BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.Kerangka Teoritis 3.1.1. Penawaran Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh individu produsen sedangkan penawaran agregat merupakan penjumlah dari penawaran individu. Penawaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah penawaran agregat Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran menurut lipsey (1995) : harga komodi tersebut, harga barang lain, tujuan perusahan, harga input dan teknologi. Menurut soekarwati (1999) yang mempengaruhi pergeseran kurva penawaran adalah: a. Teknologi. Pada awalnya pengunaan teknologi meningkatkan biaya produksi, resiko dan ketidakpastian serta keahlian khusus, tepai apabila masalah tersebut terpecahkan , maka produksi semakin besar. b. Harga Input. Besar kecil harga input akan mempengaruhi besar kecil jumlah input yang dipakai . bila harga faktor produksi turun maka petani cederung akan membeli input dalam jumalah besar, sehingga maka produksi akan meningkat. c. Harga produksi lain. Yang dimaksud harga produksi barang lain adalah adanya perubahan harga produksi alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini, akan menyebabkan terjadi jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya
55
d. Jumlah produsen. Rangsangan harga untuk komoditi tertentu, maka petani cenderung untuk memproduksi komoditi tersebut. Contoh kenaikan harga cengkeh akan mempengaruhi petani lain yang mulanya bukan petani cengkeh akan menanam cengkeh. Dengan kata lain kenaikan harga cengkeh, akan meningkat jumlah produksi cengkeh. e. Harapan produsen terhadap penawaran harga produksi dimasa mendatang. Keputusan petani untuk menanam komoditi tertentu, dipengaruhi prediksi (proyeksi) harga dimasa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau menurun. Hal ini disebabkan
kerena pengalaman petani
selama beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut. Menurut Dahl dan hammond (1977). Fungsi penawaran untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut, harga input, harga komodi lain yang diproduksi dalam musim yang sama, teknologi yang dipakai, dan jumlah produsen. Penelitian ini respon produksi merupakan perkalian respon areal dan respon produkvitas. Perubahan – perubahan tersebut tak terlepas dari perubahan kondisi lingkungan yang dinamis yang secara lansung maupun tidak langsung turut mempengaruhi petani dalam membuat keputusan dibidang usahatani. Kondisi – kondisi tersebut sebabkan oleh perubahan harga komoditi itu sendiri (P), perubahan harga komoditas alternatif (Pf), perubahan harga input yang mempengaruhi pada biaya produksi (Pi), teknologi yang dipakai (T), perubahan iklim (Ch) dan kebijakan pemerintah (G) Variabel harga komoditas alternatif mempengaruhi areal tanaman atau panen berbeda-beda efek yang dihasilkan, tergantung sifat harga komoditas
56
alternatif. Harga komoditas alternatif bersifat pesaing, jika harga komoditas pesaing harga naik lebihi harga komoditi tersebut maka luas lahan untuk komoditas tersebut makin kecil. Sebaliknya, bila harga komoditas komplemeter meningkat maka luas areal padi juga meningkat. Harga input mempengaruhi pengunaan input, jika harga input naik maka pengunaan pun akan berkurang sehingga luas areal yang produktif akan makin berkurang sehingga input dihasilkan semakin menurun. Kebijakan pemerintah mempunyai pengaruh yang langsung dan tidak langsung terhadap perluasan lahan. Kebijakan itu berupa kebijakan harga dan kebijakan pengembangan komoditas, kebijakan harga
berpengaruh terhadap
harga komoditi tersebut di pasar. Kebijakan pengembangan suatu komoditas pemerintah akan mencurahkan dana bagi pengembangan areal tanam atau areal panen. Kebijakan pemerintah yang populer di Indonesia adalah kebijakan harga gabah dasar dan subsidi pupuk yang sangat mempengaruhi perkembangan produksi padi. Selain faktor diatas ada menurut Irawan (2004) beberapa faktor yang luas lahan
yaitu konversi lahan pertanian. Konversi lahan pertanian tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja pertanian khususnya dipulau Jawa. Konversi lahan menyebabkan efek negatif yaitu ; (1) menurunkan nilai tukar pertanian yang terkait dengan sifat permintaan produk pertanian tidak elastis terhadap pendapatan dan (2)menurunkan tingkat pemilikan lahan akibat fragmentasi lahan yangterkait sistem waris.
57
Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi respon luas areal maka dapat dirumuskan persamaan sebagi berikut adalah : Lt= ( P, Pi, Pf, T, G) ...............................................................................(3.1) Sementara itu, faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas padi menurut Mulyana (1998) yaitu harga komoditi sendiri (P) luas areal (Lt) jumlah input yang gunakan (Ji), jumlah pinjaman kredit usahatani (K). Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan penting perana pertumbuhan produksi yaitu proporsi areal intensifikasi pertanian (B), varietas baru (V) dan luas irigasi (I) dengan demikian respon produktivitas adalah ; PRt= ( Pi, Lt, Ji, Ki, Bi, Vi, Ii ).....................................................
(3.2)
Karena itu, produksi padi/gabah dapat dirumuskan sebagi berikut (Ghatak, 1984) Gt= Lt * PRt
............................................................... (3.3)
3.1.2. Permintaan Permintaan dipengaruhi oleh , harga barang tersebut, harga barang lain bersangkutan , selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan (Lipsey). a. Harga (P) Harga suatu barang sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap tersebut. Bila harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut akan turun, sebalik bila harga barang turun maka permintaan barang akan naik. Hubungan harga dan permintaan adalah negatif, hal ini berlaku variabel lain dianggap tetap. b. Harga barang lain (Pi). Perubahan harga barang berpengaruh terhadap permintaan barang lain. Jika hubungan bersifat subtitusi (saling mengantikan) bila barang lain naik maka permintaan barang tersebut akan
58
naik. Hubungan bersifat kompplementer (pelengkap), jika harga barang lain naik maka permintaan barang tesebut akan turun (Nicholson 2000). c. Selera (S). Selera dan pilihan konsumen terhadap barang tidak hanya dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi sangat dipengaruhi adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan dan status sosial. Serela dan pilihan konsumen
menentukan perubahan permintaan, tetapi praktek
selera dan pilihan konsumen merupakan variabel sulit diukur. d. Jumlah penduduk (POP). Semakin besar populasi penduduk makin besar pula jumlah barang diminta. e. Tingkat
pendapatan
(Y).
Perubahan
tingkat
pendapatan
akan
mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Untuk barang inferior kenaikan pendapatan akan mengurangi permintaan barang tersebut misal ubi. Pada produk pertanian kenaikan pendapatan tidak hanya meningkat kuantitas tetapi kualitas, misal beras kenaikan pendapatan mendorong permintaan rumah tangga terhadap beras kualitas kurang baik menjadi beras kualitas baik. Permintaan terhadap suatu barang (Q) dapat digambarkan dengan fungsi berikut: Qt = f(P, Pf, S, POP, Y)
....................................
(3.4)
Dalam penelitian ini permintaan terhadap beras dapat dibedakan permintaan beras dalam negeri dan permintan impor beras. Permintaan beras dalam negeri merupakan konsumsi masyarakat indonesia, sedang permintaan impor beras merupakan permintaan beras yang diminta pemerintah dan BULOG.
59
Secara umum permintaan beras dipengaruhi oleh harga beras itu sendiri (HB), harga jagung (HJ), pendapatan (Y), populasi penduduk (POP) dan produksi beras (QBIND). Sehingga persamaan permintaan beras tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
QDT = f(HB, HJ, Y, POP,QBIND) ........................
(3.5)
3.1.3. Produksi Tujuan
produksi
adalah
mengubah
input
menjadi
output
atau
mengkombinasikan input – input mengubahnya menjadi ouput. Hubungan antara input dan input dalam proses produksi dapat dijelaskan dalam kuantitas dan kualitas sumberdaya yang diperlukan memproduksi barang tertentu dalam bentuk penjumlahan, pendataan grafik atau diagram, maupun persamaan aljabar (Nicholson. 2002). Fungsi produksi yang bentuk: Q = f(K,L,M,......)
...................................
(3.6)
Q mewakili ouput barang barang diproduksi dalam satu periode, k mewakili mesin (modal) yang digunakan selama priode tersebut, L mewakili input jam tenaga kerja, dan M mewakili bahan mentah yang digunakan . bentuk dari notasi ini menunjukan adanya kemungkinan variabel variabel lain yang mempengaruhi proses produksi. Fungsi produksi, menjelaskan bagaimana produsen dalam buarran berbagai input untuk menghasilkan ouput. Produksi pertanian, untuk menghasilkan padi misalnya hasil fisik dihasilkan dari berkerjanya beberapa faktor produksi yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Fungsi produksi ini dapat menunjukan output pertanian seorang petani selama satu tahun tergantung pada pengunaan mesin, jumlah tenaga kerja
60
untuk pertaniannya, jumlah yang digarap, jumlah pengunaan pupuk dan bibit. Untuk dapat mengambarkan fungsi produksi secara jelas dan menganalisis peranan masing – masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor dianggap tetap, sedang faktor –faktor dianggap variabel berubah – ubah. 3.1.4. KEBIJAKAN HARGA Dalam upaya meningkatkan produktivitas padi, maka pemeritah membuat kebijakan harga yang bertujuan
melindungi petani dan konsumen.
Kebijakan harga berupa bentuk peraturan yang diatur oleh pemerintah, yaitu kebijakan harga dasar dan harga atap. Pada saat panen raya, penawaran beras cenderung melimpah sehingga harga menurun, hal ini terjadi penawaran gabah naik sedangkan permintaan tetap. Jika harga yang diterima petani tidak mampu menutupi biaya usahatani petani merugi,
pemerintah menetap harga dasar (floor price) untuk membantu petani
agar terus berproduksi dan mendapatkan harga yang layak. Mekanisme kebijakan harga dasar dapat dilihat pada gambar 2 terlihat 0Qf adalah jumlah yang diminta masyarakat dan jumlah penawaran yang ditawarkan pada harga pasar (PF). Harga yang diterima petani tidak mampu menutupi biaya usahatani atau dengan kata lain harga input lebih besar dari harga output sehingga petani merugi, untuk melindungi petani dari kerugian pemerintah menetap harga dasar sebesar PM. Pada gambar tersebut terlihat bahwa 0QF adalah besarnya produksi yang diminta masyarakat pada harga pasar. Bila harga dasar berlaku maka jumlah permintaan sebesar 0Q1 dan jumlah penawaran yang ditawarkan sebesar 0Q2, agar harga dasar berfungsi dengan baik pemerintah harus menampung dan membeli kelebihan produksi sebesar Q1Q2
61
Perlu diketahui bahwa bila terjadi sesuatu hal sehigga pasar tidak berfungsi dengan baik seperti diuraikan diatas, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyimpangan, misal karena ada unsur spekualasi barang atau komoditi, resesi ekonomi yang sulit diduga serta faktor ekternalitas lainnya S PM
PF
D
Q1
Q
QF
Q2
Sumber : Robinson 1987
Gambar 2. Penetapan Harga Minimum Situasi paceklik merupakan kebalikan dari situasi panen raya. Pada saat paceklik produksi terbatas, dengan permintaan lebih besar dari penawaran. Sesuai dengan hukum ekonomi dan mekanisme pasar jumlah permintaan naik sementara jumlah yang ditawarkan tetap maka harga akan naik. Pada
saat ini petani
menerima harga yang lebih tinggi dari harga dasar yang ditetapkan pada saat panen raya, disisi lain konsumen menerima harga yang lebih tinggi dari tingkat dayabeli konsumen maka situasi sangat memberatkan masyarakat. Untuk mengatasi
pemerintah menetapkan harga atap, penetapan harga atap harus
memperhitungkan biaya tataniaga dan margin dari produsen sampai konsumen akhir.
62
P
S
P0 D
Pc
Q
Q1
Q0
Q2
Sumber : Robinson 1987
Gambar 3. kebijakan harga atap pada saat musim paceklik Pada gambar diatas terlihat penawaran yang tersedia sebesar 0Qo adalah jumah produksi yang dijual adan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap (PC). Pada saat berlakukan harga atap maka jumlah yang ditawar sebesar 0Q1 dan jumlah permintaaan sebesar 0Q2, supaya harga atap tersebut berfungsi dengan demikian
baik
maka pemerintah perlu menjual stok sebesar Q1Q2,
situasinya adalah sebagia berikut; komoditi pertanian yang
berada dipasar adalah sebesar oQ2 (beli pada harga pasar) yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 0Q1 dan suplai pemerintah Q1Q2. 3.1.4 Teori Perdagangan Internasional. Perdagangan internasional
merupkan hubungan pertukaran komoditas
antar negara. Teori Heckser-Ohlin terjadi perdagangan internasional dikarena adanya perbedaan kepemilikan faktor –faktor produksi dalam tiap negara. Mengenai perdagangan internasional dirumuskan berdasar konsep keunggulan komparatif yang bersumber dari perbedaan dalam kepemilikan faktor produksi. Dalam terori ini bahwa negara dicirikan oleh bawaan faktor yang berbeda sedang fungsi produksi disemua negara sama. Dengan mengunakan asumsitersebut
63
diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan bawaan faktor yang berbeda antar negara. Sautu negara cenderung untuk mengekspor komoditas yang relatif intensif dalam mengunakan fungsi yang relatif banyak dimiliki, dan dalam waktu yang bersamaan negara tersebut qakan mengimpor komoditas yang produktifnya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal. Berdasar teori, negara A akan mengekspor komoditi X kenegara B. Sebelum terjadi perdagangan antar negara harga komoditi X
lebih rendah
dibandingkan harga komoditi X di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A disebabkan terjadi kelebihan penawaran (excess supply).
A’ S P3 S E
B
E
E’
P2 B’ D
P1 A
Negara A
D
D
Pasar Internasional
Negara B
Sumber: Salvatore, 1997
Gambar 4. Kurva Proses Perdagangan Internasional
Pada gambar 1 terlihat sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga dimana negara A adalah P1 sedangkan di negara B sebesar P3. penawaran dipasar internasional akan terjadi jika harga internasional terlebih besar dari P1,
64
sedangkan permintaan dipasar internasional akan terajadi harga internasional lebih rendahdari P3. ketika harga internasional sama dengan harga P2 maka di negara B akan terjadi kelebihan permintaan sebesar A’B’E’, untuk memenuhi kelebihan tersebut negara B mengimpor ke negara seharga P2 dengan jumlah ABE. Harga yang terjadi dipasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan kedua negara. Perubahan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditi yang akan di impor dan diekspor oleh suatu negara. 3.1.5. Tarif. Tarif merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangan lintas negara. Tarif sebagai instrumen kebijakan negara bertujuan untuk sumber peneriman dan upaya perlindungan terhadap industri domestik. Tarif dapat dibedakan berdasarkan cara perhitungan ada tiga macam tarif yaitu tarif ad volorem, tarif spesifik dan tarif gabungan. Tarif ad volorem merupakan tarif dinilai berdasar persentase dari nilai –nilai barang impor, sedang tarif spesifik tarif yang dihitung sebagia beban tetap tiap unit barang diimpor, dan tarif campuran merupakan gabungan tarif spesfik dan ad volren. Harga P0 merupakan kesimbangan autarki dimana produksi negara sebesar Q0 tidak ada kegiatan impor maupun ekspor. Negara berada posisi free market karena impor masuk harga barang pun turun dari P0 menjadi P1, hal ini menyebabkan permintaan naik sebesar dari 0Q0 menjadi 0Q2 dan produksi dalam negeri turun dari 0Q0 menjadi 0Q1. Melindungi produsen domestik pemerintah menerapkan tarif masuk sebesar P2, maka akan menimbulkan efek-efek sebagai berikut penetapan tarif menyebabkan harga naik dari P1 Ke P2, impor turun dari
65
Q1Q2 ke Q3Q4, konsumsi domestik turun dari Q2 ke Q4 dan produsen dalam negeri meningkatkan produksi dari Q1 ke Q3. Tarif menghasilkan efek positif berupa pendapatan negara sebesar fgkj dan resdistribusi income atau subsidi dari konsumen kepada produsen sebesar ruang P1P2fh, dan efek negatif tarif kerugian bersih masyarakat (dead weigth loss) sebesar (hfg + jki) dimana hfg (producer loss) yang gambarkan beban baku akibat produksi domestik berlebihan serta jki (consumer loss) yang merupakan beban baku akibat konsumsi beras yang rendah. S0 D0
E P0 f k P2 h
j
g
i
P1
Qi
Q3
Q0
Q4
Q2
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 5. Kurva Analisis Dampak Tarif
3.2. kerangka pemikiran konseptual Pertumbuhan penduduk yang pesat pada Negara berkembang mendorong terjadi konversi dari lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini akan mendorong peningkatan permintaan beras. Konversi lahan menyebabkan makin sempit lahan,
66
hal ini menyebabkan pendapatan sektor pertanian makin berkurang dan produksi beras tidak mampu mencukupi konsumsi beras nasional. Khusus dipulau jawa sebagai pulau yang paling tinggi pertumbuhan penduduk, sebagaimana diketahui pulau jawa merupakan sentral penghasil beras terbesar berpengaruh besar terhadap ketersedian bahan pangan khusus beras. Penyusutan lahan persawahan di Jawa disebabkan oleh desakan pertambahan penduduk, perkembangan sektor industri, konversi lahan produktif menjadi real estate, daerah wisata dan peruntukan lainnya yang saling tumpang tindih (Irawadi,1998). Hal ini dapat dilihat misalnya dari laju konversi lahan pertanian (sawah) yang cepat. Perkiraan dalam dekade terakhir rata-rata konversi lahan sawah di Jawa berkisar 13.400 sampai 87.600 hektar per tahun . Pada masa mendatang trend konversi sawah di Jawa diperkirakan masih akan terjadi sehingga beban wilayah ini sebagai penghasil beras nasional akan semakin berat. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan kebijakan sebagai berikut: periode jangka panjang untuk mengeser sentral produksi dari pulau jawa kepulau lain. Dalam rangka efisiensi upaya peningkatan produksi padi diperlukan kebijakan yang berbeda antara daerah sentral dan penyangga. Sesuai dengan peluang yang ada, upaya peningkatan produksi padi lebih diprioritaskan kedaerah penyangga yaitu luar jawa, sedangkan daerah sentra produksi padi atau jawa lebih diarahkan untuk mempertahankan tingkat produksi yang sudah dicapai. Pemerintah menerapakan kebijakan harga dasar untuk melindungi petani dan merangsang petani untuk mendapatkan harga yang wajar. Kenyataan dilapangan harga dasar gabah (HDG) yang ditetap pemerintah terlalu tinggi sehingga tidak efektif . Harga
yang diterima petani lebih rendah dari HDG
67
bahkan cenderung menurun dan fluktuatif, kondisi ini diperparah kenaikan harga input pertanian seperti pupuk dan obatan kimia yang akan menurunkan penerimaan. Kenaikan input pertanian khusus pupuk disebabkan kelangkaan pupuk ditingkat pengecer. Pada tahun 1998 liberalisasi beras akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional dalam penelitian ini dinilai apakah dampak tarif dan pencabutan monopoli Bulog akan mempengaruhi permintaan dan penawaran beras. Sebelum leberalisai perdagangan, Bulog mampu menunjang stabilitas harga gabah/beras dengan manajemen stok nasional. Selain itu Bulog menjadi lembaga pemegang monopoli impor beras dan penjamin ketersediaan beras. Ketika liberalisasi perdagangan beras dilakukan monopoli Bulog dicabut, impor diserahkan pada mekanisme pasar serta pencabutan subsidi pupuk dan pembebasan tata niaga pupuk.
68
Kendala produksi (konversi lahan , biaya produksi, anomali iklim )
Pertumbuhan penduduk.
Produksi gabah turun
Kebijakan harga tidak efektif Impor beras
Produksi beras turun turunturun
Penawaran beras domestik
Liberalisasi perdagangan
permintaan beras domestik tak mencukupi
Model simultan permintaan dan pernawaran
Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
Hasil anailisis
Alternatif kebijakan
Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian
69