BAB II URAIAN TEORITIS
II. 1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan atau kesepakatan bersama. Lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal yang penulis maksudkan dalam defenisi diatas mencakup bahasa lisan, bahasa tulisan, gerakan tubuh, gambar, warna, bunyi, dan sebagainya. Berikut ini akan dua defenisi komunikasi menurut pakar lainnya (William Albig, Bernard Barelson dan Barry A. Stainer) : "Communication is the process of transmitting meaningful symbols between individuals" (Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambanglambang yang mengandung makna diantara individu-individu). (William Albig, dikutip dalam Djoernasih, 1991:16). Menurut
Onong
Uchjana
Effendy
(2001:2)
mengatakan
bahwa
komunikasi adalah suatu proses memberi signal menurut aturan-aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah. Dan sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikan) dan apa pengaruhnya
(efek)(dalam
Effendy,2001:10).
Dapat
disimpulkan
bahwa
komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang (makhluk hidup) untuk menyatakan suatu gagasan atau ide kepada orang lain dengan mengguanakan lambing-lambang berupa bahasa, gambar- gambar atau tanda-tanda yang bermakna serta dapat saling dimengerti. Komunikasi (proses penyampaian pesan/ informasi) memang pada prinsipnya hanya berlangsung diantara makhluk-makhluk hidup yaitu antara manusia dengan manusia. Relatif juga bisa berlangsung antara manusia dengan hewan. Berkat kemajuan teknologi yang semakin canggih belakangan ini, komunikasi pun dimungkinkan berlangsung antara manusia dengan mesin robot, komputer, dan berbagai bentuk rekayasa teknologi sibernetika (cybernetics, cyber technology) lainnya. Kegiatan komunikasi ini lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu; a) untuk mengetahui sesuatu, b) untuk memberitahu sesuatu, dan c) untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar berbuat sesuatu. Secara keseluruhan atau secara garis besarnya, tujuan komunikasi adalah untuk tercapainya saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Dengan demikian tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari sampai dimana atau sejauh mana saling pengertian dan kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi itu melalui proses komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Proses komunikasi adalah rangkaian kejadian / peristiwa atau perbuatan melakukan hubungan, kontak, interaksi satu sama lain (pada umumnya diantara makhluk hidup) berupa penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Proses komunikasi yang baik adalah apabila hubungan/ interaksi dalam rangka penyampaian pesan/ informasi yang dilakukan tertuju kepada penerima pesan/ informasi itu, dan secara timbal balik, disampaikan melalui saluran-saluran (media) yang cocok/tepat dan isi pesan disusun dengan sebaik-baiknya secara jelas, tegas dan pasti serta dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses hubungan penyampaian dan penerimaan pesan itu.
II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell, dalam setiap proses komunikasi terdapat unsurunsur (komponen-komponen) sebagai berikut yaitu :
1. Komunikator Sumber atau komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Pesan Pesan adalah apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal maupun non verbal yang
Universitas Sumatera Utara
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber tersebut. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. 3. Saluran atau media
Saluran atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak, elektronik).
4. Komunikan atau penerima
Komunikan merupakan seseorang atau kelompok yang menerima pesan dari sumber. Komunikan dapat juga disebut sebagai tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience) penafsir ataupun penyandi balik (decoder).
5. Efek atau umpan balik
Efek atau umpan balik merupakan dampak yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dan lain sebagainya.
II.1.3 Ciri-ciri Komunikasi
Komunikasi memiliki sifat atau ciri-ciri, Adapun sifat atau ciri-ciri dari
Universitas Sumatera Utara
komunikasi, antara lain: 1. Komunikasi Verbal (Verbal Comunication) a) Komunikasi Lisan (Oral Comunication) b) Komunikasi Tulisan/ Cetak (Written/ Printed Communication) 2. Komunikasi Non-Verbal (Nonverbal Communication) a) Komunikasi Isyarat Badaniah (Gestured Communication) b) Komunikasi Gambar ( Picturial Communication) 3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication) 4. Komunikasi Bermedia ( Mediated Communication) (Effendy, 1993:33).
II.1.4 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja diterima oleh komunikan dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah : 1. Mengubah sikap (to change the attitude) 2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour) 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Fungsi komunikasi dipandang dari arti luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok
Universitas Sumatera Utara
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama ( Effendy,1999) yaitu : 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)
II.1.5. Tatanan Komunikasi Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah
satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang
bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti ini maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut : 1. Komunikasi Pribadi ( Personal Communication ), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi Pribadi dapat terdiri dari : a. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok ( Group Communication ), yaitu : komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi Kelompok terdiri dari :
a. Komunikasi kelompok kecil ( Small group communication), yaitu: • Ceramah (lecture)
Universitas Sumatera Utara
• Diskusi panel (panel discussion) • Simposium • Forum • Seminar • Lain-lain b. Komunikasi kelompok besar (Large group communication/Public speaking). 3. . Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu : komunikasi yang berlangsung pada masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi Massa terdiri dari : a. Komunikasi Media Massa Cetak (Printed mass media communication) •
Surat kabar
•
Majalah
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (Electronic mass media communication) •
Radio
•
Televisi
•
Film
•
Internet
•
Lain-lain (Effendy)
Universitas Sumatera Utara
II.2. Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orangorang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi
ke
generasi
(Tubbs,
Moss:1996).
Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya sosiolinguistik), sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara – negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai dari melakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang sifatnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah membawa dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat ragam peristiwa yang terjadi di belahan dunia. Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya, maka kita harus melihat
Universitas Sumatera Utara
dulu bebrapa defenisi yang diikutif oleh Ilya Sunarwinadi ( 1993: 7-8 ) berdasarkan pendapat para ahli antara lain : 1. Sitaram ( 1970 ) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…the art of understanding and being understood by audience of mother culture ). 2. Samovar dan Porter ( 1972 ) : Komunikasi antarbudaya terjadi manakala bagaian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intracultural communication obtains whenever the parties to acommunications act to bring with them different experiential backgrounds that reflect alongstanding deposit of group experience, knowledge, values). 3. Rich ( 1974 ) : Komunikasi antarbudaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples of different cultures). 4. Stewart ( 1974 ) : Komunikasi antarbudaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan (interculture communication which accurs under conditions of cultural difference-language, custom, and habits). 5. Sitaram dan Cogdell ( 1976 ) : Komunikasi antarbudaya…interaksi antara
para
anggota
kebudayaan
yang
berbeda
(intercultural
communications….interaction between members of differing cultures) 6. Carley H. Dood ( 1982 ) : Komunikasi antarbudaya adalah pengiriman
Universitas Sumatera Utara
dan penerimaan pesan-pesan dalm konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda (intercultural communication is the sending and receiving of message within a context of cultural differences producing differential effects) 7. Young Yun Kim ( 1984 ) : Komunikasi antarbudaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda (intercultural communication…refers the communication phenomenon in which participant, different in cultural background, come into direct or indirect contact which one another) Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada
perbedaan
kebudayaan
sebagai
faktor
yang
menetukan
dalam
berlangsungnya proses komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku–pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetep terhadap proses komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T. Hall, bahwa “komunikasi adalah budaya ” dan budaya adalah komunikasi”. Pada suatu sisi, komunikasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.
II.2.1 Dimensi-dimensi Komunikasi Antar Budaya Terdapat
pengertian-pengertian
operasional
dari
kebudayaan
dan
kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan mengitegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaa komunikasi antarbudaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan (Kim, 1984 : 17-20 ) yaitu : (1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi. Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup : - Kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya timur/ barat - Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/ Asia Tenggara, - Nasional/ Negara, seperti : Budaya Indonesia/ Perancis/ Jepang - Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti : budaya Orang Amerika Hitam, Budaya Amerika Asia, budaya Cina Indonesia - Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial, Countercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
Universitas Sumatera Utara
Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antar individu-individu dengan kebudayaan nasional berbeda (seperti wirausaha jepang dengan wirausaha Amerika/ Indonesia) atau antar individu dengan kebudayaan ras-etnik berbeda (seperti antar pelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual" karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik (2) Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya, KAB dapat juga diklasifikasikan berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Hal yang biasanya termasuk dalam studi KAB : - Business - Organizational - Pendidikan - Alkulturasi imigran - Politik - Penyesuaian Perlancong/ pendatang sementara - Perkembangan alih teknologi/ pembangunan/ difusi inovasi - Konsultasi terapis. Komunikasi dalam semua kontekas merupakan persamaan dalam hal unsur- unsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving, processing). Akan tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
proses-proses KAB. Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antar peran. Ekspektasi, norma-norma dan aturan- aturan tingkah laku yang khusus. (3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komuniksi antar budaya (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal). - Antarpribadi/ interpersonal/ person-person yaitu orang dengan orang secara langsung - Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah
SALURAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
ANTAR PRIBADI
MEDIA MASSA
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya : orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya, saluran
Universitas Sumatera Utara
antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses komunikasi bersifat antarbudaya
bila partisipan-
partisipannya berbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi diatas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengkalsifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya : kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasaional, antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengecara AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok konteks sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda ( Lusiana, 2002:5).
II.2.2 Fungsi-fungsi Komunikasi Antar Budaya 1. Fungsi Pribadi Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi anatar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. •
Menyatakan Identitas Sosial Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan
nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang. •
Menyatakan intergrasi social Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
•
Menambah pengetahuan Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing
2. Fungsi Sosial •
Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya
fungsi
ini
bermanfaat
untuk
menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan
Universitas Sumatera Utara
peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. •
Menjembatani Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan
yang
mereka pertukarkan,
keduanya
saling
menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. •
Sosialisasi Nilai Fungsi
sosialisasi
memperkenalkan
merupakan
fungsi
untuk
nilai-nilai kebudayaan
suatu
mengajarkan masyarakat
dan
kepada
masyarakat lain. •
Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
II.2.3 Prinsip-prinsip Komunikasi Antar Budaya •
Relativitas Bahasa Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir
Universitas Sumatera Utara
tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa
orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. •
Bahasa sebagai cermin budaya Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
•
Mengurangi Ketidakpastian Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi
ketidak-pastian
ini
sehingga
kita
dapat
lebih
baik
menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
Universitas Sumatera Utara
•
Kesadaran diri dan perbedaan antar budaya Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
•
Interaksi awal dan perbedaan antar budaya Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
•
Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang
Universitas Sumatera Utara
perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.
II.2.4 Hambatan Komunikasi Antar Budaya Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah: -
persepsi (perceptions),
-
norma (norms),
-
stereotip (stereotypes),
-
filosofi bisnis (business philosophy),
-
aturan (rules),
-
jaringan (networks),
-
nilai (values),
-
grup cabang (subcultures group).
Universitas Sumatera Utara
Terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah: 1. Fisik (physical) Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik. 2. Budaya (cultural) Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya. 3. Persepsi (perceptual) Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. 4. Motivasi (motivational) Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. 5. Pengalaman (Experiantial) Pengalaman adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu
Universitas Sumatera Utara
mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu. 6. Emosi (emotional) Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (linguistic) Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan. 8. Nonverbal Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan. 9. Kompetisi (competition) Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus
Universitas Sumatera Utara
maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
II.3 Akulturasi Budaya Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur -unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu. Misalnya, masyarakat pendatang berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara tidak langsung masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat tanpa menghilangkan kebudayaan setempat. Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah perpaduan kebudayaan yang terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri (Koentjaraningrat, 1990:149). Sedangkan menurut Sachari akulturasi budaya pada dasarnya merupakan pertemuan wahana atau area dua kebudayaan, dan masing- masing dapat menerima nilai-nilai bawaannya (Sachari, 2001:87). Di dalam akulturasi selalu terjadi proses penggabungan (fusi budaya) yang memunculkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan nilai-nilai dari budaya lama atau budaya asalnya. Akulturasi
Universitas Sumatera Utara
adalah proses jalan tengah antara konfrontasi dan fusi, isolasi dan absorbsi, masa lampau dan masa depan. Ada empat syarat yang harus dipenuhi supaya proses akulturasi dapat berjalan dengan baik: • Penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut (syarat persenyawaan/ affinity) • Adanya nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya (syarat keseragaman/ homogenity). • Adanya nilai baru yang diserap hanya sebagai kegunaan yang tidak penting atau hanya tampilan (syarat fungsi). • Adanya pertimbangan yang matang dalam memilih kebudayaan asing yang datang (syarat seleksi) (Sachari, 2001:86-87). Apabila dilihat dari definisi tentang akulturasi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akulturasi adalah proses penggabungan antara dua kebudayaan atau lebih untuk mencari jalan tengah dimana pada kebudayaan baru yang terbentuk tersebut masih dapat ditemukan karakter asli dari unsur-unsur kebudayaan penyusunnya. II.3.1 Penetrasi Budaya
Berbicara mengenai akulturasi budaya, maka tidak terlepas dari proses penetrasi budaya. Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi damai (penetration pacifique) Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua
Universitas Sumatera Utara
macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat.
Penyebaran
kebudayaan
secara
damai
akan
menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli. 2. Penetrasi kekerasan (penetration violante) Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangangoncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
II.4 Urbanisasi dan Masyarakat Urban Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu periode waktu tertentu, mendiami suatu daerah dan pada akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompokkelompok yang lain. Setiap anggota-anggota masyarakat menganut suatu kebudayaan, kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin hidup terpisah satu sama lain. Di dalam sekelompok masyarakat akan terdapat suatu kebudayaan. Urbanisasi terjadi apabila sejumlah besar orang meninggalkan daerahdaerah pertanian (desa) dan bertempat tinggal di perkotaan. Proses urbanisasi ini dimulai karena adanya keinginan untuk mencari pekerjaan dan mendirikan rumahrumah di kota-kota, dikarenakan kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan di desa sudah tidak memadai lagi. Urbanisasi juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia di kota besar yang memang tidak terdapat di desa. Menurut peneliti dari intensitas aktivitas keseharian tersebut percampuran sering kali tercipta dan memungkinkan dapat terciptanya kebudayaan baru hasil dari percampuran kebudayaan kaum urban dengan kebudayaan setempat. Dalam konteks itulah proses urbanisasi yang menyebabkan terjadinya pertukaran budaya (cultural share), persilangan, dan persenyawaan budaya selalu menarik untuk dilihat. Masyarakat urban adalah sekelompok masyarakat yang meninggalkan daerah asalnya dan mendiami suatu daerah baru yang lebih modern dan pada akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompok-kelompok yang lain.
Universitas Sumatera Utara
II.4.1 Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: migrasi penduduk dan mobilitas penduduk, bedanya migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan mobilitas penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang cukup tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan.
Adanya keterkaitan timbal balik antara aktivitas ekonomi dengan konsentrasi penduduk. Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di daerah yang telah memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Karena dengan demikian mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara lain biaya distribusi barang dan jasa. Sebaliknya, penduduk akan cenderung datang kepada pusat kegiatan ekonomi karena di tempat itulah mereka akan lebih mudah memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan . Dengan demikian, urbanisasi merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2 Faktor-faktor Penyebab Urbanisasi
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi :
1. Kehidupan kota yang modern dan mewah 2.
Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3.
Banyak lapangan pekerjaan di kota
4.
Di kota banyak cewek cantik dan cowok ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia 6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi :
1. Lahan pertanian yang semakin sempit 2.
Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa 4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa 5. Diusir dari desa asal 6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
II.4.2 Masyarakat Urban
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya, sekelompok manusia yang saling membutuhkan tersebut akan membentuk suatu kehidupan bersama yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan hidup manusia
Universitas Sumatera Utara
yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi pelbagai kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan namun disamping itu masyarakat sendiri juga mempunyai pelbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus. Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini sering dibedakan antara mayarakat urban atau yang sering disebut dengan masyarakat kota dengan masyarakat desa. Pembedaan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa pada hakikatnya bersifat gradual, agak sulit memberikan batasan apa yang dimaksud dengan perkotaan karena adanya hubungan antara konsetrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisme dan tidak semua tempat dengan kepadatan penduduk yang tinggi dapat disebut dengan perkotaan. Pada masyarakat kota ada beberapa ciri-ciri yang menonjol, pada umumnya masyarakat kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain; masyarakat kota mempunyai jalan pikiran rasional yang meenyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi; jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu; dan
Universitas Sumatera Utara
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar. Beberapa ciri-ciri masyarakat kota yang selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya dan terbuka dalam menerima pengaruh luar tersebut menyebabkan teknologi terutama teknologi informasi berkembang dengan pesat dalam masyarakat kota karena bagi masyarakat kota penggunaan teknologi informasi di segala bidang telah sangat signifikan meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Masyarakat urban merupakan massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Di Indonesia, seperti juga terjadi di negara lain, masyarakat urban adalah hasil dari urbanisasi yang tidak terkontrol sebagai sisa dari indutrialisasi dan komersialisasi di perkotaan. Kota adalah magnet yang sangat kuat menarik massa. Sedangkan massa di daerah rural adalah korban yang tidak dapat mengelak dari jerat tawaran kehidupan yang lebih baik di kota.
II.5 Pernikahan Adat dan Pernikahan Adat Aceh
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan
oleh
ikatanperkawinan secara
dua hukum
orang
dengan
agama,
hukum
maksud negara,
meresmikan dan
hukum
adat. Pernikahan adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari Bahasa Arab yaitu kata nikkah yang berarti perjanjian perkawinan. Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen
tertulis
yang
mencatatkan
pernikahan
ditanda-tangani.Upacara
Universitas Sumatera Utara
pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk mmelakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.
Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dan yang lain pada satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula. Upacara pernikahan adat merupakan upacara
Universitas Sumatera Utara
pernikahan yang dilaksanakan menurut aturan atau hukum adat dari masingmasing budaya suku yang dimiliki oleh kedua mempelai. II.5.1 Pernikahan Adat Aceh Pernikahan adat Aceh, seperti juga pernikahan-pernikahan adat pada umumnya, didasari oleh hukum adat, perundang-undangan, juga hukum agama. Dalam pernikahan adat Aceh, terdapat beberapa prosesi besar yaitu : 1. Perkenalan antar keluarga Kalau seorang anak lelaki yang telah dewasa hendak dijodohkan dengan anak perempuan dari seseorang, terlebih dulu diutus seorang yang bijak dalam berbicara (theulangke) untuk mengadakan urusan perjodohan (meuselungoue),dan pada orang tua dari anak perempuan. 2. Tahapan pertunangan (Jak Ba Ranub Kong Haba) Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar yang diterima (disebut jeunamee) yang diminta dan berapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda). Pada acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh, buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus di tengah jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar dua kali lipat. 3. Tahap Upacara Pernikahan (Preh Linto Baroe) Tiga hari sebelum naik pengantin (Woe Linto) oleh pihak pengantin laki (Linto) diantar kepada pihak pengantin perempuan (dara baro) sirih inai (Ranub Gaca), Ranub lipat/Ranub Gapu 1 hidang, 1 hidang alat-alat pakaian Dara Baro, 1 Hidang Breueh Pade, 1 hidang telur rebus yang diberi pewarna, setawar sedingin, dan daun inai (Gaca) untuk inai Dara Baro. Di rumah calon pengantin wanita (Dara Baro) diadakan acara Koh Andam, yaitu upacara persiapan pengantin wanita menjelang pernikahan, termasuk di dalamnya siraman (seumanoe pucok), luluran dan mandi uap juga upacara mengerik anak rambut halus agar tampak lebih rapi. Pada upacara mempelai Linto diberi berpakaian Adat dan dihantar ke rumah Dara Baro beramai-ramai, dengan didahului oleh orang tua yang bijak, dan Linto diapit oleh anak-anak muda yang sebaya.Bawaan dari pihak linto ialah Jeunamee (mahar atau mas kawin) seumpama1 bongkol mas, diisi dalam cerana beserta Jinong Kunyet dab Beras Padi. Cerana dibungkus dengan kain Sutra Kuning yang pada ujung kain diletakkan bohru dari emas, ranub rajeu’ atau ranub peurakan, kue-kue (peunajoh) wajeb, meuseukat, dhoi-dhoi, bhoi, penajoh tho keukarah, bungong kayee dan lain-lain. Di halaman rumah Dara Baro rombongan Linto dijemput oleh orang tua
Universitas Sumatera Utara
dari pihak linto diberi salam dengan kata-kata bersanjak yang disambut pula dengan kata-kata halus bersanjak oleh pihak Dara Baro, yang disebut seumapa. Setelah itu Linto dibawa naik ke rumah, yang sewaktu tiba ditangga Linto disetawar-sedingin, dengan siraman air Mawar dan Beras Padi. Setiba diatas rumah Linto bersama rombongan ditempatkan di serambi, didudukkan di atas Pelaminan kecil, dimana diadakan jamuan makan, dan pernikahan Ijab Kabul. Ada juga pernikahan Ijab Kabul ini didahulukan harinya sebelum Upacara mempelai. Selain itu barulah Linto dijemput (dibawa) ke pelaminan besar untuk disandingkan dengan Dara Baro. Biasanya setelah bersanding, Linto bersama rombongan pulang kembali ke rumah orang tuanya.
4. Upacara Menjemput Pengantin Wanita (Tueng Dara Baro) Kira-kira hari ke-10 sampai 1 bulan, Dara Baro dijemput oleh ibu Linto dengan ranub Batee dan Gateng, Dara Baro dibawa ketempat Linto. Sesampainya di rumah Linto diadakan upacara, yaitu tepung tawar (Peusijeuk) Dara Baro dan barang-barang yang dibawa oleh Dara Baro (Teumeutuek) sewaktu pergi kerumah Linto adalah kue-kue adat 3 hidang yang terdiri dari wajeb, dodoi, meusekat dan kue-kue kering lainnya serta ranub bate, kue-kue bawaan Daro Baro tersebut, oleh ibu Linto dibagibagikan kepada kerabat dan tetangga. Selanjutnya oleh orang tua pihak Linto dihadiahkan kepada Dara Baro sesuatu benda menurut kemampuan
Universitas Sumatera Utara
dan lazim yaitu hewan betina. kepada Dara Baro yang dilakukan oleh ibu dan kerabat Linto. Tangan Linto dan Dara Baro dimasukkan ke dalam empang beras dan empang garam, sebagai ganti memberi tahu bahwa ini adalah rumahnya sendiri dan tahu dimana beras dan garam untuk perjanjian di masa-masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara