang Dekon berarti bahwa saudara-saudara sendiri djuga sama sekali tidak berpegang pada gagasan jang palsu, jang memisahkan soal-soal ekonomi dari soal-soal politik. Memang ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa tugas mereka terbatas kepada merumuskan dalildalil, sedangkan mengenai pelaksanaan adalah urusan kaum politisi, atau berpendapat bahwa soal-soal ekonomi harus dipecahkan secara ekonomi dan oleh sardjana-sardjana ekonomi, tak perlu dihubungkan dengan soalsoal politik, tak mungkin dipetjahkan oleh kaum politisi. Sardjanasardjana jang demikian, menurut pendapat saja berbuat bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmiah. Sebagaimana kita ketahui, politik adalah pusat pentjerminan dari ekonomi, atau sebagaimana dikemukakan oleh Bung Karno bahwa kemerdekaan politik bukanlah tudjuan revolusi tetapi hanya suatu ‘djembatan emas’ atau alat untuk membangun sistem ekonomi jang membebaskan Rakjat kita dari penghisapan dan kemiskinan. Sardjana-sardjana memang perlu secara aktif memperhatikan dan berurusan dengan hal-hal pelaksanaan dan dengan sjarat-sjarat jang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan sesuatu dalil. Tersebut berarti benar-benar memenangkan prinsip ilmu untuk Rakjat dan mengalahkan prinsip ilmu untuk ilmu”.59
Aidit berpandangan bahwa kemerdekaan politik di Indonesia tidak bisa penuh, selama kemerdekaan ekonomi belum tercapai. Tugas terpenting di dalam tahap pertama dari pada Revolusi Indonesia, seperti ditetapkan di dalam Dekon, adalah untuk menyusun suatu ekonomi yang nasional dan demokratis, atau yang bersih dari imperialisme dan feodalisme.60 Tugas tersebut adalah sama dengan
58
Ibid. D.N Aidit 1964., Op Cit., hlm 11 60 Ibid 59
72
mencapai kemerdekaan ekonomi yang berarti untuk membuat penuhnya kemerdekaan politik. Dekon memberikan dasar-dasar yang sangat kokoh, yaitu dengan menetapkan bahwa : “jang harus diselenggarakan sekarang ialah memperbesar produksi berdasarkan kekajaan alam jang berlimpah-limpah dan meletakkan dasardasar untuk industrialisasi”, dan bahwa “... kita harus mengutamakan pertanian dan perkebunan, kita harus mementingkan pertambangan”.61 Dengan kata lain Indonesia harus membangun ekonomi nasional dengan pertanian dan perkebunan sebagai basis dan dengan industri sebagai tulang punggung. Hubungan-hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-negara kapitalis pada pokoknya mengejar tujuan-tujuan Indonesia sebagai konsumen dari produk produk mereka. Negara-negara kapitalis sangat berkepentingan supaya negaranegara yang ekonominya masih terbelakang (termasuk Indonesia) tetap menjadi pasaran bagi barang-barang hasil industrinya sendiri karena itu berkepentingan untuk menghampat perkembangan-perkembangan industri yang dapat menjadi saingan bagi industri mereka sendiri.62 Seperti dinyatakan Presiden Soekarno di dalam Dekon bahwa : “pelajanan kepada keperluan pertumbuhan ekonomi dan lalu lintas barang antara lain ditjerminkan ... dalam hubungan ekonomi dengan dunia luar untuk memperkuat politik bebas dan aktif”.63 Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa : “Pemerintah berusaha untuk menghilangkan diskriminasi itu, jang tidak hanja menghambat kelantjaran perdagangan internasional, akan tetapi jang di samping itu terlebih-lebih menekankan perkembangan pembangunan 61
Deklarasi Ekonomi pasal 6, Pidato Prsesiden Soekarno tentang pelaksanaan Dekon 26 maret 1963. 62 D.N Aidit 1964, Op cit., hlm 18. 63 Deklarasi Ekonomi pasal 23, Pidato Prsesiden Soekarno tentang pelaksanaan Dekon 26 maret 1963.
73
ekonomi di negara-negara kemerdekaan”.64
jang
baru
sadja
memasuki
alam
Pidato-pidato presiden Soekarno mengenai Dekon tujuannya harus menghilangkan diskriminasi yang menghambat untuk adanya perdagangan internasional yang lancar yang secara tidak langsung menghambat pembangunan ekonomi di Indonesia. Masalah dari kaum tani sedang dan tani miskin yang mempunyai sedikit tanah menginginkan agar mereka dapat lepas dari cengkeraman tukang ijon dan lintah darat, agar mereka dapat pasar yang baik bagi hasil pertaniannya, dapat membeli barang-barang kebutuhan mereka dengan harga yang pantas, dan bahwa mereka juga ingin supaya produksi pertaniannya meningkat. Hal tersebut tidak ada jalan lain kecuali kaum tani sedang dan tani miskin harus diorganisasi di dalam koperasi-koperasi yang dapat memberikan kredit, dapat mengusahakan pasar yang baik bagi barang-barang produksi mereka, dapat membeli barangbarang konsumsi dengan harga yang pantas dan dapat membantu mempertinggi produksi pertanian, -perternakan dan perikanan.65 Kaum tani miskin dan tani sedang yang hanya mungkin mencapai kebebasannya dengan pimpinan proletariat, akan lebih tebal kepercayaannya kepada proletariat, PKI proletaria dapat mengorganisasi dan memimpin rakyat dalam koperasi-koperasi untuk meringankan beban Rakyat. Koperasi tidak hanya dapat dijadikan senjata kaum tani, tetapi juga dapat dijadikan senjata Rakyat pekerja lainnya.66 Golongan pembuat kerajinan tangan
64
Deklarasi Ekonomi pasal 10, Pidato Prsesiden Soekarno tentang pelaksanaan Dekon 26 maret 1963. 65 Majalah Bintang Merah, 1959., Op Cit, hlm 70 66 Ibid.
74
dan kaum nelayan memerlukan organisasi koperasi agar mereka dengan teratur dan dengan harga yang pantas mendapatkan bahan-bahan dan alat-alat untuk bekerja, dan agar hasil pekerjaan mereka tidak jatuh ke tangan tengkulak sehingga harganya sangat murah.67 Kaum buruh, para pegawai dan kaum miskin kota juga membutuhkan koperasi agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka akan barang-barang konsumsi dengan harga yang pantas. Kaum pedagang kecil juga dapat di koperasikan agar mereka dapat mengurangi penghisapan kaum kapitalis besar dan lintah darat. Kaum pelajar sekolah menengah dan mahasiswa dapat menggunakan koperasi untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya akan rumah pondokan,akan buku, menggunakan masa libur dan rekreasi. Undang-undang koperasi dapat dipakai untuk memajukan gerakan koperasi asal dipimpin oleh orang-orang jujur.68 Untuk suksesnya, gerakan koperasi harus merupakan gerakan yang berdiri sendiri, mempunyai Peraturan Dasar yang demokratis dan dapat mempersatukan sebanyak mungkin Koperatorkoperator secara sukarela. Kesukarelaan adalah syarat mutlak daripada koperasi. Selain daripada itu, sifat berdiri sendiri dan sifat non-politik dari koperasi harus dijaga. Aidit mengatakan bahwa dalam membangun koperasi janganlah lupa bahwa Rakyat pekerja Indonesia sudah sejak lama dikecewakan oleh koperasikoperasi karena di pimpin oleh orang-orang yang tidak jujur dan tidak cakap, oleh orang-orang yang mendirikan koperasi untuk dengan sengaja menipu rakyat, kaum Komunis harus memberikan bukti, bahwa ada perbedaan besar antara koperasi-koperasi yang dipimpin oleh kaum Komunis yang dipimpin oleh 67 68
Ibid. Ibid.
75
borjuasi. Komite-komite PKI menurut Aidit harus mengawasi dengan teliti dan keras anggota-anggota Partai yang memimpin koperasi, dan tepat pada waktunya mengkritik mereka atau menarik mereka dari koperasi jika ternyata mereka berbuat merugikan kepentingan Rakyat pekerja yang tergabung dalam koperasi yanga dipimpinnya. Elemen-elemen yang militan dan tidak mementingkan diri sendiri, yaitu elemen pemuda harus banyak ditarik dalam kegiatan koperasi, sebagai pembantu-pembantu yang setia daripada koperasi. Konferensi Nasional Tani menyatakan mengenai pembentukan koperasi Rakyat pekerja di-desa-desa. Partai Komunis Indonesia sudah bertekad bulat untuk mengibarkan tiga bendera koperasi, yaitu koperasi kredit, koperasi produksi dan koperasi jual beli, guna melawan penindasan dan pemerasan serta untuk memperbaiki penghidupan Rakyat pekerja di desa.69 Lewat
koperasi-koperasi
produksi
orang-orang
Komunis
harus
mengusahakan sedapat mungkin supaya produksi pertanian meningkat dengan mengajukan 5 prinsip mengerjakan tanah, yaitu : “Luku dalam,tanam rapat, perbanyak rabuk,perbaiki bibit dan pengairan”. Disamping 5 prinsip tersebut sudah tentu ada prinsip-prinsip lain yang harus dilaksanakan untuk menjamin produksi pertanian yang lebih besar, misalnya “siangi sawah, lawan hama, perbaiki alat pertanian. 5 prinsip anjuran PKI tersebut sudah disambut dengan gairah oleh kaum tani. Kaum tani percaya penuh akan maksud Partai dan karena itu menyambut dengan gembira Regu-regu Kerja bakti Partai yang membantu kaum tani mengerjakan tanahnya dalam rangka menyambut Kongres Nasional ke-
69
Ibid
76
VI Partai.70 Regu-regu kerjabakti dibentuk sebanyak-banyaknya, sebagai tanda bukti bahwa PKI ingin sungguh-sungguh bersatu padu dengan kaum tani dan sebagai alat pendorong perkembangan koperasi-koperasi produksi didesa-desa. Aidit mengharapkan adanya koperasi yang benar-benar untuk rakyat bukannya koperasi yang hanya mencari keuntungan dan bahkan memeras rakyat. Koperasi yang dimaksud Aidit koperasi untuk rakyat adalah koperasi yang beraliran sosialis. Pemikiran Aidit mengenai koperasi ini karena pada waktu itu koperasi dialihfungsikan Koperasi yang tidak memihak rakyat dan dikuasai oleh tuan-tuan tanah yang disebut Aidit sebagai Koperasi Kapitalis karena hanya mencari keuntungan saja tanpa memikirkan kesejahteraan anggotanya. Oleh karena itu Aidit menginginkan berdirinya sebua Koperasi yang Pro terhadap rakyat yang disebut Aidit sebagai Koperasi Sosialis.
C. Pemikiran D.N Aidit Dalam Bidang Budaya 1. Hentikan Masuknya Kebudayaan Asing Aidit sebagai ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tidak hanya handal dalam politik dan ekonomi tapi juga dalam bidang sastra. Aidit merupakan seorang penyair dan budayawan. Selain karena kedudukannya yang sangat istimewa sebagai salah satu tokoh besar pada era 1950-1965an, Aidit pun dikenal cukup konsisten dalam berpuisi. Aidit mengemukakan, semboyan seni untuk seni sebagaimana semboyan ilmu untuk ilmu secara politik pada pokoknya sudah menjadi semboyan yang lapuk. Semboyan seni untuk seni sudah dikalahkan oleh prinsip seni untuk rakyat.
70
Ibid.
77
Persoalan seni untuk rakyat tersebut Indonesia tidak boleh lengah, karena kaum imperialis dan kaum reaksioner dalam negeri terus berusaha menghidup-hidupkan prinsip yang sudah lapuk dan secara politik sudah dikalahkan tersebut. Aidit menginginkan perjuangan untuk mengalahkan sekali semboyan seni untuk seni akan berlangsung.71 Semboyan seni untuk seni akan terus ada di Indonesia selama agresi72 kebudayaan imperialis yang dikepalai oleh Amerika Serikat, selama sisasisa kolonialisme dan feodalisme masih ada di Indonesia.73 Indonesia harus menghentikan masuknya berbagai kebudayaan asing yang nantinya tidak akan bisa mengembangkan karya sastra dan seni ciptaan rakyat Indonesia sendiri. Bangsa asing terus menerus memasukkan berbagai macam film maupun kesenian-kesenian lainnya ke Indonesia yang menyebabkan rakyat Indonesia kurang berkembang dalam bidang seni di Indonesia. Kaum imperialis melakukan Agresi bidang Kebudayaan dengan menggunakan media film dan musik. Dominasi kebudayaan imperialis dan sisa-sisa kebudayaan kolonial Belanda dengan jelas nampak di dunia perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi di kotakota besar, sedangkan di desa-desa kebudayaan feodal yang mengabdi pada tuantuan tanah masih merupakan benalu bagi perjuangan kaum tani.74 Tujuan agresi kebudayaan imperialis adalah untuk merusak ideologi kelas buruh dan rakyat yang mmpunyai pedoman seni untuk rakyat. Aidit mnginginkan
71
Majalah Tempo, Tahun 2013, Koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 86. 72 Agresi adalah adalah perilaku yang dimaksudkan untuk membut objeknya mengalami bahaya atau kesakitan, agresi dapat dilakukan secara verbal ataupun fisik. Jadi agresi kebudayaan bisa diartikan membuat kebudayaankebudayaan Indonesia terancam bahaya. www.wikipedia.org (diakses 16 Juni 2015 pukul 14.34 WIB) 73 Majalah Bintang Merah.,Tahun 1962, Koleksi Pribadi, hlm 85. 74 Ibid.
78
PKI mengerahkan segenap kekuatan kebudayaan dan menjadikannya senjata perjuangan di tangan rakyat, untuk mengalahkan musuh-musuhnya, yaitu imperialisme dan feodalisme.75 Aidit mengungkapkan rakyat telah dan sedang terus menggunakan kebudayaan sebagai senjata perjuangan. Kebudayaan yang diubah oleh perjuangan rakyat itu adalah kebudayaan nasional yang demokratis yang telah tumbuh dan semakin berkembang. Kebudayaan yang nasional dan demokratis tersebut, merupakan kebudayaan kelas buruh, kaum tani, dan golongan-golongan rakyat lainnya yang anti-imperialis dan anti-feodal.76 Pengalaman dan kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan revolusioner77 tersebut hanya bisa tumbuh dan berkembang selama kebudayaan tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gerakan massa revolusioner yang umum. Sejak tahun 1950an, seniman-seniman Komunis dan pekerja-pekerja seni kebudayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menciptakan banyak karya baik yang berbentuk kesusastraan, seni rupa, musik, drama, film, dan tari.78 Contoh hasil karya PKI antara lain kesenian Ludruk dan lag genjer-genjer. Pekerja-pekerja kebudayaan PKI telah bekerja sama baik dengan seniman dan sastrawan-sastrawan demokratis dan patriotik lainnya, sehingga tergalanglah suatu front kebudayaan anti-imperialis dan anti-feodal yang jika dipelihara dan dikembangkan terus akan merupakan salah satu kekuatan revolusi yang penting.
75
Ibid., hlm 86 Ibid. 77 Revolusioner adalah perubahan mendasar scara spontan, cepat bersifat struktural yang penuh semangat. www.buletinhamsah.wordpress.com (diakses 17 Juni 2015 pukul 18.45 WIB) 78 Majalah Bintang Merah.,Tahun 1962, Op Cit, hlm 86. 76
79
Kebudayaan kelas buruh mulai terbentuk sejak adanya para buruh dan berdirinya Partai komunis Indonesia (PKI). Aidit mengingatkan PKI mempunyai kewajiban untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan kelas buruh tersebut untuk melawan kaum Imperialis.79 Untuk mewujudkan hal tersebut patut disambut dengan baik adanya gerakan-gerakan mempopulerkan lagu-lagu perjuangan kelas buruh dan tani, lagu-lagu nasional, dan lagu-lagu rakyat daerah di dalam barisan Partai Komunis Indonesia (PKI) maupun organisasi massa. Aidit menulis banyak gagasan sosial budaya yang dipublikasikan dalam media massa dan diterbitkan dalam bentuk buku-buku. Aidit bersama kedua sahabatnya Lukman80 dan Nyoto81, ketiganya dikenal sebagai trisula PKI. Aidit sebagai Sekretaris Jenderal, Lukman sebagai Wakil Sekjen I, dan Nyoto sebagai Wakil Sekjen II ketiganya bahkan dijuluki sebagai The Three Musketters.82 Dari ketiga sahabat tersebut, hanya Lukman yang tidak menulis puisi. Nyoto yang menjabat sebagai Ketua Umum Lekra dan Ketua Redaksi Harian Rakjat juga 79
Ibid M.H. Lukman (lahir di Tegal tahun 1920 – wafat pada tahun 1965) adalah tokoh Komunis Indonesia. Ia adalah Wakil Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia. Ia dieksekusi pada tahun 1965, diduga di Jakarta, tanpa kejelasan hukum karena ia dianggap telibat dalam pemberontakan yang dilakukan oleh Letkol Untung dan kawan-kawan serta PKI, sehingga dianggap bertanggung jawab atas peristiwa Gerakan 30 September oleh rezim Orde Baru. https://exc09redemptoraayk.wordpress.com/page/2/ (diakses 17 Juni 2015 pukul 18.30 WIB) 81 Nyoto adalah Menteri Negara pada masa pemerintahan Soekarno. Nyoto juga merupakan wakil Ketua CC PKI dan sangat dekat dengan D.N. Aidit. Nyoto menikah dengan salah satu keluarga ningrat Mangkunegaran Solo yang bernama Sutarni. Wanita priyayi tersebut tidak memiliki kegiatan politik apa pun dikarenakan dia adalah sosok yang begitu mementingkan anak-anaknya sampai tragedi 1965 meletus. Nyoto adalah Menteri Negara dan Wakil Ketua CC PKI sampai dia dihabisi, istri dan tujuh anaknya dijebloskan ke dalam tahanan di Kodim Jl Setiabudi, Jakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/Njoto (diakses 17 Juni 2015 pukul 18.35 WIB) 82 Majalah Tempo, Tahun 2007, Koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 54 80
80
merupakan seorang penyair yang sangat produktif. Contoh puisi Nyoto berjudul Blahbatu Pulau Bali, yang isinya menceritakan suatu tempat yang penuh keindahan yang terdapat di Pulau Bali. Aidit menginginkan PKI benar-benar membumi sehingga dicintai oleh semua kalangan. Perjuangan di bidang sastra dan seni adalah bagian daripada perjuangan kaum Komunis untuk melawan Agresi sastra dan seni kaum imperialis. Tujuan lainnya adalah menyebarkan ajaran Marxisme-Leninisme, sebagai bagian dari perjuangan bangsa Indonesia dalam menjalankan revolusi yang disesuaikan pada keadaan-keadaan nyata di Indonesia, dengan sepenuhnya memperhitungkan kemampuan dan tradisi, tuntutan-tuntutan dan taraf kesadaran rakyat Indonesia.83 Bung Karno dalam seruannya mengatakan supaya rakyat Indonesia harus “meninggalkan text-book thinking”, hal tersebut berarti bahwa rakyat Indonesia harus kreatif dan juga berkepribadian di bidang ilmu mupun seni. Agresi sastra dan seni kaum imperialis menurut Aidit hanya dapat dilawan dan dikalahkan dengan sastra dan seni yang berkepribadian nasional. Sastra dan seni yang berkepribadian nasional adalah sastra dan seni yang lahir dari tradisi patriotisme84 revolusioner rakyat Indonesia sendiri, yang mencerminkan tradisi dan adat-istiadat bangsa sendiri, bertema nasional dan melukiskan aspirasiaspirasi nasional rakyat Indonesia yang revolusioner. Sastra dan seni yang kepribadiannya kuat tidak hanya tahan dan mempunyai kekebalan terhadap pengaruh merusak dari kebudayaan imperialis, tetapi lebih dari itu juga
83
D.N Aidit, Tentang Sastra dan Seni, (Djakarta : Jajasan Pembaruan, 1964), hlm 99 84 Patriotisme adalah sikap berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. www.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.40 WIB)
81
mempunyai kemampuan untuk secara aktif melawan dan mengalahkan kebudayaan imperialis.85 Pada intinya Aidit menginginkan adanya perlawanan terhadap agresi kebudayaan yang dilakukan kaum Imperialis di Indonesia karena merupakan salah satu tujuan dari PKI sebagai partai yang membela kaum tani dan buruh.
2. Kepribadian Dalam Kebudayaan Aidit mengingatkan perlunya berkepribadian dalam kebudayaan dan meninggalkan text-book thinking jika dilaksanakan dengan sadar dan konsekuen adalah dua prinsip yang akan membawa perkembangan besar dalam sastra dan seni serta ilmu Indonesia.86 Untuk melaksanakan dua prinsip tersebut rakyat Indonesia harus lebih banyak mengenal keadaan negeri dan sesama rakyat sendiri, mengenal masa lampau dan masa tersebut untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Pengertian menegakkan kepribadian nasional dalam kebudayaan pada hakikatnya adalah mengobarkan semangat cinta pada tanah air atau patriotisme dalam bidang kebudayaan. Hal tersebut tidak berarti bahwa Indonesia ingin memisahkan sastra dan seni rakyat Indonesia dari sastra dan seni revolusioner dunia.87 Sastra dan seni yang berkepribadian adalah salah satu wujud patriotisme di bidang sastra dan seni. Aidit mengharapkan sastra dan seni yang berkepribadian nasional supaya sastra dan seni Indonesia yang berdasarkan hal tersebut dapat juga dinikmati oleh
85
Ibid., hlm 21 D.N Aidit, 1964, Op Cit., hlm 100 87 Ibid. 86
82
rakyat-rakyat negeri-negeri lain, seperti juga rakyat Indonesia dapat menikmati sastra dan seni dari rakyat-rakyat negeri lain.88 Sastra dan seni Indonesia yang berkepribadian nasional adalah kawan seperjuangan sastra dan seni revolusioner negeri-negeri lain, saling melengkapi dan saling mendorong dalam mengabdikan diri kepada perjuangan rakyat negeri masing-masing dan rakyat-rakyat sedunia. Aidit selalu menekankan pentingnya sastrawan dan seniman revolusioner terus-menerus membajakan diri dan mendidik diri, sehingga mereka senantiasa berada dalam kehangatan api perjuangan massa dalam mmperjuankan rakyat dan selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang teori-teori revolusioner maupun tentang penciptaan sastra dan seni.89 Hal tersebut nantinya mereka akan menciptakan karya-karya yang akan lebih baik mutu ideologi dan mutu artistiknya dan lebih mampu menggugah dan membangkitkan massa untuk melakukan yang terbaik dibidang sastra dan seni di Indonesia. Penerapan seni berkepribadian nasional PKI mempunyai garis yang tepat dilapangan sastra dan seni yaitu menggunakan garis 1-5-1 (satu-lima-satu), yaitu 1 asas “politik adalah panglima”; 5 pedoman penciptaan yaitu meluas dan meninggi, tinggi mutu ideologi dan tinggi mutu artistik, memadukan tradisi dengan kekinianan revolusioner, memadukan kreativitas individual dengan kearifan
massa,
memadukan
realisme
revolusioner
dengan
romantisme
revolusioner, dan 1 cara kerja yaitu turun ke bawah (turba).90 Garis tersebut telah teruji ketepatannya dalam praktek selama tersebut, dan telah menuntun sastra dan seni revolusioner memperoleh sukses-sukses yang menggembirakan.
88
D.N Aidit, 1964, Op Cit., hlm 100 Ibid. 90 Majalah Tempo.,2007, Op Cit., hlm 103 89
83
Konsep unggulan 1-5-1 antara lain berisi : 1 politik adalah panglima artinya politik sebagai cara dan orientasi berfikir bukan organisasi dan bukan orang. 5 memadukan kretivitas individu dengan karifan massa. Agar karya tidak bertentangan dengan tradisi baik adat dan cita-cita rakyat. Meluas dan meninggi, sebaran karya melebar dan kualitasnya tetap unggul. Tinggi mutu artistik dan ideologi artinya isi dan bentuk seni agar terpadu harmonis. Memadukan tradisi baik dengan kektersebutan revolusioner yang positif bukan dengan cita-cita modern. Aidit mengatakan sastra dan seni hanya akan bisa menjadi senjata yang ampuh di tangan rakyat, jika sastrawan dan seniman mampu memadukan politik yang tepat dengan kecakapan artistik. Bagi sastrawan dan seniman revolusioner keharusan menguasai Manipol91 sama halnya dengan keharusan menguasai Program PKI, menguasai dan melaksanakan Manipol secara konsekuen pada hakikatnya juga berarti melaksanakan Program PKI. 92 Aidit mengharapkan supaya ada suatu wadah untuk menampung seniman-seniman PKI dalam mewujudkan sastra dan seni yang berkepribadian nasional. Hal tersebut dilakukan untuk melwan adanya agresi kebudayaan dari kaum Imperialis dan untuk mewujudkan adanya seni untuk rakyat untuk mengembangkan potensi seni dari rakyat Indonesia. Aidit menginginkan adanya sebuah seni yang sesuai dengan kepribadian rakyat Indonesia agar seni tesebut dapat mempunyai nilai yang mencerminkan bangsa Indonesia di kancah internasional. Berkepribadian nasional
91
Manipol adalah manifestasi poltik adalah garis garis besr haluan negara pokok poko dari isi manipol adalah pidato presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 yang tidak dapat dipisahkan dari dekrit presiden Soekarno 5 juli 1959. www.catalog.danlevlibrary.net (diakses 17 Juni 2015 pukul 18.30 WIB) 92 D.N Aidit, 1964, Op Cit., hlm 104.
84
artinya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan berjiwa Pancasila yang ber Bhineka Tunggal Ika. Pemikiran-pemikiran D.N Aidit mulai dari pemikiran politik,ekonomi, dan budaya sebenarnya mengiginkan kebaikan bagi bangsa Indonesia pada waktu tahun 1950an yang baru saja merdeka dari penjajahan Belanda. Aidit menginginkan Indonesia menjadi negara mandiri tanpa tergantung pada bantuan negara manapun.