BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa karakteristik pedagang merupakan tingkah laku pedagang yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan siasat pemasaran. Karakteristik pedagang dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari pedagang tersebut. Struktur pasar dan karakteristik pedagang akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya serta komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1977). Karakteristik pedagang merupakan sifat pedagang yang berhubungan dengan bagaimana pedagang menjalankan serangkaian penjualan. Pedagang harus mampu menghadapi ketidakpastian dan harus berinovasi agar dapat mengimbangi persaingan terhadap pedagang lain yang mempunyai usaha yang sama untuk dapat memperoleh keuntungan sendiri, memuaskan dan memenuhi keinginan konsumen secara efektif. Inovasi akan memberikan perubahan dan memberikan kemajuan sebagai dampak positifnya. Pedagang kecil merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dari aktivitas pengecer dalam menjual produknya ke konsumen. Jadi keberhasilan pengecer menjual produk ke konsumen sangat menentukan keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran sebelumnya (Sudiyono, 2001) Pedagang pengecer di pasar cenderung menunggu pembeli yang datang yaitu konsumen rumah tangga, pedagang ayam goreng, dll. Keuntungan yang di dapat berdasarkan selisih antara harga konsumen dengan harga yang di dapat dari peternak, selain itu pedagang harus memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat, pajak, dsb. Umumnya pedagang eceran mempergunakan 12
sistem konsinyasi yaitu taruh barang terlebih dahulu dan uang dibayar nanti setelah daging ayam terjual (Amrullah, 2002). 3.1.2 Analisis Keuntungan Menurut Nicholson (2002), keuntungan ekonomis ialah perbedaan antara penerimaan total dengan biaya total. Total penerimaan didapat dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga produk. Sedangkan biaya merupakan hasil perkalian dari harga input dengan jumlah input. Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al, 1995 diacu dalam Hutagaol 2009, ialah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan sebaikbaiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Besarnya keuntungan usaha pedagang ayam ras pedaging tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan dari perusahaan ataupun pedagang adalah untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh keuntungan
maka
pedagang
harus
memaksimumkan
penerimaan
dan
meminimumkan biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh pedagang. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar jumlah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. Sedangkan faktor kedua adalah biaya. Untuk meminimumkan biaya terutama biaya pembelian ayam, pedagang harus menguasai informasi tentang pemasok dengan tujuan mengetahui harga ayam dari pemasok mana yang relatif lebih murah. Sehingga biaya dapat diminimisasi dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987).
13
3.1.3 Biaya Usaha Biaya adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu. Secara garis besarnya dalam usaha/perusahaan industri pertanian dikenal biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi perubahan output. Biaya tetap juga dapat dikatakan biaya yang totalnya tetap dalam range tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari volume produksi. Biaya variabel berubah secara proposional dengan berubahnya output (Limbong dan Sitorus, 1987). Boediono (1998) mengatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah. 3.1.4 Pengetian Pemasaran Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2001). Pemasaran pertanian memiliki pengertian yaitu mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barangbarang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih 14
mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus, 1987). Seperich, Woolverton dan Beirlein, 1994 diacu dalam Nuraini 2008 mengemukakan bahwa pemasaran memiliki pengertian yaitu semua aktifitas bisnis yang bertujuan untuk membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan mengkoordinasikan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen dan pengguna. Pemasaran yang bagus dapat membantu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis dalam bersaing memperebutkan pasar serta menjamin kesuksesan sistem agribisnis di masa akan datang. 3.1.5 Lembaga dan Saluran Pemasaran Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga pemasaran menjalankan fungsifungsi pemasaran untuk keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono, 2001). Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1985), lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam rangka menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembagalembaga ini melakukan pengangkutan barang dari produsen ke konsumen, menghubungkan informasi mengenai suatu barang atau jasa, dan bisa juga berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Dalam menyalurkan barang dari produsen para pelaku pemasaran dapat membentuk pola saluran pemasaran. Sebelum barang sampai ke pedagang pengecer, masih tedapat lembaga lain yang
berperan.
Lembaga-lembaga
tersebut
adalah
tengkulak,
pedagang
pengumpul, pedagang besar. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga tersebut membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen (Cahyono,1995). Sedangkan menurut Suharno (1997), jalur pemasaran pada peternak ayam umumnya panjang, baik ayam ras maupun ayam buras. Jalur ini dimulai dari peternak ke pedagang pengumpul, ke pangkalan ayam, ke pemotong, pedagang keliling atau rumah 15
makan, dan baru ke konsumen. Tiap tahapan pasti terdapat biaya, sehingga semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin tipis peternak memperoleh keuntungan. 3.1.6 Fungsi-fungsi Pemasaran Proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat mempelancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu: (1) fungsi pertukaran, (2) fungsi fisik, (3) fungsi fasilitas (Limbong dan Sitorus, 1987). a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran adalah merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Adapun fungsi fisik meliputi: pembelian dan penjualan. b. Fungsi Fisik Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Adapun fungsi fisik meliputi kegiatan : penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. c. Fungsi Fasilitas Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Adapun fungsi fasilitas terdiri dari empat yaitu: fungsi standarisasi atau grading, fungsi penanggungan resiko dan fungsi pembiayaan. 3.1.7 Marjin Pemasaran Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu segi harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani (produsen). Dengan menganggap bahwa selam proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam aktifitas pemasaran ini, maka dapat 16
dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2001). Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi (Limbong dan Sitorus, 1987). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen, secara grafis marjin pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Harga
Nilai Marjin Sr Sf
Pr Marjin Pemasaran (Pr – Pf) Pf
Dr Df Qrf
Jumlah
Gambar 1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan Sumber : Dahl dan Hammond, 1977
Keterangan : Pr Pf Sf Sr Df Dr Qrf (Pr-Pf) × Qrf
: Harga di tingkat pengecer : Harga di tingkat petani : Kurva penawaran di tingkat petani : Kurva penawaran di tingkat pengecer : Kurva permintaan di tingkat petani : Kurva permintaan di tingkat pengecer : Jumlah keseimbangan di tingkat pengecer dan petani : Total marjin pemasaran 17
Dahl dan Hammond (1977), menyatakan bahwa besarnya marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin pemasaran ini ditunjukan oleh bagian yang diarsir yaitu (Pr-Pf) × Qrf. Besaran PrPf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per unit. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengruhi oleh perubahan biaya pemasaran, keuntungan perantara, harga yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh produsen. Selain faktor itu, sifat barang yang diperdagangkan dan tingkat pengolahan juga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Variasi marjin juga dipengaruhi pula oleh jarak daerah produsen ke konmsumen, sifat barang yang secara keseluruhan akan menambah biaya pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pada masa yang akan datang populasi penduduk diperkirakan akan mengalami pertumbuhan, hal ini diikuti dengan kebutuhan pangan. Disi lain telah tejadi perubahan pola konsumsi pangan akibat dari kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi pangan bergizi. Fenomena ini akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap daging ayam dalam rangka pemenuhan masyarakat akan kebutuhan protein hewani. Hal tersebut menjelaskan bahwa potensi pasar daging ayam ras diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang. Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yang perlu dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran komoditi ayam ras. Aspek pemasaran sangat penting karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen. Hal-hal penting mengenai pemasaran ayam ras pedaging adalah fungsi dan saluran pemarasan, keuntungan dan margin pemasaran. Lingkup kajian aspek pemasaran tersebut akan dilakukan pada lingkup pemasaran ayam ras di Kota Bogor yaitu di Pasar Baru Bogor. Pedagang daging ayam di pasar Bogor memperoleh daging ayam langsung dari peternak. Keuntungan yang didapat pedagang ayam pedaging di pasar Bogor dilihat dari konsumen yang datang ke pasar tersebut, para pedagang ayam ras 18
pedaging memiliki lokasi berjualan yang tetap dan telah mempunyai langganannya masing-masing. Hal tersebut dapat mempengaruhi pedagang untuk memperoleh keuntungan dari penjualan produk. Keuntungan yang diterima para pedagang diperoleh dari selisih harga yang diperoleh dari peternak dengan harga yang dijual kepada konsumen. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi keuntungan para pedagang, hal tersebut dapat diketahui dari lembaga yang terkait yang membentuk saluran pemasaran, apabila lembaga dapat menjalankan fungsinya dan memperlancar proses penyampaian barang dengan baik dan benar dari produsen ke konsumen akan memberikan dampak yang baik bagi kesejahteraan para pedagang ayam pedaging di pasar Bogor. Analisis keuntungan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang di dapat oleh para pedagang ayam pedaging. Besarnya keuntungan usaha ayam pedaging tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu
yang
ditetapkan.
Keuntungan
yang
dihasilkan
dengan
mengurangkan total penerimaan dengan total biaya, melalui analisis keuntungan dapat diduga faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan, yaitu harga beli ayam, harga jual ayam, volume penjualan, modal dan jenis pedagang. Analisis pemasaran digunakan untuk mengetahui pemasaran daging ayam yang terjadi di tempat penelitian serta saluran pemasaran yang dilakukan para pedagang menunjukan efisiensinya dalam mendistribusikan daging ayam. Analisis yang dilakukan meliputi analisis fungsi dan pola saluran pemasaran, marjin pemasaran. Operasional penelitiannya dilakukan dengan mengikuti saluran pemasaran dari tingkat peternak hingga konsumen akhir. Dari setiap saluran pemasaran ayam pedaging akan dianalisis fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat. Setelah informasi mengenai fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran diperoleh maka akan dihitung nilai biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga terkait. Dengan demikian marjin pemasaran dan keuntungan pedagang ayam pedaging dapat diketahui.
19
Pemasaran daging ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor
• Peningkatan permintaan terhadap daging ayam ras pedaging • Pemasaran yang efisien
• Analisis Fungsi dan Saluran Pemasaran • Analisis Keuntungan • Analisis marjin Pemasaran
Pedagang Besar • Fungsi Pemasaran • Saluran Pemasaran • Majin Pemasaran • Keuntungan
Pedagang Kecil • Fungsi Pemasaran • Saluran Pemasaran • Majin Pemasaran • Keuntungan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
20