BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1
Objek penelitian Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang kemudian dipersempit menjadi sebuah bank umum syariah terpilih yang menjadi objek dalam penelitian ini. Objek penelitian terpilih tersebut adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Objek ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan.
III.1.1 Sejarah Singkat
Pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1998, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa yang menyebabkan pemerintah mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan penggabungan (merger) dengan beberapa
bank
lain.
Disaat
yang
bersamaan,
pemerintah
melakukan
penggabungan (merger) 4 (empat) bank, yaitu: Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo, yang kemudian menjadi bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru PT Bank Susila Bakti (BSB).
39
Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, Bank Mandiri ingin mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Dengan adanya pemberlakukan undang-undang tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Setelah melalui proses, perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999 pada 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, Bank Indonesia menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Setelah itu pada hari senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sebagai salah satu Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia.
III.1.2 Profil Perusahaan
Gambar 3.1 Logo Bank Syariah Mandiri
40
Nama:
PT Bank Syariah Mandiri
Alamat:
Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340 – Indonesia
Telepon:
(62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting)
Faksimili:
(62-21) 3983 2989
Situs Web:
www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri:
25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi:
1 November 1999
Modal Dasar:
Rp2.500.000.000.000,-
Modal Disetor:
Rp858.243.565.000,-
Kantor Layanan:
630 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia
Jumlah jaringan ATM BSM: 598 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 8,993, ATM Bersama 33,558 unit (include ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 23,477 unit, EDC BCA 121,743 unit, ATM BCA 8,350 dan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) 7,435 unit. Jumlah Karyawan:
13.185 orang (Per November 2011)
B. Kepemilikan Saham 1.
PT
Bank
Mandiri 131.648.712 lembar saham (99,999999%)
(Persero)Tbk.:
41
2. PT Mandiri Sekuritas:
1 lembar saham (0,000001%).
III.1.3 Produk-produk 1. Pembiayaan Consumer A. BSM Implan BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). B. Pembiayaan Peralatan Kedokteran Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan untuk pembelian peralatan kedokteran. C. Pembiayaan Edukasi BSM Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan
tinggi/lembaga
pendidikan
lainnya
atau
uang
pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah. D. Pembiayaan Dana Berputar Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
42
E. Pembiayaan Kepada Pensiunan Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada para pensuinan, dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap bulan (pensiun bulanan). Akad yang digunakan adalah akad murabahah atau ijarah. F. Pembiayaan Umrah Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah seperti namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah. G. Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya Penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan melalui koperasi karyawan. H. Pembiayaan Griya BSM Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem murabahah.
43
I. Pembiayaan Talangan Haji Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH.
J.
BSM Customer Network Financing BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSMCNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada Nasabah
(agen,
dealer,
dan
sebagainya)
untuk
pembelian
persediaan/inventory barang dari Rekanan (ATPM, produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan bank. K. Pembiayaan Griya BSM Optima Pembiayaan Griya BSM Optima adalah pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal (konsumer) yang telah bersertifikat, baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer, dan memungkinkan bagi Nasabah untuk menambah fasilitas pembiayaannya guna pemenuhan kebutuhan konsumer lainnya sepanjang DSR dan coverage atas agunannya masih meng-cover total pembiayaannya. L. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah. 44
Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. M. Pembiayaan Griya BSM DP 0% Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai taksasi). Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. N. Pembiayaan Kendaraan Bermotor BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem murabahah.
2. Produk Dana A. BSM Tabungan a.Tabungan BSM
45
Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. b. BSM Tabungan Berencana Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. c. BSM Tabungan Simpatik Tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. d. BSM Tabungan Investa Cendekia Tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi. e. BSM Tabungan Mabrur Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah. f. BSM Tabungan Dollar Tabungan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM. g.BSM Tabungan Kurban Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah. Pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban. 46
h. BSM Tabungan Pensiun Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia. B. BSM Giro a. BSM Giro Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. b. BSM Giro Valas Sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. c. BSM Giro Singapore Dollar Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. d. BSM Giro Euro Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. 47
C. BSM Deposito a. BSM Deposito Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. b. BSM Deposito Valas Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
3. Produk Jasa A.
Jasa Produk a. BSM Card BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada mesinATM. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA. b. BSM Sentra Bayar BSM Sentra Bayar merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan c. BSM SMS Banking BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. 48
d. BSM Mobile Banking BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel nasabah. e. BSM Net Banking BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. f. Pembayaran melalui menu Pemindahbukuan di ATM (PPBA) Layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan, asuransi, lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindahbukuan di ATM. Akad yang digunakan adalah wakalah wal ujrah. Akad wakalah wal ujrah adalah akad yang memberikan kewenangan bagi bank untuk mewakili nasabah dalam melakukan pembayaran tagihan-tagihannya. Atas jasanya, bank diberikan upah (yang disebut Ujrah). g. BSM Jual Beli Valas Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah. h. BSM Electronic Payroll Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel. 49
i. Transfer Uang Tunai Layanan BSM Transfer Uang Tunai untuk mengirim uang tunai di seluruh pelosok negeri dengan mudah dan aman. Uang tetap dapat dikirim meskipun di lokasi tersebut belum tersedia layanan perbankan. B. Jasa Operasional a. BSM Transfer Lintas Negara Western Union Adalah jasa pengiriman uang/penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik). b. BSM Kliring Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. c.
BSM Inkaso Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.
d. BSM Intercity Clearing Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank di luar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima danan hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya.
50
e. BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan menit. f.
Transfer Dalam Kota (LLG) Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.
g. BSM Transfer Valas Transfer valas terdiri dari: •
Transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri
•
Transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain baik dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM.
h. BSM Pajak Online Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import) secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai. i.
BSM Pajak Import Memberikan kemudahan kepada importir untuk membayar pajak barang dalam rangka import secara on-line sebagai syarat untuk mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.
j. BSM Referensi Bank Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu. 51
k. BSM Standing Order Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada
nasabah
yang
dalam
transaksi
financialnya
harus
memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang.
Dalam
pelaksanaannya
nasabah
memberikan
instruksi ke bank hanya satu kali saja. C. Jasa Investasi a. Reksadana i.
Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Bank Syariah Mandiri telah terdaftar sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) berdasarkan Surat Tanda Terdaftar Nomor: 25/BL/STTD/APERD/2007 dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tanggal 24 April 2007.
ii.
Produk Reksa Dana yang Dipasarkan Melalui Bank Syariah Mandiri Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal unutk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana dapat berbentuk Perseroan Tertutup atau Terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif. Bentuk hukum Reksa Dana yang dipasarkan melalui Bank Syariah Mandiri adalah
52
Kontrak Investasi Kolektif. Adapun produk Reksa Dana yang ditawarkan melalui Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut: Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang (MISB) Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Campuran (balanced fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi dalam portofolio Efek Saham Syariah, Efek Pasar Uang Syariah dan Obligasi Syariah. Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRA Syariah) Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Saham (equity fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam portofolio Efek Saham Syariah. b. Sukuk Ritel Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual di Pasar Perdana, menawarkan produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang bersifat ritel atau yang dikenal dengan istilah Sukuk Negara Ritel. Sukuk Negara Ritel adalah Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia 53
melalui Agen Penjual di Pasar Perdana dalam negeri. Pemesanan pembelian Sukuk Negara Ritel hanya dapat dilakukan oleh perseorangan Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku, dengan jumlah minimum pembelian ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Memorandum Informasi yang diterbitkan setiap Penerbitan Sukuk Negara Ritel. Penunjukan Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual Sukuk Negara Ritel ditetapkan oleh Pemerintah. Produk Sukuk Negara Ritel yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut: 1.
Sukuk Negara Ritel Seri SR-001
2.
Sukuk Negara Ritel Seri SR-002
4. Layanan A. Syariah Mandiri Prioritas Layanan personal dengan fasilitas yang mengutamakan kenyamanan dalam keseimbangan baik dalam layanan finansial maupun layanan non finansial. Dengan menempatkann dana minimal Rp 250juta Personal Relationship Officer perusahaa akan membantu nasabah
menentukan
pilihan
perencanaan
keuangan,
termasuk
konsultasi zakat, waqaf hingga pembagian harta waris.
54
III.1.4 Struktur Organisasi Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
55
III.2
Desain Penelitian Penelitian ini bersifat hypothesis testing yakni bertujuan untuk menguji adanya pengaruh tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas terhadap tingkat profitabilitas bank umum syariah. Dalam penelitian ini akan diuji hubungan variabel independen dan variabel dependen. Dalam mengkaji pengaruh tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi,dan likuiditas terhadap tingkat profitabilitas bank umum syariah, penelitian ini berfokus pada suatu bank umum syariah yang dalam hal ini adalah PT Bank Syariah Mandiri sebagai unit analisis. Data diambil dalam beberapa urutan waktu (time series), yakni laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008 – 2011.
III.2.1 Jenis dan sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumbernya berasal dari laporan keuangan bulanan yang telah dipublikasikan oleh Bank Syariah Mandiri, dari website Bank Syariah Mandiri dan website Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diamati sebanyak 48 (empat puluh delapan) periode laporan keuangan bulanan mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2011.
56
III.2.2 Penentuan Sampel Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang terdaftar di Indonesia. Sampel merupakan bank umum syariah resmi yang beroperasi di Indonesia karena terdaftar pada Bank Indonesia. Adapun penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai objek penelitian. Kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Bank umum syariah di Indonesia yang telah beroperasi minimal 5 tahun. b. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. c. Bank
umum
syariah
yang mempublikasikan
laporan
keuangan
bulanannya untuk periode 2008, 2009, 2010,2011. d. Bank umum syariah yang sedang berkembang dengan cukup pesat. e. Bank umum syariah yang merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia. f. Bank umum syariah yang cukup banyak mendapat sorotan di mata masyarakat.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat diambil 1 (satu) sampel yaitu Bank Syariah Mandiri. Hal ini karena Bank Syariah mandiri merupakan bank umum syariah yang pertumbuhannya sedang melaju pesat dan cukup banyak mendapat sorotan di mata masyarakat serta telah memenuhi kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini. 57
III.2.3 Metode Pengumpulan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri. Pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan data-data laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri dari tahun 2008 hingga tahun 2011 yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan secara online melalui website Bank Syariah Mandiri dan website Bank Indonesia.
III.2.4 Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data penelitian yang diukur dengan menggunakan skala rasio. Untuk melakukan analisis teradap variabel independen yaitu Pembiayaan Bagi Hasil, Permodalan, Efisiensi Operasi, Likuiditas dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 serta variabel dependen yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Gross Profit Margin (GPM) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, digunakan model regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan yaitu: 1. Statistika Deskriptif Statistika deskriptif merupakan metode yang bekaitan dengan pengumpulan data dan penyajian data sehingga memberikan informasi yang 58
berguna. Statisika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang akan digunakan dan bukan untuk mengambil kesimpulan hasil uji. Statistika deskriptif memperlhatkan jumlah data yang diuji, nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata data yang diolah serta memberikan nilai standar deviasi dari data yang akan diolah. 2. Uji Regresi Linear Ganda Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Permodalan, Efisiensi Operasi, Likuiditas terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Adapun persamaan model regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = b0 + b1x1 + b2x2+ b3x3 + b4x4 + e……..(3.1) Dimana: Y = Variable dependen, yaitu variable yang nilainya akan dihitung bo = Titik potong garis regresi pada sumbu vertikal (Y) atau konstanta, yaitu nilai Y yang diprediksi bila x1, x2, x3, dan x4 sama dengan 0 (nol). b1 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen, yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x1 berubah sebesar satu satuan.
59
b2 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen, yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x2 berubah sebesar satu satuan. b3 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen, yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x3 berubah sebesar satu satuan. b4 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen, yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x4 berubah sebesar satu satuan. x1 = Pembiayaan bagi hasil yang merupakan variabel independen, yaitu varibel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y. x2 = Permodalan yang merupakan variabel independen, yaitu variabel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y. x3 = Efisiensi Operasi yang merupakan variabel independen, yaitu variabel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y. x4 = Likuiditas yang merupakan variabel independen, yaitu variabel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y.
60
e = Error pada garis regresi, merupakan selisih nilai Y yang diprediksi dengan nilai Y yang diprediksi dengan nilai Y yang diperoleh atau disebut residu (Y – Y0). 3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis, karena secara teoritis penelitian akan menghasilkan niai parameter yang lebih sah bila terpenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai adanya hubungan antara satu residual pengamatan dan residual pengamatan lainnya. Autokorelasi sering terjadi didalam data deret waktu (time series) karena suatu pengamatan dalam jenis ini biasanya dipengaruhi oleh data sebelumnya. Dasar pengambilan keputusan : 1.
Melihat nilai Durbin-Watson stat (DW) untuk mendeteksi adanya gangguan autokorelasi pada model regresi.
2.
Melihat nilai dU dan dL pada tabel statistik Durbin-Watson untuk taraf kepercayaan 95% dan jumlah samlple (n) = 48 dan jumlah variabel dependen (k’) = 4.
3.
Jika nilai DW > batas atas (dU) maka tidak ada korelasi namun jika nilai (dL) maka terjadi autokorelasi.
61
Jika terjadi autokorelitas namun berdasarkan hasil uji normalitas data tersebut masih normal maka data dapat dipakai, terutama jika data yang digunakan merupakan data rentet waktu (time series). Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik pengujian normalitas. Dasar pengambilan keputusan adalah: 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka
model
regresi
berganda
memenuhi
asumsi
normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengukuti arah garis diagonal, maka regresi beranda tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Di dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi berganda ditemukan adanya hubungan atau korelasi antara pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas. Jika terjadi kolerasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi berganda yang baik dan layak dipakai seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi
62
operasi, dan likuiditas). Jika terjadi multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas harus dikeluarkan dari model regresi berganda. Dasar pengambilan keputusan : 1. Melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk mendeteksi adanya gangguan multikolinearitas pada model regresi. 2. Membandingkan nilai VIF yang didapat dengan batas nilai. Apabila nilai VIF > 10 maka telah terjadi gangguan multikolinearitas.
c. Uji Heterokreditas Uji heterokedisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual atau sama dalam suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas. Dan jika varians berbeda, disebut heterokedasitas. Model regresi berganda yang baik dan layak dipakai adalah yang tidak terjadi heterokedasitas. Mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas pada suatu model regresi bergada dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu Y adalah residual (Yprediksi – Ysesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
63
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedasitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
III.2.5 Metode Penyajian Data 1. Penelitian Kepustakaan Penelitian
ini
dilakukan
dengan
mempelajari
penjelasan
di
perpustakaan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan topik skripsi ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan teori dan dasar analisis dalam skripsi ini. 2. Observasi Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan Bank Syariah Mandiri yang diperoleh dari website resmi Bank Syariah mandiri dan Bank Indonesia untuk periode empat tahun sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
64
III.2.6 Uji Statistik Untuk menguji pengaruh secara simultan atau parsial variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan uji F dengan melihat Fhitung dan probability value-nya. Untuk pengujian pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan uji t dengan melihat t hitung dan probability value-nya. A.
Uji Simultan atau Uji F Uji secara simultan dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F statistik dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2 . nilai F statistik dengan demikian dapat digunakan untuk mengevalusai hipotesis bahwa apakah tidak ada variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rataratanya dengan derajat kepercayaan (degree of freedom) k-1 dan n-k tertentu. Nilai F kemudian diperbandingkan dengan F table atau F yang diperoleh dengan menggunakan tingkat signifikasi 5% dan degree of freedom pembilang dan penyebut, yaitu V1 = k dan V2 = n-k-1 dimana kemudian kriteria yang digunakan adalah : Bila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. Bila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima. Bila terjadi H0 diterima, maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya model regresi yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak signifikan pula pengaruh dari 65
variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. B.
Uji Parsial atau Uji t Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel independen. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai ttabel dengan thitung menggunakan uji dua sisi, hal ini dikarenakan kedua variabel saling mempengaruhi. Uji dua sisi dilakukan baik dari sisi kanan maupun kiri. Uji t dilakukan dengan melalui prosedur berikut : 1. Membuat hipotesis melalui uji dua sisi Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel independen dan signifikan terhadap variabel dependen Ha : Terdapat pengaruh variabel independen dan signifikan terhadap variabel dependen 2. Menghitung nilai thitung dan mencari nilai ttabel dari tabel distribusi 3. Bandingkan nilai thitung untuk masing-masing estimator dengan nilai ttabel dari table. Keputusan menolak atau menerima H0 sebagai berikut : a. Jika nilai thitung > nilai ttabel maka H0 ditlak atau menerima H1 b. Jika nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima atau menolak H1 66
4. Pada uji dua sisi terdapat 2 daerah penolakan, yaitu penolakan sisi kiri jika thitung <- ttabel dan penolakan sisi kanan jika thitung> ttabel
Grafik 3.1
Grafik Keputusan Uji t Dua Sisi
Ho ditolak
Ho ditolak
Ho diterima
- ttabel ½α
C.
0
ttabel ½α
Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam persamaan atau model yang akan diteliti. Semakin besar nilai koefisien determinasinya maka semakin besar pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
III.2.7 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 7 (tujuh) variabel rasio berbeda, yaitu : 1. Return on Assets (ROA) 2. Return on Equity (ROE) 3. Gross Profit Margin (GPM) 67
4. Mudharabah Musyarakah Ratio (MMR) 5. Capital Adequeacy Ratio (CAR) 6. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 7. Loan to Deposit Ratio (LDR) Semua variabel ini dipilih berdasarkan keputusan penulis yang berlandaskan Pudjo (1996) dalam Rahmawati (2008) yang mengatakan bahwa rasio umum yang digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan perbankan adalah ROA, ROE, dan GPM. Dan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP lampiran 14 tentang pedoman perhitungan rasio keuangan dalam menghitung permodalan, rentabilitas, dan likuiditas. Sedangkan rasio pembiayaan bagi hasil berdasarkan Samad dan Hasan (1999).
III.2.7.1 Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabelvariabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri yang di perhitungkan dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Gross Profit Margin (GPM). Ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Return on Assets (ROA) Return on Asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba atas pemanfaatan asset yang dimiliki. Rasio ini
68
diperoleh dengan cara membagi laba sebelum pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata total asset yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik karena menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif karena tingkat pengembaliannya semakin besar. Sesuai dengan surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada di bawah 1 % maka perusahaan tersebut berada pada zona tidak aman. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
b. Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba setelah pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata modal disetor (equity). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Sesuai dengan surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROE yang baik adalah 10%. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
69
c. Gross Profit Margin (GPM) Gross
Profit
Margin
merupakan
rasio
untuk
mengukur
kemampuan bank menghasilkan laba dari operasional. Rasio ini diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengurangan pendapatan operasi dan biaya operasi dengan pendapatan operasi. Semakin basar nilai GPM maka akan semakin besar pula efisiensi perusahaan menjalankan
operasionalnya
berdasarkan
pendapatan
operasional.
Formulasi dari rasio ini adalah :
III.2.7.2 Variabel Independen Variabel independen adalah variabel bebas. Variabel independen berkedudukan sebagai variabel penjelas, variabel yang mempengaruhi atau variabel prediksi bagi variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Rasio Pembiayaan Bagi Hasil (Revenue Sharing) Menurut Samad dan Hasan (1999), tingkat revenue sharing dapat diperoleh
dengan
membandingkan
pembiayaan
berdasarkan
mudharabah dan musyarakah dengan jumlah total semua pembiayaan. Rasio ini tidak mempunyai batasan minimum ataupun batasan maksimum karena rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
70
tingkat pembiayaan bagi hasil terhadap seluruh pembiayaan yang diberikan oleh bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
b. Rasio Solvabilitas (Permodalan) Rasio solvabilitas dapat diukur dengan menggunakan suatu indikator yaitu Capital Adequeacy Ratio (CAR). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. Semakin besar nilai CAR maka semakin sehat bank tersebut karena akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No 9/13/PBI/2007, nilai batas minimum CAR yang baik adalah 8%. Jika nilai CAR suatu perusahaan berada dibawah 8% maka perusahaan tersebut tidaklah sehat. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
71
c. Rasio Rentabilitas (Efisiensi Operasi) Indikator yang digunakan untuk rasio rentabilitas adalah BOPO (Beban operasional terhadap pendapatan operasional). Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh oleh bank. Semakin kecil nilai BOPO maka akan semakin baik karena menunjukan tingkat efisiensi kegiatan operasional bank yang baik. Nilai BOPO yang baik berkisar antara 75% hingga 90%. Jika suatu perusahaan mempunyai nilai BOPO diatas 90% maka perusahaan tersebut tidak sehat karena beban operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan baik oleh pendapatan operasionalnya. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
d. Rasio Likuiditas Indikator yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun. Istilah rasio LDR berubah menjadi FDR (Financing to Deposit Ratio) dalam dunia perbankan syariah. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP, batas minimal nilai FDR yang baik adalah 80%. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
72
Berdasarkan penjelasan diatas, maka operasional variabel dapat dibuat tabel sebagai berikut : Tabel 3.1
Operasional Variabel
Konsep Variabel
Dimensi
Indikator
Variabel Dependen
variabel yang
Return on
1. Laba sebelum pajak
dipengaruhi oleh
Assets (ROA)
2. Rata-rata total aset
Return on
1. Laba setelah pajak
Equity (ROE)
2. Rata-rata modal
variabel-variabel independen
disetor
Independen
Gross Profit
1. Pendapatan operasi
Margin (GPM)
2. Biaya operasi
Variabel
Rasio
1. Pembiayaan
independen
Pembiayaan
berkedudukan
Bagi Hasil
sebagai variabel
(Revenue
penjelas,
Sharing)
variabel yang
(MMR)
mempengaruhi
Rasio
mudharabah 2. Pembiayaan musyarakah 3. Total pembiayaan
1. Jumlah modal
73
variabel
Solvabilitas
dependen
(Permodalan) (CAR)
sendiri 2. Jumlah akiva tertimbang menurut resiko
Rasio Rentabilitas (Efisiensi Operasi)
1. Total beban operasional 2. Total pendapatan operasional
(BOPO) Rasio Likuiditas (FDR)
1. Total kredit pembiayaan 2. Total dana pihak ketiga
74