1
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
3.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kantor Pos Indonesia Cabang Limboto ini berada di Jln. Deliyana Hippy, Kelurahan Kayu Bulan, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, dimana dibagian depan ada kantor
BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama
Limboto, samping kanan kantor Departemen Sosial dan dibelakang Rumah Dinas Kepala Departemen Sosial. Kantor ini merupakan cabang dari kantor Pos yang berada di Kota Gorontalo dimana memiliki pegawai 4 orang saja, yang kesemuanya lakilaki. Letak geografisnya sangat strategis dan mudah diakses, karena terletak di kompleks perkantoran pemerintahan maupun swasta yang ada di daerah Kabupaten Limboto, lebih didukung dengan posisi kantor yang berada tepat didepan jalan utama, sehingga dengan mudah terlihat dan dijangkau. 3.1.2 Struktur Organisasi Suatu organisasi pada prinsipnya harus memiliki suatu tatanan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan secara internal maupun eksternal. Struktur organisasi merupakan gambaran atau susunan yang terdiri dari unit bagian dan sub bagian yang mempunyai tugas dan fungsi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan-kegiatan organisasi baik dari segi aspek administrasi maupun tehnis. Disisi
2
lain struktur organisasi akan merefleksikan adanya jaringan kerjasama dan komunikasi dari bagian unit kerja dalam organisasi itu. Untuk jelasnya dibawah ini digambarkan bagan struktur organisasi PT. Pos Indonesia cabang Limboto. Gambar I Struktur Organisasi PT Pos Indonesia CabangLimboto
Kepala Kantor Lukman Kadir
Loket I Suprianto Lamani
Loket II Lukman Kadir
Pengantar Surat I Umar Lamasika
Pengantar Surat II Yamin Isa
SumberData : PT Pos Indonesia Cabang Limboto, 2013
3.2
Deskripsi Hasil Penelitian
3
Berdasarkan pengamatan yang ditemukan pada objek penelitian, secara umum menunjukan bahwa disiplin di PT Pos Indonesia Cabang Limboto sudah dilaksanakan cukup baik, meskipun belum semua pegawai menunjukan sifat disiplin tinggi dalam berkerja, sesuai hasil pengamatan di lapangan bahwa terdapat indikasi sebagai pegawai yang sering datang terlambat dan pulang sebelum waktuya. Dalam mengimplementasikan pekerjaan maupun sebagian pegawai terlihat kurang semangat dalam menjalankan tugas dengan baik yakni mengerjakan tugas tidak tepat waktu dan selalu menunda-nunda pekerjaan. Hal ini dikarenakan bahwa ketegasan pimpinan dalam mempengaruhi para pegawai masih rendah, yang pada akhirnya para pegawai melakukan pekerjaan kantor di sesuaikan dengan kemauan personal bukan pedoman kerja perkantoran. Sesuai Hasil Penelitian di atas, haruslah didukung oleh kinerja pimpinan dalam mempengaruhi bawahannya untuk bekerja secara disiplin. Sesuai hasil penelitian, upaya pimpinan dalam menerapkan disiplin kerja pegawai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Teladan Pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai, karena pimpinan dijadikan teladan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan keteladanan pemimpin yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Pimpinan yang nota bene belum menerapkan kedisiplinan bagi para pegawai, haruslah pimpinan yang secara bijaksana menerapkan aturan tersebut. Dari realitas ini, secara
4
alamiah membuat para pegawai di PT Pos Indonesia Cabang Limboto akan melaksanakan aturan kerja yang telah ditetapkan.
2. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas, pemimpin yang bertindak tegas untuk menerapkan sanksi bagi pegawai yang kurang disiplin akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Oleh karena itu, ketegasan pimpinan PT Pos Indonesia Cabang Gorontalo sangatlah penting demi terciptanya efektifitas dan efisiensi kerja pegawai. Hal ini dapat dilihat dari ketegasan pemimpin dalam memberikan teguran ataupun memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar aturan. Dengan ketegasan ini, pegawai secara formal melakukan tugasnya secara maksimal. Namun sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa ketegasan pimpinan dalam mempengaruhi para pegawai masih rendah, yang pada akhirnya para pegawai melakukan pekerjaan kantor disesuaikan dengan kemauan personal bukan pedoman kerja perkantoran. 3. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, konsep keadilan yang diterapkan oleh pemimpin haruslah berupa pemberian balas jasa (tunjangan kerja) atau penghargaan yang akan merangsang kedisiplinan pegawai yang baik. Artinya, apabila ada pegawai yang
5
menunjukkan hasil kerja yang baik, maka pimpinan akan memberikan balas jasa yang sesuai. Begitu pula sebaliknya, apabila ada pegawai yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan, maka pimpinan berwenang untuk memberikan sanksi yang sangat proporsional demi terciptanya kedisiplinan pegawai itu sendiri. Tapi kenyataan di lapangan bahwa pimpinan belum melaksanakan hal di atas, dalam artian pegawai yang punya kinerja lebih tidak diberikan balas jasa yang proporsional dan rasional, akan tetapi hanya mempunyai catatan khusus yang akan dijadikan panutan bagi para pegawai yang lainnya. 4. Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi. Pimpinan harus berusaha untuk menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horisontal di antara semua pegawainya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada instansi itu sendiri. Jadi, kedisiplinan pegawai akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam instansi tersebut terjalin dengan baik. Seperti halnya yang terjadi pada pegawai PT Pos Indonesia Cabang Limboto bahwa hubungan pegawai dengan pegawai lainnya, belum terjalin dengan baik. Terlihat dari aktifitas mereka dalam menyelesaikan pekerjaan kantor secara kelompok apabila hal tersebut sulit untuk diselesaikan secara personal. 5. Sanksi Hukuman
6
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedesiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Hasil penelitian menunjukan, pada PT Pos Indonesia Cabang Limboto memberikan sanksi sesuai peraturan yang ada misalnya tidak masuk kantor dalam sehari tanpa ada alasan yang sangat jelas, akan ditegur secara lisan. Semakin besar pelanggaran semakin besar pula sanksi yang diberikan. Akan tetapi menurut pengamatan peneliti, hal tesebut belum terealisasi sehingga masih ada pegawai yang sering melanggar aturan. 5. Pembinaan Pada PT Pos Indonesia Cabang Limboto, pimpinan berupaya untuk menerapkan disiplin kerja melalui pembinaan, pembinaan dilakukan setiap minggu dengan cara pertemuan dan difasilitasi langsung oleh Kepala Pos Indonesia Cabang Kota Gorontalo, jadi segala sesuatu yang berhubungan dengan disiplin kerja karyawan disosialisasikan melalui pembinaan tersebut. 6. Pendekatan Persuasif Pendekatan ini merupakan kelanjutan dari pembinaan di atas, pegawai yang belum punya jiwa disiplin atau pun tanggung jawab yang tinggi agar didekati oleh pimpinan secara person, tidak menutup kemungkinan pegawai yang kurang disiplin bukan karena personnya tidak mau disiplin, akan tetapi punya masalah baik masalah keluarga maupun masalah pribadi, jadi melalui pendekatan ini akan diketahui sebab pegawai ini kurang disiplin. Minimal dengan pendekatan yang dilakukan oleh
7
pimpinan pegawai yang bersangkutan akan merasa termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan disiplin karena merasa dihargai oleh pimpinan.
3.3
Pembahasan Kehidupan manusia dalam interaksi sosial tidak terlepas dari aturan-aturan
yang mengikat untuk tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Hal ini dilakukan bukan semata-mata hanya untuk menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis, saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kemasyarakatan etika kehidupan mengandung arti bahwa setiap individu memiliki tingkah laku yang berbeda-beda. Dengan tingkah laku, setiap individu memiliki kebebasan untuk menjalankan potensi yang ada pada dirinya. Namun di sisi lain, dalam kebebasan yang dimiliki ini perlu mematuhi aturan-aturan yang harus dilakukan bagi setiap individu dalam interaksi sosialnya. Jadi seseorang diharapkan mengetahui dan dapat memperhatikan etika dalam beraktifitas. Etika tersebut harus mengakar sebagai kebiasaan, dan tidak menimbulkan ketegangan bagi orang lain, dalam beraktifitas sehari-hari, yang salah satunya terbentuk melalui disiplin. Eksistensi kedisiplinan merupakan hal yang wajib untuk diterapkan di segala unsur kehidupan, termasuk dalam kegiatan perkantoran. Keberhasilan kinerja pegawai dapat dilihat melalui kedisiplinan mereka terhadap aturan kerja. Apabila staf pegawai menghargai/mengikuti tata aturan yang telah ditetapkan, maka efektifitas kerja pegawai dapat diraih secara indisipliner.
8
Menurut Hasibuan (2006:194) bahwa indikator dari disiplin adalah ketaatan pada aturan, sikap bertanggung jawab dan pengendalian diri. Jika indikator ini dihubungkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disiplin kerja pegawai pada PT Pos Indonesia Cabang Gorontalo belum menunjukkan hasil yang maksimal. Pada dasarnya memang para pegawai telah bekerja secara maksimal sesuai dengan pedoman kerja dan tata aturan yang telah ditetapkan, akan tetapi masih ada beberapa kekurangan yang intinya hanya persoalan personal/individu pegawai. Untuk lebih jelasnya, peneliti dapat menggambarkan indikator disiplin kerja pegawai yang terjadi pada PT Pos Indonesia Cabang Limboto. 1. Ketaatan pada aturan Ketaatan pada aturan merupakan hal yang sangaturgen untuk diterapkan, karena dengan adanya aturan yang indisipliner akan memberikan dampak positif terehadap hasil dari suatu pekerjaan. Seperti halnya yang terjadi pada pegawai PT Pos Indonesia Cabang Limboto bahwa situasi para pegawai dalam menjalankan tugasnya belum memperhatikan aturan yang telah diterapkan. Artinya sikap mereka yang belum secara sukarela menaati semua peraturan dan belum sadar akan tugas yang dibebankan sehingga semua pekerjaan yang dibebankan belum terselesaikan tepat pada waktunya. Ketaatan pada aturan tersebut, juga dapat dilihat pada frekuensi kerja yang dibebankan, dimana jadwal kerja kantor yang ditetapkan mulai hari senin sampai jumat pada jam 07.30 sampai 16.30 Wita. Dari jadwal tersebut, sesuai hasil pengamatan peneliti memang secara mayoritas kehadiran dan frekwensi kerja
9
pegawai sudah baik akan tetapi, masih ada beberapa person pegawai yang belum menaatinya. Hal ini sesui dengan wawancara peneliti dengan bapak Supriyanto Lamani salah satu staf pegawai, ia mengatakan bahwa masih ada beberapa pegawai yang belum menaati aturan yang ada, seperti terlihat pada kehadiran pegawai yang masih kurang, dan juga sering terjadi keterlambatan masuk kerja dari jam yang sudah ditetapkan oleh kantor (wawancara 2 Mei 2013). 2. Sikap Bertanggung Jawab Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, demi terwujudnya tujuan instansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap pemimpin selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa, kinerja pegawai yang telah dibebankan merupakan anjuran yang diberikan oleh pimpinan secara rasional dan proporsional. Dengan beban semacam ini, sikap bertanggungjawab pegawai terhadap pekerjaan tersebut belum dapat dilakukan secara akuntabel. Para pegawai selalu melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan mekanisme kerja perkantoran. Kondisi ini sesuai dengan ungkapan dari bapak Lukman Kadir selaku Kepala Kantor Cabang yakni terlihat beberapa pegawai yang ada masih kurangnya rasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga pekerjaan yang dihasilkan kurang maksimal, dan juga ada beberapa pekerjaan yang masih sering tertunda penyelesaiannya (wawancara 30 April 2013).
10
3. PengendalianDiri Disiplin diri sendiri, adalah suatu disiplin yang timbul dari dalam diri, membatasi serta mengharuskan dia untuk berusaha dalam setiap usaha dan tingkah lakunya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siahan (1996:9) bahwa disiplin diri sendiri adalah “kesadaran bagaimana mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa ada perasaan ancaman oleh hukum atau ganjaran bentuk apapun”. Dari pendapat tersebut dapat dilihat dimana suatu disiplin diri,tumbuh karena adanya motivasi dari dalam diri tanpa paksaan dari pihak lain. Kaitannya dengan konsep tersebut seharusnya dapat diterapkan pada situasi kerja yang dilakukan oleh pegawai PT Pos Indonesia Cabang Limboto. Dimana secara internal, para pegawai seharusnya antusias terhadap pekerjaan yang telah dibebankan, karena pada periode sekarang para pegawai memegang paradigma sebagai pelayan baik sesama pegawai maupun sesama masyarakat, berdasarkan realitas tersebut, pengendalian diri pegawai pada kantor tersebut belum maksimal. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala cabang PT Pos Limboto yakni bapak Lukman Kadir, ia mengatakan bahwa kesadaran pegawai mengenai wewenang dan tugasnya sebagai pegawai belum tumbuh, hal ini dikarenakan motivasi dari dalam diri pegawai belum tertanam, serta rasa memiliki dan mencintai pekerjaan yang ada belum dimiliki oleh pegawai, sehingga masih perlu diberikan motivasi-motivasi serta kesadaran agar para pegawai menjalankan tugasnya tanpa perintah lagi (wawancara 2 Mei 2013 ).