BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
3.1.
Objek Penelitian Objek penelitian dari hubungan gaya komunikasi guru dengan berpikir
kreatif siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di kelas XI SMK Negeri 11 Bandung terdiri dari Variabel X dan Variabel Y. Adapun yang menjadi Variabel X adalah gaya komunikasi guru. Sedangkan yang menjadi Variabel Y adalah berpikir kreatif siswa. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 11 Bandung yang beralamat di Jalan Budhi Cilember Bandung. SMK Negeri 11 Bandung merupakan sekolah yang memusatkan kompetensi siswa pada bidang Bisnis dan Manajemen serta Teknologi Informasi dan Komunikasi. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
3.2.
Desain Penelitian
3.2.1. Metode Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam melakukan penelitian yang akan membawa peneliti pada suatu
48
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
49
kesimpulan penelitian yang merupakan pemecahan masalah dari rumusan masalah yang diteliti oleh peneliti. Langkah-langkah atau prosedur-prosedur dalam penelitian disebut sebagai metode penelitian. Dalam metode penelitian terdapat beberapa alat dan teknik tertentu yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Menurut Sugiyono (2007 : 1) mengatakan bahwa pengertian metode adalah : Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau penalaran manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei eksplanasi (eksplanatory survey). Metode penelitian survei eksplanasi (eksplanatory survey) yaitu metode penelitian yang digunakan dalam populasi besar maupun kecil, akan tetapi data yang digunakan adalah data sampel yang diambil
dari
populasi
tersebut
sehingga
ditemukan
deskripsi
dari
hubungan-hubungan antar variabel. Objek telaahan dalam penelitian survei eksplanasi (eksplanatory survey) adalah untuk menguji kebenaran hubungan-hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan-hubungan antar variabel serta untuk mengetahui apakah suatu variabel dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lainnya.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
50
Dengan menggunakan penelitian survei eksplanasi (eksplanatory survey), peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui gambaran antar dua variabel yaitu variabel gaya komunikasi guru dan variabel berpikir kreatif siswa. Apakah terdapat hubungan antara gaya komunikasi guru dengan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di kelas XI SMK Negeri 11 Bandung.
3.2.2. Operasional Variabel Operasional variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu berupa indikator. Penelitian ini terdiri dari Variabel X dan Variabel Y. Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah gaya komunikasi guru dan yang menjadi Variabel Y adalah berpikir kreatif siswa.
3.2.2.1. Operasional Variabel Gaya Komunikasi Guru Gaya komunikasi guru merupakan cara guru dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi yang dilakukan berupaya untuk mendidik para peserta didiknya agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun dimensi gaya komunikasi guru menurut Wubbless (dalam Lisda Yuniawati, 2011 : 58) adalah : (1) penciptaan suasana kelas; (2) pemberian tugas kepada siswa; (3) sikap guru dalam diskusi kelas; (4) penetapan aturan dalam kelas; (5) metode mengajar; dan (6) kedekatan guru dengan siswa.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
51
Tabel 3.1 Operasional Variabel Gaya Komunikasi Guru Dimensi 1. Penciptaan suasana kelas
2. Pemberian tugas kepada siswa
3. Sikap guru dalam diskusi kelas
4. Penetapan aturan
Indikator
Skala
1. Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif 2. Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar 3. Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif 4. Penetapan strategi pembelajaran 5. Pemanfaatan media dan sumber belajar 6. Penilaian hasil belajar
Ordinal
1. Kejelasan dan ketegasan tugas 2. Penjelasan mengenai kesulitankesulitan yang mungkin dihadapi 3. Diskusi tugas antara guru-siswa 4. Kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa 5. Kebermaknaan tugas bagi siswa
Ordinal Ordinal
1. Memusatkan perhatian 2. Memperjelas masalah atau pendapat 3. Memperjelas pandangan peserta didik 4. Mengingatkan kontribusi peserta didik 5. Mendistribusikan partisipasi peserta didik 6. Menutup diskusi
Ordinal Ordinal
1. Peraturan dinyatakan dengan
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
52
dalam kelas
5. Metode mengajar
6. Kedekatan guru kepada siswa
kalimat positif 2. Peraturan dibuat sedikit 3. Peraturan harus bisa ditegakkan 4. Peraturan perlu dibuat bersama siswa 5. Peraturan harus memuat konsekuensi
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
1. Membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa 2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa 3. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya 4. Merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi 5. Mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi 6. Meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman yang nyata dan bertujuan 7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Ordinal
1. Adanya keterbukaan sehingga guru dan siswa saling jujur dan membuka diri satu sama lain 2. Adanya sikap saling menjaga, saling membutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain 3. Adanya saling ketergantungan satu sama lain 4. Adanya kebebasan 5. Adanya sikap saling memenuhi kebutuhan
Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
53
3.2.2.2. Operasional Variabel Berpikir Kreatif Siswa Berpikir kreatif siswa merupakan suatu kemampuan untuk dapat menemukan ide-ide, gagasan-gagasan, atau suatu penemuan baru dengan berbagai macam alternatif jawaban dalam pemecahan masalah pada proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat mengubah pola berpikir konvergen menjadi pola berpikir divergen. Sehingga siswa tidak akan merasa jenuh pada pelajaran. Dimensi berpikir kreatif siswa menurut Guilford (Utami Munandar, 1992 : 64) adalah : (1) kemampuan berpikir lancar (fluency); (2) kemampuan berpikir luwes (flexibility); (3) kemampuan berpikir original (originality); (4) kemampuan berpikir memerinci (elaboration); dan (5) kemampuan berpikir menilai (evaluation). Tabel 3.2 Operasional Variabel Berpikir Kreatif Siswa Dimensi
Indikator
Skala
1. Kemampuan berpikir lancar (fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban 2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal 3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
Interval
1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi 2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda 3. Mencari banyak alternatif atau arah
Interval
2. Kemampuan berpikir luwes (flexibility)
Interval Interval
Interval Interval
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
54
yang berbeda 4. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran 3. Kemampuan berpikir original (originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 2. Memikirkan cara-cara yang tak lzim untuk mengungkapkan diri 3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur
Interval Interval Interval Interval
4. Kemampuan berpikir 1. Mampu memperkaya dan memerinci mengembangkan suatu gagasan (elaboration) atau produk 2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik
Interval
5. Kemampuan berpikir menilai (evaluation)
Interval
1. Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar atau suatu tindakan bijaksana 2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka 3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya
Interval
Interval Interval
3.2.3. Jenis dan Sumber Data Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan mengenai suatu data. Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh penulis secara langsung dari objek penelitian melalui penyebaran angket dan lembar tes Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
55
berpikir kreatif yang diberikan pada siswa kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung. 2. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh penulis secara tidak langsung dengan objek penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian yaitu buku-buku literatur, hasil observasi, maupun laporan-laporan dari SMK Negeri 11 Bandung.
3.2.4. Populasi dan Sampel Penelitian Uep dan Sambas (2009 : 131) menyatakan pendapat bahwa : Populasi (population atau universe) adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Pendapat lain dari menurut S. Margono (2009 : 118) menyatakan bahwa : “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya”. “Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki krakteristik tertentu di dalam suatu penelitian” (Hadari, Nawawi, 1983 : 141). Dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan atas objek/subjek berupa orang atau benda yang memiliki karakteristik tertentu dan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
56
Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 146 orang yang meliputi 4 kelas. Gambaran mengenai jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Populasi Penelitian Siswa Kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013 No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
XI AP 1
35
2.
XI AP 2
35
3.
XI AP 3
37
4.
XI AP 4
39
Jumlah
146
Sumber : Ketua Prodi Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11 Bandung
Dalam suatu penelitian, terkadang tidak semua unit populasi dapat dijadikan sebagai objek penelitian karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti pun diperbolehkan untuk mengambil sebagian objek dari populasi penelitian. Dengan catatan, sebagian objek penelitian yang diambil dapat mewakili dari populasi penelitian. Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
57
Sebagian objek penelitian yang diambil dari populasi penelitian tersebut disebut dengan sampel penelitian. Uep dan Sambas (2009 : 131) menyatakan pendapat bahwa “sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya”. Sementara itu, menurut S. Margono (2009 : 121) bahwa “sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel penelitian dari suatu populasi. Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling (sampel acak sederhana). “Teknik simple random sampling (sampel acak sederhana) yaitu sebuah metode seleksi terhadap unit-unit populasi, unit-unit tersebut diacak seluruhnya. Masing-masing unit atau unit satu dengan unit lainnya memiliki peluang yang sama untuk dipilih” (Uep dan Sambas, 2011 : 140). Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi yang ada, digunakan rumus Slovin menurut Bambang dan Lina (2010) sebagai berikut : n = Keterangan : n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
58
(tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10%) Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel sebagai berikut : n =
=
= 59,35 ≈ 60
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh ukuran sampel yaitu sebesar 60. Dengan kata lain, responden dalam penelitian ini yaitu berjumlah 60 siswa kelas XI AP SMK Negeri 11 Bandung tahun pelajaran 2012/2013. Dari jumlah sampel tersebut kemudian ditentukan jumlah masing-masing dari tiap kelas secara proporsional dengan rumus menurut Al-Rasyid (1994) : n1 =
x n0
Keterangan : n1
= banyaknya sampel masing-masing unit
n0
= banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit
NI
= banyaknya populasi dari masing-masing unit
ΣN
= Jumlah populasi dari seluruh unit
Berdasarkan rumusan di atas, maka diperoleh sampel dari masing-masing kelas sebagai berikut : Tabel 3.4 Penyebaran Proporsi Sampel No.
Kelas
Jumlah Siswa
Perhitungan
Sampel
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
59
1.
XI AP 1
35
35/146x60
14
2.
XI AP 2
35
35/146x60
14
3.
XI AP 3
37
37/146x60
15
4.
XI AP 4
39
39/146x60
17
Jumlah Seluruh Siswa
146
60
Berdasarkan hasil perhitungan proporsi sampel di atas, maka dihasilkan sampel sebanyak 60 orang yang tersebar secara proporsional di kelas AP. Untuk kelas XI AP 1 sebaran sampel secara proporsional sebanyak 14 orang responden, kelas XI AP 2 sebaran sampel secara proporsional sebanyak 14 orang responden, kelas XI AP 3 sebaran sampel secara proporsional sebanyak 15 orang responden dan kelas XI AP 4 sebaran sampel secara proporsional sebanyak 14 orang responden.
Karena setiap responden memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian, maka dari setiap proporsi sampel penelitian akan dapat mewakili dari tiap-tiap kelas yang dipilih melalui cara pengundian (terlampir).
3.2.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti membutuhkan data-data yang diperlukan yang kemudian akan diolah untuk menguji hipotesis. Untuk mengumpulkan data-data tersebut, peneliti membutuhkan teknik serta alat dalam pengumpulan data. Adapun teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
60
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Dalam teknik ini, tes yang diberikan yaitu berupa tes essay (essay test). S. Margono (2009 : 170) menyatakan bahwa “Tes essay (essay test) yaitu tes yang menghendaki agar testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri”. Tes kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini berupa tes essay dari mata pelajaran produktif administrasi perkantoran kelas XI AP. Di mana dalam tes essay ini diharapkan dapat melihat sejauh mana kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa kelas XI AP dari mata pelajaran produktif administrasi perkantoran. Dalam menyusun soal tes essay, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, diantaranya : 1. Menyusun kisi-kisi soal tes essay. 2. Merumuskan soal-soal pertanyaan tes essay. 3. Menetapkan scoring pada setiap bulir soal tes essay. Dalam penelitian ini setiap jawaban dari responden diberi bobot nilai sesuai dengan kriteria penilaian tes essay (terlampir). Adapun penetapan scoring yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penilaian indikator dan dimensi a. Memberikan bobot nilai pada setiap bulir soal berdasarkan kriteria penilaian tes essay per indikator dari dimensi berpikir kreatif.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
61
b. Menjumlahkan bobot nilai dari tiap-tiap indikator berdasarkan dimensi berpikir kreatif. c. Penetapan skor pada tiap-tiap dimensi berpikir kreatif. 2. Penilaian bulir soal a. Menjumlahkan skor dari tiap-tiap dimensi berpikir kreatif pada tiap bulir soal. b. Penetapan skor pada tiap bulir soal dari penjumlahan skor tiap-tiap dimensi berpikir kreatif.
2. Angket Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden. Dalam menyusun angket, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, diantaranya : 1. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan. 2. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif-alternatif jawaban. 3. Pada responden hanya diperlukan tanda check list (√) pada setiap alternatif jawaban yang telah disediakan secara tepat. 4. Menetapkan scoring pada setiap item-item pertanyaan. Dalam penelitian ini setiap jawaban dari responden diberi nilai dengan menggunakan skala Likert.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
62
3.2.6. Pengujian Instrumen Penelitian Instrumen sebagai alat pengumpulan data perlu dilakukan uji kelayakan, karena akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias. Instrumen yang baik harus memiliki persyaratan, yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) bahwa data tersebut valid. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Uji coba instrumen penelitian dilakukan dengan melakukan uji coba angket dan lembar tes terhadap 20 orang responden. Data angket dan lembar tes yang terkumpul, kemudian secara statistik dihitung validitas dan reliabilitasnya. Sesuai dengan variabel yang akan diteliti, angket dan lembar tes yang diujicobakan terdiri atas angket untuk mengukur gaya komunikasi guru dan lembar tes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Penyebaran jumlah item angket dan lembar tes pada masing-masing variabel tampak pada tabel berikut : Tabel 3.5 Jumlah Item Angket dan Lembar Tes untuk Uji Coba No. 1. 2.
Variabel Gaya Komunikasi Guru Berpikir Kreatif Siswa Total
Jumlah Item Angket 34 34
Jumlah Item Lembar tes 7 7
Jumlah 34 7 41
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
63
Sumber : Hasil pembuatan angket dan lembar tes, 2013 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah item angket yang akan diujicobakan sebanyak 34 item dan jumlah item lembar tes yang akan diujicobakan sebanyak 7 item. Sehingga untuk total seluruh item berjumlah 41 item yang akan diujicobakan.
3.2.6.1. Uji Validitas Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur ketepatan suatu alat ukur. Pengujian validitas instrumen yaitu menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut : rxy =
]
]
(Sumber : Sambas Ali Muhidin, 2010 : 26) Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara Variabel X dan Y
N
: Jumlah responden
X
: Skor Variabel X
Y
: Skor Variabel Y
ΣX
: Jumlah skor Variabel X
ΣY
: Jumlah skor Variabel Y
X2
: Kuadrat skor Variabel X
Y2
: Kuadrat skor Variabel Y
Σ X2
: Jumlah kuadrat skor Variabel X
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
64
Σ Y2
: Jumlah kuadrat skor Variabel Y
Σ XY : Jumlah hasil kali skor Variabel X dengan skor Variabel Y Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 26) adalah sebagai berikut : 1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. 2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen. 3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk didalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket. 4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya. 5. Memberikan atau menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu. 6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir atau item angket dari skor-skor yang diperoleh. Gunakan tabel pembantu perhitungan korelasi. Untuk membuat tabel pembantu perhitungan korelasi, perhatikan unsur-unsur yang ada pada rumus korelasi yang digunakan. Unsurunsur tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai judul kolom pada tabel. 7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n -2. 8. Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Kriterianya : 1. Jika nilai hitung rxy > nilai tabel r, maka dinyatakan valid. 2. Jika nilai hitung rxy ≤ nilai tabel r, maka dinyatakan tidak valid. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Setelah diperoleh nilai rxy kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan dk = n - 2 dimana n = 20 (dk = 20 -2 = 18 = 0,444) dengan taraf nyata (α) = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 %. Jika rhitung > rtabel maka item tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya jika rhitung < rtabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Setelah rhitung tersebut dibandingkan dengan rtabel, selanjutnya cari thitung
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
65
dikarenakan jenis penelitian ini merupakan penelitian sampel. Jika dalam instrumen penelitian dinyatakan valid, maka item tersebut dapat digunakan dalam kuesioner penelitian.
3.2.6.2. Uji Reliabilitas Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. “Uji realiabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya” (Uep dan Sambas, 2011 : 123). Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alfa (α) dari Cronbach dengan rumus sebagai berikut : r11 = [
].[
]
Dimana rumus varians : = N
(Sumber : Sambas Ali Muhidin, 2010 : 31)
Keterangan : r11
: Reliabilitas instrumen/koefisien/korelasi alpha
k
: Banyaknya bulir soal
Σσi2
: Jumlah varians bulir
σ2
: Varians total
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
66
ΣX
: Jumlah soal
N
: Jumlah responden Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas
instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 31) adalah sebagai berikut : 1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. 2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen. 3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk didalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket. 4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya. 5. Memberikan atau menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu. 6. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total. 7. Menghitung nilai koefisien alfa. 8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n – 2. 9. Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Kriterianya : 1. Jika nilai hitung r11 > nilai tabel r, maka dinyatakan reliabel. 2. Jika nilai hitung r11 ≤ nilai tabel r, maka dinyatakan tidak reliabel.
Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen angket dan lembar tes adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach. Setelah diperoleh nilai r11, kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan dk = n - 2 dimana n = 20 (dk = 20 -2 = 18 = 0,444) dengan taraf nyata (α) = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 %. Jika rhitung > rtabel maka item tersebut dinyatakan reliabel dan sebaliknya jika rhitung Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
67
< rtabel maka item tersebut dinyatakan tidak reliabel. Setelah rhitung tersebut dibandingkan dengan rtabel, selanjutnya dilakukan pengujian dengan uji t. Jika kriterianya thitung > ttabel maka item tersebut reliabel dan sebaliknya jika thitung < ttabel maka item tersebut dinyatakan tidak reliabel.
3.2.7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi sebuah infomasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. “Terdapat tujuan dari dilakukannya teknik analisis data, antara lain : 1) mendeskripsikan data, dan 2) membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik)” (Uep dan Sambas, 2011 : 159). Untuk mencapai kedua tujuan teknik analisis data di atas, maka terdapat beberapa langkah atau prosedur yang perlu dilakukan menurut Uep dan Sambas (2011 : 159) sebagai berikut : 1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data. 2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data. 3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti. 4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian. 5. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan reliabilitas instrumen pengumpulan data. 6. Tahap mendeskripsikan data, yaitu tabel frekuensi dan atau diagram, serta berbagai ukuran tendensi sentral, maupun ukuran dispersi. Tujuannya memahami karakteristik data sampel penelitian. Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
68
7. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi-proposisi yang dibuat apakah proposisi tersebut ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak. Atas dasar pengujian hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat. Teknik analisis data dalam penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.
3.2.7.1. Teknik Analisis Deskriptif Penelitian yang dilakukan pada sampel dari populasi penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif adalah analisis penelitian secara deskriptif yang dilakukan melalui statistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil peneitian. Karena anggota yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sampel, maka kesimpulan yang dibuat adalah untuk sampel, tetapi dapat mewakili dari seluruh anggota populasi. Teknik analisis data deskriptif ini dilakukan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu pada rumusan masalah no. 1 dan no. 2. Dalam teknik analisis deskriptif ini yaitu untuk mengetahui efektivitas gaya komunikasi guru dan tingkat berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di kelas XI SMK Negeri 11 Bandung. Yang termasuk dalam teknik analisis deskriptif pada penelitian ini antara lain penyajian data dalam bentuk tabel, diagram, kategori, persentase, frekuensi.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
69
Langkah kerja analisis data deskriptif meliputi : 1. Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden, meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses. 2. Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan data yang diperoleh responden. 3. Menghitung frekuensi data yang diperoleh. 4. Menyajikan data yang sudah diperoleh, baik dalam bentuk tabel ataupun grafik. 5. Melakukan analisis berdasarkan data yang sudah disajikan. Dalam penelitian ini data yang disajikan berbentuk skala ordinal dan interval yang sebelumnya dijelaskan dalam operasional variabel. Langkah-langkah membuat gambaran variabel penelitian untuk data kategori adalah : 1.
Masukan tabulasi data yang sudah terkumpul ke dalam sebuah tabel pembantu,
kemudian
hitung jumlah
perolehan
skor
masing-masing
responden. 2.
Tentukan ukuran variabel yang akan digambarkan. Ukuran variabel gaya komunikasi guru adalah efektivitas gaya komunikasi guru (Efektif – Cukup Efektif - Kurang Efektif– Tidak Efektif) Ukuran variabel berpikir kreatif siswa adalah tingkat berpikir kreatif siswa (Tinggi – Sedang – Rendah)
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
70
3.
Buatlah tabel distribusi frekuensi data terkumpul dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung skor maksimum ideal (SkorMaks) yang diperoleh responden, yaitu hasil perkalian antara alternatif jawaban skor terbesar dengan banyaknya jumlah item instrumen angket. b. Menghitung skor minimum ideal (SkorMin) yang diperoleh responden, yaitu hasil perkalian antara alternatif jawaban skor terkecil dengan banyaknya jumlah item instrumen angket. c. Menghitung rentang skor (R), yaitu hasil selisih skor maksimum ideal dengan skor minimum ideal, dibagi dengan banyaknya ukuran variabel (n) yang telah ditentukan pada point b, sehingga: R = (SkorMaks - SkorMin) / n d. Menentukan rentang skor pada masing-masing kategori atau ukuran. e. Menghitung frekuensi data, yaitu dengan melakukan tally terhadap data yang diperoleh untuk dikelompokan pada kategori atau ukuran yang sudah ditentukan. f. Menghitung persentase perolehan data untuk masing-masing kategori, yaitu hasil bagi frekuensi pada masing-masing kategori dengan jumlah responden, dikali seratus persen.
1) Variabel Gaya Komunikasi Guru Peneliti ingin menggambarkan variabel gaya komunikasi guru. Ukuran yang ditentukan ada empat macam yaitu efektif – cukup efektif
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
71
- kurang efektif – tidak efektif. Selanjutnya perhatikan contoh pada point a, pada tabel tersebut diperoleh informasi, yaitu jumlah item angket adalah 25 bulir. Angket yang dikembangkan, misalnya mengikuti model skala Likert, dimana alternatif jawaban responden terdiri atas lima jawaban (yaitu “Selalu” diberi skor 5, “Sering” diberi skor 4, “Jarang” diberi skor 3, “Pernah” diberi skor 2, dan “Tidak Pernah” diberi skor 1). Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung : a.
Skor maksimum ideal (SkorMaks) = Alternatif jawaban skor terbesar dikali banyaknya jumlah item instrumen angket = 5 x 25 = 125.
b.
Skor minimum ideal (SkorMin) = Alternatif jawaban skor terkecil dikali banyaknya jumlah item instrumen angket = 1 x 25 = 25
c.
Rentang skor = Selisih skor maksimum ideal (SkorMaks) dengan skor minimum ideal (SkorMin), dibagi dengan banyaknya ukuran variabel = (SkorMaks - SkorMin) / n = (125 – 25) / 4 = 25
d.
Rentang skor untuk masing-masing kategori.
Tabel 3.6 Kriteria Penafsiran Deskripsi Gaya Komunikasi Guru Kategori
Rentang Skor
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
72
Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
101 - 125 76 - 100 51 - 75 25 - 50
e.
Frekuensi data pada masing-masing kategori.
f.
Persentase perolehan data untuk masing-masing kategori.
2) Variabel Berpikir Kreatif Siswa Peneliti ingin menggambarkan variabel berpikir kreatif siswa. Ukuran yang ditentukan ada tiga macam yaitu tinggi – sedang – rendah. Selanjutnya perhatikan contoh pada point a, pada tabel tersebut diperoleh informasi, yaitu jumlah item lembar tes adalah 7 bulir. Lembar tes diberi alternatif jawaban skor antara 0 – 3. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung : a. Skor maksimum ideal (SkorMaks) = Alternatif jawaban skor terbesar dikali banyaknya jumlah item instrumen lembar tes = 45 x 7 = 315. b.
Skor minimum ideal (SkorMin) = Alternatif jawaban skor terkecil dikali banyaknya jumlah item instrumen angket = 0 x 7 = 0
c.
Rentang skor = Selisih skor maksimum ideal (SkorMaks) dengan skor minimum ideal (SkorMin), dibagi dengan banyaknya ukuran variabel = (SkorMaks - SkorMin) / n = (315 – 0) / 3 = 105
d.
Rentang skor untuk masing-masing kategori.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
73
Tabel 3.7 Kriteria Penafsiran Deskripsi Berpikir Kreatif Siswa Kategori Tinggi Sedang Rendah
4.
Rentang Skor 211 – 315 106 – 210 0 - 105
e.
Frekuensi data pada masing-masing kategori.
f.
Persentase perolehan data untuk masing-masing kategori.
Memberikan penafsiran atas tabel kriteria penafsiran deskripsi yang sudah di buat untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan.
3.2.7.2. Teknik Analisis Inferensial Uep dan Sambas (2011 : 185) menyatakan bahwa : Analisis statistik inferensial, yaitu adalah data dengan statistik, yang digunakan dengan tujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktik penelitian, analisis statistika inferensial biasanya dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis. Statisika inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi. Statistik inferensial meliputi statistik parametrik yang digunakan untuk data interval dan data ratio serta statistik non-parametrik yang digunakan untuk data nominal dan data ordinal. Dalam penelitian ini digunakan analisis parametrik karena data yang digunakan adalah data interval. Hal ini bermaksud guna menjawab pertanyaan pada no. 3 pada rumusan masalah, yaitu adakah hubungan
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
74
gaya komunikasi guru dengan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di kelas XI SMK Negeri 11 Bandung. Langkah kerja analisis data inferensial (analisis korelasi) meliputi : 1. Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden, meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses. 2. Melakukan input data (tabulasi), berdasarkan skor yang diperoleh responden. 3. Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing responden 4. Menghitung nilai koefisien korelasi rank spearman , yaitu dengan cara mengkorelasikan skor-skor pada masing-masing variabel. 5. Menghitung nilai uji statistik t (jika penelitian sampel) 6. Menentukan titik kritis atau nilai tabel ρ atau nilai tabel t, pada derajat bebas (db = N – k – 1) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05. 7. Membandingkan nilai hitung ρ atau nilai hitung t dengan nilai ρ atau nilai t yang terdapat dalam tabel. 8. Membuat kesimpulan. Kriteria kesimpulan : Jika nilai hitung ρ atau t lebih besar dari nilai tabel ρ atau t, maka item angket dinyatakan signifikan. Penelitian ini ada yang menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti yang dijelaskan dalam operasional variabel. Sedangkan dalam pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik parametrik yang menuntut data minimum dalam skala bentuk interval. Dengan demikian, data dalam skala ordinal terlebih
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
75
dahulu harus diubah ke dalam bentuk data interval dengan menggunakan Methode Succesive Interval (MSI). Langkah kerja yang dapat dilakukan untuk merubah jenis data ordinal ke data interval melalui methode of succesive intervals adalah : 1. Perhatikan
banyaknya
(frekuensi)
responden
yang
menjawab
(memberikan) respon terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia. 2. Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (n), kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden tersebut. 3. Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk setiap alternatif jawaban responden 4. Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban responden tadi. 5. Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan rumus: SV = (Density at lower limit dikurangi Density at upper limit) dibagi (Area under upper limit dikurangi Area under lower limit). 6. Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan rumus:Y = SVi + |SVMin|. Dengan catatan, SV yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
76
Methode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel, yaitu Program Succesive Interval. Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Input skor yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet) Excel. 2. Klik “Add-In” pada menu bar. 3. Klik “Statistic” pada menu Add-In hingga muncul kotak dialog “Succesive Interval”. 4. Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input, dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya. 5. Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list (√) Input Label in First Now. 6. Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5. 7. Masih pada Option, check list (√ ) Display Summary. 8. Selanjutnya pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan ditempatkan di sel mana. Lalu klik “OK”.
3.2.8. Pengujian Persyaratan Analisis Data Dalam melakukan analisis data, terdapat beberapa syarat pengujian yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis. Syarat-syarat pengujian yang harus dilakukan diantaranya adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
77
3.2.8.1. Uji Normalitas Dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Dengan mengetahui suatu distribusi data normal maka akan berkaitan dengan pemilihan pengujian statistik yang akan digunakan. “Dalam penelitian ini akan digunakan pengujian normalitas dengan uji Liliefors. Kelebihan dari Liliefors test adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil” (Harun Al Rasyid, 2005). Langkah-langkah pengujian normalitas dengan uji Liliefors test menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 93) adalah sebagai berikut : 1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data. 2. Periksa data, berapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis). 3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya. 4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel z. 6. Menghitung theoritical proportion. 7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion,kemudian carilah selisih terbesar titik observasinya. 8. Buat kesimpulan, dengan kriteria uji, tolak H0 jika D > D (n,α). Berikut adalah tabel distribusi pembantu untuk melakukan pengujian normalitas data : Tabel 3.8 Tabel Distibusi Pembantu Dalam Pengujian Normalitas Data X
F
fk
Sn (Xi)
Z
F0 (Xi)
Sn(Xi) – F0(Xi)
[Sn(Xi) – F0(Xi)]
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(Sumber : Sambas Ali Muhidin, 2010 : 94)
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
78
Keterangan : Kolom 1
: Susunan data dari kecil ke besar.
Kolom 2
: Banyak data ke i yang muncul.
Kolom 3
: Frekuensi kumulatif. Fomula, fki = fi + fkisebelumnya.
Kolom 4
: Proporsi empirik (observasi). Formula, Sn(Xi) = fki : n.
Kolom 5
: Nilai z. Fomula, Z =
Xi – X S
Σ Di mana : Ẍ = ΣXi dan S = √
Σ
n Kolom 6
: Theoretical Proportion (tabel z) : Proporsi Kumulatif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi normal.
Kolom 7
: Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion dengan cara selisih kolom (4) dan kolom (6).
Kolom 8
: Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Nilai yang paling besar pada kolom (8) adalah D hitung. Selanjutnya menghitung D tabel pada α = 0,05 dengan cara
Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :
D hitung < D tabel, maka H0 : diterima, artinya data berdistribusi normal.
D hitung ≥ D tabel, maka H1 : ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
79
3.2.8.2. Uji Homogenitas Pengujian asumsi homogenitas merupakan uji perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians kelompoknya. “Dengan demikian pengujian homogenitas varians ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen” (Sambas Ali Muhidin, 2010 : 96). Pengujian asumsi homogenitas pada penelitian ini menggunakan Uji Burlett. Adapun rumusnya : χ2 = (ln10)⌊
⌋
(Sumber : Sambas Ali Muhidin, 2010 : 96)
Di mana : Si2
: Varians tiap kelompok data
dbi
: n – 1 = Derajat kebebasan tiap kelompok
B
: Nilai Barlett = (Log S2gab)(Σdbi)
S2gab = Varians gabungan = S2gab = Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas varians menurut Sambas Ali Muhidin (2010 : 97) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kelompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut. 2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
80
Tabel 3.9 Model Tabel Uji Barlett Sampel
db = n - 1
Si2
LogSi2
db. LogSi2
db. Si2
1 2 ... Σ (Sumber : Sambas Ali Muhidin, 2010 : 97) 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Menghitung varians gabungan. Menghitung log dari varians gabungan. Menghitung nilai Barlett. Menghitung nilai χ2. Menentukan nilai dan titik kritis. Membuat kesimpulan, dengan kriteria : Nilai hitung χ2 < nilai tabel χ2, maka H1 : diterima, artinya varians data homogen. Nilai hitung χ2 ≥ nilai tabel χ2, maka H0 : ditolak, artinya varians data tidak homogen.
3.2.9. Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas suatu masalah dalam penelitian yang perlu diuji kebenarannya secara empiris. Dan dalam hal ini pengujian tersebut bertujuan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak. “Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel yang dikenal sebagai hipotesis kausal” (Bambang dan Lina, 2010 : 76).
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
81
Diterima atau tidaknya suatu hipotesis tergantung dari pengujian yang dilakukan, yaitu berupa pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur atau langkah-langkah dalam menguji suatu hipotesis dan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu keputusan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak. Alat yang digunakan untuk mengetahui hubungan Variabel X dengan Variabel Y, yang di mana untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan variabel-variabel tersebut pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis korelasi. Pengujian dengan menggunakan analisis korelasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan rumusan hipotesis statistik (H0 dan H1). H0 : ρ = 0
: Tidak ada hubungan yang signifikan Variabel X dengan Variabel Y
H1 : ρ ≠ 0
: Ada hubungan yang signifikan Variabel X dengan Variabel Y
2. Menentukan taraf kemaknaan atau nyata α (level of significance α). Taraf kemaknaan atau nyata α (level of significance α) ditetapkan α = 5% 3. Menggunakan statistik uji yang tepat. Dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut : t= ρ√
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
82
4. Menghitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan. 5. Membuat kesimpulan.
Dea Sekar Komala, 2013 Hubungan Gaya Komunikasi Guru Dengan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Di Kelas XI SMK Negeri II Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu