BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT
A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan perangsang dalam dunia usaha, baik dalam usaha perdagangan, produksi dan berbagai macam bentuk usaha lain seperti pertanian, industri, dan lain-lain.Kredit dalam pengertian ekonomi, yaitu suatu penundaan pembayaran. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang. Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. 12 Adapun menurut Hasibuan mengemukakan pengertian kredit yang lebih jelas bahwa: " kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 13 Kredit dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu". 14
12
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 72. 13 Melayu SP. Hasibuan Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara, 2008, Jakarta, hal 87 14 Suyatni. Thomas, Kelembagaan Perbankan. LPFE, Jakarta, 2002, hal 12
15 Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (11) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berkaitan dengan pengertian kredit di atas, menurut ketentuan Pasal 1 angka (5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk: (a) cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; (b) pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan (c) pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. 15 Berdasarkan pengertian kredit yang ditetapkan oleh peraturan perundangundangan sebagaimana tersebut diatas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 16 1. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak penyedia dana dengan menyetujui pemberian 15
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, Pasal 1 angka 5 16 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 75-79.
Universitas Sumatera Utara
sejumlah dana yang kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya berupa pemberian (penerbitan) garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit (LC). 2. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang tersebut.Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit. 3. Adanya kewajiban melunasi utang Pinjam-meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam. Peminjam wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang, dan debitur wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakatinya, yang biasanya terdapat dalam ketentuan perjanjian kredit. Dengan demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana bank yang diberikan secara cuma-cuma. Kredit perbankan adalah suatu utang yang harus dibayar kembali oleh debitur. a. Adanya jangka waktu tertentu Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu. Jangka waktu tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu tersebut ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukan kesempatan dilunasinya kredit. b. Adanya pemberian bunga kredit Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikannya. Suku bunga merupakan harga atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. Namun, sering pula disebut sebagai balas jasa atas penggunaan uang bank oleh debitur. Sepanjang terhadap bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit dilakukan pembayarannya oleh debitur, akan merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama bagi bank. Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung
Universitas Sumatera Utara
risiko. 17 Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Adapun yang menjadi tujuan pemberian kredit tersebut adalah : 18 1. Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan memperluas usaha bank. 2. Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan dimana bank memperoleh bunga dan nasabah dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank, meningkatkan devisa negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja bila kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru
B. Penilaian dalam Pemberian Kredit Pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan merupakan unsur utama dalam kredit benar-benar terwujud sehingga kredit yang diberikan dapat mengenai sasaran dan terjamin pemberian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Karena penghasilan bunga dari kredit-kredit yang diberikan merupakan tulang punggung dari pendapatan bank serta untuk terjaminnya kelancaran pengembalian pokoknya, maka sudah sewajrnya andaikata pemberian kredit tersebut memerlukan perhitunganperhitungan yang teliti sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian kredit.
17
OP. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1986, hal 91. 18 Kasmir, Op.Cit., hal 101.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan pemberian kredit adalah merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan kepada siapa kredit itu akan diberikan dan apakah kepada calon nasabah tersebut akan diberikan kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan kepada nasabah tersebut, apakah nasabah tersebut akan mampu mengembalikan pinjamannya ditambah bunga dan kewajiban lainnya, untuk apa kredit itu diberikan, apakah kredit tersebut cukup aman dan beresiko kecil, dan masih banyak lagi hal lainnya yang harus dipertimbangkan oleh bank dalam pemberian kredit. Perusahaan-perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan, tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan kredit. 19 Suatu bank perlu menetapkan garis kebijakan kredit yang dianggap tepat untuk diterapkan agar dapat berjalan dengan lancar sehingga operasional perbankan dapat memberikan keuntungan dengan tetap menjaga posisi likuiditas. Kredit adalah kepercayaan dan hal itu timbul bila telah ada pendekatan antara pemberi dan penerima kredit. Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit mempunyai suatu nilai. Dalam melakukan penilaian kredit, bank harus melakukan penilaian terhadap permohonan kredit seseorang atau perusahaan, apakah permohonan kredit yang diajukan memenuhi syarat dan layak untuk dibiayai atau tidak. Analisa kredit secara umum menggunakan prinsip-prinsip penilaian yaitu prinsip 5P dan 7P. 20
19
Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan. Edisi Baru. PT. Raja Gratindo Persada. Jakarta, 1995, hal 256. 20 Tjoekam, Moh. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. PT. Gramedia Pustka Utama. Jakarta, 1999, hal 97.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip 5P, antara lain: 21 1. People, yaitu suatu penilaian terhadap calon debitur, termasuk dalam hal ini mitra usahanya, orang, lembaga yang membackup debitur, customer. 2. Purpose, yaitu penilaian terhadap maksud permohonan kredit dari calon debitur 3. Payment, yaitu penilaian terhadap sumber-sumber penilaian primer dan sekunder. 4. Protection, yaitu penilaian bilamana usaha debitur mengalami kegagalan. 5. Perspective, yaitu penilaian atas kondisi usaha debitur dimasa yang akan datang apakah mampu mengikuti kondisi ekonomi, keuangan dan fiscal. Prinsip 7P antar lain : 22 1. Personality (kepribadian), adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai dasar pertimbangan kredit. 2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya, dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose (tujuan), adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagian modal kerja. Tujuan kredit ini menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. 4. Prospect adalah prospek perusahaan di masa datang, apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit ditolak. 5. Payment (pembayaran), adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan 6. Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. 7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang, atau jaminan asuransi. Prinsip 3R, antara lain : 23 1. Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon 21
Malayu, S.P Hasibuan, Op.Cit., hal 107. Ibid 23 Ibid 22
Universitas Sumatera Utara
debitur bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi jika sebaliknya maka kredit jangan diberikan. 2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur. 3. Risk Bearing Ability, adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi resiko, apakah perusahaan calon debitur risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila risk bearing ability perusahaan kecil maka kredit diberikan. 24 Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat atau penerapan yang tidak tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang baik bagi perusahaan. Banyak resiko yang timbul kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian, kemacetan dan kegagalan usaha. Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang dijanjikan. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet, dengan demikian bagi perusahaan dapat meningkatkan piutang tak tertagih (bad debts). Keputusan pemberian atau penolakan kredit diambil setelah kredit dilakukan. Hasil analisis tersebut memperlihatkan gambaran mengenai layak atau tidaknya kredit yang diajukan debitur. Dengan adanya gambaran tersebut bank memperoleh keyakinan bahwa keputusan kredit yang diambilnya merupakan keputusan yang tepat dan memenuhi harapannya.
24
Ibid., hal 108-109.
Universitas Sumatera Utara
Analisis kredit adalah analisis kredit adalah proses penyelidikan sebelum keputusan pemberian kredit diambil. Dari penyelidikan tersebut bankir memperoleh keyakinan yang tinggi berdasarkan alasan –alasan yang kuat melalui study yang sangat hati –hati mengenai harapan dan kekuatirannya terhadap kekuatan dan kelemahan calon debitur. 25 Analisis bertujuan untuk menilai dipenuhi atau tidaknya prinsip –prinsip perkreditan yang dijadikan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet yakni character, capacity, capital, collateral dan condition, sehingga dapat ditetapkan apakah suatu
permohonan kredit layak
untuk diberikan atau tidak, dalam menghindari terjadinya kredit macet. Sinungan mengemukakan bahwa untuk mendapatkan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) dapat digunakan konsep 5C, sebagai suatu variabel yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dari pemberian kredit kepada debitur. Konsep 5C terdiri dari: 26 1. Character (watak), calon debitur perlu diteliti oleh analis kredit apakah layak untuk menerima kredit. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank lain, seperti curriculum vittae (daftar riwayat hidup), bank information, daftar hitam perusahaan, dan sebagainya. Karakter pemohon kredit yang perlu di perhatikan dan diteliti adalah tentang kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat pribadi, cara hidup (style of living), keadaan keluarganya, hobby, sosial standingnya,
25
H.R Hale, Implementasi Kebijakan Perbankan dan Keuangan. Penerbit Prenada, Surabaya, 1999, hal 10. 26 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit. Edisi pertama. Cetakan Kedelapan. Bumi Aksara. Jakarta, 1995, hal 85.
Universitas Sumatera Utara
dan ketaatannya untuk memenuhi pembayaran transaksi. Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar (willingness to pay) kewajibannya. Apabila karakter pemohon baik maka dapat diberikan kredit, sebaliknya jika karakternya buruk kredit tidak dapat diberikan. 2. Capacity (kemampuan), seseorang dikatakan hebat dalam berbagai versi. Tapi bila dikatakan kemampuannya lemah, apapun kemampuannya itu, tentu mengurangi penilaian terhadap dirinya. Calon debitur harus dianalisis apakah mampu memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau mampu memimpin perusahaan, akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri. Jika kemampuan calon debitur baik maka debitur dapat diberikan kredit, sebaliknya jika kemampuannya buruk maka kredit tidak dapat diberikan. Capacity dalam hubungan ini dapat juga diartikan sebagai create income yaitu kemampuan membayar nasabah dari keuntungan yang diperoleh atau menciptakan laba yang dipakai untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka debitur yang dicermati berkaitan dengan Capacity yaitu: a. Pengalamannya dalam bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya. b. Pengalaman-pengalaman bisnisnya dalam menyesuaikan diri dengan kondisi
perekonomian
mengikuti
atau
perkembangan
ketentuan-ketentuan
kemajuan
teknologi
Pemerintah dan
serta
sistem-sistem
perusahaan modern. c. Kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor usaha yang dijalankannya
Universitas Sumatera Utara
3. Capital (modal), dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan struktur modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur. Hasil analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidak sehatnya perusahaan. Demikian juga mengenai tingkat likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan struktur modal perusahaan bersangkutan. Jika terlihat baik maka bank dapat memberikan kredit kepada pemohon bersangkutan, tetapi jika tidak maka pemohon tidak akan mendapatkan kredit yang diinginkannya. 27 4. Collateral (agunan/jaminan), yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis secara yuridis dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Jika jawabannya ya maka kredit dapat diberikan, tetapi jika tidak maka kredit tidak dapat diberikan. Collateral merupakan hal yang diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian, dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain maka si peminta kredit masih diberi kesempatan bila dapat memberikan jaminan. 5. Condition of Economic (kondisi perekonomian) pada umumnya dan bidang usaha pemohon kredit khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik maka permohonannya akan disetujui, sebaliknya jika jelek, permohonan kreditnya akan ditolak.
27
Melayu S.P. Hasibuan, Op.Cit., hal 107.
Universitas Sumatera Utara
C. Jenis-jenis Kredit. Menurut Hasibuan secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh Bank dan dilihat dari berbagai segi adalah :
28
1. Dilihat dari segi kegunaan Maksud dari jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis yaitu a. Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuannya adalah : a. Kredit produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan
28
Melayu Hasibuan, Op.Cit, hal 88.
Universitas Sumatera Utara
barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Dilihat dari segi jangka waktu dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya, jenis kredit ini adalah : a. Kredit jangka pendek, kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. 4. Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah : a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barangberwujud atau tidak berwujud. b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari segi sektor usaha setiap sektor usaha memiliki karateristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut : a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek. c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah. e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupakredit untuk mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti, dosen, dokter atau pengacara. g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengelolaan Kredit Menurut Kasmir, pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit macet. Dari sudut kolektibilitas yaitu keadaan pembayaran pokok dan pembayaran bunga kredit oleh nasabah, maka kredit yang diberikan oleh bank dapat digolongkan ke beberapa keadaan, yaitu : 29 a. Lancar berarti tidak terdapat tunggakan angsuran pokok bunga atau cerukan. b. Kurang lancar berarti ada kelambatan sebentar dalam pembayaran angsuran pokok, bunga atau cerukan, tetapi debitur masih membayar dan dapat ditolerir (ditegur). c. Diragukan berarti selalu terlambat cukup lama dalam pembayaran angsuran pokok, bunga atau cerukan, tetapi debitur masih membayar dan sulit ditolerir. d. Macet berarti menunggak dan tidak lagi membayar angsuran, bunga atau cerukan. Singugan, menyatakan bahwa kolektibilats adalah ketertiban pembayaran bunga oleh nasabah. Pengelompokkan kredit berdasarkan keadaan dan kelancarannya sangat perlu untuk dilakukan demi kelancaran tugas-tugas pengamanan fasilitas-fasilitas yang telah diberikan kepada para nasabah.
29
Kasmir, Op.cit.,hal 71,
Universitas Sumatera Utara