BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian Tempat penelitian berada di Sub DAS Kunir Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2016.
C. Tatalaksana Penelitian 1. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Peralatan survey lapangan: GPS, kamera digital, handycam, lembar quesioner, serta alat tulis. b. Peralatan untuk digitasi peta: Komputer, Software ArcGis 10, ENVI® geospatial software. c. Bahan untuk digitasi dan analisis peta antara lain: Citra Satelit Landsat, Peta Administrasi Kabupaten Pacitan, Peta Tata Guna Lahan, Peta Geologi, Peta Topografi, dan Peta digital Kabupaten Pacitan. d. Peralatan untuk analisis: Komputer, Software SPSS Statistics versi 17.0., Software Microsoft Office Excel 2007.
2. Prosedur Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer pada penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yakni melalui proses digitasi citra satelit, serta berdasarkan survey/quosioner yang dibagikan kepada sampel masyarakat di wilayah Sub DAS Kunir Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
1
b. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yakni data dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) untuk mengetahui tentang kebijakan tata ruang yang telah ada, Peta Topografi untuk mengetahui kondisi topografik di wilayah sub DAS, Peta Geologi untuk mengetahui jenis – jenis tanah di wilayah sub DAS, Data klimatologi terutama curah hujan untuk mengetahui tren curah hujan selama 30 Tahun, serta data yang berkaitan dengan kondisi kependudukan di wilayah Sub DAS Kunir Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
3. Tahapan dan Cara Kerja Sesuai dengan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, diperlukan metoda pelaksanaan penelitian yang tepat dan efektif, agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang optimal. Untuk itu Peneliti mencoba memberikan tahapan dan metoda pelaksanaan penelitian yang secara lengkap diuraikan seperti berikut di bawah ini. Adapun sistematisasi dari penelitian melalui tahapan-tahapan seperti pada diagram alir tahapan penelitian (Gambar 3.).
2
PERSIAPAN
DATA PRIMER 1. Citra Landsat 2. Quisioner 3. Survey Tata Guna Lahan
DATA SEKUNDER 1. Studi Terdahulu 2. Literatur 3. Instansi Terkait 4. Hujan dan Iklim
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. AFL Tahun 1985 2. AFL Tahun 1995 3. AFL Tahun 2005 4. AFL Tahun 2015
ANALISIS SOSEK
ANALISIS DEBIT SUNGAI
ANALISIS BANJIR
ANALISIS HIDROLOGI
ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN
METODA EVALUASI DEDUKSI (Analitik & Empirik)
PERUMUSAN HASIL (REKOMENDASI)
Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Kerja
1. Persiapan Merupakan tahap awal yang mencakup tentang pemahaman suatu permasalahan guna untuk mencari pendekatan dan asumsi-asumsi yang digunakan dengan tingkat kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini perlu dilakukan
sehubungan
dengan
berbagai
keterbatasan
terutama
masalah
ketersedianaan data dan informasi. Kegiatan yang harus dikerjakan pada langkah kegiatan persiapan adalah sebagai berikut:
3
a. Pengurusan
administrasi,
melakukan
pekerjaan
administrasi
dan
pengurusan ijin dengan instansi terkait. b. Penyiapan semua sarana kerja yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan penelitian, antara lain pengadaan fasilitas akomodasi, transportasi dan penyediaan alat yang akan dipergunakan di lapangan. c. Identifikasi lapangan, melakukan identifikasi daerah penelitian baik berupa survey langsung ke lokasi atau dari peta hasil studi terdahulu. 2. Tahap Inventarisasi Data dan Kompilasi Data Merupakan kegiatan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder pada instansi terkait sesuai dengan kebutuhan yang dimaksud pada butir 1. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengumpulan data, survey dan penyelidikan ini meliputi : a. Pengumpulan dan inventarisasi data teknis pada studi terdahulu. b. Melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan survey kondisi lapangan serta melakukan pengamatan langsung maupun tak langsung karakteristik sungai dan Sub DAS di daerah penelitian c. Melakukan penyelidikan dan telaah pada masing-masing aspek yang dapat menjadi penyebab perubahan tata guna lahan. d. Pengumpulan peta dasar seperti peta topografi, peta geologi, peta tata guna lahan dan peta lain yang menunjang penelitian ini Pengumpulan data awal dan sumber data antara lain : Data Primer : a. Informasi penggunaan lahan: Analisis Menggunakan software ArcGIS dan ENVI. b. Kondisi daerah aliran sungai: Orientasi lapangan c. Sosial ekonomi masyarakat: Survey sosek Data Sekunder: a. Citra satelit landsat: USGS GLOVIS b. Citra Google Earth: Google Corp c. Data Curah Hujan 30 Th: Stasiun Hujan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan d. Klimatologi: Stasiun Klimatologi Dinas Bina Marga dan Pengairan
4
Kabupaten Pacitan e. Peta Topografi: Bakosurtanal f. Geologi: Bappeda Kabupaten Pacitan
3. Tahap Analisis dan Pembahasan Merupakan tahap pengolahan data dan interpretasi hasilnya berdasarkan dari hitungan pendekatan yang digunakan dengan merelasikan kondisi lapangan setempat berdasarkan tolak ukur yang digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan Analisis perubahan tata guna lahan dengan Peta GIS, Analisis Hidrologi, Analisis Debit Banjir, Analisis Debit Sungai dan pembahasan hasil survey sosek. a. Analisis Tata Guna Lahan Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan berbedaan koefisien limpasan (c) untuk 3 (tiga) periode tahun yang berbeda dengan cara melakukan analisis perubahan tata guuna lahan.
Analisis dilakukan
dengan bantuan program software ArcGIS 10.1 dan ENVI 4.5. Koefisien limpasan (c) ini selanjutnya diguanakan
untuk data masukan untuk
perhitungan debit banjir.
b. Analisis Hidrologi 1) Menghitung curah hujan daerah harian maksimum Untuk menghitung curah hujan daerah harian maksimum, dapat dipakai beberapa cara, yaitu : Rerata Aljabar, Poligon Thiessen dan Isohhyet. Pengambilan data curah hujan dapat diambil dari stasiunstasiun pencatat hujan yang berdekatan dengan lokasi. Menurut Sosrodarsono (2003), pada umumnya untuk menentukan metode curah hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar luas daerah, sebagai berikut: (1) Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan, (2) Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50000 ha yang memiliki dua atau tiga titik pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar, (3) Untuk daerah tinjauan dengan luas 120000-500000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan
5
di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara rata-rata aljabar. Jika titik-titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara poligon Thiessen, (4) Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500000 ha dapat digunakan cara isohyet atau metode potongan antara (intersection method). Selain itu pemilihan metode yang cocok untuk perhitungn
curah
hujan
daerah
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan faktor – faktor seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Daerah Metode
Jumlah Pos
Luas DTA (Ha)
Topografi
Hujan Rerata Aljabar
Terbatas
< 50000
Pegunungan
Thiessen
Terbatas
50000 s/d
Dataran
500000 Isohyet
Cukup
> 500000
Berbukit dan tidak beraturan
Dengan mengacu pada literatur tersebut maka perhitungan hujan rerata menggunakan cara Rerata Aljabar yang didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos-pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Selanjutnya besarnya tinggi curah hujan rerata dapat dicari dengan persamaan 3.1 (Soemarto, 1987) : R
R1 R2 .....Rn ………………………………………(3.1) n
dengan : R
= Tinggi curah hujan rata-rata.
R1, R2, R3,……,Rn = Tinggi curah hujan di pos 1,2,3,….,n. n
= Banyak pos penakar
6
2) Pemeriksaan Data Hujan Metode yang digunakan adalah uji Grubbs and Beck untuk menetukan outlier dari suatu kumpulan data hujan. Outlier adalah data yang menyimpang cukup jauh dari trend kelompoknya. Keberadaan outlier biasanya mengganggu pemilihan jenis distribusi suatu sampel data, sehingga outlier ini perlu dibuang. Untuk estimasi PMF, outlier bawah
dapat
langsung
dibuang
namun
outlier
atas
harus
dipertimbangkan masak-masak, perlu dibandingkan dengan data hujan atau banjir historis dan informasi hujan atau banjir dari stasiun–stasiun didekatnya. Uji Grubbs and Beck menetapkan dua batas ambang bawah XL dan ambang atas XH sebagaimana tertera pada persamaan 3.2 dan 3.3. (U.S. Water Resources Council 1981) : X H Exp. ( x K n . S ) ………………………………………(3.2) X Exp .( x K .S )……………………………..…………(3.3) L n
dengan : XH = nilai ambang atas XL = nilai ambang bawah x
= nilai rata-rata
S
= simpangan baku dari logaritma terhadap sampel data
Kn = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data (Lampiran 3). n
= jumlah sampel data
Data yang nilainya diluar XH dan XL diklasifikasikan sebagai outlier. 3) Analisis Hujan Rancangan (Design Rainfall) a) Metode E.J. Gumbel Type I Menurut Gumbel (1941) persoalan yang berhubungan dengan hargaharga ekstrim adalah datang dari persoalan banjir.
Gumbel
menggunakan teoi-teori ekstrim X1, X2, X3,…, Xn, dimana sampelsampelnya sama besar dan X merupakan variabel berdistribusi ekspoinensial maka probabilitas kumulatipnya seperti tertera pada persamaan 3.4. (Soemarto 1986) :
7
P( X ) e e
a X b
………….............…………………………(3.4)
dengan : P (X) = probabilitas X
= variabel berdistribusi eksponensial
e
= bilangan alam = 2,7182818
a,b
= konstanta
Waktu balik antara dua buah pengamatan konstan sebagaimana pada persamaan 3.5. (Soemarto 1986) :
X 1 Tr X ……...............……….……………………(3.5) 1 P dengan : Tr (X) = waktu balik P (X) = peluang Menurut Soemarto (1986) ahli-ahli teknik sangat berkepentingan dengan persoalan-persoalan pengendalian banjir sehingga lebih mementingkan waktu balik Tr (X) daripada probabilitas P (X), untuk itu maka : Tr 1 X 1 X b ln ln T ………...….……………………(3.6) a Tr X
atau Tr X 1 Y ln ln T …….……………………(3.7) Tr X
dengan : XT
= variate X
a, b
= konstanta
Tr (X)
= waktu balik
YT
= reduced variate
8
Chow dalam Soemarto (1986) menyarankan agar variate X yang menggambarkan deret hidrologi acak dapat dinyatakan dengan persamaan 3.8. X T = X + K . SX …………….....…….….....……………(3.8) dimana : XT = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm) X
= Harga rerata dari harga ( mm )
Sx = Standar deviasi K
= Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return periode) dan tipe distribusi frekuensi.
Faktor frekuensi K untuk harga-harga ekstrim Gumbel ditulis dengan persamaan 3.9. (Soemarto 1986) : K
YtYn Sn
……………............……………………(3.9)
dengan : YT = Reduced variete sebagai fungsi periode ulang T Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n Sn = Reduced standart deviation sebagai fungsi dari banyaknya data n (Lampiran 7) Dengan mensubstitusi kedua persamaan di atas diperoleh: Yt Yn X X .S T ……………..………………(3.10) Sn
b) Metode Log Pearson Type III Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Log Pearson III dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Mengurutkan data curah hujan harian maksimum dari data terkecil sampai terbesar, dan dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus Gumbel seperti pada persamaan 3.11.
9
(Soemarto 1986) : m p x 100 % …………................…………………(3.11) n 1
Dengan: m
= nomor urut data, n
= jumlah data
2. Data curah hujan harian maksimum yang telah diurutkan dihitung nilai logaritma dari masing-masing data, jumlah logaritma dan rerata logaritmanya. 3. Menghitung
koefisien
kepencengan
dengan
menggunakan
persamaan 3.12. (Soemarto 1986) :
15
3
n. logx logx i 1 ……………....................………(3.12) Cs 3 n1 .n2. .Sd
4. Menghitung logaritma hujan P dengan waktu balik yang dikehendaki dengan persamaan 3.13. (Soemarto 1986) : Log P = Log X + G. Sd ……………................……………(3.13) c) Metode Log Normal Distribusi Log Normal memiliki sifat yang khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan 3 dan bertanda positif. Atau nilai Cs kira - kira sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi (Cv). Persamaan distribusi Log Normal sama dengan persaman distribusi Log Pearson tipe III yang telah diuraikan di atas, dengan nilai koefisien asimetris g log x = 0.
4) Pemeriksaan Kesesuaian Distribusi Frekuensi a) Metode Smirnov-Kolmogorof Pengujian distribusi metode Smirnov Kolmogorov didasarkan pada perhitungan probabilitas dan plotting data untuk mengetahui data yang mempunyai simpangan terbesar. 1. Probabilitas dihitung dengan rumus Weibull (persamaan 3.14). (Soemarto 1986) : 10
n P x100% ……………………………(3.14) m 1
dengan : P = probabilitas m = nomor urut data seri yang telah disusun n
= besarnya data
2. Menghitung nilai G untuk mengetahui probabilitas dari data yang mempunyai simpangan terjauh berdasarkan persamaan 3.15. (Soemarto 1986) : Log X
= Log X + G x S ………………………(3.15)
Dari tabel Log Pearson III didapatkan harga Pr 3. Pengujian kesesuaian Metode Smirnov Kolmogorov dilakukan dengan persamaan 3.16 dan 3.17.
(Soemarto 1986) :
= 1 - (Pr) ……………................…………………(3.16)
Px
max= Sn – Px ……………................…………………(3.17) dengan : max
= selisih maksimum antara peluang empiris antara
peluang dan peluang teoritis Sn
= peluang teoritis
Px
= peluang empiris
Syarat distribusi dapat diterima jika max < kritis. b) Metode Khi-Kuadrat Uji kesesuaian Metode Khi-Kuadrat dilakukan dengan terlebih dahulu mencari harga dari parameter-parameter sebagai berikut : 1. Mencari nilai X dengan probabilitas 80%, 60%, 40% dan 20%, dengan mencari nilai G pada tiap probabilitas dari tabel Log Pearson III hubungan antara nilai Skewness dengan probabilitas yang dimaksud.
11
2. Menghitung nilai X untuk menentukan batas kelas dengan rumus 3.18.
Log X Log X G.Sd ………...…………………(3.18) 3. Menentukan jumlah kelas pengamatan dengan rumus 3.19. Jumlah kelas = 1 + 3,3 Log . n ……………......…………(3.19) 4. Menentukan frekuensi pengamatan dari data curah hujan harian maksimum dengan batasan sebagaimana hasil perhitungan di atas 5. Uji kesesuaian Metode Khi-Kuadrat menggunakan rumus 3.20. X2
Oj Ej2 Ej
……………..................……………(3.20)
dengan : X2 = harga Khi kuadrat. Ej = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian kelasnya (= 20% x n). Oj = frekuensi terbaca pada kelas yang sama. Nilai Syarat distribusi dapat diterima jika X2hitung < X2kritis X2 untuk uji Khi Kuadrat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
c) Pemilihan Distribusi Frekuensi Distribusi
frekuensi
yang
akan
dipakai
dalam
perhitungan
selanjutnya (debit banjir rancangan) ditentukan berdasarkan hasil perhitungan uji kesesuaian distribusi (Uji Smirnov Kolmogorov dan Khi Kuadrat), dimana metode terpilih adalah yang mempunyai simpangan minimum.
12
c. Analisis Debit Banjir 1) Metode Rasional Data untuk penentuan debit banjir rencana pada penelitian ini adalah data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana dengan persamaan rasional, seperti berikut (Suripin,2004) : Q = 0.2778 C I A ……………................………………(3.21) Dimana: Q
= laju aliran (debit) puncak (m³/detik)
C
= koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)
I
= intensitas curah hujan (mm/jam)
A
= luas DAS (ha)
2) Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah tinggi atau ke dalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat
hujan
berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus mononobe (persamaan 3.22). (Soemarto 1986) : 2
R 24 3 I 24 ……………................…………………(3.22) 24 t dengan : I
= intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (mm) t
= lamanya hujan (jam) Hasil pengamatan di Indonesia hujan terpusat tidak lebih dari 7
jam, maka dalam perhitungan ini diasumsikan hujan terpusat maksimum adalah 6 jam sehari.
13
3) Koefisien Limpasan Suripin (2004) mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi turun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi. Nilai C untuk berbagai tipe tanah dan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2. : Tabel 2. Koefisien Limpasan No
Deskripsi Lahan / Karakter Permukaan
1
Bisnis : a. Perkotaan b. Pinggiran c. tanpa tanaman bawah dan searah
2
3
Perumahan : a. Rumah Tunggal b. Multiunit terpisah, terpisah c. Multiunit, tergabung d. Perkampungan e. Apartemen
Koefisien C 0,70 – 0,95 0,50 – 0,70
0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70
5
Industri : a. Ringan b. Berat Perkerasan : a. Aspal dan beton b. Batu bata , paving Atap
6
Halaman, tanah berpasir :
0,05 – 0,20
7
Halaman tanah berat
0,13 – 0,35
8
Halaman kereta api
0,10 – 0,35
9
Taman tempat bermain
0,20 – 0,35
10
Taman, perkuburan
0,10 – 0,25
11
Hutan: a. Datar, 0 – 5% b. Bergelombang, 5 – 10% c. Berbukit, 10 – 30%
0,10 – 0,40 0,25 – 0,50 0,30 – 0,60
4
0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 0,80 – 0,95 0,50 – 0,70 0,75 – 0,95
Sumber : (McGueen 1989 dalam Suripin,2003)
14
d. Analisis Potensi Debit Sungai Banyak metode dan referensi mengenai cara menghitung potensi debit banjir. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode FJ. Mock, yaitu suatu model perhitungan aliran sungai dari data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran untuk menaksir tersedianya air di sungai (Sinaro, 1987). Metode neraca air F.J Mock menganggap bahwa hujan yang jatuh pada cacthment area sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Asumsi yang digunakan untuk mengAnalisis predeksi debit bangkitan adalah: 1) Keseimbangan air di permukaan tanah Dipengaruhi dari jumlah air yang masuk ke permukaan tanah dan kondisi tanah. Data-data yang diperlukan adalah : Curah hujan yang mencapai permukaan tanah
S P Et ………................…..............................…………… (3.23) dimana : S= Soil storage P = Curah hujan Et = Evaporasi terbatas Soil Moisture Storage (SMC), adalah kapasitas kandungan air dalam tanah per m2, biasanya ditaksir 50 s/d 250 mm, dimana taksirannya berdasar pada kondisi porositas lapisan tanah atas dari catcment area, sehingga jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin besar maka SMC semakin besar pula. Initial Soil Moisture Storage (ISMC), yaitu tampungan kelembaban tanah bulan sebelumnya SMC = ISMC + (P-Et) …................…........................................... (3.24) WS (Water surplus), adalah volume air yang akan masuk ke permukaaan tanah/presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi. WS = SMC(n-1) + (P-Et) – SMC(n) …........................................... (3.25)
15
dimana : WS
= Water Surplus
SMC(n-1)
= Soil Moisture Storage bulan sebelumnya
SMC(n)
= Soil Moisture Storage bulan sekarang
2) Debit dan Tampungan air tanah Data yang diperlukan adalah : Koefisien infiltrasi (I), nilainya ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Nilai koefisien infiltrasi kurang dari 1, semakin porous lahan maka nilainya akan semakin besar/mendekati 1, sedangkan lahan yang terjal dimana air tidak sempat masuk ke dalam tanah, nilai koefisien infiltrasi akan mendekati 0. Faktor resesi tanah (k), adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada pada bulan sekarang (tidak mengalir pada stream flow) Initial Storage (IS), adalah besarnya volume air pada saat awal perhitungan, ditaksir sesuai dengan keadaan musim, seandainya musim hujan nilainya sama dengan SMC, dan nilainya menjadi lebih kecil pada saat musim kemarau.
3) Aliran sungai yang merupakan aliran langsung (Dirrect run off) Base Flow (BF), adalah aliran yang selalu ada sepanjang tahun, yaitu infiltrasi dikurangi perubahan volume air dalam tanah. Aliran permukaan (Dirrect run off), adalah water surplus dikurangi dengan infiltrasi. Aliran sungai (Run off), adalah aliran permukaan (direct run off) ditambah dengan aliran dasar (base flow).
e. Analisis sosek Analisis hasil wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif, menurut Dasim (2012), analisis data pada saat penelitian dapat dilakukan peneliti dengan cara mencatat di lapangan, melakukan member check kepada subjek penelitian, melakukan penyempurnaan analisis. Langkah
16
berikutnya adalah menyusun kecenderungan-kecenderungan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis data yang didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Setelah dari lapangan, maka dari data yang terkumpul pertama yang dilakukan adalah reduksi data, yaitu merangkum laporan kuesioner di lapangan, mencatat dan memasukkan ke dalam file, mengklasifikasi sekaligus menemukan kecenderungan-kecenderungan yang timbul sesuai dengan fokus penelitian. Langkah kedua, yaitu menunjukkan data sehingga hubungan data yang satu dengan lainnya menjadi jelas dan saling membentuk satu kesatuan yang utuh, membandingkan sekaligus menganalisisnya secara lebih mendalam untuk memperoleh makna dari temuannya, dan menarik kesimpulan (Dasim 2012).
4. Perumusan Hasil Merupakan tahap akhir dari proses penelitian yang intinya adalah menyusun suatu kesimpulan dari hasil Analisis dan pembahasan serta rekomendasi.
17