21
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Teoritis
3.1.1. Analisis Kinerja Keuangan Suatu pengukuran tingkat kesehatan Usaha Simpan Pinjam (USP) dalam kemampuan kerja dan produktifitasnya adalah dengan menilai tingkat kinerja atau keragaan dari lembaga yang bersangkutan. Menilai tingkat kesehatan tersebut dapat dilakukan dari berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan Analisis Rasio Likuiditas, Analisis Rasio Rentabilitas, dan Analisis Rasio Solvabilitas.
3.1.1.1 Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja bank antara lain adalah sebagai berikut : a. Cash Ratio (CR) Cash Ratio adalah rasio antara alat likuid (liquid assets) terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan kewajiban (short term borrowing) yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan alat-alat liquid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank. Cash Ratio minimum suatu bank adalah dua persen.
22 b. Quick Ratio (QR) Quick ratio atau lebih disebut juga acid test ratio adalah perbandingan antara asset jangka pendek (cash asset) dengan jumlah simpanan pihak ketiga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan para nasabahnya dengan asset yang paling likuid yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. c. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Batas aman LDR suatu bank adalah 80 persen, namun batas toleransi 80 persen hingga 110 persen. d. Loan to Aset Ratio (LAR) LAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset
yang dimiliki bank. Rasio LAR ini dengan kata lain
merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total asset yang dimiliki bank.
3.1.1.2. Analisis Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos
23 yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas antara lain : a. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. b. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen di dalam pengelolaan modal yang tersedia dengan tujuan mendapatkan pendapatan bersih. Rasio ROE merupakan indikator yang penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba. c. Income to Cost Operating Ratio (ICR) ICR adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola kekayaannya untuk memperoleh keuntungan khususnya kemampuan bank dalam mendapatkan pendapatan operasional. d. Net Profit Margin (NPM) NPM adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
3.1.1.3 Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank
24 untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio ini juga digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan jumlah penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Analisis rasio solvabilitas diantaranya : a. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Ketentuan Bank Indonesia, suatu bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar delapan persen. b. Primary Ratio Primary Ratio yaitu perbandingan antara modal sendiri (equity capital) dengan jumlah aktiva (total asset). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan suatu bank dalam menutup penurunan assetnya akibat berbagai kerugian yang dapat dihindarkan. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan permodalan bank yang bersangkutan. c. Capital Ratio Capital Ratio adalah perbandingan antara modal sendiri dengan jumlah kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengukur kemampuan permodalan bank dalam menunjang perkreditan terutama kemungkinan resiko yang terjadi karena tidak dikembalikannya kredit tersebut serta gagalnya penarikan bunga. Semakin tinggi
25 rasio ini maka semakin tinggi pula kemampuan permodalan untuk menutupi kemungkinan kegagalan dalam proses pemberian kredit.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha kecil memiliki peranan yang sangat penting sebagai perintis pembangunan
ekonomi rakyat. Seiring dengan perkembangan jaman yang dinamis, usaha kecil sering kali terhimpit permasalahan yang sangat signifikan. Permasalahan ini lebih sering terkait dengan proses manajerial yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan etos kerja oraganisasi terpuruk, sehingga kondisi ini akan berpengaruh terhadap kinerja dan kesehatan oraganisasi secara keseluruhan. Swamitra sebagai suatu usaha yang dibentuk melalui kerjasama dengan koperasi, tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha simpan pinjam, yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya melakukan penghimpunan dan penyaluran dana melalui kegiatan simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, serta koperasi lain dan atau anggotanya. Penelitian ini akan membahas hanya dua USP Swamitra yaitu Swamitra Cileungsi dan Swamitra Kilat dimana kedua USP Swamitra tersebut merupakan dua USP yang lebih lama berdiri dibandingkan USP Swamitra lainnya di Bogor, dan kedua USP tersebut memiliki segmentasi yang berbeda. USP Swamitra Cileungsi berdiri pada tahun 1998 dengan anggota mayoritas para pedagang pasar, sedangkan USP Swamitra Kilat berdiri tahun 2005 dengan anggota para kontraktor listrik. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti akan mengidentifikasi kinerja keuangan pada masing-masing Swamitra dengan menggunakan analisis rasio keuangan antara lain,
26 analisis likuiditas, analisis rentabilitas dan analisis solvabilitas, selain itu penelitian ini juga menidentifikasi tingkat kesehatan pada kedua USP Swmitra tersebut. Tingkat kesehatan kedua USP Swamitra ini dianalisis dengan menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, and Liquidity). Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi adanya konsistensi antara analisis rasio keuangan dengan analisis tingkat kesehatan pada kedua USP Swamitra tersebut. Analisis yang digunakan pada penelitian ini pada prinsipnya sama dan saling keterkaitan, tetapi yang membedakan adalah pada analisis tingkat kesehatan, penelitian ini harus mengidentifikasi dari sisi manajemen. Secara sederhana, berdasarkan kerangka pemikiran dapat digambarkan alur pemikiran konseptual penelitian ini pada Gambar 2.
27
USAHA SIMPAN PINJAM
Swamitra Cileungsi
Swamitra Kilat
Perkembangan Kegiatan Usaha
Analisis Kinerja Keuangan •
Analisis Likuiditas
•
Analisis Rentabilitas
•
Analisis Solvabilitas
Analisis Tingkat Kesehatan • Capital • Asset • Management • Earning • Liquidity
Melihat Konsistensi Antara Analisis Rasio Keuangan dengan Analisis Tingkat Kesehatan Usaha Simpan Pinjam
Gambar 2. Kerangka Pemikiran